All posts by detikcom

Dampak Picky Eating pada Tumbuh Kembang Anak dan Cara Mencegahnya Sejak Dini

Jakarta

Anak susah makan, sering ngemil, atau drama setiap kali jam makan jadi masalah yang bikin pusing para ibu. Bingung putar otak gimana caranya agar anak mau makan agar BB-nya nggak seret kadang-kadang bikin ortu stres juga.

Kunci agar anak tetap bisa makan dengan tenang dan teratur ada di feeding rules, menerapkan aturan makan yang konsisten sejak dini. Feeding rules artinya menerapkan azas responsive feeding, mengajari anak mengenali konsep lapar dan kenyang, anak diberi makan terjadwal sesuai pengosongan lambung (±2 jam) orang tua yang menentukan kelengkapan nutrisi makanan dengan mempertimbangkan selera anak tetapi anak berhak mengkonsumsi makanan sesuai kebutuhannya

Salah satu aturan penting dalam feeding rules adalah memberi waktu makan maksimal 30 menit. Jika lewat dari itu, waktu makan harus dihentikan meski anak belum menghabiskannya.

“Biar anaknya belajar bahwa waktu makan itu nggak sepanjang mau dia,” tegas Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), pakar nutrisi dan metabolik anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat berbincang dengan detikcom, Rabu (17/9/2025).

Dampak Picky Eating pada Anak

Picky eating tidak bisa dianggap sepele. Anak yang terlalu selektif dalam makanan, sering menolak lauk tertentu, atau hanya mau makanan yang itu-itu saja, berisiko mengalami kekurangan nutrisi. Kondisi ini sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun.


Bila dibiarkan, hal ini bisa memengaruhi pertumbuhan fisik sekaligus perkembangan otaknya. Orang tua harus lebih peka terhadap kondisi anak, terlebih jika kurva perkembangannya cenderung stagnan bahkan tidak mengalami kenaikan karena pilih-pilih makanan.

“Kita bisa pantau cukup apa enggak. Kalau ternyata nggak cukup, misalnya weight faltering, jadi dia naik berat badannya, tapi nggak sesuai kenaikannya,” ucap Prof Damayanti.

Prof Damayanti mencontohkan pada anak berusia 1 tahun, kenaikan berat badan normalnya berkisar 8 gram per hari. Artinya, dalam satu bulan kenaikan BB anak kurang lebih 240 gram.

“Kalau dia naiknya cuman 100 gram gitu kan, 150, berarti ada sesuatu. Mesti ke dokter, cari tahu jangan-jangan ada sesuatu yang menyebabkan,” tambahnya.

Mencegah Picky Eating dengan Feeding Rules

Kunci agar anak bisa makan dengan tenang dan teratur ada di feeding rules, aturan makan yang konsisten sejak dini. Prinsipnya adalah responsive feeding, yaitu orang tua bertugas menyediakan makanan yang lengkap gizinya, sementara anak berhak menentukan jumlah dan tempo makannya.

Salah satu aturan penting dalam feeding rules adalah memberi waktu makan maksimal 30 menit. Jika lewat dari itu, waktu makan harus dihentikan meski anak belum menghabiskannya.

“Biar anaknya belajar bahwa waktu makan itu nggak sepanjang mau dia,” tegas Prof Damayanti.

Di samping itu, banyak orang tua khawatir kalau memberi camilan justru bikin anak makin malas makan. Mengenai hal ini, Prof Damayanti mengatakan camilan juga ada aturannya, bisa diberikan sebagai selingan di antara jam makan utama.

“Kalau makan 3 kali, berarti di antaranya kamu kasih dia snack. Jadi kan pertama jam 6, lalu jam 8 makan pagi. Jam 10 dia snack, karena jam 12 baru makan siang. Pengosongan lambung sekitar 2-3 jam jadi selang 4 jam terlalu jauh, jadi di tengahnya dikasih snack,” terang Prof Damayanti.

Camilan juga bisa menjadi kesempatan menambahkan asupan nutrisi anak, termasuk susu, buah, atau sumber protein sederhana. Namun, porsinya kecil dan waktunya jelas.

Waktu emas pertumbuhan Si Kecil hanya terjadi sekali, & tak bisa terulang kembali. Jangan biarkan Gerakan Tutup Mulut (GTM) menghalangi tumbuh kembangnya. Setiap pilihan apapun, kapanpun – terasa seperti momen penentu yang akan membentuk masa depan Si Kecil. Yuk Moms kita ubah Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi Gerakan Tumbuh Maximal karena pilihan terbaik Bunda hari ini, menentukan masa depan Si Kecil esok hari.

Kini GTM bukan lagi drama, tapi #GerakanTumbuhMaximal #KarenaWaktuTakBisaKembali!

(kna/kna)



Sumber : health.detik.com

Anak Shandy Sjariff Dioperasi 2 Kali karena Strabismus, Kondisi Apa Itu?


Jakarta

Artis Shandy Sjariff menceritakan anak keduanya, Mahamisha Putri, menjalani operasi dua kali akibat kondisi bawaan berupa strabismus pada mata. Kondisi ini membuat bola mata tidak sejajar dan mengarah pada objek sama pada waktu sama.

Sebelum memutuskan operasi, Shandy telah membawa anaknya ke beberapa dokter mata. Semua dokter memiliki pendapat sama bahwa Mahashima harus dioperasi.

Mahamisha sempat menjalani terapi dengan kaca prima selama setahun sebelum operasi. Namun, sayang kondisinya tidak segera membaik sehingga diputuskan untuk operasi.


Operasi pertama dilakukan pada Desember 2024. Lalu, sebulan setelah operasi, muncul komplikasi berupa kista di bola matanya. Operasi kedua baru saja dilaksanakan pada Oktober 2025.

“Di bola mata bekas operasi muncul seperti gelembung yang makin membesar. Setelah berkonsultasi dengan tiga dokter, diagnosanya sama, itu adalah kista,” ujar Sjariff program Pagi Pagi Ambyar Trans TV, Rabu (1/10/2025).

“Sesuatu yang sangat jarang terjadi, mungkin hanya 2 atau 3 dari 100 pasien yang mengalaminya. Akhirnya Mahamisha harus menjalani operasi kedua untuk mengatasi kista tersebut, baru kemarin operasi,” tandasnya.

Terlepas dari apa yang dialami oleh putri Shandy Sjariff, sebenarnya apa itu strabismus? Strabismus atau yang umum dikenal masyarakat sebagai mata juling, terjadi ketika kedua mata tidak sejajar satu sama lain.

Dikutip dari Cleveland Clinic, dalam kondisi normal, enam otot yang mengendalikan pergerakan mata bekerja bersama untuk menjaga kedua mata mengarah ke arah yang sama. Pada pengidap strabismus, otot-otot ini mengalami masalah dalam mengendalikan gerakan mata sehingga tidak bisa mempertahankan posisi mata yang normal.

Beberapa gejala strabismus meliputi penglihatan ganda, sakit kepala, sulit membaca, mata cepat lelah, memiringkan atau memutar kepala, hingga menutup satu mata saat melihat objek jauh.

Gejala-gejala tersebut umumnya terlihat pada anak sebelum usia 3 tahun. Jika strabismus tiba-tiba muncul pada anak yang lebih dewasa atau orang dewasa, ini bisa menjadi tanda gangguan neurologis serius.

Sebagian besar strabismus disebabkan oleh masalah kontrol neuromuskular, hubungan otak dan otot mata. Jarang strabismus disebabkan oleh otot mata ini sendiri.

Faktor keturunan juga berperan. Sebanyak 30 persen anak dengan strabismus memiliki anggota keluarga dengan kondisi serupa. Adapun berikut ini faktor risiko yang dapat memicu strabismus:

  • Gangguan refraksi yang tidak terkoreksi.
  • Penglihatan buruk pada salah satu mata.
  • Cerebral palsy.
  • Down syndrome (20-60 persen pengidap mengalami strabismus).
  • Hidrosefalus.
  • Tumor otak.
  • Stroke (penyebab utama pada dewasa).
  • Cedera kepala (merusak area otak, saraf, atau otot penggerak mata).
  • Gangguan saraf.
  • Penyakit Graves (kelebihan hormon tiroid).

(avk/kna)



Sumber : health.detik.com

Kemenkes Wanti-wanti Efek Cemaran Radioaktif Cs-137, Minta Lapor Bila Ada Gejala Ini


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI mewanti-wanti risiko dan efek dari paparan radioaktif cesium-137 yang belakangan ramai ditemukan di Kabupaten Serang, Banten, Kecamatan Cikande. Pemerintah menetapkan wilayah tersebut tercemar Cs-137 yang diduga berawal dari reaktor nuklir, masuk dari luar negeri.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menyebut orang yang terpapar radioaktif Cs-137 bisa mengalami sindrom radiasi akut (ARS). Keluhannya bisa ditandai dengan mual, muntah, diare, kelelahan, hingga hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya penurunan sel darah putih.

Selain itu, kerusakan kulit atau jaringan juga bisa terjadi. “Pasien bisa melaporkan kemerahan, lepuh, luka bakar radiasi,” beber Aji dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).


Sementara pada paparan radioaktif Cesium-137 yang sangat tinggi, ada risiko perdarahan. Keluhan ini juga diikuti dengan infeksi berat, kerusakan organ, bahkan fatalnya kematian.

Bukan hanya dalam jangka pendek, secara jangka panjang paparan Cesium-137 dalam level rendah yang berulang, bisa memicu kanker.

“Risiko kanker meningkat (leukemia, kanker jaringan lunak) akibat kerusakan DNA,” jelas Aji.

Kelompok ibu hamil lebih berisiko saat terpapar cemaran cesium-137, dengan adanya gangguan reproduksi dan risiko kelainan janin.

Meski begitu, Aji menekankan sejauh ini paparan yang ditemukan pada keseluruhan pasien di Cikande relatif rendah dan bisa didekontaminasi dengan obat khusus, hingga terus dipantau perkembangan kesehatannya.

Imbauan Kemenkes RI

Alih-alih panik, Kemenkes RI meminta masyarakat segera mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk pemerintah untuk melihat kemungkinan paparan cemaran.

Sebisa mungkin selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan, selalu mandi setelah beraktivitas di area berisiko, memastikan konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.

“Segera laporkan ke tenaga kesehatan bila mengalami keluhan seperti mual, muntah, lemas, atau perubahan kesehatan lain,” beber dia.

Sebagai catatan, radiasi tidak bisa dilihat, didengar, atau dicium, sehingga pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk mengetahui dampaknya.

“Tidak perlu khawatir berlebihan, pemerintah telah melakukan dekontaminasi, pengamanan lokasi, dan penanganan medis,” pungkas dia.

(naf/up)



Sumber : health.detik.com

Cikande Tercemar Radioaktif Cs-137, Kemenkes Ungkap Kondisi 9 Pasien yang Terpapar


Jakarta

Publik ramai menyoroti penetapan status kondisi khusus pada wilayah Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Ada 9 orang yang terindikasi positif terpapar radioaktif cesium-137 melalui pemeriksaan whole body counter (WBC) dan enam orang positif terpapar melalui hasil pemeriksaan surveymeter.

Pemerintah sejauh ini melakukan pemeriksaan pada lebih dari 1.500 pekerja dan warga sekitar di kawasan industri Cikande.

“Pemeriksaan kesehatan gratis (PKG) kepada lebih dari 1.562 pekerja dan warga sekitar Kawasan Industri Cikande. Hasilnya terdapat 6 orang positif terpapar (hasil surveimeter) dan 9 hasil whole body counter (WBC),” jelas Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Aji Muhawarman, dalam keterangan resminya, Kamis (2/10/2025).


Pihaknya disebut akan terus melakukan pemantauan kesehatan masyarakat. Aji sekaligus menjelaskan sejumlah tahapan deteksi sebelum pasien akhirnya dirujuk.

Pertama, pasien menjalani pemeriksaan surveymeter. Tes tersebut untuk menunjukkan apakah ada paparan eksternal radiasi pada tubuh maupun pakaian.

Bila hasilnya positif, langsung dilakukan dekontaminasi, dengan mengganti pakaian dan mandi, lalu diperiksa ulang.

Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan darah. Hal ini dikarenakan penurunan limfosit bisa menjadi indikasi awal seseorang terpapar cemaran zat radioaktif cesium-137.

Penetapan akhir dengan Whole Body Counter (WBC), saat orang tersebut ditemukan mengalami penurunan limfosit. WBC bisa mendeteksi paparan radiasi internal atau cesium yang masuk ke tubuh.

“Jika terindikasi serius, dirujuk ke RS rujukan nasional (RS Fatmawati) untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut,” lanjutnya.

Saat ditanya lebih lanjut, Aji menekankan seluruh pasien yang terpapar cesium-137 saat ini dalam kondisi stabil.

“Saat ini kondisi baik,” pungkas dia.

(naf/up)



Sumber : health.detik.com

Cegah Keracunan, Menkes Usul Rapid Test Hidangan MBG Sebelum Dikonsumsi


Jakarta

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan rapid test untuk menu makan bergizi gratis (MBG) akan dilakukan pada dua tahap. Pertama pemeriksaan pada bahan baku dan air, lalu pada makanan yang sudah matang.

“Ada yang bisa dilakukan pengujian kualitas bahan baku. Nah, ini yang kita bicarakan dengan BGN (Badan Gizi Nasional), supaya bahan bakunya nanti termasuk airnya, kalau bisa diuji rapid,” ujar Menkes ketika ditemui awak media di Kantor Kemenkes, Kamis (2/10/2025).

Pada rapid test untuk masakan, nanti pemeriksaan dilakukan untuk menemukan apakah ada kontaminan pada makanan. Seperti yang diketahui, banyak kejadian keracunan MBG terjadi akibat infeksi bakteri dan virus.


Ia lantas membandingkan metode ini pada pengamanan makanan untuk jamaah Haji. Menurutnya, pengamanan pangan harus benar-benar dilakukan dengan serius agar masalah keracunan tidak muncul lagi.

“Jenis (rapid test) kedua untuk makanan setelah jadi, ada rapid test-rapid test untuk ngecek bakterinya apa, ngecek keracunan kimianya apa,” ujar Menkes.

“Contohnya setiap pejabat negara atau kepala negara kalau mau makan kan harus di-rapid test dulu. Kita juga lakukan dengan katering haji, kan Kemenkes melakukan catering untuk 200 ribuan jamaah haji tiap musim haji, itu sudah dilakukan. Nanti itu yang akan kita ajarin teman-teman di SPPG supaya mereka bisa melakukan itu secara lebih baik,” sambungnya.

Selain itu, Menkes juga berbicara soal kemungkinan kasus keracunan MBG ini naik level menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) nasional. Seperti yang diketahui, beberapa wilayah di Indonesia sudah menetapkan KLB keracunan MBG.

Menurutnya, hingga saat ini belum ada pembicaraan terkait status kasus keracunan makanan menjadi KLB nasional.

“Kalau KLB naik menjadi KLB nasional itu sudah ada aturannya ya di undang-undang dan sama peraturan presiden. Saya untuk jawab sekarang jadi KLB nasional itu memang harus ada beberapa provinsi beberapa banyak itu ya tapi sekarang belum masuk ya,” tandasnya.

(avk/naf)



Sumber : health.detik.com

Kasus TBC Resisten Obat Masih Tinggi, Wamenkes Soroti Hal Ini


Jakarta

Indonesia masih menghadapi tantangan besar menanggulangi tuberkulosis (TBC) resisten obat. Per 2024, terdapat sekitar 12.000 kasus TB resisten obat dengan tingkat keberhasilan pengobatan baru di angka 59 persen.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menegaskan kondisi ini harus menjadi perhatian serius.

“Tantangan kita untuk melakukan penatalaksanaan TBC resisten ada di hadapan kita. Keberhasilannya harus terus meningkat ke depan,” ujar Dante di Jakarta, Kamis (2/10/2025).


Menurut Dante, hadirnya regimen pengobatan baru bernama BIPAL-M atau Bipalem membawa angin segar bagi pasien TB resisten obat. Jika sebelumnya terapi bisa berlangsung hingga 18 bulan dengan konsumsi lebih dari 20 tablet per hari, kini pengobatan cukup enam bulan saja, dengan hanya 4 hingga 5 tablet per hari.

“Dengan regimen lama, pengobatan TB resisten bisa menghabiskan hingga Rp 120 juta per pasien. Sementara dengan BIPAL-M, jika patuh berobat, biayanya hanya sekitar Rp 9 juta,” lanjut Dante.

Selain lebih terjangkau, terapi singkat diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan pasien yang selama ini menjadi tantangan utama. Banyak kasus TB resisten obat muncul akibat pasien menghentikan pengobatan di tengah jalan, sehingga obat standar tak lagi efektif.

Target 2025

Kementerian Kesehatan menegaskan komitmennya mempercepat penanganan TB di Indonesia. Mengacu pada estimasi World Health Organization (WHO), jumlah kasus TBC di Tanah Air mencapai 1,09 juta orang setiap tahun.

“Yang paling penting adalah upaya notifikasi. Jadi, 1.090.000 orang itu harus dicek semua sebelum diobati. Target kita, 90 persen di tahun 2025 sudah dicek secara total, dan setelah dicek langsung diobati. Inilah yang disebut enrollment target,” jelas Dante.

Ia menambahkan, capaian pengobatan TBC kini menunjukkan progres positif.

“Enrollment target juga 90 persen, dan untuk saat ini yang sudah ditemukan sudah tercapai enrollment obatnya. Tingkat kesembuhan sudah mencapai 90 persen sesuai target. Kita akan melakukan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga, semua harus diberdayakan supaya pengobatan TBC ini berjalan,” katanya.

Sementara Direktur Yayasan Riset dan Pelatihan Respirasi Indonesia Prof Erlina Burhan, menilai regimen baru Bipalem sebagai terobosan besar. Menurutnya, selain lebih singkat, efek samping obat juga lebih dapat dikelola.

“Selama ini, pengobatan TB resisten obat menjadi masalah besar karena pasien harus menjalani terapi hingga 18 bulan dengan jumlah obat yang sangat banyak. Dengan Bipalem, pengobatan cukup enam bulan saja. Obat yang diminum hanya 4 hingga 5 tablet per hari, dan efek sampingnya lebih bisa dimanage,” jelasnya.

Bahkan, kata Dante, ke depan pemerintah bersama lembaga riset internasional akan memulai uji klinis terapi super singkat, hanya satu bulan pengobatan. Uji klinis ini dijadwalkan berlangsung pada 2027 hingga 2029.

Jalan Panjang Menuju Eliminasi TB

Meski berbagai inovasi hadir, Dante mengingatkan bahwa obat tidak cukup. Peran tenaga kesehatan dalam mendampingi pasien sejak awal hingga akhir pengobatan tetap menjadi kunci.

“Dalam upaya menurunkan angka TBC, kita berhadapan dengan berbagai macam hal di masyarakat. Salah satunya adalah TBC resisten obat yang tidak bisa diobati dengan obat standar. Maka, pendampingan pasien sangat penting agar terapi benar-benar tuntas,” tegasnya.

(naf/naf)



Sumber : health.detik.com

Risiko Kesehatan yang Bisa Dilihat dari Golongan Darah, Cek Sekarang


Jakarta

Banyak orang yang mungkin tidak tahu kalau golongan darah dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap kondisi medis tertentu. Golongan darah mengkategorikan darah berdasarkan kandungannya, termasuk faktor Rhesus atau Rh dan antigen.

Golongan darah seseorang diturunkan secara genetik dari orang tua. Hal ini menghasilkan kombinasi yang berbeda, dan belum tentu memiliki golongan darah yang sama persis dengan orang tua.

Sistem golongan darah ABO mencakup empat golongan darah yang berbeda. Setiap golongan darah penting karena orang-orang dari setiap golongan darah dapat mengalami keadaan darurat medis di beberapa titik.


Dikutip dari MedicineNet, golongan darah bergantung pada antibodi dan antigen dalam darah. Antigen adalah kombinasi protein dan gula pada permukaan sel darah merah.

Lantas, kondisi kesehatan apa yang terkait dengan masing-masing golongan darah?

1. Kehilangan Memori dan Fungsi Otak

Fungsi otak berhubungan dengan gen ABO. Jika memiliki golongan darah A, B, atau AB, orang itu 82 persen lebih mungkin mengalami masalah memori dan kognisi.

Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan demensia dan terkait dengan stroke. Salah satu kemungkinannya adalah golongan darah dapat menyebabkan masalah kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Semua ini dapat menyebabkan masalah kognitif.

2. Penyakit Jantung dan Serangan Jantung

Darah dipompa melalui jantung, jadi ada hubungan antara jantung dan golongan darah. Golongan darah dapat membuat seseorang berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan serangan jantung.

Jika bukan golongan darah O, gen ABO dapat membuat seseorang berisiko terkena masalah jantung. Hal ini terutama berlaku jika tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi.

Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit arteri koroner pada golongan darah A, B, dan AB.

3. Kanker

Banyak faktor yang berkaitan dengan risiko kanker yang tinggi. Tetapi, jika bergolongan darah A, lebih berisiko tinggi terkena kanker lambung.

Gen ABO telah dikaitkan dengan kanker lain, seperti kanker payudara, prostat, hati, kolorektal, paru-paru, dan serviks. Hubungan ini telah ada selama lebih dari 60 tahun, dan belum ada penjelasan mengapa gen tersebut berperilaku seperti ini.

Lantas, golongan darah apa yang paling sehat?

Golongan darah adalah salah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap risiko keseluruhan seseorang terhadap penyakit medis tertentu. Meski tidak ada yang pasti, golongan darah dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap kondisi medis tertentu.

Pada intinya, tidak ada golongan darah yang benar-benar ‘paling sehat’, karena masing-masing memiliki profil kesehatan yang unik dengan beberapa kelebihan dan kekurangan. Orang dengan golongan darah O memang memiliki risiko lebih rendah terkena serangan jantung dan kanker tertentu, seperti kanker lambung hingga demensia.

Tetapi, orang dengan golongan darah O lebih rentan terhadap pembekuan darah dan tukak lambung. Maka dari itu, semuanya kembali bagaimana seseorang melindungi diri dari penyakit dan menerapkan pola hidup yang sehat.

Pola makan sehat yang kaya akan sayuran, buah, ikan, protein rendah lemak, dan biji-bijian utuh akan membantu menjaga kondisi tubuh tetap prima, begitu pula dengan aktivitas fisik yang teratur.

Tidak merokok dan membatasi konsumsi alkohol juga berkontribusi pada gaya hidup sehat.

(sao/kna)



Sumber : health.detik.com

Apa Itu Cesium-137? Ditemukan FDA di Udang dan Cengkeh Asal Indonesia


Jakarta

Food and Drug Administration (FDA) atau badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat baru-baru ini memblokir impor semua rempah-rempah dari PT Natural Java Spice minggu lalu. Ini dilakukan setelah mendeteksi adanya zat Cesium-137 dalam pengiriman cengkeh ke California.

Apa Itu Cesium-137?

Cesium merupakan unsur kimia golongan logam alkali yang pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Jerman Robert Bunsen dan Gustav Kirchhoff pada 1860. Dikutip dari laman Britannica, Cesium berasal dari bahasa Latin ‘caesius’ yang berarti ‘biru langit’, karena garis spektrum biru yang unik saat unsur tersebut diamati secara stetoskopi.

Dalam bentuk alaminya, Cesium adalah logam berwarna perak keemasan, sangat reaktif, dan meleleh pada suhu hanya 28,4 derajat Celsius, yang hampir setara dengan suhu ruangan. Tetapi, dalam temuan di udang, cengkeh, dan di daerah Cikande, Banten, bukan cesium stabil, melainkan radioaktif seperti Cesium-137.


Cesium-137 adalah isotop radioaktif yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari reaksi nuklir, termasuk bom nuklir, pengujian, operasi reaktor, dan kecelakaan. Isotop ini memancarkan radiasi beta dan gamma, dan digunakan dalam pengobatan medis serta alat ukur industri.

Cesium tersebar luas di seluruh dunia, dengan jumlah jejak yang ditemukan di lingkungan, termasuk tanah, makanan, dan udara. Tetapi, bisa berbahaya jika tertelan karena menumpuk di jaringan lunak.

Apa Saja Risiko dari Paparan Cesium-137?

“Tidak ada makanan yang memicu peringatan atau hasil tes positif yang telah dirilis untuk dijual di AS,” kata pejabat FDA, dikutip dari Independent UK.

“Namun, ratusan ribu kemasan udang beku impor yang dijual di Kroger dan toko kelontong lainnya di seluruh AS ditarik karena mungkin diproduksi dalam kondisi yang memungkinkan kontaminasi,” sambung badan tersebut.

Meskipun risikonya tampak kecil, makanan tersebut dapat menimbulkan potensi masalah kesehatan. Terutama bagi orang yang terpapar Cesium-137 tingkat rendah dalam jangka panjang.

Tingkat kontaminasi yang terdeteksi jauh di bawah tingkat yang dapat memicu perlunya perlindungan kesehatan. Tetapi, paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker tertentu.

Selain itu, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama juga menyoroti dampak dari paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137). Dampak buruk dari paparan jangka panjang dan berulang dari Cs-137 mungkin akan meningkatkan risiko terjadinya kanker melalui mekanisme kerusakan DNA dalam sel hidup tubuh manusia.

“Dalam hal ini, perlu disampaikan bahwa memang masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui kejelasan dampak yang mungkin terjadi,” terang Prof Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (2/10/2025).

Apa yang Ditemukan FDA?

Petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mendeteksi cesium 137 dalam kontainer pengiriman udang yang dikirim oleh PT Bahari Makmuri Sejati ke beberapa pelabuhan AS.

Petugas CBP melaporkan potensi kontaminasi tersebut pada FDA, yang kemudian menguji sampel udang dan mendeteksi Cesium-137 dalam satu sampel udang yang dilapisi tepung roti. FDA kembali mendeteksi paparan Cesium-137 dalam satu sampel cengkeh yang diekspor oleh PT Natural Java Spice, yang mengirimkan rempah-rempah ke AS dan negara-negara lain.

Dari Mana Asal Kontaminasi Itu?

Sampai saat ini, masih belum jelas apakah sumber kontaminasi yang sama pada udang dan rempah-rempah tersebut. Pejabat FDA dan CBP mengatakan penyelidikan mereka masih berlanjut.

Kedua fasilitas pemrosesan tersebut tampaknya berjarak sekitar 800 kilometer di Indonesia.

“Besi tua yang terkontaminasi atau logam cair di lokasi industri dekat pabrik pengolahan udang di Indonesia kemungkinan merupakan sumber bahan radioaktif,” menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Sejauh ini, Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Murti Utami memastikan seluruh pasien yang tercemar zat radioaktif cesium-137 (Cs-137) diarahkan menjalani perawatan di rumah sakit vertikal.

“9 orang itu kita kirim ke rumah sakit Fatmawati,” beber dia saat ditemui di Gedung Kemenkes RI, Kamis (2/10/2025).

Pasien diberi pill prussian blue untuk membantu meluruhkan cemaran zat radioaktif cesium-137, meski belum bisa dipastikan apakah zat tersebut sepenuhnya luruh 100 persen.

Namun, pihaknya memastikan akan terus memantau kondisi pasien hingga dinyatakan sehat.

Ia berpesan untuk masyarakat di daerah zona merah segera melakukan pemeriksaan untuk melihat kemungkinan ikut terpapar zat radioaktif serupa. Kini, sudah dipetakan area berdasarkan zonanya.

“Yang penting mereka pemeriksaan dulu karena kan di area situ (Cikande, Banten) sama Bapeten sudah dipetakan mana area merah kuning hijau,” pungkasnya.

(sao/kna)



Sumber : health.detik.com

Temuan Awal KLH soal Cengkeh RI yang Terkontaminasi Radioaktif Cs-137


Jakarta

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyebut temuan sementara dari pemeriksaan perusahaan ekspor cengkeh yang diduga tercemar radioaktif Cesium-137 (Cs-137) menunjukkan lokasi tersebut memiliki tingkat radiasi yang normal. Cengkeh yang diduga tercemar zat radioaktif Cesium-137 tersebut masih dalam proses pengembalian ke Indonesia.

“Barang re-impor belum datang. Jadi kita cek di perusahaannya. Di perusahaan ini kok angkanya beda dengan Cikande, kalau di Cikande kan sampai ketemu angka 1.000 mikrosievert per jam. Itu di sana rata-rata 0,07, 0,04. Itu nilai paparannya dari kondisi background alam,” jelasnya dikutip dari ANTARA.

Hasil sementara itu didapat dari kunjungan yang dilakukan dari tim gabungan. Selain KLH terdapat pula petugas dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Tim Gegana Polri.


Meski hasil pemeriksaan tim memperlihatkan tingkat radiasi yang normal, Hanif mengatakan akan tetap melakukan peninjauan langsung untuk memastikan kondisinya.

Sebelumnya, FDA melaporkan temuan dugaan cemaran radioaktif Cesium-137 pada produk cengkeh asal Indonesia yang diekspor oleh PT NJS. Sebagai respons, FDA kemudian memblokir seluruh ekspor rempah dari perusahaan tersebut ke AS.

Dikutip dari laman US Food and Drug Administration (FDA), pihaknya memblokir impor semua rempah-rempah dari PT NJS di Indonesia setelah inspektur federal mendeteksi Cesium-137 dalam kiriman cengkeh yang dikirim ke California.

Penemuan ini menyusul peringatan impor yang diberlakukan pada Agustus terhadap perusahaan PT Bahari Makmuri Sejati (BMS foods), yang mengirimkan jutaan kilogram udang ke AS setiap tahun.

Saat ini, masih belum jelas apakah ada sumber kontaminasi yang sama untuk udang dan rempah-rempah tersebut. FDA dan CBP mengatakan penyelidikan mereka terus berlanjut, terutama karena kedua fasilitas pengolahan tersebut berjarak sekitar 800 kilometer di Indonesia.

(kna/kna)



Sumber : health.detik.com

Cegah Salmonella dan E. Coli, Begini Cara Aman Mencuci dan Mengolah Daging


Jakarta

Pencucian wadah yang digunakan untuk mengolah ayam dan daging begitu penting untuk mencegah kontaminasi bakeri Salmonella dan Ecolli. Hal ini dikatakan oleh Kepala Sub Instalasi Perencanaan Produksi dan Distribusi Makanan RSCM, Khaerani Angela, S.Gz, RD, CHNP.

Menurut Khaerani, air bisa menjadi sumber kontaminan terbesar dalam makanan. Sehingga proses pencucian wadah dan alat perlu diperhatikan dengan baik.

“Pada proses pencucian wadah atau alat makan tahapan akhir menjadi ujung tombak untuk menghilangkan bakteri yaitu dengan cara membilas dengan air panas (suhu lebih dari 70⁰C),” ujar Khaerani, dikutip dari Antara, Kamis (2/10/2025).


Dia mengatakan, proses pencucian bahan mentah yang akan disimpan tidaklah disarankan. Tak hanya itu, kontaminasi bakteri juga bisa berasal dari pisau dan talenan yang digunakan. Jadi, penting juga untuk memisahkan talenan dan pisau yang digunakan untuk bahan mentah dan matang.

Disarankan pula untuk menggunakan kain lap untuk mengeringkan alat wadah makanan serta lebih direkomendasikan untuk menggunakan tisu dapur dalam mengeringkan alat dan wadah makanan.

Perlu diketahui, bakteri Salmonella dan E. coli bisa berasal dari daging yang tidak dimasak secara matang sempurna, kotoran hewan, serta air yang tercemar.

Tak hanya dalam proses pemasakan, dalam proses pengolahan makanan, Khaerani juga menyarankan proses penyimpanan, persiapan, sampai dengan proses distribusi atau penyajian makanan.

“Pada proses penyimpanan, pastikan bahan makanan disimpan pada suhu yang sesuai standar. Jika bahan baku (seperti ayam, daging dan ikan) akan disimpan dalam waktu singkat 1-3 hari, maka makanan dapat disimpan dengan suhu -5⁰C – 0⁰C , tetapi jika makanan akan disimpan dalam waktu lama lebih dari minggu maka dapat disimpan di suhu <-10⁰C. Proses ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri,” tambahnya.

Dalam proses memasak, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan untuk menghilangkan bakeri, yaitu suhu dan juga waktu pengolahan. Ada standar suhu yang harus dicapai dalam setiap pengolahan makanan.

  1. Makanan Kukus : >90 °C
  2. Masakan Rebus : >95°C
  3. Masakan Bertumis : ≥ 80° C
  4. Masakan Goreng : >130°C
  5. Masakan Panggang : ≥120° C

Sementara, waktu pemasakan tergantung pada bahan baku yang diolah. Khaerani menambahkan, tahap proses pendistribusian menjadi critical point.

“Pada tahap ini tidak ada lagi proses pemanasan yang dapat membunuh bakteri sehingga suhu makanan matang harus dipertahankan minimal 60° C dan makanan matang dapat aman disimpan dalam waktu 4-6 jam pada suhu ruang (<30⁰C),” pungkasnya.

(elk/elk)



Sumber : health.detik.com