Category Archives: Dakwah

Mengapa Maksiat Terasa Lebih Mudah Dibanding Ibadah?



Jakarta

Maksiat merupakan perbuatan tercela, namun kadang kala maksiat terasa lebih mudah dibandingkan ibadah. Kenapa ya?

Maksiat merupakan salah satu bentuk tipu daya setan, hal ini sebagaimana dijelaskan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang tayang pada Minggu, (7/4/2024).

Beberapa orang terkadang lebih mudah untuk melakukan maksiat, padahal perbuatan ini keji dan diganjar dosa. Sementara untuk ibadah terasa sulit, padahal ibadah seperti salat, puasa dan zakat menjadi kewajiban setiap muslim.


“Kadang kita berpikir kenapa maksiat terasa lebih mudah dan ibadah terasa lebih sulit. Kadang berpikir yang enak-enak dilarang, yang berat justru diwajibkan,” kata Habib Ja’far.

Pemilik nama lengkap Husein Ja’far Al Hadar ini mengatakan bahwa maksiat termasuk dalam tipu daya setan.

“Sebenarnya itulah yang disebut tipub/ daya. Sehingga kita terjebak dalam tipu daya yang muncul dari luar atau dari dalam diri kita,” jelas Habib Ja’far.

Terkait tipu daya setan ini, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 76,

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱلطَّٰغُوتِ فَقَٰتِلُوٓا۟ أَوْلِيَآءَ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّ كَيْدَ ٱلشَّيْطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا

Artinya: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.”

Menurut Habib Ja’far, ayat ini menjelaskan tentang tipu daya setan yang sebenarnya lemah.

Habib Ja’far juga menegaskan dengan menyebut sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira.”

“Kalau kita merasa agama sulit, itu tandanya kita sudah terjebak dalam tipu daya setan,” jelas Habib Ja’far.

Habib Ja’far juga mengingatkan bahwa segala amal kebaikan seperti salat, puasa, zakat itu semua balasannya akan kembali ke diri kita. “Semua amalan balasannya surga, kenikmatan,” tegasnya.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Mengapa Maksiat Terasa Lebih Mudah Dibanding Ibadah? bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Baju Lebaran yang Penting Halalnya Bukan Mahalnya



Jakarta

Lebaran hanya tinggal menghitung hari. Biasanya, jelang Idul Fitri umat Islam berbondong-bondong membeli baju baru untuk di hari raya.

Tak jarang, sebagian dari mereka membeli pakaian yang mahal agar terlihat mempesona saat lebaran. Berkaitan dengan itu, Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom turut menjelaskan terkait hal ini.

“Kenapa harus pakai yang mahal? Allah tidak memandang pakaian mahal, tapi yang paling bersih. Bersih perolehannya, bersih juga zatnya. Kadang-kadang bersih itu susah,” katanya dalam detikKultum yang tayang Minggu (8/4/2024).


Menurutnya, pakaian lebaran tidak perlu mahal. Yang terpenting, cara memperoleh pakaian tersebut halal dan bersih zatnya dari kotoran serta najis.

Selain itu, Nasaruddin Umar juga menyarankan kaum muslimin memakai pakaian warna putih atau ada yang nuansa putihnya.

Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan umat Islam untuk memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Dari Al-Hasan bin Ali RA (cucu Rasulullah SAW), ia berkata:

“Pada setiap hari raya, Rasulullah SAW menyuruh kami agar mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami punyai, dan menyembelih kurban hewan termahal yang mampu kami sediakan.” (HR AI-Hakim)

Selain pakaian baru, hendaknya umat Islam merayakan Idul Fitri dengan suasana batin yang bersih pula.

“Saya ingin betul-betul bapak ibu sekalian mempersiapkan suasana batin yang bersih dengan pakaian yang baru tapi bersumber dari yang halal,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton Di SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Khutbah Idul Fitri 2024 Singkat yang Menyentuh Hati


Jakarta

Setelah melaksanakan salat Idul Fitri, disunahkan untuk mendengarkan khutbah Idul Fitri. Khutbah Idul Fitri dilakukan seperti yang Rasulullah SAW contohkan.

Dikutip dari buku Ringkasan Dalil Ringkasan Fiqih Mazhab Syafii karya Musthafa Dib Al-Bugha, mengenai anjuran khutbah ini dilandaskan pada hadits riwayat Muslim berikut yang berbunyi, “Aku menyaksikan pelaksanaan salat Idul Fitri bersama Rasulullah SAW Abu Bakar RA, ‘Umar RA, dan ‘Utsman RA. Mereka semua salat Id sebelum khutbah.” (HR Bukhari Muslim)

Meskipun salat dan khutbah Idul Fitri bersifat terpisah yang tidak mensyaratkan satu sama lain. Muslim dianjurkan untuk mendengarkan khutbah setelah salat agar rangkaian salat Idul Fitri jadi lebih sempurna.


Dikutip dari buku Kumpulan Naskah Khutbah Idul Fitri & Idul Adha susunan Direktorat Penerangan Agama Islam serta laman resmi Kemenag (Kementerian Agama), Berikut beberapa contoh khutbah Idul Fitri dengan berbagai tema yang bisa menjadi referensi.

10 Khutbah Idul Fitri 2024 Singkat Terbaik dan Menyentuh Hati

1. Khutbah Idul Fitri 2024 Pertama

Pertama-tama kita ucapkan syukur Kepada Allah SWT atas nikmat-karunia yang telah kita terima, yang tidak terbilang banyaknya. Kita mohon bimbinganNya, karena barangsiapa dibimbing Allah maka tiada seorang pun mampu menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan Allah, maka tiada seorang pun mampu membimbingnya. Kita saksikan bahwa tiada suatu tuhan apapun selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Al-Ahad, yaitu Tuhan yang sebenar-benarnya. Dan kita saksikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan hamba-Nya.

Kemudian kita mohonkan sholawat dan salam Allah untuk junjungan kita itu, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Sesudah itu semua, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan jangan sampai kamu mati kecuali kamu adalah orang-orang yang berserah diri, tunduk patuh Kepada-Nya.” (QS Ali-Imran ayat 102)

Inilah hari raya kita semua. Hari raya kemanusiaan universal, hari raya kesucian primordial manusia, hari raya fitrah, hari raya manusia sebagai makhluk yang hanif, makhluk yang merindukan kebenaran dan kebaikan, yang berbahagia karena kebenaran dan kebaikan. Hari raya puncak perolehan keruhanian kita setelah berpuasa selama sebulan, hari raya kembali ke fitrah, kesucian asal ciptaan Allah untuk manusia, Idul Fitri.

Kita kembali ke fitrah kesucian adalah atas bimbingan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, melalui latihan menahan diri yang kita jalankan dengan penuh ketulusan, yang kita genapkan bilangannya selama sebulan. Maka di hari ini, kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, sebagai pernyataan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala petunjuk-Nya itu.

2. Khutbah Idul Fitri 2024 Kedua

Kini Ramadan telah berlalu meninggalkan kita. Sudahkah kita bertakwa kepada Allah dan menunaikan kewajiban kita dalam bulan suci Ramadan itu? Sudahkah kita menghormati hak-hak orang lain dan bergaul bersama mereka dengan santun dan berakhlakul karimah? Puasa itu mencerahkan hati, mendidik diri, meneguhkan komitmen keyakinan, mengajarkan kita nilai dari sebuah ni’mat Allah dan menumbuhkan kepekaan sosial dalam diri kita.

Sudahkah semua itu terwujud? Sudahkah hati kita tercerahkan dengan sinar kebenaran? Mampukah kita mendisiplinkan diri, meneguhkan keyakinan akan nilai-nilai kebenaran yang kita miliki? Sudahkah kita menyadari betapa berharganya sebuah ni’mat Allah sehingga kita selalu terdorong untuk mensyukurinya? Adakah kepekaan sosial dan empati terhadap penderitaan orang lain telah cukup bersemi di hati kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd, kaum muslimin yang berbahagia, pertanyaan-pertanyaan tadi sangat penting sebagai bahan renungan kita semua, sejauh mana puasa telah berpengaruh pada diri, hidup dan kehidupan kita. Jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tersebut tercermin dalam sikap dan perilaku kita. Seseorang tidak mungkin mengklaim telah memperoleh pencerahan, kalau ia ternyata jenuh dengan suasana Ramadan, menghitung hari demi hari mengharap Ramadan cepat berlalu.

Ia tak berhak mengharap ganjaran pahala dari Allah SWT, pembebasan dari api neraka kalau ternyata jauh di dalam hatinya ia hanya menganggap Ramadan sebuah beban! Ia juga tak layak mendambakan pengampunan Allah Rabbul ‘alamin kalau hatinya masih sekeras batu tak bergeming melihat penderitaan mereka yang tertindas.

3. Khutbah Idul Fitri 2024 Ketiga

Saat ini berhari raya mensyukuri petunjuk-Nya yang diberikan kepada kita lewat Ai-Qur’an yang dinuzulkan di bulan Ramadan sebagai pedoman abadi kepada umat manusia Pedoman-Nya itu adalah petunjuk jalan kedamaian yang menjamin keselamatan dan kesejahteraan manusia yang mendambakan keridaan-Nya. Tiap bulan Ramadan keimanan kita digugah untuk memperbaharui komitmen kita terhadap petunjuk-petunjuk-Nya tersebut. Kita diberi peluang emas untuk memekarkan keimanan dengan membenahi diri, menyucikan batin, meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, segala amal dan wawasan ketakwaan kita.

Dalam paket ibadah puasa kita menumbuh-suburkan dalam diri suatu kesadaran sosial. Dengan demikian manusia akan menemukan jati dirinya dan fitrah kemanusiaan sebagai makhluk yang dipersiapkan untuk senantiasa mengabdi. Dalam rangka semangat pengabdian itu ibadah puasa menuntun kita hidup jujur, hidup tulus, menahan diri dan mengendalikan emosi, mematuhi hukum, dengan hidup tertib dan berdisiplin tinggi, penuh dedikasi, serta menghayati persamaan dan kebersamaan dalam hidup kita. Bulan Ramadan membekali kita dengan nilai luhur tersebut, dan itulah perwujudan ketakwaan yang bermula dan berkembang dari keimanan.

Allahumma ya Allah Yang Maha pengasih. Limpahkanlah taufiq, hidayah dan inayah-Mu kepada bangsa dan Negara kami, kepada para pemimpin dan seluruh rakyat kami agar senantiasa berada dalam keselamatan, keamanan dan ketentraman, serta terhindar dari segala gangguan. Jadikanlah ya Allah sisa-sisa umur kami sebagai tambahan bagi kebaikan, kebaikan masyarakat, bangsa dan Negara kami, kebaikan kesejahteraan seluruh rakyat kami, dan kebaikan bagi tegak kokohnya agama Islam yang Engkau ridhai di bumi Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini.

4. Khutbah Idul Fitri 2024 Keempat

Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah puasa, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan Ramadan. Kita belum tahu apakah kita masih bertemu dengan Ramadan tahun mendatang. Yang pasti hari ini kita berada di ldul Fitri, yakni hari yang suci, penuh berkah dan ampunan. Dikatakan suci karena hari ini kita telah berada dalam suasana ampunan Allah, suci dari noda dan dosa.

Kendati itu semua sangat tergantung kepada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepada Allah selama Ramadan. Sebulan penuh lamanya kaum muslimin menahan lapar dan dahaga, bukan sebab ketiadaan makanan dan minuman, akan tetapi karena memenuhi perintah Allah SWT.

Melalui ibadah puasa kaum muslimin menjalani latihan mental, untuk menguasai, mampu dan mengenal diri, dan mampu mengendalikan serta menahan diri dari tipu daya syaithoniyah. Kita melatih diri untuk mampu meninggalkan semua hal yang dapat merusak tata pergaulan masyarakat harmoni dan juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan takwa dan tafakur kepada Dzat yang Maha Besar.

5. Khutbah Idul Fitri 2024 Kelima

Hari ini kita kaum muslimin sedunia kembali merayakan ldul Fitri dengan perasaan syukur ke hadirat Allah SWT Kita sambut dan kita rayakan ldul Fitri ini dengan takbir dan tahmid sebagai pengakuan kita terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Tunggal dan tiada sekutu bagi-Nya. Kita sambut dan kita rayakan hari yang mulia ini dengan rukuk dan sujud/salat ldul Fitri, sebagai pernyataan syukur kita terhadap rahmat dan nikmat-Nya dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan, lantaran kita telah mampu mengalahkan musuh besar kita yakni nafsu-nafsu rendah serta syahwat yang sering menjerumuskan kehidupan kita ke lembah kehinaan selama menunaikan ibadah puasa sebulan penuh.

Apabila kita membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an terdapat 86 kali kata mal (harta) tercantum dalam berbagai bentuknya. Hal ini menunjukkan bahwa harta harus ditujukan untuk kepentingan kelompok dan diarahkan bagi kemaslahatan umum atau dengan kata lain harta harta harus mempunyai fungsi sosial; sebagai makhluk sosial lain baik langsung atau tidak langsung. Dengan demikian wajar jika Allah menetapkan paling tidak sebagian dari harta yang dititipkan Allah kepada manusia, agar dinafkahkan untuk kepentingan umum dengan jalan zakat, infak dan sedekah.

Fungsi sosial tersebut semakin terasa pentingnya apabila disadari bahwa sesama mukmin itu adalah bersaudara. Persaudaraan ini menuntut solidaritas, yang intinya adalah menyerahkan tanpa menanti imbalan dan memberi tanpa tanpa menunggu permintaan karena demikian itulah hubungan persaudaran. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang dari kamu sehingga ia menyukai bagi saudaranya apa yang ia sukai bagi dirinya sendiri.” (HR Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi).

6. Khutbah Idul Fitri 2024 Keenam

Pertama-tama marilah kita berserah diri dan bersyukur ke hadirat Allah SWT dengan rahman dan rahim-Nya telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang sangat banyak sehingga kita dapat berada dalam kebahagiaan di pagi ldul Fitri yang mulia ini. Bersama umat Islam sedunia, hari ini kita ikuti menikmati kegembiraan dan ketenangan batin sebagai pertanda kita telah selesai menyelesaikan suatu ujian berupa ibadah Ramadan. Sebagaimana layaknya sebuah ujian kita semua berharap agar termasuk pada kelompok orang yang berhasil lulus dengan predikat takwa.

Kata ldul Fitri bisa bermakna kembali kepada fitrah atau kesucian, dan ldul Fitri juga adalah simbol kesuksesan, yakni kesuksesan menyucikan diri dari berbagai sifat-sifat yang tidak terpuji. Dengan kesucian jiwa, pikiran dan tingkah laku orang yang berpuasa, maka akan menambah indah dan berseri kehidupannya, terhindar dari berbagai maksiat dan kejahatan. Hatinya bersih jiwanya damai, pikiran positif dan cemerlang, rasa solidaritasnya kuat, bersikap jujur, ikhlas dan tangguh dalam menghadapi berbagai hal yang melanda hidupnya, karena selama bulan suci Ramadan dilatih untuk itu.

Kesucian dalam arti yang luas; kesucian jiwa, perilaku, pikiran, pekerjaan, lingkungan, persahabatan, pergaulan dan berbagai dimensi sosial kehidupan lainnya. Bila prinsip kesucian ini betul-betul dihayati dan dilaksanakan dalam berbagai aspek kehidupan tentulah akan menimbulkan dampak yang sangat positif. Sebaliknya perilaku yang kotor, yakni yang tidak sesuai dengan etika dan aturan agama maupun negara, misalnya kekerasan, kecurangan, fitnah, perpecahan, intimidasi, korupsi, kolusi dan nepotisme, tentu bisa dihindari. Bila masing-masing kita menonjolkan dan mengedepankan kesucian itu pastilah berbagai hal yang mengancam kerukunan hidup umat beragama, integrasi bangsa, krisis ekonomi dan sebagainya dapat kita hindarkan.

7. Khutbah Idul Fitri 2024 Ketujuh

Melalui mimbar ini khatib mengajak kita semua, khususnya diri khatib sendiri, untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT di manapun kita berada dan dalam keadaan apapun kita. Takwa adalah sebaik-baik bekal yang hidup yang akan membawa kita mencapai kebahagiaan sejati di dunia maupun di akhirat. Bagi kita yang telah menjalankan shaum secara penuh di bulan suci Ramadan dan melaksanakannya bukan karena motivasi lain kecuali semata-mata karena iman dan ingin memperoleh ridha Allah SWT, maka insya Allah, Allah akan mengampuni segala dosa-dosa yang telah lalu.

Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses pendidikan, yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah perilaku setiap muslim, sehingga menjadi orang yang meningkat ketakwaannya. Shaum telah mendidik setiap muslim untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik sehingga menjadi manusia yang bertakwa. Melalui ibadah shaum kita sebagai manusia yang memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu dilatih untuk berubah menjadi manusia yang selalu berperilaku sesuai dengan fitrah aslinya.

Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti perintah dan aturan Allah SWT Melalui proses pendidikan yang terkandung dalam ibadah shaum diharapkan setiap muslim menjadi manusia yang kehadirannya di manapun dalam masyarakat yang bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama dan menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

8. Khutbah Idul Fitrii 2024 Kedelapan

Kumandang takbir, tahlil, dan tahmid tak henti-hentinya didengungkan oleh kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia seiring dengan telah diselesaikannya puasa Ramadan selama satu bulan penuh, sebagai bentuk pernyataan syukur kepada Allah SWT. Allah berfirman yang artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendak/ah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah ayat 185).

Satu bulan penuh, kita menggembleng diri dengan membiasakan memelihara hati agar tetap jernih, menjaga akal agar tetap sehat, mengasah pikiran agar tetap logik, mengawal langkah agar tetap lurus, dan mengatur kata-kata agar tetap selaras dengan perbuatan. Ghibah kita jauhi, hasud, dengki atau iri hati kita hindari, fitnah dan adu domba kita tinggalkan, keangkuhan dan kesombongan kita buang. Satu bulan penuh, kita telah menyibukkan diri dengan mengerjakan berbagai macam ibadah, dari mulai yang wajib hingga sunat, tidak saja di siang hari tapi bahkan sampai larut malam.

Mari kita rayakan ldul Fitri dengan semangat takwa. Pererat tali silaturahmi, taburkan kasih-sayang sesama insani, tumbuh-kembangkan solidaritas dan ukhuwah serta tebarkan maaf antar sesama, niscaya ketakwaan kita akan semakin bertambah. Setelah Allah menurunkan maghfirah-Nya pada bulan Ramadan, kini kita lebur kesalahan kita dengan sesama manusia. itulah Idul Fitri yang berarti kembali ke fitrah (yang suci) bak bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.

9. Khutbah Idul Fitri 2024 Kesembilan

Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, maka sekarang tiba-lah masanya kita tumpahkan rasa senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan nama Allah Azza wa Jalla. Betapa harunya kita, sebab Allah SWT telah menciptakan bulan Ramadan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan. Satu kali melakukan ibadah fardhu, maka pahalanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardhu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardhu.

Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini, datang berduyun-duyun dari tempat tinggal kita, menuju masjid tempat yang suci ini untuk menjalankan salat Idul Fitri secara berjemaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah SWT. Pada hari ini tanggal 1 Syawal 1445 Hijriah ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir, “Allahu Akbar x3 wa lillahil hamd.”

Marilah kita tanamkan bulat-bulat di dalam hati kita, bahwa ke depannya hidup kita akan menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Allah SWT. Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia. Minal Aidin wal faizin. Semoga Allah menerima niat baik dan amalan kita, serta Allah jadikan hari-hari kita selama setahun kedepan menjadi lebih baik. Taqabbalallahu minna wa minkum. Fi kulli ‘aamin wa antum bi khoir. Amiin, Amiin. Ya robbal alamin.

10. Khutbah Idul Fitri 2024 Kesepuluh

Tiada ungkapan yang patut kita ucapkan di tengah lantunan takbir, tahmid, tahlil yang berkumandang serta kebahagiaan Hari Raya Idul Fitri kali ini, kecuali rasa syukur kepada Allah SWT, biqauli ‘Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Dialah yang telah menganugerahkan nikmat-nikmat kehidupan dunia yang jika coba kita hitung satu-persatu, maka niscaya tak sanggup kita menghitungnya.

Setidaknya ada empat sikap moderat yang perlu kita semai dalam Idul Fitri ini dan menjadi ciri apakah seseorang moderat atau tidak. Yang pertama adalah sikap toleran yakni saling menghargai dan menghormati dalam bingkai aspek kemanusian. Sikap toleran merupakan sikap positif yang mampu memunculkan kedamaian karena berupaya menjaga hati orang lain di tengah perbedaan-perbedaan yang merupakan bagian dari fakta sosial yang tidak bisa terelakkan.

Sikap kedua adalah menguatkan komitmen kebangsaan. Kita perlu menyadari bahwa Indonesia bukanlah negara agama. Indonesia juga bukan negara sekuler yang anti pada agama. Kita hidup di tengah beragamnya suku, budaya, dan agama yang semua itu menjadi sebuah kekayaan Indonesia yang harus dipertahankan. Kehadiran pemerintah dalam hal ini sangat penting agar semangat kebangsaan, keberagaman, dan keberagamaan bisa terus bersemai.

Sikap ketiga yang perlu kita semai pada momentum Idul Fitri adalah menerima kearifan lokal yang sudah melekat dalam tradisi dan budaya masyarakat. Tradisi dan budaya luhur yang ada harus kita pertahankan sebagai identitas mulia bangsa Indonesia. Pada momentum lebaran, banyak tradisi yang mampu menjadikan kita lebih moderat dalam beragama. Di antaranya adalah budaya halal bi halal yakni berkunjung dan bersilaturahmi untuk saling memaafkan pada Hari Raya Idul Fitri. Halal bi halal warisan para ulama ini sangat luhur dan hanya ada di Indonesia.

Selanjutnya sikap yang keempat adalah anti kekerasan. Idul Fitri menjadi momentum tepat untuk menghaluskan hati dan menyingkirkan benih-benih kekerasan yang bercokol dalam diri. Nilai-nilai kemanusiaan yang muncul dari Idul Fitri seperti kebersamaan, saling memaafkan, kebahagiaan, dan kerukunan akan mampu memunculkan kecintaan yang pada akhirnya setiap individu akan anti terhadap kekerasan. Kita tidak diperbolehkan melakukan kekerasan terlebih mengatasnamakan agama karena pada dasarnya, agama mengajarkan cinta dan kasih sayang.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Tips agar Salat Khusyuk



Jakarta

Salat menjadi ibadah wajib yang utama bagi seorang muslim. Setiap salat hendaknya dilakukan dengan khusyuk dan menghadirkan diri serta hati secara penuh.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom yang tayang Senin (8/4/2024) menjelaskan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah, terutama salat.

Perintah salat termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Salah satunya dalam surat Az-Zariyat ayat 56 yang menegaskan firman Allah SWT tentang penciptaan manusia dan jin untuk beribadah.


وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, Habib Ja’far menjelaskan bahwa salat adalah ibadah yang kelak akan dihisab pertama kali di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda, “Amal ibadah yang pertama yang akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah salatnya, jika salatnya baik maka baiklah seluruh amalannya yang lain dan jika salatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain.” (HR Thabrani)

“Salat menjadi pondasi dari ibadah yang lain karena salat itu disebut sebagai tiang agama,” jelas Habib Ja’far.

Lebih lanjut, Habib Ja’far juga mengatakan bahwa salat merupakan ibadah yang agung. Jadi ketika mengerjakan harus penuh dengan perasaan khusyuk.

“Salat adalah pelipur lara, salat adalah problem solving pemecah masalah ketika sedih dan punya masalah,” kata Habib Ja’far.

Salat yang khusyuk adalah salat yang menghadirkan diri kita. Bukan salat yang hanya menjalani sesuai rukunnya saja.

“Bukan salat gerakan dan badannya doang tapi pikiran healing kemana-mana. Bukan salat yang baca ayatnya doang tapi nggak paham apa yang diucapkan. Kita perlu tahu bagaimana cara mendapatkan salat yang khusyuk itu,” lanjut Habib Ja’far.

Habib Ja’far juga memberikan tips agar setiap muslim bisa menjalani salat yang khusyuk. Berikut beberapa tipsnya:

1. Memberi waktu kepada salat. Artinya khususkan waktu untuk salat, bukan salat di sela-sela waktu.

2. Memahami bacaan yang kita baca saat salat. Tujuannya agar pikiran dan hati fokus pada apa yang dibaca.

3. Menyadari bahwa ketika salat kita berhadapan dengan sang maha kuasa. Salat dengan ihsan, artinya salat seolah kita melihat Allah SWT dan kita harus menyadari bahwa Allah SWT juga melihat kita.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: 3 Tips agar Salat Khusyuk bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa pukul 17.45 WIB. Jangan terlewat!

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Lebaran Segera Tiba, Manfaatkan Momen Akhir Ramadan dengan Bertakbir



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki penghujung Ramadan. Dalam hitungan hari, lebaran segera tiba.

Sudah sepantasnya para mukminin menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan suka cita. Meski demikian, berakhirnya Ramadan juga menjadi kesedihan tersendiri.

Pada malam Idul Fitri, umat Islam menggaungkan takbir hari raya secara beramai-ramai. Takbir tak hanya sekadar ucapan, melainkan juga penyempurna pahala puasa seseorang.


“Sempurnakanlah pahala puasanya dengan melakukan takbir pada malam takbiran, sempurnakan pahala puasanya dengan menunaikan salat Idul Fitri, ajak keluarganya, pakai pakaian baru,” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (9/4/2024).

Menurutnya, momen jelang Idul Fitri itu hendaknya dimanfaatkan oleh seorang muslim untuk tetap beribadah kepada Allah SWT. Sebab, Ramadan akan berakhir dan belum tentu di tahun selanjutnya kita dipertemukan kembali dengan bulan mulia tersebut.

“Sujud terakhir kita pada Idul Fitri itu nanti jadi agak panjang sedikit. Ya Allah, saya berikrar seandainya aku bisa dapat Idul Fitri tahun depan, mohon di situ (kepada Allah),” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, Nasaruddin Umar juga mengingatkan agar umat Islam senantiasa membayar zakat fitrah pada malam Idul Fitri. Amalan ini wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang masih hidup.

Tak lupa, ia mengimbau kaum muslimin melantunkan takbir sampai malam. Ini dimaksudkan agar malaikat melaporkan amalan kita di penghujung Ramadan saat sedang bertakbir.

“Jangan laporkan kemalasan kami kepada Allah, wahai Ramadan kembalilah menjumpai kami pada tahun depan. Selamat jalan Ramadan,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/dvs)



Sumber : www.detik.com

Ini Cara Merayakan Lebaran sesuai Syariat Islam



Jakarta

Perayaan Idul Fitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Setelah berpuasa sebulan penuh, kaum muslimin melangsungkan lebaran yang juga jadi ajang silaturahmi terhadap sesamanya.

Meski berakhirnya Ramadan menyimpan kesedihan tersendiri, hendaknya muslim merayakan Idul Fitri dengan sukacita. Mengenai hal itu, Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan sejumlah hal yang dapat dikerjakan muslim untuk merayakan Idul Fitri.

“Poin yang perlu untuk kita ingat bersama bagaimana caranya merayakan Idul Fitri, bagaimana menjemput Idul Fitri ini sangat penting,” katanya dalam detikKultum yang tayang Selasa (9/4/2024).


Pertama, lanjut Nasaruddin Umar, umat Islam hendaknya mengeluarkan zakat fitrah di malam Idul Fitri. Amalan ini menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang masih hidup.

Kedua, pada malam terakhir Ramadan usahakan untuk berdoa di sujud terakhir salat Witir. Permohonan yang bisa dipanjatkan ialah agar dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun depan.

“Kita berdoa, ya Allah panjangkanlah umurku supaya bisa aku salat Witir lagi di akhir Ramadan tahun depan,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, seorang muslim hendaknya mandi sunnah sebelum atau sesudah salat Subuh. Lalu, kenakan pakaian terbaik serba putih yang bersih.

“Kemudian pada saat itu kita disunnahkan untuk makan dulu, baru pergi (silaturahmi),” lanjut Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Keutamaan Sedekah



Jakarta

Sedekah menjadi tanda bahwa seseorang memiliki sifat dan sikap dermawan. Sikap dermawan dicontohkan oleh orang-orang terdahulu yang memiliki hati mulia.

Salah satu sifat yang pasti ada pada nabi, rasul dan orang-orang baik adalah kedermawanan. Banyak kisah dan cerita dari orang-orang baik adalah cerita tentang kedermawanan.

Hal ini dijelaskan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (9/4/2024). Dalam kultumnya, Habib Ja’far menceritakan beberapa contoh kisah kedermawanan.


“Misalnya Nabi Ibrahim dikenal sebagai kekasih Allah karena selalu membuka rumahnya untuk siapa saja yang kelaparan (dipersilahkan) untuk makan dan minum,” kata Habib Ja’far.

Kisah kedermawanan selanjutnya yang diceritakan Habib Ja’far adalah tentang Syekh Abu Bakar bin Salim, seorang kekasih Allah SWT dari Yaman yang terkenal sebagai pribadi yang tidak pernah menutup rumahnya bagi orang-orang yang kelaparan dan kehausan.

Dan kisah kedermawanan, tentu saja hadir dalam sosok junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai pribadi yang dermawan.

“Ketika memasuki Ramadan, kedermawanan beliau bahkan meningkat berkali lipat sehingga kita diperkenalkan Ramadan sebagai bulan kedermawanan,” jelas Habib Ja’far.

Berbagi saat Ramadan menjadi salah satu amalan yang bisa dikerjakan umat Islam. Begitu agungnya berbagi kepada orang lain, termaktub dalam Surat Al Munafiqun ayat 10, Allah SWT berfirman,

وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Habib Ja’far menjelaskan, dalam Islam berbagi tidak mesti dengan harta, berbagi ada banyak jenisnya sesuai yang disyariatkan. Ada berbagi yang disebut zakat, infak dan sedekah.

Sedekah tidak harus dengan harta. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

«تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ»

Artinya: “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu” (HR Tirmidzi)

Seperti apa sedekah yang baik?

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Keutamaan Sedekah bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Nasihat di Hari Nan Fitri



Jakarta

Idul Fitri dirayakan setiap 1 Syawal. Idul Fitri menjadi momen hari raya yang menandakan kemenangan setelah melewati Ramadan.

Menurut Habib Ja’far, Idul Fitri harus disambut dengan suka cita. Berbagai amalan bisa dikerjakan saat Idul Fitri, termasuk saling memaafkan.

“Idul Fitri maknanya, id itu kembali dan fitri itu makan. Jadi Idul Fitri itu artinya kembali makan dengan gaya yang berbeda dengan sebelumnya,” kata Habib Ja’far dalam tayangan detikKultum detikcom, Selasa (9/4/2024).


Lebih lanjut, Habib Ja’far menjelaskan makna Idul Fitri lebih detail. Jika sebelumnya makan sekedar makan, maka sekarang makan tidak lagi sekedar makan. Makan secara tidak berlebihan, makan tidak lagi dengan nafsu, makan dengan tidak lagi dari hasil mencuri dan sebagainya. Idul Fitri dimaknai dengan makan sekedar untuk memenuhi kebutuhan, bukan menjadi budak makanan.

Idul Fitri juga bermakna fithr yaitu kembali kepada fitrah. “Fitrah yang diberikan Allah SWT dengan penuh kesucian. Fitrah Allah SWT yang ada pada setiap manusia,” lanjut Habib Ja’far.

Momen Idul Fitri mengajak umat Islam pada kesucian dengan penuh keagungan.

Idul Fitri juga menjadi momen yang tepat untuk menyempurnakan ibadah. “Ramadan insya Allah kita telah mendapatkan ampunan dari Allah namun kita belum mendapatkan pemaafan dari manusia selama kita belum meminta maaf kepada orang-orang yang kita (pernah) berlaku salah,” jelas Habib Ja’far.

Idul Fitri adalah momen yang Allah SWT ciptakan untuk saling memaafkan. Dan salah satu puncak dari ketakwaan adalah memberi maaf.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Nasihat di Hari Nan Fitri bisa disaksikan DI SINI. Kajian bersama Habib Ja’far ini sudah tayang tiap hari selama bulan Ramadan menjelang waktu berbuka puasa.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

2 Khutbah Idul Fitri 2024: Tema Kemenangan dan Memaafkan


Jakarta

Bagi para khatib sholat Id, sebaiknya Anda mulai menyiapkan materi untuk khutbah Idul Fitri 2024. Simak 2 ide khutbah Idul Fitri berikut ini, barangkali ada tema yang cocok untuk jamaah Anda.

Tema-tema khutbah yang Anda sampaikan dapat berisi materi tentang ajakan bermuhasabah di Hari Kemenangan, dan tema saling memaafkan untuk kembali suci.

Pembukaan Khutbah Pertama

Setelah mengucap salam pembuka, khatib membuka khutbah dengan membaca takbir 9 kali, syahadat, sholawat, hingga ajakan bertakwa. Berikut ini pembuka khutbah lengkap dengan tulisan latinnya:


اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ اللَّهُ أَكْبَرُ كَثِيرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. أَشْهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اتَّقُوا اللَّهُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

Latin:

Allahu Akbar (9x) Walillahil hamd
Allahu akbar kabira walhamdulillahi katsira wassaubhanallah hibukrattaw wa’asilla
Laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa’dah, wanashara ‘abdah, wa a’azza jundah, wahazamal ahzaaba wahdah.
Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah
wa asyhaduanna sayyidana wannabiyyina muhammadan a’bduhu warasuluh
allahumma salli wasallim wabarik ala sayyidina muhammaddin khatamilanbiya`iwalmursalim wa`ala alihi wasahbihi ajma`in. Ammaba’du
faya ibadallah ittaqullah uusikum wa iyyaya bitakwallah watho`ati la`allakum turhamun.

Pilihan Isi Khutbah Pertama

Setelah membaca pembukaan di atas, khatib kemudian menyampaikan isi khutbah. Ada dua tema untuk khutbah pertama pada khutbah Idul Fitri 2024 yang bisa Anda pilih, yakni sebagai berikut:

Khutbah Idul Fitri 2024: Hari Kemenangan

Berikut ini khutbah Idul Fitri 2024 bertema hari kemenangan dari Ustadz Muhamad Abror, yang dilansir dari NU Online:

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Alhamdulillah, pada hari ini kita telah merampungkan ibadah rukun Islam yang keempat, yaitu satu bulan berpuasa berikut rangkaian ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Lalu, setelah kita meraih momen kemenangan ini, apa yang harus kita perbuat? Apakah berbangga diri dengan pencapaian spiritual yang telah dicapai? Atau merayakannya dengan penuh suka cita? Atau apa?

Idul Fitri bukan seperti turnamen sepak bola atau kompetisi lomba yang kemenangannya harus dirayakan dengan euforia dan penuh kebanggaan.

Kemenangan Idul Fitri adalah ketika kita berhasil meraih kematangan spiritual dan sosial setelah satu bulan penuh digembleng dan dididik di madrasah Ramadhan.

Secara spiritual, selama Ramadhan, kaum Muslimin telah melakukan serangkaian ibadah. Mulai dari puasanya sendiri maupun ibadah-ibadah sunnah di dalamnya seperti sholat tarawih, tadarus Al-Qur’an, beri’tikaf di masjid, dan sebagainya.

Sudah seharusnya jika melalui bulan suci ini dengan maksimal dan melaksanakan beragam amalan di dalamnya, kita akan merasakan sentuhan dan pencapaian spiritual setelah bulan suci ini berlalu. Terkait puasanya sendiri, Allah swt menegaskan:

يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

Coba kita cermati ayat ini. Allah swt menyampaikan bahwa tujuan melaksanakan puasa adalah untuk melahirkan hamba-hamba yang takwa, yaitu orang yang mematuhi segala bentuk perintah agama dan menjauhi semua larangannya.

Itu baru dengan puasanya saja, bagaimana jika kita mengamalkan beragam ibadah sunnah di dalamnya? Tentu kita akan menyentuh titik kematangan spiritual yang matang. Inilah yang dimaksud dengan sebuah pencapaian spiritual.

اللهُ أَكْبَرُ ٣×، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Lalu, apakah jika kita sudah melakukan banyak ibadah selama Ramadhan sudah selesai begitu saja? Tidak, kita harus menanamkan prinsip khauf dan rajā’.

Khauf adalah kekhawatiran apakah ibadah kita diterima oleh Allah swt atau tidak, sehingga kita tidak terlalu puas dan berbangga diri dengan pencapaian ibadah yang telah dilakukan.

Sementara rajā’ adalah sikap optimisme bahwa Allah dengan sifat kasih sayang-Nya pasti mau menerima amal ibadah yang kita lakukan.

Saat Ramadhan berlalu, kita pun harus menerapkan dua sikap ini secara proporsional atau berimbang. Orang yang ibadahnya tidak didasari sifat khauf akan terlalu percaya diri dengan ibadah yang telah dilakukannya sehingga dikhawatirkan merasa cukup dengan amal yang telah dilakukan.

Sementara sifat rajā’ diperlukan agar kita tidak putus asa kepada Allah swt. Sifat raja’ ini dilakukan dengan rasa optimis bahwa Allah menerima ibadah yang telah kita perbuat. Sebab, Allah sesuai prasangka hamba-Nya.

Imam Al-Ghazali dalam Iḥya’ ‘Ulūmiddīn menyampaikan:

أَنْ يَكُوْنَ قَلْبُهُ بَعْدَ الإِفْطَارِ مُعَلَّقاً مُضْطَرِبًا بَيْنَ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ إِذْ لَيْسَ يَدْرِي أَيُقْبَلُ صَوْمُهُ فَهُوَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ أَوْ يُرَدُّ عَلَيْهِ فَهُوَ مِنَ الْمَمْقُوتِينَ وَلْيَكُنْ كَذَلِكَ فِي آخِرِ كُلِّ عِبَادَةٍ يَفْرَغُ

Artinya, “Setiap selesai berbuka puasa, seyogyanya kita merasa khawatir sekaligus menaruh harap kepada Allah. Khawatir jangan-jangan ibadah kita tidak diterima, juga berharap bahwa Allah menerimanya. Sebab, kita tidak tahu apakah puasa kita diterima sehingga termasuk hamba yang dekat di sisi Allah, atau sebaliknya ditolak sehingga kita termasuk hamba yang mendapat murka-Nya. Sikap seperti ini harus diterapkan setiap selesai melakukan ibadah apapun.” (Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, [2016], juz I, halaman 319).

Imam Al-Ghazali berpesan agar setiap selesai berbuka puasa kita menerapkan sikap khauf dan rajā’ terhadap puasa yang sudah kita laksanakan. Untuk satu ibadah berupa puasa saja perlu ditanamkan prinsip ini apalagi setelah selesai selesai satu bulan dengan segala amalan sunnah di dalamnya.

Bayangkan, orang yang sudah beribadah maksimal saja tidak boleh berbangga diri dan terlalu percaya diri dengan amalnya, apalagi mereka yang ibadahnya biasa-biasa saja.

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Puasa tidak saja ibadah yang memiliki spiritual, tetapi juga ritual keagamaan yang mendidik kepekaan sosial pengamalnya.

Saat kita berpuasa, sebagaimana ditegaskan Syekh ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, sejatinya kita sedang digembleng agar memiliki rasa empati tinggi. Sebab, orang yang berpuasa akan merasakan betapa payahnya menahan lapar dan haus selama kurang lebih tiga belas jam dalam kurun waktu satu bulan.

Dengan pengalaman demikian kita akan sadar bahwa seperti inilah nasib saudara-saudara kita yang hidupnya berkekurangan yang untuk mencari sesuap nasi saja harus memeras keringat di bawah sengatan terik matahari.

Barangkali lapar dan haus kita akan berakhir di waktu magrib, tetapi saudara kita yang hidup dengan ekonomi sangat rendah boleh jadi merasakan lapar sepanjang hayat masih dikandung badan, bahkan untuk makan esok harinya saja masih bingung harus mencari kemana lagi.

Saat Idul Fitri sudah tiba, sudah seharusnya kita mencapai titik empati sedemikian rupa karena sudah melalui hari-hari berpuasa selama satu bulan.

Namun sayang, kadang kita sendiri justru terlalu larut dalam kegembiraan yang kita sebut sebagai ‘hari kemenangan’. Berasyik-ria menerima THR, memakai baju baru, menikmati hidangan spesial Idul Fitri, berkumpul dengan sanak saudara yang masih utuh, dan sejumlah momen keceriaan lainnya.

Namun, kita lupa bahwa di hari kemenangan ini boleh jadi masih ada saudara yang jangankan menerima THR, pekerjaan dengan gaji tetap saja tidak punya.

Jangankan menikmati hidangan ketupat dan sedap opor ayam, untuk makan sehari-hari saja masih harus mengetuk pintu dari satu tetangga ke tetangga yang lain.

Juga mereka yang sudah tidak memiliki keluarga karena tertimpa bencana, umpamanya. Jangankan berkumpul dengan keluarga lengkap, sosok ibu dan ayahnya saja telah tiada.

Mari kita renungi kembali pada momen suci ini. Sudahkah kita merasakan hari kemenangan dengan meraih nilai-nilai kemenangan yang seharusnya?

Kemenangan yang bukan karena kita telah finish melewati jalan terjal Ramadhan, tetapi kemenangan sesungguhnya yang tidak saja berupa kematangan spiritual, melainkan juga pencapaian kepekaan sosial yang seharusnya diraih.

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Puasa sendiri sejatinya representasi dari sejumlah ibadah yang ada. Sebab, sebagaimana puasa, ibadah-ibadah lain juga memiliki semangat spiritual dan sosial yang harus kita raih kedua-duanya.

Sibuk mencari pencapaian spiritual saja tapi mengabaikan aspek sosialnya hanya akan membuat kita buta terhadap lingkungan kita hidup.

Sebaliknya, terlalu sibuk dengan aspek sosial tapi mengabaikan sisi ritualnya hanya akan membuat kita jauh dari Allah swt. Dalam satu hadits diriwayatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، فُلَانَةُ تَصُومُ النهار ، وتقوم اللَّيْلَ ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا . قَالَ : هِيَ فِي النَّارِ . قَالُوا : فُلَانَةُ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَاتِ ، وَتَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنَ الْأَقِطِ ، وَلَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا ؟ قَالَ : هِيَ فِي الْجَنَّةِ

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, ‘Sekelompok sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, ada seorang perempuan ahli puasa dan ahli ibadah malam, tapi dia masih suka menyakiti tetangganya. Bagaimana pendapatmu?’ Rasul menjawab, ‘Dia akan masuk neraka.’ Mereka bertanya lagi, ‘Ada pula seorang perempuan yang hanya menunaikan sholat lima waktu, bersedekah dengan sepotong keju, dan tidak menyakiti tetangganya. Bagaimana pendapatmu?’ Rasul menjawab, ‘Dia akan masuk surga.'” (HR Al-Hakim).

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa sholat yang merupakan tiang agama saja tidak menjamin kita masuk surga jika kita masih berbuat buruk kepada sesama manusia.

Demikianlah khutbah Idul Fitri yang khatib sampaikan. Semoga di momen kemenangan ini membuat kita merasakan kemenangan yang hakiki. Kemenangan yang tidak saja menandai kita telah merampungkan satu bulan berpuasa, tetapi juga telah mencapai kematangan spiritual dan sosial yang sesungguhnya.

تقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ عِيْدِنَا، وَأَعِدْهُ عَلَينَا أَعْوَامًا عَدِيْدَةً أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنًا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ

Khutbah Idul Fitri 2024: Saling Memaafkan

Berikut ini khutbah Idul Fitri 2024 dengan tema saling memaafkan yang dikutip dari situs Kementerian Agama:

Alhamdulillah dengan penuh hidayah Allah SWT, di pagi yang cerah ini kita dapat bersama-sama melaksanakan sholat Idul Fitri 1444 H dengan penuh kekhusyukan, kebahagiaan, dan persaudaraan.

Oleh karena itu, marilah kita bersyukur atas nikmat Allah SWT atas hidayah dan inayah-Nya sehingga kita ditakdirkan untuk hadir bersama-sama di masjid yang dimuliakan Allah ini, karena masih banyak saudara-saudara kita yang berhalangan, tengah berada di jalan atau terbaring sakit.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, Dzat yang maha penyayang yang tak pandang sayang, Dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya.

Khatib juga mengajak, marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka hati suci kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama.

Mudah-mudahan kita yang hadir ini senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT, sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:

إِذَا صاَمُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوا إلَى عِيدِكُمْ يَقُوْلُ اللهَ تَعاَلى ياَ مَلَا ئِكَتي كُلُّ عَاملٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُناَدي مُنَادٍ ياَ أُمّةَ مُحَمّد ارْجِعوْا إلَى مَنَازِلِكمْ قد بَدَلْتُ سَيِّئاَتِكُم حَسَنَاتٍ فيَقوُل اللهُ تَعالى ياَ عِبادي صُمتُم لي وافطَرْتم لي فَقُوموْا مَغْفوْراً لَكم

Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya, maka Allah pun berkata, ‘Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru, ‘Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata, ‘Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan’.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Semalam suntuk kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil tanpa henti, tanpa lelah. Semua itu merupakan simbol kita mencintai dan mengagungkan asma Allah dengan penuh penghayatan dan pengharapan akan hari di mana kita akan berjumpa dengan Penguasa Alam. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:

لِلصَّائِمِ فَرْحتَانِ فَرْحَةٌ عِندَ إفْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقاَءِ ربّهِ

Artinya, “Dua kebahagiaan bagi mereka yang berpuasa: (1) kebahagiaan ketika berbuka dan (2) kebahagiaan ketika bertemu langsung dengan Tuhannya.”

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Rasulullah SAW bersabda:

زَيِّنوْا أعْيَادَكم بِاالتَكبيرِ

Artinya, “Hiasilah hari rayamu dengan Takbir”

Islam sesungguhnya telah mengajarkan umatnya agar senantiasa bertakbir. Saat adzan dikumandangkan, saat iqamah dilafazkan, saat bayi dilahirkan, dan saat jenazah dikuburkan, kita bunyikan takbir.

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati kita sebagai wujud pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah, karena selain Allah, semua kecil. Sedangkan tasbih dan tahmid adalah wujud menyucikan asma Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صاَمَ رَمَضانَ ايْماناً وَاحْتِساباً غُفر لهُ ماَ تقدَّمَ مِنْ دنْبهِ

Artinya, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat.” (HR. Imam Muslim).

Terampuni dosa-dosa di sini adalah حَقُّ الله (haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan apabila terjadi kekhilafan antarsesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling memaafkan, saling ridha-meridhai.

Oleh sebab itu, mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogianya kita melakukan hal itu secara langsung ketika kita mumpun hidup di dunia.

Di dalam kitab Syarhul Hikam dijelaskan bahwa ahli waris tidak berhak untuk memberi maaf jika kesalahan dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia, karena di akhirat nanti tidak ada perbuatan saling maaf memaafkan seperti sekarang ini di dunia kita lakukan.

Lantas, bagaimana cara agar dapat menebus dosa terhadap si mayit. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah, karena di akhirat nanti mereka yang pernah kita aniaya akan menuntut dan meminta keadilan di hadapan Allah, sehingga amal ibadah kita akan diberikan kepada mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam kitab Riyadhus Shalihin, Abu Hurairah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ – رواه مسلم

Artinya, “Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, ‘Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan sholat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Nuansa hari raya seperti sekarang ini kita pasti membayangkan saat-saat begitu indahnya kebersamaan, berkumpul dengan sanak saudara, kita cium tangan kedua orang tua kita dengan rasa haru, kita meminta maaf atas salah dan khilaf kita.

Begitulah tuntunan baginda Rasulullah SAW agar kita selalu berbakti kepada orang tua, menghormati mereka dan mengingat jerih payah mereka. Demikian tinggi derajat kedua orang tua kita sehingga berbuat baik terhadap orang tua adalah ibadah yang sangat dicintai Allah SWT.

Suatu ketika sahabat Abdullah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang dicintai Allah; beliau bersabda:

عَن عبدِ الله قاَل سألتُ النَبي صلى الله عليه وسلم أيُّ العَملِ أَحَبُّ إِلىَ الله عَزَّ وَجَلَّ قَالَ الصَّلاةُ عَلىَ وَقْتِهاَ قَالَ ثُمَّ أَيّ قاَلَ بِرُّ الوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيّ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Artinya, “Dari Abdullah RA berkata, saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Apakah amalan yang lebih dicintai Allah?’ Jawab beliau, ‘sholat dalam waktunya.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berbakti terhadap kedua orang tua.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berjuang di jalan Allah.'”

Kemudian ada hadits yang kedua yang artinya, “Diceritakan dari Sahabat Abdullah bin Amr, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Saya ingin berjihad ya Rasulullah.’ Nabi menjawab, ‘Apakah ibu bapakmu masih hidup? Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih.’ Nabi bersabda, ‘Berjuanglah menjaga kedua orang tuamu’.”

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Makna Idul Fitri selanjutnya adalah kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-orang yang terputus dengan kita sebagaimana hadits shahih Imam Bukhari Muslim beliau bersabda:

مَنْ أحبَّ انْ يُبسطاَ لهُ فيِ رِزقِهِ وَيُنْسَأَ لهُ فيِ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Artinya, “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan suci, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga Nya Allah SWT.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبو لين وادخلنا وايّاكم في زمرة عباده الصّالحين وأقول قولي هذا وأستغفر لي ولكم ولوالدي ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفره إنّه هو الغفور الرّحيم

Khutbah Kedua

Khutbah kedua pada sholat Idul Fitri utamanya berisi doa-doa sama seperti khutbah sholat Jumat. Apa pun tema yang disampaikan pada khutbah pertama dapat menggunakan contoh khutbah kedua berikut ini:

Allahu Akbar (7x) Walillahil hamd.
Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Wal ‘ashr, Innal insaana lafii khusr, illalladziina aamanuu wa ‘amilush sholihaati wa tawaa-show bil haqqiwa ta-waashow bish shobr.
Ayyuhan naas, ittaqullaha haqqa tuqootih.
Allahummaghfir lil muslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al-ahyaa’ minhum walamwaat. Robbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirooti hasanah wa qinaa ‘adzaban naar.
Bi rohmatika yaa arhamar roohimiin.
Taqabbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin wa antum bi khairin.

Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Demikian tadi dua khutbah Idul Fitri 2024 yang bisa Anda pilih. Ada tema muhasabah di Hari Kemenangan dan sikap saling memaafkan untuk kembali suci.

(bai/inf)



Sumber : www.detik.com

Menuju Kebersihan Hati



Jakarta

Menghadapi kehidupan dunia yang makin komplek, hendaknya dihadapi dengan kejernihan hati agar kita tidak mengalami salah jalan yang berbuah sia-sia. Untuk itu kita mesti sadar bahwa, hati merupakan tempat membangun hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Allah SWT. maha memberikan kasih sayang kepada kita tanpa kepentingan. Diciptakannya alam semesta dunia seisinya semuanya karena cintanya Allah SWT. Dia juga Maha menganugerahkan nikmat tanpa ada jasa.

Oleh sebab itu, pentingnya kebersihan hati yang akan menentukan buruk-baiknya seseorang. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hajj ayat 46 yang artinya, “Maka sesungguhnya bukan mata kepala mereka yang buta, tetapi mata hati mereka yang buta. Apabila dalam dirinya terdapat hati yang bersih, maka akan lahir di sana akhlak yang terpuji.”
Karena sesungguhnya hakikat kebutaan bukanlah kebutaan penglihatan, akan tetapi kebutaan yang membinasakan adalah kebutaan mata hati untuk menangkap kebenaran dan mengambil pelajaran.

Perintah dalam ayat ini tersirat bahwa pentingnya sebagai orang yang beriman hendaknya dapat berpikir dengan baik ( tidak bodoh ) agar bisa mengambil pelajaran dan menangkap kebenaran.


Ingatlah hati yang bersih lebih utama. Hal ini sebagaimana pada firman-Nya surah asy-Syu’ara ayat 88-89 yang artinya, “(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Ibnu Katsir berkata, “‘(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna’ Artinya, harta seseorang tidak akan bisa menjaga diri orang tersebut dari azab Allah SWT. walaupun dia menebusnya dengan emas seluas dan sepenuh bumi. ‘Dan tidak pula anak-anak laki-laki’, artinya tidak pula bisa menghindarkan dirinya dari azab-Nya, walaupun dia menebus dirinya dengan semua manusia yang bisa memberikan manfaat kepadanya. Yang bermanfaat pada hari kiamat hanyalah keimanan kepada Allah SWT. dan memurnikan peribadatan hanya untuk-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan dari para pelakunya. Oleh karena itu, Allah SWT. kemudian berfirman, ‘Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.’ Yaitu, hati yang terhindar dari kesyirikan dan dari kotoran-kotoran hati.”

Imam asy-Syaukani berkata, “Harta dan kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”

Kenyataan hidup saat ini, sebagian orang berlomba untuk menumpuk harta dengan cara-cara yang baik maupun yang dilarang. Kadang mereka menganggap bahwa cara yang dilarang itu tidak apa-apa karena banyaknya orang melakukan itu. Anak dan kerabat juga menjadikan bahan kebanggaan. Agar dianggap bermartabat maka disiapkanlah anak untuk menduduki beberapa jabatan rangkap strategis. Apakah ini akan meningkatkan kemuliaannya di mata Allah SWT ? Tentu jawabannya ” Tidak ” maka ingatlah ayat tersebut di atas, hanya kesucian hatimu yang diperlukan untuk menghadap-Nya.

Senada dengan firman diatas adalah surah ash-Shaffat ayat 84 yang artinya, “(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
Hati yang suci yakni hati yang bersih dan dibersihkan dari kemusyrikan dan keraguan yang selalu menasehati hamba-hamba lainnya untuk menuju jalan Allah SWT.

Ada beberapa ciri-ciri orang yang hatinya bersih adalah :

1. Tidak merisaukan urusan rezeki. Ibnul Qayyim berkata, “Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah SWT kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah SWT. dengan hikmah-Nya berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti -dengan rahmat-Nya membuka jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.

2. Jika sakit ia akan bersabar dan tidak mengeluh pada Allah SWT. Mengeluh dan memohon adalah hal yang berbeda. Adapun hikmah sakit salah satunya adalah : Menyambung tali silaturahmi. Tatkala sakit, keluarga ( saudara, kemenakan dan kerabat kainnya ), teman masa belajar, teman kerja dan lainnya pada datang menjenguk. Demikianlah Sang Pencipta berkehendak menyambung silaturahmi hamba-hamba-Nya melalui sakit.

3. Tiada rasa dengki. Menghindari sikap hasad, dengan mengingat bahaya jika menerapkan sikap tersebut, serta memperbanyak ibadah, dapat menghindari perasaan iri dan dengki pada hati. Mendasari semua perbuatan dengan niat ibadah, sesuai dengan tujuan hidup bagi setiap umat Islam adalah untuk selalu beribadah kepada Allah SWT. sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Memasuki bulan Syawal ini hendaknya hati kita menjadi suci setelah menjalankan ibadah dalam bulan suci Ramadhan. Semoga Allah SWT. memberikan cahaya-Nya agar hati kita tetap terjaga kesuciannya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com