Category Archives: Dakwah

Jadikan Ramadan Momen Menyucikan Diri



Jakarta

Ramadan menjadi momen yang tepat memohon ampunan kepada Allah SWT. Terlebih, pada bulan yang mulia ini segala kebaikan dilipatgandakan.

Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Rabu (2/4/2024) mengatakan bahwa Ramadan menjadi waktu mustajab untuk berdoa, salah satunya jelang buka puasa.

“Sangat bagus untuk melakukan introspeksi, serahkan diri kepada Allah SWT. Inilah hamba-Mu yang bergelimang dosa selama ini,” ujarnya.


Allah SWT Maha Pengampun. Ampunan-Nya begitu luas dan tak bertepi, Dia mengampuni siapapun yang memohon ampun kepada-Nya.

Dalam surah Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut Nasaruddin Umar, Ramadan juga menjadi momen untuk menyucikan diri. Karenanya umat Islam dianjurkan memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah SWT.

“Maka itu bulan Ramadan kali ini kami akan bertekad berikrar untuk menyucikan diri kami ya Allah. Bantulah kami untuk menjalani kehidupan ini dengan normal dengan taat kepadamu,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal itu seraya berdoa.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Mengejar Kesucian di Bulan Ramadan dengan Kesadaran Lingkungan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pilih Waktu dan Tempat Mustajab agar Doa Terkabul



Jakarta

Sebagai umat Islam, sudah sepantasnya kita berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surah Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”


Meski demikian, umat Islam dianjurkan untuk memilih waktu dan tempat yang mustajab agar doa cepat terkabul. Hal ini turut disampaikan oleh Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (4/4/2024).

“Cari tempat yang mustajabah, cari waktu juga yang mustajabah,” katanya.

Imam Besar Masjid Istiqlal itu menuturkan, sebaiknya muslim mulai membiasakan diri untuk berdoa di tempat dan waktu yang mustajab. Sebab, banyak keutamaan yang terkandung salah satunya doa jadi cepat terkabul.

Ia mencontohkan, berdoa di dalam masjid yang sudah berdiri ratusan tahun tentu berbeda khasiatnya dengan masjid yang baru dibangun.

“Ratusan tahun masjid itu dipakai sujud, malaikatnya banyak. Tembus langitnya tuh gampang kita terobos (doanya) naik ke atas (langit),” lanjut Nasaruddin Umar.

Waktu yang mustajab itu salah satunya saat Ramadan. Pada bulan yang mulia ini, Allah SWT bermurah hati mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

“Jadi jangan memandang enteng waktu dan tempat untuk berdoa,” ujarnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Waktu, Tempat dan Cara yang Mustajab untuk Berdoa dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Fikih Mudik: Sejarah dan Ketentuan Hukumnya


Jakarta

Kementerian Perhubungan memprediksi puncak arus mudik Lebaran 2024 akan terjadi pada 8 April 2024 dan puncak arus balik berada di tanggal 14 April 2024. Berdasarkan survey Kemenhub sebanyak 71,7 persen warga Indonesia atau 193 juta orang akan mudik lebaran 2024.

Bagi masyarakat Indonesia, mudik telah menjadi fenomena sosial yang rutin dilakukan oleh para perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Kegiatan mudik biasanya dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri atau Idul Adha.

Meski istilah mudik mulai populer sejak tahun 1970-an, tetapi akar sejarahnya sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Konon, kegiatan mudik dilakukan oleh para petani Jawa, untuk kembali ke kampung halamannya atau daerah asalnya untuk membersihkan makam leluhurnya.


Mudik Bentuk Rasa Cinta Tanah Air

Mencintai Tanah Air atau tempat kelahiran bisa disebut sebagai fitrah dan karakteristik manusia. Seseorang pasti akan ingat kampung halaman. Terlebih saat momentum lebaran seperti hari raya Idul Fitri atau Idul Adha.

Dikisahkan, karena cintanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam terhadap kota Makkah, sebagaimana manusia pada umumnya, Rasulullah merasakan sedih meninggalkan kota Makkah. Seandainya bukan perintah Hijrah, tentu Rasulullah tidak meninggalkan kota Makkah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sangat mencintai tanah kelahirannya, yaitu Makkah.

Ekspresi cinta Rasulullah shalallahu alaihi wasallam terhadap tanah kelahirannya, terlihat dari riwayat Ibnu Abbas dalam hadits riwayat At Tirmidzi. Ia menjelaskan betapa cinta dan bangganya Rasullullah shalallahu alaihi wasallam pada tanah kelahirannya. Rasa cinta tersebut terlihat dari ungkapan kerinduan Nabi Muhammad terhadap Makkah.

Beliau mengatakan “Alangkah indahnya dirimu (Mekah). Engkaulah yang paling kucintai. Seandainya saja dulu penduduk Makkah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini.” (HR At Tirmidzi)

Tata Cara Mudik yang Islami

Orang yang mudik berarti ia dalam perjalanan atau bepergian ke tempat yang sudah ditentukan. Dalam istilah fikih, orang yang bepergian atau dalam perjalanan disebut musafir. Bagi musafir boleh mengerjakan shalat dengan cara diringkas (qasar salat), menggabung dua shalat fardu dalam satu waktu (jamak salat) dan juga boleh tidak berpuasa.

Perjalanan mudik yang dilakukan pada saat menjelang Idul Fitri hendaknya dapat memperhatikan anjuran dan ketentuan sebagai berikut:

(1) Berdoa

Pada saat hendak mudik ketika sudah memulai melakukan perjalanan hendaknya kita memohon kepada Allah agar selamat sampai tujuan.

Berikut ini doa yang selalu dibaca Rasulullah shalallahu alaihi wasallam setiap bepergian;

اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

“Ya Allah, Engkau adalah teman dalam perjalanan dan pengganti dalam keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan perjalanan, kesedihan tempat kembali, doa orang yang teraniaya, dan dari pandangan yang menyedihkan dalam keluarga dan harta.” (HR Tirmdzi dan Ibnu Majah)

(2) Boleh Menggabung dan Meringkas Salat

Perjalanan yang sudah mencapai kurang lebih 89 km (88,704 km) maka seseorang diperbolehkan meringkas salatnya atau menggabung dua salat dalam satu waktu.

وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ

“Ketika kalian bepergian di bumi, maka bagi kalian tidak ada dosa untuk meringkas salat.” (QS An-Nisa: 101)

Praktik meringkas salat (qasar salat) hanya berlaku untuk shalat bilangan empat rakaat seperti Asar dan Isya yang kemudian diringkas menjadi dua rakaat.

Sedangkan praktik menggabungkan dua salat (jamak salat) dalam satu waktu hanya bisa dilakukan untuk salat Zuhur digabung dengan Asar, Magrib digabung dengan Isya. Untuk salat Subuh tidak bisa digabung apalagi diringkas.

جَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ سَفَرٍ وَلا خَوْفٍ، قَالَ: قُلْتُ يَا أَبَا الْعَبَّاسِ: وَلِمَ فَعَلَ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَرَادَ أَنْ لاَ يُحْرِجَ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِهِ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjamak antara salat Zuhur dan Ashar di Madinah bukan karena bepergian juga bukan karena takut. Saya bertanya: Wahai Abu Abbas, mengapa bisa demikian? Dia menjawab: Dia (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak menghendaki kesulitan bagi umatnya.” (HR Ahmad)

3) Boleh Tidak Puasa

Seseorang yang melakukan perjalanan dengan ketentuan jarak tempuh sebagaimana boleh menggabung (jamak) atau meringkas (qasar) salat, ia juga diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Puasa yang ditinggalkan karena bepergian wajib diganti setelah bulan Ramadan.

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

“…Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain…” (QS Al Baqarah: 185)

Dalam kitab fikih ulama banyak menjelaskan ketentuan perihal boleh atau tidaknya bagi seseorang yang sedang bepergian untuk tidak puasa. Misalnya antara lain disebutkan sebagai berikut:

( وَ ) يُبَاحُ تَرْكُهُ ( لِلْمُسَافِرِ سَفَرًا طَوِيلا مُبَاحًا ) فَإِنْ تَضَرَّرَ بِهِ فَالْفِطْرُ أَفْضَلُ وَإِلا فَالصَّوْمُ أَفْضَلُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي بَابِ صَلاةِ الْمُسَافِرِ . ( وَلَوْ أَصْبَحَ ) الْمُقِيمُ ( صَائِمًا فَمَرِضَ أَفْطَرَ ) لِوُجُودِ الْمُبِيحِ لِلإِفْطَارِ . ( وَإِنْ سَافَرَ فَلا ) يُفْطِرُ تَغْلِيبًا لِحُكْمِ الْحَضَرِ وَقِيلَ يُفْطِرُ تَغْلِيبًا لِحُكْمِ السَّفَرِ

“Dan dibolehkan meninggalkan berpuasa bagi seorang musafir dengan perjalan yang jauh dan diperbolehkan (mubah). Bila dengan berpuasa seorang musafir mengalami mudarat maka berbuka lebih utama, bila tidak maka berpuasa lebih utama sebagaimana telah lewat penjelasannya pada bab shalatnya musafir. Bila pada pagi hari seorang yang bermukim berpuasa kemudian ia sakit maka ia diperbolehkan berbuka karena adanya alasan yang membolehkannya berbuka. Namun bila orang yang mukim itu melakukan perjalanan maka ia tidak dibolehkan berbuka dengan memenangkan hukum bagi orang yang tidak bepergian. Dikatakan juga ia boleh berbuka dengan memenangkan hukum bagi orang yang bepergian” (Jalaludin Al-Mahali, Kanzur Raghibin Syarh Minhajut Thalibin juz 2, hal. 161)

Dalam kitab Mughnil Muhtaj juga dijelaskan:

وَلَوْ نَوَى وَسَافَرَ لَيْلًا، فَإِنْ جَاوَزَ قَبْلَ الْفَجْرِ مَا اُعْتُبِرَ مُجَاوَزَتُهُ فِي صَلَاةِ الْمُسَافِرِ أَفْطَرَ، وَإِلَّا فَلَا

“Bila seseorang berniat puasa dan melakukan perjalanan pada malam hari, bila sebelum terbitnya fajar ia telah melewati batasan yang ditetapkan dalam bab salatnya musafir maka ia boleh berbuka, bila tidak maka tidak boleh berbuka.” (Muhammad Khatib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, juz 1, hal. 589).

Memilih waktu yang tepat untuk mudik dan menyiapkan bekal selama dalam perjalanan itu penting. Selain hal di atas tentu tidak kalah pentingnya adalah membekali kita dengan ilmu pengetahuan tentang tata cara ibadah dalam selama dalam perjalanan.

***

Abdul Muiz Ali

Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Jati Diri Seorang Muslim



Jakarta

Terdapat beberapa hal yang penting dan wajib dimiliki seorang muslim. Dengan demikian ia bisa disebut sebagai muslim yang memiliki jati diri.

Jati diri seorang muslim terdiri dari tiga hal. Sebagaimana dijelaskan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang ditayangkan Kamis (4/4/2024).

Islam bukan hanya sebuah gelar atau identitas tetapi merupakan nilai yang membentuk jati diri seorang muslim.


“Islam itu bukan hanya identitas tapi utamanya Islam adalah satu nilai yang membentuk jati diri kita. Identitas hanya ekspresi dari apa yang ada di diri kita,” kata Habib Ja’far .

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa seorang muslim setidaknya memiliki tiga nilai yang membuatnya layak disebut sebagai mukmin sejati. Nilai tersebut yakni iman, Islam dan takwa.

“Yang pertama iman, artinya seorang muslim memiliki keimanan yang kokoh sehingga dia melakukan apapun dengan penuh kesadaran bahwa Allah SWT melihat semua yang kita lakukan,” jelas Habib Ja’far.

Dengan keimanan, seorang muslim yakin dan percaya bahwa Allah SWT menghitung setiap perbuatan dan Allah SWT berada dalam setiap gerak gerik yang kita lakukan.

“Seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang bukan hanya haram tetapi yang syubhat akan dihindari. Inilah yang menjadi prinsip para kekasih Allah SWT yang disebut kehati-hatian,” jelas Habib Ja’far.

Nilai yang membentuk jati diri seorang muslim selanjutnya adalah Islam.

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan,

“Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari).

Dan nilai jati diri seorang muslim yang ketiga adalah takwa.

“Orang yang takwa adalah orang yang tidak marah ketika dipancing amarahnya, orang yang memaafkan orang yang marah, dan berbagi senyum, jasa atau harta kepada orang yang bikin dia marah,” beber Habib Ja’far.

Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 134 dijelaskan,

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Demikianlah orang-orang yang memiliki jati diri seorang mukmin.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Jati Diri Seorang Muslim bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Ketentuan Melakukan Iktikaf pada Akhir Ramadan



Jakarta

Pada malam-malam akhir Ramadan, kaum muslimin dianjurkan untuk melakukan iktikaf di masjid. Ibadah ini rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Aisyah RA,

“Bahwasanya Nabi SAW beriktikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla. Kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beriktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Ibadah iktikaf ini wajib dikerjakan di masjid, bukan di rumah atau musala. Tujuan dari iktikaf ini agar umat Islam fokus beribadah kepada Allah SWT.


“Selama kita melakukan iktikaf itu yang kita lakukan adalah mengingat Allah SWT sesekali diselingi dengan membaca Qur’an, baca zikir, salat, zikir (lagi), baca Qur’an (lagi),” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Jumat (5/4/2024).

Ketika melakukan iktikaf, kaum muslimin harus dalam keadaan bersih dan suci. Karenanya, dianjurkan pula untuk mempertahankan wudhu saat beriktikaf.

Menurut Nasaruddin Umar, iktikaf tidak harus bermalam dan menginap di masjid. Beriktikaf seusai salat tarawih meski hanya dua sampai tiga jam diperbolehkan.

“Dua jam juga sudah iktikaf kok. Maka itu kalau kita pergi tarawih, begitu kita masuk ke masjid langsung niat iktikaf, walaupun hanya dua jam, tiga jam (lalu) balik ke rumah sudah selesai iktikafnya,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Beriktikaf juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus kepada Allah SWT semata. Muslim sebaiknya memelihara pandangan dan mulutnya saat melakukan amalan tersebut agar khusyuk.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Bukti yang Diingkari



Jakarta

Jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang ditunggu umat Yahudi dan umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat-ayat yang menyatakan kalau kedatangan Nabi Muhammad SAW. sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab-kitab suci pendahulunya, seperti Taurat dan Injil.

Sebagaimana tersebut dalam surah As Shaf ayat 6 yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata.’ Inilah pengingkaran yang hakikatnya mereka sudah mengetahui akan kedatangan utusan Allah SWT yang terakhir dan menyempurnakan.

Tapi, jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang juga ditunggu umat Hindu? Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari dua agama itu sangat jauh berbeda.


Adalah Pundit Vaid Parkash professor bahasa dari Allahabad University di India yang juga menjadi pandita besar kaum Brahmana, dalam salah satu bukunya berjudul “Kalky Autar” atau Avatar (Petunjuk Yang Maha Agung) yang diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.

Prof Pundit Vaid Parkash telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan untuk menjadi muslim yang telah dinyatakan di dalam buku itu. Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “Kalky Autar” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah SAW yang lahir di Makkah.

Adapun petunjuk lainnya saat Khadijah mengajak suaminya menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal. Setelah Rasulullah menceritakan yang dialaminya di gua Hira’ kemudian Waraqah meyakininya dan berkata, “Seandainya aku masih muda dan kuat, dan andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu. Jika masamu itu aku alami, niscaya aku akan menolongmu sekuat tenaga.” Siapakah Waraqah ini? Dia adalah penganut Nasrani di zaman jahiliah. Dia juga mencatat Alkitab dalam bahasa Ibrani lalu mencatat banyak Injil. Usianya lanjut dan matanya buta.

Kisah pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan pendeta Nasrani Buhaira berawal ketika Nabi SAW yang saat itu berusia 12 tahun, versi lain menyebutkan 9 tahun, ikut berdagang dengan pamannya, Abu Thalib, ke Negeri Syam (Syria). Buhaira awalnya beragama Yahudi namun menjadi rahib Kristen Nestorian. Dia tinggal di kota Bushra, Selatan Syam (sekarang Syria). Dia mendekat, lalu memegang tangan Muhammad SAW. yang masih anak-anak sambil berkata: “Ini adalah pemimpin dunia dan Rasul Tuhan semesta alam, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta.”

Bukti-bukti ini yang sudah menjadi kenyataan, namun karena sifat ingkarnya maka mereka tidak mengakuinya dan mereka ini termasuk golongan yang merugi dan sia-sia. Orang yang sering ingkar berarti orang tersebut tidak dapat dipegang ucapannya. Hal ini menjadikan orang lain sulit menaruh kepercayaan terhadapnya. Pengingkaran itu akan terus diikuti dengan kebohongan-kebohongan sebagai dalih pengingkarannya.

Tahukah bahwa pengikut Nabi Muhammad SAW saat ini di dunia, menurut data Global Muslim Population yang dipublikasikan dalam laman Times Prayer, jumlah pemeluk Islam per Jumat (2/2/2024) pukul 13.30 WIB mencapai 2.022.131.798 orang dari 8.088.527.193 jiwa total populasi dunia. Jumlah ini menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah Kristen. Jumlah terbesar kedua dunia dengan perkembangan yang sangat pesat khususnya di negara-negara maju.

Mereka beralih menjadi mualaf bukan karena alasan ekonomi, melainkan karena kebenaran sejati. Pengembangan masjid di USA, Kanada dan negara-negara Eropa terus makin pesat karena konversi dari tempat ibadah agama lain menjadi masjid. Ingatlah bahwa Rasulullah SAW. dalam membangun masyarakat baru dengan pilar pertama yaitu mendirikan masjid. Masjid bagi umat Islam merupakan fondasi membentuk peradaban Islam.

Jumlah pengikut yang berkisar dua milyar dan terus berkembang, apakah masih perlu diingkari atau didustakan? Tentu tidak karena Allah SWT Maha Kuasa dan Maha Berkehendak akan menjalankan takdir-Nya. Dia (Allah SWT) telah menunjukkan kekuatan iman para warga Gaza yang ditindas dan teguh berpegang pada keyakinan, ini berdampak pada penduduk negara-negara maju yang sebelumnya ikut membenci karena propaganda sesat, saat ini membela dan memberi dukungan dan tidak sedikit yang akhirnya menjadi mualaf.

Ya Allah, tunjukkanlah jalan yang benar bagi umat manusia dan kuatkanlah iman kaum muslimin agar bisa memberikan contoh kehidupan sesuai dengan petunjuk-Mu.

***

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Cinta Rasulullah SAW pada Umatnya



Jakarta

Umat Islam adalah umat Rasulullah SAW. Banyak sekali keutamaan yang diberikan kepada umat Rasulullah SAW, bahkan disebutkan sebagai umat terbaik.

Cinta dan kasih sayang Rasulullah SAW tercurah kepada seluruh umatnya. Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom menyebut umat Rasulullah adalah umat yang beruntung.

“Tidak ada yang lebih mulia, lebih beruntung, lebih segalanya melebihi umat Nabi Muhammad,” kata Habib Ja’far dalam detikKultum yang tayang Jumat (5/4/2024).


Hal ini termaktub dalam surah Ali ‘Imran ayat 110. Allah SWT berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Ayat ini menegaskan bahwa umat Rasulullah SAW adalah golongan orang-orang yang beruntung.

“Kita beruntung menjadi umat Nabi Muhammad, seorang termulia yang begitu mencintai umatnya hingga mengundang rasa cemburu Nabi Musa dan Nabi-Nabi lainnya untuk menjadi umatnya Nabi Muhammad karena begitu dicintai,” jelas Habib Ja’far.

Saking cinta dengan umatnya, Rasulullah SAW menghabiskan banyak malam untuk memikirkan dan meminta kepada Allah SWT agar menyelamatkan umatnya.

“Nabi Muhammad memikirkan bagaimana caranya agar umatku bisa bahagia di dunia dan selamat di akhirat, sambil menangis merintih memohon kepada Allah agar umatnya dijauhkan dari azab yang terjadi pada umat sebelumnya,” lanjut Habib Ja’far.

Dalam sebuah hadits sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad, “Saat itu aku kembali bersujud pada-Nya. Kemudian Allah berfirman, ‘Angkatlah kepalamu, Muhammad. Memohon pertolongan apa pun, engkau akan diberi.’ Aku pun mengangkat kepala lantas memohon, ‘Umatku, umatku, ya Rabb.’ Dia kembali berfirman, ‘Temuilah umatmu. Siapa saja yang engkau temukan di hatinya keimanan walau seberat biji sawi, maka masukkanlah ke dalam surga.’ Maka siapa pun yang aku temukan dalam hatinya keimanan walau seberat biji gandum, aku masukkan ke dalam surga’.”

“Nabi Muhammad SAW, seorang yang mencintai kawan maupun lawan, seorang yang merelakan segalanya untuk umatnya, pribadi yang sangat mencintai umatnya. Nabi yang penuh kasih sayang kepada umatnya,” tegas Habib Ja’far.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Cinta Rasulullah SAW pada Umatnya bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Tips Mudah Khatam Al-Qur’an Selama Ramadan



Jakarta

Membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadan memiliki keutamaan tersendiri. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar menyebut membaca satu huruf Al-Qur’an di bulan suci setara dengan sepuluh kebaikan.

“Alif lam mim 3 huruf, di luar Ramadan kita hanya dapat pahala 3, tapi dalam bulan suci Ramadan kita baca alif lam mim itu dapat pahala 30. 1 huruf diberi pahala 10,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Sabtu (6/4/2024).

Apabila seorang mukmin khatam Al-Qur’an di bulan Ramadan, maka pahala yang didapat melimpah ruah. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar membagikan sejumlah tips agar muslim dapat khatam Al-Qur’an dengan mudah.


Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal itu, khatam Al-Qur’an bisa dilakukan minimal satu kali di bulan Ramadan. Caranya bisa dengan menyempatkan diri di sela-sela aktivitas, seperti membaca satu juz sebelum pergi ke kantor atau sesudah salat Subuh.

“Tidak perlu tahu artinya apa, baca saja Qur’an-nya maka itu pun akan dapat pahala. Apalagi kalau mau memahami arti tentu akan lebih bagus lagi,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Seumpama jika seorang muslim ingin khatam tiga kali selama Ramadan, maka bisa diakali dengan membaca satu juz sesudah salat Subuh, satu juz sesudah tarawih, dan satu juz sesudah makan sahur. Kiat-kiat seperti ini menjadi tips untuk mengkhatamkan Al-Qur’an.

Ia mengimbau agar umat Islam memaksakan diri untuk khatam Al-Qur’an. Terlebih, di bulan suci ini Allah SWT tidak tanggung-tanggung melimpahkan pahalanya.

“Saya ingin mengajak saudara-saudara semuanya, mari kita membiasakan diri untuk membaca Qur’an secara sistematis, secara konsisten,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Tips Khatam Al-Qur’an selama Bulan Puasa Ramadan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Adab Bertetangga sebagai Muslim



Jakarta

Berbuat baik dengan orang lain, termasuk tetangga, adalah bagian dari sikap seorang muslim. Islam hadir sebagai agama yang membawa kebaikan dan penuh kasih sayang sehingga sikap yang baik menjadi sebuah anjuran.

Tetangga termasuk orang yang patut mendapat perlakuan baik. Dalam hal ini, Islam mengatur tentang adab bertetangga.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Sabtu (6/4/2024), menjelaskan aturan bertetangga yang baik menurut Imam Ghazali.


“Tetangga itu bagian dari kita, ia memiliki satu hak atas kita yaitu hak sebagai tetangga. Jika tetangga kita adalah saudara maka ia memiliki dua hak yakni sebagai tetangga dan sebagai saudara. Jika dia seorang muslim maka ia memiliki tiga hak sebagai tetangga, muslim dan juga saudara kita,” jelas Habib Ja’far.

Lebih lanjut, pemilik nama lengkap Habib Husein bin Ja’far Al Hadar ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memberikan imbauan agar kita memastikan tetangga kita adalah orang baik atau orang yang bisa diajak berbuat baik sebelum kita membeli atau mengontrak rumah. Demikian juga anjuran untuk memastikan bahwa tetangganya orang baik yang membuat nyaman sebelum memastikan rumahnya bagus dan nyaman.

“Karena tetangga orang yang akan intens membangun hubungan dengan kita,” tegas Habib Ja’far.

Dalam Islam, ada aturan yang bisa menjadi pedoman dalam bertetangga. Habib Ja’far menjelaskan adab bertetangga sebagai muslim dengan merujuk pada pendapat Imam Ghazali.

1. Memberikan rasa aman kepada tetangga, jangan mengganggu tetangga.
2. Menjenguk tetangga ketika mereka sakit.
3. Takziah ketika mereka tertimpa musibah, terlebih jika salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.
4. Senang ketika tetangga senang, dan sedih ketika tetangga sedih.
5. Jangan banyak bicara atau melihat tetangga yang sekiranya akan membuat tidak nyaman.
6. Senantiasa mengucapkan salam ketika bertemu.

Banyak hadits yang menjelaskan anjuran berbuat baik kepada tetangga. Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan berikan sebagian pada para tetanggamu.” (HR Imam Muslim)

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Adab Bertetangga sebagai Muslim bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Amalan Sunah yang Bisa Dilakukan Jelang Idul Fitri



Jakarta

Ramadan sudah memasuki hari ke-27, itu artinya Idul Fitri akan tiba dalam beberapa hari lagi. Menjelang datangnya hari raya, ada sejumlah amalan yang bisa dilakukan.

Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Minggu (6/4/2024) menerangkan sejumlah amalan yang bisa dikerjakan menjelang hari raya. Salah satunya memperbanyak salat sunnah dan menambah jumlah rakaatnya.

“Semakin akhir Ramadan itu kita perpanjang waktu salat kita seperti yang dilakukan Rasulullah SAW. Perbanyak rakaat salat kita, jangan pernah meninggalkan salat-salat sunah,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.


Salat-salat sunah ini di luar salat fardhu, seperti Tarawih, tahajud, qabliyah, badiyah dan semacamnya. Selain itu, umat Islam juga bisa lebih rajin membaca Al-Qur’an.

Sebagaimana diketahui, setiap huruf Al-Qur’an yang dibaca pada bulan suci akan mendapat 10 pahala kebaikan. Dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الٓمٓ (Alif Lam Mim) satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

Kemudian, amalan lain yang bisa dikerjakan jelang Idul Fitri adalah memperbanyak sedekah. Sedekah ini tidak hanya sebatas zakat fitrah, melainkan sedekah jariyah, infak, hibah, dan lain sebagainya.

“Jadi bersedekah seperti ini banyak manfaatnya, terutama di akhir bulan Ramadan,” terang Prof Nasaruddin Umar.

Lebih lanjut ia menuturkan, hendaknya seorang muslim pada akhir Ramadan semakin banyak berdoa. Doa tidak hanya ditujukan pada diri sendiri, melainkan juga orang-orang sekitar seperti orang tua yang telah wafat, anggota keluarga lain, dan orang-orang terdekat.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Amalan Sunah yang Bisa Dilakukan Jelang Idul Fitri dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com