Category Archives: Dakwah

Keaslian Al-Qur’an sebagai Kitab Suci



Jakarta

Kitab suci umat Islam yang diturunkan awal pada tanggal 17 Ramadan sebagai penyempurnaan kitab-kitab suci sebelumnya yaitu, Taurat, Zabur, dan Injil. Kitab ini juga menjadi mukjizat Nabi Muhammad SAW dan salah satu dari rukun iman. Al-Qur’an bukan hanya petunjuk untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman hidup bagi umat muslim, tapi juga seluruh umat manusia di dunia.

Adapun bukti keaslian Kitab ini adalah banyaknya penghafal Al-Qur’an yang terus lahir ke dunia, dan pengkajian ilmiah terhadap ayat-ayatnya yang tak pernah berhenti. Kejaibannya, meski Al-Qur’an diturunkan 14 abad lalu, namun ayat-ayatnya banyak yang menjelaskan tentang masa depan dan bersifat ilmiah. Bahkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang terbukti kebenarannya. Para ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran itu melalui sejumlah eksperimen penelitian ilmiah.

Adapun penemuan ilmiah yang sesuai dengan isi kitab ini adalah:


1. Api di dasar laut. Sebagaimana dalam firman-Nya surah at Thur ayat 1-6 yang artinya,”Demi bukit. Dan kitab yang tertulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Makmur (Ka’bah). Dan demi surga langit yang ditinggikan. Dan demi laut, yang di dalam tanah ada api.”

Kejadian Api di dasar lautan ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov dan ilmuwan asal Amerika Serikat, Rona Clint ketika mereka sedang meneliti tantang kerak bumi dan patahannya di dasar lautan di lepas pantai Miami. Mirip seperti lava cair yang mengalir dan disertai dengan abu vulkanik seperti gunung berapi di daratan yang memiliki suhu mencapai 231 derajat celsius.

Meskipun sangat panas, tetapi tidak cukup untuk memanaskan seluruh air yang ada di atasnya begitupun seluruh air yang ada di atas nya tersebut tidak mampu memadamkan api panas tersebut, sungguh keajaiban yang luar biasa. Inilah Kitab yang bisa menggambarkan masa lalu dan masa depan dan terbukti secara ilmiah. Kejadian di atas itu menggambarkan masa depan, karena Kitab ini ada seribu tahun lebih sebelum penemuan. Berbeda dengan kematian Firaun masa Nabi Musa AS justru kejadian lebih dulu sebelum kitab ini ada (dalam surah Yunus ayat 92).

2. Adanya sungai di dasar laut. Sesuai dengan firman-Nya dalam surah al-Furqan ayat 53 yang artinya, “Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) yang satu tawar dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”

Menurut tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia: Dan Allah SWT. Dia-lah Yang mencampurkan dua lautan, yang berair tawar lagi segar untuk minuman dan yang berair asin yang sangat pekat, dan menjadikan antara keduanya pembatas yang menghalangi masing-masing dari keduanya untuk merusak yang lain, dan penghalang yang menghambat sampainya salah satu (air) laut itu kepada yang lain.

Kejadian sungai di dasar laut ditemukan oleh Ilmuwan asal Prancis bernama Jaques Yves Cousteau dia berhasil menemukan air tawar yang mengalir di antara air laut yang asin di dasar lautan. Para ahli menyebutkan kejadian ini sebagai lapisan Hidrogen Sulfida, karena air yang mengalir di sungai dasar laut ini memiliki rasa air tawar. Selain itu sungai dasar laut ini ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Subhanallah.

3. Relativitas waktu. Ada tiga surah dalam kitab-Nya: al-Hajj ayat 47 yang artinya, “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Kemudian dalam surah As Sajdah ayat 5 yang artinya, “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Terakhir ada pada surah al-Ma’arij ayat 4 yang artinya, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” Albert Einstein pada awal abad 20 berhasil menemukan teori relativitas waktu. Teori ini menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Waktu dapat berubah sesuai dengan keadaannya.

Beberapa ayat di atas juga telah megisyaratkan adanya relativitas waktu ini. Artinya dalam abad ke 7 M wahyu yang turun pada Rasulullah SAW. Sudah menjelaskan tentang relativitas waktu kemudian dibuktikan oleh Albert Einstein.

Memahami dan meyakini terhadap wahyu wajib bagi setiap manusia sebelum meyakini segala berita gaib dan perintah hukum yang dibawah oleh Rasulullah SAW. Karena itu, hakikat wahyu merupakan satu-satunya hal yang membedakan antara manusia yang berpikir rasional dengan mengandalkan pikiran serta akalnya dan manusia yang menyampaikan dari Tuhannya tanpa mengubah, mengurangi ataupun menambahkan sedikitpun.

Maka sadarlah, wahai orang-orang yang selalu menyebarkan informasi sesat tentang isi Al-Qur’an dengan harapan timbulnya keraguan. Ingatlah, Allah SWT. dalam kehendak-Nya menjadikan para ilmuwan dan banyak kalangan mulai mempelajari isi Kitab ini dan tidak sedikit di belahan dunia ribuan mungkin akan menjadi jutaan orang dalam sebulan bersyahadat dan bersujud pada-Nya.

Semoga Allah SWT. terus menjaga keaslian Kitab-Nya dan terus memperbanyak hamba-hamba-Nya yang berstatus hafidz (hafal isi Al-Qur’an).

***

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(Aunur Rofiq/rah)



Sumber : www.detik.com

Amalan Sederhana yang Dicintai Allah SWT



Jakarta

Sangat banyak amalan yang bisa dikerjakan umat Islam. Setiap amalan yang diniatkan dengan baik maka akan memperoleh kebaikan pula.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Jumat (29/3/2024), menjelaskan tentang amalan yang sederhana tetapi sangat dicintai Allah SWT. Amalan ini bahkan bisa menjadi tabungan akhirat yang berbalas surga.

Setiap ibadah yang diperintahkan Allah SWT diajarkan oleh Rasulullah SAW. Amalan sekecil apapun memiliki keutamaan.


“Ada banyak sekali amalan yang diajarkan Allah SWT melalui lisan suci Nabi Muhammad SAW. Kali ini saya ingin bicara amalan-amalan yang mungkin dianggap sederhana dan remeh di mata manusia tapi ia begitu dicintai dan agung di sisi Allah SWT,” ujar Habib Ja’far.

Habib Ja’far mencontohkan amalan sederhana yang mulia lewat sebuah kisah di zaman Rasulullah SAW.

“Suatu hari ada seorang dari orang-orang Ansar, ketika ia sampai di masjid yang saat itu ada Nabi SAW. Nabi SAW mengatakan, ‘Ahli surga akan datang’. Ternyata ahli surga yang dimaksud Nabi SAW adalah orang Ansar itu,” kata Habib Ja’far.

Ternyata para sahabat Rasulullah SAW merasa penasaran dan bertanya-tanya tentang amalan yang dikerjakan orang ini sehingga ia disebut sebagai ahli surga. Salah satu sahabat yang penasaran adalah Usamah bin Zaid RA.

Usamah RA lantas meminta izin kepada orang Ansar ini untuk mengikuti kesehariannya. Hal ini dilakukan karena Usamah RA ingin melihat amalan mulia apa yang dikerjakan.

“Setelah hidup selama beberapa hari, Usamah RA tidak melihat sesuatu yang berbeda atau lebih utama dibandingkan sahabat-sahabat Nabi SAW lain. Bahkan salatnya, puasanya, zakatnya tidak lebih istimewa dari sahabat-sahabat utama lainnya,” lanjut Habib Ja’far.

Usamah RA bertanya, “Apa yang membuat engkau terlihat mulia, sehingga ketika engkau datang ke masjid, Nabi SAW bilang engkau ahli surga.”

Sahabat Ansar ini berpikir tentang amalannya. Mungkinkah ada amalan yang belum disadarinya dan menjadi penyebab kenapa dirinya begitu dicintai Nabi Muhammad SAW.

“Amalannya ternyata ia memaafkan siapa saja yang berbuat salah kepada dia, tidur tanpa dendam, tanpa benci. Dia memohon ampun kepada Allah SWT atas semua dosanya di hari itu. Hal yang terlihat sederhana di mata manusia tapi begiu dicintai Allah SWT,” sambung Habib Ja’far.

Ternyata banyak sekali amalan-amalan sederhana yang memiliki keutamaan besar dan menakjubkan.

“Kita belajar untuk tidak meremehkan sekecil apapun amalan yang kita lakukan karena akan bernilai agung di mata Allah SWT. Jangan lihat amalan itu pada bentuknya tapi apa niatnya,” kata Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Amalan Sederhana yang Dicintai Allah SWT bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Istimewanya Waktu Malam saat Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Saking istimewanya malam itu, Allah SWT mengabadikannya dalam surah Al Qadr di Al-Qur’an.

Banyak umat Islam bertanya-tanya alasan di balik mulianya malam Lailatul Qadar. Sebagian berpikir, kenapa hanya pada waktu malam?

Dalam kaitannya, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Sabtu (30/3/2024) menerangkan alasan di balik itu.


“Malam itu memang jarak antara hamba dengan Tuhannya lebih dekat. Kemudian malam itu lebih terbuka langit, malam itu yang aktif batin kita,” katanya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 6,

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menuturkan, pembagian waktu siang dan malam memiliki fungsinya masing-masing. Pada siang hari rasionalitas manusia lebih aktif, sedangkan ketika malam hari manusia lebih melibatkan emosi keagamaan.

“Itulah yang dimaksud bahwa malam itu sangat penting karena energi spiritualnya lebih kencang naik ke langit,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Prof Nasaruddin menjelaskan, aktifnya emosi keagamaan seseorang di malam hari juga menjadi sebab banyak salat dan ibadah yang disyariatkan ketika matahari terbenam. Mulai dari salat Magrib, Isya, witir, Tarawih, tahajud, dan qiyamul lail.

“Maknai malam Lailatul Qadar dengan memperbanyak ibadah seperti salat dan itikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa disaksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Jodoh Sudah Ditentukan tapi Harus Dijemput



Jakarta

Jodoh termasuk bagian dari rezeki. Allah SWT telah menentukan jodoh bagi makhluk ciptaan-Nya, namun jodoh perlu dicari dan dijemput.

Jodoh merupakan salah satu takdir Allah SWT yang telah tercatat dalam Lauhul Mahfuz. Meskipun demikian, diperlukan usaha untuk menjemputnya.

Perkara jodoh yang harus dijemput dijelaskan oleh Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Sabtu (30/3/2024).


“Rezeki apapun bentuknya, itu sudah tertakar karenanya dia tidak akan tertukar. Termasuk jodoh di dalamnya, jodoh artinya pasangan,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa setiap orang sudah memiliki jodohnya masing-masing. Jodoh yang kemudian menjadi pasangan dalam ikatan pernikahan itu merupakan cerminan dari diri sendiri.

“Setiap orang sudah memiliki pasangan yang pasangan itu dari dirinya sendiri sebagai satu kesatuan jiwa. Perlu kita sadari bahwa jodohmu itu seperti kamu yang kadang punya salah, punya khilaf, punya kebiasaan buruk, punya kekurangan, maka ia juga memiliki,” lanjut Habib Ja’far.

Oleh karenanya, dalam kehidupan rumah tangga harus mengedepankan sikap dan sifat toleransi. Karena setiap pasangan harus saling melengkapi dan harus saling menutupi kekurangan.

“Toleransi dalam hubungan perjodohan itu menjadi kunci,” tegas Habib Ja’far.

Jodoh adalah hal yang pasti karena telah tertulis dalam lauhul mahfuz. Namun Habib Ja’far juga menyinggung tentang sebagian orang yang melajang hingga akhir hayatnya.

Kenapa masih ada orang yang tidak bertemu jodohnya, bahkan hingga wafat. Atau dia menikah tapi cerai atau tidak menikah hingga wafat. Apakah berarti dia tidak memiliki jodoh?

“Ketentuan tentang jodoh telah ditentukan oleh Allah SWT. Apakah jodoh itu kita jemput atau tidak, itu kembali kepada kita. Persis seperti Allah SWT berikan tangan kepada kita, apakah tangan ini akan digunakan, itu kembali lagi ke kita,” jelas Habib Ja’far.

Menjemput jodoh menjadi bagian dari usaha setiap orang. Habib Ja’far mengingatkan jodoh harus dijemput, bukan hanya dinanti.

“Mentang-mentang Allah SWT sudah menentukan jodoh kita, kemudian kita menanti doang. Enggak gitu. Jodoh sebagaimana rezeki yang harus dijemput,” tegas Habib Ja’far

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Jodoh Sudah Ditentukan tapi Harus Dijemput bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Ramadan Jadi Momen Meningkatkan Kecintaan terhadap Allah SWT



Jakarta

Selain disebut sebagai bulan suci, Ramadan juga dikatakan bulan cinta. Pada momen istimewa ini, umat Islam diajak untuk lebih mencintai sesamanya serta Tuhannya, Allah SWT.

Saat berpuasa, tanpa disadari umat Islam menumbuhkan rasa kecintaan terhadap fakir miskin. Sebab, secara tidak langsung kita merasakan bagaimana menjadi mereka dengan berpuasa.

Selain itu, Ramadan juga menjadi momen meningkatkan rasa cinta terhadap Allah SWT. Ketika berpuasa, umat Islam membersihkan diri dengan melakukan taubat dan memperbanyak ibadah.


“Dengan demikian kita menambahkan rasa cinta antar sesama. Di samping itu juga cinta secara vertikal kita dengan Allah SWT,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Minggu (29/3/2024).

Membayar zakat fitrah juga termasuk ke dalam bentuk rasa cinta terhadap Allah SWT. Begitu pun dengan menyayangi sesama makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan.

“Sayangi binatang, sayangi tumbuh-tumbuhan, sayangi alam semesta. Karena kalau kita mencintai sang pencipta, cintai juga makhluknya,” tambah Prof Nasaruddin.

Ia juga mengimbau agar umat Islam senantiasa selalu melihat ke bawah, bukan sebaliknya. Selalu mendongak ke atas dan melihat mereka yang diberi lebih tak akan ada habisnya.

“Semoga bulan suci Ramadan ini menciptakan rasa cinta, rasa iba terhadap sesama sehingga dengan demikian kalau kita mencintai makhluk Allah SWT, otomatis sang penciptanya juga mencintai kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Tips Mendidik Anak sesuai Ajaran Islam



Jakarta

Setiap orang tua tentu ingin memiliki buah hati yang soleh dan soleha. Untuk mendapatkan anak yang demikian, tentu ada usaha yang harus dilakukan.

Anak adalah anugerah bagi keluarga. Mendidik anak dengan cara yang baik merupakan tugas orang tua. Termasuk mendidik anak secara Islami.

Habib Ja’far menjelaskan tips mendidik anak sesuai ajaran Islam. Semua ditayangkan dalam detikKultum detikcom, Minggu (31/3/2024).


Keluarga adalah salah satu perhiasan terindah dalam hidup, bahkan harta yang paling berharga adalah keluarga. Hal ini menjadi sesuatu yang tercatat dalam Al-Qur’an.

“Di dalam Al-Qur’an, tidak sedikit cerita tentang keluarga, bahkan ada surat yang bercerita tentang keluarga. Contohnya keluarga Imran, dalam surat Ali Imran. Kemudian surat Al-Kahfi yang menceritakan keluarga Ashabul Kahfi. Kemudian surat Luqman, bercerita tentang keluarga Luqman Al Hakim,” jelas Habib Ja’far.

Adanya surat-surat dalam Al-Qur’an yang secara khusus membahas tentang keluarga menjadikan keluarga sebagai sesuatu yang penting dalam Islam.

Dalam Islam, menjaga diri sendiri dan keluarga adalah hal yang paling penting dilakukan.

“Menjaga umat, menjaga rakyat, dan sebagainya itu boleh dilakukan setelah menjaga keluargamu,” jelas Habib Ja’far.

Sebagai bagian dari keluarga, menjaga anak juga menjadi hal yang sangat penting. Anak merupakan sesuatu yang terindah.

“Dalam Al-Qur’an dikatakan, anak beserta harta itu adalah perhiasan bagi dunianya seorang ibu, seorang ayah,” kata Habib Ja’far.

Dalam Surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT berfirman,

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًاā

Artinya: Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

“Mendidik anak menjadi sangat penting, saking pentingnya kata Nabi SAW, kalau Fatimah putriku, mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya,” jelas Habib Ja’far menyebutkan sebuah hadits.

Mendidik anak dengan baik menjadi tanggung jawab orang tua.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Tips Mendidik Anak sesuai Ajaran Islam bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Perbanyak Ibadah di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Pada momen tersebut, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah.

Dari Aisyah RA, ia berkata:

“Rasulullah sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR Muslim)


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan bahwa sepuluh terakhir Ramadan menjadi inti dari bulan suci. Terlebih, pada sepuluh terakhir Ramadan Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar bagi umat Nabi SAW.

“Turunnya Lailatul Qadar itu justru kita diminta menanti-nanti pada sepuluh (malam) terakhir Ramadan khususnya itu malam-malam ganjil misalnya 21, 23, 25, 27, 29,” ujarnya dalam detikKultum yang tayang, Senin (1/4/2024).

Malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa yaitu dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Keistimewaan itu hanya diberikan kepada umat Rasulullah SAW.

“Kita (umat Rasulullah SAW) pendek-pendek umurnya tapi Lailatul Qadar lebih panjang daripada orang yang hidup 1000 tahun kan (umat nabi terdahulu). Nah inilah kesyukuran kita menghadapi kenyataan hidup menjadi umat Nabi Muhammad,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Meski demikian, jangan sampai ibadah-ibadah yang kita laksanakan justru ditujukan untuk malam Lailatul Qadar. Sebab, Ramadan dan Lailatul Qadar termasuk makhluk Allah SWT.

Sebagai muslim yang taat, hendaknya amalan-amalan tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Pastikan ibadah yang kita laksanakan ikhlas semata karena sang Khalik.

“Lakukan semaksimal mungkin ibadah dalam bulan suci Ramadan lillahi ta’ala, Tuhan-lah yang punya hak untuk berikan yang terbaik buat kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Meneladani Akhlak Rasulullah SAW



Jakarta

Setiap manusia diutus sebagai khalifah, dan setiap khalifah wajib menjaga akhlaknya. Akhlak yang baik dan mulia dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW merupakan Nabi sekaligus Rasul yang diutus Allah SWT untuk membawa ajaran Islam. Sebagai pribadi yang mulia, Rasulullah SAW memiliki akhlak yang baik dan agung.

Akhlak mulia Rasulullah SAW telah dijelaskan dalam banyak dalil. Hal ini menjadi topik yang dibahas Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (1/4/2024).


Habib Ja’far menjelaskan alasan diutusnya Rasulullah SAW adalah salah satunya yakni untuk mengajak umat manusia menuju akhlak yang mulia.

“Misi pertama dan utama diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk mempertontonkan dan mengajak umat manusia kepada akhlak yang mulia,” kata Habib Ja’far.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an melalui surah Al-Qalam ayat 4,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Sebelum diutus menjadi Nabi dan Rasul, Rasulullah SAW telah dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia.

“Akhlak yang baik di masa lalu, Nabi SAW pertahankan. Akhlak yang kurang baik, Nabi SAW perbaiki dan akhlak yang buruk, Nabi SAW ubah menjadi akhlak yang baik,” lanjut Habib Ja’far.

Saking mulianya akhlak Rasulullah, Allah SWT sampai memujinya sebagai pembawa akhlak yang agung. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 21,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

“Akhlak yang agung bukan hanya untuk diketahui tapi juga dipelajari dan diteladani semaksimal mungkin,” tegas Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far menjabarkan cara menjaga akhlak. Salah satunya adalah dengan sholat, sebagaimana termaktub dalam surah Al-‘Ankabut ayat 45,

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Selin sholat, ada banyak amalan lain yang bisa menjaga dan memperbaiki akhlak. Apa saja amalan itu?

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Meneladani Akhlak Rasulullah SAW bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 18.00 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Zakat Fitrah Itu Wajib, Jangan Terlewat



Jakarta

Jelang penghujung Ramadan, umat Islam mulai menunaikan zakat fitrah. Amalan ini tergolong wajib bagi setiap muslim.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, dikatakan zakat fitrah menjadi pembersih orang-orang yang berpuasa. Berikut bunyi haditsnya,

“Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dan untuk memberi makan orang miskin. Siapa yang membagikan zakat fitrah sebelum salat Id maka zakatnya itu diterima dan siapa yang membagikan zakat fitrah setelah salat Id maka itu termasuk sedekah biasa.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)


Waktu yang diutamakan untuk membayar zakat fitrah yakni, setelah salat Subuh pada 1 Syawal sebelum salat Idul Fitri. Sementara itu, waktu diwajibkannya sejak terbenamnya matahari malam Idul Fitri.

“Zakat fitrah itu wajib. Siapa yang wajib zakat fitrah? Semua orang yang berkecukupan memberi makan fakir miskin,” jelas Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Selasa (2/4/2024).

Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, apabila seorang muslim lalai dalam menunaikan zakat fitrah padahal ia mampu maka tergolong melakukan pelanggaran berat. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya zakat fitrah bagi setiap muslim.

Adapun, ketentuan membayar zakat fitrah bisa dilakukan selama khatib belum turun dari mimbar ketika ceramah Idul Fitri. Untuk itu, dianjurkan bagi para khatib untuk memanjangkan ceramah agar memberi kesempatan muslim yang belum membayar zakat fitrah.

Selain dengan uang, zakat fitrah bisa berupa makanan pokok. Terkait hal ini menyesuaikan dengan makanan pokok di setiap daerah.

“Kalau makanan kita nasi, ya zakat kita beras. Tapi, kalau makanan pokok kita itu jagung, kita keluarkan jagung,” kata Nasaruddin Umar menjelaskan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Makna, Aturan, dan Ketentuan tentang Zakat Fitrah bisa ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Iktikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan



Jakarta

Ada amalan khusus yang dianjurkan dikerjakan pada sepuluh hari terakhir Ramadan, yakni iktikaf. Iktikaf dikerjakan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, dan sekaligus menjadi contoh agar dikerjakan oleh umat Islam.

Dalam sebuah hadits riwayat Aisyah RA,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]


Artinya: “Bahwa Nabi SAW melakukan iktikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan iktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang tayang Selasa (2/4/2024) menjelaskan bahwa iktikaf merupakan salah satu sunnah di 10 hari terakhir Ramadan.

“Apa itu iktikaf? Secara bahasa, maknanya berdiam diri, dan secara makna hukum artinya berdiam diri di dalam masjid,” kata Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan tujuan dari iktikaf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Terdapat beberapa makna dan hikmah dari iktikaf. Habib Ja’far merinci beberapa maknanya.

1. Iktikaf mengajarkan untuk menghargai sepi

“Bahwa tidak ada istilah kesepian ataupun sedang sepi bagi orang beriman. Iktikaf mengajarkan bahwa kalau sudah ada Allah SWT, tidak akan ada istilah kesepian,” jelas Habib Ja’far.

2. Iktikaf mengajarkan bahwa diam adalah sikap

“Seringkali diam dianggap enggak bersikap, enggak punya pendirian, padahal diam itu sikap. Kita sering ketika dihina, difitnah, dighibah, seolah-olah yang kita lakukan adalah membalas. Padahal sesekali kita butuh diam. Terkadang diam adalah cara mengatasi masalah yang diperlukan,” lanjut Habib Ja’far.

3. Iktikaf membiasakan diri beribadah

“Iktikaf mengajarkan bahwa kita diciptakan untuk berada di masjid. Dalam semua tindak tanduk kita bernilai pahala dan semua tempat kita beraktivitas seperti masjid karena dijadikan tempat beribadah,” ujar Habib Ja’far.

Selain itu, iktikaf juga bermakna mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW yakni berdiam di sepuluh hari terakhir Ramadan.

“Iktikaf juga pada dasarnya adalah muhasabah diri, iktikaf jadi momentum untuk introspeksi diri,” sambung Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keutamaan Iktikaf di 10 Hari Terakhir Ramadan bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com