Category Archives: Dakwah

Sang Rasul



Jakarta

Siang itu, di tahun-tahun pertama hijrah. Nyaris 1445 tahun yang lalu. Seorang lelaki melangkah cepat. Ia tidak sedang mengejar sesuatu. Memang begitu cara dia berjalan. Matahari mengejarnya. Menciptakan bayangan yang enggan bersicepat dengannya. Makhluk luar angkasa itu berdiameter 200 kali bumi. Sayapnya mengepak. Berkirim panas hidrogen. Bereaksi secara termonuklir menjadi gas helium. Berjarak 150 juta km. dari bumi.

Panasnya membuat kulit melepuh. Teriknya memaksa siapa pun mencari tempat berlindung. Di negeri itu, tidak mudah ditemukan tumbuhan dan pepohonan. Apalagi yang rindang untuk berteduh. Suhu siang hari bisa tembus 38 derajat celcius. Malam bisa turun menukik hingga 15 derajat celcius. Keadaan alam memaksa manusia bersiasat. Mencari jalan keluar dari kondisi yang menyebabkan hidup tidak mudah. Membuat darah tiada henti mendidih.

Lelaki itu bermandikan matahari. Tiba di sebuah rumah sangat sederhana, ia berucap salam. Lalu masuk. Seorang perempuan mengambil tikar terbuat dari kulit yang dia gulung. Alas duduk yang biasa bersandar di tembok. Ia menghamparkannya. Menyilakan sang tamu. Tamu melempar senyum. Dan, seperti di siang-siang lainnya, lelaki berbadan tegap itu menikmati “qailulah”–tidur sebentar menjelang matahari tiba di tengah horison.


Lelehan Keringat

Hanya beberapa kejab, badan materi lelaki itu terlelap. Tenang dalam dekapan alam mikrokosmos. Suhu di luar rumah yang naik meningkat, membuat pori-pori tubuhnya merekah. Dari lubang-lubang super halus di kulit, perlahan peluh metes. Tuan rumah, perempuan itu, bersegera mengambil botol berleher kecil dan bermulut lebar. Sembari mengatur langkahnya agar tidak mengganggu tidur sang tamu, ia mulai menampung lelehan keringat.

Saat terjaga dari tidur siangnya, lelaki itu bertanya. “Apa yang kamu lakukan ?” “Wahai Rasulallah. Keringatmu akan kujadikan minyak wangi. Aku berharap keberkahan untuk anak-anakku,” ujar perempuan itu. Lelaki yang disapa Rasulullah menjawab, “Engkau benar,” katanya sambil mendoakan kebaikan untuk keluarga Ummu Sulaim. Kini kita tahu, lelaki mulia itu adalah Sang Rasul dan perempuan itu adalah Ummu Sulaim ; ibunda sahabat Nabi, Anas bin Malik ra.

Adakah riwayat yang bisa dipahami bahwa manusia agung ini melarang Ummu Sulaim melakukan itu ? Kita belum menemukannya. Yang bisa kita pahami adalah Sang Rasul justeru membiarkan Ummu Sulaim. Bahkan membenarkannya. “Maadzaa Shona’ti–apa yang kamu perbuat,” tanya Nabi. Setelah mendengar jawaban Ummu Sulaim, Nabi berucap, “Ashobti–Kamu benar,” jawab Nabi, yang hari ini umat Islam sedunia, bersuka cita atas maulidnya.

Berebut Ludah

Alkisah. Pada tahun keenam hijrah, umat Islam berkonfrontasi dengan kaum musyrik. Kurang lebih 1400 kaum muslimin mendirikan kemah di Hudaibiyah, daerah sekitar Mekkah. Nabi berencana melaksanakan ibadah haji. Kaum musyrik menolak. Mereka berkirim utusan. Urwah As Tsaqafi, seorang utusan, pulang bukan saja membawa traktat perjanjian tapi juga menyimpan kesan mendalam dan memesona. Kepada para petinggi kaum Qurays ia berucap :

“Saya berkali-kali menjadi utusan kepada raja-raja. Saya pernah diutus menemui kisra, kaesar, najasyi. Demi Allah, umat Islam itu luar biasa. Saya belum pernah melihat para senopati memuliakan rajanya seperti para sahabat memuliakan Muhammad, nabi mereka. Setiap kali dia meludah, ludah itu pasti jatuh ke tangan salah seorang di antara mereka lalu orang itu mengusapkan ludah ke wajah dan kulitnya,” kata Urwah. Orang-orang kafir takjub.

“Demi Allah, bila Muhammad memberi suatu perintah kepada mereka, maka mereka akan bergegas melaksanakan perintahnya,” lanjut Urwah. Sejumlah petinggi Mekkah mulai gentar. Hati mereka bergetar. “Dan bila dia hendak berwudhu’, para sahabatnya hampir berkelahi hanya karena saling berebut sisa air wudhu’ Nabi mereka. Jika hendak berbicara, mereka senantiasa merendahkan suara mereka di hadapan Muhammad,” jelas Urwah bersemangat.

“Mereka akan selalu menjatuhkan pandangan di hadapan Muhammad, sebagai bentuk pengagungan mereka terhadap Nabi mereka.” Sebagaimana dicatat sejarah, meski ada butir-butir Perjanjian Hudaibiyah yang dinilai merugikan umat Islam, tapi di tahun berikutnya, Nabi SAW berhasil menunaikan ibadah haji. Tahun itu kaum Qurays takluk dan Mekkah kembali ke tangan Nabi Muhammad dan umat Islam. Tahun yang jadi isyarat akan segera sempurnanya risalah dan nubuwah Sang Rasul.

Kultus vs Cinta

Dua kisah penuh magi di atas, dapat kita baca dari laporan perawi hadits kenamaan, Bukhari-Muslim. Statusnya sahih. Dapat dijadikan sandaran dalam berhukum, beribadah dan bermuamalah. Andaikata Ummu Sulaim mengisahkan pengalamannya kepada kita saat ini, akan ada umat Islam masa kini yang menyebut itu tindakan kultus individu. Sebuah istilah yang tidak jelas batasan dan maksudnya selain untuk memukul.

Jika saja Urwah bin Mas’ud As Tsaqafi menuturkan kesan pertemuan dengan Nabi itu saat ini, hampir pasti akan ada yang menilai itu berlebihan. Bukan saja berlebihan, tapi mereka akan menggunakan frasa yang sangat menyakitkan ; bid’ah. Malah kelompok tertentu menyebutnya syirik. Karena musyrik maka berkonsekuensi pada maksiat. Karena maksiat, pelakunya mendapat dosa. Karena dosa, maka pertanggungjawabannya di neraka.

Mayoritas umat Islam yang bersuka cita dengan datangnya maulid nabi, akan suka rela menyebut prilaku Ummu Sulaim dan para sahabat lain di Hudaibiyah, dengan sebutan ekspresi cinta. Karena cinta kepada Sang Rasul, maka mereka akan cinta pada apa saja yang datang darinya, hatta ludah sekalipun. Karena cinta mereka kepada Sang Rasul, sisa air wudhu manusia agung itu pun jadi rebutan. Atas nama cinta, mereka dengan suka cita menyimpan rambut Sang Nabi.

Salah seorang jenderal terbesar dan panglima perang paling legendaris dalam Islam, Khalid bin Walid, berbisik kepada Hamam, budaknya yang paling setia. Di atas ranjang kematiannya, setelah mendapat surat dari Khalifah Umar bin Khattab, Khalid minta Hamam mengambilkan tutup kepala yang biasa ia kenakan dalam setiap peperangan. Ada selembar rambut di salah satu sisinya. “Ini rambut Sang Nabi,” katanya bangga.

Atsar Cinta

Ludah, rambut, air wudhu, Hudaibiyah, tempat, tahun, hari, adalah atsar. Atsar adalah waktu, tempat dan permbuatan yang berkait dengan seseorang yang dicinta. Saat Majnun melewati rumah Layla, ia diam tercekat. Ia pandangi rumah Layla dengan larik-larik cinta yang dapat menembus dinding. Dengan kekuatan cinta, ia berkirim hasrat kepada Layla. Ia mencium dinding. Bukan dinding itu yang dia maksud tapi Layla yang ada di balik dinding. Itulah ekspresi cinta.

Seorang kawan di pagi yang lembut, memasuki kamar anaknya. Ia terhenti di pintu. Dua bola matanya menyapu bersih semua sudut kamar. Anaknya pergi ke negeri jauh, bahkan melintasi ruang waktu. Perlahan ia duduk di kursi, tempat biasa anaknya mengulang pelajaran. Dia ambil buku harian. Lalu beringsut ke atas tempat tidur. Dia peluk bantal dan guling. Ia cium. Ada aroma anaknya di situ. Air mata pun jatuh. Amboi, dia “bertemu” anaknya !

Pasangan suami isteri, kawan liputan saya, kehilangan seorang anaknya akibat kecelakaan. Tidak mudah bagi orang tua manapun melupakan anaknya dan kejadian itu. Demikian pilu, semua atsar terkait anaknya, ia kenang lagi. Ia kunjungi tempat-tempat biasa si anak latihan bola, latihan renang dan tentu saja teman-teman sekolahnya. Ketika pulang, ia bongkar lemari. Ia basahi baju seragam yang terakhir dipakai anaknya, dengan air mata. Air mata cinta !

Bisa jadi anak-anak masa kini akan menyebut mereka di atas adalah para bucin alias budak cinta. Tapi, bagi cinta, semua perkara hidup jadi nisbi. Semua urusan berhenti di kata cinta. Ketika mendefinisikan cinta, Imam Ghazali menulis, “Cinta adalah tujuan puncak dari seluruh maqam tertinggi. Tiada lagi maqam lebih tinggi selain sebagai buah dari cinta. Rindu, uns, mesra, taubat, ridha, sabar, zuhud adalah buah cinta. Cinta kepada-Nya.”

Para “tokoh” di balik kisah cinta di atas, tidak sedang berlaku syirik apalagi menyekutukan Tuhan. Lihatlah bagaimana bangsa-bangsa besar di dunia menegakkan patung-patung raksasa sebagai ekspresi cinta dan cara mereka mengenang jasa para pahlawan. Saksikan di banyak negara bagaimana bangsa-bangsa mengenang pendiri bangsa dengan menjadikannya nama jalan, gedung, stadion atau apapun. Itulah cinta !

Maka, selama cinta masih tertanam dalam, tertancap kuat, berkembang pesat, siapa pun akat sulit melarang umat Islam memeringati maulid Nabi, isra dan mi’raj, nuzulul qur’an, tahun baru hijriah, barzanjian, diba’an, manaqiban, ziarah kubur Nabi, sahabat, tabiin, ulama, para wali, dan guru-guru. Apalagi di musim haji dan umroh. Para penggila cinta, tanpa kuatir akan kesehatan, tanpa peduli umur, hingga mengabaikan pekerjaan, akan senang menjawab panggilan Sang Rasul. Labbayka Ya Rasulallah !

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Hindari Sombong



Jakarta

Allah SWT. berfirman dalam surah an-Nisa ayat 28 yang artinya, “Allah menghendaki meringankan kalian dalam hukum-hukum agama sementara manusia diciptakan dalam kondisi lemah.”

Ayat ini memberikan makna Allah SWT. hendak meringankan syariat yang Dia tetapkan bagi kalian. Maka Dia tidak membebani kalian dengan sesuatu di luar kemampuan kalian. Karena Dia mengetahui kelemahan manusia, baik dalam jasad maupun akhlaknya. Kelemahan manusia itu mutlak adanya, oleh karena itu jika ingin menjadi kuat maka berikhtiarlah dan janganlah menjadi sombong karena keadaannya.

Sikap sombong akan terhindar jika seseorang mengetahui dan menyadari dirinya :


1. Diciptakan dari bahan yang kotor. Leluhur manusia diciptakan dari tanah, kemudian dari lumpur yang bau. Anak keturunannya diciptakan dari air mani yang berada di tempat kotor. Dijadikan ada oleh Sang Pencipta yang sebelumnya tiada, dijadikan bisa mendengar dari sebelumnya tuli dan menjadi bicara dari sebelumnya bisu. Dalam firman-Nya surah al-Mukminun ayat 12 menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari sari pati tanah. Unsur-unsur kimia yang dikandung tanah tidak berbeda dengan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tubuh manusia.

2. Tidak berkemampuan terhadap dirinya sendiri. Manusia tidak punya kuasa bagi dirinya untuk menghindari kerugian dan tidak pula untuk mendapatkan keuntungan, tidak bisa merendahkan maupun untuk meninggikan. Akal yang dimilikinya adalah pemberian-Nya, dengan akal ia mengisi kehidupan dunia dan mengetahui sifat-sifat-Nya. Dengan akal menjadikan seseorang pandai dan cerdas, hingga dapat mencapai tujuannya serta berkedudukan. Ingatlah bahwa akal diciptakan untuk mengimbangi nafsu bukan akal digunakan untuk melampiaskan hawa nafsunya. Firman-Nya dalam surah al-Qashash ayat 68 yang berbunyi, ” Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka ( manusia ) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” Allah SWT. menciptakan sesuatu yang dikehendaki untuk diciptakan dan menentukan sesuatu yang dikehendaki untuk ditentukan. Dalam hal ini adalah penegasan bahwa kebebasan menciptakan dan menentukan itu milik Allah SWT. Manusia mempunyai sifat ingin mengingat, tapi lupa; ingin mengetahui, tapi tidak tahu; ingin sehat, tapi sakit; ingin mampu, tapi lemah; ingin kaya, tapi miskin. Inilah fakta bentuk ketidakmampuan terhadap diri sendiri.

3. Menuju kesendirian. Manusia diciptakan tumbuh sampai menemui ajalnya. Dibuat dari tanah dan kembali ke tanah. Tatkala di alam kubur, tinggallah ia sendirian. Ia terpisah dari harta yang dikumpulkan, terpisah dari keluarga kecuali amal kebaikan masih menyertainya hingga saat hisab. Mengingat kondisi ini, janganlah menonjolkan kesombongan dalam kehidupannya.

Sikap sombong di dalam Al-Qur’an dan hadis tidak disukai-Nya sebab, keagungan dan kesombongan hanya layak milik Allah SWT. Pada dasarnya kesombongan itu pengagungan. Hakikatnya kesombongan adalah bersikap congkak, merendahkan orang lain dengan membanggakan dirinya, dan menolak kebenaran padahal tahu perihal kebenaran itu. Kejadian yang sering terjadi tatkala seorang pemimpin diberikan saran bawahannya dan saran tersebut tidak diindahkannya, padahal ia tahu bahwa saran itu tepat. Gengsi untuk menerima saran bagian dari bentuk kesombongan dan ingatlah seseorang tidak berhak untuk sombong. Saat seseorang menjadi pemimpin dengan kesombongan sikapnya itu, tidaklah bermanfaat dan tidak meningkatkan kinerjanya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin yang beriman jauhilah sikap sombong dan layanilah masyarakat dengan sikap rendah hati.

Ujian untuk hindari sikap sombong ini terasa sangat berat, apalagi godaan atas pesona dunia ada di depan matanya. Bersikap sombong itu bisa muncul pada semua lapisan, namun berat bagi orang berharta, berilmu dan paling berat orang yang berkedudukan. Kenapa ? Orang yang mempunyai posisi ( berkedudukan sebagian berharta dan berilmu ) sehingga muncul hasrat untuk merendahkan pihak lainnya. Oleh karenanya, ingatlah bahwa maqam yang engkau peroleh saat ini akan mudah berubah ( fana ). Hal ini telah diingatkan dalam firman-Nya surah ali-Imran ayat 26 yang artinya, “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki.”

Mari kita simak bermacam-macam kesombongan ( menurut Syekh Izzuddin bin Abdussalam ) :

1. Sombong karena menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Sombong untuk mengikuti Rasulullah SAW.
3. Sombong kepada sesama karena merasa dirinya lebih baik.
Ketiga macam sombong ini hendaknya dihindari. Penulis berpesan kepada para calon pemimpin negeri ini yang pada bulan-bulan depan akan mendaftarkan diri sebagai Capres dan Cawapres hendaknya santun dalam berkampanye, tidak merendahkan pihak lawan, dengan membanggakan dirinya dan jauh dari sikap congkak.

Ya Allah, Engkau yang berkuasa dan berkehendak, bimbinglah para calon pemimpin ini untuk bersikap tawaduk dan jika memperoleh amanah hendaknya tidak berkhianat. Berilah cahaya-Mu agar para pemilih dapat memilih pemimpin yang Engkau kehendaki.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Sulitnya Perjuangan Nabi Muhammad saat Dakwah di Makkah



Jakarta

Perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah tidak pernah luput dari berbagai penolakan dari kaum kafir. Mereka tak segan untuk mengejek, menyiksa, dan bahkan berusaha membunuh umat Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Penentangan yang dibarengi dengan kekerasan lebih banyak terjadi ketika dakwah Nabi Muhammad SAW dilakukan secara terang-terangan atas perintah Allah SWT, sebagaimana diceritakan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam karya Murodi.

Saat itu kafir Quraisy menganggap ajaran yang dibawa oleh Nabi muhamamd SAW tidak ada dasarnya dan tidak jelas karena mereka pikir apa yang mereka kerjakan adalah peninggalan dari nenek moyang dan tidak boleh ditinggalkan. Sehingga mereka tidak peduli dan berusaha menentangnya habis-habisan agar beliau berhenti berdakwah.


Perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi halangan orang-orang kafir sangatlah berat. Penentangan itu datang dari dengan berbagai macam bentuk dan metode.

Abu Lahab adalah salah satu tokoh Quraisy yang selalu menghalangi dan menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dengan cara menebarkan fitnah, menebar terror, mengejek, dan selalu menghalangi beliau.

Banyak cara yang kaum kafir Quraisy lakukan untuk menghentikan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, termasuk percobaan pembunuhan.

Salah satu percobaan yang dilakukan pimpinan Quraisy adalah tawaran kepada Abu Thalib untuk mengganti Nabi Muhammad SAW dengan seorang pemuda tampan bernama Amrah Ibn al-Walid al-Mughirah yang usianya sama dengan beliau agar bisa membunuh keponakannya.

Abu Thalib lantas menjawabnya dengan suara keras dan lantang, “Hai orang kasar! silakan dan berbuatlah sesukamu, aku tidak takut.” Kemudian Abu Thalib mengundang keluarga Bani Hasyim agar mau membantu melindungi Nabi Muhammad SAW.

Percobaan selanjutnya adalah mengutus Uthbah bin Rabi’ah untuk membujuk Nabi Muhammad SAW untuk menghentikan perjuangan dakwahnya. Ia menawari Rasulullah SAW apa pun, termasuk menjadikan beliau menjadi raja agar mau berhenti menyebarkan Islam.

Tentu saja itu tidak akan membuat perjuangan Nabi Muhammad SAW terhenti. Beliau menjawabnya dengan membacakan surah Fussilat ayat 13 yang berbunyi,

فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَقُلْ اَنْذَرْتُكُمْ صٰعِقَةً مِّثْلَ صٰعِقَةِ عَادٍ وَّثَمُوْدَ

Artinya: Jika mereka berpaling, katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu (azab berupa) petir seperti petir yang menimpa (kaum) ‘Ad dan (kaum) Samud.”

Perjuangan Nabi Muhammad SAW tidak berhenti sampai di sana. Kaum kafir tetap menentang dan berusaha menghentikan dakwah beliau. Penyiksaan yang tak manusiawi terhadap mukminin tidak bisa lagi dihindarkan.

Di antara sahabat nabi yang mendapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabbah yang dengan kejamnya dijemur di terik matahari dan di atasnya ditimpa dengan batu besar.

Ibunda Yasir yang bernama Sumaiyah dibunuh oleh Abu Jahal dengan tusukan tombak secara sadis hingga dirinya wafat. Sahabat-sahabat lain yang mendapat siksaan adalah Amr bin Yasir, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu Fukaihah, Al-Nadyah, Amr bin Furairah, dan Hamamah. Mereka mendapat siksaan berupa pukulan, cambukan, dan tidak diberi makan dan minum.

Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah menghadapi penentangan kaum kafir terus berlanjut hingga mereka berbondong-bondong memboikot Rasulullah SAW dan seluruh pengikutnya.

Boikot itu di antaranya berisi tentang larangan menikahi orang-orang Islam, larangan jual beli dengan orang Islam, larangan berkomunikasi dengan orang Islam, dan perintah menyerahkan Nabi Muhammad SAW kepada kaum kafir agar bisa dibunuh.

Selama kurang lebih tiga tahun, pemboikotan yang menyengsarakan umat Islam itu akhirnya berhenti ketika para pemimpin Quraisy yang masih memiliki hati nurani dan ada hubungan kekeluargaan dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib merobek piagam tersebut.

Setelah kondisi umat Islam perlahan pulih, perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk mendakwahkan agama Islam akhirnya berlanjut dengan memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Rasulullah SAW tetap tinggal di Makkah untuk mengatur strategi agar bisa pindah ke tempat lain untuk mengembangkan dakwahnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat tentang Sholat Subuh dan Keutamaannya


Jakarta

Khutbah Jumat adalah salah satu syarat sah pelaksanaan sholat Jumat. Isi khutbah Jumat dapat beragam topik, termasuk soal sholat Subuh dan keutamaannya.

Dikutip dari buku Tafsir Fathul Qaarib karya Ahidsyahid khutbah Jumat memiliki rukun yang harus dipenuhi di antaranya, mengucapkan hamdalah di dua khutbah, mengucapkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW di dua khutbah, berwasiat kepada jamaah Jumat tentang ketakwaan di dua khutbah, membaca ayat Al-Qur’an di salah satu khutbah, dan mendoakan seluruh umat Islam di akhir khutbah

Salah satu materi yang penting untuk disampaikan kepada para jamaah khutbah Jumat adalah tentang sholat. Sebab sholat adalah landasan, dasar, dan tiang dalam beragama Islam.


Sholat adalah pembeda antara umat Islam dan kafir. Sholat juga penentu baik atau tidaknya sifat dan hati seorang muslim. Oleh karena itu, berikut adalah contoh khutbah Jumat tentang sholat yang bisa disampaikan seperti dinukil dari buku Khutbah Jumat Terpopuler oleh Marolah Abu Akrom.

Contoh Khutbah Jumat tentang Sholat Subuh dan Keutamaannya

بِسْمِ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى ، وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهُمْ صَلِّ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ, أَوْصِيْكُمْ وَأَيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَفَرِّجْ عَنْ أُمَّةٍ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَارْحَمْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَانْشُرْ وَاحْفَظْ نَهْضَةَ الْوَطَنِ فِي الْعَالَمِيْنَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Kaum muslimin sidang jemaah jumat yang berbahagia rahimakumullah.

Puji dan syukur Alhamdulillah marilah kita sampaikan kehadirat Allah Robbul Izzati, pada kesempatan Jumat ini kita kembali dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu sholat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini. Sholawat dan salam marilah kita sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW. Juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir di masjid ini, kelak di hari kiamat mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin.

Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, sebagaimana biasa khatib berwasiat kepada diri pribadi saya dan kepada seluruh jamaah, marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Kaum muslimin sidang jamaah Jumat yang berbahagia rahimakumullah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Isra ayat 78:

اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا

Artinya: Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) Subuh! Sesungguhnya sholat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

Pada ayat di atas, Allah menjelaskan perintah sholat lima waktu, dan secara khusus menyebut keistimewaan sholat fajar atau sholat Subuh, bahwa pada saat itu, doa semua orang yang melaksanakannya diamini para malaikat yang bertugas secara bergantian siang dan malam, dan melaporkan kebaikan mereka kepada Allah SAW. Nabi SAW bersabda,

وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ

Artinya: “Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada saat sholat Subuh itu.” (HR Al Bukhari dari Abu Hurairah RA)

Akan lebih baik, jika kita bangun sebelum Subuh, sebab pada saat itu kita tidak hanya mendapat doa dan apresiasi malaikat, tapi juga menambah kesehatan dan kecerdasan. Otak bekerja lebih baik dan mudah untuk mengingat sesuatu pada tengah malam sampai pagi hari. Allah berfirman,

أشد وطأ واقوم قيلا إن ناشئة الليل هي

Artinya: “Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (untuk mengisi jiwa) dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.” (QS. Al Muzzammil [73]: 6)

Udara yang bersih dan kaya oksigen saat itu dapat mengoptimalkan metabolisme tubuh, mengurangi resiko serangan jantung, dan mencegah kerusakan paru-paru. Nabi SAW berdoa:

اللهم بارك لأمتي في بكورها

Artinya: “Wahai Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka.”

Orang yang bangun terlambat agak siang berarti kehilangan jatah udara bersih dan jatah doa dari Nabi SAW. Dahsyatnya waktu fajar, menjelang subuh, sampai Allah menamakan salah satu surah al-Quran dgn nama al-Fajr. Allah bersumpah dengan waktu tersebut. Walfajr.

Banyak sekali diantara kita mengejar materi dunia yang tak seberapa dengan susah payah, dengan keletihan dan kesulitan yang besar. Tapi sering kita abaikan waktu fajar yang diberkahi dan disaksikan oleh para malaikat itu. Ibadah sholat yang hanya 2 rakaat itu ternyata lebih berat dari langkah kaki dan kendaraan bermotor kita yang melaju memburu materi.

Bahkan, banyak di antara kita yg tega membiarkan anak-anak yg sudah akil baligh dan dewasa tidak sholat. Tidak mengerjakan kewajiban fardu ain mereka. Kita biarkan mereka tertidur hingga Subuh berlalu. Mereka dibangunkan dan orang tuanya risau ketika anak-anak mereka terlambat ke sekolah. Dua-duanya penting. Tapi, sholat adalah urusan keselamatan dunia akhirat.

Jemaah yang Allah muliakan

Keistimewaan mereka yang Subuh jamaah di masjid banyak sekali. Di antara fadilah yang Allah berikan adalah:

روی مسلم من حديث عثمان بن عفان: أن النبي – – قال: “من صلى العشاء في جماعة فكأنما قام نصف الليل، ومن صلى الصبح في جماعة فكأنما صلى الليل كله

Artinya: “Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Utsman bin Affan ra., bahwasanya Nabi SAW bersabda: siapa yang sholat Isya berjamaah sama dengan ia sholat sunnah setengah malam dan siapa yang sholat subuh berjamah sama dengan ia sholat sunnah semalam full.”

Hadirin yang terhormat,

Ketika bangun tidur, minumlah dengan posisi duduk segelas air putih sedikit demi sedikit sebelum sikat gigi untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang sewaktu tidur. Sebab, selama tidur, aktivitas tubuh kita sejatinya tidak berhenti. Bacalah basmalah sebelum minum, dan hamdalah setelah minum.

Lakukan yang sama untuk tegukan kedua dan ketiga. Minum dengan sekali tegukan dapat merusak liver dan ginjal. Nabi SAW selalu minum segelas air dengan tiga kali tegukan (HR. Muslim dari Anas bin Malik RA). Dengan cara itu, maka selama masih ada air yang tersisa dalam tubuh, kita akan dijauhkan dari perbuatan dosa. Demikian menurut Syekh Mutawalli As Syarawi ketika menjelaskan tafsir Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 152:

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ

Artinya: Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.

Pergilah ke masjid untuk sholat Subuh dengan berjalan kaki atau bersepeda, sambil menghirup udara segar. Bacalah sholawat nabi, “Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad.” Ketika masuk dan keluar masjid dengan memohon ampunan dan dibukanya semua pintu rahmat Allah “Allahummaftah li abwaba rahmatik.”

Setelah itu sholatlah sunnah fajr atau qabliyah Subuh. Sholat ini jangan sampai terlewatkan. Ia termasuk kategori sholat sunnah yang muakkad, yang Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya. Disabdakan:

روى مسلم في صحيحه من حديث عائشة – رضي الله عنها : أن النبي – قال ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها

Artinya: “Riwayat Imam Muslim dari hadits sayyidah Aisyah ra., bahwasanya Nabi SAW bersabda: dua rakaat sunnah Fajar lebih baik dari dunia beserta isinya.”

Jika waktu memungkinkan, janganlah keluar masjid sebelum matahari terbit. Sekali lagi, jika tidak mengganggu aktivitas keseharian kita. Sebab, aktivitas zikir sampai matahari terbit, kemudian ditutup dengan sholat dua rakaat atau yang disebut sholat Isyraq. itulah yang mendatangkan pahala haji dan umrah yang dihadiahkan kepada Anda dengan sempurna. Nabi SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرٍ حَبَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Artinya: “Siapa yang sholat Subuh dengan berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian sholat dua rakaat, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah, pahala yang sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR Al Tirmidzi)

Hadirin yang terhormat,

Sebagai penutup khutbah, saya kutipkan firman Allah SWT dalam Surat Al Waqi’ah ayat 10:

والسابقون السابقون أولئك المقربون

Artinya: “Orang yang paling awal, itulah orang yang paling awal.”

Orang yang datang ke masjid paling awal, dialah yang masuk surga paling awal. Jika Anda orang paling awal menolong orang miskin di sekitar Anda, maka Anda-lah orang yang paling awal ditolong Allah hari itu.

Selamat berlomba bangun paling pagi untuk siap terbang paling tinggi menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Mudah-mudahan kita semua termasuk orang yang diberikan petunjuk hidayah taufik kekuatan untuk dapat menghidupkan waktu subuh dengan ibadah-ibadah kita kepada Allah SWT.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيْمُ أَقُوْلُ قَوْلِي وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ. هَذَا

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Berserah Diri



Jakarta

Secara istilah arti tawakkal adalah menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah SWT. yang mengatur segalanya-galanya dan salah satu perkara yang diwajibkan dalam ajaran agama Islam.

Bagaimana cara kita berserah diri pada Allah SWT? Ada beberapa langkah adalah:

1. Selalu berprasangka baik dan ridha terhadap Allah SWT. atas kejadian atau apa yang kita terima. Tidak berkeluh kesah dan gelisah ketika berusaha dan berikhtiar. Menyerahkan segala sesuatu hal terhadap-Nya setelah berusaha keras. Selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal, selanjutnya berserah diri kepada Allah SWT.


2. Berniat hanya kepada Allah SWT. Semua perbuatan baik niatkan untuk memenuhi hak-hak-Nya. Hindarkan berniat pada selain-Nya.

3. Teruslah berdoa pada-Nya.

Perintah berserah diri sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hajj ayat 34 yang artinya, “Karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.”

Makna ayat ini adalah: Tuhan kalian Yang Esa adalah Allah SWT. maka esakan dan taatilah Dia. Dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang tunduk dan taat kepada-Nya, yang jika disebut nama-Nya maka hati mereka akan khusyu’, dan orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan, dan orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat, serta orang-orang yang menginfakkan harta yang Kami berikan kepada mereka di jalan-Nya.

Dilanjutkan dengan firman-Nya dalam surah Luqman ayat 22 yang artinya, “Barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh.”

Makna ayat ini adalah barangsiapa mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah SWT. dan niatnya kepada Tuhannya, sedangkan dia berkata-kata baik dan berbuat mulia, maka dia telah memegang sebab terkuat yang mengantarkannya kepada ridha dan rahmat-Nya. Hanya kepada Allah SWT. semata segala urusan berjalan, lalu Dia membalas orang yang berbuat baik atas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk atas keburukannya.

Berikhtiar menjadi keharusan dan setelah itu berserah diri pada-Nya. Dalam tahun depan negeri ini akan mengadakan pesta demokrasi, tentu disambut dalam suasana kegembiraan untuk memilih pemimpin negeri dan wakil-wakil yang akan duduk di parlemen. Pendaftaran wakil rakyat sudah berlangsung dan pendaftaran calon Presiden dan Wakil Presiden akan berlangsung pada tanggal 19 Oktober sampai 25 Nopember 2023, tentu hal ini ditunggu-tunggu oleh rakyat. Di media masa telah muncul tiga calon pemimpin negeri dan dengan berbagai keunggulan maupun kekurangannya. Mereka sudah memulai sosialisasi akan pencalonannya.

Ingatlah jangan berbangga diri atas prestasi sebelumnya, karena prestasi itu adalah pemberian-Nya. Tiadalah seseorang itu mempunyai kekuatan untuk menentukan jalannya, seperti keinginan untuk menjadi Presiden. Sebagaimana firman-Nya dalam surah ali-Imran ayat 26 yang artinya, “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki.”

Maka lakukanlah ikhtiar dengan maksimal dan selalu ingatlah ayat di atas, sehingga engkau tidak merasa besar dan ikut mengatur yang merupakan domain Yang Maha Kuasa.

Ungkapan berbangga diri dari para calon kita dengar melalui media seperti, “Saya telah mampu menjadikan daerah terbebas dari kemiskinan.” Juga kebanggaan terhadap past performance. Bahwa Allah SWT. Maha Penyayang kepada para hamba, oleh karena itu para hamba yang menjadi pemimpin akan diberi anugerah-Nya sehingga mereka bisa menjalankan amanah. Maka keberhasilan itu tiadalah perlu dibangga-banggakan (ujub). Membanggakan diri dan berpanjang angan-angan hendaknya dihindari bagi seorang beriman yang menjadi calon pemimpin. Kadang kita dengar seorang calon berkata, “Seandainya nanti saya terpilih, maka saya akan melakukan perbaikan-perbaikan….”
Berandai seperti ini tiadalah pantas dihadapan-Nya, karena maqam seseorang itu fana artinya setiap detik/setiap desahan nafas bisa dirubah oleh-Nya.

Mari kita ibrah dari kisah Nabi Ibrahim a.s. Malaikat Jibril bertanya kepadanya, “Apakah ada yang engkau butuhkan, wahai Ibrahim?” Dia menjawab, “Jika harus meminta kepadamu, maka aku tidak butuh itu.” Dia tidak berkata, “Aku tidak memiliki kebutuhan.” Jelas bahwa Nabi Ibrahim a.s. memiliki kebutuhan pada Tuhan-Nya. Hal itu menunjukkan kedudukan maqam kerasulannya menuntut penghambaan yang tegas. Adapun konsekwensi terhadap maqam penghambaan adalah menampakkan ketergantungan sepenuhnya kepada Allah SWT. Jawaban dia (Ibrahim a.s.) pada malaikat Jibril bukanlah suatu kesombongan, melainkan hanya butuh kepada Allah SWT. dan tidak butuh kepadamu (Jibril).

Wahai para calon Presiden, ingatlah pelajaran kisah ini adalah dia (Ibrahim a.s.) telah berupaya memperlihatkan kebutuhan yang mendesak kepada-Nya dan menyingkirkan harapan kepada selain-Nya. Kebutuhan kepada selain-Nya sering menggoda karena berharap bisa memenuhi kebutuhannya untuk terpilih. Keingkaran ini disebabkan karena berharap sangat untuk terpilih, padahal Allah SWT. yang akan menentukan bukan selain-Nya. Mari kita simak ucapan Nabi Ibrahim a.s. Ketika Tuhan berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah) kamu !” Nabi Ibrahim a.s. menjawab, “Aku tunduk patuh (berislam) kepada Tuhan semesta alam.” Dialog ini diabadikan dalam surah al-Baqarah ayat 131.

Maka hindarilah berbangga diri dan berandai-andai (panjang angan), patuhlah pada perintah dan jauhi larangan-Nya. Semoga Allah SWT. memberikan pemimpin yang adil dan bijak serta melayani rakyatnya.

*) Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Wilayah Dakwah Sunan Ampel yang Tersebar sampai Luar Pulau Jawa


Jakarta

Sunan Ampel merupakan salah satu wali songo yang berperan dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Wilayah dakwah Sunan Ampel tersebar sampai ke luar Pulau Jawa.

Terdapat sembilan wali songo yang berperan dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.

Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah salah satu wali songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa.


Biografi Sunan Ampel

Dikutip dari Buku Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) karya Siti Wahidoh, Sunan Ampel atau Raden Rahmat merupakan putra dari Sunan Gresik yang lahir di Campa, Aceh tahun 1401. Sunan Ampel adalah penerus perjuangan Sunan Gresik.

Beliau mendirikan Pesantren Ampel Denta di Jawa Timur dan mendidik para pemuda Islam untuk menjadi da’i.

Dakwah Sunan Ampel dan Wilayah Penyebarannya

Yoyok Rahayu Basuki dalam buku Sunan Amel (Raden Rahmat) mengatakan bahwa pesantren Sunan Ampel tersebut telah menjadi pusat dakwah Islam. Pesantren Ampel Denta telah melahirkan kader Sunan Ampel, yaitu Raden Patah (Raja Demak), Sunan Kalijaga, Raden Paku (Sunan Giri), Raden Makdum (Sunan Bonang), Syarifudin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishaq.

Sunan Ampel berhasil mendidik santrinya menjadi ahli agama dan berdedikasi tinggi dalam memperjuangkan Islam. Dari Sunan Giri, dakwah Sunan Ampel tersebar sampai ke luar Pulau Jawa, yaitu di wilayah timur Nusantara di antaranya Sulawesi, Maluku, Ternate, dan Tidore.

Pesantren Ampel Denta yang menjadi pusat dakwah tersebut menjadi pintu gerbang Majapahit, sehingga Sunan Ampel menjadikan pusat Majapahit sebagai sasaran dakwah utama.

Dalam penyebaran Islam kepada Majapahit, Sunan Ampel membagi wilayah inti Majapahit sesuai hierarki pembagian wilayah negara bagian saat itu ke dalam beberapa wilayah yang di koordinir oleh para kader Ampel Denta dan sahabatnya.

Kader dan sahabat Sunan Ampel yang mengkoordinir wilayah Majapahit tersebut di antaranya:

  • Raden Ali Murtadho, diberi gelar Raden Santri, ditempatkan di daerah Gresik untuk mempertahankan Islam di sana.
  • Raden Burereh (Abu Hurairah), diberi gelar Pangeran Majagung, ditempatkan di Majagung.
  • Maulana Ishak, diberi gelar Syekh Maulana Ishak, ditempatkan di Blambangan.
  • Maulana Abdullah, diberi gelar Syekh Suta Maharaja, ditempatkan di daerah Pajang
  • Usman Haji, diberi gelar Pangeran Ngundung, ditempatkan di Kerajaan Matahun dan bertempat di Ngundung.

Dikutip dari buku sebelumnya, Sunan Ampel menginginkan masyarakat menganut Islam murni pada awal penyiaran Islam di Pulau Jawa. Ia tidak setuju dengan kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat Jawa yang berbau ritual animisme dan dinamisme.

Namun para wali-wali lainnya berpendapat bahwa karena masyarakat belum bisa meninggalkan kebiasaan tersebut, maka kebiasaan tersebut harus dibiarkan untuk beberapa waktu.

Sunan Ampel pun menyetujuinya. Namun, ia tetap khawatir jika adat istiadat seperti upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa tidak bisa dihilangkan.

Upaya Dakwah Sunan Ampel

Dikutip dari buku Metode Dakwah Masyarakat Multikultur karya Rosidi, upaya yang dilakukan Sunan Ampel dalam dakwahnya yaitu:

  • Meneruskan perjuangan Malik Ibrahim. Sunan Ampel mendirikan pendidikan bagi masyarakat khususnya para kader ulama dan dai yang berupa pesantren.
  • Mendirikan Masjid Ampel. Masjid tersebut menjadi pusat ibadah masyarakat muslim.
  • Mempersiapkan kader dai. Dalam dakwahnya, Sunan Ampel memilih para pemuda dengan kecerdasan tinggi dan kemampuan fisik yang baik untuk dijadikan kader dai.
  • Kader tersebut yaitu Raden Patah (Raja Demak), Sunan Kalijaga, Raden Paku (Sunan Giri), Raden Makdum (Sunan Bonang), Syarifudin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishaq.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Mental Miskin



Jakarta

Ada tiga hal ciri manusia yang memiliki sifat miskin mental. Tiga hal tersebut bila masih hinggap dalam pikiran dan hati seseorang maka bisa dipastikan orang tersebut susah diajak berpikir maju serta sukses.

Pertama, bergaya melas (wajah yang patut dikasihani). Ciri ini sering terjadi pada seseorang berprilaku sering meminta bantuan orang lain. Sikap seperti ini juga menggambarkan kalau mental orang ini kurang semangat atau dikatakan kecil semangat juangnya. Maka generasi muda muslim hendaknya jauh atau tidak terjangkit gaya seperti ini. Jadikan diri menjadi orang yang tangan di atas (pemberi) dan jauhi menjadi tangan di bawah (peminta).

Bagaimana hukumnya bagi orang yang meminta-minta? Salah seorang sahabat, Qabishah bin Mukhariq Al Hilal. Ketika ia tidak mampu lagi menunaikan nafkahnya lantaran beratnya beban hidup yang melandanya, Rasulullah SAW. memberikannya tiga syarat. “Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh, kecuali bagi salah satu dari tiga golongan. Pertama, orang yang memikul beban tanggungan yang berat di luar kemampuannya. Maka, dia boleh meminta-minta sampai sekadar cukup, lalu berhenti. Kedua, orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Ketiga, orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar sangat miskin. Maka, dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya. Sedangkan selain dari ketiga golongan tersebut hai Qabishah maka meminta-minta itu haram, hasilnya bila dimakan juga haram.” (HR Muslim)


Yang termasuk golongan boleh meminta pun dibatasi hanya sampai sekedar terpenuhinya kebutuhan hidup. Adapun makna tuntunan di atas adalah sedapat mungkin kita bisa menjadi pemberi (tangan di atas). Tidak mungkin suatu perjuangan akan berhasil dengan modal meminta bantuan, maka perkuatlah diri para anggota pejuang untuk bermental pemenang.

Kedua, Selalu merasa dirinya dizalimi padahal tidak ada yang melalukan itu. Sikap ini biasanya ditunjukkan oleh seseorang yang ingin mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang yang berkarakter seperti ini umumnya pandai mendramatisir sebuah kejadian. Sikap orang yang terzalimi (benar terjadi) di masyarakat akan timbul dan suburnya simpati padanya. Oleh karena itu kondisi “terzalimi” dibuat atau seakan, diharapkan menuai simpati. Menjelang pemilu pilpres dan pilkada, seakan terzalimi menjadi modal dalam menarik simpati masyarakat.

Ketiga, Seseorang yang miskin karakter itu adalah malas kerja. Sikap ini biasanya diikuti dengan banyaknya keinginan, jika bicara sering dilebih-lebihkan. Allah SWT tidak menyukai seseorang yang tidak bersyukur juga bersikap malas-malasan. Malas merupakan salah satu perilaku setan yang harus dihindari. Maka dari itu, kita perlu membaca doa agar tidak malas sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS An-Nisa: 97)

Kemalasan ini merupakan penyakit yang menghambat seseorang untuk berkontribusi pada masyarakat. Kurangnya motivasi dan kepuasan hidup: Sikap malas dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Ketika seseorang tidak memiliki motivasi untuk mencapai tujuan atau melakukan hal-hal yang bermanfaat, mereka cenderung merasa tidak berarti dan kurang puas dengan hidup mereka. Adapun dampak malas adalah banyak peluang dilewatkan, terhambatnya kesuksesan, kesehatan terganggu dan membuang waktu dengan sia-sia.

Ketiga ciri mental miskin ini tidaklah patut dimiliki seorang Muslim, jika ingin kita kembali memberikan kontribusi pada peradaban. Maka mulailah mendidik para generasi muda untuk bermentalkan pemenang, pemberi, pengayom dan lebih mementingkan kepentingan masyarakat. Jika sebagai pemimpin maupun wakil rakyat hendaknya menjauhi menjadi manusia bermental miskin. Semoga Allah SWT menjadikan kita jauh dari ketiga ciri-ciri di atas.

———-

*) Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Rabiul Akhir tentang Hakikat Takwa


Jakarta

Umat Islam tengah memasuki bulan Rabiul Akhir 1445 H pada pekan ini. Menyambut bulan tersebut, khatib bisa menyampaikan khutbah Jumat Rabiul Akhir yang bertema Hakikat Takwa.

Rabiul Akhir adalah bulan ke-4 dalam kalender Hijriah. Menurut ikhbar Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) awal bulan Rabiul Akhir 1445 H jatuh pada Senin, 16 Oktober 2023.

Berikut contoh khutbah Jumat Rabiul Akhir tentang Hakikat Takwa seperti diambil dari Buku Khutbah Zaynul Atqiya’ yang disusun oleh Tim Kajian Ilmiah Lembaga Ittihadul Muballighin Ponpes Lirboyo.


Teks Khutbah Jumat tentang Hakikat Takwa

الْحَمْدُ لِلَّهِ ذِي الْكَرَمِ وَالْجُوْدِ وَالْإِفْضَالِ. وَأَسْأَلُهُ سُبْحَانَهُ التَّوْفِيْقَ وَالْإِخْلَاصَ فِي سَآئِرِ الْأَعْمَالِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ الْإِخْلَاصَ فِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ سَبَبًا لِلْوُصُوْلِ إِلَى مَرَاتِبٍ أَهْلِ الْكَمَالِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْهَادِي إِلَى الرَّشَادِ وَالْمُنْقِذُ مِنَ الضَّلَالِ. صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِمُ السَّالِكِيْنَ فِي طَرِيْقِهِ عَلَى أَحْسَنِ مِنْوَالٍ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ الْعِبَادَةَ لَا تَصِحُ بِدُوْنِ الْعِلْمِ، وَالْعِلْمُ وَالْعِبَادَةُ لا يَنْفَعَانِ إِلَّا مَعَ الْإِخْلَاصِ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Marilah kita meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dengan senantiasa beramal saleh dan menjauhi bermaksiat kepada-Nya.

Alhamdulillah dengan berakhirnya bulan Rabiul Awal, kita telah memasuki bulan baru yaitu Rabiul Akhir yang semestinya juga disertai semangat baru untuk beramal saleh dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan agar sedikit demi sedikit ketakwaan kita kepada Allah SWT dapat bertambah.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada zaman yang modern dan serba canggih ini, kemajuan di segala bidang terus berkembang pesat. Namun kemajuan pesat tersebut tidak disertai dengan peningkatan takwa kita kepada Allah SWT Bukti lemahnya takwa kita sangatlah tampak jelas dengan adanya kemerosotan moral dan akhlak. Apakah kita akan terus menutup mata dan hati akan hal tersebut? Tentu tidak.

Oleh karena itu, marilah kita jernihkan pikiran ini dengan memahami takwa yang sesungguhnya.

Takwa dalam pengertian secara umum adalah menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Namun apakah kita benar-benar memahami hakikat takwa itu sendiri?

Dalam sebuah hadits dikatakan

لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ، حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ، حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ. (رواه الترمذي وابن ماجه)

Artinya: “Seorang hamba tidak akan mencapai orang- orang yang bertakwa hingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak dilarang karena khawatir terjatuh kepada sesuatu yang dilarang.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hakikat takwa adalah seseorang tidak akan sampai pada derajat iman dan takwa kepada Allah SWT sampai ia meninggalkan atau menghindari segala bentuk yang dapat menggoyahkan keimanan yang ada di dalam hatinya. Untuk itu marilah kita kuatkan kepercayaan kita, sedikit berpikir dalam taat dan memperbaiki ibadah kepada Allah SWT hingga mencapai derajat muttaqin.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 2 yang berbunyi,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ ٢

Terjemahnya: Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah) gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal,”

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Iman dan takwa seseorang bisa bertambah dan dapat pula berkurang. Oleh karena itu kita juga harus mewaspadai terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat menyurutkan iman dan takwa kita, terus berusaha dan memohon kepada Allah SWT agar menambah ketakwaan dan keimanan kita. Karena hanya Allah SWT yang dapat menambah ketakwaan dan keimanan seseorang.

Seperti halnya pada firman Allah SWT,

وَالَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَّاٰتٰىهُمْ تَقْوٰىهُمْ ١٧

Artinya: Orang-orang yang mendapat petunjuk akan ditambahi petunjuk(-nya) dan dianugerahi ketakwaan (oleh Allah). (QS Muhammad: 17)

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Untuk memahami hakikat iman dan takwa, kita perlu mengetahui ciri-ciri orang yang benar iman dan takwanya. Ciri-ciri tersebut telah Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya:

۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ ١٧٧

Artinya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah: 177)

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Untuk itu, marilah kita bercermin diri, apakah kita telah memenuhi ciri-ciri tersebut atau masih jauh. Semoga kita semua diberi kemudahan Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan menjadi orang yang beruntung kelak di akhirat. Karena orang yang beruntung adalah orang yang telah benar imannya.

Hal itu dikatakan dalam firman Allah SWT:

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ ١

Terjemahan: Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin. (QS Al Mu’minun: 1)

أعُوذُ بِااللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيْمِ. فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا. بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ إِنَّهُ تَعَالَى جَوَادٌ مَلِكُ بَرُّ رَؤُوْفٌ رَحِيمٌ.

Demikian contoh khutbah Jumat Rabiul Akhir tentang Hakikat Takwa.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Ketetapan



Jakarta

Qada adalah ketetapan Allah SWT sejak zaman sebelum diciptakan alam semesta sesuai dengan kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk-Nya. Sementara qadar yaitu perwujudan dari qada atau ketetapan Allah SWT dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya. Apa bedanya dengan ketetapan yang dibuat manusia? Jawabannya tentu berbeda. Pada hari Senin tgl 16 Oktober 2023, Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengeluarkan putusan terbaru mengenai syarat pendaftaran capres dan cawapres yang harus berusia minimal 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah. Ini ketetapan yang dibuat manusia yaitu melalui lembaga MK. Ketetapan ini tentu sifatnya tidak kekal, artinya pada periode tertentu dengan orang-orang yang sama atau berbeda (anggota MK) ketetapan itu bisa berlainan. Ingatlah bahwa ketetapan yang diputuskan Senin itu juga berbeda dengan sebelumnya.

Adapun ketentuan atau ketetapan yang telah dibuat Sang Kuasa tidak akan berubah seperti, kelahiran, kematian, bencana, benda-benda alam seperti matahari, bulan dan bintang beredar sesuai ketetapan-Nya dan hari kiamat. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah ali-Imran ayat 26 yang artinya, “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki.”

Jelas bahwa ayat ini menunjukkan kekuasaan-Nya yang tidak akan disamai oleh kekuasaan seorang hamba atau makhluk ciptaan-Nya. Apapun jabatan hamba tersebut, seperti penguasa negara besar dan berkuasa penuh pun tidak akan bisa menentukan nasib seseorang maupun membuat benda-benda alam seperti matahari. Seseorang yang berkedudukan pun boleh merencanakan sesuatu dengan strategi yang paling top, namun ingatlah engkau hanyalah seorang hamba yang diciptakan dan lemah, maka berserah dirilah pada-Nya. Karena apa pun yang menjadi keputusan-Nya itu terbaik dan kita bersikap ridha. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berujar bahwa, “Jika Allah SWT. mengabulkan permohonanku maka aku senang, karena pilihanku dikabulkan. Jika Allah SWT. tidak mengabulkan permohonanku, maka aku lebih senang. Yakinlah bahwa pilihan-Nya pasti lebih baik dari
Pilihanku.


Mari kita telaah tentang ketetapan-Nya. Takdir sendiri terbagi dua. Yaitu, Mubram dan Muallaq. Keduanya sama-sama merupakan ketentuan dari Allah SWT. Hanya saja, keduanya dibedakan berdasarkan pada pengaruh usaha atau ikhtiar manusia terhadapnya.

1. Takdir Mubram, adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT. yang pasti berlaku. Macam takdir mubram ini membuat manusia tidak diberi peran untuk mewujudkannya.
Macam takdir ini contohnya adalah tentang kelahiran dan kematian manusia. Tentunya keberadaan macam takdir mubram membuat manusia tidak ada yang tahu kapan akan dilahirkan dan kapan akan mati. Semua menjadi rahasia Allah SWT, dan terjadi sesuai dengan ketetapan-Nya ( sebagaimana firman-Nya dalam surah luqman ayat 34 ).

2. Takdir Muallaq, adalah ketentuan Allah SWT. yang mengikut sertakan peran manusia. Macam takdir muallaq ini berkaitan dengan usaha atau ikhtiar manusia, contohnya adalah keberhasilan murid di sekolah dalam meraih prestasi. Murid yang berprestasi itu bukanlah murid yang diam saja tidak belajar dan hanya menunggu takdir. Tetapi dicontohkan macam takdir muallaq adalah ia yang selalu berusaha dan belajar setiap hari untuk meraih cita-cita yang diharapkannya.
Bila begitu, apa yang diraihnya selain ditentukan oleh macam takdir Allah SWT, juga ditopang oleh usaha dan doa yang dia lakukan. Jadi, berusaha itu harus, tetapi berdoa dan rela menerima segala macam takdir yang sudah ditentukan oleh Allah SWT jangan dilalaikan juga.
Sebagaimana dalam firman-Nya surah ar-Rad ayat 11 yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Jadi upaya manusia untuk menjemput takdir-Nya adalah sah seperti firman-Nya dalam surah ar-Rad ayat 11 di atas. Namun hendaknya sadar bahwa domain keputusan ada di tangan Allah SWT bukan di tangan orang yang berkedudukan tinggi. Berkepentingan terhadap kader Partai maupun idolanya agar bisa memimpin negeri merupakan hal yang normal. Keinginan tersebut hendaknya jauh dari nafsu karena ia akan menjerumuskan kita untuk memenuhi nafsunya dengan segala cara dihalalkan. Ingatlah bahwa nafsu akan membawa kita pada keburukan.

Siapapun dia, berkedudukan tinggi atau tidak hendaknya berserah diri dan tidak ikut mengatur ( tadbir ). Tadbir dimaknai sebagai mengatur tindakan untuk sebuah tujuan yang direncanakan dengan akhir berserah diri pada-Nya. Ingatlah bahwa kekuasaan itu ada di tangan-Nya, sebagaimana firman-Nya surah al-Qashash ayat 68 yang artinya, “Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka ( manusia ) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
Disambung dengan surah an-Najm ayat 24-25 yang artinya,” Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya? ( Tidak !) Maka milik Allah-lah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.”

Sebagai orang beriman ( berkedudukan tinggi atau pun tidak ) tentu akan patuh dan ridha atas ketetapan-Nya. Semoga Allah SWT. selalu memberikan hidayah-Nya agar para yang berkedudukan tinggi menjadi tahu diri dan tidak ikut mengatur.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Sombong Lantaran Populer



Jakarta

Kesombongan itu secara hakikat manusia tidak mempunyai, karena kesombongan hanyalah milik-Nya. Orang sombong pastinya tidak banyak teman kecuali orang-orang yang berharap padanya. Jadi kesombongan seseorang yang berkedudukan maupun berkemampuan akan menciptakan ketergantungan orang lain padanya. Padahal ketergantungan pada makhluk itu sejatinya sia-sia, karena seseorang tidak bisa memberikan manfaat maupun keburukan.

Apa sebenarnya tenar menurut pandangan Islam ? Imam al-Ghazali mengatakan, “Yang tercela adalah apabila seseorang mencari popularitas. Namun, jika ia tenar karena karunia Allah SWT. tanpa ia cari-cari maka itu tidaklah tercela.” Rasulullah SAW bersabda, orang yang pertama kali disidang pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati dalam peperangan. Lalu, dia didatangkan, kemudian Allah SWT. memperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya maka dia pun mengakuinya.

Allah SWT. berkata, “Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat itu?” Orang tersebut menjawab, “Aku telah berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.” Allah SWT. berkata, “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau melakukan itu supaya disebut sebagai seorang pemberani dan ucapan itu telah diucapkan (oleh manusia).”
Kemudian, diperintahkan agar orang tersebut dibawa. Maka, dia diseret dengan wajahnya sampai dia pun dilemparkan ke neraka.


Dalam dialog di atas, jelas bahwa Sang Pencipta Yang Maha Tahu akan niat dan maksud hambanya. Ia lakukan agar dikatakan oleh manusia bahwa ia pemberani, hingga menjadi pembicaraan bagi pasukan yang tidak gugur. Hal yang sama terjadi pada saat negeri ini akan melaksanakan pesta demokrasi, sebagian orang menginginkan ketenaran agar dipilih sebagai pemimpin maupun wakil rakyat. Jika berniat untuk memperbaiki kehidupan ( ekonomi ) maka ketenarannya itu adalah sia-sia. Sudah banyak contoh terjadi seperti seseorang yang terpilih menjadi anggota parlemen/yang terpilih menjadi pemimpin, namun di akhir perjalanannya ia tidak bisa tidur di rumahnya sendiri pindah tidur di rumah negara ( penjara ).

Berbeda jika seseorang menjadi pemimpin dan tenar semata karena karunia-Nya, maka perjalanannya dalam melaksanakan amanah selalu dalam pengawasan dan perlindungan-Nya. Di antara bencana terbesar adalah seseorang yang mencintai ketenaran dan kemuliaan serta berusaha mengejarnya, jiwanya ingin agar semua orang memujinya baik dalam kebenaran maupun kebatilan. Inilah sebenarnya yang kita khawatirkan.

Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang.”
Jika di lihat dilain sisi ketenaran yang dicari orang hingga ia kehilangan ketaqwaan. Kadang kepopuleran membuat ia bangga pada diri sendiri ( ujub ) dan menjadi sombong dan bisa merusak hubungan silaturahmi karena memandang rendah orang lain. Kesombongan karena ketenaran ini banyak terjadi di masyarakat, apakah ia menjadi artis terkenal, menjadi kaya raya dan menjadi pemimpin/pejabat berkedudukan.

Ada sebagian masyarakat yang menempatkan dirinya berbeda kelas dengan yang lain. Kesombongan seperti ini hendaknya dihindari karena bedanya seseorang dimata Allah SWT. hanyalah ketakwaannya, bukan karena kepintaran, kekayaan dan jabatan serta ketenarannya. Kesombongan yang mudah dirasakan adalah saat seseorang meningkat jabatannya dan berubah sikap dan perilaku terhadap para koleganya, ini jelas menjijikan dan ia telah berbuat sia-sia menuju tergelincir.

Tulisan kami tutup dengan firman-Nya surah Luqman ayat 18 yang artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” Makna ayat ini adalah : Dan jangan memalingkan wajahmu dari manusia bila kamu berbicara dengan mereka atau mereka berbicara kepadamu dalam rangka merendahkan mereka atau karena kamu menyombongkan diri atas mereka. Dan jangan berjalan di muka bumi di antara manusia dengan penuh kesombongan dan keangkuhan. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri dalam penampilan dan ucapannya.

Ingatlah pada hakikatnya jati diri seseorang akan terlihat sama saat dalam keadaan sehat. Namun, jika cobaan ( tenar, kaya, jabatan tinggi ) turun, maka tampaklah siapa yang menyembah Allah SWT. dan siapa yang menyembah selain-Nya.

Semoga Allah SWT. selalu membimbing dan melindungi kita semua saat menjadi tenar hanyalah karena karunia-Mu bukan menjadi bangga diri dan meremehkan orang lain.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com