Category Archives: Dakwah

Tak Sembarang Orang Bisa Menjadi Khatib, Apa Saja Syaratnya?



Jakarta

Khatib merupakan salah satu peran dalam ajaran Islam yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya. Secara bahasa, kata khatib berasal dari kata khataba yakhtubu khatiibun, yang berarti orang yang melakukan khutbah atau orang yang berkhotbah.

Jadi, khatib adalah orang yang menyampaikan khutbah, ceramah, atau pidato dengan ajaran Islam.

Setiap sholat Jumat, umat muslim di seluruh dunia tentu akan mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib. Akan tetapi, ternyata tidak semua umat muslim dapat berperan sebagai khatib.


Arif Yosodipuro dalam Buku Pintar Khatib dan Khotbah Jumat menjelaskan bahwa pada dasarnya seorang khatib merupakan perwakilan atau sifatnya fardhu kifayah. Jika sudah terdapat seseorang yang mewakili kewajiban tersebut, maka orang yang lain tidak perlu melakukannya.

Selain itu, tidak sembarang orang bisa menjadi khatib. Khatib dalam Islam memiliki tanggung jawab moral yang tinggi atas apa yang ia sampaikan sehingga ada kaidah tertentu yang harus disesuaikan dengan ajaran agama.

Dalam artikel ini akan dijelaskan beberapa syarat dan adab yang harus dipenuhi oleh seseorang agar dapat menjadi khatib serta hal-hal yang makruh dilakukan oleh khatib.

Syarat Menjadi Khatib

Seseorang yang memiliki peranan sebagai khatib harus dapat bertanggung jawab atas apa yang ia sampaikan. Masih berdasarkan sumber yang sama, berikut ini adalah syarat menjadi seorang khatib:

1. Memiliki Akal Sehat

Seseorang yang berperan sebagai khatib harus memiliki akal sehat. Seseorang yang hilang akalnya atau gila, tentunya tidak dapat menyampaikan khotbah dengan baik sebab ia tidak bisa membedakan antara hal baik dan buruk.

Khatib adalah seorang yang dapat memberi peringatan dan memberi nasihat. Oleh karena itu, seorang khatib harus memiliki akal sehat agar dapat bertanggung jawab dengan apa yang disampaikan dalam khotbahnya.

2. Suci dari Hadats Besar dan Kecil

Khatib harus suci dari hadats besar maupun kecil. Suci dari hadats besar berarti sudah melakukan mandi besar bagi seorang laki-laki dewasa, baik disebabkan oleh mimpi basah maupun melakukan hubungan suami-istri bagi yang telah menikah. Sementara suci dari hadats kecil, seorang khatib hendaknya harus berwudhu.

3. Menutup Aurat

Ketika menyampaikan khutbahnya, seorang khatib harus menutup aurat dengan berpakaian sopan dan rapi. Menutup aurat dalam hal ini juga berarti pakaian tersebut tidak tembus pandang. Seorang khatib tidak boleh berpakaian semaunya sendiri yang menurut jamaah tidak pantas dikenakan, meskipun pakaian tersebut merupakan pakaian mahal dan modis.

4. Laki-Laki

Sebagian besar ulama fiqih berpendapat bahwa seorang khatib harus dari kalangan laki-laki. Pendapat ini masih berlaku hingga saat ini. Sebenarnya, tidak ada alasan spesifik yang mendasari seorang khatib harus berjenis kelamin laki-laki.

Di dalam Al-Qur’an pun sebenarnya tidak ada pernyataan khusus yang melarang wanita menjadi khatib. Namun, dapat dilihat bahwa belum ada tokoh maupun masyarakat tertentu yang memberi kesempatan wanita menjadi khatib.

5. Memahami Syarat dan Rukun Khutbah

Syarat sebagai seorang khatib juga harus dapat memahami syarat dan rukun khutbah. Rukun khutbah menjadi urutan yang wajib dipenuhi. Apabila ditinggalkan, maka khutbah yang dilakukan dapat dikatakan batal secara hukum Islam atau tidak sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan. Maka dari itu, sangat penting memilih seseorang yang mempunyai pengetahuan luas di bidang agama untuk menjadi khatib.

Adab Sebagai Khatib

Menjadi seorang khatib juga dituntut agar mempunyai adab yang baik. Di antara adab sebagai khatib, yaitu sebagai berikut.

1. Berpakaian rapi dan sopan.

2. Memiliki akhlakul karimah atau berkepribadian luhur.

3. Mampu bertutur kata dengan santun.

4. Bersikap jujur terhadap apa yang disampaikan.

5. Uswatun hasanah atau dapat menjadi teladan yang baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Hal yang Makruh Dilakukan oleh Khatib

Seorang khatib tidak hanya perlu memenuhi syarat dan adabnya, tetapi juga penting memperhatikan hal-hal yang makruh dilakukan ketika menyampaikan khutbah Mengutip dari Buku Panduan Khutbah Jumat untuk Pemula karya Irfan Maulana, berikut ini adalah hal yang makruh dilakukan oleh khatib saat khutbah:

1. Khatib meninggalkan seluruh sunnah khutbah.

2. Khutbah yang disampaikan khatib mengandung pernyataan yang dapat memecah belah persatuan umat.

3. Khatib dianjurkan untuk tidak menyampaikan khutbah yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek.

4. Posisi khatib membelakangi jamaah, hendaknya seorang khatib saat menyampaikan khutbahnya berdiri menghadap para jamaah.

Dengan demikian, tidak sembarang orang bisa menjadi khatib dalam menyampaikan khutbah. Seorang khatib hendaknya telah memahami ajaran agama dengan baik serta memenuhi beberapa persyaratan dan adab yang harus dilakukan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Faktor yang Mendorong Berkembangnya Islam di Indonesia



Jakarta

Agama Islam masuk dan mulai berkembang di Indonesia sejak dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan India. Faktor yang mendorong berkembangnya Islam di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal.

Masuknya Islam ke Indonesia–yang pada saat itu Nusantara–lewat para pedagang tersebut mengacu pada teori Gujarat. Teori ini meyakini bahwa hubungan Indonesia dan India sudah lama terjalin. Hal ini turut dijelaskan Snouck Hurgronje dalam buku ‘L’Arabie et Les Indes Néerlandaises atau Revue de L’Histoire des Religions.

Wandi dalam buku Sejarah Peradaban Islam yang mengutip dari Candrasasmita mengatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai melalui enam cara berikut:


1. Perdagangan. Jalur perdagangan ini satu-satunya jalan yang paling memungkinkan, karena lalu lintas perdagangan sejak abad ke-7 hingga 16 M. Jalur ini dimanfaatkan karena sangat strategis sehingga proses islamisasi lebih mudah terlaksana.

2. Perkawinan. Para pedagang muslim memiliki status yang lebih baik jika dibandingkan dengan mayoritas penduduk pribumi, sehingga para pedagang atau bahkan saudagar muslim yang menetap di Indonesia akhirnya menikah dengan penduduk pribumi. Sebelum menikah, biasanya pribumi diislamkan terlebih dahulu.

3. Tasawuf. Para pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan agama bercampur dengan kebudayaan yang telah masyarakat kenal sebelumnya. Para mubaligh ini juga mahir dalam ilmu kebatinan dan pengobatan. Dengan cara dan jalur inilah Islam menyebar dengan cara menyentuh dan memberi kesan damai.

4. Pendidikan. Dalam penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui jalur pendidikan yakni pesantren meskipun dalam arti yang lebih sederhana. Di pesantren atau pondok, para kiai dan guru mengajar dan menyebarkan ajaran Islam. Dari sinilah santri-santri yang telah menamatkan juga turut menyebarkan agama Islam.

5. Kesenian. Penyebaran dakwah agama Islam juga dilakukan melalui bidang kesenian. Pada saat itu kesenian sudah dikenal dekat oleh masyarakat setempat misalnya saja di Jawa, media utamanya adalah wayang, dalam hal ini Sunan Kalijaga adalah salah satu sunan yang ahli memainkan wayang.

Selanjutnya, dalam setiap lakon yang dimainkan ia menyelipkan kisah-kisah yang berkaitan dengan agama Islam. Cara ini menjadi sangat efektif karena para penonton tidak merasa terpaksa untuk mengikuti dakwah dan ajaran yang telah disebarkan melalui media wayang.

6. Politik dan Kekuasaan. Di beberapa kepulauan misalnya Maluku dan di Sulawesi, kebanyakan para penduduk masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu, sehingga peran dan partisipasi raja sangat membantu proses Islamisasi di daerah tersebut. Sehingga hal ini juga dimanfaatkan oleh para penyebar agama Islam.

Faktor yang Mendorong Berkembangnya Islam di Indonesia

Masih dalam buku yang sama, dijelaskan pula mengenai faktor yang mendorong perkembangan masyarakat Islam antara lain:

  1. Hubungan baik antara para saudagar pembawa ajaran Islam dengan pemerintah atau penguasa setempat
  2. Para saudagar tidak pernah mencampuri urusan politik
  3. Para saudagar muslim lebih dahulu mempraktekkan ajaran agama pada dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan masyarakat setempat
  4. Tidak ada proses secara paksaan dalam dakwah dan untuk menerima agama Islam

Faktor-faktor tersebut lambat laun menarik kegemaran dari penduduk setempat untuk menganut agama Islam dengan suka hati.

Selain itu, faktor yang mendorong berkembangnya Islam di Indonesia adalah ajaran Islam yang sederhana dan mudah dimengerti, Islam tidak mengenal kasta, dan adanya akulturasi budaya. Hal ini dijelaskan dalam buku Sejarah Islam Nusantara karya Rizem Aizid.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Isi Khutbah Terakhir Rasulullah, Tekankan Bahwa Setiap Muslim Bersaudara



Jakarta

Banyak pesan yang telah disampaikan Rasulullah SAW dalam khutbahnya. Salah satunya yakni menekankan bahwa setiap muslim bersaudara, pesan ini disampaikan saat khutbah terakhir Rasulullah SAW sebelum wafat.

Sebagai utusan Allah dalam menyampaikan ajaran dan menyempurnakan akidah manusia, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah terakhirnya ketika menjalani ibadah haji. Sebelum wafat pada usia 63 tahun, Rasulullah SAW menjalani ibadah haji yang kemudian dikenal sebagai Haji Wada atau haji perpisahan.

Disampaikan di Padang Arafah

Mengutip buku Khutbah Nabi: Terlengkap dan Terpilih oleh Muhammad Khalil Khathib, dikisahkan setelah Rasulullah SAW berwukuf di Arafah dan memperlihatkan cara ibadah haji, beliau memanggil seluruh umat muslim dari atas untanya agar mereka berkumpul di sekelilingnya. Seruan beliau diulangi oleh Rabi’ah ibn Umayyah ibn Ghalaf dengan sangat keras.


Dengan tenang, di atas gunung Jabal Rahmah yang tingginya 200 kaki atau sekitar 61 meter, Rasulullah SAW duduk di atas punggung unta betina yang bernama al-Qushwa. Di atas punggung unta ini Rasullullah SAW menyampaikan pidatonya yang dikenal dengan Khutbah al-Wada’. Dinamakan demikian karena pidato tersebut merupakan pidatonya yang terakhir atau perpisahan.

Saat itu beliau menyampaikan apa yang diketahuinya pada kurang lebih 140.000 kaum muslim di Padang Arafah. Khutbah ini disampaikan pada tanggal 9 Zulhijah tahun 10 Kalender Hijriyah atau bertepatan 6 Maret 632 Masehi. Di uranah lembah Gunung Arafah.

Dalam sebuah riwayat dari Abdurrahman ibn Mu’adz al-Taimi, ia berkata, “Rasulullah SAW menyampaikan pidato kepada kami di Mina, pendengaran kami seakan dibuka sehingga kami mendengarkan apapun yang beliau katakan, padahal kami masih berada di dalam rumah.”

Isi Khutbah Terakhir Rasulullah

Apabila dikompilasi, khutbah Rasulullah berkaitan dengan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, persaudaraan sesama muslim, penghapusan riba, larangan menzalimi, penghapusan dosa-dosa masa lalu, relasi suami istri, relasi antarmanusia, pegangan atau sumber utama Islam berupa Al Qur’an dan sunnah, juga tentang warisan.

Pesan khutbah terakhir Rasulullah SAW diriwayatkan Jarir RA:

“Sungguh Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda padanya, pada Haji Wada’ (Haji perpisahan/haji Nabi SAW yang terakhir). Simaklah dengan baik wahai orang-orang, lalu beliau bersabda: “Jangan kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, saling bunuh dan memerangi satu sama lain,” (Shahih Bukhari).

Setelah memuji dan bersyukur kepada Allah SWT, Rasulullah SAW kemudian mengatakan:

“Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan. Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengar teliti kata-kata ku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini,”

“Wahai manusia sebagaimana kamu menganggap bulan ini, dan kota ini sebagai suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak, janganlah kamu sakiti siapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu pula. Ingatlah sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu, dan Dia pasti akan membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang,”

“Berwaspadalah terhadap Syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya tidak mengikuti dalam perkara-perkara kecil,”

“Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas para isteri kamu, mereka juga mempunyai hak di atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina,”

“Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kata ku ini, sembahlah Allah dirikanlah sembahyang lima kali sehari, berpuasalah di bulan Ramadhan dan tunaikan zakat dan harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ‘ibadah haji’ sekiranya kamu mampu. Ketahuilah setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama, tidak seorang pun lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam taqwa dan beramal saleh,”

“Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan di atas apa yang telah kamu kerjakan. Oleh itu, awaslah agar jangan sekali-kali kamu terluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku,”

“Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi dan Rasul yang akan datang selepas ku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kata ku yang telah aku sampaikan kepada kamu,

“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al Qur’an dan sunnahku,”

Bukti Cinta Rasulullah Pada Umatnya

Ibnu Majah meriwayatkan dari Ummu Salamah, di hari-hari sakitnya, Nabi Muhammad berwasiat tentang sholat dan menjaga budak. Menurutnya, beliau terus-terusan mengucapkan hal ini hingga lisannya tidak lagi fasih.

Dalam buku Samudra Keteladanan Muhammad oleh Nurul H. Maarif dijelaskan bahwa Beliau juga sering sekali menyebut umatnya. Beliau mengkhawatirkan azab bagi umatnya, yang menjadikannya terus menangis.

Bahkan, dalam riwayat Imam Muslim, Jabir bin Abdullah al-Anshari menyatakan dirinya mendengar Nabi Muhammad menyampaikan tiga pesan, yakni tiga hari sebelum wafatnya.

عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل موته بثلاثة أيام، يقول: «لا يَمُوتَنَّ أحدُكم إلا وهو يُحسنُ الظَّنَّ بالله عز وجل

Artinya: Janganlah seseorang dari kalian meninggal dunia kecuali berbaik sangka pada Allah. (HR Muslim, dan lain-lain).

Itulah beberapa wasiat terakhir seorang pemimpin agung yang begitu mencintai umatnya dengan tulus. Dalam khutbah terakhir Rasulullah, beliau mencoba menyampaikan, menegaskan, sekaligus mengingatkan umatnya akan tantangan zaman selepas ditinggalkan olehnya. Seluruh pikiran, waktu, dan tenaganya tercurah untuk umatnya. Bahkan hingga hembusan nafas terakhirnya.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Alasan Rasulullah SAW Melakukan Hijrah ke Madinah



Jakarta

Saat melakukan penyebaran agama Islam di Makkah, Nabi Muhammad SAW selalu ditentang oleh kaum kafir Quraisy. Hingga akhirnya Rasulullah SAW melakukan hijrah dari tanah kelahirannya ke Madinah.

Merujuk dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 karya Moenawar Khalil mengisahkan mengenai dakwah Nabi Muhammad SAW sewaktu di Makkah. Dikisahkan bahwa sudah sepuluh tahun Nabi SAW berdakwah dan bertabligh kepada penduduk asli Makkah.

Sebagian dari mereka tidak mengindahkan dakwah dari beliau, bahkan mereka selalu mengejek, menghina, mendustakan, dan menganiaya beliau. Meskipun demikian, beliau tidak merasa putus asa dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang Rasul Allah SWT.


Penduduk Kota Makkah yang mau mengikuti seruan beliau sebagian besar berasal dari orang-orang lapisan bawah, seperti orang miskin, budak, dan orang yang dipandang bodoh. Sedangkan orang yang berada pada lapisan atas yang mau mengikuti seruan beliau ialah kaum hartawan, bangsawan, orang-orang berpengetahuan, dan terpelajar.

Rasulullah SAW Hijrah ke Madinah Atas Dasar Perintah Allah

Selain itu Ridwan Abdullah Sani dalam bukunya Hikmah Kisah Nabi dan Rasul, menjelaskan bahwa selama tiga tahun lamanya Nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi di Makkah. Hingga pada akhirnya Allah SWT mengizinkan Rasulullah SAW untuk berdakwah secara terang-terangan.

Melihat Rasulullah SAW semakin bertambah pengikutnya membuat kaum kafir Quraisy sangat marah. Oleh sebab itulah, mereka menganiaya Rasulullah SAW. Misalnya saja Abu Jahal yang mengangkat batu besar dan hendak ditimpakan pada Nabi Muhammad SAW yang sedang melaksanakan salat di Masjidil Haram.

Namun, Allah SWT tidak membiarkannya begitu saja. Maka Allah SWT mengirimkan Malaikat Jibril. Abu Jahal yang melihat Malaikat Jibril langsung gemetar, ketakutan, dan pucat pasi. Tidak berhenti sampai di situ saja, Rasulullah SAW juga pernah dilempari kotoran unta di atas pundaknya, mukanya ditaburi debu dan pasir ketika beliau pulang ke rumah.

Bahkan leher Rasulullah SAW pernah dijerat oleh Uqbah bin Abi Muith menggunakan pakaiannya. Saat itu Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan salat hingga akhirnya Abu Bakar muncul dan mencengkeram pundak Uqbah dan menjauhkannya dari Rasulullah SAW.

Anif Sirsaeba dalam bukunya Agar Kekayaan Dilipatkan dan Kemiskinan Dijauhkan juga menceritakan bagaimana kejamnya kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah SAW beserta dengan para pengikutnya.

Kaum kafir Quraisy juga mengancam akan membunuh dan mencincang hidup-hidup Nabi Muhammad SAW beserta dengan pengikutnya. Tak hanya itu, mereka juga diboikot dalam perniagaan dan perdagangan. Hingga membuat para pengikut Rasulullah SAW mengalami kesulitan dan tidak memiliki apa-apa.

Mereka tak bisa berbuat apa-apa selain memasrahkan nasib dan keberlangsungan hidup kepada Allah SWT. Hingga pada akhirnya, Rasulullah SAW melakukan hijrah dari tanah kelahirannya menuju Kota Madinah atas dasar perintah Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 218,

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٢١٨

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Maka Rasulullah SAW beserta seluruh pengikutnya pun menuruti perintah Allah SWT. Mereka meninggalkan rumah dan kampung halaman serta mengumpulkan sisa-sisa kekayaan yang mereka miliki untuk diinfakkan dalam jalan Allah SWT.

Benarlah janji Allah SWT, ketika mereka benar-benar telah hijrah di jalan-Nya, maka semakin dilimpahkan rezeki kepada mereka. Di Madinah kehidupan dan dakwah mereka semakin membesar bahkan kesuksesan, kemakmuran, keberhasilan, dan kejayaan mereka tersiar hingga ke Makkah.

Itulah kisah mengenai Rasulullah SAW melakukan hijrah dari tanah kelahirannya menuju Kota Madinah atas dasar perintah Allah SWT.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Obama, Islam, dan Kesetaraan Gender



Jakarta

Salah satu bacaan yang patut diapresiasi dari Obama ialah pandangannya yang menilai Islam sebuah ajaran yang sangat menghargai perempuan. Obama yang pernah hidup di sebuah negeri muslim tentu memahami kedudukan perempuan bukan saja dari sudut pandangan teks tetapi juga dari segi bagaimana umat Islam mengapresiasi ayat-ayat perempuan. Obama melihat Islam memberi ruang dan peluang bagi kaum perempuan untuk berekspresi sesuai keingainannya tanpa harus terbebani oleh beberapa pernyataan teks dalam Al-Qur’an, yang dianggapnya dapat disesuaikan dengan kehidupan kontemporer.

Dalam pidatonya di Mesir ia menyatakan: “Saya berpendapat perempuan tidak harus membuat pilihan sama seperti laki-laki agar mencapai kesamaan, dan saya menghormati perempuan yang memilih peran tradisional dalam menjalankan kehidupan mereka. Tetapi hal itu haruslah merupakan pilihan mereka sendiri”. Ia lebih lanjut menegaskan: “Juga penting agar negara-negara Barat mencegah larangan kepada warganegara Muslim untuk mempraktikkan agama sesuai kehendak mereka – misalnya, dengan mendikte pakaian apa yang boleh dikenakan seorang perempuan Muslim. Sederhananya, kita tidak bisa menyembunyikan ketidaksenangan terhadap agama apapun lewat alasan liberalisme”.

Pernyataan-pernyataan Obama di dalam berbagai kesempatan tentang Islam yang menggagas kesetaraan gender beberapa kali dikemukakan dalam berbagai kesempatan. Rasanya tidak mungkin sebuah pernyataan yang agak kontroversi lancar keluar dari mulut yang tidak memahami secara komperhensif ajaran Islam. Ia dengan penuh percaya diri menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan setara di dalam memperoleh hak.


Senada dengan pernyataan Obama, Menteri Luar Negerinya, Hillary Clinton, juga sering mengemukakan pendapat yang sama dengan pandangan Obama. Dalam sebuah acara penting pada kunjungannya di Indonesia, Hillary Clinton penyatakan: “If you want to know Islam, democracy, modernity and women’s rights can coexist, go to Indonesia” (Jika kalian ingin memahami Islam, demokrasi, medernitas, dan hak-hak asasi perempuan tampil bersamaan maka pergilah ke Indonesia).

Pernyataan Hillary R. Clinton ketika berada di Indonesia beberapa waktu lalu, kembali terulang lagi muncul di aula PBB kemarin di dalam forum: The Expert Consultation Process on Freedom of Religion on Belief, Gender Equality, and Sustainable Development Goals di Genewa, tgl 7-8 Maret 2019.

Pengalaman penulis ketika masih bertempat tinggal di IMAAM Center, sebuah perkumpulan paguyuban umat Islam yang berasal dari Indonesia di Maryland, juga sering menerima kesan serupa dari relasi penulis. Mereka meyakini bahwa Islam tidak pernah bermaksud untuk menekan atau mendiskreditkan kaum perempuan, karena Islam pada dasarnya agama kemanusiaan yang memandang kaum perempuan begitu mulia. Mereka juga ada yang membaca hadis: Surga terletak di bawah telapak kaki ibu”, dan dalam riwayat lain dikatakan “Kepada siapa kami mengabdi, tanya seorang sahabat kepada Nabi lalu Nabi menjawab: “Ibumu, ibumu, ibumu, kemudian bapakmu” . Hadis ini luar biasa menempatkan kaum perempuan sedemikian mulia.

Pendapat serupa juga pernah dinyatakan Yvonne Yazbeck Haddad, gurubesar terkemuka Geogetown University, Washington DC, dalam Contemporary Islam and the Challenge of history, mengungkapkan bahwa seandainya bukan karena kedatangan Islam maka mungkin kaum perempuan belum mengalami kemerdekaan. Tidak pernah ada sistem nilai yang memperjuangkan hak-hak dan kebebasan perempuan dalam lintasan sejarah sehebat nilai-nilai Islam. Tidak sedikit jumlahnya orang-orang terkemuka di AS lebih faham posisi perempuan dalam Islam daripada sebagian umat Islam itu sendiri. Bahkan karya-karya akademik orang-orang AS banyak menjadi rujukan dari kalangan muslim scholars di sejumlah negara-negara muslim. Allahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Contoh Ceramah Menyambut Bulan Ramadan, Penuh Makna dan Hikmah



Jakarta

Ramadan menjadi momen di mana umat Islam meningkatkan pengetahuan mereka terkait agama. Sehingga tak sedikit dari mereka ingin mendengar ceramah dan pidato yang disampaikan para pemangku keagamaan.

Adapun tujuan ceramah yang diperdengarkan ini sebagaimana mengutip detikEdu, untuk memberi nasihat serta petunjuk keagamaan kepada kaum muslim. Selain itu, pidato yang dimaksud juga supaya mendorong mereka berbuat tindakan yang mengarah pada kebajikan.

Berikut pidato singkat tentang Ramadan yang bisa disampaikan, yang dinukil dari buku Majalis Syahri Ramadhan karya Syekh Muhammad bin Shalih Utsaimin, dan buku Islam Rahmat Bagi Alam Semesta susunan Tim Penceramah JIC.


Contoh Pidato Singkat tentang Bulan Ramadan

1.Keutamaan Bulan Ramadhan

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.

Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.

Saudara-saudaraku, kini kita dinaungi bulan yang mulia, musim yang agung, yang di dalamnya Allah SWT melipatgandakan pahala dan memperbanyak pemberian, serta membukakan pintu-pintu kebaikan bagi semua orang yang menginginkannya.

Bulan ini adalah bulan yang penuh kebaikan dan berkah, bulan pemberian dan kasih sayang, bulan yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai bukti mengenai bimbingan serta sebagai pembeda antara yang salah dan yang benar. Juga bulan yang diliputi rahmat, ampunan, dan keselamatan dari siksa neraka.

Disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasul SAW pernah bersabda, “Bila bulan Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka, serta diikatlah setan-setan.”

Dibukanya pintu-pintu surga pada bulan ini disebabkan banyaknya amal sholeh yang dikerjakan orang, sekaligus untuk menggemarkan orang-orang beramal. Sedangkan ditutupnya pintu-pintu neraka dikarenakan sedikitnya kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang beriman.

Adapun diikatnya setan-setan memiliki pengertian bahwa mereka tidak dapat mengganggu orang-orang yang baik itu sebagaimana yang dapat mereka lakukan pada bulan lain.

Imam Ahmad meriwayatkan suatu hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: “Di dalam bulan Ramadan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya:

(1) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi. (2) Para malaikat selalu memintakan ampunan untuk mereka hingga mereka berbuka. (3) Setiap hari Allah SWT menghias surga-Nya sambil berkata, ‘Hamba-hamba-Ku yang sholeh ingin melepas beban dan penderitaannya dan mereka rindu untuk memasukimu.’

(4) Pada bulan ini diikatlah setan-setan yang durhaka sehingga mereka tidak leluasa mencapai apa yang dapat dicapainya pada bulan lain. (5) Mereka diampuni oleh Allah SWT pada malam yang terakhir dari bulan itu.

Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah itu malam Lailatul-Qadar?’ Beliau menjawab, ‘Tidak, karena orang yang bekerja itu akan dipenuhi upahnya manakala sudah menyelesaikan pekerjaannya.”

Saudara-saudaraku, inilah lima perkara yang Allah SWT simpan dan anugerahkan khusus hanya untuk kalian, bukan diperuntukkan bagi umat yang lain, karena DIa hendak menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian.

Nah, berapa banyak nikmat Allah SWT yang telah diberikan untuk kalian? Dia berfirman: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…. (Ali Imran: 110)”

Pertama, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi. Padahal, bau yang keluar dari mulut ketika perut dalam keadaan kosong merupakan bau yang tidak disenangi orang. Namun di sisi-Nya hal ini lebih harum dibandingkan parfum jenis apa pun.

Sebab bau tersebut timbul dari ketaatan beribadah kepada-Nya. Segala sesuatu yang timbul dari beribadah dan sikap menaati Allah disukai oleh-Nya dan akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih mulia. Tidakkah Anda lihat orang yang mati

Kedua, para malaikat memintakan ampun bagi mereka hingga mereka berbuka, sedangkan malaikat adalah hamba-hamba Allah SWT yang dimuliakan di sisi-Nya, yang tidak pernah melanggar perintah-Nya, dan selalu melaksanakan apa pun yang diperintahkan-Nya.

Maka sudah sewajarnyalah kalau Allah SWT mengabulkan permohonan mereka untuk orang-orang yang berpuasa itu, yang memang sudah diizinkan oleh-Nya.

Ketiga, Allah SWT menghiasi surga-Nya setiap hari sambil berkata: “Hamba-hamba-Ku yang sholeh ingin melepaskan beban dan penderitaannya dan mereka sangat ingin memasukimu.” Allah SWT menghiasi surga-Nya setiap hari merupakan persiapan untuk menyambut para hamba-Nya yang baik dan untuk menambah semangat mereka agar semakin berkeinginan untuk masuk ke dalamnya.

Keempat, Setan-setan diikat dengan rantai dan belenggu sehingga mereka tidak dapat menyesatkan hamba-hamba Allah yang sholeh dari kebenaran. Hal ini termasuk pertolongan Allah SWT kepada mereka (hamba-hamba yang sholeh) dengan cara menahan musuh-musuh mereka yang senantiasa mengajak para pengikutnya menuju neraka.

Oleh karena itu, bisa didapati orang-orang yang sholeh pada bulan Ramadan ini lebih bersemangat untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Kelima, Allah SWT mengampuni seluruh dosa umat Nabi SAW pada akhir bulan ini apabila mereka melaksanakan apa-apa yang seharusnya mereka laksanakan pada bulan yang penuh berkah ini, baik berupa puasa maupun shalawat sebagai suatu keutamaan dari-Nya.

Dalam hal ini Allah SWT menyempurnakan pahala mereka setelah mereka usai melaksanakan amalan-amalan, karena sebagaimana orang yang bekerja, tentulah akan disempurnakan upahnya setelah pekerjaannya selesai.

Saudara-saudaraku, datangnya bulan suci Ramadan merupakan nikmat yang paling besar bagi orang yang mendapatinya dan menunaikan hak-haknya dengan kembali kepada Rabb-nya; lepas dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan, terhindar dari kelalaian menuju kepada dzikir, dan yang jauh dari-Nya kini kembali mendekat kepada-Nya.

Demikianlah, keutamaan dari bulan Ramadan ini, semoga menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjalankan puasa beserta amal sholeh lainnya yang mendatangkan kebaikan.

Allahumma ainna ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ibadatika. Aamiin ya rabbal alamin.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

2. Hikmah Puasa Ramadan

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.

Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.

Seluruh perintah Allah SWT kepada umat manusia untuk beribadah memiliki tujuan “tazkiyah al-nafs” (membersihkan jiwa). Ini penting kita pahami agar puasa Ramadhan yang kita jalani, bermakna di dalam diri kita.

Saudara kita kaum muslimin di penjuru dunia dilanda banyak musibah, ditandai dengan kurang bersatunya umat Islam (internal), sampai konspirasi global untuk menuduh umat Islam sebagai umat yang tidak beradab (eksternal); sebutan teroris selalu dialamatkan kepada umat Islam.

Ramadan merupakan “syahr al-tarbiyah” untuk membentuk manusia yang bertakwa. Puasa bulan Ramadan mengandung beberapa hikmah. Hikmah yang pertama adalah kehidupan akhirat.

Puasa di bulan Ramadan pada dasarnya adalah membangun obsesi terbesar untuk kehidupan akhirat, tidak lagi terjebak dengan kepentingan dunia, sekalipun dunia merupakan “mazra’at al-akhirah”, ladang untuk menuju akhirat.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 269: “Barang siapa yang diberikan hikmah dari Allah, maka sesungguhnya mereka diberikan oleh Allah sesuatu kebaikan yang banyak.”

Sebenarnya banyak kesempatan bagi kaum muslimin untuk memperbaiki diri, tetapi sebagian mereka terperangkap dalam obsesi-obsesi dunianya. Seseorang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki diri dan negerinya melalui jabatan yang dimilikinya, justru membuat ia terlena dengan kehidupan dunia dan lupa dengan kehidupan akhirat.

Seseorang yang diberi kemudahan oleh Allah SWT berupa ilmu, seharusnya dapat memberikan pelita, pencerahan kepada masyarakat. Akan tetapi tidak sedikit orang yang berilmu tenggelam dalam kesombongan intelektualitasnya, bahkan berani mempermainkan Al-Qur’an dan Hadits demi membangun popularitas.

Pada bulan Ramadan ini, seharusnya kepentingan akhirat dijadikan sebagai obsesi yang paling besar dalam kehidupan, bukan kepentingan dunia.

Kita harus meninggalkan yang haram, syubhat, semata-mata demi menuju kehidupan akhirat. Karena itu kaki dan badan kita tidak akan merasa berat menghujam bumi ketika dipanggil untuk berjihad di jalan Allah SWT.

Kaum muslimin pernah di tegur oleh Allah SWT, karena sebagian dari mereka enggan berjihad di jalan-Nya, disebabkan tarik menarik dengan kepentingan dunia. Allah SWT mengingatkan kaum muslimin bahwa dunia dan isinya adalah “qalil” (sedikit) bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

Hikmah yang kedua adalah “Bina-u al-hasasiyyati al-ijti- ma’iyyah”, membangun sensitivitas sosial, membangun kepekaan sosial. Di bulan Ramadan ini, kita dididik oleh Allah SWT untuk menghidupkan “al-‘amal al-jama’i”, menghidupkan amal, kerja secara kolektif dan berjamaah. Bila suatu pekerjaan hanya dilakukan oleh individu-individu, maka kita tidak mungkin dapat menyelesaikan permasalahan dunia, khususnya di negeri kita ini.

Terjadinya kerusakan, di bidang ekonomi, budaya maupun politik, ditambah dengan kemerosotan akhlak dan sedikitnya pemahaman akidah terhadap agama, membuat masyarakat kita cenderung melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan nilai- nilai negatif dalam lingkungan masyarakat ataupun negara. Persoalan besar ini hanya dapat diatasi dengan kebersamaan.

Seorang penyair mengatakan “Kapan sebuah bangunan itu akan tegak berdiri jika kamu sendirian membangun sementara orang lainnya merobohkannya”. Demikian juga dengan pentingnya peran ulama untuk mengingatkan dan sekaligus bekerja sama dengan para pejabat, umara, membangun negeri ke arah yang lebih baik.

Pada zaman Rasulullah SAW, kemaksiatan hanya dilakukan oleh individu, tetapi sekarang hal itu dilakukan secara sistematis dan terlembaga. Mereka melakukan beramai-ramai dan tidak merasa malu melakukannya. Ini disebabkan karena tidak ada kebersamaan.

Bulan Ramadan mendidik kita untuk bersama-sama dalam beribadah, bersama-sama dalam kegiatan yang islami, tidak membiarkan kemaksiatan.

Dalam Atsar dikatakan “Jikalau ada seseorang melihat kemungkaran, melihat kemaksiatan, dia adalah setan yang bisu. Dan sekalipun bisu, setan pasti bermitra dengan setan yang lainnya, saling memberikan bisikan untuk memerangi Islam ajaran Rasulullah, baik itu setan manusia maupun setan jin.”

Hikmah yang ketiga adalah melatih kesabaran. Pada bulan Ramadhan kita menahan diri untuk makan dan minum dari mulai terbit fajar sampai waktu Maghrib.

Seandainya seorang muslim dan rakyat Indonesia pada umumnya mampu menahan diri dari perbuatan haram, syubhat, bahkan mubah, niscaya akan terjadi perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perubahan menuju perbaikan yang maksimal tidak dapat diharapkan hanya dari seorang presiden atau pemerintah, tetapi harus dimulai dari setiap muslim, mulai dari para penguasa dan pemerintahannya. Sehingga, dapat membuat suatu keputusan yang mempersempit ruang lingkup kemaksiatan, lebih mudah berbuat kebaikan.

Itulah tiga hikmah yang bisa kita petik dari puasa Ramadhan. Marilah kita jadikan bulan Ramadhan sebagai madrasah, sebagai pusat pendidikan, agar dapat membangun obsesi terbesar kita untuk kehidupan di akhirat nanti.

Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Klik halaman selanjutnya untuk contoh ceramah lainnya.

3. Islamisasi Diri di Bulan Ramadan

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.

Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.

Kita memasuki bulan Ramadan, satu-satunya bulan yang dilimpahi Allah SWT dengan nikmat kepada hamba-Nya, bulan diturunkannya kitab suci al-Qur’an tanpa kebatilan di dalamnya, dari Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.

“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-pen- jelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda antara yang benar dan yang batil.” (QS. al-Baqarah, 2:185)

Syekh Mahmud Syaltut menyebut bulan Ramadan dengan “Syahir al-Qur’an (bulan al-Qur’an). Beliau juga menyebutnya dengan “Syahr al-Tashfiyah al-Ruhiyyah” (bulan pembersihan ruhani), karena Allah SWT mewajibkan umat Islam berpuasa untuk membersihkan jiwa.

Di bulan suci ini, kita mendapat kesempatan dan peluang untuk islamisasi diri. Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam, menurut ajaran Rasulullah SAW mempunyai lima pilar, syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.

Syahadat adalah persaksian atau pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT, “Asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah”. Syahadat kita baca setiap melakukan tahiyyat dalam salat.

Pilar Islam kedua adalah sholat. Kita diwajibkan mendirikan sholat lima kali dalam sehari. Di samping itu, kita dianjurkan melaksanakan sholat-sholat sunnah, bahkan dianjurkan memperbanyak sholat malam, seperti tarawih dan witir.

Sebagai wahana islamisasi diri, kita melaksanakan sholat tarawih dengan 8 rakaat, 20 rakaat, bahkan 36 rakaat (menurut Imam Malik ibn Anas di kota Madinah).

Mengapa orang-orang Madinah melakukan sholat tarawih sampai 36 rakaat? Orang Madinah merasa iri dengan orang Makkah yang melakukan sholat tarawih sampai 20 rakaat, setiap 4 rakaat mereka berhenti untuk melakukan tawaf (keliling Kakbah), mereka sholat tarawih 20 rakaat ditambah 4 kali tawaf.

Orang Madinah iri kepada orang Mekah yang tentu mendapat pahala lebih banyak. Karena tidak ada Kakbah, mereka menggantinya dengan menambah rakaat sholat, setiap satu tawaf diganti dengan 4 rakaat, menjadi 16 rakaat, dan ditambah dengan jumlah rakaat sholat tarawih menjadi 36 rakaat.

Keadaan ini berlangsung sampai munculnya Imam Malik di sana. Maka menurut Imam Malik, sholat tarawih itu terdiri dari 36 rakaat.

Kita meningkatkan keislaman kita dengan memperbanyak sholat sunnah di bulan Ramadan, menurut kemampuan dan kemauan kita masing-masing.

Bahkan ada yang melaksanakan tarawih 20 rakaat dengan membaca satu Juz al-Qur’an setiap malam sampai selesai 30 juz (satu al-Qur’an) dalam satu bulan, seperti di Masjid PTIQ, masjid UIN Syarif Hidayatullah dan masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah.

Pilar Islam ketiga adalah zakat. Mengeluarkan infak ada yang wajib dan ada yang sunnah, keduanya mendapatkan pahala. Infak wajib ada dua macam, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (harta).

Zakat fitrah adalah zakat diri sendiri, zakat jiwa. Setiap muslim wajib membayar zakat fitrah. Sedangkan zakat mal diwajibkan bagi orang mempunyai harta mencapai nisab (batas wajib zakat mal).

Dalam rangka islamisasi diri, kita melaksanakan zakat pada bulan Ramadan agar mendapatkan pahala yang berlipat ganda, baik infak wajib maupun infak sunnah yang disebut shadaqah (sedekah).

Jadi di samping kita membayar zakat, kita juga dianjurkan mengeluarkan shadaqah yang diberikan kepada mustahiq (orang yang berhak menerima) seperti orang miskin, orang banyak hutang, mualaf dan fisabilillah.

Pilar Islam keempat adalah puasa di bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadan ini kita diwajibkan melaksanakan puasa selama satu bulan penuh.

Dalam Ramadan terdapat tiga tingkatan puasa. Pertama, “shaum al-‘awwam”, puasa umum atau puasa yang paling ringan. Kedua “shaum al-khushush”, puasa anggota badan, mata, mulut, hidung, telinga, tangan, dan kaki, puasa dari perbuatan yang tercela. Ketiga, “shaum khushush al- khushush”, puasa hati, dengan tidak sedikitpun memikirkan perbuatan yang tidak baik. Ini yang paling berat.

Menurut Syaikh al-Azhar, puasa Ramadan merupakan ibadah yang tujuannya sama dengan tujuan al-Qur’an, membina akal dan jiwa manusia serta mengatur kehidupan. Puasa ternyata menyatukan umat Islam, dalam hal waktu istirahat, waktu kerja, waktu makan dan minum, waktu sahur, waktu berbuka puasa dan waktu sholat yang dikerjakan bersama-sama, berjamaah.

Puasa juga membasahi mulut umat Islam dengan ucapan tasbih, mensucikan Allah SWT, menjaga diri dari ucapan yang kurang baik, dan menanamkan jiwa kesabaran dan ketabahan dalam hidup manusia.

Oleh karena itu, kita berusaha meningkatkan keislaman kita dengan menjalankan puasa sebaik-baiknya. Jika kita bisa melakukan puasa kelas berat, “shaum khusus al-khusus”, memperbanyak rakaat dalam sholat tarawih dan witir, akan diampuni dosa-dosa kita sampai bersih, seperti bayi yang baru lahir dan tidak berdosa.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan puasa Ramadan dan mensunahkan salat di waktu malamnya. Maka barang siapa melakukan puasa dan sholat malamnya dengan benar- benar beriman dan keikhlasan semata-mata karena Allah SWT, maka akan keluar dari dosa-dosanya seperti ketika dilahirkan ibunya.”

Pilar Islam kelima adalah haji ke Baitullah di Makkah al-Mukarramah. Haji ada dua macam, haji besar dan haji kecil. Haji besar hanya bisa dijalankan pada bulan Dzulhijjah, bulan haji.

Pada bulan Ramadan ini, orang dapat melakukan islamisasi diri melalui umrah. Pada bulan Ramadhan, umat Islam sedunia berbondong-bondong menjalankan umrah, terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW menyatakan bahwa umrah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan nilainya sama dengan haji.

Demikian lima cara Islamisasi diri yang diambil dari lima pilar atau lima rukun Islam, semoha kita senantiasa dapat melaksanakannya di bulan Ramadan. Mohon maaf atas kata yang kurang berkenan, Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Penyembah Api dari Keturunan Qabil



Jakarta

Allah SWT mengutus Nabi Idris AS kepada suatu kaum agar menyembah Allah SWT. Kaum Nabi Idris AS saat itu diketahui mulai menyembah api.

Menurut Imam Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa sebagaimana diterjemahkan Dudi Rosyadi, sejumlah ulama ahli nasab menyebut bahwa Nabi Idris AS termasuk dalam silsilah nasab Rasulullah SAW. Ia adalah manusia pertama yang diberikan tanggung jawab kenabian setelah Nabi Adam AS dan Syits AS.

Kaum Nabi Idris Adalah Keturunan Qabil

Melansir dari buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid, Nabi Idris AS ditugaskan oleh Allah SWT untuk memberi peringatan kepada bani Qabil. Kaum Nabi Idris AS adalah keturunan Qabil, putra dari Nabi Adam AS yang melakukan pembunuhan pertama.


Nama Nabi Idris AS disebutkan sebanyak dua kali di dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman,

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِدْرِيْسَۖ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا ۙ ٥٦ وَّرَفَعْنٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا ٥٧

Artinya: “Ceritakanlah (Nabi Muhammad kisah) Idris di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah orang yang sangat benar dan membenarkan lagi seorang nabi. Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Maryam: 56-57)

وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِۗ كُلٌّ مِّنَ الصّٰبِرِيْنَ ۙ ٨٥ وَاَدْخَلْنٰهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهُمْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ ٨٦

Artinya: “(Ingatlah pula) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang sabar. Kami memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang saleh.” (QS Anbiya: 85-86)

Masih dalam buku yang sama dijelaskan bahwa Nabi Idris AS diangkat menjadi seorang nabi pada usia 40 tahun. Ia hidup ketika orang-orang mulai menyembah api.

Semasa hidupnya Nabi Idris AS membagi waktunya menjadi 2 dalam seminggu, yakni selama 3 hari ia akan mengajarkan kepada kaumnya. Adapun, 4 hari berikutnya ia akan mencurahkan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Mukjizat Nabi Idris AS saat Dakwah pada Kaumnya

Eka Satria dalam bukunya Mengenal Mukjizat 25 Nabi menjelaskan bahwa Nabi Idris AS memiliki mukjizat yang luar biasa dari Allah SWT. Ia dianugerahi kekuatan yang luar biasa oleh Allah SWT dengan kekuatannya tersebut ia memerangi bani Qabil yang ingkar kepada ajaran Allah SWT.

Dari mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Idris AS tersebut, ia diberi gelar Asad al-Usud yang memiliki arti “singa segala singa”. Selain dianugerahi kekuatan yang luar biasa, Nabi Idris AS juga diberi mukjizat kepandaian dalam ilmu pengetahuan. Ia seorang yang pandai dalam menulis, membaca, menghitung, dan menguasai ilmu pengetahuan lainnya.

Nabi Idris AS juga menjadi orang pertama di dunia yang mengetahui berbagai ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa ilmu pengetahuan dunia yang diketahui Nabi Idris AS yaitu:

  • Ia adalah orang pertama di dunia yang pandai menulis dengan pena.
  • Ia adalah orang pertama di dunia yang pandai membaca.
  • Ia adalah orang pertama di dunia yang mengetahui ilmu perbintangan.
  • Ia adalah orang pertama di dunia yang pandai dalam berhitung.
  • Ia adalah orang pertama di dunia yang tangkas dalam berkuda.
  • Ia adalah orang pertama di dunia yang pandai menjahit.

Nasihat Bijak Nabi Idris AS

Rizem Aizid dari buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi juga memaparkan mengenai nasihat dan ajaran Nabi Idris AS. Berikut ini beberapa nasihat dan untaian kata mutiara Nabi Idris AS:

  • Kesabaran yang disertai iman kepada Allah SWT akan membawa kemenangan.
  • Orang yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal salehnya.
  • Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah SWT dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula untuk puasa dan salatmu.
  • Janganlah bersumpah palsu, dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.
  • Taatlah kepada rajamu, dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah SWT.
  • Janganlah iri hati kepada orang yang baik nasibnya, karena ia tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
  • Barang siapa melampaui kesederhanaan, maka tidak ada suatu pun yang akan memuaskannya.
  • Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Sahur Ditemani Kajian Habib Husein Ja’far Hanya di detikKultum



Jakarta

Sedikit lagi kita akan segera memasuki bulan suci Ramadan 1444 H. Sepanjang Ramadan, Allah SWT melimpahkan banyak pahala dan kebaikan, khususnya bagi umat Islam yang mengerjakan amalan-amalan baik itu sunnah maupun wajib.

Tak tanggung-tanggung, Allah SWT bahkan mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, berikut bunyi sabda Rasulullah SAW:

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, “Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku,” (HR Muslim).


Sebagai bulan yang penuh kemuliaan, sudah semestinya kaum muslim mengisi Ramadan dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti menyaksikan kajian dan ceramah. Kali ini, detikKultum menghadirkan Habib Husein Ja’far untuk menemani waktu sahur detikers selama bulan Ramadan 1444 H.

Nantinya, detikers akan mendapat banyak ilmu bermanfaat untuk menjalani ibadah puasa yang lebih berkah. Rasanya rugi bila tidak menyaksikan tausiyah yang disampaikan Habib Husein Ja’far, terlebih kajian tersebut ditayangkan pada waktu sahur, cocok sebagai pembuka hari.

Tayang setiap hari pukul 04.00 WIB di detikHikmah, jangan lupa saksikan detikKultum bersama Habib Husein Ja’far selama bulan Ramadan ya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Raih Pahala Ramadan, Yuk Ngaji Bareng Prof Nasaruddin Umar di detikKultum



Jakarta

Tidak terasa, Ramadan 2023 hanya tinggal menghitung hari. Sebentar lagi umat muslim kembali memasuki bulan yang penuh keberkahan.

Ramadan merupakan bulan yang agung, sehingga banyak kaum muslim yang berlomba-lomba untuk meraih kebaikan dan mengerjakan berbagai amalan. Terlebih, di bulan tersebut pahala yang didapatkan seorang muslim akan berlipat ganda.

Selama bulan Ramadan 1444 H, detikHikmah, detikRamadan dan detikcom menghadirkan Prof Nasaruddin Umar untuk menemani detikers sembari menunggu waktu berbuka. Melalui program detikKultum, Prof Nasaruddin Umar akan menyampaikan berbagai kajian seputar Ramadan.


Selama sebulan penuh, detikKultum akan mengajak detikers memperdalam ilmu agama melalui berbagai tema kajian yang diulas oleh Prof Nasaruddin Umar. Dengan demikian, Ramadan 1444 H detikers akan lebih bermakna.

Jangan lupa saksikan program detikKultum bersama Prof Nasaruddin Umar yang tayang setiap hari selama bulan Ramadan 1444 H di detikHikmah pada pukul 17.30 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Ramadan Penuh Keutamaan, Jangan sampai Lolos



Jakarta

Bulan Ramadan memiliki banyak sekali keutamaan. Bulan suci ini juga menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Habib Husein Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (23/3/2023) mengatakan, di antara keutamaan bulan Ramadan yang pertama adalah menjadi bulan diturunkannya Al-Qur’an.

“Bulan Ramadan itu adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, baik secara bertahap yang dimulai dengan iqra pada 17 Ramadan yang biasanya kita bilang itu Nuzulul Quran, atau secara utuh ke langit bumi yakni di malam Lailatulqadar,” ucap Habib Ja’far.


Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).”

Habib Ja’far melanjutkan, Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup di dunia dan penyelamat di akhirat tersebut turun pada bulan Ramadan. Karena itu, ia menyebut, sudah sepatutnya umat Islam memperbanyak mengaji dan mengkaji Al-Qur’an.

Selain itu, dalam bulan Ramadan terdapat suatu malam yang lebih utama dari 1000 bulan. Habib Ja’far mengatakan, ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa malam tersebut terletak pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tepatnya di antara malam ganjil. Ia menyebut, orang yang mendapati Lailatulqadar akan sangat istimewa.

“Karenanya jadi sekali ibadah kalau dapat di malam Lailatulqadar itu lebih dari 80 tahun. Berapa jadinya lebihnya, ya nggak tahu, yang ngasih lebihnya Allah Yang Maha Pemurah sehingga bisa jadi 1000 tahun, sejuta tahun, semiliar tahun itu terserah pada Allah yang sifat utamanya Allah Maha Pengasih dan Penyayang,” jelasnya.

Tak hanya menjadi bulan diturunkannya Al-Qur’an dan memiliki malam yang penuh kemuliaan, Ramadan masih menyimpan berbagai keutamaan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lain. Habib Ja’far berpesan agar umat Islam tidak melewatkan keutamaan tersebut begitu saja.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Ramadan Penuh Keutamaan, Jangan sampai Lolos tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com