Berapa Ukuran Normal Mr P Laki-laki? Begini Hasil Risetnya


Jakarta

Ukuran penis masih kerap dijadikan bahan perdebatan karena dianggap sebagai faktor penentu kepuasan pasangan. Secara tidak langsung, hal ini seringkali menimbulkan rasa cemas dan turunnya kepercayaan diri karena membandingkan ukuran normal Mr P laki-laki.

Nyatanya, ukuran penis laki-laki tak selalu menjadi faktor penentu kepuasan bagi pasangan. Dikutip dari Medical News Today, sebuah survei menunjukkan bahwa 70 persen wanita menganggap ukuran penis bukan suatu hal yang penting.

Pada dasarnya, ukuran penis dipengaruhi oleh faktor genetik. Namun, selain faktor keturunan, terdapat sejumlah faktor lainnya yang mempengaruhi, seperti hormon, lingkungan, dan nutrisi.


1. Hormon

Dalam masa pubertas, kelenjar pituitari akan mendorong produksi hormon luteinizing atau LH dan hormon perangsang folikel. Produksi testorteron di penis didorong oleh hormon LH dan hormon perangsang folikel akan meningkatkan produksi sperma pada pria.

Ketika ada permasalahan terkait hormon, terdapat risiko pertumbuhan penis akan ikut terpengaruh.

2. Lingkungan

Faktor eksternal seperti lingkungan juga turut berperan dalam pertumbuhan ukuran penis. Hal ini dapat berupa paparan pestisida atau bahan kimia berbahaya lainnya. Bila berlangsung dalam jangka panjang, paparan bahan kimia ini dapat memicu mutasi genetik yang turut menganggu produksi hormon dalam tubuh.

Paparan bahan kimia dapat berdampak pada ukuran penis saat masih dalam kandungan ataupun ketika anak sudah tumbuh memasuki usia pubertas.

3. Nutrisi

Asupan nutrisi yang kurang saat bayi dalam kandungan atau ketika anak dalam masa tumbuh kembang juga dapat mempengaruhi hormon yang juga berdampak pada ukuran penis. Kekurangan gizi pada anak dapat menghambat proses pubertasnya, menjadikan pertumbuhannya lebih lambat, termasuk ukuran penis dan testis yang lebih kecil.

Berapa Sih Ukuran Normal Mr P Laki-laki?

Sebuah riset pada 2019 menunjukkan bahwa mayoritas pria mempercayai bahwa rata-rata ukuran penis saat ereksi adalah sekitar 15,2 cm. Namun kenyataannya, ukuran yang tergolong normal berada jauh di bawah itu.

Ukuran memang sangat bervariasi, namun pada umumnya berkisar sekitar 12,9 sampai 13,97 centimeter. Dikutip dari worlddata.info, ukuran penis pria di Indonesia rata-rata berkisar sekitar 11,67 cm.

Penelitian lainnya pada 2014 melakukan pengukuran terhadap 15.521 pria berusia 17 tahun ke atas. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan ukuran rata-rata Mr P laki-laki sebagai berikut:

  • Panjang penis lembek: 9,16 cm
  • Lingkar penis lembek: 9,31 cm
  • Panjang penis ereksi: 13,12 cm
  • Lingkar penis saat ereksi: 11,66 cm

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

5 Posisi Bercinta yang Bikin Sensasi Penetrasi Makin Dalam, Penasaran?


Jakarta

Beberapa pasangan percaya, ada posisi bercinta yang bisa memperbesar peluang kehamilan. Pasalnya pada posisi tersebut, penetrasi bisa dilakukan sedalam mungkin sehingga kemungkinan terjadi kehamilan semakin besar.

Mengacu pada berbagai sumber, ada lima posisi seks yang memungkinkan pria melakukan penetrasi lebih dalam. Posisi ini umumnya dilakukan oleh pasutri yang ingin segera mendapat momongan. Hal ini berguna untuk mendekatkan sperma dengan leher rahim sehingga peluang pembuahan semakin besar. Posisi apa saja?

1. Man on Top

Posisi klasik ini dikenal juga sebagai dikenal sebagai misionaris. Pria berada di atas tubuh wanita yang berbaring memungkinkan penetrasi lebih dalam.

Penelitian menunjukkan posisi misionaris membuat penis mencapai forniks anterior dengan kontak istimewa dari dinding vagina anterior. Posisi ini juga merupakan posisi yang sangat sensual karena pasangan dapat berkomunikasi melalui tatapan, ciuman, dan sentuhan intim.


2. Doggy style

Posisi ini memungkinkan dorongan lebih dalam yang menyebabkan sperma lebih dekat rahim. Doggy style dilakukan dengan wanita merangkak membelakangi pria. Penetrasi dilakukan dari belakang, menempatkan sperma di bagian belakang leher rahim.

3. Spooning

Meskipun posisi berbaring menyamping ini tidak terlalu dalam, pada posisi ini, suami-istri berada dalam kondisi rileks. Diharapkan, pembuahan pun bisa lebih mudah tercapai. Pada posisi ini, wanit berbaring dengan punggung menghadap pasangan sedangkan pria memeluk dari belakang. Pria mengendalikan gerakan seks sesuai yang diinginkan.

4. The wheelbarrow

The wheelbarrow dilakukan dengan pria memegang pergelangan kaki pasangan saat tangan mereka berada di lantai. Penelitian menunjukkan posisi ini efektif memperbesar peluang kehamilan karena penetrasi lebih dalam.

5. Coital Alignment Technique (CAT)

Posisi ini adalah versi modifikasi dari misionaris. Wanita melebarkan lutut, lalu pria naik sedikit lebih tinggi, menggeser tubuhnya ke atas sehingga pangkal penis bergesekan dengan klitoris wanita. Posisi ini dapat membantu wanita mencapai orgasme dan memudahkan penetrasi lebih dalam.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Apakah Pria Menelan Cairan Vagina Bahaya? Begini Penjelasannya


Jakarta

Sama halnya dengan pria, wanita juga mengeluarkan cairan yang disebut dengan air mani. Wanita mengeluarkan air mani ketika terangsang atau mencapai puncak kenikmatan saat melakukan hubungan seks. Sebagian pasangan mungkin ada yang tak sengaja menelan cairan vagina saat melakukan seks oral.

Air mani yang dikeluarkan oleh wanita diproduksi oleh kelenjar skene yang berada di saluran kencing. Komponen yang ada dalam air mani, seperti vitamin B 12, enzim, natrium, lemak, kolesterol, kalium, asam amino bebas, asam sitrat, fruktosa, prostaglandin, fosfatidilkolin dan seng. Sedangkan sperma pria diproduksi oleh testis untuk membuahi sel telur wanita, sehingga wanita dapat hamil.

Berbahayakah jika tertelan?

Dikutip dari Man Matters, komponen penyusun air mani vagina umumnya aman masuk ke dalam tubuh jika tertelan. Pasalnya, air mani bisa dicerna dengan cara yang sama seperti makanan.


Air mani wanita (female cum) adalah cairan probiotik yang kaya akan air, elektrolit, dan protein. Cairan ini juga mengandung bakteri lactobacillus yang terbukti baik untuk kesehatan usus.

Namun perlu diingat! Wanita tersebut harus dalam kondisi yang sehat dan tidak mengidap Penyakit Menular Seksual (PMS) ataupun Infeksi Saluran Kemih (ISK). Sebab, penyakit tersebut bisa menular lewat cairan kelamin. Selain itu, reaksi alergi terhadap air mani ataupun sperma bisa muncul kapan saja tanpa disadari.

Adapun beberapa tips yang dapat dilihat sebelum menelan cairan vagina.

  1. Selalu melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai perawatan rutin medis. Biasanya berupa tes darah atau sampel urine.
  2. Memastikan bahwa cairan vagina berwarna putih, tidak kental dan menggumpal, karena hal ini merupakan infeksi jamur. Jika bibir vagina tampak kemerahan dan bengkak juga merupakan tanda terkena infeksi jamur.
  3. Tidak menelan air mani terlalu sering, karena air mani wanita bersifat asam terlebih saat sedang fase ovolusai. Hal ini dapat mengakibatkan perut menjadi tidak enak.
  4. Memeriksa apakah terdapat kutil di area mulut dan vagina wanita, karena itu tanda-tanda IMS.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Seberapa Sering Pria Masturbasi? Kalau Kata Pakar Seks Sih Begini


Jakarta

Masturbasi adalah aktivitas seksual yang dilakukan oleh (umumnya) pria atau wanita secara mandiri. Masturbasi dilakukan dengan memberi rangsangan seksual kepada alat kelamin sendiri dengan sentuhan, gosokan, atau pijatan. Masturbasi merupakan salah satu cara menyalurkan hasrat seksual selain kepada pasangan. Lantas, berapa frekuensi masturbasi yang dianjurkan bagi pria?

Dikutip dari Mind Body Green, data dari Survei Nasional Kesehatan dan Perilaku Seksual yang dikumpulkan oleh FiveThirtyEight terhadap pria berusia 25-29 tahun menemukan frekuensi masturbasi sebagai berikut.

  • 17 persen tidak melakukan masturbasi dalam setahun terakhir.
  • 15 persen melakukan masturbasi beberapa kali per tahun hingga bulanan.
  • 25 persen melakukan masturbasi beberapa kali per bulan hingga mingguan.
  • 23 persen masturbasi 2-3 kali per minggu.
  • 20 persen melakukan masturbasi lebih dari 4 kali per minggu.

“Ada banyak variasi dalam berapa banyak orang melakukan masturbasi dan itu berfluktuasi sepanjang hidup kita karena hal-hal seperti kesehatan, stres, jadwal, keinginan, kemitraan dengan orang lain, dan sebagainya,” kata terapis seks dan hubungan Shadeen Francis, LMFT.


Menurut pakar urologi Jamin Brahmbhatt, MD, tidak ada standar yang ditetapkan untuk frekuensi masturbasi. Ia mengatakan masturbasi bisa dilakukan harian, mingguan, atau bulanan tergantung preferensi pribadi.

Sebuah studi pada 2016 menemukan pria yang ejakulasi 21 kali sebulan atau lebih secara signifikan lebih kecil kemungkinannya terkena kanker prostat dibandingkan dengan orang yang ejakulasi 4 hingga 7 tujuh kali per bulan.

Namun bukan berarti setiap pria harus masturbasi sesering itu. Ini merupakan tanda bahwa masturbasi secara teratur dapat bermanfaat bagi kesehatan.

Bisakah Pria Masturbasi Berlebihan?

Meskipun terbukti memberi dampak positif bagi tubuh, masturbasi yang berlebihan justru bisa mengganggu kehidupan sehari.

“Tidak ada ukuran objektif berapa banyak orang harus melakukan masturbasi. Namun, jika kebiasaan masturbasi menyebabkan Anda tertekan secara mental, emosional, relasional, atau fisik, itu merupakan indikator bahwa Anda mungkin melakukan masturbasi berlebihan,” terang Francis.

Berikut adalah tanda bahwa masturbasi terlalu berlebihan menurut Francis:

  1. Masturbasi terasa seperti kebutuhan, bukan pilihan.
  2. Masturbasi tidak lagi terasa menyenangkan karena nyeri, mati rasa, atau hilangnya sensasi yang menyenangkan.
  3. Masturbasi mengganggu kemampuan Anda untuk memiliki kehidupan seks yang memuaskan dengan pasangan.
  4. Frekuensi masturbasi menentukan seberapa Anda akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari

Jika Anda merasakan tanda-tanda di atas, segera kurangi frekuensi masturbasi agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

4 Cara Agar Miss V Tak Gampang Kena Infeksi Jamur dan Bakteri


Jakarta

Vagina merupakan organ yang berperan besar dalam sistem reproduksi wanita. Layaknya bagian tubuh yang lain, organ ini juga perlu diperhatikan dan dijaga kesehatannya.

Mempertahankan keseimbangan pH vagina merupakan hal yang penting dalam menjaga kesehatan vagina. Terdapat berbagai faktor yang dapat menganggu keseimbangan pH vagina, seperti infeksi, vaginosis bakterialis, menstruasi, menopause, atau penggunaan produk-produk tertentu.

Dikutip dari Medical News Today, kadar normal pH vagina tergolong cenderung asam, berkisar sekitar 3,8 hingga 5. Hal ini disebabkan oleh adanya bakteri Laktobasilus pada vagina yang bersifat asam.


Pada wanita usia reproduktif, kadarnya berkisar sekitar 4 sampai 4,5. Sedangkan pada wanita yang sudah memasuki masa menopause, kadar pHnya tergolong lebih tinggi, berkisar di atas 4,5.

Kadar ini dapat membantu menjaga ekosistem vagina, melindungi dari infeksi bakteri dan jamur. Dalam kondisi pH yang terlalu tinggi, bisa menyebabkan terjadinya infeksi karena mendorong pertumbuhan bakteri dan jamur pada vagina.

Cara Menjaga Keseimbangan pH Vagina

1. Hindari penggunaan sabun atau produk pembersih yang keras

Sabun memiliki kadar pH yang tergolong tinggi sehingga menggunakannya untuk membersihkan vagina juga dapat meningkatkan kadar pH vagina.

Dibandingkan menggunakan sabun, lebih baik untuk membersihkan vagina dengan menggunakan air hangat. Bila ingin menggunakan produk pembersih, gunakanlah yang sifatnya ringan atau lembut hanya pada bagian vulva atau bibir vagina.

Bagian dalam vagina merupakan organ yang memiliki kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri. Hindari penggunaan sabun atau produk pembersih pada bagian dalam vagina.

2. Ganti tampon atau pembalut secara rutin

Tampon atau pembalut perlu diganti secara rutin setiap empat sampai delapan jam, tergantung dengan intensitas darah yang dikeluarkan dan jenis pembalut yang digunakan. Penting untuk mengganti secara rutin untuk menghindari risiko infeksi bakteri pada vagina.

3. Gunakan pelindung ketika berhubungan seksual

Air mani atau cairan lainnya dapat turut mempengaruhi dan mengganggu keseimbangan vagina. Sifatnya yang basa akan secara otomatis meningkatkan kadar pH pada vagina.

4. Hindari penggunaan produk berparfum pada vagina

Segala jenis produk berparfum, seperti sabun dan pembalut atau tampon berparfum, dapat meningkatkan risiko infeksi jamur dan mengganggu keseimbangan pH pada vagina.

(up/up)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

6 Area Sensitif Wanita, Sekali Sentuh Bikin Bercinta Makin Menggairahkan


Jakarta

Baik pria maupun wanita memiliki titik rangsang yang sensitif. Jika diberi rangsangan, zona ini meningkatkan gairah dan mempercepat klimaks. Sebelum bercinta, Anda perlu mengetahui letak titik rangsang pasangan untuk memudahkan lubrikasi saat foreplay. Bercinta pun makin puas dan menyenangkan.

Dikutip dari MedicineNet, terdapat 6 titik rangsang wanita. Di mana saja?

1. Telinga

Telinga memiliki banyak saraf dan reseptor sensorik di bagian dalam dan luar. Gerakan apa pun seperti membelai atau menyentuh pasti memberikan sensasi geli yang menyenangkan.


Cium atau gigit perlahan telinga pasangan dan tanyakan apa yang paling mereka sukai dan rencanakan foreplay. Anda juga dapat berbisik ringan atau meniup telinga pasangan karena kulit di telinga luar memiliki banyak reseptor.

2. Ujung jari dan telapak tangan

Ujung jari adalah salah satu bagian tubuh yang sensitif. Hal ini karena ujung jari berdekatan dengan telapak tangan yang juga sensitif.

Letakkan tangan pasangan di atas tangan Anda dengan telapak menghadap ke atas. Perlahan, gerakkan jari di telapak tangannya, bisa juga menggelitik bagian dalam tangannya dengan jari. Untuk meningkatkan keintiman, tatap matanya saat menyentuh telapak tangannya.

3. Puting

Saat dirangsang, puting mengirimkan sinyal ke korteks sensorik genital. Daerah otak tersebut juga terangsang jika ada rangsangan klitoris atau vagina. Puting memiliki ratusan ujung saraf yang menjadikannya titik sentuh sensitif bagi wanita.

Banyak cara untuk merangsangnya seperti dibelai, dicium, dan dihisap. Jangan lupa untuk merangsang daerah areola agar sensasi yang dirasakan wanita semakin kuat. Wanita mungkin dapat mengalami orgasme akibat rangsangan pada puting.

4. Paha bagian dalam

Paha bagian dalam adalah titik sensitif lainnya pada tubuh wanita karena letaknya yang dekat dengan alat kelamin. Sentuhan ringan dan mengusapkan tangan Anda ke bagian tersebut dapat merangsang wanita.

5. Klitoris

Sudah menjadi rahasia umum bahwa klitoris adalah salah satu titik paling sensitif pada tubuh wanita. Klitoris memiliki 8.000 ujung saraf yang menjadikannya pusat kesenangan. Ujung saraf ini menyebarkan sensasi ke 15.000 saraf panggul lainnya. Itu sebabnya orgasme klitoris benar-benar terasa menyenangkan.

Selain menggunakan jari, Anda dapat menggunakan lidah atau vibrator untuk memberi rangsangan pada klitoris.

6. Bagian bawah kaki

Bagian bawah kaki memiliki titik-titik tekanan yang meningkatkan gairah dan meningkatkan aliran darah. Beberapa orang sangat geli di area tersebut sehingga mungkin Anda perlu waktu untuk menemukan tempat dan tekanan yang tepat.

Pijat kaki merupakan cara yang bagus untuk membangun mood. Hisap jari kaki mereka dengan lembut,dan pertahankan kontak mata untuk membangun keintiman.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Garuk-garuk Miss V Melulu Sehabis Bercinta? Ini 6 Kemungkinan Penyebabnya


Jakarta

Vagina adalah organ yang tergolong sangat sensitif. Banyak hal yang bisa menyebabkan iritasi pada vagina, vagina kering, hingga infeksi bakteri ataupun jamur.

Hal tersebut dapat menyebabkan rasa gatal, rasa sakit, hingga rasa terbakar pada vagina. Kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam berhubungan seksual.

Dikutip dari Insider, terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan vagina gatal setelah berhubungan seksual, berikut adalah 6 di antaranya.


1. Vagina kering

Vagina seharusnya dalam kondisi yang lembap dan ketika berhubungan seksual, vagina dapat menghasilkan pelumas alaminya sendiri. Namun, beberapa dapat membuat seseorang tidak menghasilkan pelumas alami yang cukup untuk melembapkan vagina, seperti misalnya kondisi menopause.

Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen menyebabkan berkurangnya juga kelembapan pada dinding vagina. Selain saat menopause, perubahan hormonal pada masa kehamilan dan menyusui juga dapat menyebabkan perubahan pada kelembapan vagina.

Vagina yang kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual hingga menimbulkan gejala seperti iritasi, rasa gatal, dan rasa sakit setelah berhubungan seksual.

2. Alergi

Alergi terhadap bahan lateks yang digunakan pada kondom bukanlah suatu kondisi yang langka. Kondisi alergi ini dapat menimbulkan reaksi, seperti rasa gatal, kemerahan, hingga ruam pada vagina.

3. Dermatitis vulva atau vulvitis

Kondisi ini terjadi ketika kulit pada vulva atau bibir vagina mengalami iritasi. Biasanya banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti penggunaan pelumas yang berparfum atau berwarna, yang dapat menimbulkan permasalahan pada vulva.

Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan sabun, pembalut, hingga celana dalam yang berbahan sintetis.

Kondisi ini dapat diatasi dengan menghindari penggunaan produk-produk berparfum, mandi air hangat, mengeringkan bagian vulva dengan sempurna setelah mandi, dan menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat atau berbahan katun.

4. Infeksi jamur

Infeksi jamur dapat terjadi akibat pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan pada vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan rasa gatal, iritasi, hingga rasa terbakar saat atau setelah berhubungan seksual.

Gejala lain yang menandakan adanya infeksi jamur adalah keputihan yang tidak biasa, seperti keputihan yang kental, putih, atau bertekstur bagai keju, pembengkakan atau kemerahan pada bagian bibir vagina, dan rasa sakit atau tidak nyaman pada vagina.

5. Vaginosis bakterialias

Keseimbangan pH pada vagina dapat terganggu setelah berhubungan seksual akibat pengaruh dari sperma pria. Kondisi keseimbangan pH yang terganggu dapat memicu pertumbuhan bakteri dan meningkatkan risiko terkena vaginosis bakterialis.

6. Infeksi menular seksual (IMS)

Seringkali, penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual tak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun, salah satu gejala yang paling umum adalah rasa gatal pada organ intim. Berhubungan seksual ketika mengalami infeksi menular seksual dapat membuat pembengkakan dan rasa gatal semakin parah.

Gejala yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang tidak biasa, rasa sakit hingga pendarahan ketika berhubungan seksual, rasa sakit ketika buang air kecil, dan rasa sakit pada perut bagian bawah.

Apapun faktor penyebabnya, ketika vagina dalam kondisi gatal, aktivitas seksual sebaiknya dihindari sampai vagina benar-benar pulih agar tidak semakin memperburuk gejala.

Bila rasa gatal disertai dengan gejala lainnya yang tidak biasa dan mengganggu, segera konsultasikan pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.

(up/up)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Mengenal Neovagina, ‘Vagina Buatan’ yang Biasa Dipakai Transgender


Jakarta

Belakangan ini, neovagina menjadi topik pembahasan yang ramai dibincangkan warganet. Neovagina adalah proses pembuatan liang vagina. Vagina hasil konstruksi atau rekonstruksi vaginoplasty disebut sebagai neovagina.

Dikutip dari Pratisandhi, prosedur ini biasanya dijalankan pada mereka yang tak terlahir dengan vagina atau memiliki kelainan kondisi vagina tertentu.

Artinya, neovagina tak hanya bagi transgender, tetapi juga pada wanita yang memiliki kondisi kesehatan tertentu. Misalnya, yakni wanita dengan sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH) sehingga tidak memiliki bentuk vagina, serviks, dan rahim secara sempurna layaknya wanita pada umumnya.


Layaknya organ intim normal, neovagina juga membutuhkan rangkaian perawatan agar menjaganya terhindar dari gangguan komplikasi atau infeksi. Perawatan tersebut berupa:

1. Membutuhkan bantuan pelumas

Neovagina pada umumnya tidak memiliki kemampuan untuk melumaskan diri sendiri layaknya vagina. Untuk itu, dibutuhkan bantuan pelumas eksternal, terutama ketika berhubungan seksual.

2. Douching

Vagina adalah organ yang memiliki kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri. Vagina juga memiliki bakteri Laktobasilus yang berperan dalam menjaga keseimbangan pH di vagina dan melindunginya dari bakteri atau jamur. Namun, lain halnya dengan neovagina. Neovagina membutuhkan proses pembersihan secara manual untuk menghindarinya dari infeksi bakteri dan jamur.

Douching adalah proses membersihkan vagina dengan menggunakan cairan yang umumnya mengandung berbagai bahan kimia. Sejumlah neovagina membutuhkan pembersihan secara rutin untuk menghindarinya dari bau yang tak sedap.

3. Konsultasi rutin

Mengingat bahwa rangkaian prosedur operasi ini berpotensi besar menimbulkan komplikasi bila tak diperhatikan dengan baik, maka konsultasi rutin sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa neovagina dalam kondisi yang sehat dan baik. Dikutip dari Medical News Today, orang dengan neovagina mungkin berisiko akan mengalami pertumbuhan kanker pada jaringan sel tersebut.

Selain pengecekan neovagina, pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual atau PMS juga dibutuhkan secara rutin. Namun, pemeriksaan PMS pada dasarnya penting untuk dilakukan oleh semua orang, tak hanya untuk orang-orang dengan neovagina.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

6 Penyebab Gatal di Area Kewanitaan Setelah Berhubungan Seks


Jakarta

Hal tersebut dapat menyebabkan rasa gatal, rasa sakit, hingga rasa terbakar pada vagina. Kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam berhubungan seksual.

Dikutip dari Insider, terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan vagina gatal setelah berhubungan seksual, berikut adalah 6 di antaranya.

1. Vagina kering

Vagina seharusnya dalam kondisi yang lembap dan ketika berhubungan seksual, vagina dapat menghasilkan pelumas alaminya sendiri. Namun, beberapa dapat membuat seseorang tidak menghasilkan pelumas alami yang cukup untuk melembapkan vagina, seperti misalnya kondisi menopause.


Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen menyebabkan berkurangnya juga kelembapan pada dinding vagina. Selain saat menopause, perubahan hormonal pada masa kehamilan dan menyusui juga dapat menyebabkan perubahan pada kelembapan vagina.

Vagina yang kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual hingga menimbulkan gejala seperti iritasi, rasa gatal, dan rasa sakit setelah berhubungan seksual.

2. Alergi kondom

Alergi terhadap bahan lateks yang digunakan pada kondom bukanlah suatu kondisi yang langka. Kondisi alergi ini dapat menimbulkan reaksi, seperti rasa gatal, kemerahan, hingga ruam pada vagina.

3. Dermatitis vulva atau vulvitis

Kondisi ini terjadi ketika kulit pada vulva atau bibir vagina mengalami iritasi. Biasanya banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti penggunaan pelumas yang berparfum atau berwarna, yang dapat menimbulkan permasalahan pada vulva.

Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan sabun, pembalut, hingga celana dalam yang berbahan sintetis.

Kondisi ini dapat diatasi dengan menghindari penggunaan produk-produk berparfum, mandi air hangat, mengeringkan bagian vulva dengan sempurna setelah mandi, dan menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat atau berbahan katun.

4. Infeksi jamur

Infeksi jamur dapat terjadi akibat pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan pada vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan rasa gatal, iritasi, hingga rasa terbakar saat atau setelah berhubungan seksual.

Gejala lain yang menandakan adanya infeksi jamur adalah keputihan yang tidak biasa, seperti keputihan yang kental, putih, atau bertekstur bagai keju, pembengkakan atau kemerahan pada bagian bibir vagina, dan rasa sakit atau tidak nyaman pada vagina.

5. Vaginosis bakterialias

Keseimbangan pH pada vagina dapat terganggu setelah berhubungan seksual akibat pengaruh dari sperma pria. Kondisi keseimbangan pH yang terganggu dapat memicu pertumbuhan bakteri dan meningkatkan risiko terkena vaginosis bakterialis.

6. Infeksi menular seksual (IMS)

Seringkali, penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual tak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun, salah satu gejala yang paling umum adalah rasa gatal pada organ intim. Berhubungan seksual ketika mengalami infeksi menular seksual dapat membuat pembengkakan dan rasa gatal semakin parah.

Gejala yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang tidak biasa, rasa sakit hingga pendarahan ketika berhubungan seksual, rasa sakit ketika buang air kecil, dan rasa sakit pada perut bagian bawah.

Apapun faktor penyebabnya, ketika vagina dalam kondisi gatal, aktivitas seksual sebaiknya dihindari sampai vagina benar-benar pulih agar tidak semakin memperburuk gejala.

Bila rasa gatal disertai dengan gejala lainnya yang tidak biasa dan mengganggu, segera konsultasikan pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Tanda-tanda Lemah Syahwat yang Kerap Terjadi di Pagi Hari


Jakarta

Lemah syahwat atau impotensi terjadi ketika laki-laki tidak dapat mempertahankan ereksi saat mendapat rangsangan seksual. Akibatnya, pria merasa tidak dapat menyenangkan pasangan yang ‘kurang puas’. Disfungsi seksual ini dapat terjadi di malam maupun pagi hari.

Pria kerap mengalami ereksi di pagi hari sebagai hasil dari tingginya kadar hormon testosteron. Dikutip dari Very Well Health, lemah syahwat dapat memengaruhi ereksi di pagi hari. Penyebab lemah syahwat seperti masalah pada saraf, hormon, pembuluh darah, dan otot polos yang memungkinkan ereksi. Kemudian, masalah hubungan, kecemasan, rendah diri, atau depresi juga berpotensi menyebabkan lemah syahwat di pagi hari.

Dikutip dari Healthline, ada 2 tanda lemah syahwat di pagi hari yang dapat dialami pria:


1. Berhenti mengalami ereksi di pagi hari (morning wood)

Jika sering mengalami morning wood, tetapi sekarang tidak mengalaminya sama sekali atau hanya sedikit, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

Meskipun wajar ereksi terjadi lebih jarang seiring bertambahnya usia, penurunan frekuensi ereksi yang tiba-tiba mungkin merupakan tanda masalah medis

2. Mulai mengalami ereksi yang menyakitkan

Kebanyakan ereksi pagi akan mereda dalam 30 menit setelah bangun tidur. Jika ereksi bertahan lebih dari 1 jam setelah bangun bahkan terasa nyeri, segera memeriksakan diri ke tenaga medis.

Selain itu, tanda-tanda lemah syahwat pada umumnya dikutip dari Mayo Clinic:

  • Kesulitan mendapatkan ereksi
  • Kesulitan mempertahankan ereksi
  • Berkurangnya hasrat seksual

Sulit untuk menyatakan frekuensi ereksi ‘terlalu banyak atau sedikit.’ Ini karena beberapa orang mengalami ereksi pagi setiap hari. Namun, ada juga yang mengalaminya kurang dari 1 kali dalam seminggu.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy