Category Archives: Dakwah

Raja yang Adil



Jakarta

Dikisahkan Anusyirwan sebagai pimpinan yang adil, bijaksana dan terus berupaya menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Dia adalah penguasa Kerajaan Persia Sassanid/Sassaniyah yang lahir tahun 501. Anusyirwan bertahta di tampuk kekuasaan Sassaniyah sejak 13 September 531 hingga 31 Januari 579 M. Ia menggantikan ayahnya, Raja Kavadh I.

Dia pernah menghukum petugas pajak bumi, karena petugas itu telah memungut lebih banyak yang seharusnya, meskipun kelebihan itu diserahkan pada kerajaan bukan dinikmati secara pribadi. Oleh sebab itu, setiap penguasa yang mengambil sesuatu dari rakyat dengan curang dan ghasab (mengambil sesuatu benda atau barang dengan cara zalim secara terang-terangan. Sedangkan menurut istilah syara’ ialah menguasai hak orang lain secara aniaya), tak ubahnya seperti seseorang yang membangun fondasi pagar, tetapi tidak sabar hingga fondasi selesai. Lalu ia meletakkan bangunan di atasnya, maka fondasi itu pun runtuh. Begitu juga bangunan di atasnya.


Menteri Yunan pembantunya, mengirim surat padanya (Anusyirwan) yang berisi pesan dan nasihat yang berbunyi, “Paduka raja yang mulia, empat hal yang harus bersama paduka. Yaitu akal, adil, sabar dan sifat malu. Sementara empat hal yang harus paduka jauhi yaitu, dengki, sombong, kikir dan permusuhan. Paduka raja, ketahuilah bahwa para raja sebelum Paduka, telah berlalu. Sedangkan raja mendatang setelah Paduka, belum hadir. Usahakan agar semua raja di sepanjang waktu tetap simpatik dan salut pada Paduka.

Keempat yang harus dimiliki seorang raja adalah:

1. Akal. Allah SWT. menciptakan manusia yang dilengkapi nafsu dan diimbangi dengan diciptakannya akal. Jika nafsu menguasai seseorang maka ia akan liar, disini fungsi akal untuk menyeimbangkan dan menghindarkan seseorang dari keburukan. Di dalam tumbuhan yang berupa daun, buah, biji, akar dan kadang batangnya bermanfaat untuk kesehatan bagi yang tahu (mempergunakan akalnya).

Tahukah kita bahwa energi itu berawal dari hijauan? Tentu bagi orang beriman yang berakal akan tahu. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya surah Yasin ayat 80 yang artinya,

“Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”Apabila diperhatikan ke belakang, sumber utama api atau energi yang dihasilkan oleh kayu hijau adalah energi matahari. Makhluk hidup pertama yang menangkap dan menyimpan energi matahari di Bumi ini adalah tumbuhan, utamanya mereka yang memiliki zat hijau daun atau klorofil. Peran berakal (bisa dikatakan berilmu) merupakan keharusan bagi seorang muslim. Tentu bagi seorang Pemimpin berilmu itu keniscayaan, bagaimana dia mengelola aset negara dan menjadikan rakyatnya makmur.

2. Adil. Alexander pernah bertanya kepada Aristoteles, “Mana yang lebih utama bagi para penguasa, sifat berani atau adil?”

Jawabnya, “Jika seorang penguasa adil, maka dia tak memerlukan keberanian.”

Islam telah perintahkan berbuat adil sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat 8, ” Berlaku adillah, karena adil itu dekat kepada takwa.” Yakni sikap adilmu lebih dekat kepada takwa daripada kamu meninggalkannya. Berlaku adil tidak boleh membedakan termasuk orang yang pernah menyakitimu. Benci bukanlah penghalang untuk berlaku adil. Sebagai contoh seorang pemimpin yang kurang lebih dua tahun berkuasa dapat menjadikan rakyatnya, susah dijumpai yang meminta-minta.

Dia memimpin dengan adil dan seluruh kemampuannya tercurah untuk melayani masyarakat. Dia bisa meninggalkan kehidupan yang bergelimang kesenangan dunia menjadi hidup sangat sederhana dan bersahaja. Ketika istrinya menanyakan apa mempunyai uang 1 dirham untuk membeli anggur, dijawabnya tidak ada. Dia adalah Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Model kepemimpinan seperti ini yang patut menjadi contoh.

3. Sabar. Sekitar 103 kali kata sabar beserta turunannya disebutkan dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa sabar merupakan sesuatu yang sangat penting. Lebih spesifik perbuatan sabar merupakan perintah Allah SWT dalam surah An Nahl ayat 127 yang artinya, “Bersabarlah. Kesabaranmu itu tak lain adalah berkat pertolongan Allah.”

Disusul dengan surah At Thur ayat 48 yang berbunyi, “Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun.”

Kedua ayat ini menerangkan pada kita sebagai perintah bersikap sabar dan itu merupakan karunia-Nya. Pemimpin sabar dalam melaksanakan kepemimpinannya akan efektif karena tindakannya tidak dilandasi emosi dan jauh dari nafsu.

4. Malu. Sifat malu yang dimiliki para Pemimpin menjadi penting. Malu saat melakukan kezaliman atau penyimpangan, sehingga sikap ini akan menjadi penghalang perbuatan munkar.

Sedangkan ada empat hal yang harus dijauhi yaitu sifat dengki, sombong, kikir dan permusuhan. Keempat sifat ini akan membuat seorang pemimpin tidak efektif, oleh karena itu jauhkan dan hindarkan. Saat pemilihan pemimpin negeri ini awal tahun depan, hati-hatilah dalam menggunakan hak pilih. Cermati khususnya keempat sifat tersebut diatas. Semoga Allah SWT. menurunkan kuasanya dengan memberikan petunjuk untuk memilih pemimpin yang dikehendaki-Nya.

***

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Sederhana



Jakarta

Seorang pemimpin atau penguasa hendaknya hidup dengan sederhana, dan dapat mengendalikan dorongan hawa nafsu, seperti memakai pakaian mewah dan makan dengan berbagai masakan yang lezat dan enak-enak. Pemimpin hendaknya bersifat qanaah ( menerima apa adanya ) dalam semua hal. Ingatlah tiada keadilan tanpa sifat qanaah.

Dikisahkan bahwa Umar bin Khattab bertanya kepada sebagian orang saleh, “Apakah anda melihat sesuatu dari sikapku yang kurang anda sukai?”

Maka dijawab, “Aku mendengar Anda menjelaskan bahwa di meja makan Anda hanya ada dua pitong roti. Dikatakan pula bahwa Anda hanya memiliki dua potong baju, sepotong dikenakan untuk malam hari dan sepotong untuk siang hari.”


“Adakah selain dua potong baju itu?” Tanya orang itu lagi. Maka Umar menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya dua potong baju itu tidak akan kekal.”

Hidup sederhana merupakan akhlak terpuji yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hidup sederhana artinya menerima apa adanya yang telah diberikan Allah SWT. dan menjauhkan diri dari sikap tidak puas serta menjauhkan sikap suka berlebihan. Ajaran Islam tidak menganjurkan seorang muslim untuk hidup dalam keadaan yang bermewah-mewah dan berlebihan. Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk hidup dalam kesederhanaan sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya.

Dalam hal berpakaian, hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah SAW. bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan pakaian yang bagus disebabkan tawadu (merendahkan diri) di hadapan Allah SWT. sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah SWT. memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.”

Sedangkan dalam hal makan-makanan juga langsung diperintahkan oleh Allah SWT, dalam firmannya surah al-A’raf ayat 31 yang artinya, “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”.
Ayat ini jelas melarang umat Islam berlaku berlebihan dalam hal makan maupun berpakaian. Hal yang sama sederhana dalam penampilan, tempat tinggal dan berprilaku.

Orang yang sederhana khususnya pemimpin itu menjadikan ia tidak banyak berkebutuhan. Artinya jika seseorang penguasa sudah mencapai maqam ini maka ia telah mengendalikan hawa nafsunya. Kisah dibawah ini masih tentang Amirul Mukminin. Kisahnya sebagai berikut : Kaisar Romawi mengirim delegasi ke Amirul Mukminin untuk menyelidiki perilakunya. Setiba di kota delegasi itu bertanya, “Dimanakah raja kalian?”

Jawab mereka, “Kami tidak punya raja, hanya seorang amir, yang sedang bertugas ke luar kota.” Lalu utusan itu mencari dan menemukan ‘Umar tidur di pelataran tanpa alas, di bawah terik matahari, dan hanya berbantal durrat. Keringatnya bercucuran. Utusan itu kagum melihatnya dan seraya berkata, “Seorang ( pemimpin ) yang tak tertandingi, ternyata hidup sangat sederhana. Karena berbuat adil, maka Umar bisa tidur dengan tenang dan pulas. Sedangkan raja kami culas, tentu tidak dapat tidur karena diliputi rasa was-was. Maka aku bersaksi bahwa Anda ( Umar bin Khattab ) benar. Bila aku datang bukan sebagai utusan, tentu aku sudah masuk Islam. Aku akan kembali setelah tugas ini dan akan masuk Islam.”

Makna kisah diatas adalah :

1. Sikap Amirul Mukminin yang sangat sederhana dan lebih mementingkan tugasnya sebagai pemimpin umat daripada kenikmatan fasilitas.
2. Bersikap adil, sehingga tidur pun di pelataran hatinya tenang dan pulas. Kesederhanaan itu akan menuntun seseorang bersikap adil.

Pada umumnya para pemimpin itu merasa khawatir tentang kekuasaannya, sehingga mereka memupuk loyalitas maupun ketergantungan orang pada dirinya. Sikap ini sebenarnya rentan, jika kekuasaannya telah bergoyang maka ramai-ramailah mereka meninggalkannya. Sekali lagi hilangkan tamak dan rakus atas harta kekayaan maupun kekuasaan karena kekuasaanmu tidak akan kekal dan jelas oleh Pemberi Kuasa akan dipergilirkan.

Semoga Allah SWT memberikan negeri ini pemimpin yang sejatinya sederhana dan adil serta melayani masyarakat.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(aeb/aeb)



Sumber : www.detik.com

Naskah Khutbah Jumat Soal Menjaga Lisan


Jakarta

Naskah Jumat kali ini akan membahas soal menjaga lisan. Hal tersebut sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan umatnya untuk selalu berbicara dengan kata-kata yang baik. Jika tidak mampu melakukannya, maka lebih baik untuk tetap diam, yang memiliki arti sama dengan menjaga perkataan.

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR Al Bukhari)


Karena lisan dapat diibaratkan sebagai pisau. Jika digunakan secara sembarangan, dapat melukai perasaan orang.

Merujuk pada buku “Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga saat di Dunia” karya Ahmad Abi Al-Musabbih, terdapat banyak perbuatan yang bermula dari lisan dan akhirnya menimbulkan dosa. Contohnya adalah ghibah, mengadu domba, pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan candaan yang berlebihan.

Mengutip laman Kemenag, berikut ini adalah naskah khutbah Jumat tema menjaga lisan yang disusun oleh Amien Nurhakim, Alumnus UIN Jakarta dan Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ، وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Pada kesempatan mulia ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa; dengan menjauhi larangan Allah sejauh-jauhnya dan menjalankan perintah-Nya semampunya. Dengan demikian kita dapat berproses menjadi sebaik-baiknya hamba Allah sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Sesungguhnya umat Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan, baik manusia, hewan, hingga tumbuh-tumbuhan dan lingkungan. Di antara bentuk kasih sayang yang terkandung dalam ajaran Islam adalah berkata-kata yang baik.

Perkataan dan ucapan yang baik merupakan perbuatan terpuji yang mendatangkan kebaikan dan dapat meninggikan derajat, baik di sisi Allah maupun di tengah-tengah manusia.

Allah SWT memerintahkan kita untuk mengucapkan perkataan yang baik. Dalam Surat al-Baqarah ayat 83 Allah berfirman:

قُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.”

Allah SWT juga menjanjikan surga kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di dalam surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, pakaian mereka di sana adalah sutera.

Di ayat selanjutnya karakter mereka ditegaskan, yaitu orang-orang yang di dunia diberi petunjuk untuk mengucapkan ucapan-ucapan yang baik. Allah ta’ala berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 24:

وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَىٰ صِرَاطِ الْحَمِيدِ

“Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.”

Di ayat lain Allah menegaskan agar orang-orang beriman untuk berkata-kata yang baik, baik kepada sesama muslim maupun non-muslim. Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 53:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Ayat-ayat yang telah dibacakan tadi merupakan pengingat bagi kita supaya senantiasa menjaga ucapan kita. Tidaklah yang keluar dari mulut kita melainkan kebaikan, minimal, jika kita tidak bisa mengucapkan kebaikan, maka lebih baik diam. Jangan sampai ucapan yang keluar dari lisan kita malah menyakiti hati orang lain. Ingatlah pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita semua:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Jangan sampai perkataan kita yang tidak baik kepada orang lain membuat kekacauan di tengah-tengah masyarakat dan merusak hubungan harmonis yang telah tumbuh dan terpelihara di dalamnya. Berkata apa saja boleh, asalkan jangan berlebihan sehingga nantinya ucapan kita tidak dapat disaring dan perkataan buruk pun mengarah kepada orang lain, akhirnya hal itu menimbulkan kerusakan dan penyakit hati, baik bagi orang yang berbicara maupun mendengarnya.

Tentunya, ucapan yang tidak baik merupakan akhlak yang tercela dan dapat menimbulkan kebencian di tengah-tengah manusia. Imam al-Lu’lui mengatakan dalam syair Adabut Thalab:

وَفِي كَثِيْرِ الْقَوْلِ بَعْضُ الْمَقْتِ

“Dalam banyaknya bicara dapat menimbulkan sebagian kebencian.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Imam al-Nawawi berkata:

يَنْبَغِي لِمَنْ أَرَادَ أَن يَنْطِقَ أَنْ يَتَدَبَّرَ مَا يَقُوْلُ قَبْلَ أَنْ يَنْطِقَ، فَإِنْ ظَهَرَتْ فِيْهِ مَصْلَحَةٌ تَكَلَّمَ، وَإِلَّا أَمْسَكَ

“Hendaknya bagi siapa pun yang ingin berbicara, ia pikir-pikir terlebih dahulu, apabila ucapannya mengandung maslahat, maka silakan, apabila tidak, maka lebih baik diam.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat peduli kepada umatnya, beliau tidak mau dan sedih jika umatnya masuk neraka, oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kiat-kiat supaya umatnya terbebas dari api neraka. Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Jauhilah neraka meski dengan [bersedekah] sepotong kurma, jika tidak melakukannya, maka hendaklah (bersedekah) dengan tutur kata yang baik.”

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Semoga kita dapat menjadi pribadi yang baik dalam berperilaku maupun bertutur kata, semoga kita digolongkan sebagai orang yang beriman, dan orang yang beriman itu bukanlah mereka yang suka mencaci maupun melaknat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ

“Orang yang beriman bukanlah orang yang suka mencela dan mengutuk.”

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Peran Abdurrahman bin Auf dalam Dakwah dan Jihad


Jakarta

Abdurrahman bin Auf RA merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki peran penting dalam Islam. Peran yang ia miliki tersebut berkaitan dengan dakwah dan jihad di jalan Allah SWT.

Lantas, siapa sosok Abdurrahman bin Auf RA? Apa peran Abdurrahman bin Auf RA? Berikut sosok dan peran Abdurrahman bin Auf RA untuk Islam.

Sosok Abdurrahman bin Auf

Dirangkum dari buku The Great Sahaba karya Rizem Aizid, Abdurrahman bin Auf bin Abdul Auf bin Abdul Haris adalah sosok sahabat sekaligus pengawal Rasulullah SAW. Abdurrahman bin Auf RA masih memiliki hubungan darah dengan Rasulullah SAW.


Abdurrahman bin Auf RA lahir tepat sepuluh tahun setelah Tahun Gajah. Ia tergolong sebagai orang pertama yang masuk Islam (Assabiqunal Awwalun).

Ayah Abdurrahman bin Auf RA telah mendidiknya sejak kecil dengan sifat mulia. Sehingga ia memiliki kedermawanan, bijaksana, setia, dan pemberani.

Peran Abdurrahman bin Auf dalam Dakwah Islam

Merujuk pada buku 10 Sahabat Rasul Penghuni Surga karya Ariany Syurfah, Abdurrahman bin Auf RA adalah pebisnis ulung yang kaya raya. Meski memiliki kekayaan yang berlimpah, ia gunakan kekayaannya untuk keperluan berdakwah.

Abdurrahman bin Auf RA pernah kehilangan hartanya karena dirampas ketika hijrah ke Madinah. Namun, ia tidak menyerah. Berbekal kesabaran dan modal secukupnya, ia tetap berjuang dengan berjualan keju dan minyak samin. Atas izin Allah SWT, ia bangkit dan kembali menjadi pedagang yang sukses dan kaya raya.

Peran Abdurrahman bin Auf dalam Perang Membela Islam

1. Peran Abdurrahman bin Auf dalam Perang Melawan Nasrani

Merangkum sumber sebelumnya, Abdurrahman bin Auf RA memiliki peran yang besar dalam berperang melawan Nasrani. Ketika itu, ia diutus menuju ke Daumatul Jandal dan memimpin 700 pasukan.

Setelah sampai di Daumatul Jandal, Abdurrahman bin Auf RA berfatwa kepada penduduk di sana dan menyeru mereka memeluk Islam dengan penuh kesabaran. Hingga pada akhirnya, bani Kalb masuk Islam pada hari keempat karena raja mereka yang bernama Al-Ashbagh bin Amrin al-Kulayyi masuk Islam.

Sebelumnya, Rasulullah SAW berwasiat kepada Abdurrahman bin Auf RA agar menikahi putri raja bani Kalb setelah masuk Islam. Abdurrahman bin Auf RA pun memenuhinya, ia menikah dengan Tumadlir binti Ashbahg, putri raja Al-Ashbagh bin Amrin al-Kulayyi.

2. Peran Abdurrahman bin Auf dalam Perang Uhud

Ketika Perang Uhud berkecamuk, Abdurrahman bin Auf RA berjuang sekuat tenaga demi kemuliaan Islam. Seluruh sahabat termasuk Abdurrahman bin Auf RA menggunakan tubuh mereka untuk melindungi Rasulullah SAW dari serangan musuh.

Saat melindungi Rasulullah SAW, tubuh Abdurrahman bin Auf RA mendapat serangan pedang musuh. Dari serangan itulah, ia mendapati cacat pada kakinya (bila berjalan agak pincang) dan terdapat sekitar 21 bekas luka pada tubuhnya.

3. Peran Abdurrahman bin Auf dalam Perang Tabuk

Abdurrahman bin Auf RA juga ikut serta dalam Perang Tabuk. Ia memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad dengan mengorbankan jiwa dan harta mereka.

Abdurrahman bin Auf RA merupakan salah satu pelopor yang menyumbangkan harta. Ia menyerahkan separuh hartanya, sebanyak 4000 dinar kepada Rasulullah SAW sebagai dana perang.

Selain itu, Abdurrahman bin Auf RA menjadi imam salat, sedangkan Rasulullah SAW bermakmum kepadanya. Hal ini terjadi karena Rasulullah SAW saat itu sedang mencari air wudhu dan belum bergabung bersama jamaah lain. Melihat waktu subuh yang hampir habis, jamaah muslim mempersilahkan Abdurrahman bin Auf RA untuk memimpin salat Subuh.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Masjid yang Didirikan Wali Songo sebagai Sarana Dakwah


Jakarta

Wali songo adalah sembilan wali yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Mereka menggunakan berbagai cara dalam berdakwah, salah satunya dengan mendirikan masjid.

Masjid yang didirikan wali songo ini sekaligus menjadi bukti masuknya Islam di Tanah Jawa. Ada di antaranya yang masih berdiri kokoh hingga kini. Berikut nama masjid yang didirikan oleh wali songo dan sejarahnya.

Masjid yang Didirikan oleh Wali Songo

1. Masjid Agung Demak

Dirangkum dari buku Sejarah Wali Songo karya Zulham Farobi dan Buku Pintar Seri Junior karya M. Iwan Gayo, Masjid Agung Demak adalah masjid yang didirikan oleh wali songo pada 1477 M. Pendapat populer lain menyebut tahun 1401 Saka. Masjid Agung Demak terletak di Jalan Bintoro, Demak, Jawa Tengah.


Arsitektur masjid ini bercorak Jawa dengan nuansa Islam dan ihsan. Lima pintu masjid melambangkan rukun Islam, sedangkan enam jendela masjid melambangkan rukun iman. Bangunan Masjid Agung Demak merupakan bangunan yang berada di atas lantai batu merah yang juga berfungsi sebagai fondasi bangunan masjid.

2. Masjid Menara Kudus

Dirangkum dari Buku Pintar Seri Junior, Masjid Menara Kudus adalah masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus sebagai upaya penyebaran Islam. Masjid yang didirikan pada 1549 M ini awalnya diberi nama Masjid Al-Aqsa atau al-Manar, wilayah sekitarnya disebut Kudus.

Masjid yang terletak di daerah Loran ini kemudian dikenal dengan Masjid Menara Kudus. Sebab, terdapat sebuah beduk raksasa yang dipasang di atas menara masjidnya.

3. Masjid Agung Sunan Ampel

Dirangkum dari buku Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia karya Abdul Baqir Zein, Masjid Agung Sunan Ampel didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel bersama para santrinya pada 1421 M. Masjid Agung Sunan Ampel terletak di Kelurahan Ampel, Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur.

Masjid ini memiliki empat tiang yang menyangga atap yang bersusun tiga. Hal ini menjadi ciri khas arsitektur masjid di Jawa, yang mengandung arti Islam, iman, dan ihsan. Selain itu, ciri khas Masjid Agung Sunan Ampel juga terletak pada menaranya.

4. Masjid Sunan Giri

Merujuk pada buku Walisongo: Sebuah Biografi karya Asti Musman, Sunan Giri mendirikan masjid di atas bukit yang bernama Kedaton Sidomukti. Namun, pada 1544 M cucu ketiga Sunan Giri memindahkan Masjid Sunan Giri ke Makam Sunan Giri.

Masjid Sunan Giri mendapatkan perbaikan karena kerusakan akibat gempa pada 1950. Terdapat beberapa ciri khas yang dimiliki Masjid Sunan Giri, seperti pintu gapura masjid yang menyerupai Candi Bentar, ornamen cantik dengan gaya Majapahit, hingga pintu masuk ruang haram pria yang berbentuk mirip Padu Aksara yang dihiasi huruf Arab di sekeliling atas pintu.

5. Masjid Sunan Bonang

Dirangkum dari buku Sunan Bonang: Wali Keramat karya Asti Musman, Sunan Bonang membangun Masjid Sunan Bonang sebagai tempat untuk berdakwah. Masjid yang dipercayai sebagai peninggalan Sunan Bonang yang terletak di Desa Bonang, Lasem ini berjarak 50 meter dari makam Sunan Bonang.

Masjid Sunan Bonang ini telah mengalami dua kali renovasi, yaitu pada 2013 dan 2016. Masjid asli berdampingan dengan bangunan masjid baru yang disebabkan oleh perluasan karena masjid lama tidak bisa menampung jemaah dalam jumlah yang besar.

Bangunan lama Masjid Sunan Bonang masih dipertahankan dengan menata kembali batu bata yang digunakan pada masjid aslinya. Namun, temboknya ditutup dengan keramik sehingga terkesan seperti bangunan baru.

Satu-satunya bagian bangunan yang masih asli yaitu empat tiang penyangga bangunan yang terletak di tengah ruangan. Bangunan yang didominasi cokelat kemerahan ini dipadu dengan ornamen warna emas.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Syarat Penguasa



Jakarta

Syarat seorang penguasa hendaknya mempunyai 12 pekerti, yaitu Pengendalian diri, sopan, takwa, amanah, sehat, sifat malu, murah hati, berbudi luhur, menepati janji, sabar, penyantun dan disiplin. Inilah beberapa sifat penting yang hendaknya dimiliki penguasa. Ingatlah bahwa sesuatu menjadi indah karena manusia. Manusia yang menjadikan indah karena ilmu, dan kedudukan mereka menjadi tinggi karena akal. Tidak ada yang sebaik akal dan ilmu, lantaran ilmu menjadi pengekal kemuliaan dan akal menjadi pengekal kebahagiaan dan pengendalinya.

Oleh sebab itu, diharapkan akal selalu beserta ilmu, sebagaimana nikmat selalu beserta syukur, persahabatan beserta kemesraan, dan ijtihad beserta kedaulatan. Jika kedaulatan telah ada, maka tergapailah semua kehendaknya. Kendalikan nafsu dengan kejernihan akal, jika hanya nafsu tanpa akal maka seseorang ( penguasa ) akan menjadi liar, rakus dan merugikan banyak pihak. Ketahuilah bahwa Allah SWT. memberikan akal dan nafsu sebagaimana Dia menciptakan bumi dan gunung-gunung sebagai fondasi dari bumi yang tercipta di atas air.

Aristoteles berkata, “Sebaik-baik penguasa adalah orang yang pandangannya tajam bak burung rajawali, sedangkan orang-orang yang berada di sampingnya para pejabat teras kerajaan, memiliki kecerdasan yang serupa, bagaikan banyak burung rajawali bukan seumpama bangkai.”
Maksud tersebut di atas adalah seorang penguasa yang mempunyai pandangan cemerlang dan dapat mengetahui banyak hal, sementara para pendampingnya dan para pejabat teras kerajaan memiliki pandangan serupa, maka menjadi sempurna semua urusan pemerintahannya dan tegaklah semua urusan warganya.


Alexander berkata, “Sebaik-baiknya raja adalah orang yang mengganti tradisi buruk dengan tradisi baik. Sebaliknya, seburuk-buruk raja adalah orang yang mengganti tradisi baik dengan tradisi buruk. Adapun Sufyan Tsauri berkata, “Sebaik-baiknya penguasa adalah orang yang berteman dengan kaum cerdik pandai.”

Kekuasaan atau seseorang penguasa tentu tidak akan seterusnya, karena Allah SWT. telah menentukan batasannya sebagaimana dalam firman-Nya surah ali-Imran ayat 140 yang artinya, “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”

Pada suatu hari Abdullah Ibn Thahir bertanya kepada ayahnya, “Berapa lama kekuasaan ini akan berada di tangan kita dan bertahan di istana kerajaan kita?” Kemudian ayahnya menjawab. “Selagi keadilan dan kejujuran dikembangkan di istana ini.”
Unsur kejujuran dan keadilan adalah hal penting bagi penguasa untuk menjalankan amanahnya.

Ada seorang penguasa yang kehilangan kekuasaannya pernah ditanya, “Apa sebab kekuasaanmu lenyap dan berpindah kepada orang lain?”
Jawabnya, “Aku tertipu oleh kekuasaan, kekuatan dan kesenanganku akan pendapat dan pengetahuanku. Aku melupakan musyawarah dan menyerahkan kekuasaan kepada para petugas yang tak berpengalaman, melupakan petugas senior dan berpengalaman. Aku telah menyia-nyiakan kesempatan dan peluang yang tepat, tidak banyak berpikir tentang peluang itu, dan tiada pula melaksanakan pada saat yang diperlukan. Aku kurang tanggap pada tempat yang harus siap segera, dan kurang cepat menggunakan kesempatan dan kesibukan untuk memenuhi segala keperluan.”

Ditanyakan lagi, “Apakah yang paling menimbulkan keburukan ?”
Jawabnya, “Para utusan yang tidak jujur, yaitu orang-orang yang berkhianat dalam menyampaikan risalah, hanya karena kepentingan perut mereka. Betapa banyak kerajaan menjadi hancur karena ulah mereka.”

Dari kisah-kisah di atas, jelas bahwa seorang penguasa hendaknya jujur, adil dan memilih dengan tepat para pembantunya ( yang berakhlak dan berkemampuan ). Mempunyai pengetahuan yang luas adalah modal untuk mengembangkan negerinya. Sebagian orang yang silau akan pesona jabatan, maka dia akan membela dan mengelu-elukan idolanya, kadang dia lupa bahwa pada kurun sebelumnya berseberangan dan beda visi. Orang yang bersikap seperti ini akan merepotkan penguasa jika dia menjadi pembantunya, kecuali jika penguasa tersebut menyadari untuk saling berbagi ” kenikmatan.” Maka itulah merupakan masa-masa menuju keruntuhan.

Bagi masyarakat yang akan memilih pemimpin jadikanlah syarat 12 pekerti di atas, tentu akan sulit pemimpin yang bisa memenuhi keseluruhannya. Namun, pilihlah yang paling mendekati 12 pekerti tersebut. Semoga Allah SWT. membimbing kita semua dalam menentukan pilihan pemimpin negeri.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Bersih Dimulai dari Asalnya



Jakarta

Dikisahkan pada masa pemerintahan Anusyirwan, seorang hakim agung berkata, “Adakah sulit mempertahankan kekuasaan, kecuali didukung oleh beberapa orang sahabat yang baik, dapat memberikan nasihat dan dapat memberikan dukungan. Namun demikian, tidak ada gunanya para pendukung yang baik di atas terkecuali sang raja termasuk orang yang bertakwa. Sebab yang pertama harus baik adalah asalnya, baru cabang-cabangnya.”

Jadi peran pemimpin / penguasa adalah induk dari ujung (yang merupakan hasil kerjanya), jika ia tidak berakhlak maka reputasinya tercela dan sebaliknya jika berakhlak mulia maka rakyat mendapatkan manfaat dan akan mencintainya. Sebagaimana saat Mu’awiyah bertanya kepada Ahnaf ibn Qais, “Hai Abu Yahya, bagaimanakah situasi masa kini ?”
Jawabnya, “Zaman adalah engkau. Jika engkau baik, zaman pun baik, dan jika engkau rusak, zaman pun rusak.”

Adapun yang dimaksud ketakwaan, kejujuran, dan kebenaran sang raja adalah ia harus benar dan sungguh-sungguh dalam semua hal, memberikan perintah dengan benar, baik dengan perkataan maupun perbuatan-perbuatannya ( sebagai contoh ). Diharapkan dengan kebenarannya, maka seluruh partner dan pendukungnya serta rakyat menjadi benar pula.


Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dengan demikian, ia akan mendapatkan pertolongan Allah SWT dalam menjalankan tugasnya dan dapat membawa rakyatnya ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Ia harus memiliki kepercayaan yang penuh kepada Allah SWT. dan yakin bahwa kekuasaannya, kemenangannya atas musuh-musuhnya dan tercapainya cita-cita itu datang dari Allah SWT. semata. Ia tidak boleh tidak boleh membanggakan diri, sebab jika ia sombong dan congkak maka kehancuran akan menimpa dirinya.

Pemimpin dalam Islam haruslah memiliki rasa takut dan bertakwa kepada Allah SWT, serta hatinya selalu terpaut kepada-Nya yang dengan-Nya akan menghindarkan dirinya dari berlaku zalim terhadap rakyatnya. Dan ia pun menyadari begitu besar tanggung jawab dan dampak dari setiap keputusan yang diambilnya. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW. sebagai berikut :

1. “Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) itu merupakan perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung dengannya.” (HR al-Bukhari).
2. “Imam (pemimpin) itu Pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR al-Bukhari dan Ahmad). Kepemimpinan dalam skala bernegara adalah amanah untuk mengurus rakyat.

Jadi sebagai pemimpin yang bertakwa, segala tindakannya akan selalu terjaga karena setiap saat menyadari bahwa kekuasaan yang ia emban itu fana. Jika ada seseorang yang menunjukkan bahwa ia berkuasa, maka orang itu terlihat kurang memahami makna amanah yang diberikan Allah SWT. kepadanya. Adapun tujuan kekuasaan itu sesuai dengan tuntunan ajaran Islam adalah untuk berbagi kebaikan, membantu masyarakat dalam peradilan, membantu orang yang kesulitan hidup dan semua itu dilakukan dengan semangat “melayani.”

Keinginan untuk menyapu tindakan koruptif, hendaknya sapu tersebut “bersih” dari kotoran hasil korupsi. Pemimpin yang bersih, secara otomatis akan menjadi contoh dan teladan bagi teamnya. Mari kita cermati bagian surat Amirul Mukminin Umar bin Khattab kepada Abu Musa al-Asy’ari : “Ketahuilah, bahwa seorang pemimpin itu akan kembali kepada Allah SWT. Maka apabila pemimpin itu menyeleweng rakyat pun pasti menyeleweng. Sesungguhnya, orang yang paling celaka ialah orang yang menjadi sebab sengsaranya rakyat.”

Oleh sebab itu menjadi penguasa/pemimpin itu tidaklah mudah karena posisinya itu jelas antara mendapatkan siksa di neraka atau kemuliaan di surga. Bagi orang beriman bahwa kekuasaan itu dijadikan wasilah untuk bekal kehidupan abadi, sebaliknya bagi orang-orang yang tamak dan serakah maka kekuasaan digunakan untuk menggapai dunia ( sebagai tujuannya ).

Untuk menutup tulisan ini, mari kita simak firman-Nya surah ali-Imran ayat 159 yang artinya, “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

Semoga Allah SWT. memberikan petunjuk agar para pemimpin di negeri ini makin kokoh imannya dan menjadi teladan kebaikan dan jauhkan dari sifat serakah dan tamak.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

100 Hari Agresi Israel di Gaza dan Nasib Bantuan Kemanusiaan



Jakarta

Ahad 14 Januari 2024 genap 100 hari agresi militer Israel di Gaza. Terlalu mewah untuk menyebutnya perang. Serangan “Badai Al-Aqsa” 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1300 orang di Israel tidak berdiri sendiri. Itu bentuk perlawanan sebuah bangsa yang tertindas sejak tahun 1948. Serangan balik Israel ternyata lebih barbar. Laporan observatorium Hak Asai Manusia Euro-Mediterania menyebutkan, dalam 100 hari agresi Israel telah mengakibatkan 100 ribu warga Palestina menderita, antara gugur sebagai syuhada, luka-luka dan hilang. Kejahatan perang Israel memakan korban rata-rata 1000 orang setiap harinya. 92% korban adalah warga sipil, di antaranya 12.345 anak-anak, 6.471 perempuan, 295 tenaga kesehatan dan 113 jurnalis. Otoritas Palestina di Gaza menyebut, sampai sabtu 13 Januari lalu, 23.843 orang gugur sebagai syuhada dan 60.317 orang luka-luka.

Hampir dua juta warga Palestina (1.955.000 orang) atau 85% penduduk Gaza mengungsi secara paksa dari tempat tinggal mereka. Data UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, menyebut 90%. Tanpa tempat pengungsian yang aman. Berpindah-pindah seperti buah catur, dari satu tempat ke tempat lain yang dinyatakan aman, tetapi berujung pada serangan. Agresi berdarah Israel tanpa kecuali menyasar fasilitas kesehatan, sekolah, masjid dan gereja. Euro-Med menuduh Israel sengaja menghancurkan infrastrukur di Gaza, dan menjadikannya wilayah tak layak huni. Hal senada disampaikan Martin Griffiths, Kepala Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB, Jumat pekan lalu (12/1). “Gaza telah menjadi wilayah tidak layak huni, dan hanya menjadi tempat kematian dan putus asa”, katanya.

Di bawah serangan membabi buta tak ada pasokan listrik, bahan bakar, air bersih dan makanan. Laporan NGO Israel, B’Tselem, yang didirikan oleh sekelompok figur penting Israel tahun 1989, pada Senin 8 Januari 2024, menyebutkan seluruh penduduk Gaza (2,2 juta orang) menderita kelaparan. Bukan karena efek peperangan, tetapi karena praktik metode perang Israel yang sengaja membuat orang kelaparan. Siasat ini menyebabkan orang menunggu dalam antrian panjang untuk bantuan yang sedikit dan warga yang lapar menyerbu truk bantuan. Ini bertentangan dengan hukum humaniter internasional.


Pengiriman bantuan dari masyarakat Indonesia ke PalestinaPengiriman bantuan dari masyarakat Indonesia ke Palestina Foto: Dokumentasi Baznas

Untuk memenuhi kebutuhan hidup warga Gaza mengandalkan pasokan makanan dari luar. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri. Sebagaian besar lahan pertanian dihancurkan. Tempat produksi roti, pabrik dan gudang perbekalan makanan hancur diserang, atau ditutup karena tidak ada bahan pokok, bahan bakar dan listrik. Persediaan makanan dan air minum di rumah sudah lama habis. Menurut juru bicara kantor regional Program Pangan Dunia PBB (WRP), satu dari empat orang warga Gaza mengalami kelaparan ekstrem. Artinya, setengah juta orang di Gaza mengalami kekurangan pangan.

Hambatan Bantuan Kemanusiaan

Sejak perang tahun 2006 Gaza berada dalam kubangan bencana kemanusiaan, akibat blokade Israel. Selama 17 tahun 80% warga Gaza mengandalkan bantuan kemanusiaan. Sebelum agresi Israel terakhir, setiap hari tidak kurang dari 500 truk membawa berbagai jenis barang dari beberapa pintu perbatasan, antara lain pintu Erez, Kerem Shalom (Karam Abu Salim), dan Rafah. Kini, semua ditutup, kecuali pintu perbatasan Rafah, antara Gaza dan Mesir. Itu pun setelah didesak dunia internasional. Belakangan, pada medio Desember tahun lalu, Israel membuka pintu Kerem Shalom, 5 km ke arah selatan pintu Rafah. Kerem Shalom dibuka khusus untuk truk bantuan PBB. Sementara truk lainnya hanya diperiksa di situ, tetapi masuk tetap melalui Rafah. Kedua perlintasan perbatasan itu hanya memenuhi 10% kebutuhan warga Gaza. Pada minggu pertama tahun ini, diperkirakan hanya 80 hingga 177 truk bantuan yang masuk. Sangat jauh dari mencukupi
kebutuhan warga Gaza.

Bukan tidak ada bantuan. Pada 6 Januari 2024 misalnya, setelah melihat fakta di perbatasan Rafah, dua senator Amerika, Chris Van Hollen dan Jeff Merkley, mengatakan, ratusan truk bantuan berada dalam antrian berminggu-minggu untuk bisa masuk ke Gaza. Di gudang barang bantuan menumpuk, mulai dari alat penguji air hingga perlengkapan kesehatan untuk persalinan bayi dilarang masuk oleh Israel. Proses pemeriksaan yang melelahkan dan berlebihan dari pihak Israel membuat pengiriman bantuan kemanusiaan terhambat. Lagi pula pintu perbatasan Rafah sebenarnya untuk perlintasan orang, bukan truk barang.

Lembaga kemanusiaan yang menyalurkan bantuan pun mengalami kesulitan menjangkau seluruh wilayah Gaza. Perbatasan Rafah berada di sebelah selatan Gaza. Menggerakkan truk bantuan menuju utara Gaza yang saat ini dihuni tidak kurang dari 250 hingga 300 ribu warga perlu perjuangan. Bahkan menjangkau pusat kota Gaza saja sulit di tengah serangan Isarel yang bertubi-tubi. Bulan lalu Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi untuk mengambil langkah cepat memperkenakan bantuan kemanusia masuk secara meluasa dan aman tanpa hambatan melalui perangkat PBB dan pihak-pihak terkait. Namun, hingga kini belum terlaksana. Apalagi, Israel terang-terangan menolak resolusi tersebut sejak dikeluarkan.
Upaya Baznas RI

Di tengah keterbatasan ini Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang mendapat kepercayaan besar dari masyarakat Indonesia bekerja keras menyalurkan bantuan. Hingga ahad, 14 Januari 2024, Baznas berhasil menghimpun donasi Palestina sebesar 191 miliar rupiah (12 juta US Dollar). Selain mengirim bantuan melalui pesawat dalam misi bantuan kemanusiaan Pemerintah Republik Indonesia dan mitra Baznas di Palestina, Baznas juga menyalurkan bantuan dari Mesir ke Gaza bekerjasama dengan mitra terpercaya di Mesir melalui pintu Rafah. Dari tiga kali pengiriman sebanyak 19 truk bantuan berupa makanan dan obat-obatan, pada Desember 2023, perjalanan truk bantuan mulai dari Kairo hingga kembali dari Gaza memakan waktu antara 10 hingga 14 hari. Mulai masuk terowongan Kanal Suez di Ismailiyah, menjelang Sinai Utara, truk-truk menjalani pemeriksaan ketat dari otoritas intelijen militer Mesir. Sejak Presiden Husni Mubarak tumbang pada 2011, dan transisi pemerintahan tahun 2014, Sinai Utara menjadi daerah operasi militer, karena menjadi sarang persembunyian kelompok ekstrem. Pemeriksaan pun berlapis.

Menghadapi situasi kemanusiaan di Gaza saat ini perlu strategi nafas panjang. Apalagi tidak ada yang bisa menerka kapan agresi Israel akan berakhir, dan bagaimana Gaza pasca agresi. Egyptian Red Crescent (ERC), pihak yang ditunjuk pemerintah Mesir untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, sempat mengkhawatirkan bantuan datang bertubi-tubi menumpuk di awal krisis, namun terhenti setelah itu, saat Gaza tenang dan bantuan bisa masuk secara meluas. Atas dasar itu, Baznas membuat skema penyaluran donasi yang dihimpun melalui tiga tahap; 40% di masa tanggap darurat, 20% untuk recovery, dan 40% untuk rekonstruksi.

Tentunya kita berharap perang segera berakhir. Untuk menghindari bencana kemanusiaan yang lebih parah lagi, tidak ada jalan lain kecuali penghentian agresi dan serangan bersenjata. Bantuan kemanusiaan dan barang komersial agar diperkenankan masuk kembali secara meluas dengan mudah dan berkelanjutan melalui berbagai jalur. Bila tidak, kita semua akan menjadi saksi sejarah kebiadaban terbesar dalam sejarah manusia modern.

Muchlis M Hanafi
Sekretaris Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Republik Indonesia

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Kumpulan Kultum Singkat Bulan Rajab


Jakarta

Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam. Bulan Rajab merupakan bulan mulia yang penuh dengan keistimewaan.

Kultum singkat tentang bulan Rajab dapat menjadi sarana untuk merenungi makna dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Berikut deretan kultum singkat bulan Rajab.

Kumpulan Kultum Singkat Bulan Rajab

1. Contoh Pertama Kultum Bulan Rajab

Dikutip dari buku Taushuah Populer Tradisi Televisi Seputar Ibadah Amaliyah dan Akhlak oleh Yulianto Al Paresi, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab:


Isra Mi’raj dan Salat

“Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Isra: 1)

Setiap memasuki bulan Rajab, umat Islam antusias memperingati perjalanan monumental Rasulullah dari Mekkah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina (Isra) dan naiknya beliau ke langit (Mi’raj) dalam rangka menerima risalah shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam saat ini.

Pada masa sekarang, fenomena keagamaan memang semarak yang ditandai dengan antusiasnya masyarakat dalam mengikuti acara-acara yang berkaitan dengan agama, mulai dari tahajud bersama, zikir bersama, dan lainnya. Hanya saja, pada saat fenomena keagamaan itu meningkat, ada fenomena lain yang tidak kalah semaraknya, seperti semaraknya perjudian dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Semestinya, ketika fenomena keagamaan tersebut menggeliat menurunkan fenomena kemaksiatan tersebut.

Memperhatikan hal itu, apakah karena pengaruh sekularisme atau karena kedangkalan pemahaman agama, saat ini sepertinya sudah berkembang opini bahwa agama hanya berkaitan dengan ibadah (salat, haji, zakat, puasa, dan lainnya) sedangkan di luar itu merupakan persoalan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan agama. Opini tersebut jika tidak mendapatkan perhatian serius akan semakin memarjinalkan peran agama dalam lingkup rumah ibadah saja. Padahal, selaku umat Islam semestinya menghayati, firman Allah, “Sesungguhnya shalat (bisa) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS Al-Ankabut: 45)

Untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana salat semestinya dilakukan oleh setiap muslim, perlu dimengerti tentang ada’ atau ta’diyah dan iqamah yang berarti menunaikan dan mendirikan.

Oleh sebab itu, berkaitan dengan pemenuhan kewajiban salat-di samping nash mereferensi penggunaan kata iqamah, ulama juga menggunakan kosa kata serupa dalam penjelasan mereka agar umat dalam melakukan salat itu tidak semata-mata memenuhi kewajiban, tapi sebagai kebutuhan untuk pencerahan jiwa.

Bukankah Allah telah berfirman, “Hanya dengan berzikir hati menjadi tenang?” Dan, salat sebagai bentuk zikir tertinggi semestinya berdampak kepada hal itu. Dalam rangka menuju kepada maksud tersebut. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits nabi yang maksudnya bahwa salat bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan membuka mata hati pelakunya. Karena itu maknailah salatmu!

Oleh sebab itu, kesemarakan peringatan Isra Mi’raj pada bulan Rajab ini, semestinya dijadikan evaluasi bagi setiap muslim dalam melaksanakan perintah salat. Apakah salat yang dilakukan berdampak kepada ketenangan jiwa dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika hal itu tidak dilakukan, kesemarakan peringatan Isra’ Mi’raj hanya akan melahirkan budaya konsumtif saja, Sedangkan shalat sebagai media pencerahan jiwa diabaikan.

2. Contoh Kedua Kultum Bulan Rajab

Dikutip dari buku Mimbar Dakwah Majmuat Zainul Atqiya’ terbitan Lembaga Ittihadul Muballighin Ponpes Lirboyo Kediri, berikut kultum singkat bulan Rajab:

Keutamaan Bulan Rajab

Hadirin jemaah,

Marilah kita semua senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu mentaati aturan-aturan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT melalui perantara para Nabi-Nya. Perlu kita ingat bahwa kita sekarang telah memasuki bulan Rajab yaitu salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Hadirin jemaah,

Ketahuilah, bahwa lafadz Rajab itu terdiri dari tiga huruf yaitu, huruf ro’, jim, dan ba’. Sebagian ulama menafsiri bahwa huruf ro’ menunjukkan رَحْمَةُ اللهِ (rohmatullah) yang artinya kasih sayang Allah SWT. Huruf jim menunjukkan جُرْمُ الْعَبْدِ (jurmul ‘abdi) yaitu dosa seorang hamba.

Sedang huruf ba’ menunjukkan بِاللهِ (birrullah) yaitu kebaikan Allah SWT. Dan ketiganya dapat dirangkaikan dalam kalimat:

يَا عَبْدِي جَعَلْتُ جُرْمَكَ وَجِنَايَتَكَ بَيْنَ بِرِّي وَرَحْمَتِي.

Artinya: “Wahai hamba-Ku, Aku jadikan dosamu dan kejahatanmu diantara kebaikan-Ku dan rahmat-Ku.”

Dengan kata lain Allah SWT membukakan pintu rahmat dan ampunan-Nya dikarenakan kemuliaan bulan ini. Oleh karena itu marilah kita memanfaatkan kesempatan berharga di dalam bulan yang penuh berkah ini dengan memohon ampunan kepada Allah SWT, serta memperbanyak ibadah dan beramal saleh seperti memperbanyak zikir.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. (الأحزاب : ٤١ – ٤٢)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah SWT dengan zikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada Allah SWT di pagi dan sore hari.” (QS Al-Ahzab: 41-42)

Hadirin jemaah,

Allah SWT berfirman:

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (البقرة: (۱۹۹)

Artinya: “Dan mohon ampunlah kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah SWTadalah Dzat yang maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS Al-Baqarah: 199)

Para ulama juga mengatakan bahwa bulan Rajab adalah bulan istighfar, sedangkan bulan Syaban adalah bulannya bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan bulan Ramadan adalah bulan Al-Qur’an.

Salah satu ulama mengatakan: “Barangsiapa yang beristighfar di bulan Rajab seraya membaca:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ

Artinya: “Dibaca sebanyak 70 kali maka dia tidak akan tersentuh api neraka”.

Oleh karena itu selayaknya bagi kita manusia yang berlumuran dosa ini memperbanyak istighfar dan juga bertobat karena sesungguhnya istighfar dan bertobat adalah sebagian dari jalan terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah SWT yang Maha Kuasa dan juga sebagai lantaran agar kita mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Kemudian ketika hawa nafsu kita mengajak kembali melakukan dosa maka hendaknya untuk kembali melakukan tobat. Semoga Allah SWT selalu memberikan pertolongan kepada kita agar kita termasuk dari golongan orang-orang yang bertobat.

Hadirin jemaah,

Amalan selanjutnya yang sangat dianjurkan di bulan Rajab ini adalah berdoa, khususnya di hari pertama bulan Rajab. Seperti yang dijelaskan di dalam hadits nabi:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبُّ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.

Artinya: “Diriwayatkan Dari Sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab Beliau berdoa: “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada bulan Rajab, Syaban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan.” (HR Ahmad)

Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:

خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ وَلَيْلَةٌ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ

Artinya: “Ada lima malam ketika kalian berdoa maka doanya tidak akan ditolak yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Imam Suyuthi)

Dan di bulan Rajab ini kita sebagai umat Islam juga disunahkan untuk berpuasa.

Hadirin jemaah,

Untuk itu sunguh merugi orang yang tidak memanfaatkan keutamaan dengan memperbanyak ibadah di dalamnya. Semoga kita semua khususnya dan semua umat Islam umumnya tergolong sebagai orang-orang yang diampuni dosanya oleh Allah SWT. Aamiin.

3. Contoh Ketiga Kultum Bulan Rajab

Dikutip dari buku Kumpulan Kultum Setahun Jilid 2 oleh Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy-Syalhub, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab.

Bulan Rajab Bulan Haram dengan Segala Peristiwanya

Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta, yang telah menyempurnakan nikmat dan agama, yang telah meridai Islam sebagai agama kita. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada imam orang-orang bertakwa. Muhammad bin Abdullah, sholawat atas beliau diiringi salam hingga hari pembalasan.

Bulan Rajab adalah bulan yang telah dimuliakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبَ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Sesungguhnya zaman itu telah menjadi bundar sebagaimana pada hari Allah semua lapisan langit dan bumi, setahun adalah dua belas bulan, di empat yang haram. Tiga berurutan: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab adalah mudhar yang berada di antara Jumada dan Syaban.”

Dia adalah bulan haram di sisi Allah SWT dan di sisi Rasulullah SAW serta menurut kaum muslimin. Namun, di dalam bulan ini banyak terjadi berbagai keajaiban yang tidak pernah terjadi di bulan lainnya. Semua itu tiada lain karena sedikitnya ilmu dan menyebarnya kebodohan serta semangat mengikuti hawa nafsu yang membutakan dan memekakkan telinga.

Di antara sembelihan adalah sembelihan yang dilakukan penyembelihannya pada bulan Rajab. Rasulullah SAW bersabda,

لا فَرْعَ وَلَا عَتِيْرَةَ

Artinya: “Tidak ada far’a (unta yang lahir pertama kali disembelih untu tuhan mereka) dan tidak ada atirah (kambing yang disembelih di bulan Rajab).”

Al-Atirah adalah bahwa manusia di zaman jahiliah menyembelih binatang di bulan Rajab sebagai tanda taqarrub kepada Tuhan mereka (patung). Maka dalam sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam: وَلاَ عَشِيْرَة (…dan tidak ada atirah). Ini adalah karena suatu tradisi dan lebih dekat hukum haram. Dengan dasar ini maka tidak boleh melakukan penyembelihan di bulan Rajab karena hal itu bertujuan untuk taqarrub kepada tuhan mereka.

Puasa di bulan Rajab adalah bid’ah dan bukan petunjuk untuk kaum muslimin. Dari Kharsyah bin Al-Hurr berkata, “Aku pernah melihat Umar bin Al-Khaththab memukuli tangan orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab sehingga mereka meletakkan tangannya pada makanan, dan ia berkata,

كُلُوْا فَإِنَّمَا كَانَتْ هُوَ كَانَتْ تُعَلِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ

Artinya: “Makanlah oleh kalian karena dia adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang jahiliah.”

Kemudian masuklah Abu Bakar kepada keluarganya. Mereka memiliki keranjang-keranjang baru dan kendi-kendi. Sehingga ia berkata, “Apa semua ini?” Maka mereka menjawab, “Ini bulan Rajab, maka kami berpuasa.”

Ia berkata, “Apakah kalian menjadikan bulan Rajab menjadi bulan Ramadan?” Maka dia miringkan semua kerangjang dan dia pecahkan semua kendi. Maka tidak boleh mengkhususkan bulan Rajab untuk menunaikan ibadah puasa, karena yang demikian itu bertentangan dengan petunjuk penghulu para rasul, yaitu Muhammad SAW.

Pengkhususan bulan Rajab untuk melakukan ibadah umrah dengan pandangan bahwa yang demikian itu memiliki keutamaan atas umrah pada bulan yang lain. Dalam hal ini tidak ada hadits yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sama sekali. Ada dari Nabi SAW sebaliknya adalah keutamaan melakukan ibadah umrah di bulan Ramadan. Beliau SAW bersabda kepada seorang wanita Anshar,

إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيْهِ تَعْدِلُ حِجَّةً

Artinya” “Jika tiba bulan Ramadan maka ibadah umrah, karena umrah di dalamnya sama dengan ibadah haji.”

Rasulullah SAW tidak pernah melakukan ibadah umrah di bulan Rajab. Yang baku yang datang dari beliau SAW bahwa beliau melakukan empat kali ibadah umrah semuanya dilakukan pada bulan Dzullqa’dah sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Anas dan lainnya.

Ibadah umrah yang dilakukan oleh sebagian salaf dari kalangan para sahabat dan para tabi’in pada bulan Rajab, bukan karena keutamaan menunaikan umrah pada bulan itu. Akan tetapi, karena mereka ingin datang untuk ibadah haji dalam satu keberangkatan dan ibadah umrah dalam keberangkatan yang lain di luar bulan haji. Pengkhususan ibadah dan menetapkannya di dalam satu waktu atau tempat harus berdasarkan dalil yang jelas dan gamblang yang tidak ada kejelasan di dalamnya.

Di antara perkara baru di bulan Rajab apa yang dinamakan dengan salat raghaib. Yang dilakukan oleh sebagian orang pada malam Jumat pertama di bulan Rajab. Antara salat Maghrib dan salat Isya. Salat tersebut diawali dengan puasa Kamis.

Telah muncul berkenaan dengan cara-caranya sebuah hadits maudhu’ (palsu) yang tidak sah disandarkan kepada Nabi SAW. Itu adalah salat yang tidak baku dari Nabi SAW baik dari sabda atau dari perbuatan atau dari ketetapan beliau. Juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat RA.

Pertama-tama terjadi pada abad keempat. Dengan demikian maka diketahui bahwa salat tersebut batan dan tidak sah. Syaikhul Islam berkata, “Salat raghaib adalah bid’ah berdasarkan kesepakatan para imam agama. Tidak disunnahkan oleh Rasulullah SAW dan juga tidak satu pun dari para khalifahnya.

Juga tidak dijadikan anjuran oleh satu pun para imam agama, seperti Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Al-Laits dan selain mereka. Hadits yang diriwayatkan berkenaan dengan hal ini adalah dusta menurut kesepakatan para tokoh dalam pengetahuan tentang hadits.

Di antara perkara-perkara baru di bulan Rajab adalah perkumpulan pada malam Isra dan Mi’raj. Dimana sebagian kaum muslimin dengan sengaja mengadakan perkumpulan pada malam 27 pada bulan Rajab.

Sehingga semua orang berkumpul di masjid, lampu-lampu dinyalakan, dikisahkan cerita Isra dan Mi’raj yang telah terlupakan, dibacakan syair-syair, dibeber permadani-permadani, dan dihadirkan berbagai macam makanan, dan seterusnya. Tidak ada ketentuan baku yang menetapkan bahwa malam Isra Mi’raj pada malam ke-27 di bulan Rajab.

Jika baku, maka tetap tidak boleh mengadakan perkumpulan pada waktu seperti itu hingga muncul dari orang yang makshum (rasul) nash yang memperbolehkannya, maka bagaimana semua ini menjadi baku?

Malam Isra sekalipun agung bagi Nabi kita, Muhammad SAW maka malam Al-Qadar lebih agung bagi kaum muslimin. Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

“Malam Isra’ lebih utama bagi Nabi SAW dan lailatul qadri lebih utama bagi umat. Apa yang menjadi hak khusus bagi NabiSAW dengan kejadian Mi’raj di malam itu lebih sempurna daripada apa yang menjadi hak beliau pada malam-malam Al-Qadar. Bagian yang menjadi hak umat pada lailatul qadri lebih sempurna daripada bagian yang menjadi hak mereka pada malam Mi’raj.

Sekalipun pada malam itu bagi mereka bagian yang sangat agung. Akan tetapi keutamaan, kemuliaan dan derajat yang tinggi di malam itu diperoleh orang yang diisrakan pada malam itu, Nabi SAW.” Dengan demikian, tidak disyariatkan diadakan kumpul-kumpul pada malam Isra dan Mi’raj, melakukan kegiatan itu adalah suatu perkara baru dalam agama.

Wallahu a’lam. Semoga sholawat, salam dan berkah senantiasa dicurahkan kepada nabi kita, Muhammad, kepada segenap keluarga dan para sahabatnya dengan diiringi salam. Dan segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Pemimpin Hendaknya Sabar



Jakarta

Dikisahkan tentang Nabi Zulkifli : Meski telah menjadi raja, Nabi Zulkifli tetap tak berhenti melaksanakan puasa dan shalat malam. Itu karena Nabi Zulkifli dikenal sebagai ahli ibadah. Ia hanya tidur sebentar setiap malam dan menghabiskan sebagian waktunya untuk beribadah. Karena hal itu, iblis pun ingin menggoda keimanan Nabi Zulkifli.

Pada suatu malam, iblis datang menyamar sebagai seorang kakek. Iblis bermaksud untuk mengganggu waktu tidur Nabi Zulkifli agar melalaikan shalat malamnya. Pengawal kerajaan sempat melarang kakek tersebut untuk masuk, namun ia terus memaksa hingga membuat keributan. Nabi Zulkifli yang mendengar keributan pun memerintahkan pengawal untuk mengizinkan kakek tersebut masuk dan menemuinya.

Iblis berkedok kakek tersebut mengumpat Nabi Zulkifli ketika dipersilahkan masuk. Namun, Nabi Zulkifli tidak marah, justru terus bersabar, hingga iblis pun merasa bosan dan akhirnya meminta izin untuk pulang. Para pengawal yang merasa heran pun menanyakan kepada nabi, siapakah kakek itu. Lantas, nabi menjawab bahwa kakek itu adalah iblis.


Ingatlah bahwa bersabar itu perintah Allah SWT. sebagaimana firman-Nya :
1. Surah an-Nahl ayat 127 yang artinya, “Bersabarlah, kesabaranmu itu tak lain adalah berkat pertolongan Allah.” Dan bersabarlah kamu (wahai rasul), terhadap gangguan yang menimpamu di jalan Allah SWT. sampai datang kepadamu jalan keluar. Dan tidaklah kesabaranmu melainkan dengan pertolongan Allah SWT. yang menolongmu untuk tetap bersabar dan meneguhkan(hati) mu. Permasalahan sebagai pemimpin tentu tidaklah sedikit, oleh karena itu dengan kesabaran, maka akan Allah SWT. beri pertolongan dengan jalan keluar atas masalah yang ada.
2. Surah at-Thur ayat 48 yang artinya, “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.” Jelas bahwa bersabar menanti takdir merupakan perbuatan yang baik dan meyakini serta ridha atas segala sesuatu yang akan terjadi. Dalam hal ini kadangkala seseorang tidaklah sabar dan ingin segera terjadi, padahal keinginan itu tidak terwujud lantaran tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Tindakan ini adalah sia-sia belaka.

Hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi al-Dunya, Rusulullah SAW. bersabda, “Ada tiga macam sabar : sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan ibadah, dan sabar menjauhi maksiat. Orang yang bersabar menghadapi musibah dengan tekad yang baik, niscaya Allah akan mengangkat kedudukannya sebanyak tiga ratus derajat. Jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Orang yang sabar menjalankan ibadah akan diangkat kedudukannya sebanyak enam ratus derajat. Jarak antara satu derajat dan derajat lainnya seperti jarak antara dasar bumi dan puncak Arasy. Dan orang yang bersabar menghindari maksiat akan diangkat kedudukannya sebanyak sembilan ratus derajat. Jarak antara satu derajat dan derajat lainnya dua kali lipat lebih jauh daripada jarak antara bumi dan puncak Arasy.

Kisah Nabi Zulkifli sebagai raja yang dimaki-maki seorang kakek, beliau tetap bersabar hingga si kakek ( yang jelmaan iblis ) berlalu tanpa hasil. Kesabaran inilah dibutuhkan bagi pemimpin saat ini, karena dengan sabar akan datang pertolongan-Nya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Menampakkan sikap emosi pastilah bukan menyelesaikan namun justru akan mempertajam bahkan bisa melebar persoalan tersebut. Coba kita cari apakah ada tokoh-tokoh yang berjiwa besar menampakkan emosinya ? Tentu jawabnya, “Tidak ada.”

Sebetulnya cara bersabar itu sederhana meskipun tidak mudah diterapkan. Pertama, tabahlah saat menghadapi guncangan pertama ( masa-masa awal terjadinya musibah ). Kedua, pasrahkan diri pada Allah SWT. Ketiga, tenangkan diri jika perlu menangis tidak dilarang. Orang bijak berkata, “Kesedihan tidak bisa mengembalikan keadaan, tetapi bisa mengurangi beban.” Keempat, jangan tampakkan kesedihan pada orang lain. Nasihat Ali bin Abi Thalib, “Demi memuliakan AllahSWT. dan menunaikan hak-hak-Nya, jangan keluhkan keadaan sakitmu dan jangan sebut-sebut musibahmu.” Hal ini yang sering kita dengar dan alami, saat seseorang mendapatkan musibah malah mengeluh dengan bercerita pada banyak orang.

Adalah ujian yang berat adalah saat dituduh telah melakukan penyelewengan, hadapilah dengan penuh kesabaran dan sampaikan dengan santun serta beberkan data-data yang menjadi fakta. Kecuali jika tuduhan itu benar dan yang dituduh membela diri. Ingatlah bahwa Allah SWT. menjadikan kesabaran sebagai sumber datangnya cinta, kebersamaan, pertolongan, bantuan dan balasan yang baik. Salah satu dari kelima itu sungguh cukup
untuk mendatangkan keutamaan bagi seorang hamba.

Oleh sebab itu, siapa pun nanti yang dikehendaki-Nya untuk memimpin negeri tercinta ini hendaklah mengutamakan sikap sabar dalam menjalankan amanahnya. Sungguh Allah SWT. Maha Adil dan Bijaksana.

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com