Category Archives: Dakwah

Khutbah Jumat Menyambut Bulan Ramadhan dengan Perbanyak Ibadah



Jakarta

Khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan bisa menjadi referensi bagi khatib salat Jumat. Hal ini sebagai pengingat jika sebentar lagi umat Islam memasuki bulan Ramadhan.

Ramadhan merupakan bulan istimewa yang selalu ditunggu kedatangannya oleh umat Islam. Pada bulan ini juga diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 183,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dalam rangka menyambut bulan suci penuh kemuliaan tersebut, umat Islam bisa memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadhan agar mendapat keberkahan. Berikut contoh naskah khutbah Jumat berjudul Memaksimalkan Ibadah di Bulan Ramadhan yang dikutip dari buku Mimbar Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan Edisi 1107 Tahun XXII/2021 terbitan Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI).

Contoh Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang tiada henti-hentinya mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian. Sholawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya dan keluarganya.

Lalu, kita yang senantiasa diperintahkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam artian bahwa kita wajib melaksanakan semua perintah Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan harus meninggal semua larangan Allah SWT secara total. Sidang salat Jumat yang dimuliakan Allah SWT.

Nabi SAW bersabda:

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

Artinya: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR Ahmad, shahih)

Bulan diturunkannya Al-Qur’an, bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang mulia. Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Allah SWT berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS Al-Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat ini mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah SWTmemuji bulan puasa yaitu bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Kaum muslimin pun diperintahkan menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan kegembiraan. Ketika bulan Ramadhan datang, akan ada seruan dan panggilan kepada kaum muslimin agar menyambut Ramadhan dengan kebaikan. Nabi SAW bersabda:

“Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu pun yang tertutup, berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR Tirmidzi)

Ma’asyiral muslimin wa zumratal mukminin rahimakumullah. Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah:

1. Di bulan Ramadhan ada kewajiban berpuasa

Ibadah puasa wajib Ramadhan termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

2. Setan-setan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga dibuka ketika Ramadhan tiba

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR Muslim)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal shalih dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.”

3. Bulan diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan, yang pada bulan itu Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan tentang petunjuk itu, dan sebagai pemisah (yang haq dan yang batil). (QS Al-Baqarah: 185)

4. Terdapat Malam Lailatul Qadar

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan—saat diturunkannya Al-Qur’anul Karim. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadr: 1-3)

Dan Allah SWT juga berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS Ad-Dukhan: 3)

Ibnu Abbas, Qatadah dan Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam Lailatul Qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al-Alusi)

5. Bulan Ramadhan adalah salah satu waktu dikabulkannya doa

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan.”

6. Bulan dakwah untuk mencapai derajat takwa

Bulan Ramadhan menjadi bulan mulia untuk mencapai derajat taqwa serta mulia di sisi Allah SWT. Hal ini disampaikan pada surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

7. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan

Rasulullah SAW bersabda, “Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa, apabila dosa-dosa besar dihindari (HR. Muslim). Barang siapa yang melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni (Muttafaqun ‘alaih). Apabila Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (Muttafqun ‘alaih)

8. Bulan dilipatgandakannya pahala amal saleh

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Dan dalam surah Allah SWT berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi-Nya daripada bau minyak kasturi.” (HR Bukhari No 1904, 5927 dan Muslim No 1151)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Hati dan Rezeki



Jakarta

Berbagai macam keadaan yang terjadi menyangkut rezeki, oleh sebab itu marilah kita simak do’a Syekh Abu Abbas al-Mursi, “Ya Allah, tundukkan urusan rezeki ini untukku, jagalah aku dari keranjingan dan kepayahan dalam mencari rezeki. Juga lindungilah aku dari kesibukan hati memikirkan rezeki dan kecemasan hati padanya, dari menghinakan diri kepada makhluk demi rezeki, dari berpikir dan mengatur dalam menghasilkannya, dan dari kekikiran dan kebakhilan setelah memperolehnya.”

Dalam hal urusan rezeki ini hati manusia terbagi menjadi tiga kondisi :

Pertama, kondisi sebelum Allah SWT. rezeki. Kondisi ini menjadikan seseorang keranjingan dan susah payah mencari rezeki. Hati yang sibuk dengan urusan rezeki, hasrat yang bergantung kepadanya dan rela merendahkan diri di hadapan makhluk karena rezeki. Tergila-gila dalam mengejar rezeki ini menjadikan seseorang melupakan dan meninggalkan kewajibannya pada keyakinan serta kadang memperolok agamanya sendiri ( sadar maupun tidak ).


Keadaan ini timbul dari hilangnya kepercayaan dan lemahnya keyakinan. Kepercayaan dan keyakinan hilang disebabkan karena hilangnya cahaya petunjuk dari-Nya. Hal ini karena antara seseorang ada tabir penghalang dengan Tuhannya. Kesibukan hati memikirkan rezeki dan kecemasan hati menyangkut rezeki, keduanya merupakan penghalang yang besar. Maka hasrat akan terpaku pada urusan rezeki, sehingga tidak ada ruang lagi untuk yang lain. Inilah yang menjadi kekhawatiran sehingga melupakan hak Allah SWT. atas hambanya. Ingatlah bahwa rezeki sudah di jamin oleh-Nya.

Perkataan Syekh tentang “menghinakan diri kepada makhluk demi rezeki” ini terjadi karena lemahnya iman hingga bersandar pada sesama makhluk. Seseorang yang telah melakukan kesalahan dan diketahui oleh pihak lainnya, maka ia akan taat dan patuh ( bergantung/bersandar ) pada orang tersebut demi kelangsungan rezeki dan kenikmatan hidupnya. Tontonan seperti ini banyak kita saksikan menjelang pesta demokrasi, ada istilah saling mengunci atau orang itu telah terkunci. Mengemis untuk suatu jabatan, untuk keselamatan agar tidak diusik kasus pidananya, semua itu tindakan merendahkan martabat diri kepada sesama makhluk, dimana perbuatan ini tidak disukai Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Thaha ayat 127 yang artinya, “Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.”

Kedua, Kondisi setelah rezeki itu didapat. Allah SWT. telah memberikan anugerah berupa kekayaan yang berlimpah. Tahukah bahwa kekayaan, jabatan dan kenikmatan hidup itu merupakan pemberian-Nya dan menjadikan pendidikan / pelajaran bagi yang menerima. Adakalanya seseorang berusaha dengan keras, namun hasil yang diperoleh adalah kemiskinan. Sebagai seorang mukmin, kita tidak boleh menjauhi sebab-sebab yang mendatangkan berbagai kebaikan dan kebahagiaan. Dengan kata lain, semua bentuk kebahagiaan dan kekayaan yang diberikan pada sebagian orang, sedangkan sebagian yang lain diberi kemiskinan dan penderitaan, maka semua itu telah ditakdirkan oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT. membagi akhlak diantara kalian, sebagaimana membagi rezeki bagi kalian. Sesungguhnya Allah SWT. memberikan dunia bagi orang-orang yang dicintai oleh-Nya, maupun bagi yang tidak dicintai oleh-Nya. Akan tetapi, Allah SWT. tidak memberikan agama kecuali bagi orang-orang yang dicintai-Nya. Dan siapa saja yang diberi agama oleh-Nya, maka ia termasuk orang yang dicintai oleh-Nya. ( HR. Imam Ahmad ).

Oleh sebab itu, kita tidak boleh memandang kekayaan sebagai kebaikan semata. Pemberian itu ( harta, anak dan lainnya ) kepada sebagian orang sebagai ujian bagi mereka. Ada kalanya tidak memberikannya pads sebagian yang lain, juga sebagai ujian. Bagi keduanya ( yang diberi dan yang tidak diberi ) tetap tersedia kebaikan jika mereka memahaminya. Jika engkau orang baik dan menyalurkan pemberian-Nya kepada segala macam tujuan kebaikan, maka karunia-Nya tersebut menjadikan kebaikan bagi dirimu.

Ada orang yang hidupnya serba kekurangan, namun do’anya yang selalu mengalir dan dikabulkan oleh Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Tirmidzi, “Berapa banyak orang yang hidupnya serba kekurangan, akan tetapi jika ia berdo’a, maka do’anya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Di antara mereka itu adalah al-Barra bin Malik.”

Al-Barra bin Malik adalah saudara sebapak dengan Anas bin Malik ra. Ia termasuk orang yang tidak mampu membeli makanan dan tidak mempunyai tempat tinggal. Ia hidup sangat sederhana. Ternyata al-Barra mendapat kedudukan yang tinggi di sisi-Nya.

Oleh sebab itu, kekayaan dan kemiskinan bukan satu-satunya cobaan, semua itu hendaknya disesuaikan dengan situasinya. Ada kalanya kekayaan dan kemiskinan merupakan salah satu karunia-Nya. Ingatlah bahwa Rasulullah SAW. memilih hidup dalam kemiskinan dengan kehendaknya sendiri. Sejatinya anugerah yang diberikan Allah SWT. hendaknya di gunakan pada jalan-Nya.

Ketiga, Kondisi setelah selesai dengan urusan rezeki. Maka tahulah bahwa tiadalah perlu ikut campur dalam berpikir dan mengatur rencana dan pilihan dalam menghasilkan rezeki. Rezeki akan datang dengan caranya yang dikehendaki Yang Kuasa bukan yang engkau harapkan. Menjalankan perintah-Nya untuk berbagi manfaat dan pasrahkan pada-Nya.

Ya Allah, jagalah hati kami agar tidak ikut merencanakan dan penggapaian rezeki, karena hal itu sudah menjadi ketetapan-Mu. Dan jagalah hati kami untuk tidak menjadi pemalas, tetap bersemangat menjalankan perintah-Mu.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat di Masjidil Haram-Nabawi Ada Versi Bahasa Indonesia, Ini Caranya


Jakarta

Khatib Jumat di Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah menggunakan bahasa Arab dalam menyampaikan khutbahnya. Meski demikian, khutbah Jumat di dua masjid suci tersebut bisa diakses dengan bahasa lain.

Jemaah yang berasal dari Indonesia bisa mendengarkan khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi versi bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilakukan secara daring menggunakan bantuan HP.

Kabar tersebut turut disampaikan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Kerajaan Arab Saudi cabang Kota Madinah melalui media sosialnya. detikcom telah mendapat izin dari PPMI Madinah untuk mengutipnya.


“Atas izin Allah, pihak pengelola Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu telah memberikan improvisasi bahwasanya banyak sekali dari jemaah atau dari kita sendiri yang datang ke tempat ini, oleh karena itu pihak pengelola ingin kita semua bisa mendengarkan dengan seksama, seperti diterjemahkannya ke dalam bahasa asing. Salah satunya bahasa Indonesia,” jelasnya seperti dilihat dari Instagram @ppmimadinah, Jumat (1/3/2024).

PPMI Madinah kemudian membagikan cara mengakses khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia. Setidaknya jemaah perlu menyiapkan HP, headset, dan aplikasi radio yang biasanya sudah tersedia di HP.

“Caranya yang pertama hanya perlu headset, kemudian HP kita sendiri. Kita masuki headset kita ke hp kita. Kemudian kita pergi ke aplikasi radio, cari frekuensi 99.00 FM untuk di Masjid Nabawi dan 90.50 FM itu untuk di Masjidil Haram,” ujarnya.

Fasilitas khutbah Jumat di Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia ini sudah tersedia sejak lama. Hal ini turut dibenarkan pihak Divisi Media dan Informasi PPMI Madinah Musytahar Umar Fariqi.

“Iya khutbah Masjid Nabawi bisa didengarkan dengan bahasa Indonesia sejak lama,” ujarnya saat dihubungi detikHikmah, Jumat (1/3/2024).

Menurut laporan detikcom dari Arab Saudi pada 2014 lalu, jemaah sudah bisa menyimak isi khutbah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Caranya melalui radio.

Selain radio, khutbah Jumat juga bisa diakses secara daring melalui laman https://manaratalharamain.gov.sa. Dalam laman tersebut juga tersedia jadwal dan informasi khatib khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Khatib Jumat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Hari Ini

Inside the Haramain melaporkan, Jumat (1/3/2024), khatib Jumat Masjidil Haram hari ini adalah Syeikh Maher dan khatib Masjid Nabawi adalah Syeikh Hudaify.

Jadwal salat Jumat hari ini akan berlangsung pukul 12:33 waktu Arab Saudi (WAS) di Makkah dan pukul 12.34 WAS di Madinah.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kesiapan Ormas Islam Merespon Kota Global Jakarta



Jakarta

Jakarta tengah bersiap menjadi kota global (global city). Hal ini merupakan sebuah tuntutan pasca nantinya tidak lagi menyandang status Ibu Kota negara. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara mengamanatkan perlunya mengganti UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Rapat Paripurna (Selasa, 5/12/2023), DPR RI mengesahkan RUU tentang Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menjadi usul inisiatif DPR.

Meski proses politik meningkatkan RUU ini menjadi Undang-undang masih berlangsung, yang pasti dalam jangka panjang, Jakarta masih sebagai ‘ibu kota’ keuangan Indonesia. Juga menjadi simpul bagi produksi dan distribusi logistik, barang dan jasa, termasuk ekspor dan impornya. Namun upaya persiapan untuk mengarahkan Jakarta menjadi kota global yang kompetitif sekaligus pusat perekonomian nasional, telah dimulai baik di tingkat lembaga/instansi terkait juga melibatkan stakeholder nasional maupun internasional. Status kota global menjadi
cita-cita setiap negara di dunia dengan segala tantangan yang dimiliki. Ke depan, menurut para ahli tata kota, Jakarta tidak hanya menjadi pusat peradaban nasional, namun sebagai kota cerdas yang menjadi titik temu segala kegiatan internasional dan terbuka untuk semua.

Kota Global dan Tantangan yang Dihadapi


Tantangan mewujudkan Jakarta sebagai kota global tidak sedikit. Paling tidak beberapa hal harus dilakukan oleh sebuah kota untuk memenuhi 12 syarat sebagai kota global meliputi:
infrastruktur yang berkualitas, pusat keuangan dan perbankan, kepemimpinan politik yang kuat, kehadiran bisnis dan industri, pendidikan dan penelitian berkualitas, budaya dan kreativitas,
keragaman dan kosmopolitanisme, pusat perdagangan dan pariwisata, keamanan dan kestabilan, inovasi dan teknologi, konektivitas global, dan kualitas hidup yang tinggi.

Berbagai usulan dirumuskan semisal yang dikemukakan oleh Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta dengan menyiapkan titik kawasan tematik yang berpotensi mewujudkan 12 syarat kota
global dimaksud. Di antara titik kawasan yang mengemuka misalnya, pusat Ibu Kota ASEAN di Blok M. Pusat pendidikan di Grogol hingga Tanjung Duren. Pusat kesehatan dan kebudayaan di
RSCM Salemba, RS Cikini dan TIM. Pusat transit hub di UKI, TNI AU, Kodam Jaya, PGC, Pool TJ. Pusat transit hub di Dukuh Atas hingga Kebon Melati. Pusat transit hub di Velodrome hingga
Manggarai. Pusat kebudayan keagamaan di Pasar Baru, GKJ Kantor Pos, Lapangan Banteng, Istiqlal, dan Katedral. Pusat sejarah kota di Harmoni, Glodok, dan Kota Tua. Pusat olahraga
terpadu atau MICE di JIS, Sunter, Ancol. Dan pusat olahraga terpadu di GBK Senayan.

Melihat usulan di atas, tentu kita masih memerlukan perluasan cakupan area termasuk konten yang sejatinya menjadi ruh dari pada kota global tersebut. Sebagai perbandingan kota
global ciamik yang telah ada di negara maju misalnya New York City, AS sebagai pusat keuangan dan bisnis internasional. London sebagai pusat keuangan internasional, teknologi, budaya, dan politik. Tokyo sebagai pusat keuangan, bisnis, teknologi, dan budaya di kawasan Asia-Pasifik. Hong Kong sebagai pusat perdagangan internasional, keuangan, dan bisnis di Asia Timur.
Singapura sebagai pusat keuangan di Asia, infrastruktur yang canggih, dan hubungan perdagangan internasional yang luas. Paris sebagai pusat budaya internasional dan juga
memiliki peran yang signifikan dalam perdagangan, keuangan, dan pariwisata internasional. Jika kita menganggap bahwa sejumlah negara di atas terkategori negara maju, kita dapat pula menengok kepada negara berkembang yang telah lebih dahulu berproses mewujudkan beberapa wilayahnya sebagai kota global. Sebut saja Shanghai, Mumbai, São Paulo-Brasil, Dubai, Kuala Lumpur, Istanbul dan Bangkok.

Kota Global dan Urgensi Pengawal Etika Komunal yang Inklusif

Kota global membawa aspek kemajuan dan modernitas yang otomatis mendorong perubahan yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk nilai-nilai, keyakinan,
dan norma-norma sosial. Dalam menghadapi perubahan ini, penting untuk mempertahankan kesiapan dalam pengawalan akidah dan etika komunal yang inklusif. Dalam suasana modernitas
yang cepat, ada risiko bagi budaya dan agama untuk terpinggirkan atau terdistorsi. Dengan memperkuat pengawalan akidah dan etika komunal yang inklusif, kita dapat mengantisipasi nilai nilai inti budaya dan agama dipertahankan dengan baik. Kesiapan dalam pengawalan akidah dan etika komunal yang inklusif membantu mencegah konflik dan pertentangan antara kelompok yang berbeda. Hal ini menciptakan lingkungan yang harmonis di mana beragam keyakinan dan kepercayaan dapat hidup berdampingan secara damai. Etika komunal yang inklusif mendorong kerja sama, toleransi, dan empati antara anggota masyarakat. Ini juga membentuk dasar untuk kehidupan bermasyarakat yang sehat dan harmonis. Kita juga dapat menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pembangunan kota global yang berkelanjutan. Dan yang tak kalah pentingnya bahwa kemajuan infrastruktur, modernitas, dan ekonomi tersebut selaras dengan nilai-nilai etik kemanusiaan universal yang mendasar seperti keadilan, kesetaraan, dankeberagaman.

Di sinilah peran dari pada organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam seperti MUI, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan lain-lainnya untuk mengawal etika komunial yang inklusif
sekaligus menyesuaikan/revisi arah pemikiran dan pergerakan yang tidak boleh business as usual.

Ormas Islam bervisi Kota Global

Sebagai langkah futuristik yang harus diperkuat oleh ormas Islam bervisi kota global misalnya; penyesuaian misi amar ma’ruf nahyi munkar dengan nilai-nilai universal, seperti
toleransi, keragaman, keadilan, kemerdekaan, dan perdamaian. Hal ini membantu membangun kesamaan pemahaman dan mempromosikan kerja sama antarkelompok masyarakat dalam
konteks global. Fokus pada isu-isu global yang relevan seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, kemiskinan global, penjajahan, dan perdamaian dunia. Hal ini membantu
meningkatkan kontribusi ormas dalam menciptakan perubahan positif di tingkat global. Kerja sama internasional dengan organisasi serupa di negara-negara lain untuk bertukar pengetahuan,
pengalaman, dan sumber daya dalam menangani isu-isu global. Penggunaan teknologi dan komunikasi digital, termasuk bahasa internasional untuk meningkatkan visibilitas dan pengaruh
di tingkat global. Pendidikan dan advokasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu global dan pentingnya kerja sama lintas batas dalam menyelesaikannya misal melalui
seminar, lokakarya, kampanye publik, dan kegiatan lainnya. Serta partisipasi dalam forum Internasional untuk memperjuangkan agenda nasional sekaligus memengaruhi kebijakan di
tingkat global.

Sejalan dengan visi global di atas yang mendesak pula digiatkan ormas adalah penguatan relasi dan persahabatan internasional guna mempertajam diplomasi wajah Islam Nusantara yang
moderat, rasional, dan mendukung modernitas berbasis nilai etika universal. Dengan merencanakan dan melaksanakan program-program ini, ormas Islam -Insya Allah- dapat memainkan peran yang lebih efektif dan bermakna dalam mendukung umat dan masyarakat luas di tengah perubahan dinamis Jakarta sebagai kota global dan pusat perekonomian nasional.

Muladi Mugheni, Ph.D

Penulis adalah Cendekiawan Muda NU,
Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir,
Ketua NU Pakistan, periode 2012-2022

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

3 Kultum Ramadhan Singkat tentang Puasa dan Keutamaannya


Jakarta

Ramadhan akan tiba dalam hitungan hari. Untuk menyambut bulan suci tersebut, khatib bisa menyampaikan kultum Ramadhan singkat.

Kultum bertema Ramadhan seperti keutamaan, amalan, ibadah sunnah, dan sebagainya mulai banyak disampaikan. Berikut contoh kultum Ramadhan singkat yang diambil dari buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya Shohibul Ulum dan Kumpulan Kultum Ramadhan: Berkaca pada 2 Jiwa karya Prito Windiarto dan Taupiq Hidayat.

Contoh Teks Kultum Ramadhan Singkat

1. Kultum Singkat Menyambut Ramadhan

Ramadhan. Bulan suci ini menyapa kembali. Kemuliaan di hadapan. Kedatangannya disambut beraneka rasa oleh orang-orang.


Pertama, ada orang yang menyambutnya biasa-biasa saja. Ramadhan baginya tak lebih dari rutinitas tahunan. Tak ada perubahan apa-apa. Biasa saja. Hadirnya bulan kemuliaan baginya tak memberikan pengaruh sedikit pun, selain kenyataan ia harus berpuasa. Menahan lapar dahaga. Bagi orang seperti ini apa yang akan dilewatkan selama Ramadhan tidak akan membekas makna, tidak akan memberi pengaruh setitik pun.

Kedua, orang yang menanggapi secara sinis. Orang ini merasa berat ketika datangnya bulan suci. Ia malas melakukan ibadah. Baginya puasa itu berat karena selama Ramadhan ia tak lagi bisa makan-makan secara bebas dan berbuat sesuka hati. Orang dalam golongan ini menganggap datangnya Ramadhan adalah musibah. Naudzubillahimindzalik.

Ketiga. Orang yang begitu antusias menyambutnya. Ia begitu merasa istimewa di bulan berkah ini. Ia menyapa Ramadhan dengan kegembiraan. Meski begitu, pada kenyataannya ada dua golongan atas sambutan penuh kegembiraan ini.

Ada yang antusias menyambut, sekadar karena Ramadhan serasa seru. Ada pesta petasan, ngabuburit, sahur bersama keluarga, berbuka dengan makanan yang enak. Puasa dijadikan ajang diet, melangsingkan perut, dan sebagainya. Golongan ini antusias menyambut Ramadhan karena suasana menyenangkan.

Golongan kedua, antusias menyambut Ramadhan karena keimanan dan keilmuan. Ia senang karena paham Ramadhan adalah bulan keberkahan. Bulan kemuliaan. Saat ganjaran kebaikan dilipatgandakan. Ia menyambutnya dengan khusyuk. Bukan sekadar karena banyak “hal menarik” selama Ramadhan. Baginya itu hanya sebagai tambahan. Yang terutama adalah karena pemahaman bahwa betapa berharganya bulan ini, sayang jika terlewatkan tanpa makna yang terhadirkan.

Semoga kita senantiasa termasuk golongan orang yang menyambut Ramadhan dengan antusias berlandaskan keimanan dan keilmuan, sehingga kita bisa mengisi Ramadhan ini dengan banyak kebajikan.

2. Kultum Ramadhan Singkat: Cerminan Takwa, Tujuan Puasa

Perintah puasa dimaksudkan untuk membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 183, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Dari ayat tersebut, diketahui bahwa tujuan dari dijalankannya ibadah puasa adalah agar kita, hamba-Nya menjadi orang-orang yang bertakwa. Lantas, bagaimana cerminan atau indikasi dari sifat takwa tersebut?

Ibadah puasa yang dijalankan dengan benar akan menghasilkan orang-orang yang setidaknya memiliki 3 (tiga) kesalehan sebagai cerminan dari ketakwaan kepada Allah SWT. Ketiga kesalehan tersebut adalah;

Pertama, kesalehan personal. Kesalehan personal merupakan kesalehan invidual yang berupa penghambaan pribadi kepada Allah seperti menjalankan salat, puasa itu sendiri, zikir, iktikaf di dalam masjid, tadarus Al-Qur’an, dan sebagainya. Kesalehan seperti ini sesungguhnya lebih mudah dicapai di bulan Ramadhan karena selama bulan ini Allah mengondisikan situasi dan kondisi sedemikian kondusif, seperti memberi penghargaan kepada siapa saja atas ibadah yang dilakukannya berupa pahala 70 kali lebih besar daripada di luar bulan Ramadhan. Selain itu, Allah juga menjanjikan pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada masa lampau.

Kedua, kesalehan sosial. Kesalehan sosial adalah kesalehan seseorang terhadap orang lain dalam kerangka ibadah kepada Allah. Puasa yang dijalankan dengan benar dan dihayati sepenuhnya akan menghasilkan orang-orang yang peka terhadap persoalan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan sebagainya. Mereka juga akan memiliki solidaritas sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran bantuan, baik berupa barang maupun jasa.

Ketiga, kesalehan lingkungan. Kesalehan lingkungan adalah kesalehan dalam hubungannya dengan ekologi atau lingkungan dalam kerangka ibadah kepada Allah. Dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41, Allah mengingatkan kita bahwa kerusakan- kerusakan di bumi sebenarnya disebabkan ulah manusia sendiri. Misalnya, pencemaran udara disebabkan kita terlalu banyak memproduksi sampah berupa asap sebagai efek samping dari kegiatan kita yang terlalu banyak mengonsumsi, baik melalui cerobong-cerobong pabrik, asap kendaraan bermotor, asap rokok, dan sebagainya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara menyebabkan jumlah orang yang menderita penyakit saluran napas, terutama asma dan bronkitis meningkat.

Secara jelas, puasa akan membentuk kesalehan lingkungan karena selama berpuasa banyak hal yang berpotensi merusak atau mencemari lingkungan dapat kita kurangi. Sebagai contoh, pada bulan Ramadhan kita dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak ramah lingkungan dengan berkurangnya aktivitas-aktivitas, seperti seperti menurunnya mobilitas dengan kendaraan bermotor karena merasa lemas pada siang hari. Ini artinya pemakaian BBM pun berkurang. Lantas, semakin menurunnya konsumsi makanan, minuman, dan rokok, maka sampah-sampah dan asap yang mencemari lingkungan juga berkurang.

Ketiga kesalehan di atas, yakni kesalehan personal, kesalehan sosial, dan kesalehan lingkungan akan benar-benar menjadi kesalehan yang nyata, apabila selepas bulan Ramadhan, yakni selama 11 bulan berikutnya, kita benar-benar dapat meneruskan apa yang sudah kita capai dan raih selama Ramadhan tersebut.

3. Kultum Ramadhan Singkat: Bulan Penuh Cinta

Ramadhan sebagai bulan untuk kian mendekatkan diri kepada Allah adalah momentum tepat untuk merenungi dua ajaran dasar dalam Islam. Pertama, Allah adalah Tuhan seluruh alam. Artinya, hamba Allah bukan hanya manusia, melainkan seluruh makhluk lain binatang, tumbuhan, gunung, tanah, udara, laut, dan sebagainya.

Ajaran yang kedua adalah rahmatan lil ‘alamin atau menebar kasih sayang kepada seluruh alam, sebagai misi utama ajaran Islam. Manusia tak hanya dituntut berbuat baik dengan manusia lainnya, tetapi juga makhluk lainnya. Itulah mengapa saat Perang Badar yang peristiwanya tepat pada bulan Ramadhan, Rasulullah melarang pasukan Muslim merusak pohon dan membunuh binatang sembarangan. Hal ini menjadi bukti bahwa Islam sangat menyayangi alam.

Dengan menyadari dua ajaran dasar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dan alam memiliki hubungan integral dan timbal balik. Manusia memang diberi kelebihan untuk bisa memanfaatkan alam, tetapi ia sekaligus berkewajiban pula melestarikan dan melindunginya. Saat alam hanya diposisikan sebagai objek yang dimanfaatkan, eksploitasilah yang akan muncul. Eksploitasi yang timbul dari sifat serakah nantinya akan berdampak pada kerusakan. Lantas, ujungnya adalah bencana alam.

Sebagaimana tercantum dalam surah Ar-Rum ayat 41, Allah mengabarkan bahwa di balik kerusakan yang melanda bumi maupun di laut ada ulah manusia sebagai penyebabnya. Bencana alam yang terjadi tentu bukan salah alam, karena alam bergerak atas dasar sunnatullah (hukumnya) sendiri. Jadi, bencana alam itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui faktor, yakni sifat dan perilaku manusia. Hal ini juga berlaku untuk hewan atau binatang yang ada di bumi. Apabila ada hewan yang sudah mulai langka dewasa ini, hal ini adalah akibat ulah tangan manusia yang tamak dan ingin menumpuk kekayaan semata tanpa memedulikan keberlangsungan hidup satwa, terutama yang dilindungi.

Dalam Nashaihul ‘Ibad, Syekh Nawawi al-Bantani menuliskan kisah yang unik, menggelitik dan bermakna. Betapa tidak, dalam kisah tersebut terungkap gambaran lain seorang ahli tasawuf, sang pengarang kitab legendaris Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali. Seorang imam besar yang terselamatkan dari panasnya api neraka oleh seekor lalat.

Konon pada suatu ketika ada seseorang berjumpa dengan Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. Lantas ia pun bertanya, “Bagaimana Allah memperlakukanmu?”

Imam al-Ghazali pun berkisah. Di hadapan Allah ia ditanya mengenai bekal apa yang hendak diserahkan kepada-Nya. Al- Ghazali menjawab dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia. Namun, Allah menolak semua itu kecuali satu kebaikannya, yaitu ketika bertemu dengan seekor lalat. Dan, karena lalat itu pula Imam al-Ghazali diizinkan memasuki surga-Nya.

Dikisahkan pada suatu hari, Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab. Hal yang lazim dalam dunia kepenulisan adalah dengan menggunakan tinta dan sebatang pena. Pena itu harus dicelupkan dulu ke dalam tinta baru kemudian dipakai untuk menulis, jika habis dicelup lagi dan menulis lagi, begitu seterusnya. Di tengah kesibukan menulisnya itu, tiba-tiba terbanglah seekor lalat dan hinggap di mangkuk tinta Imam al-Ghazali. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

Dari kisah tersebut, kita tahu bahwa betapa luas kasih sayang Imam al-Ghazali terhadap sesama makhluk, termasuk lalat yang pada saat itu datang “mengganggu” kenikmatannya dalam kegiatan menulis. Hikmah yang bisa kita petik dalam kisah ini adalah mengenai kasih sayang yang tiada batas. Kasih sayang manusia terhadap makhluk lain, sekalipun itu hewan. Tak menutup kemungkinan kasih sayang yang dianggap sepele ini dapat menghantarkan manusia menuju ke surga-Nya.

Ditambah kenyataan bahwa Ramadhan adalah wahana mendidik kita untuk bersikap sederhana, seharusnya kita pun mesti pandai menahan diri dari dorongan-dorongan yang muncul dari nafsu tamak kita. Kerusakan lingkungan banyak disebabkan oleh ketidakmampuan manusia menahan sifat tercela ini. Godaan nikmat duniawi, gairah menumpuk harta, dan semacamnya sering kali menjerumuskan manusia untuk berbuat zalim, tak hanya kepada manusia, tapi juga lingkungan sekitarnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Multi Fungsi Masjid di AS



Jakarta

Di banding masjid-masjid di Indonesia atau di negara-negara muslim lainnya, masjid di AS umumnya tidak terlalu besar, bahkan di antaranya tadinya adalah ruko kemudian dibeli atau disewa secara gotong royong oleh warga muslim di sekitarnya. Semula masjid (lebih tepat disebut mushalah) hanya diperuntukkan untuk shalat Jum’at bagi komunitas muslim di sekitar tempat itu. Bagi umat Islam tahu akibatnya jika seseorang absen tidak shalat Jum’at selama tiga Jum’at berturut-turut kata Rasulullah akan mati dalam keadaan mati jahiliah, sebuah kematian yang dianggap hina atau su’ al-khatimah. Supaya terhindar dari ancaman hadis itu, umat Islam mengupayakan untuk menghadirkan masjid terutama untuk digunakan shalat Jum’at agi kaum laki-laki, karena kaum perempuan tidak wajib shalat Jum’at, mereka hanya wajib untuk shalat dhuhur.

Lama kelamaan, masjid yang sudah hadir di tengah komunitas muslim berangsur-angsur dipadati kegiatan oleh warga muslim setempat, misalnya digunakan sebagai tempat pengajian Al-Qur’an yang di sekolah-sekolah publik di AS pelajaran agama tidak diajarkan.Sambil mengantar anak-anak ,mereka mengaji Al-Qur’an di masjid, orang tua anak-anak tersebut berinisiatif mengadakan pengajian khusus untuk para orang tua murid. Lama kelamaan, pengajian itu dilembagakan menjadi “Majlis Ta’lim” (MT) seperti halnya MT yang ada di masjid-masjid Indonesia. Mereka mendatangkan guru (ustaz) tetap untuk membina diri dan anak-anak mereka tentang soal keagamaan. Berikutnya masjid lambat laun menjadi pusat kegiatan umat Islam setempat. Apapun urusan dan masalah komunitas muslim setempat dicoba diselesaikan di masjid. Misalnya ada warga yang meninggal lalu tidak sanggup membayar aparat yang bertugas untuk memakamkan jenazah, para warga bergotong royong membantu saudara-saudara mereka sesuai dengan kemampuan mereka masing-masih.

Jika ada warga yang kesulitan mengakses lapangan pekerjaan, maka pengurus masjid bersama aktifis lainnya secara ikhlas mencarikan peluang kerja bagi saudaranya yang seagama Islam. Termasuk di antaranya ialah saling menginformasikan jika ada peluang kerja yang lebih memungkinkan untuk diakses oleh kaum imigran muslim di AS yang berasal dari berbagai negara asal. Bahkan masjid sering juga digunakan oleh para pelajar, makhasiswa, dan TKI yang selama ini berdomisili di luar kota atau di pinggir kota, masjid juga sering digunakan untuk menginap sambil menunggu esok paginya untuk melanjutkan tour kotanya. Di masjid biasanya dilengkapi dengan toilet dan kamar mandi sehingga para warga satu sama lain sama-sama akrab. Sebaliknya jika orang-orang kota ingin mencari ketenangan lalu berlibur di kota-kota kecil, maka mereka juga banyak dibantu oleh komunitas setempat untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di sekitar tempat tinggalnya.


Masjid-masjid di AS, sebagaimana dijelaskan dalam artikel kemarin, mempunyai banyak fungsi, bukan hanya sebagai wadah untuk berkomunikasi spiritual denga Sang Pencipta tetapi juga menjadi arena silaturrahim dengan sesama umat Islam dari berbagai latar belakang negara dan aliran mazhab yang dianut. Mungkin karena tantangan eksternalnya lebih kuat maka suasana batin secara internal sesama umat Islam lebih akrab. Bahkan dalam satu masjid bisa melayani berbagai aliran mazhab. Jika mereka beraliran sunni maka mereka dibiarkan beribadah menurut mazhab yang dianutnya. Sebaliknya jika mereka bermazhab syi’ah maka mereka juga bebas menggunakan masjid itu berdasarkan mazhab atau alirannya. Tidak heran jika di beberapa tempat di AS banyak komunitas menanyakan kepada dirinya tentang berbagai hal, namun pada akhirnya ia juga menyelamatkan keluarganya. Sering dijumpai sang suami penganut agama Islam dengan mazhan Syi’ah sementara isterinya menganut azhab Sunny. Tidak heran jika di antara mereka banyak menyebut dirinya sebagai Islam “Susi” (yakni Islam dengan mazhab Sunny-Syi’ah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Gengsi



Jakarta

Agama Islam tidak memandang manusia dari penilaian individu terhadap manusia, melainkan memandang dari tingkat keimanannya. Orang akan memiliki harga diri tinggi di mata Allah SWT. adalah orang yang memiliki ketakwaan yang tinggi pula kepada-Nya.

Sekarang banyak orang mementingkan harga diri yang tinggi di hadapan orang lain. Sehingga kebanyakan dari mereka mementingkan harga diri atau gengsinya dibandingkan ketakwaannya kepada Allah SWT. Inilah yang membuat sifat gengsi harus dihindari, untuk semua kalangan. Sifat ini hanya memuaskan nafsu saja, namun memerlukan ongkos yang tidak sedikit. Ingatlah bahwa seseorang yang kerap menjaga image, maka gerakannya tidak akan lincah karena dibatasi oleh kegengsiannya.

Kenapa orang melakukan itu ( gengsi ) ? Seseorang yang memiliki rasa Gengsi biasanya timbul karena kurangnya rasa percaya diri dan malu untuk mengakui kekurangan diri sendiri. Gengsi sendiri bersangkutan dengan harga diri, kehormatan serta martabat. Orang dengan Gengsi tinggi akan berusaha bagaimanapun caranya untuk terlihat sepadan dengan orang lain.


Segala bentuk derajat yang dihormati maupun disegani oleh manusia, tidaklah berpengaruh ( sia-sia ) di hadapan-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-hujurat ayat 13 yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Jelas dalam ayat di atas dikatakan kemuliaan seseorang itu tergantung ketakwaannya kepada Allah SWT. bukan orang yang kaya raya, bukan pula orang yang berkedudukan tinggi lagi berkuasa. Orang-orang tersebut pada saatnya akan mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya maupun atas harta kekayaannya. Oleh sebab itu, rasa gengsi harus dijauhi. Bukan hanya karena sifat tersebut menghalangi seseorang untuk melakukan perbuatan baik, namun juga karena sifat ini merupakan turunan dari sikap sombong. Sebagaimana yang diungkapkan Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’roni dalam al-Minah as-Saniyah, “Jauhilah sifat haya’ ath-thobi’i (gengsi). Sesungguhnya di kalangan para sufi, sifat itu tergolong dalam sifat sombong (kibr).”

Dikisahkan suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengundang para pejabat tinggi Dinasti Umayyah untuk makan di istana. Karena yang mengundang adalah Khalifah, maka para pejabat tinggi itu berdatangan.
Sebelumnya, beliau berpesan kepada para koki agar tidak menghidangkan menu makanan terlebih dahulu. Maka setelah para pejabat ini berkumpul, dan diiringi obrolan-obrolan. Kemudian tampak salah satu pejabat ada yang memegang perutnya karena lapar, maka Khalifah bilang kepada para koki untuk menghidangkan menu pembuka. Dan menu pembuka itu hanya makanan roti bakar yang sangat sederhana. Setelah roti bakar itu terhidang, beliau menyantap roti tersebut bersama para pejabat.
Setelah itu, Khalifah memerintah koki untuk mengeluarkan menu utama. Terlihat hidangan itu mewah dan lezat. Ketika para pejabat dipersilakan untuk menikmati hidangan utama. Ternyata para pejabat itu menolak karena sudah kenyang.

Melihat tingkah pejabat yang enggan makan karena sudah kenyang dengan roti bakar yang sederhana, maka beliau berkata kepada para pejabat, “Wahai kalian para pejabat tinggi, kalau kalian mampu memuaskan nafsu makan kalian hanya dengan roti bakar seperti tadi, kenapa kalian bersikap serakah sampai korupsi, menyuap, hingga memotong dana bantuan dan sebagainya?” Mendengar ucapan itu para pejabat merasa malu atas pertanyaan tersebut.

Dari sini kita dapat belajar bahwa hidup sederhana itu sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan kata baginda Nabi, “Salah satu di antara tiga perkara yang menyelamatkan manusia itu adalah wal qadu fi al-faqri wal ghina (bersikap sederhana baik ketika fakir atau pun kaya). Artinya sederhana itu tidak berlebih-lebihan dan tidak terlalu pelit. Sebenarnya hidup manusia itu antara dua hal, pertama kebutuhan dan kedua itu keinginan.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah memberikan nasihat, “Menjadi orang berkebutuhan sedikit lebih aman dalam hidupnya.” Kebutuhan bisa diatasi dengan sikap sederhana, seperti kebutuhan pangan dan pakaian serta papan. Namun jika berbicara masalah keinginan, maka tidak ada sesuatu yang dapat mengukur keinginan manusia. Karena keinginan manusia itu akan menyesuaikan dengan apa yang dia peroleh. Ketika manusia itu memperoleh pendapatan yang banyak, maka jangan heran jika keinginan mereka juga bertambah.

Sebagaimana Allah SWT. mengingatkan kepada kita dalam surah asy-Syu’ara ayat 27 yang artinya, “Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambaNya lagi Maha Melihat.”

Makna ayat diatas adalah ketika Allah SWT. menurunkan semua rezeki kepada manusia, pastilah mereka akan melampaui batas. Maka dari itu, menurunkan apa yang dikehendaki-Nya saja. Agar manusia tidak melampaui batas. Adapun contoh sikap yang melampaui batas, seseorang membeli jam tangan sangat mewah ( ada sahabat yang membeli dengan harga 2 – 2,5 Milyar ) untuk memenuhi gengsi. Itu sama sekali bukan sikap yang sederhana. Masih banyak orang yang lebih mementingkan gengsi dari pada fungsi.

Semoga Allah SWT. selalu memberikan petunjuk-Nya agar kita semua terbebas dari sikap gengsi.

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Yuk Ngabuburit Bareng detikKultum Habib Ja’far, Hanya di detikcom!



Jakarta

Kajian-kajian Islam menarik siap menemani detikers sambil menunggu buka puasa tiap hari selama Ramadan. Nantikan detikKultum dari Habib Husein Ja’far hanya di detikcom.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

Kegiatan ngabuburit tahun ini bisa lebih bermakna karena detikKultum bersama Habib Husein Ja’far akan tayang tiap menjelang waktu berbuka, pukul 18.00 WIB, selama bulan Ramadan. Kajian ilmu ini cocok untuk menemani waktu detikers selagi menunggu waktu buka puasa.

Sosok habib ini tercatat sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW generasi ke-38. Konten dakwahnya yang santai dan penuh keakraban khas obrolan anak muda membuatnya menjadi salah satu pendakwah yang mudah diterima kalangan muda.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Habib Ja’far setiap jelang buka puasa Ramadan hanya di detikcom.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sahur Bersama Nasaruddin Umar Selama Ramadan, Hanya di detikKultum



Jakarta

Bulan Ramadan 2024 kali ini ditemani lagi oleh kajian-kajian Islam kaya manfaat melalui detikKultum. Setiap hari selama bulan Ramadan, detikers bisa menyaksian kajian gratis dari Nasaruddin Umar.

Sudah sepatutnya bulan suci Ramadan diisi dengan amalan-amalan saleh. Bahkan dijelaskan dalam hadits, Allah SWT mengganjar amal kebaikan yang dikerjakan oleh muslim hingga tujuh ratus kali lipat. Rasulullah SAW bersabda,

“Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku’.” (HR Muslim)


Ditambah lagi, ajaran Islam juga senantiasa menekankan kepada umatnya untuk berlomba-lomba mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Ilmu juga disebut sebagai pengantar kebaikan dunia dan akhirat.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu.” (HR Thabrani)

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Termasuk kajian ilmu yang akan disajikan detikcom melalui detikKultum sepanjang bulan Ramadan.

detikKultum dibuka oleh kajian dari Nasaruddin Umar yang akan ditayangkan setiap hari pukul 04.20 WIB. detikers bisa memanfaatkan waktu sahur untuk mendengar tausiyah yang kaya ilmu bermanfaat sebagai pengawal hari sebelum menjalankan ibadah puasa.

Nasaruddin Umar adalah salah satu tokoh Islam di Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Selain berdakwah, Imam Besar Masjid Istiqlal ini juga sudah banyak berkiprah di bidang akademik sebagai peneliti kepustakaan di beberapa perguruan tinggi luar negeri.

Jadi, jangan sampai terlewat, ya! Saksikan detikKultum bareng Nasaruddin Umar setiap hari selama bulan Ramadan hanya di detikcom dan detikHikmah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Ramadan Bulan yang Agung



Jakarta

Marhaban ya Ramadan! Seluruh umat Islam bersuka cita memasuki Ramadan. Bulan ini termasuk bulan yang agung.

Habib Husein Ja’far menjelaskan tentang keutamaan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Ramadan menjadi waktu untuk memperbaiki kualitas diri sehingga keimanan pun ikut semakin baik.

“Ramadan dalam bahasa maknanya adalah membakar. Karena di Ramadan kita sepatutnya melakukan apapun yang perlu kita bakar untuk memperbaiki diri kita termasuk kenangan bersama masa lalu,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (12/3/2024).


Lebih lanjut, dalam menyambut Ramadan pun Habib Ja’far mengingatkan untuk menjauhi hal-hal yang memiliki pengaruh negatif terhadap keimanan.

“Apapun yang membuat depresi dari masa lalu, apapun yang menjadi anxiety tentang masa depan, apapun yang membuat diri susah menjadi pribadi yang lebih baik, itu semua dibakar,” jelas habib.

Ramadan merupakan bulan yang agung, bulan yang suci. Salah satu keagungan Ramadan adalah peristiwa diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah SWT.

“Ramadan bulan yang agung karena banyak keagungan diturunkan oleh Allah SWT di bulan Ramadan. Ramadan disebut Syahrul Qur’an, bulan diturunkan Al-Qur’an. Baik secara langsung ke langit di malam Lailatulqadar maupun diturunkan secara bertahap di malam Nuzulul Qur’an, itu semua terjadi di bulan Ramadan,” jelas pendakwah yang memiliki nama lengkap Habib Husein bin Ja’far Al Hadar ini.

Karena merupakan momen istimewa, Habib Ja’far mengingatkan agar Ramadan ini bisa menjadi waktu untuk lebih mendekatkan diri dengan Al-Qur’an.

“Ini bulannya Al-Qur’an saatnya bonding dengan Al-Qur’an,” ujarnya.

Ramadan semakin istimewa lagi karena bulan ini juga disebut bulan Lailatulqadar, ini adalah malam yang lebih mulia dari malam 1.000 bulan.

Ramadan pun disebut sebagai bulan ampunan. Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Apa lagi keutamaan bulan Ramadan? Semua kemuliaan dan keutamaan Ramadan dijelaskan secara lebih rinci oleh Habib Ja’far dalam detikKultum.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keagungan Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan tiap menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com