Category Archives: Dakwah

Mengenal Ormas Islam di AS:The American Islamic Congress (AIC)



Jakarta

The American Islamic Congress (AIC) didirikan pada tahun 2001 di Washington DC. Organisasi ini didirikan untuk mengantisipasi dampak kejadian peristiwa 11/9. AIC didirikan untuk mengatasi persoalan stereotyping umat Islam di AS. Jika warga AS terus menerus berpandangan negative terhadap komunitas muslim secara keseluruhan di AS tentu akan menimbulkan disharmony bagisebagian warga AS sendiri. Tidak sedikit di antara warga muslim di AS adalah warga negara AS. Bahkan sebagian besar di antara mereka adalah kaum professional, sebagaimana dijelaskan dalam artikel terdahulu. Umumnya warga muslim AS warga yang taat, termasuk taat di dalam membayar pajak.

AIC juga berusaha untuk mempromosikan toleransi antar umat beragama dan antar etnik di AS. Promosi toleransi sangat penting dan selalu menjadi prioritas kebijakan AS. Bukan hanya antar umat beragama dan etnik di dalam negeri AS tetapi garis politik LN AS juga selalu mempromosikan toleransi. AS sering bersuara keras bahkan menghukum sebuah negara yang melanggar HAM. Kehadiran AIC memberikan dampak positif bagi penyatuan kembali antar eutnik dan antar umat beragama di AS, terutama pasca 9/11. AIC amat aktif menjalin kerjasama antar komunitas religi di AS, termasuk tentunya dengan lembaga-lembaga pemerintah dan NGO. AIC sering mengadakan joint program dengan organisasi-organisasi lain dalam even-even tertentu. AIC dalam waktu dekat semakin polpuler khususnya di AS bagian utara.

AIC mempunyai salahsatu program andalan yang disebut denga “Project Nur”. Proyek ini menggalang warga kampus di berbagai University di AS untuk mengadakan dialog dan konferensi tentang interfaith. Mereka juga menghimpun tulisan-tulisan yang menitik beratkan titik temu antar berbagai agama. Mereka mengusung isu bahwa agama untuk manusia dan kemanusiaan. Agama bertujuan untuk membebaskan dan mencerahkan umat manusia, bukannya sebaliknya menimbulkan ketakutan dan ancaman satu sama lain. AIC juga sampai menembus sejumlah negara melalui kerjasama antara university. Isu-isu yang diangkat ialah isu toleransi interfaith. Termasuk juga yang sering diangkat ialah aspek sains di dalam agama, yakni bagaimana memaralelkan isu sains dan nilai-nilai moral keagamaan.


Program internasional lain yang dilakukan AIC ialah mensponsori festifal film yang bertema Pendidikan dan HAM di Mesir, mebuat novel dan comic yang bertema toleransi dan HAM yang diterjemahkan ke dalam beberapa Bahasa sehingga bisa dibaca di sejumlah negara. Demikian pula aktif untuk mempromosikan keadilan gender yang selama ini masih sering dipermasalahkan antara agama dan relasi gender. Sama dengan isu anak-anak dan kekerasan dalam rumah tangga dan di jalanan, AIC juga ikut terlibat agar masyarakat tercerahkan. Tidak heran jika AIC dalam waktu tidak terlalu lama sudah dikenal luas bukan hanya di AS tetapi juga di negara-negara lain, terutama di negara-negara mayoritas penduduknya muslim. Kehadiran OIC ikut meredam ketegangan dan stigma negatif terhadap Islam dan umat Islam pasca 9/11.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Murah Hati



Jakarta

Seorang penguasa seringkali bersikap angkuh dan congkak. Dari sikap kecongkakannya akan melahirkan murka dan dendam. Amarah dan kemarahan ini merupakan bencana dan malapetaka akal pikiran. Jika sifat benci dan amarah mendominasi, seyogyanya seorang penguasa beralih sikap pada sisi lain, yaitu pemaaf, pemurah dan santun. Jika sifat-sifat ini dapat dibudayakan, maka seorang penguasa sudah mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Akan tetapi bila pelampiasan amarah yang dibudayakan, maka penguasa itu tak lebih dari seekor srigala dan binatang melata. Itu adalah inti dari nasihat Imam Al-Ghazali.

Apa sebenarnya murah hati itu? Inti kemurahan hati adalah bahwa dalam mengorbankan sesuatu, orang tidak merasakan tertekan. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Hasyr ayat 9 yang artinya, “….dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).”

Dari tafsir Al-Madinal Al-Munawarrah ayat di atas: Allah SWT. memuji para sahabat dari kalangan Anshar, penduduk Madinah: Mereka mencintai para sahabat dari kalangan Muhajirin, dan membagikan harta mereka bagi kaum Muhajirin. Tidak ada kaum Anshar yang memiliki rasa dengki atau amarah dalam diri mereka atas harta ghanimah yang diberikan kepada kaum Muhajirin. Mereka lebih mementingkan kaum Muhajirin dan orang-orang miskin daripada diri mereka, meskipun diri mereka sendiri membutuhkan dan kekurangan. Barangsiapa yang selamat dari kekikiran maka orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi ini adalah orang-orang yang akan meraih kemenangan di dunia dan di akhirat.


Diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW. menyatakan, “Orang-orang yang pemurah dekat dengan Allah SWT, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Orang yang pemurah sekalipun jahil lebih disukai Allah SWT. daripada orang yang gemar beribadat tapi kikir.”

Jadi seorang penguasa yang pemurah, pemaaf dan santun, tentu akan dekat dengan masyarakat dan dicintai Sang Kuasa serta dekat dengan surga. Inilah idaman setiap hamba-Nya, jadi tatkala mendapatkan amanah sebagai pemimpin negeri, hadapilah dengan senyum bukan pesta pora, niat dan mohonlah pada-Nya untuk diberikan tuntunan bukan bertepuk dada untuk menekan lawan politik. Bersyukurlah karena kemenanganmu itu merupakan pemberian-Nya bukan karena upayamu. Perbanyaklah perbuatan-perbuatan melalui kebijakan yang engkau buat untuk melayani dan memakmurkan rakyat.

Dikisahkan bahwa Ja’far Al-Manshur menurunkan perintah untuk mengeksekusi seseorang. Waktu itu Ibn Fadhal menyaksikan keluarnya perintah itu, lalu ia berkata, “Amirul Mukminin, dengarlah suatu berita sebelum anda mengeksekusinya. Hasan Basri menuturkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, ‘Ketika hari kiamat tiba dan semua orang telah dikumpulkan di padang Mahsyar seseorang memanggil mereka; siapa diberi kekuasaan oleh Allah SWT, maka ia diminta berdiri. Ternyata, tak seorangpun dari mereka yang dapat berdiri, kecuali orang (pimpinan) yang pemaaf. Tuhan berkata (kepada malaikat), lepaskan dia. Sepertinya aku sudah memaafkan dia.”

Ibn Fadhal berkomentar, “Seringkali para penguasa membenci orang yang memberikan saran dan kritik kepada mereka. Maka mereka pun menjadi sering mengeksekusi dan menggantung orang seperti itu.”

Jika seseorang yang sebetulnya penguasa dan beriman tentu akan membuka mata hati dan mendengarkan saran maupun kritik. Di sini perlu hati tetap dingin dan sabar serta pemaaf. Ada kisah seorang raja di China yang tuna rungu. Pada suatu ketika dia menangis sesenggukan dan ditanya kenapa menangis apa karena tunarungu? Dijawabnya, “Tidak.” Ia menangis karena tidak bisa mendengarkan warganya yang teraniaya dan mengadukannya di pintu Istana. Ini seorang raja yang kafir saja sangat peduli dan melayani warganya, bagaimana jika engkau seorang penguasa dan muslim?

Ini ada kisah kemurahan hati yang patut kita renungkan. Kisahnya seorang dari Manbij bertemu dengan seseorang dari Madinah. Orang Manbij berkata, “Seseorang dari kota anda (Madinah) yang bernama Hakam bin Abdul Muththalib datang kepada kami dan membuat kami kaya.”

Orang Madinah itu bertanya, “Bagaimana mungkin? dia datang kepada anda tanpa membawa apa-apa selain selembar jubah bulu domba pada punggungnya.” Orang Manbij itu menjawab,” Dia tidak menjadikan kami kaya uang. Dia mengajarkan kepada kami kemurahan hati. Dengan begitu kami lalu saling memberi satu sama lain hingga kami tak lagi merasa miskin.”

Memilih penguasa saat pilpres, maka hendaklah mencari calon yang mempunyai sifat pemaaf, santun dan pemurah hati. Semoga Allah SWT. selalu memberikan perlindungan kepada negeri ini dari pemimpin yang zalim dan memberikan pemimpin yang beriman pada-Mu.

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Tidak Kampanye Lewat Materi Khutbah


Jakarta

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengimbau khatib Jumat 9 Februari untuk mengingatkan masyarakat tentang pelaksanaan pemilu dengan damai, termasuk tidak melakukan kampanye lewat materi khutbah. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Menag dan imbauan dari Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag.

Surat imbauan tersebut ditujukan kepada para Kepala Kanwil Kemenag Provinsi yang juga Kepala Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tingkat provinsi, Kepala Kankemenag Kabupaten/Kota yang juga Kepala BKM Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang juga Ketua BKM Kecamatan, serta para Ketua BKM kelurahan/desa, dan Ketua Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) atau takmir masjid.

Gus Men, begitu sapaannya, mengatakan tujuan diedarkannya surat imbauan ini sebagai upaya menjaga kondusivitas umat dan masjid di wilayahnya melalui pencegahan aktivitas politik praktis di masjid.


“Pengurus BKM dari pusat hingga desa juga diimbau agar masjid tidak digunakan sebagai tempat kampanye politik praktis dengan mendukung partai atau paslon tertentu,” kata Gus Men dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/2/2024).

Pesan ini tidak terbatas bagi para tokoh agama Islam saja. Gus Men menyebut, hal ini berlaku juga bagi berbagai tokoh agama di Indonesia untuk menyampaikan pesan yang sama kepada umatnya masing-masing. Berikut isi imbauan lengkap berkenaan dengan imbauan pemilu damai dari Kemenag.

Isi Imbauan Kemenag untuk Khatib Jumat Hari Ini

1. Menjaga kondusivitas umat dan sakralitas masjid di wilayahnya, dengan mencegah aktivitas politik praktis di masjid. Dalam hal terjadi gejala politisasi masjid atau polarisasi umat, agar segera menanganinya dan berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang di wilayahnya;

2. Mendorong para pengurus dan pengelola masjid untuk memedomani dan menyosialisasikan Surat Edaran Menteri Agama Nomor: SE 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan (terlampir), termasuk kepada para penceramah/dai, khatib Jumat, serta segenap jamaah masjid;

3. Mengimbau para khatib Jumat untuk menyampaikan pesan-pesan pemilu damai, persaudaraan dan kerukunan nasional, serta mendoakan kesuksesan Pemilu dan keutuhan bangsa, dalam khutbah tanggal 9 Februari 2024 yang akan datang.

Berikut ketentuan materi ceramah keagamaan sebagaimana tertuang dalam Edaran Menag No 09 tahun 2023:

  • Bersifat mendidik, mencerahkan, dan konstruktif;
  • Meningkatkan keimanan dan ketakwaaan, hubungan baik intra dan antarumat beragama, dan menjaga keutuhan bangsa dan negara;
  • Menjaga Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika;
  • Tidak mempertentangkan unsur suku, agama, ras, dan antar golongan;
  • Tidak menghina, menodai, dan/atau melecehkan pandangan, keyakinan, dan praktik ibadat umat beragama serta memuat ujaran kebencian;
  • Tidak memprovokasi masyarakat untuk melakukan tindakan intoleransi, diskriminatif, intimidatif, anarkis, dan destruktif; dan
  • Tidak bermuatan kampanye politik praktis.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Contoh Khutbah Jumat tentang Bersyukur, Singkat dan Mudah Dihafal


Jakarta

Hari Jum’at merupakan hari istimewa bagi umat muslim, di mana hari tersebut menjadi simbol berkumpul dalam sosialisasi umat muslim. Di hari Jumat, para lelaki muslim diwajibkan untuk melaksanakan sholat Jumat.

Sebelum pelaksanaan sholat, terdapat khutbah Jumat yang disampaikan oleh khatib. Penyampaian khutbah bisa mengambil berbagai macam tema, salah satunya adalah tentang bersyukur. Berikut beberapa contoh khutbah Jum’at tentang bersyukur.

Contoh Khutbah Jumat Singkat tentang Bersyukur

Khutbah jumat terdiri dari khutbah pertama dan kedua. Berikut beberapa contoh khutbah Jumat singkat tentang bersyukur mengutip laman NU Online dan Universitas Islam Malang.


1. Bersyukur atas Nikmat Lahir dan Batin

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah. Sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang Ia anugerahkan kepada kita. Tiada satu pun selain-Nya yang mampu menghitungnya. Nikmat terbagi menjadi dua macam, nikmat lahir dan nikmat batin. Allah ta’ala berfirman:

وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً (لقمان: 20) Artinya: “Dan Allah telah menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin untukmu.” (QS. Luqman: 20)

Nikmat lahir adalah nikmat yang terlihat oleh mata seperti harta, penghormatan orang, ketampanan, kecantikan, diberi taufiq (kemudahan) untuk melakukan amal ketaatan, kesehatan, keturunan, harta, kedudukan, sungai, hujan, tanaman, hewan ternak, air dingin dan banyak lagi lainnya. Sedangkan nikmat batin adalah nikmat yang didapati oleh seseorang dalam dirinya seperti memiliki ilmu tentang Allah, kokohnya keyakinan kepada Allah dan dijauhkan dari penyakit dan berbagai marabahaya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Kewajiban setiap mukallaf (baligh dan berakal) adalah bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat tersebut. Bersyukur kepada Allah adalah dengan tidak menggunakan nikmat-nikmat dari Allah untuk bermaksiat kepada-Nya, tidak kufur kepada Allah dan para utusan-Nya. Barang siapa melakukan syukur seperti ini, maka ia adalah seorang hamba yang telah bersyukur kepada Tuhannya. Sedangkan orang yang mengucap syukur kepada Allah dengan lidahnya sebanyak apapun namun masih menggunakan nikmat Allah untuk berbuat maksiat kepada-Nya, maka hakikatnya ia belumlah bersyukur kepada Tuhannya sebagaimana yang diwajibkan.

Dan hendaklah diketahui bahwa kita semua di hari kiamat akan dimintai pertanggungjawaban atas nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يومَ القيامةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ، وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ. (رواه الترمذيّ وصحّحه)
Artinya: “Seorang hamba tidak akan berpindah dari suatu fase ke fase yang lain di hari kiamat hingga ditanya tentang umurnya dalam hal apa dihabiskan, tentang ilmunya dalam hal apa digunakan, tentang hartanya dari mana ia perolah dan dalam hal apa disalurkan dan tentang jasadnya dalam hal apa difungsikan.” (HR. at-Tirmidzi dan ia menilainya shahih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ أُصِحَّ لَكَ جِسْمَك وَأُرْوِكَ مِن الْمَاءِ الْبَارِدِ. (رواه الحاكم وصحّحه)

Artinya: “Hal pertama yang seorang hamba akan dihisab tentangnya di hari kiamat adalah dikatakan kepadanya: Bukankah telah Aku sehatkan badanmu dan aku hilangkan dahagamu dengan air yang dingin?” (HR. al Hakim dan ia menilainya shahih).

Karenanya, mari kita hisab diri kita. Mari kita renungkan, sudahkah kita bersyukur atas berbagai nikmat yang Allah kurniakan kepada kita sebagaimana mestinya? Saudara-saudara seiman, di antara nikmat batin adalah nikmat teragung yang tidak sebanding dengan nikmat apapun, yaitu nikmat iman kepada Allah dan nikmat-nikmat yang mengikutinya, yaitu berserah diri kepada Allah, mencintai orang-orang shaleh, kokohnya keyakinan kita kepada Allah, mengagungkan ilmu agama dan semacamnya.

Iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah modal utama bagi seorang muslim, sehingga ia adalah nikmat yang paling agung, paling utama dan paling tinggi yang diberikan kepada manusia. Orang yang diberi dunia (harta, jabatan dan semacamnya) namun tidak diberi iman, maka seakan ia tidak diberi nikmat apapun.

Sebaliknya, orang yang diberi iman dan tidak diberi dunia, maka seakan ia tidak terhalang dari satu nikmat pun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عزَّ وجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّيْنَ إِلَّا لِمَن أَحَبَّ (رواه أحــمد)

Artinya: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberikan (nikmat) dunia kepada orang yang Ia cintai dan kepada orang yang tidak Ia cintai, dan tidak memberikan nikmat agama kecuali kepada orang yang Ia cintai.” (HR. Ahmad)

Di antara nikmat ada juga yang merupakan akibat atau buah dari nikmat iman. Nikmat ini tampak pada anggota badan seseorang, seperti melaksanakan kewajiban, menjauhi perkara haram dan memperbanyak amal sunnah. Nikmat iman sebenarnya adalah nikmat batin, akan tetapi pengaruhnya terlihat pada anggota badan. Iman adalah syarat diterimanya amal shaleh. Tanpa iman, bentuk amal kebaikan sebanyak apapun tidak akan diterima oleh Allah ta’ala.

Orang yang mati dalam keadaan tidak iman akan datang di hari kiamat tanpa memiliki sedikit pun kebaikan, karena ia tidak mengenal Allah dan tidak beriman kepada-Nya. Sedangkan seorang muslim yang tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya, lalu meninggal sebagai pelaku dosa besar, maka ia tergantung pada kehendak Allah.

Jika Allah menghendaki, Ia akan menyiksanya dan jika Allah menghendaki, Ia akan mengampuninya. Sedangkan orang yang diberi taufiq untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan batin, dengan melaksanakan perintah Allah, sehingga ia melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara haram serta menggunakan anugerah nikmat untuk menaati Tuhannya, maka balasan dari Tuhannya adalah kenikmatan yang abadi, yang tidak akan punah dan sirna. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)

Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka dari Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. al Bayyinah: 7-8).

Mereka adalah makhluk yang paling berbahagia, karena Allah ridha terhadap mereka sebagaimana mereka ridha kepada-Nya. Ridha Allah adalah salah satu sifat-Nya, yang tidak menyerupai ridla makhluk. Karena makna ridha Allah adalah kehendak untuk memberikan nikmat.

Sedangkan ridha para hamba kepada Tuhannya adalah berimannya mereka kepada Allah, menerima ketetapan-Nya dan menyerahkan segala hal kepada-Nya. Mereka tidak memprotes dan menyalahkan Allah dalam satu pun musibah yang menimpa mereka.

Sebaliknya mereka bersabar untuk tetap melaksanakan kewajiban dan menjauhi perkara haram serta menahan diri dari menggunakan nikmat Allah dalam perbuatan maksiat kepada-Nya. Mereka juga bersabar atas ujian-ujian yang menimpa mereka, sehingga balasan untuk mereka adalah ridho Allah terhadap mereka. Sungguh beruntung mereka. Alangkah berbahagianya mereka.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

(Ust. Nur Rohmad, S.Ag., M.Pd.I, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kab. Mojokerto.)

2. Bersyukur atas Nikmat Sehat

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Jumat adalah hari terbaik, karenanya menjadi saat yang tepat untuk terus mengingatkan takwallah. Pesan tersebut selalu disampaikan khatib agar senantiasa meningkatkan takwa dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini memberikan pesan bahwa betapa penting dan berharganya menjaga takwallah. Sadar bahwa diri senantiasa dalam pantauan Allah di segala keadaan dan suasana. Karenanya, alfakir berpesan kepada diri sendiri dan jamaah yang berbahagia untuk terus menjaga dan memupuk takwallah tersebut.

Hadirin yang Berbahagia

Kenikmatan hidup paling mahal adalah sehat, karena apa pun yang kita miliki di dunia tak akan bisa dinikmati jika sakit. Dalam suasana yang serba tidak menentu seperti sekarang, nikmat sehat menjadi hal yang mahal harganya. Karenanya, kita perlu mensyukuri nikmat sehat yang ada. Apalagi dalam sebuah ayat disebutkan sebagai berikut:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ الْإِنْسانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Artinya: Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia sangat zalim dan banyak mengingkari nikmat. (QS al-Nahl: 18)

Nikmat sehat bukan suatu kemewahan seperti emas dan perak. Tetapi menjadi mahal ketika kesehatan telah berubah menjadi sakit. Nikmat sehat merupakan mahkota tubuh. Saat terbaring sakit, kita baru sadar bahwa kesehatan sangat berharga. Yang mengabaikan kesehatan dirinya adalah orang yang menabung masalah untuk masa depan. Seorang filosof Inggris mengatakan: Jika dengan memperoleh pengetahuan malah merusak kesehatan kita, maka kita bekerja untuk hal yang tidak berguna.

Tidak berlebihan dan sangat tepat kalau dalam suatu hadits diriwayatkan sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ، اَلصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: Nabi SAW bersabda: Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (lalai) padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR al-Bukhari).

Dalam Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn intisari kitab Ihya` Ulûmiddîn diriwayatkan, ada orang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang alim. Lalu si alim berkata: Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” tanya ulang si alim.

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?,” lanjut si alim.

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Si alim terus bertanya.

“Tidak,” jawabnya.

“Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu?,” pungkas si alim.

Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa nikmat sehat atau kesehatan jauh lebih berharga dibanding uang yang banyak ataupun harta yang melimpah.

Jamaah yang Dirahmati Allah,

Betapa pentingnya nikmat kesehatan, hingga Rasulullah SAW pun bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

Artinya: Siapa saja di antara kalian masuk waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman dalam rumahnya, punya makanan pokok pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya. (HR Ibnu Majah).

Dalam Islam menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah). Hal itu terdiri dari; pemeliharaan agama (hifdzud dîn), pemeliharaan diri atau kesehatan (hifdzun nafs), pemeliharaan akal (hifdzul ‘aql), pemeliharaan keturunan (hifdzun nasab), dan pemeliharaan harta (hifdzul mâl).

Sebaliknya, Islam melarang berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan atau keselamatan jiwa, sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT yang artinya: Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian dalam kerusakan. (QS Al-Baqarah: 195); dan ayat yang artinya: Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sungguh Allah Maha Penyayang kepada kalian. (QS An-Nisa’: 29).

Badan kita punya hak yang harus dipenuhi agar terjaga kesehatan maupun keseimbangannya. Di antara hak badan adalah memberikan makanan pada saat lapar, memenuhi minuman saat haus, memberikannya istirahat saat lelah, membersihkannya saat kotor, dan mengobatinya saat sakit. Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan.

Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Abdul Muthallib RA, ia berkata: Aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW dan bertanya: Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku. Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan. Kemudian aku menghadap lagi pada kesempatan lain dan saya bertanya: Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah SAW, mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR at-Tirmidzi).

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat mengingatkan kita agar selalu menjaga kesehatan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.

3. Bersyukur atas Nikmat selama Setahun

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَعْطَىنَا بِالصَّبْرِ وَالشُّكْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الصَّبُوْرُ الشَّكُوْرُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Segala puji merupakan milik Allah swt, Tuhan semesta alam. Segala anugerah yang telah kita nikmati sampai detik ini, tidak lain adalah pemberian dari-Nya. Khususnya, nikmat iman, nikmat Islam, juga nikmat sehat wal afiat. Dengan kenikmatan-kenikmatan itu, sudah sepatutnya kita datang dan bertemu pada siang hari ini dalam rangka menunaikan ibadah kepada-Nya. Tidak lain, inilah bentuk syukur kita atas semua hal itu.

Selanjutnya, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad, Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā sayyidinā Muhammad. Semoga shalawat kita juga dapat mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, dan juga kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya rabbal alamin. Allah swt memerintahkan kita untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah-ibadah, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh-Nya.

Sebagai bagian dari peningkatan takwa itu, kita perlu senantiasa bersyukur atas segala nikmat karunia yang telah Allah swt anugerahkan kepada kita semua, sehingga kita bisa dapat menjalani kehidupan dengan baik. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Saat ini, kita telah memasuki penghujung bulan Desember sekaligus akhir dari tahun 2022. Begitu banyak hal yang telah kita lalui sepanjang tahun 2022 ini, mulai dari hal yang terasa berat, tidak enak, hingga nikmat-nikmat yang memberikan rasa bahagia bagi kita. Satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah semua hal tersebut patut kita syukuri.

Iya, sekalipun bisa dipastikan sepanjang tahun itu tidak semuanya bahagia dan ada saja hal yang membuat kita kecewa, kesal, dan sedih, pasti saja ada hal penting yang belum kita ketahui di balik itu semua. Selain memang, kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan yang kita terima itu jauh lebih sedikit daripada kenikmatan yang telah kita terima. Sebab, banyak hal yang tanpa kita sadari, itu adalah nikmat besar yang seringkali luput dari pengamatan.

Padahal, itulah yang biasa kita rasakan saban hari sejak kali pertama terlahir di dunia sampai hari ini. Misalnya, udara yang kita hirup sebagai napas diperoleh secara gratis. Kita tidak dapat membayangkan seumpama oksigen itu harus kita bayar.

Kita juga kerap lupa dengan nikmat sehat yang selama ini kita nikmati. Saat kita ditimpa sakit, barulah kita memohon-mohon berdoa kepada Allah agar lekas disembuhkan, sedang saat sehat, kita sendiri lupa tidak mensyukurinya.

Nabi Muhammad saw sampai menyebut hal itu dalam hadisnya, bahwa banyak orang tertipu akan dua kenikmatan, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu. Jamaah Jumat yang berbahagia, Allah swt secara tegas memerintahkan kita untuk bersyukur kepada-Nya melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 152 berikut.

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Artinya: “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”

Dalam Tafsir Al-Baghawi, disebutkan bahwa bersyukur itu dilakukan ketaatan, sedangkan tidak kufur berarti tidak bermaksiat. Sementara menurut Imam Al-Qurthubi, bahwa syukurnya seorang hamba ini harus diucapkan dengan lisan dan diikrarkan dalam hati bahwa menggunakan nikmat itu untuk ketaatan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa dengan bersyukur, niscaya nikmat kita akan ditambah. Hal itu termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 berikut.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras”.”

Dalam kitab tafsirnya, Imam Al-Baghawi mengutip sebuah pendapat, bahwa syukur itu mengikat yang sudah ada dan memburu yang tiada. Ia juga menyampaikan bahwa syukur yang sesungguhnya adalah dengan senantiasa menjalankan ketaatan atas segala perintah Sang Pemberi nikmat itu.

Sementara hal yang ditambahkan adalah pahalanya. Sementara itu, Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengakui bahwa nikmat itu tidak lain ditujukan bagi Sang Pemberi nikmat itu sendiri, yaitu Allah swt, dan tidak menggunakannya untuk selain taat kepada-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, Oleh karena itu, dari penjelasan para ulama di atas, dapat kita ambil pengertian bahwa bersyukur berarti adalah menggunakan segala nikmat yang kita peroleh untuk menunaikan ketaatan kita, yaitu menghamba kepada-Nya, beribadah karena-Nya. Dalam hal ini, kita perlu meningkatkan ketaatan kita mulai hari ini dan ke depannya sebagai tanda syukur kita atas segala nikmat yang telah Allah swt anugerahkan kepada kita.

Dan menjadikan ini sebagai bagian dari resolusi tahun 2023 kita. Saking mulianya bersyukur, Rasulullah saw bersabda, bahwa orang yang makan dan bersyukur itu sederajat dengan orang berpuasa dan sabar atas puasanya itu.

Dari hal itu, khatib mengajak jamaah semuanya untuk bersyukur atas segala anugerah yang telah kita peroleh dengan senantiasa meningkatkan ketaatan kita kepada-Nya, menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemampuan untuk mensyukuri seluruh nikmat-Nya sehingga kita tergolong sebagai ‘ibadiyas syakur, hamba-hamba Allah yang banyak bersyukur.

(Ustadz Syakir NF, Imam Masjid Baitul Maqdis, Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat.)

4. Rasa Syukur

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita bersama sama memanjatkan tasyakkur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia Allah SWT, atas karunia waktu luang, nikmat kesehatan, karunia ilmu pengetahuan, kenikmatan rizki, keutuhan keluarga, kita bersyukur atas adanya rasa tersebut dalam hati.

Kita bersyukur kepada Allah bilamana dalam hati dan perbuatan kita ada manifestasi dari rasa syukur. Adalah sebuah keindahan kalau kita dalam perbuatan kita ada nilai nilai syukur.

Kita berlindung kepada Allah atas sikap lupa dan alpa. Kita sungguh berlindung kapada Allah atas kufur tipis tipis, YAITU tidak menyadari betapa besar, hal apa saja yang Allah karuniakan kepada kita. Betapa Allah kasih sayang kepada keluarga kita, kepada lingkungan kita.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Kita bisa kerja, kita bisa beribadah, kita bisa memiliki kemerdekaan, karena orang lain dan tentu karunia Allah. Kita bisa kerja karena kampus kita ada dan memberi gaji dan tunjangan karena pimpinan. KITA bisa tenang beribadah, Karena tak ada orang lain yang membuat kekacauan. Kita pantas bersyukur atas ketenteraman lingkungan itu semua. Alhamdulillah.

Bersyukur atas yang kecil kecil, tak usah menunggu hal yang besar besar, yang fantastis. Bersyukur kepada orang lain yang menjadi perantara karunia Allah, karena itu yang menjadi ajaran. MAN LAM YASKURINNAS, LAM YASKURILLAH. MAN LAM YASKURIL KHOLIL, LAM YASKURIL KATSIR.

Baiknya keluarga kita, pasangan kita, anak anak kita, kebaikan negara kita, orang orang baik di Universitas kita adalah karunia kita yang patut kita syukuri. Kita berada di Indonesia, sudah termasuk negara muslim paling demokratis, aman di dunia, patut kita syukuri.

Maasyiroh Muslimin Hadirin, Rahimakumullah

Sebagai kaum beriman kita disarankan untuk tetap waspada. Syaitan ada dimana mana. Kita bisa saja tergelincir. Sikap kita akan membawa aura lingkungan kita. Sikap sabar adalah bentuk rasa syukur.

Para Nabi, para Rasul, para Waliyullah, para ulama besar, itu adalah orang orang yang sabar. Kita orang biasa biasanya- termasuk diri saya- sering mengeluh, sering menuntut. Akhirnya lupa. Itu lawan dari bersyukur.

Tak ada Nabi dan Rasul yang hidup tanpa beban yang berat, namun semua Nabi dan Rasul adalah orang orang yang tak bersedih dengan situasi apa saja. Mereka itu ahli syukur terutama hati dan amal perbuatan, bukan hanya lisan. Kemuliaan mereka ada di akhlak kesyukurannya.

Manusia itu tempat salah dan lupa. Itulah makanya Allah memberi kitab oenuntun di setiap jamannya. Allah juga mngutus rasul dan nabi serta orang orang alim untuk mengingatkan kita. Karena kita AL INSAANU MAHALUL KHOTO’ WAN NISYAN. Kita sering alpa.

Di luar sana ada kemiskinan ekstrim, di luar sana ada kesulitan sosial dan di sini kita baik baik saja. FABIAYYI AALA-I ROBBIKUMA TUKADDZIBAAN. Nikmat apa lagi yang pantas kita dustakan

Salah satu hal yang terbaik selain syukur nikmat, saya mengajak diri saya, bersedia memperbaiki kesalalah kesalahan kita, menjaga hati, menjaga diri dan menjaga niat, menghindarkan diri dari sikap menerabas tatanan agar mendapatkan keinginannya.

Tokoh tokoh pahlawan yang merintis kemerdekaan atau muassis kampus Kita bukan orang-orang yang suka mengeluh dan mereka juga berkali kali gagal dalam usaha usaha yang mulia, oleh sebab itu kita perlu mendidik diri kita harus berani berjuang. Kata Gus Dur “hidup adalah perjuangan, setiap perjuangan butuh pengorbanan, dan semua pengorbanan besar pahalanya”.

Orang orang sukses dari dulu dan sampai sekarang itu tak pernah dicapai dengan mudah. No pain, no gain. Ada perjuangan dan doa di sana.

Bahkan Imam Syafii RA selalu berpesan kepada para kita bahwa tidak ada kenikmatan hidup tanpa kita bersusah payah sebelumnya. Segala sesuatu yang didapat dengan mudah apalagi dengan menghilangkan atau mengurangi hak hak orang lain, bisa hilang keberkahannya.

Sesungguhnya kita ini mungkin sdh diberi yang terbaik, sudah diberi banyak, kadang kita saja yang tak bisa mensyukurinya.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Penelitian Ahli Psikologi juga mengungkapkan, rasa syukur ini, membuat orang dekat dengan rasa bahagia R. Riset mengatakan “Bukanlah banyaknya harta dan kekayaan dan jabatan satu satunya alat bahagia”. Tapi kebahagiaan itu, bermula dari rasa tenteram atas apa yang Allah berikan kepada kita.

Sebagai penutup saya mengajak diri saya pribadi dan kepada jamaah sekalian untuk mengisi tanggung jawab sebagai rasay syukur,

Pertama tanggung jawab, kasih sayang, ketulusan dan memberi hal dan melaksanakan kewajiban pada diri sendiri dan keluarga, anak, istri, suami, terutama orang tua.

Kedua; tanggung jawab sebagai makhluk dan abdillah, kepada Allah SWT melaksanakan perintahnya dan menjahui larangaNya. Syukur tertinggi itu syukur amaliyah.

Ketiga;tanggung tanggung jawab sosial kepada tetangga, saudara terutama yang membutuhkan dengan berbagi walau dengan sumbangan tak seberapa, social responsibility, Zakat, Infaq, Shadaqoh adalah jalannya.

Keempat;tanggung jawab kepada bangsa dan negara, merawat kerukunan sebagai rasa syukur.

Kelima;tanggung jawab kepada alam dan lingkungan semesta dengan cinta alam dan melindunginya. Merawat Jagad dan mencintai manusia dan alam adalah bentuknya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah kepada kita.

(Prof. M. Masud Said, Ph.D)

Syarat Melaksanakan Sholat Jumat

Syekh Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad Al-Huseini dalam kitab Kifayatul Akhyar mengatakan, ada 6 syarat dalam melaksanakan khutbah Jumat. Mengutip buku Khutbah Jumat 7 Menit oleh KH. Marzuqi Mustamar, berikut keenam syaratnya:

1. Waktu melaksanakan khutbah adalah ketika masuk waktu dzuhur atau tergelincirnya matahari
2. Mendahulukan dua khutbah terlebih dahulu daripada sholat Jumat
3. Khotib melaksanakan khutbah dalam keadaan berdiri
4. Duduk di antara dua khutbah dengan Thuma’ninah
5. Seorang khotib harus suci dari hadats dan najis pada badan, pakaian, serta tempat
6. Mengeraskan suara ketika berkhutbah.

Rukun Khutbah Jumat

Seorang khotib haruslah memperhatikan beberapa rukun yang ditetapkan syara’. Hal ini agar ibadah sholat Jumat sah. Berikut beberapa rukun berkhutbah.

1. Memuji Allah di khutbah pertama dan kedua
2. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW di khutbah pertama dan kedua
3. Berwasiat takwa kepada Allah di khutbah pertama dan kedua
4. Membaca ayat suci Al Qur’an pada salah satu dari kedua khutbah. Minimal membaca satu ayat
5. Berdoa untuk kaum mukmin di khutbah kedua.

Itulah empat contoh khutbah sholat Jumat tentang bersyukur. Semoga beberapa contoh ini bisa menginspirasimu dalam membuat teks khutbah.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban: Amalan Persiapan Ramadan


Jakarta

Khutbah Jumat bertema Syaban bisa menjadi pilihan topik khatib sholat Jumat pekan ini. Ada banyak pembahasan terkait keutamaan Syaban, salah satunya tentang keutamaan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Bulan Syaban diapit dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadan. Pada bulan ini terdapat malam Nisfu Syaban yang menjadi malam istimewa.

Menurut Kalender Kementerian Agama, 1 Syaban 1445 Hijriah jatuh pada Minggu, 11 Februari 2024. Artinya pada Jumat, 16 Februari 2024 bertepatan dengan 6 Syaban 1445 H.


Khutbah Jumat Bertema Syaban

Merangkum buku Materi Khutbah Jumat Sepanjang Tahun karya Muhammad Khatib, S.Pd.I dan juga mengutip laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), berikut teks khutbah Jumat bulan Syaban.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى الْيَوْمِ الَّذِيْ نَلْقَاه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أمّا بَعْدُ

Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsyafan. Karena hanya dengan takwalah, kita bisa mendekati Allah dan mencapai kebahagiaan, di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana firman-Nya:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 63)

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Alhamdulillah, hari ini kita semua masih bertemu bulan Syaban. Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah. Secara bahasa, kata “Syaban” mempunyai arti “berkelompok”. Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu.

Syaban termasuk bulan yang dimuliakan Rasulullah SAW. Terbukti beliau berpuasa pada bulan ini. Usamah berkata pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunah) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan Syaban.” Rasulullah SAW menjawab: “Bulan Syaban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.” (HR. An-Nasai dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Bulan itu (Syaban), yang berada di antara Rajab dan Ramadan adalah bulan yang dilupakan manusia, dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadah ku diangkat ketika aku berpuasa. (HR An Nasa’i)

Seorang ulama yang bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَّرْعِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Syaban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman.”

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Syaban juga mempunyai makna “jalan setapak menuju puncak.” Artinya, Syaban adalah bulan persiapan yang disediakan Allah untuk menapaki dan menjelajahi keimanan, sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadan.

Meniti jalan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Sebagaimana mendaki gunung, butuh latihan dan persiapan yang matang. Begitu pula meniti puncak di bulan Syaban, tentunya butuh kesungguhan hati dan niat yang suci serta siap bersusah payah. Kepayahan itu akan lebih terasa ketika kita berpuasa di bulan Syaban. Namun, kepayahan itu akan dibalas dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah SAW bersabda: Bulan ini dinamakan Syaban karena berhamburan kebajikan di dalamnya. Barang siapa berpuasa tiga hari di awal bulan Syaban, tiga hari di pertengahannya dan tiga hari di akhirnya, maka Allah SWT menulis untuk orang itu pahala tujuh puluh orang nabi, dan seperti ibadah tujuh puluh tahun, dan jika orang itu meninggal pada tahun ini, maka akan diberikan predikat mati syahid.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Pendakian di bulan Syaban ini juga dapat dilakukan dengan cara membanyak beristighfar atau meminta ampun atas segala dosa, lebih-lebih dosa hati yang tak kasat mata, seperti, ujub, takabur, dan sum’ah. Biasanya, dosa hati itu lebih banyak daripada dosa tubuh.

Setiap orang beriman sepatutnya membersihkan dan mensucikan diri dari sifat-sifat tercela serta menyiapkan mental, agar dapat menghadapi dan memasuki bulan Ramadan dengan tenang dan khusyu.

Setiap orang beriman hendaknya mempersiapkan lahir dan batin dalam menghadapi bulan Ramadan, sebagaimana petani menyiapkan air dalam menghadapi musim kering.

Permohonan ampun tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, akan tetapi kita bisa melakukan di mana saja dan kapan saja. Namun demikian, ia sangat baik bila dilakukan sebelum datang bulan Ramadan. Hal ini kita lakukan sebagai rasa hormat dan Ta’dzim atas kedatangan bulan yang mulia.

Istighfar dan taubat di bulan Syaban akan menjaga dan memelihara ibadah di bulan Rajab, merawat dan menyuburkan iman di bulan Syaban serta memberi semangat ibadah di bulan Ramadan.

Diharapkan dengan persiapan ini, kita akan meraih kemuliaan dan kemenangan dari Allah SWT di bulan yang agung tersebut.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di bulan Syaban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti, sebagai hamba yang siap menjalankan kewajibannya di depan Sang Khaliq.
Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Ormas Islam di AS: Americam Muslim Youth (AMY)



Jakarta

American Muslim Youth (AMY) adalah organisasi paguyuban atau nirlaba yang ada di sejumlah negara bagian AS. Dalam sebuah survey menemukan negara bagian yang paling padat umat Islamnya di AS ialah New Jersey, New York, Virginia, Maryland, Michigan, California, Illinois, Indiana, Texas dan Ohio. Namun negara-negara bagian lain tidak berarti tidak mempunyai warga muslim. Tidak ada satu pun negara bagian di AS yang tidak punya komunitas muslim. Bahkan di setiap negara bagian memiliki masjid atau Islamic Center, walaupun tidak sebesar dan tidak sebanyak di negara-negara bagian lain.

Populasi muslim AS berkisar 7 juta orang, separuh di antaranya adalah kaum muda yang sebagian tergabung di dalam AMY. Kehadiran AMY sangat penting bagi komunitas muslim di AS karena kelompok ini menjadi cikal bakal berlanjut generasi muslim yang datang lebih awal di AS. AMY sepertinya menjadi rebutan yang diperebutkan oleh ormas-ormas Islam. Oleh para orang tua mereka dirasakan adanya semacam ancaman krisis identitas Pasca 9/11 ada sejumlah muslim kelahiran AS enggang menonjolkan identitasnya sebagai seorang muslim, bukan hanya mereka kecewa karena tindakan konyol segelintir orang mengebom obyek-obyek vital di sejumlah negara besar, akan tetapi sebagian di antaranya mempertanyakan eksistensi agama sebagai sarana untuk memanusiakan manusia.

Mereka ada yang menilai agama termasuk Islam dalam mewujudkan cita-cita luhur kemanusiaannya. Seharusnya di mana kelompok agama itu dominan di situ keamanan dan keadilan serta kesetaraan gender lebih baik. Namun sering kali terjadi kebalikannya, di mana suatu daerah muslimnya lebih besar di situ ada potensi letupan sosial.


Krisis yang sering para orang tua pailit dari usahanya karena tertantang untuk menyelamatkan karakter dan identitas atribut biologisnya dari budaya millenial yang ada di Eropa dan AS. Para orang tua seringkali dibingungkan bagaimana membesarkan anak di negara-negara yang maju, perlu penelitian dan pendalaman yang lebih terukur. Kehadiran AMY juga bisa memberikan kontribusi positif bagi anak-anak yang lebih doyan untuk belajar seni dan agama yang di luar obyek materi ajar. Krisis identitas yang sering menggelisahkan para orang tua murid ialah bagai mana diupayakan ketenangan dan ketertiban menciptakan sekolah-sekolah bagi orang-orang berkebutuhan khusus. AMY juga mendorong progresifitas calom mahasiswa Luar Negeri yang ingin belajar di ASA atau Eropa.

Di antara usaha para senior muslim ialah menghimpun dana yang lumayan besar untuk acara berikutnya, seperti memperkenalkan seniniman-seniman dan qari’-qari’ah searah dengan jarum jam yang pernah dihubungkan dengan generasi baru muslim yang lahir di AS, tidak pernah merasakan pahitnya perjuangan yang harus ditempuh di dalam mencari ilmu, tentu tidak faham betapa sulitnya mendapatkan ilmu di daerah-daerah terpencil, terutama ilmu-ilmu yang berkanjuan sebagai bangsa dan hal-hal yang konstruktif lainnya. Anak-anak muda kelahiran AS merasa sangat sulit melakukan pembauran dengan warga substantif. Yang penting bagi kita bukan lagi mencetak secara instant pemimpin umat Islam yang berwibawa tetapi semua Nabi pernah menjadi faktor yang konstruktif. Tugas para orang tua dan senior ialah bagaimana mempertahankan identitas keislaman di dalam para anggota AMY agar tetap terpelihara akidah dan syari’ah generasi muda kita di sana.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sikap Paripurna



Jakarta

Seorang mukmin selalu yakin bahwa setiap apa pun yang ia rasa dan alami adalah atas kehendak Allah SWT. Dan tentu ada hikmah yang tersirat di dalamnya. Jika ia ditimpa suatu kemalangan, maka ia bersabar dan terus meningkatkan kesabarannya. Ia tidak mengeluh kecuali memohon pertolongan-Nya. Ia juga tidak mengumumkan kesusahan hidupnya kepada khalayak dan tidak meminta-minta. Ia hanya menghiba pada Allah SWT, sehingga tidak ada orang yang tahu kalau ia sedang susah. Tapi sebaliknya, bila ia mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan, maka ia bersyukur dan terus meningkatkan kualitas syukurnya dengan mendistribusikan kenikmatan itu kepada orang lain melalui zakat, infaq dan sedekah. Agar orang lain juga bisa merasakan kenikmatan seperti yang ia rasakan.

Penulis selalu teringat nasihat Ulama KH. E.Z. Muttaqien pada awal tahun 1980 an, “Jika engkau mengalami kegagalan, maka tersenyumlah karena kesuksesan akan datang padamu. Dan jika engkau mengalami keberhasilan, maka kernyitkan dahi karena kesusahan akan menghampirimu.”
Orang yang gagal dengan terus menerus bersedih tidak akan mengembalikan semangat, dengan tersenyum engkau optimis dan bersiap menghadapi keberhasilan. Jika engkau berhasil dan pesta pora atas kesuksesan tersebut, maka engkau akan lengah dan tidak akan siap secara mental untuk mendapatkan kesusahan. Dengan kernyitkan dahi maka engkau akan siap dan tidak terlalu bersedih jika menghadapi kegagalan.

Sabar merupakan ketegaran hati terhadap takdir dan hukum-hukum syari’at. Sementara itu syukur dengan menampakkan nikmat Allah SWT. melalui lisan dengan cara memuji dan mengakui, melalui hati dengan cara meyakini dan mencintai, serta melalui anggota badan dengan ketaatan. Sabar dan syukur Merupakan sikap yang saling berkaitan keduanya saling mendukung, ketika kita mengalami musibah yang berat sekalipun, ada saja hal yang tetap patut disyukuri. Begitu pula ketika kita mendapat kesenangan.


Allah SWT. berfirman dalam surah an-Nahl ayat 96 yang artinya… “Dan sesungguhnya kami pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir ayat di atas menjelaskan bahwa hal itu merupakan sumpah Allah SWT. yang dikuatkan dengan huruf lam, yaitu sesungguhnya Dia akan membalas berbagai amal perbuatan baik orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari amal mereka dan menghapus berbagai keburukan mereka.

Adapun sikap syukur seperti dalam firman-Nya surah Ibrahim ayat 7 yang artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Ayat di atas menurut Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa syukur atas nikmat adalah sebab bertambahnya nikmat tersebut sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 152.
Maka, seyogyanya sabar dan syukur menjadi sikap yang menghiasi akhlak seorang muslim apabila ia sedang ditimpa musibah ataupun diberi nikmat karena kedua hal tersebut sama-sama terdapat kebaikan untuknya.

Kaitannya dengan pemilihan pemimpin negeri, siapa pun yang terpilih itu merupakan kehendak-Nya. Oleh karenanya kita semua wajib ridha atas kehendak-Nya. Bila yang terpilih adalah idolanya, maka bersikaplah syukur pada-Nya dan do’akan agar pemimpin tersebut bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Jika yang terpilih bukan idolamu, maka bersabarlah karena ingatlah bahwa setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin mempunyai masanya. Jadi pemimpin itu tidak akan ada yang kekal, karena Sang Pencipta akan mempergilirkan posisi pemimpin. Dengan sikap sabar dan syukur ini, In syaa’Allah kemungkinan terjadi polarisasi menjadi kecil. Oleh sebab itu kepada para pihak ( penyelenggara, pengawas dll ) agar menjalankan fungsi masing-masing sesuai kapasitas kewenangannya hingga pemilu memperoleh predikat jurdil.

Gejolak akan timbul tatkala ada proses dalam pelaksanaan yang tidak lazim. Oleh sebab itu antar pihak agar menjalankan fungsinya dan menghindari tindakan-tindakan yang menyimpang, saling mengingatkan dan menghormati. Polarisasi tidaklah menguntungkan bagi kehidupan bersama dan tentu akan menghambat pembangunan, padahal negeri ini masih memerlukan pengembangan dalam rangka menuju negeri yang sejajar dengan negeri-negeri maju lainnya.

Marilah kita bersama-sama membangun negeri sesuai dengan posisi dan fungsi masing-masing. Ada yang masuk posisi pelaksana dan ada posisi pengontrol, keduanya mesti berjalan harmonis dan saling menghormati. Tiada yang lebih hebat dari lainnya, karena kehebatan itu semata-mata datangnya dari Sang Pencipta. Bagi pemenang tiada sombong dan berbangga diri, karena seorang mukmin akan tahu hal itu tidak perlu dilakukan.

Mengapa kita harus bersikap paripurna (sabar dan syukur)? Sabar dan syukur adalah dua sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Keduanya merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT, yang menciptakan segala sesuatu dengan hikmah dan rahmat-Nya. Sabar dan syukur juga merupakan kunci untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Sebagaimana hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.”

Ya Allah, berikanlah kekuatan untuk bersatu bagi masyarakat, jauhkan sikap bermusuhan, kami sadar dengan bermusuhan tiadalah manfaat dan sia-sia. Kuatkanlah iman kami agar tidak tergoda hasutan setan.

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Gelisah



Jakarta

Dalam kehidupan di dunia, setiap orang mempunyai suatu kebutuhan, namun kebutuhan setiap orang akan berbeda. Orang yang berkebutuhan banyak tentu memerlukan upaya yang lebih dibandingkan dengan orang yang berkebutuhan sedikit. Adapun hati yang gelisah karena takut tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Hati gelisah ini menyangkut kejadian yang akan datang, bisa karena perbuatan masa lalunya (melanggar larangan-Nya) dan gelisah berharap sesuatu. Kegelisahan dalam hati merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dialami oleh siapa pun. Hal tersebut memang bagian dari kodrat yang dimiliki setiap manusia.

Hati tenang dan gelisah merupakan kuasa-Nya, oleh karena itu seseorang hendaknya berupaya dan memohon pada-Nya agar diberikan ketenangan hati. Sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Fath ayat 4 yang artinya, “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia: Dia-lah Allah Yang menurunkan ketenangan pada hati orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rasulullah SAW di hari Hudaibiyah, hati mereka pun menjadi tenang, keyakinan bersemayam kokoh di dalamnya, agar pembenaran mereka kepada Allah SWT dan sikap mereka mengikuti Rasul-Nya semakin bertambah di samping pembenaran dan sikap mengikuti mereka yang sudah ada. Hanya milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, yang dengan mereka Allah memenangkan hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah Maha Mengetahui kebaikan hamba-hamba-Nya, Mahabijaksana dalam pengaturan dan penciptaan-Nya.


Kegelisahan timbul disebabkan karena berlebihnya kebutuhan, seperti ingin memiliki harta yang banyak (berharap hidupnya nyaman), berkedudukan (banyak posisi penting dan cinta kedudukan) dan menginginkan ketenaran. Semua keinginan ini selalu diikuti dengan hati yang gelisah. Jika suatu keinginan sudah di dapat maka ia inginkan yang lain dan ada rasa takut kehilangan apa yang sudah di dapat. Tahukah kalau seseorang yang cinta kedudukan adalah ia menuju kehinaan. Allah SWT berfirman dalam surah al-Qashash ayat 83 yang artinya, “Rumah akhirat itu Kami ciptakan untuk orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi dan tidak (menginginkan) kerusakan.”

Makna ayat ini: Orang yang mencintai kedudukan dan pangkat itu adalah orang yang hatinya telah dikuasai hasrat terhadap jabatan, sebagaimana hati orang yang mencintai harta telah dikuasai oleh hasrat untuk memiliki segalanya. Tidak cukup mempunyai rumah besar dan mewah, tidak cukup punya satu mobil mewah dan tidak juga cukup punya beberapa jabatan strategis. Ingatlah bahwa pangkat dan kedudukan dunia merupakan salah satu tujuan yang diinginkan banyak orang.

Ketahuilah bahwa seseorang itu diuji dengan kecintaan pada jabatan maka setiap saat hatinya akan dipenuhi hasrat terhadapnya dan terus berupaya memburu untuk meninggikan kedudukannya. Berkedudukan itu nikmat sekali jika digunakan sebagai wasilah untuk menggapai keridhaan-Nya. Hal yang berbeda jika kedudukan tersebut digunakan untuk mengumpulkan harta kekayaan, memperluas kekuasaan, menikmati sanjungan, semua ini adalah sia-sia karena engkau telah (otw) menuju kehinaan. Seseorang dengan kedudukan tinggi pun tidak lepas dari kesalahan karena hasrat (nafsu yang mengendalikan). Banyak contoh terjadi yang kita saksikan bersama, seperti pimpinan kementerian yang tergelincir hingga beralih tidur dari rumah dinas/pribadi ke rumah negara.

Ia terus berusaha agar masyarakat mengenal dan mencintainya, mengikuti dan menjadikannya penguasa. Ini sebenarnya menuju kepada bahaya riya dan kemunafikan. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW mengibaratkan orang yang cinta pada harta dan pangkat laksana dua serigala yang berkumpul di tempat gembala kambing. Ingatlah sabda beliau adalah, “Sesungguhnya (cinta jabatan) bisa menumbuhkan kemunafikan, seperti air yang menumbuhkan tanaman.”

Bagaimana agar hati tidak gelisah? Maka lakukanlah langkah-langkah untuk menghilangkan rasa cinta pada jabatan maupun harta kekayaan. Ada dua jalan yang bisa dilakukan:

1. Dengan Ilmu. Tujuan ilmu itu adalah penguasaan hati, jika kau berhasil menguasai hati maka ia akan mati dengan selamat.
2. Dengan Amal. Melakukan tindakan dengan mengasingkan diri dan merendahkan diri. Sebab, jika seseorang menetap di negerinya maka ia tidak bisa melepaskan diri dari penyakit riya dan hasrat untuk menjadi orang terkenal (dikenal).

Sesungguhnya kegelisahan hati seseorang itu bermula dari terkikisnya keimanan. Sebagaimana yang kita tahu bahwa seseorang yang imanya lemah pasti hatinya akan merasa gelisah dan tidak tenang. Hal ini dikarenakan lemahnya iman yang berarti mengindikasi dia lupa terhadap Tuhan Yang Maha Pemberi pertolongan. Oleh karena itu segeralah kembali selalu mengingat Allah SWT dan menaati perintah serta menjauhi larangan-Nya.

Ya Allah, teguhkan iman kami agar tidak terpengaruh hasrat untuk mencintai dunia (kedudukan dan harta kekayaan) dan lindungilah dari bisikan setan yang selalu dan tidak putus asa untuk menggoda kami.

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Nama Asli, Asal Usul dan Media Dakwahnya


Jakarta

Wali Songo menjadi sosok yang berpengaruh menyebarkan agama Islam. Mereka berdakwah dari Cirebon, Demak, Kudus, Muria, Lamongan, Gresik hingga Surabaya.

Mengutip buku Sejarah Wali Songo yang ditulis Zulham Farobi, Walisongo merupakan nama dewan dakwah atau dewan mubaligh, pergi atau wafat maka akan diganti oleh wali lainnya. Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi budaya Hindu-Budha di Nusantara, lalu diganti dengan kebudayaan Islam.

Wali Songo juga disebut dengan simbol penyebaran Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Peranan mereka sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa juga pengaruhnya kepada kebudayaan masyarakat luas serta dakwah secara langsung.


Daftar Nama Wali Songo

Berikut nama-nama Wali Songo dan penjelasannya yang dilansir dalam Wali Songo: 9 Sunan oleh Noer Ai:

1. Sunan Maulana Malik Ibrahim

Syekh Maulana Malik Ibrahim memiliki nama lengkap Maulana Makdum Ibrahim as-Samarkandi, diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah.

Versi lainnya Sunan Maulana Malik Ibrahim juga dikenal sebagai Syekh Maghribi atau Sunan Gresik ini berasal dari daerah Maghreb (Afrika Utara).

Ada juga berpendapat dari Gujarat, dari Campa, bahkan berdasarkan baris kelima prasasti di makam Beliau, mengatakan Sunan Maulanan Malik Ibrahin dari Kashan, Iran.

Sunan Maulanan Malik Ibrahin berdakwah dengan cara budi bahasa yang santun dan akhlak mulia, tidak menentang agama dan percayaan penduduk asli, karena cara-cara baik inilah banyak masyarakat yang tertarik dan masuk islam.

2. Sunan Ampel

Sunan Ampel anak tertua Sunan Maulana Malik Ibrahim, menurut babad tanah Jawa, nama asli Sunan Ampel adalah Sayyid Ali Ramatullah, dengan nama semasa kecilnya Raden Rahmat.

Sunan Ampel diperkirakan lahir pada tahun 1401 M, di Campa kerajaan Islam kuno di daerah Vietnam Selatan, versi lainnya di Kamboja, dan ada juga berpendapat Campa terletak di Aceh, sekarang bernama Jeumpa.

Dilansir oleh Masykur Arif dalam buku berjudul Wali Sanga: Menguak Tabir Kisah Hingga Fakta Sejarah, jelaskan metode dakwah pertama Sunan Ampel unik dengan membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuhan dianyam bersama rotan.

Kemudian kipas tersebut diberikan kepada para penduduk secara gratis, dengan syarat harus mengucapkan dua kalimat syahadat.

Para warga tampak senang menerima kipas itu, sebab akar yang dianyam bersama rotan bisa menyembuhkan mereka yang terkena penyakit batuk dan demam.

Metode ini terus dilakukan Sunan Ampel, hingga dia berada di Desa Kembangkuning, lalu membuka hutan dan mendirikan masjid disana.

3. Sunan Bonang

Sunan Bonang putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrawati, lahir tahun1465 M mempunyai nama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Hal ini dilansir dalam buku Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) yang ditulis Yoyok Rahayu Basuki.

Cara dakwah Sunan Bonang dengan akulturasi budaya, penamaan unsur-unsur islami tanpa mengubah budaya atau kebiasaan masyarakat yang ada sebelumnya.

Sunan Bonang juga menggunakan pertunjukan wayang dan permainan Gamelan Bonang untuk menarik perhatian warga sekitar dan menjadi media dalam berdakwah.

4. Sunan Drajat

Sunan Drajat memiliki nama asli Raden Qasim dengan gelar Raden Syarifudin, lahir pada tahun 1470 M, anak kandung dari Sunan Ampel, serta saudara laki-laki Sunan Bonang.

Sunan Drajat dikenal pemuda cerdas, ketika dewasa telah mendirikan pesantren Dalem Duwur, di Desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.

Metode dakwah Sunan Drajat mendirikan rumah penampuangan anak yatim-piatu atau orang yang tidak mempunyai rumah, kemudian perlahan berubah menjadi pesantren untuk menyebarkan Islam.

Sunan Drajat suka memberikan solusi dalam kehidupan, nasehat-nasehat yang disesuaikan dengan ajaran Islam, serta menyebarkan Islam melalui kesenian seperti syair atau tembang-tembang yang diiringi alat musik tradisional.

5. Sunan Giri

Profil Sunan Giri yang dilansir oleh Alik Al-Adhim dalam buku berjudul Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, Sunan Giri lahir pada tahun 1442 M di Blanbangan, Jawa Timur.

Sunan Giri putra Syekh Maulana Ishaq atau saudara kandung Sunan Gresik, dengan begitu Sunan Giri masih saudara sepupu dengan Sunan Ampel.

Metode Dakwah Sunan Giri dengan menciptakan karya seni, seperti lagu berbahasa jawa Asmarandana dan Pucung, dan permainan anak-anak lir-ilir, cublak-cublak suweng.

6. Sunan Kudus

Sunan Kudus putra dari Raden Ustman Haji dengan Syarifah. Nama asli Sunan Kudus adalah Ja’far Shodiq.

Sunan Kudus memiliki gelar Waliyyul Ilmi karena memahami berbagai ilmu agama, seperti ilmu tauhid, hadis, ilmu fiqih, sastra mantiq, usul.

Metode dakwah Sunan Kudus melalui kesenian, yaitu Gending Maskumambang dan, Mijil.

Cara dakwah lainnya menggunakan simbol budha dalam arsitektur bangunan Masjid Menara Kudus, serta memanfaatkan seekor sapi yang diberi nama Kebo Gumarang.

7. Sunan Kalijaga

Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Said, beliau lahir tahun 1450 M merupakan putra dari Ki Tumenggung Wilatikta, dan ibunya Raden Mas Jumanten Retna Dumilah Nawangrum.

Metode dakwah Sunan Kalijaga menjadi dalang dan menciptakan beberapa lakon pewayangan, berjudul Dewi Ruci, Jimat Kalimasada, Petruk Dadi Ratu.

Serta membuat alat pacul sebagai pengolah tanah, ani-ani alat pemotong padi, dalam dunia seni Sunan Kalijaga membuat lagu berjudul Kidung Tengah Wengi, Lir-ilir, Sluku-Sluku Batok, dan Turi-Turi Putih.

8. Sunan Muria

Profil Sunan Muria yang ditulis oleh Yandi Irshad Badruzzaman dalam buku berjudul Tasawuf Dalam Dimensi Zaman : Definis, Doktrin, Sejarah,dan Dinamika keutamaan, dijelaskan bahwa nama asli Sunan Muria adalah Raden Umar Sa’id.

Metode dakwah Sunan Muria sama seperti Sunan Kalijaga menyebarkan Islam melalui pendekatan budaya, seperti Sunan Muria suka menggelar lakon Carangan Dewa Ruci, Dewa Srani, Jamus Kalimasada, Begawan Ciptaning,Semar Ambrangan Jatur.

9. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati mempunyai nama asli Syarif Hidayatullah atau Syarif Al-Kamil, lahir tahun 1448 M, oleh dari pasangan Syarif Abdullah Umdatudin bin Ali Nurul Alam dan Nyai Rara Santang atau Syarifah Mudaim.

Metode dakwah Sunan Gunung Jati diantaranya Gamelan Sekaten atau Gamelan Syahadatan, masyarakat bila ingin menonton ini cukup bayar dengan dua kalimat syahadat “Ayshadu An-la ilaha illallah, Wa Ayshadu Anna Muhammadar Rasulullah”.

Demikian 9 nama Wali songo, mulai dari tanggal kelahirannya hingga metode dakwah yang mereka terapkan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

BKM Diminta Bawa Pesan Damai dalam Isi Khutbah Jumat dan Tarawih



Jakarta

Kementerian Agama (Kemenag) meminta secara khusus pada pengurus Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tiap tingkat untuk membawa pesan perdamaian dalam mimbar Jumat maupun tarawih Ramadan. Hal ini disebut sebagai upaya menciptakan kondusivitas umat setelah pemilihan umum (pemilu).

“BKM provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan, kelurahan/desa juga harus mengisi mimbar kultum tarawih dan khutbah Jumat dengan membawa pesan-pesan persaudaraan dan kerukunan/perdamaian. Contoh khutbah tersebut dapat diakses di aplikasi PUSAKA dan Elipski,” kata Ketua Harian BKM Pusat, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib dalam keterangannya yang diterima detikHikmah, Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut, Adib secara khusus meminta kepada BKM tingkat provinsi untuk melakukan kegiatan pembinaan sumber daya manusia (SDM) kemasjidan atau pelatihan manajemen masjid.


“Dirangkai dengan Rakerda BKM provinsi, dan melibatkan peserta dari BKM provinsi dan kabupaten/kota,” tutur dia.

Selain itu Kemenag juga melakukan konsolidasi dengan ribuan pengurus BKM menjelang Ramadan. Saat ini, sudah ada 23.125 BKM daerah yang tergabung.

Untuk itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin meminta agar BKM daerah bisa mulai menjalankan programnya. Sementara itu, ia mendorong Ketua Umum BKM Pusat mendorong lembaga BKM daerah aktif menggelar syiar agama di masjid dan musala.

Secara umum, Kamaruddin mengimbau pengurus BKM untuk melakukan safari Ramadan dan bersilaturahmi dengan ormas-ormas keagamaan hingga audiensi ke pemerintah daerah. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Coffee Morning BKM di Jakarta.

“Kita mendorong kepada pengurus BKM dapat membuka komunikasi, audiensi, atau sosialisasi dengan pemerintah daerah setempat/forkopimda/ormas terkait telah hadirnya BKM daerah dan siap berkolaborasi lebih jauh,” ujarnya.

Agenda Coffee Morning BKM yang digelar Kemenag diikuti lebih dari seribu peserta. Peserta yang dimaksud terdiri dari pengurus BKM pusat, BKM provinsi, BKM kabupaten/kota, BKM kecamatan, dan BKM kelurahan/desa.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com