Category Archives: Dakwah

Kisah Seorang Pendosa Besar yang Jadi Ahli Surga



Jakarta

Manusia merupakan ladangnya salah dan dosa, baik itu besar maupun kecil. Namun, Allah SWT selaku Tuhan yang Maha Pengampun selalu memaafkan hamba-Nya yang rajin bertaubat.

Allah SWT berfirman dalam surat Az Zumar ayat 53,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ


Arab latin: Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Pada bulan suci Ramadan ini, Allah SWT mengobral pengampunan kepada siapapun yang memohon kepada-Nya. Terlebih, semakin banyak puasa yang dilewati, maka semakin sedikit pula dosa kita karena terkikis oleh amalan yang kita kerjakan sepanjang Ramadan.

“Sebesar apapun dosa maka jangan membuat kita putus asa, tapi sekecil apapun dosa jangan dianggap enteng,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (4/4/2023).

Dosa-dosa kecil dapat terhapuskan oleh wudhu, seperti ketika melihat aurat lawan jenis di tempat umum. Meski demikian, jangan juga kita memandang rendah seseorang yang pernah berbuat dosa besar, karena apabila Allah SWT telah mengampuni maka kita sebagai seorang hamba tidak ada hak untuk menghinanya.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin mengisahkan tentang seorang pemuda yang merupakan pendosa besar. Saking jahatnya pemuda ini, ia bahkan diusir dari perkampungan hingga harus tinggal di hutan belantara.

Suatu saat, ia merenungi nasibnya. Pendosa besar itu merasa menyesal akibat perbuatannya, dia tidak dapat berkumpul dengan keluarga dan harus menyendiri di hutan.

Bersamaan dengan itu, ia melihat seekor anjing yang berputar-putar di sekitar telaga. Anjing tersebut tampak kehausan namun lidahnya tidak dapat menjangkau air telaga tersebut.

Muncul rasa iba, si pendosa besar itu lantas melepas kedua sepatunya dan menggunakannya sebagai tempat air agar anjing tersebut dapat minum. Pemuda itu lalu menyaksikan si anjing minum dengan begitu lahapnya.

Lalu apa yang terjadi? Pemuda yang merupakan pendosa besar itu menjadi penghuni surga. Walau telah melakukan dosa besar hingga dikucilkan oleh manusia lain, Allah SWT mengampuni dosanya karena telah menolong seekor anjing yang kehausan.

Di sisi lain, Prof Nasaruddin juga mengisahkan tentang seorang wanita yang merupakan ahli ibadah namun ia mengurung kucing sampai mati hanya karena hewan tersebut mencuri makanannya. Akibat perbuatannya itu, wanita tersebut justru terjerumus ke dalam neraka.

“Subhanallah, kisah ini sangat penting buat kita semuanya. Jangan sampai kita terpeleset oleh dosa kecil tapi dampaknya sangat besar,” pungkasnya.

Simak detikKultum Nasaruddin Umar: Kisah Pendosa Besar yang Masuk Surga selengkapnya DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Orang Tua Adalah Karamah Utama, Kita Wajib Berbakti



Jakarta

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak. Menurut Habib Ja’far, orang tua adalah karamah yang pertama dan utama.

“Begitu seorang lahir maka keramat (karamah) yang pertama dan utama bagi dia adalah kedua orang tuanya,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Rabu (5/4/2023).

Di antara ayah dan ibu, sebagaimana sabda nabi, ibu adalah sosok pertama yang wajib kita hormati. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah yang paling berhak mendapat perlakuan yang paling baik dariku?”


Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya, “Siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Bapakmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Habib Ja’far menjelaskan, tingginya kedudukan seorang ibu lantaran ibu telah memberikan dirinya untuk mengandung anak selama 9 bulan, ibu telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya, dan ibu telah mengikhlaskan dirinya untuk menyusui buah hatinya selama kurang lebih 2 tahun.

Habib menjelaskan lebih lanjut bahwasanya orang tua adalah karamah yang utama. Sehingga, jangan sampai kita meminta doa kepada para guru hingga ulama, tapi justru lupa meminta doa kepada kedua orang tua.

“Jangan kita meminta doa pada para guru, para ulama, para habib, para kiai, kita berdoa ke makam wali ini makam wali itu, tapi kita lupa meminta doa kepada kedua orang tua kita,” jelas Habib Ja’far.

Adapun, di antara kewajiban seorang anak terhadap orang tua adalah berbakti kepadanya. Menurut Habib Ja’far, konteks berbakti berbeda dengan taat. Ia mengatakan, ketaatan yang sifatnya mutlak hanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Sedangkan ketaatan kepada orang tua sifatnya terbatas, yakni selama berada di jalan yang benar dan tidak taat ketika diminta dalam hal kemaksiatan.

Kewajiban berbakti kepada orang tua sendiri termaktub dalam surah Al Isra ayat 23. Allah SWT berfirman,

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Orang Tua Adalah Karamah Utama, Kita Wajib Berbakti tonton DI SINI.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Jangan Salah Didik, Anak Bisa Jadi Penyebab Orang Tua Masuk Neraka



Jakarta

Sebagai seorang anak, Allah SWT meminta kita untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Al Isra ayat 23, Allah berfirman:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik,”


Pun sebaliknya, orang tua harus mendidik anaknya dengan baik. Seorang anak dapat menjadi sumber kebahagiaan bagi orang tuanya, tetapi juga bisa menjadi malapetaka apabila tidak dididik dengan baik.

Berkaitan dengan itu, Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (5/4/2023) menyampaikan bahwa apabila orang tua salah didik, tanggung jawabnya bukan hanya pada anak, melainkan juga pada keduanya.

“Hati-hati, jangan salah didik anak, gara-gara anak kita bisa masuk neraka,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Prof Nasaruddin turut menyampaikan sebuah kisah yang tersemat dalam hadits mengenai kedua orang tua yang menunggu anaknya di depan pintu surga. Mereka enggan masuk lebih dahulu jika tanpa anak semata wayangnya.

Setelah mencari dan menunggu cukup lama, datanglah sang anak yang ditunggu. Ternyata anak semata wayangnya itu dikawal oleh malaikat penjaga neraka.

Ketika sang anak mendekat, dia justru menyalahkan kedua orang tuanya. Dirinya bisa sampai berbuat maksiat karena terlalu dimanjakan oleh bapak ibunya semasa hidup di dunia.

Sampai-sampai, kedua orang tuanya tidak memberikan sang anak pendidikan mengenai agama. Alhasil, si anak merasa tidak adil apabila ia masuk neraka sendiri sedangkan kedua orang tua yang mendidiknya masuk ke dalam surga.

Mendengar hal itu, akhirnya bapak ibunya yang semula menunggu di depan pintu surga justru ikut dijerumuskan ke dalam neraka bersama sang anak. Nauzubillah min zalik, semoga kita semua senantiasa dapat menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita kelak.

“Pada bulan suci Ramadan ini mari kita istighfar, mari kita mengevaluasi diri kita sendiri, apakah kita menjadi ortu yang baik,” pungkas Prof Nasaruddin.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Jangan Salah Mendidik Anak bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Silaturahmi di Bulan Ramadan



Jakarta

Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan menjalin tali silaturahmi. Adiwarman A. Karim menjelaskan dalil dalam Al-Qur’an dan hadits tentang keutamaan serta manfaat silaturahmi.

Salah satu manfaat silaturahmi adalah memperpanjang umur serta melancarkan rezeki. Hal tersebut diungkapkan Adiwarman A. Karim selaku Praktisi Ekonomi Syariah dalam Mutiara Ramadan detikcom, Rabu (5/4/2023).

“Silaturahim banyak jenisnya, apalagi di bulan Ramadan. Kita harus banyak silaturahim,” kata Adiwarman.


Manfaat silaturahim ini diungkapkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits,

“Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR. Al-Bazzar, Hakim).

Lebih lanjut, Adiwarman juga menyebutkan silaturahim banyak jenisnya. “Yang penting jalani silaturahim. Bagaimana bisnis bisa maju kalau nggak silaturahim, bener nggak? Bagaimana orang bisa ingat kita, bagaimana orang bisa kenal kita kalau nggak silaturahim?” ujarnya.

Manfaat silaturahmi yang kedua adalah mendapatkan pahala yang besar. Disebutkan Rasulullah SAW bahwa pahala menjalin silaturahmi lebih besar daripada membebaskan seorang budak.

Dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 10, Allah berfirman tentang balasan kebaikan bagi orang-orang yang berbuat baik.

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

“Dengan silaturahim kita memasukkan rasa bahagia kepada hati orang lain. Ini amalan yang paling cepat sampai kepada Allah SWT,” sambung Adiwarman.

Manfaat apalagi yang bisa didapatkan dengan silaturahmi? Yuk Simak video selengkapnya di Mutiara Ramadan: Jenis-jenis Silaturahmi dan Manfaatnya di Bulan Ramadan tonton DI SINI.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Setiap Keburukan Pasti Ada Kebaikannya



Jakarta

Kebaikan dan keburukan merupakan dua hal yang berpotensi ada pada setiap diri manusia. Menurut Habib Ja’far, di balik suatu keburukan pasti ada kebaikannya.

Hal tersebut diungkapkan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (6/4/2023). Habib mengawalinya dengan mengatakan bahwa identitas umat Islam sebagaimana dibawakan Rasulullah SAW adalah selalu melihat kebaikan dan buta akan keburukan.

“Salah satu identitas umat Islam yang diproklamirkan oleh Nabi Muhammad itu adalah dia selalu melihat kebaikan dan buta akan keburukan. Sehingga dia selalu mengikuti jalan kebaikan dan tidak pernah ke-distract sama jalan keburukan,” ucap Habib Ja’far.


Habib Ja’far menjelaskan, seorang muslim sudah sepatutnya mencari hikmah di balik setiap keburukan. Sebab, kata Nabi SAW, pelajaran yang baik (al-hikmah) merupakan harta karun umat Islam yang harus kita cari.

Faktanya, kata Habib Ja’far, tidak ada manusia yang sepenuhnya buruk. Sebab, Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Hijr ayat 29,

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

Artinya: “Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya dan telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, menyungkurlah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Habib Ja’far menjelaskan, maksud roh dalam ayat tersebut adalah fitrah yang mana Nabi SAW katakan itu adalah suatu kesucian yang ada pada setiap manusia. Fitrah akan terus ada dan umat Islam sebaiknya melihat orang lain dengan fitrah tersebut.

“Nah, kita sebaiknya berfokus kepada fitrah itu sebagai kebaikan dalam melihat manusia lain. Sehingga kita selalu optimis untuk bisa membuat dia menjadi baik dan lebih baik,” ujar Habib Ja’far.

Allah SWT juga telah memerintahkan kepada umat manusia agar tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Dia berfirman,

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az Zumar: 53)

Bagaimana caranya melihat kebaikan dalam suatu keburukan? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Setiap Keburukan Pasti Ada Kebaikannya tonton DI SINI.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Pentingnya Bersyukur kepada Allah SWT



Jakarta

Sudah sepantasnya kita selalu mensyukuri segala sesuatu yang Allah SWT berikan kepada kita. Baik itu kenikmatan, maupun musibah yang menimpa kita.

Syukur artinya memberikan pujian terhadap Allah atau mengapresiasikan pujian tersebut. Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Kamis (6/4/2023) menuturkan bahwa pujian terhadap Allah memiliki tingkatnya lagi.

“Sedikit pujian di hatinya, besar pujian mulutnya itu adalah tamaddah,” katanya.


Lebih lanjut Prof Nasaruddin menjelaskan, selain tamadda ada yang namanya tahmid. Apabila pujian di hati dan mulut seseorang sama kadarnya, itulah yang disebut tahmid.

Allah SWT sendiri memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur, celakalah bagi manusia yang enggan mensyukuri nikmat-Nya.

Dalam surat Ibrahim ayat 7, Allah berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Arab latin: Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ‘ażābī lasyadīd

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,”

“Salah satu hal penting kita syukuri karena kita masih bisa bersyukur, orang yang tidak mau bersyukur itu tidak mendapat hidayah Allah SWT,” ungkap Prof Nasaruddin.

Ia menjelaskan, selain syukur ada juga yang namanya syakur. Meski memiliki kemiripan dari segi bahasa, makna keduanya berbeda.

Syukur berarti mensyukuri semua nikmat Allah, sementara syakur tidak hanya mensyukuri nikmat melainkan juga segala sesuatu yang diberikan oleh Allah, termasuk musibah. Seseorang yang memiliki sikap syakur, ia tetap bersyukur dalam segala kondisi.

“Tidak ada kenaikan kelas tanpa melalui ujian, jadi kalau kita diuji dengan musibah syukuri juga,” pungkas Prof Nasaruddin.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Bersyukur karena Masih Bisa Bersyukur dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Mutiara Ramadan Adiwarman A. Karim: Perbuatan yang Membawa Keberkahan



Jakarta

Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang akan melimpahkan keberkahan bagi hambanya yang melakukan amal kebaikan. Perbuatan yang membawa keberkahan ini dapat dirasakan manfaatnya di dunia maupun di akhirat.

Adiwarman A. Karim selaku Praktisi Ekonomi Syariah dalam Mutiara Ramadan detikcom, Kamis (6/4/2023) menjelaskan perbuatan yang membawa keberkahan.

“Keberkahan Allah dilimpahkan kepada kita semua. Urusan rezeki mau kaya mau miskin, Allah yang mengatur,” ujarnya.


Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang doa yang diajarkan Rasulullah SAW sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki sekaligus doa memohon perlindungan.

“Rasulullah ajarkan doa yang di Indonesia salah kaprah jadi doa mau makan padahal ini doa cari rezeki,” ujar Adiwarman.

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaa bannaar.”

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka.”

Makna keberkahan juga dibahas oleh Adiwarman. Ia menyebutkan dalam ajaran Islam keberkahan memiliki empat makna.

1. Siapa yang melakukan perbuatan ia bahagia
2. Membawa kebahagiaan bagi orang sekitar
3. Merasa mendapat manfaat dari perbuatan
4. Orang sekitar mendapat manfaat dari perbuatan kita

Hal ini juga turut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 60

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Artinya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).

“Terus buat kebaikan karena kita mengharapkan berkahnya Allah. Di bulan Ramadan banyak keberkahan. Dalam sahur ada berkahnya. Keberkahan ini yang harus kita cari,” jelas Adiwarman.

Perbuatan apa lagi yang membawa keberkahan dan manfaat bagi seorang muslim? Simak video selengkapnya di Mutiara Ramadan: Bentuk Perbuatan yang Membawa Keberkahan tonton videonya DI SINI.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Cara agar Kita Lebih Bersyukur



Jakarta

Sebagai seorang hamba sudah semestinya kita bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Baik nikmat yang berupa kelebihan maupun kekurangan.

Menurut Habib Ja’far, kekurangan termasuk nikmat karena musibah merupakan wujud perhatian Allah SWT kepada hamba-Nya. Para sufi justru lebih senang ketika mendapat musibah.

“Para sufi itu justru lebih senang ketika mendapatkan musibah karena musibah itu bagi mereka adalah wujud perhatian Allah kepada mereka. Sehingga Allah tegur kita terus-menerus karena kita selalu pasti terjebak dalam kesalahan dan kekhilafan,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Jumat (7/4/2023).


Habib Ja’far menyebut, ada beberapa cara agar kita bisa lebih bersyukur. Pertama, dengan menyadari bahwa Allah SWT telah memberikan nikmat kepada kita jauh sebelum kita diperintahkan untuk bersyukur.

“Ketika kita masih bayi bahkan sebelum lahir berbagai nikmat telah diberikan kepada kita. Nikmat sehat, nikmat nyawa, nikmat pendengaran, nikmat penglihatan, dan lain sebagainya,” jelas Habib Ja’far.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nahl ayat 18,

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Cara mensyukuri nikmat yang selanjutnya, kata Habib Ja’far, adalah dengan banyak mengingat Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

Habib Ja’far menerangkan, ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT akan memperbanyak dan memperbesar nikmat-Nya untuk kita jika kita mensyukuri nikmat itu.

Bagaimana lagi caranya? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: 5 Cara agar Kita Lebih Bersyukur tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Rahasia Gapai Malam Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar merupakan malam yang istimewa bagi seluruh umat Islam. Sebab, muslim dianjurkan menghidupkan Lailatul Qadar dengan berbagai ibadah dan amalan, seperti mendirikan salat, dzikir, hingga membaca Al-Qur’an.

Malam Lailatul Qadar hanya diberikan kepada umat Rasulullah SAW. Saking mulianya malam tersebut, para nabi bahkan ingin hidup kembali meski tidak membawa ajarannya agar dapat berjumpa dengan Lailatul Qadar.

“Sekarang kita sudah jadi umatnya Rasulullah, alangkah ruginya kita tidak melakukan amal-amal di bulan Ramadan. Syukur-syukur pas beribadah turun Lailatul Qadar, itulah yang diharapkan sebetulnya ‘kan,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Jumat (7/4/2023).


Walau begitu, Prof Nasaruddin mengingatkan agar kita tidak melakukan ibadah hanya semata-mata menginginkan Lailatul Qadarnya. Sebab, menurutnya, Lailatul Qadar adalah makhluk, jadi yang harus kita kejar adalah penciptanya yaitu Allah SWT.

“Ramadan itu istimewa, tapi jangan cari Ramadannya. Jadikanlah Ramadan sepanjang masa, jadikan Lailatul Qadar sepanjang masa buat kita,” lanjutnya.

Dalam surah Al An’am ayat 162, dijelaskan bahwa ibadah, hidup, dan mati kita hanya untuk Allah SWT.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Arab latin: Qul inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wa mamātī lillāhi rabbil-‘ālamīn

Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,”

Prof Nasaruddin mengimbau kaum muslim untuk lebih gencar mengencangkan ibadahnya. Kemudian menurutnya tahun ini kita harus menjemput Lailatul Qadar dengan cara yang berbeda, jangan karena prediksi Lailatul Qadar di malam ganjil, kita justru malas-malasan di malam genap.

“Jangan membedakan malam ganjil dan malam genap, pokoknya cover semua bulan Ramadan. Pasti ketemu juga Lailatul Qadar,” paparnya.

Menurut penuturan Prof Nasaruddin, para ulama tafsir menafsirkan Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari beribu-ribu bulan, bukan hanya seribu. Karenanya, ia mengimbau umat Islam untuk melakukan salat sepanjang malam, i’tikaf, merenung, dan banyak berdoa kepada Allah SWT.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Malam Lailatul Qadar bisa disaksikan DI SINI.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Lakukan Kebaikan, Sebelum Ajal Menjemput



Jakarta

Bersegera dalam melakukan kebaikan merupakan perintah Allah SWT. Kebaikan yang dilakukan di dunia akan mendapat ganjaran kebaikan pula. Lakukan kebaikan sebelum kematian menjemput, hal ini disampaikan oleh Adiwarman Karim dalam Mutiara Ramadan detikHikmah.

Allah SWT senang terhadap hamba-Nya yang berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 148. Allah SWT berfirman:

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ – ١٤٨


Artinya: “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Adiwarman A. Karim selaku Praktisi Ekonomi Syariah dalam Mutiara Ramadan detikcom, Jumat (7/4/2023) menjelaskan tentang pentingnya melakukan kebaikan selama masih hidup di dunia.

“Waktu kita dalam bentuk janin, masih dalam usia 4 bulan, Allah meniupkan ruh ke dalam janin tersebut. Ada 3 hal telah selesai ditentukan takdirnya oleh Allah, pertama ajal, kemudian rezeki, dan ketiga jodoh,” kata Adiwarman.

Lebih lanjut, Adiwarman menegaskan bahwa tiga hal ini merupakan rahasia Allah SWT. Oleh karenanya, usahakan untuk bersegera dalam melakukan kebaikan. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan ajalnya menjemput.

“Kita tidak pernah tahu kapan ajalnya. Tidak bisa ambil patokan kapan matinya, orang tua mati, anak muda mati, orang sakit mati, orang sehat mati, jangan tunda berbuat kebaikan,” jelas Adiwarman.

Selain ajal, Adiwarman mengatakan, takdir yang juga telah ditentukan oleh Allah SWT adalah rezeki. Setiap orang juga tidak tahu kapan pastinya ia berada dalam berkecukupan atau dalam keadaan kekurangan.

“Harta bisa hilang begitu saja. Dalam ilmu tasawuf disebutkan bahwa rezeki yang paling rendah itu itu adalah harta,” katanya.

Harta yang dimiliki di dunia ini hendaknya dijadikan media untuk bersedekah. Adiwarmam menyebutkan bahwa harta yang disedekahkan akan kekal di dunia dan juga di akhirat.

Surah Al-‘Asr dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang melakukan amal sholeh.

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍوَٱلْعَصْرِ

Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

“Kita ini manusia, tidak bisa melawan waktu, kita semua merugi kalau lalai. Kecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh. itu sebabnya kita harus segera melakukan amal perbuatan baik itu tanpa menunda-nunda,” lanjut Adiwarman.

Bagaimana memantapkan hati untuk bersegera melakukan perbuatan baik? Simak video selengkapnya di Mutiara Ramadan: Lakukan Kebaikan Sekarang Sebelum Kematian Menjemput tonton DI SINI.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com