Jakarta –
Libido atau gairah seks adalah faktor penting yang memengaruhi kenikmatan dan kepuasan dalam bercinta. Semakin tinggi gairah seks, semakin besar pula kenikmatan seksual yang dirasakan saat berhubungan intim dengan pasangan.
Namun terkadang, gairah seks sewaktu-waktu bisa meningkat lebih tinggi dibanding biasanya. Lantas, apa sih yang menyebabkan gairah seks bisa tetap ‘membara’? Dikutip dari berbagai sumber, berikut penjelasannya.
1. Sering berolahraga
Jika belakangan detikers sering berolahraga, maka hal ini juga bisa menjadi salah satu pemicu gairah seks tinggi. Sebuah studi menemukan bahwa kebugaran fisik dapat memengaruhi gairah seks. Tak hanya itu, para peneliti menemukan gairah seks pada wanita sangat dipengaruhi oleh ketahanan kardiovaskular.
“Olahraga membuat tubuh melepaskan hormon bahagia yang meningkatkan tingkat energi,” ujar seksolog Shamyra Howard, L.C.S.W., dikutip dari Prevention.
2. Hubungan yang sehat dengan pasangan
Terkadang, gairah seks yang tinggi juga bisa disebabkan oleh hubungan percintaan yang sehat dengan pasangan.
“Jika semua berjalan baik, itu (hubungan) dapat mendongkrak gairah seks Anda. Tapi jika Anda mengalami banyak konflik dan masalah dalam hubungan, hal tersebut dapat menurunkan hasrat seksual,” terang psikolog dari Kinsey Institute di Indiana University, Justin Lehmiller, PhD.
Bagi beberapa orang, gairah seks juga bisa meningkat ketika mereka baru menjalin hubungan dengan pasangan yang baru, sehingga selalu ingin selalu bersama dan tidak mau berpisah. Fase ini dikenal juga dengan istilah ‘fase bulan madu’.
3. Jarang stres
Orang yang jarang stres juga bisa mengalami peningkatan gairah seks. Saat stres, tubuh akan melepaskan hormon kortisol. Selain membantu tubuh mengantisipasi ‘ancaman’ yang memicu stres, hormon ini juga dapat memengaruhi gairah seksual.
Sebuah studi pada 2008 menganalisa kaitan antara hormon kortisol dan gairah seks. Penelitian tersebut mengukur kadar kortisol dan gairah seks 30 orang wanita sebelum dan setelah menonton film porno. Hasilnya, wanita yang mengalami penurunan kortisol cenderung memiliki gairah seks yang lebih tinggi.
“Meskipun seks merupakan aktivitas fisik, dia juga sangat berhubungan dengan mental dan psikologi,” ucap pakar obstetri dan ginekologi, dr Tamika Cross, FACOG dari Serenity Women’s Health & Med Spa di Texas.
(ath/naf)
Image : unsplash.com/ Spacejoy