Category Archives: Dakwah

Contoh Khutbah Jumat Syawal sebagai Bulan Peningkatan Amal


Jakarta

Memasuki bulan Syawal, muslim dituntut agar selalu istiqomah atau konsisten untuk terus rajin ibadah. Pasalnya, pada bulan Syawal terdapat banyak ibadah dengan pahala besar.

Salah satunya puasa Syawal selama 6 hari yang pahalanya setara satu tahun penuh berpuasa. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)


Artinya: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil)

Khatib Jumat dapat juga terus mengingatkan muslim untuk senantiasa meningkatkan amal ibadah pada bulan Syawal lewat ceramah atau khutbah salat Jumat.

Berikut contoh naskah khutbah Jumat dengan tema Syawal sebagai bulan peningkatan amal diambil dari Kumpulan Naskah Khutbah Jumat: Membentuk Generasi Qur’ani susunan Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Kemenag) RI 2007.

Naskah Khutbah Jumat Tema Syawal Bulan Peningkatan Amal

Khutbah Pertama

السَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ اَشْهَدُانْ لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهِ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدانَ سَيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَهُ اللهُمَ صَلِّ عَلَى سَيدَنَا مُحَمَدْ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ يَتَقُوا اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضِ أُعدت اللْمُتَّقِينَ، صَدَقَ الله العظيم.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Kita umat Islam baru saja selesai melaksanakan tugas yang berat yaitu ibadah puasa Ramadan dan kita dapat melaksanakan ibadah puasa itu dengan baik selama satu bulan penuh, tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hal hal yang membatalkan puasa. Selama puasa Ramadan kita melawan musuh hawa nafsu. Dan kita sekarang telah menjadi pemenangnya, kita telah kembali menjadi fitrah.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah.

Tugas umat Islam pasca Ramadan adalah sebagai berikut:

Tugas umat Islam yang pertama pasca Ramadan adalah Meningkatkan ibadah dan amal saleh. Karena Syawal memiliki arti meningkat, maka umat Islam harus meningkatkan ibadahnya kepada Allah SWT, meningkatkan amal saleh. Selama sebulan penuh dibulan Ramadan, umat Islam digembleng dengan berbagai ibadah dan amalan-amalan.

Karena itu selepas dari Ramadan, masuk bulan Syawal semangat ibadah umat Islam tidak boleh surut. Justru sebaliknya amal ibadah kita harus terus ditingkatkan lagi. Allah SWT berfirman dalam QS Fushilat ayat 30 yang berbunyi,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمْ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ التي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah SWT”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga, yang telah dijanjikan Allah SWT kepadamu’.”

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Maksud istiqomah pada ayat tersebut adalah bahwa kita melakukan ibadah dan amal saleh harus dilakukan secara terus menerus (langgeng) dilakukan secara Mudawamah. Orang yang melakukan amal sholeh secara istiqomah, maka orang tersebut akan didatangi malaikat pada saat berada dalam alam kubur seraya mengatakan,

“Janganlah kamu takut terhadap apa yang akan terjadi pada dirimu dan tak perlu kamu sedih terhadap apa yang telah kamu tinggalkan di dunia.” Tetapi bergembiralah kamu dengan Surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepadamu waktu di dunia melalui Rasulullah SAW.

Tugas kedua, kita harus menjaga iman dan Islam, kita harus memelihara aqidah islamiyah, kita harus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dan kita tetap beribadah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi,

يَتَأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ . من قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu, dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Siapa Tuhan kamu yang harus kamu sembah, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 22 yang artinya, “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu,· karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Tugas terakhir para umat Islam pasca Ramadan adalah kita harus memelihara ukhuwah islamiyah, memelihara persaudaraan dan kesatuan. Setelah kita saling maaf memaafkan (melakukan halal bihalal) kita harus memelihara ukhuwah islamiyah.

Kita tingkatkan persatuan dan kesatuan, umat Islam harus bersatu dalam memperjuangkan Islam, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, umat Islam harus bersatu dalam membangun bangsa dan negara memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 103 :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَقُوْا

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah SWT, dan janganlah kamu bercerai berai.”

Maksud berpegang teguhlah kamu semua kepada tali Allah SWT pada ayat tersebut adalah kita harus berpegang teguh kepada agama Allah SWT yaitu agama Islam. Selama hidup di dunia manusia harus berpegang teguh kepada ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’anul karim dan hadits Rasulullah SAW.

Jika manusia dalam hidupnya tidak berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW pasti mereka akan sesat-sesat dan menyesatkan. Dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama muslim Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian saling hasut, saling memuji barang dagangan secara berlebihan, janganlah kalian saling benci, saling berpaling, janganlah kamu berjual beli kepada orang yang jual beli dengan orang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah SWT yang bersaudara, sesama muslim adalah saudara, dia tidak menganiaya, tidak mengecewakan dan tidak menghina.” (HR Muslim)

Demikian khutbah singkat yang bisa al-faqir sampaikan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi jamaah sekalian, khususnya bagi al-faqir pribadi.

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ الْبَيَانِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمَّدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَر وَأَشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ له، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ ،وَكَفَر وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الإِنْسِ وَالْبَشَرِ . اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ

مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَر أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيمًا : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا أَللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات، اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّنَا وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنِ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Imam sebagai Mediator Umat



Jakarta

Sebagai agama dan umat minoritas Islam di AS, keberadaan Imam di sana menjadi sangat penting. Bukan hanya panting karena terus-menerus harus memberikan pelayanan kepada warga muslim yang umumnya mereka adalah orang awam, tetapi juga penting karena menjadi mediator, negosiator, dan moderator dengan para pihak yang ada di lingkungan umat Islam.

Pemerintah AS seringkali mengundang tokoh-tokoh agama, dan untuk umat Islam seringkali diwakili oleh Imam, untuk membicarakan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Sebagai negara demokrasi, AS selalu mendialogkan setiap persoalan untuk diselesaikan secara adil dan fair. Jika ada kunjungan tokoh-tokoh agama dunia, pemerintah AS sering mengundang para imam untuk hadir dalam jamuan makan tamu penting itu. Yang paling tepat menjadi representasi umat Islam di AS ialah para imam.

Keberadaan imam di AS bukan bentukan pemerintah, karena pemerintah tidak berhak mengintervensi urusan kepemimpinan internal umat beragama. Nanti jika muncul persoalan khusus, misalnya muncul konflik yang bisa mempengaruhi ketenangan dan keamanan warga masyarakat barulah negara terlibat di dalamnya. Penunjukan imam sepenuhnya ditentukan oleh komunitas muslim. Berapa lama periodenya menjadi imam, juga ditentukan oleh persepakatan warga lokal muslim setempat.


Ada yang tidak ditentukan masa jabatannya, sampai imam itu masih sehat saja dan ada ditentukan lama masa jabatannya berdasarkan periode tententu, misalnya per lima tahunan. Mereka masih bisa dipilih lagi jika masih memenuhi syarat dan belum ada orang yang lebih capable dari imam sebelumnya. Ada imam uang diimpor dari luar AS seperti sejumlah tenaga imam dari Mesir, Saudi Arabia, dan dari negara-negara mayoritas muslim lainnya yang fasih bacaan Al-Qur’annya serta bisa berdakwah ke dalam bahasa Inggris.

Jika ada kasus keagamaan terjadi di lingkungan komunitasnya maka imam selalu harus hadir sebagai mediator atau negosiator dengan para pihak. Misalnya ada kasus pembangunan rumah ibadah yang diprotes oleh masyarakat setempat atau ada rumah ibadah (masjid) sulit mendapatkan izin pembangunan, maka biasanya imam tampir sebagai faktor penting untuk menyelesaikan persoalan itu.

Pihak pemerintah, khususnya pihak keamanan (police) selalu berkomunikasi dengan imam jika ada masalah di lingkungan keberadaan mereka. Pemerintah juga secara rutin mengundang para imam untuk memberikan ceramah dan pencerahan untuk narapidana muslim di penjara yang jumlahnya tidak sedikit. Demikian pula jika ada di antara narapidana itu yang ingin pindah agama (Islam), kalangan imam juga diminta hadir untuk mengislamkan mereka.

Pemerintah AS, khususnya pemerintah di tingkat negara bagian (states) mempunyai struktur sendiri dimana tokoh-tokoh agama untuk berbagai agama termasuk Islam, diberi ruang atau forum antar para tokoh lintas agama untuk bersidang secara periodik guna membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan agama. Terkadang huga diinisiatifi oleh kelompok agama-agama lain. Seperti kelompok agama Protestan atau Katolik mengundang tokoh-tokoh agama lain untuk berdiskusi tentang persoalan kemanusiaan yang sedang menjadi sorotan atau isu dalam masyarakat.

Meskipun AS sering disebut negara sekuler tetapi kehidupan dan nuansa agama bagi para penduduknya sangat kuat. Simbol-simbol keamaan sering ditampilkan. Doa bersama sering dilaksanakan dalam beberapa acara dan upacara. Hari-hari besar agama-agama juga sering diperingati. Termasuk hari-hari besar Islam seperti hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Anak-anak saya ketika masih duduk dibangku sekolah dasar di Masryland diharuskan melantunkan lagu yang bernuansa keislaman, seperti lagi “Happy Idul Fthr”, yang dinyanyikan bukan hanya anak-anak muslim tetapi seluruh murid yang dipimpin oleh gurunya.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Qanaah



Jakarta

Saat penulis sholat Idul Fitri di masjid depan hotel Aston di GKB (Gresik Kota Baru), Khotib mengingatkan tentang selepas bulan suci Ramadhan hendaknya kita merasa selalu diawasi Allah SWT (Muraqabah), menerima adanya (Qanaah) dan bersikap rendah hati (Tawaddu’). Untuk itu penulis akan membahas tentang qanaah.

Qanaah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki sifat qana’ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada pada dirinya adalah kehendak Allah SWT. Sikap ini sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi perlombaan untuk mencapai sesuatu. Sadar atau tidak disadari bahwa perlombaan yang terjadi dengan tujuan untuk menggapai dunia ( harta kekayaan, posisi, ketenaran dan lainnya ).

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah ).


Adapun ciri-ciri perilaku yang mencerminkan sikap qanaah adalah:
– Tidak pernah mengeluh dalam menghadapi kenyataan hidupnya.
– Merasa senang dengan apa yang ia miliki.
– Tidak marah bila melihat orang lain sukses.
– Rela dengan apa yang menjadi hak orang lain.
– Ikut senang bila melihat orang lain sukses.
– Menerima dengan rela apa yang telah diberikan Allah SWT. kepadanya
– Tidak tertarik oleh segala tipu daya yang bersifat duniawi.
– Tidak meminta sesuatu yang lebih dari ikhtiarnya.
– Menerima dengan sabar akan segala ketentuan Allah SWT.

Sikap qanaah merupakan perintah-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surah an-Nisa ayat 32 yang artinya, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

Dikisahkan, pada Bani Israil terdapat seorang ahli ibadah yang mengalami himpitan masalah penghidupan. Ia menuju padang pasir dan berdo’a pada Allah SWT. agar diberikan sesuatu. Tiba-tiba ada panggilan menyapa, “Wahai ahli ibadah, bentangkan tanganmu, dan ambillah!” Kemudian kedua tangannya sudah ada permata yang warnanya seperti bintang berpijar terang benderang. Lalu ia pulang dengan membawa kedua permata tersebut.

Ia berkata kepada istrinya dengan penuh riang, “Kita selamat dari kefakiran.”
Pada suatu malam ahli ibadah bermimpi bahwa dirinya berada di surga. Di dalam surga ada gedung yang besar, lalu ada suara, “Ini adalah gedungmu.” Ada dua singgasana yang megah satu untuk dirinya dan satu lagi untuk istrinya. Ketika ia melongok ke atap, terlihat ada lubang seukuran dua permata. Ia berkata, “Apa yang terjadi dengan bagian yang berlubang ini ?”
Kemudian ada sebuah suara, “Sebenarnya itu tidak berlubang. Hanya saja, engkau tergesa-gesa memperoleh dua permata itu di dunia. Dua tempat yang berlubang itu adalah tempatnya.”

Setelah sadar dari tidurnya, lalu ia menangis dan memberitahu atas mimpinya pada sang istri. Maka saran istrinya, “Berdo’alah pada Allah SWT. dan mintalah kepada-Nya agar dua permata itu dikembalikan ke tempatnya, yaitu ke padang pasir.”
Kemudian ia ( ahli ibadah ) dengan sungguh-sungguh berdo’a penuh harap kepada Allah SWT. agar kedua permata itu dikembalikan pada tempatnya. Setelah kedua permata kembali ke tempatnya kemudian ada suara panggilan, “Kamu telah mengembalikan kedua permata itu ke tempatnya.”
Atas terkabulnya do’anya maka ia memuji Allah SWT.

Qana’ah bukan berarti diam berpangku tangan dan bermalas-malasan tidak mau meningkatkan kesejahteraan hidup tapi sesungguhnya orang yang qana’ah adalah orang yang sangat kuat dan bersahaja, dia giat berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan yang dicita-citakan. Namun apabila menemui kesulitan ia tidak pernah berputus asa dan kecewa, bahkan ia selalu sabar dan husnuzhan dengan keputusan Allah SWT. karena dia punya keyakinan bahwa di balik semua peristiwa dalam hidup pasti ada hikmahnya.

Adapun dampak positif dari perilaku membiasakan sikap qana’ah adalah:
* Jiwa dan pikiran lebih tenang, karena terbebas dari rasa iri dan dengki.
* Disukai setiap orang, karena semua orang akan merasa aman dan nyaman berada di sekelilingnya.
* Mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
* Terhindar dari sifat tamak.
* Terhindar dari ancaman siksa yang berat.

Siapa pun kita dan jabatan apa pun, sikap qana’ah merupakan landasan bersikap untuk menghadapi kehidupan ini. Ya Allah, kuatkan dan teguhkan iman kami untuk tidak melampaui batas dan bisa menerima apa adanya yang menjadi ketetapan-Mu.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah, Hasilkan Perjanjian dengan Kaum Yahudi



Jakarta

Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW berdakwah di dua kota Makkah dan Madinah, masing-masing tempat dijajaki Rasulullah dengan strategi yang berbeda. Lalu bagaimana strategi dakwah Rasulullah di Madinah?

Dari buku Pendidikan Agama Islam karya Muhammad Fodhil, S.Pd.I., M.Pd dkk dijelaskan ketika kaum Quraisy mengetahui telah banyak sahabat Rasulullah yang meninggalkan Makkah menuju Madinah dengan membawa seluruh harta mereka.

Maka para pembesar Quraisy di setiap kabilah berkumpul untuk membahas langkah strategis untuk menghalau dakwah Rasulullah SAW. Hasil rapat dari setiap pemuda yang gagah perkasa ialah hendak mengepung Nabi Muhammad SAW dan membunuhnya.


Setelah itu, malaikat Jibril turun ke bumi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, untuk memberitahukan kepada Rasulullah rencana dari kaum Quraisy, serta meminta beliau untuk tidak tidur di tempat tidur biasanya.

Hingga di malam harinya mendekati keberangkatan Rasulullah SAW ke Madinah, Ali bin Abi Thalib pun menggantikannya di tempat tidur biasanya. Lalu Rasulullah keluar bersama Abu Bakar, hingga sampai ke Madinah.

Sasaran Dakwah Rasulullah SAW di Madinah

· Orang yang baru masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar

· Orang yang belum masuk Islam, seperti kaum Yahudi penduduk Madinah

· Masyarakat sekitar dan di luar kota Madinah, bangsa Arab atau di luar Arab

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Dari buku Sejarah Kebudayaan Islam: Teori, Prosedur dan Ruang Lingkupnya karya Ahmad Suryadi, S.Pd., M.Pd. dijelaskan beberapa strategi dakwah nabi Muhammad SAW ketika berada di kota Madinah.

Dakwah kepada orang-orang yang sudah memeluk Islam bertujuan supaya mereka memahami dengan benar esensi ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Lalu tujuan dakwah kepada orang belum masuk Islam, agar mereka berkenan menjadi Muslim.

1. Strategi Dakwah Pertama Ialah Membangun Masjid

Ketika Rasulullah memasuki Madinah, sebagian besar masyarakat Madinah terutama kaum Anshar sudah memeluk Islam, hingga mereka menawarkan rumahnya untuk dijadikan tempat beristirahat. Tempat itu akhirnya menjadi masjid.

Masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW sesudah membangun masjid Quba adalah masjid Nabawi atau masjid Madinah, dengan fungsi utama sebagai tempat ibadah, dan tempat bermusyawarah dalam merumuskan berbagai bentuk pemerintahan.

2. Strategi Dakwah Kedua Membentuk Persaudaraan

Kaum Muslim yang hijrah dari Makkah ke Madinah disebut kaum Muhajirin, sedangkan penduduk Madinah yang menerima hijrahnya umat Islam dikenal sebagai kaum Anshar.

Penduduk yang hijrah dari Makkah ke Madinah umumnya sangat miskin, karena mereka meninggalkan harta benda mereka di kota lama mereka, maka Rasulullah SAW membangun pertalian keluarga besar Islam, seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Ja’far Ibnu Abi Thalib, Muaz Ibnu Zabal, dll.

3. Strategi Dakwah Ketiga Hasilkan Perjanjian dengan Masyarakat Yahudi dan Madinah

Rasulullah SAW membuat perjanjian yang dikenal sebagai perjanjian “Madinah” pada tahun 623 M atau tahun 2 H.

Isi perjanjian Madinah adalah sebagai berikut:

· Kaum Muslimin dan kaum Yahudi akan hidup berdampingan secara damai, dan bebas untuk melaksanakan agama dan kepercayaan masing-masing.

· Antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi akan memikul biaya hidup masing-masing, apabila keduanya ada yang dimusihi atau diserang, maka kedua belah pihak wajib membela atau membantu

· Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi wajib saling tolong-menolong

· Tanah Madinah akan menjadi tanah suci

· Rasulullah SAW menjadi pemimpin untuk seluruh penduduk Madinah

Substansi Dakwah Rasulullah di Madinah

Pendidikan Agama Islam karya Bachrul Ilmy menyebutkan beberapa substansi dari dakwah Rasulullah di Madinah, diantaranya yaitu:

· Pembinaan akidah, ibadah, dan muamalah kaum Muslimin

· Pembinaan Ukhuwah Muhajirin dan Anshar

· Pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah

· Pemetaan dan pertahanan sosial dalam menjaga stabilitas Madinah

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Biografi, Strategi Dakwah dan Jasa yang Terkenal


Jakarta

Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota wali songo yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Ketika berdakwah, para wali ini berhasil mengintegrasikan unsur-unsur budaya untuk menyentuh dan menarik hati masyarakat Jawa.

Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Said ini berdakwah di wilayah Demak, Jawa Tengah. Banyak jasa dan peninggalan Sunan Kalijaga yang masih terjaga hingga saat ini, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Kedondong, upacara adat Grebeg Maulud, dan sebagainya.

Biografi Sunan Kalijaga

Menukil buku Kisah Teladan Walisongo karya M. Faizi, Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada 1450 Masehi. Ayah Sunan Kalijaga bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatikta dan ibunya bernama Dewi Nawang Rum.


Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Beberapa nama panggilan Sunan Kalijaga di antaranya Brandal Lokajaya, Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Yusak Burhanudin dan Ahmad Fida, Sunan Kalijaga lahir dari keluarga bangsawan asli Istana Tumenggung Wilatikta di Tuban. Sunan Kalijaga dididik dalam bidang pemerintahan, kemiliteran, kesenian, dan arsitektur.

Nama Kalijaga sendiri lahir dari rangkaian bahasa Arab yaitu qadizaka. Qadi berarti pelaksana atau pemimpin sedangkan zaka berarti membersihkan. Dengan kata lain, qadizaka berarti pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan dan kebenaran agama Islam.

Tahun wafatnya Sunan Kalijaga belum dapat dipastikan, tetapi umurnya diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu dekat Kota Demak.

Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam.

Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.

Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.

Selain pewayangan, Sunan Kalijaga juga banyak menciptakan kesenian lain seperti perangkat gamelan dan tembang-tembang dengan suluk serta notasi nada yang khas. Semua hasil kesenian tersebut merupakan kreasi kebudayaan yang berisi ajaran Islam.

Jasa Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga berjasa dalam sejumlah bidang semasa berdakwah. Mengacu sumber sebelumnya, berikut jasa Sunan Kalijaga di bidang kesenian dan budaya.

Bidang Kesenian dan Budaya

Kesenian yang diciptakan Sunan Kalijaga digunakan sebagai media berdakwah. Kesenian tersebut di antaranya cerita wayang lengkap dengan perangkat gamelan serta tembang dan suluk. Beberapa tembang ciptaan Sunan Kalijaga yang terkenal yaitu Lir-Ilir, Gundul-gundul Pacul, dan Dhandhanggula. Selain itu, Sunan Kalijaga juga berjasa dalam menciptakan upacara adat seperti Grebeg Maulud.

Bidang Arsitektur

Sunan Kalijaga juga memiliki keahlian di bidang arsitektur. Ia berjasa dalam menata tata ruang Kota Demak dan mendirikan Masjid Agung Demak. Salah satu karyanya di Masjid Agung Demak yang sangat terkenal yaitu saka tatal, atau tiang kukuh dalam Masjid Agung Demak yang terbuat dari potongan-potongan kayu jati.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Mitos tentang Muslim Amerika



Jakarta

Menurut Imam Faisal Abdur Rauf, pengarang buku: What’s Right With Islam Is What’s Ringht With America, ada lima mitos tentang muslim Amerika. Yang dimaksud mitos menurut beliau bukan fakta. Sebaliknya muslim AS tidak berbeda dengan warga AS lainnya. Bahkan sebagian besar muslim AS paling taat hukum, anti kriminal, dan disiplin dan jujur membayar pajak.

Kelima mitos tersebut ialah, Pertama, muslim AS diimejkan sebagai pendatang dari luar negeri (foreigners). Ini tidak benar karena lebih banyak warga muslim yang hidup di AD adalah penduduk asli AS (citizens) yang dapat dibuktikan kartu-kartu identitas dan paspor. Warga muslim AS bukan hanya dari kulit berwarna tetapi juga kulit putih dan kulit hitam. Apalagi saat ini sudah banyak sekali yang tadinya orang tuanya poregners tetapi anak-anaknya lahir dan besar di AS, ahkan di antaranya sudah banyak berkiprah di pemerintahan dan militer AS. Bagaimana mereka bisa dikesankan foreignes?

Kedua, muslimAS ersifat etnik, berbudaya khusus, dengan gaya politik monolitik. Ini juga tidak sepenuhnya benar, karena seperti umat beragama lainnya di AS, muslim AS tidak menonjolkan etnik dan budaya secara ekslusif. Mereka bergaul bebas tanpa beban etnik dan budaya serta tidak juga membebani orang lain dengan ciri khasnya. Seorang muslim sulit dibedakan antara non muslim American dan non-American, terutama di musim dinigin, umumnya orang menggunakan penutup kepala untuk mencegah hawa dinginn yang menyengat. Aliran politik muslim AS juga menyebar ke berbagai partai politik, tidak berkumpun pada satu partai. Jadi tidak benar muslim AS pandangan politiknya monolitik.


Ketiga, muslim AS menekan perempuan (oppress women). Faktanya kaum perempuan muslim AS lebih otonom dan lebih mandiri. Soal resspek terhadap suami memang ia karena kultur Islam memang menganjurkan suami isteri harus saling menghargai dan bersama-sama memelihara anak dan bertanggung jawab di dalam urusan rumah tangga. Jika perempuan menunjukkan begitu loyal terhadap suami dan keluarga itu bukan karena ditekan oleh kaum laki-laki tetapi perempuan shalehah ditandai dengan respektifnya terhadap keluarga. Keunggulan masyarakat Islam terletak pada terciptanya harmonisasi di dalam keluarga. Pembagian kerja secara seksual terkadang memang tidak bisa dihindari, tetapi itu bukan berarti oppressed women. Ada sebuah kerelaan yang tulus yang dilakukan kaum perempuan melakukan hal demikian itu karena pada saat yang bersamaan anggota keluarga laki-lakinya, apakah itu suami, atau ayah, juga melakukan hal yang sama dalam bidang lain. Dengan demikian, terjadi relasigender yang paralel antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga Islam. Hanya saja kita sering melihatnya secara sepihak, tidak komperhensif, sehingga kelihatan ada bias gender dalam lingkungan keluarga muslim.

Keempat, muslim AS sering menjadi alamat kelompok teroris (homegrown terrorists), ini juga tidak sepenuhnya benar. Bahkan yang umat Islam seringkali menjadi sasaran korban kelompokm teroris. Soal ada teroris beralamat di alamat yang sama dengan orang-orang Islam secara sosiologis itu wajar, karena memang mungkin anggota keluarga mereka di sana. Namun tidak identik antara komunitas muslim dengan kelompok teroris. Yang paling aktif bahkan pro-aktif terlibat dalam pencegahan teroris adalah komunitas muslim AS. Umat Islam AS paling tidak nyaman terhadap aksi teroris di mana-mana, karena pasti sasaran opini publik adalah umat Islam, termasuk dirinya.

Kelima, muslim AS selalu membawa-bawa hokum Syari’ah. Ini juga tidak sepenuhnya benar. Syari’ah yang bersifat hukum privat dan Fikih Ibadah, memang ia tetapi Syari’ah dalam aspek Fikih Siyasah (politik) tidak pernah digagas di AS. Muslim AS tahu diri sebagai kelompok minoritas, secara logika dan secara demokratis sulit mengusung Fikih Siyasah Ifikih Politik) di AS. Bagi umat Islam di AS, hukum positif AS tidak menghalangi umat Islam untuk menjadi muslim sejati.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Akhir Bulan Syawal: Istikamah dalam Ibadah


Jakarta

Penurunan semangat dalam beribadah pasca bulan Ramadan bisa ditumbuhkan lagi lewat khutbah Jumat. Untuk itu, khatib dapat menyampaikan bagaimana cara bersikap istikamah kepada muslim dalam khutbah Jumat.

Syekh Musnid al-Qahthani mengatakan dalam bukunya berjudul Meniti Jalan Istiqomah terjemahan Muh Ihsan, Allah SWT akan memudahkan segala urusan bagi hamba-Nya yang istikamah di jalan-Nya.

Hal ini telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Jagalah Allah, niscaya la akan menjagamu. Jagalah Allah SWT niscaya engkau akan temukan la di hadapanmu.” (HR Tirmidzi dan lainnya dengan sanad yang shahih)


Sebagai referensi, berikut teks naskah Jumat akhir Syawal tentang cara bersikap istikamah dalam beribadah yang diambil dari Kumpulan Naskah Khutbah Jumat: Membentuk Generasi Qur’ani susunan Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Kemenag) RI 2007.

Naskah Khutbah Jumat Akhir Bulan Syawal: Istikamah dalam Beribadah

Khutbah Pertama

السَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ اَشْهَدُانْ لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهِ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدانَ سَيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَهُ اللهُمَ صَلِّ عَلَى سَيدَنَا مُحَمَدْ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ يَتَقُوا اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضِ أُعدت اللْمُتَّقِينَ، صَدَقَ الله العظيم.

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Marilah sama-sama kita bertaqwa kepada Allah SWT, sesungguhnya orang yang bertakwa itu akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Khutbah kita pada hari ini ialah bersikap istikamah. Firman Allah SWT dalam surah Fussilat ayat 30:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

Syihabuddin Sayyid Mahmud Al-Alusi dalam tafsirnya “Ruh ai-Ma’ani” menjelaskan sikap istikamah adalah sikap berpendirian teguh kepada tauhidullah dan tidak akan kembali pada kemusyrikan. Beberapa sahabat Rasulullah SAW pun telah memberikan batasan dan pengertian tentang istikamah ini.

Misalnya, Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA menjelaskan istikamah adalah engkau bersikap teguh dalam menjalani taat kepada Allah. Sementara itu Sufyan At-Tsauri mengartikan istiqomah adalah satunya perkataan dengan perbuatan.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Setiap orang yang menyatakan dirinya sebagai orang yang beriman pasti pada suatu masa ia akan memperoleh ujian yang sesuai dengan kadar keimanan masing-masing sebagaimana Allah SWT telah menguji kepada orang-orang terdahulu karena tidak menginginkan keimanan itu hanya sampai pada tataran ucapan atau kata-kata saja tetapi kebenaran kata-kata dan pernyataan keimanan dan tauhid seorang beriman harus dibuktikan kebenarannya.

Pembuktian kebenaran keimanan dan tauhid adalah dengan ujian atau musibah yang menimpa kepada seseorang. Dengan ujian inilah seseorang dapat diketahui kualitas keimanan dan tauhidnya kepada Allah SWT. Apakah ia benar-benar seorang mukmin yang sejati atau seorang munafik?

Hamba Allah yang telah berhasil lulus dari berbagai macam cobaan dan ujian yang datang kepada dirinya, karena dalam diri mereka telah tertanam dengan kokoh sikap dan sifat istikamah. Merekalah mendapat pertolongan Allah SWT dengan pendampingnya para malaikat baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan kepada jalan yang baik dan maslahat bagi dirinya. Sebaliknya sebagian orang beriman ada yang ketika ujian datang kepadanya ia bersikap keluh kesah, gelisah, kufur nikmat bahkan tidak jarang yang kembali menyekutukan Allah SWT.

Kaum muslimin, sikap istikamah bagi seorang mukmin adalah sangat diperlukan. Oleh karena itu Rasulullah SAW telah memberi petunjuk kepada seseorang yang meminta sesuatu yang dapat memelihara dirinya. Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah Allah Tuhan-ku kemudian istikamahlah kamu.”(HR Bukhari)

Bagaimanakah agar dapat bersikap istikamah? Pertama, kita harus mempunyai ilmu. Dengan ilmu kita mengetahui dan memahami agama kita dengan benar dan tepat.

Kedua dengan bersikap ikhlas kepada Allah. Inti dari amal adalah keikhlasan. Oleh karena disebutkan bahwa semua orang akan merugi kecuali mereka yang beramal. Semua orang yang beramal pun akan merugi kecuali mereka yang mengikhlaskan amalnya. Orang beriman telah mengikhlaskan seluruh sholatnya, ibadahnya, hidup dan matinya semata mata untuk Allah. Dan demikianlah orang-orang mukmin diperintahkan oleh Allah.

Ketiga, lakukanlah apa yang telah diwajibkan Allah SWT kepada orang-orang mukmin. Allah SWT telah mewajibkan kepada kita semua perintah-perintahnya dan melarang kepada kita perbuatan-perbuatan yang tidak halal dilakukan oleh seorang mukmin.

Kewajiban kita semua melaksanakan kewajiban-kewajiban itu dengan penuh kesungguhan dan disiplin yang tinggi, tidak sekedar melepaskan kewajiban semata-mata. Karena seluruh perintah Allah SWT yang telah diwajibkan kepada seorang mukmin adalah mempunyai hikmah yang dalam dan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Ketahuilah Allah SWT sama sekali tidak membutuhkan kepada amal hambanya. Andaikan seluruh manusia terdahulu dan yang akan datang tidak mematuhi Allah SWT niscaya tidak akan mengurangi kemuliaan dan kekuasaan Allah SWT dan sebaliknya seandainya seluruh manusia terdahulu dan yang akan datang taat mematuhi Allah SWT niscaya tidak akan menambah kemuliaan dan kekuasaan Allah.

Keempat, agar kita dapat bersikap istikamah adalah dengan mempelajari dan mencontoh para nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT serta generasi umat Islam yang telah lalu.

Al-Qur’an dengan jelas dan gamblang menyampaikan kepada kita orang mukmin kisah-kisah telah terdahulu yang menunjuk sikap dan kepribadian yang mulia antara lain adalah sikap istikamah. Bukan 2/3 dari isi Al-Qur’an itu kisah kisah. Kisah Al-Qur’an sungguh sangat berbeda dengan kisah yang ada di dunia ini. Karena kisah itu adalah bukan kisah fiktif yang dibuat-dibuat. Kisah yang tidak ada keraguan di dalamnya. Allah SWT mempunyai kisah terbaik dalam Al-Qur’an yaitu surah Yusuf.

Dalam kisah itu sungguh banyak hikmah dan pelajaran yang harus diambil oleh seorang mukmin terlebih lagi menempuh hidup saat ini yang penuh dengan ujian dan cobaan keimanan yang menggiurkan. Nabi Yaqub AS dan keluarga telah diuji oleh Allah SWT dengan beraneka ragam cobaan keimanan, jiwa, harta, tahta, wanita bahkan martabat keluarga. Nabi Yaqub AS dan keluarga telah berhasil lulus dalam ujian oleh karenanya Allah SWT memberikan predikat kepada nya sebagai orang-orang yang muhsinin, orang yang shalihin.

Demikian juga masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan pelajaran kepada kita yang dapat meneguhkan iman dan menanamkan sikap istikamah. Demikianlah khutbah yang singkat ini semoga bermanfaat.

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ الْبَيَانِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمَّدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَر وَأَشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ له، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ ،وَكَفَر وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الإِنْسِ وَالْبَشَرِ . اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ

مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَر أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيمًا : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا أَللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات، اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّنَا وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنِ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Buka Bersama di White House



Jakarta

Dekade terakhir kita sering menyaksikan Presiden AS mengundang tokoh-tokoh muslim atau imam berbuka bersama di Istana Kepresidenan AS, Gedung Putih, atau yang lebih populer dengan White House. Beberapa kali pernah dilakukan Presiden George Bust, Obama, dan bulan Ramadhan lalu Presiden Donald Trump juga melakukan hal yang sama. Dalam acara buka bersama ini, Presiden juga mengundang tokoh-tokoh agama lain untuk meramaikan acara buka bersama ini.

Apa maksud pemerintah AS melakukan acara keagamaan Islam di Gedung Putih? Tentu kita masing-masing bisa memiliki interpretasi. Yang pasti bahwa buka puasa di Gedung Putih (White Hose Ramadhan Dinner), bagian dari upaya positif AS untuk merangkul seluruh warganya, termasuk warga muslim, jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Acara ini juga sekaligus digunakan untuk mengakrabkan antara sesama tokoh-tokoh antar umat beragama dan tokoh agama dengan pemerintah. Hal ini mengingatkan kita dengan trilogi kerukunan di Indonesia, yaitu kerukunan internal umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Kerukunan internal umat beragama di AS sangat kondusif. Meskipun di sana banyak Syi’ah dan Sunny serta Ahmadiyah tetapi tetap rukun satu sama lain. Bahkan di beberapa negara bagian ada istilah Islam Susyi, yakni Islam Sunny dan Syi’ah. Mereka bisa menggunakan masjid yang sama dan sama-sama menjalankan keyakinan agamanya masing-masing menurut mazhab yang dianutnya, tanpa ada permasalahan. Demikian pula dengan agama-agama lain, denominasi dalam satu agama tidak menimbulkan persoalan. Dari segi ini negara-negara muslim perlu belajar di AS.


Dalam acara buka puasa bersama itu tentu saja disuguhkan makanan halal, karena acara itu diperuntukkan kepada komunitas muslim. Waktu makan makan malamnya pun mengikuti waktu magrib, pertanda bolehnya seorang shaimin membuka puasa. Siapapun yang datang dalam acara itu tidak disuguhi makanan dan minuman sebelum waktu azan magrib. Otomatis di Gedung Putih pun sudah disiapkan ruang khusus untuk shalat dan salahseorang di antara umat Islam melantunkan azan. Pemandangan yang indah di Gedung Putih ini semakin menambah indahnya Gedung Putih. Meskipun AS bukan negara Islam, dan umat Islam minoritas di AS tetapi komunitas muslim bisa mendengarkan suara azan dan bersujud di hadapan kebesaran Allah di Gedung Putih.

Sebetulnya Presiden ke tiga AS, Thomas Jefferson (1743-1826), sudah pernah melakukan hal yang sama, yaitu ketika ia mengundang negara-negara sahabatnya dari Afrika yang tentunya banyak di antaranya beragama Islam, menunda makan malamnya di Gedung Putih, sampai jam menunjukkan waktu buka puasa bagi umat Islam. Thomas Jefferson ini juga pernah diisukan sebagai seorang muslim, sebagaimana dikatakan oleh seorang penulis AS, Michael Rieger, yang mengatakan bukanlah hanya Obama orang pertama yang dituduh sebagai Muslim saat mencalonkan presiden, 200 tahun sebelumnya juga pernah terjadi pada Thomas Jefferson. Ia sudah memiliki sebuah Al-Qur’an yang dibelinya di sebuah toko buku saat ia masih menjadi mahasiswa di di Williamsburg, Virginia. Ia secara pribadi memiliki sejumlah sahabat intelektual dari warga muslim. Salah satu di antaranya yang tercatat dalam sejarah ialah Duta Besar Tunisia dan Duta Besar Tripoli, Sidi Haji Abdul Rahman Adja.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Bahaya Lisan/Jari-jari



Jakarta

Dalam perkembangan komunikasi saat ini tidak hanya melalui lisan, namun dengan kelincahan jari-jari menulis bisa berkomunikasi dengan leluasa melalui media sosial. Adapun beberapa yang akan penulis bahas seperti:

1. Berbicara tentang sesuatu yang tidak bermanfaat. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Tirmizi. Rasulullah SAW. bersabda, “Salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.” Ini jelas bahwa Rasulullah SAW. mengajarkan umat muslim untuk lebih banyak diam ketika tidak diminta untuk berbicara. Jadi usahakan untuk menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat.

Umar bin Khattab RA berkata, “Barangsiapa yang banyak bicaranya, banyak kesalahannya. Barangsiapa yang banyak kesalahannya, akan banyak dosanya. Dan barangsiapa yang banyak dosanya,maka neraka adalah tempat yang pantas baginya.” Maka, hati-hatilah jika berbicara maupun memberi komentar yang belum jelas sumbernya. Terkait adab berbicara, Allah SWT juga melarang hamba-Nya untuk saling mengutuk, berbicara kotor dan sumpah serapah. Rasulullah SAW selalu berkata-kata sopan, penuh tata krama, lemah lembut sehingga tidak akan menimbulkan permusuhan sekalipun dengan musuhnya.


Oleh sebab itu, jika ingin selamat dan tidak menanggung beban dosa maka ikutilah ajaran untuk menjaga lisan. Allah SWT. memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk. Allah SWT berfirman dalam surah Qaaf ayat 18 yang artinya, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” Jadi jelas sekali agar setiap ucapan manusia selalu diawasi dan itu akan menentukan timbangan dosa/ pahalanya.

2. Meremehkan. Merasa lebih daripada orang lain bisa berakibat sikap meremehkan. Kemampuan finansial maupun kemampuan ilmu, jika kita tidak hati-hati, keduanya bisa menjadi penyebab sikap meremehkan. Mengejek atau meremehkan orang lain dalam Islam adalah merupakan sifat yang tercela dan dibenci Allah SWT.

Sehingga, Dia memerintahkan hamba-Nya untuk meninggalkan perkara penyebab perpecahan tersebut dan bertaubat. Jika tidak, mereka termasuk orang-orang yang zalim. Di dalam surah Al Hujurat ayat 11, Allah SWT memerintahkan kita untuk tidak merendahkan orang lain. Mengapa? Karena bisa jadi orang yang direndahkan kondisinya lebih baik dan mulia di mata-Nya.

Dari ayat ini kita belajar untuk berkaca diri dan memperbanyak muhasabah. Arti ayat di atas, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.”

Merendahkan orang lain karena menganggap dirinya lebih tinggi derajatnya karena status sosial tidaklah perlu, karena hanya ketakwaan kepada Allah SWT yang menentukan kemuliaannya. Kedudukan, harta kekayaan, kehebatan keluarga semua itu karunia-Nya dan tidak perlu dibanggakan apalagi menjadi sombong. Ingatlah bahwa yang menentukan makammu bukanlah upaya maupun sandaran selain-Nya, namun Dialah yang Mahakuasa, Maha berkehendak. Jadi, menjadi sombong dan merasa diri terhormat adalah perbuatan sia-sia. Kesombongan itu bukanlah milik manusia.

3. Menyebarkan rahasia orang lain. Menjaga rahasia adalah suatu kewajiban, maka sesungguhnya menyebarkan rahasia adalah perbuatan yang haram. Apalagi kalau itu menghantarkan kepada sesuatu yang membahayakan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Tirmizi, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang berkata kepada orang lain dengan satu pembicaraan, kemudian dia menoleh, ingatlah itu adalah amanah (jangan sampai engkau berkhianat)”.

Orang-orang munafik adalah orang-orang yang suka menyebarkan rahasia orang lain. Mereka orang-orang yang tidak menjaga amanah, tidak menepati janji, dan kalau berkata berdusta. Adapun orang mukmin, dia menjaga amanah.

Oleh sebab itu menjaga rahasia seseorang adalah keharusan. Menurut Imam Ghazali, hukum membuka rahasia itu haram dan sangat dilarang. Adapun hikmah di balik pelarangan itu yaitu terdapat unsur menyakiti dan me remehkan hak-hak teman, apalagi hingga dapat membahayakan pemilik rahasia. Bila tidak terdapat unsur membahayakan, maka termasuk kategori tercela.

Dalam pandangan pakar ushul fikih dari kalangan salaf, Izz bin Abd As Salam, secara garis besar menutup aib manusia adalah tabiat manusia yang menjadi kekasih Allah SWT. Namun, dalam beberapa kondisi, adakalanya rahasia ataupun aib itu boleh dibeberkan. Terutama, jika ada maslahat atau menghilangkan bahaya. Argumentasi dalilnya merujuk pada kisah Nabi Yusuf saat menceritakan ajakan istri Aziz untuk berbuat mesum dan melanggar larangan-Nya.

Tiga perkara di atas yaitu berbicara tentang sesuatu yang tidak bermanfaat, meremehkan/menghina orang lain, dan menyebarkan rahasia orang lain. Ketiganya hendaknya dijauhi dan dihindari karena zaman sekarang sebagian orang senang berbicara meski kosong makna dan tidak perlu.

Sebagian orang juga berlomba-lomba menggapai harta kekayaan maupun jabatan dan kadangkala setelah ia raih semua itu, ia lupa diri dan berubah sikap menjadi orang yang sombong, suka merendahkan orang lain. Kondisi saat ini rahasia (kelemahan seseorang) bisa dijadikan strategi nilai tawar. Sering kita ketahui, antar pihak saling pegang rahasia kelemahan masing-masing khususnya di kalangan politisi. Hal ini menyebabkan saling kunci dan sejatinya hal ini menjadikan kurang produktif.

Ya Allah, bimbinglah dan jauhkan kami dari tiga perkara di atas, jadikanlah kami orang taat pada-Mu dan menunaikan hak-hak-Mu. Engkau Mahabesar dan Mahaberkehendavk.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Produk Halal dan Kosher di AS



Jakarta

Ada dua produk yang sering dicari oleh dua komunitas umat beragama di AS, produk Halal untuk komunitas muslim dan produk Kosher untuk komunitas Yahudi. Halal dan Kosher masing masing mempunyai label di dalam kemasan makanan dan minuman. Kadang-kadang juga sebuah produk mempunyai label ganda, yaitu Halal dan Kosher. Dekade terakhir ini, kedua label ini semakin populer, hal ini boleh jadi disebabkan karena semakin berkembangnya populasi penduduk atau semakin meningkatnya kesadaran beragama kedua komunitas beragama ini.

Yang dimaksud produk halal ialah segala produk yang terbebas dari unsur haram, baik makanan, minuman, maupun barang gunaan seperti tas, sepatu, dan aksesoris. Sedangkan kosher berasal dari bahasa Hewbrew yang berarti makanan halal, yaitu produk-produk yang dianggap halal oleh orang-orang Yahudi. Islam dan dan Yahudi dua agama yang memang sangat disiplin terhadap berbagai jenis produk dan konsumen bagi para umatnya. Kedua-duanya sama-sama mengharamkan untuk memakan produk yang terkontaminasi dengan daging babi. Tidak heran jika dalam sebuah restoran yang tidak menyuguhkan babi seringkali berjumpa antara komunitas muslim dan komunitas Yahudi.

Jaminan produk halal tidak identik dengan kosher. Dalam Islam, jaminan produk halal termasuk alkohol dan wine, sedangkan dalam konsep kosher tidak termasuk, dengan kata lain, Yahudi membenarkan untuk mengkonsumsi alkohol dan wine. Sebaliknya banyak produk yang oleh orang-orang Yahudi dianggap haram tetapi dianggap boleh oleh orang Islam. Bahkan dalam konsep kosher jauh lebih ketat daripada konsep jaminan produk halal dalam beberapa hal.


Di AS kelompok agama-agama Yahudi sangat aktif melakukan penelitian di berbagai supermarket untuk meneliti produk-produk yang tidak halal atau tidak kosher untuk dikonsumsi. Paling tidak, ketika penulis masih tinggal di AS, ada empat Negara Bagian yang memberikan kewenangan formal terhadap umat Islam untuk mengakses tempat-tempat penyembelihan, produksi, dan distributor, dan supermarket untuk memastikan kehalalan sebuah produk. Negara-negara tersebut ialah California, Illinoi, New Jersey, dan Chicago.

Di AS sudah lama terbentuk sebuah lembaga yang disebut dengan Center for American Muslim Reseach and Information (CAMRI) yang bertugas untuk melakukan penelitian cermat dan mendalam tentang berbagai produk dan ingredients, mengecek ingredient melalui korespondensi dengan perusahaan makanan, menyelidiki berbagai produk dan ingredients langsung ke perusahaan makanan. Demikian pula kelompok pemerhati produk kosher juga melakukan hal yang sama. Di tempat-tempat yang umum sering dijumpai informasi secara gratis berbagai jenis produk yang tidak layak dikonsumsi oleh orang-orang Islam dan orang-orang Yahudi.

Dalam penerbangan internasional, perusahaan penerbagan seringkali menyediakan jenis hidangan produk halal untuk penumpang muslim dan produk kosher bagi para penumpang Yahudi. Mungkin karena Indonesia termasuk Negara mayoritas muslim sehingga sepertinya tidak dianggap penting menyuguhkan informasi jaminan produk halal seperti halnya di negara-negara minoritas muslim.
Namun karena pasar global sudah tak terbendung, banyak sekali peroduk makanan dan minuman serta barang gunaan menyerbu pasaran tanah air yang berasal dari luar negeri, bahka produk itu sudah sampai di pelosoik desa, maka sudah saatnya negeri ini segera memiliki kelengkapan dari UU Jaminan Produk halal demi melindungi warga terbesarnya yang beragama Islam.

Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com