Category Archives: Dakwah

Rajin Ibadah kok Masalah Datang Bertubi-tubi?



Jakarta

Setiap orang pasti memiliki permasalahan dalam hidupnya, baik itu kecil maupun besar. Terkadang masalah justru datang bertubi-tubi meskipun kita rajin beribadah.

Menurut Habib Ja’far, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan permasalahan tak kunjung usai meskipun kita telah rajin beribadah kepada Allah SWT. Pertama, kata Habib, masalah tersebut adalah cara Allah SWT untuk meningkatkan kualitas hidup kita.

“Kadang Allah kasih masalah untuk menyadarkan kita dari kesalahan kita justru atau meningkatkan kualitas kita agar lebih tinggi lagi dalam kebahagiaannya di dunia atau dalam keselamatannya di akhirat. Maka, Allah kasih masalah sebagai apa? Sebagai ujian,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Sabtu (8/4/2023).


Habib Ja’far menjelaskan, datangnya permasalahan yang tak kunjung usai tersebut bisa jadi adalah bentuk kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya. Contohnya adalah Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan berbagai ujian ketika menyebarkan Islam, sebab beliau adalah nabi paling dicintai Allah SWT di antara para nabi dan rasul lainnya.

“Oleh karena itu, masalah itu bisa jadi benar, dia tidak salah, untuk membenarkan kita dari kesalahan atau untuk meningkatkan kualitas kebenaran kita menjadi lebih baik,” jelas Habib Ja’far.

Kemungkinan kedua, masalah yang datang bertubi-tubi padahal kita rajin beribadah terjadi karena kita menganggap ibadah itu sebatas hubungan kita kepada Allah SWT (hablumminallah). Padahal, hubungan antar sesama manusia (habluminannas) atau yang sering disebut usaha kita juga termasuk ibadah.

Allah SWT berfirman dalam surah At Taubah ayat 105,

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Sehingga, kata Habib Ja’far, bisa jadi masalah tidak kunjung selesai karena pola pikir kita tentang ibadah itu sempit, seolah-olah hanya berupa ritual kepada Allah SWT seperti salat, puasa, zakat, dan lain sebagainya.

Ketiga, permasalahan merupakan cara Allah SWT untuk menguatkan mental, fisik, dan segala sesuatu dari kita. Mengapa demikian? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Rajin Ibadah kok Masalah Datang Bertubi-tubi? tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Makna Peringatan Malam Nuzulul Qur’an



Jakarta

Siapa yang tidak tahu Nuzulul Qur’an? Peristiwa turunnya Al-Qur’an itu diperingati setiap tanggal 17 Ramadan. Momentum ini dimaksudkan untuk mengesankan kedahsyatan Al-Qur’an.

Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Sabtu (8/4/2023), yang dimaksud peringatan Nuzulul Qur’an ialah peristiwa turunnya kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Seperti yang kita ketahui, Al-Qur’an diturunkan sebanyak dua kali.

“Al-Qur’an itu kan dua kali turun, satu kali dari Allah langsung ke Lauhul Mahfudz (itu) sekaligus. Fase turun berikutnya itu sedikit demi sedikit dicicil, Jibril turun ke langit Bumi diberikan kepada Nabi Muhammad,” paparnya.


Saat diturunkan kepada Rasulullah SAW, Al-Qur’an tidak langsung sekaligus diberikan. Melainkan berangsur-angsur hingga memakan waktu selama 23 tahun.

Durasi turunnya Al-Qur’an melalui Nabi Muhammad SAW, lanjut Nasaruddin Umar, memberi isyarat kepada kaum muslimin bahwa tidak mudah menegakkan kebenaran. Diperlukan berbagai strategi dan perhitungan-perhitungan yang matang.

“Tidak bisa memaksakan orang masuk Islam. Maka itu, kekerasan tidak ada tempatnya dalam Al-Qur’an,” ujarnya.

Manusia hanya bertugas menyampaikan. Nantinya, urusan mengenai petunjuk akan diberikan oleh Allah SWT, sebagaimana tersemat dalam surat Al Qashash ayat 56.

Allah SWT berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Arab latin: Innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā`, wa huwa a’lamu bil-muhtadīn

Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk,”

“Memperingati Nuzulul Qur’an jangan hanya (sekedar) memperingati, namun juga lakukan i’tibar (kajian),” pungkas Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Keagungan Malam Nuzulul Qur’an dapat disaksikan DI SINI.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Mutiara Ramadan Adiwarman Karim: Apa Itu Ekonomi Syariah?



Jakarta

Minat masyarakat pada sistem perekonomian syariah semakin meningkat. Seperti apa sebenarnya ekonomi syariah dijalankan, dan apa bedanya dengan ekonomi konvensional?

Adiwarman Karim selaku Praktisi Ekonomi Syariah dalam Mutiara Ramadan detikcom, Sabtu (8/4/2023), menjelaskan tentang ekonomi syariah dan juga cirinya.

Menurut Adiwarman, ekonomi syariah bukanlah sebuah hal yang aneh. Ada beberapa hal yang membuat sistem ekonomi syariah berbeda dengan sistem ekonomi yang dijalankan secara konvensional.


Ada tiga hal dalam sistem ekonomi syariah yang juga menjadi cirinya.

1. Halal, artinya sistem perekonomian dijalankan secara halal
2. Thayyib, artinya sistem perekonomian dijalankan secara baik dan profesional
3. Berkah, ekonomi syariah harus membawa keberkahan dan memberikan banyak manfaat

“Karena tiga hal itu, sudah sepantasnya ekonomi syariah menjadi tuan di rumahnya sendiri. Ekonomi syariah menginspirasi pelaku ekonomi Indonesia melalui 3 hal ini, InsyaAllah masyarakat akan dapat menerima ekonomi syariah dengan baik,” ujar Adiwarman.

Sistem ekonomi syariah di Indonesia sendiri sudah banyak diterapkan dalam berbagai sektor, seperti sektor finansial hingga sektor riil. Adiwarman mengatakan sekarang ini banyak sektor bank, asuransi hingga multifinance syariah. Sementara di sektor riil, ada hotel syariah, rumah sakit syariah dan lain sebagainya.

“Masyarakat ingin kepastian halal, dilakukan dengan baik, membawa keberkahan untuk dirinya dan orang sekitarnya,” lanjut Adiwarman.

Dijelaskan pula bahwa sistem ekonomi syariah mulai dijalankan di Indonesia pada tahun 1992 melalui Bank Muamalat di zaman Presiden Soeharto. Seiring perkembangan zaman, kini di masa pemerintahan Presiden Jokowi sudah ada 3 anak usaha BUMN yakni Bank Mandiri Syariah, Bank BNI Syariah dan Bank BRI Syariah yang dimerger jadi satu menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI).

“Sekarang Bank Syariah Indonesia menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia dengan tingkat profitabilitas yang tinggi. Itu satu hal, satu sisi keberhasilan Bank Syariah Indonesia,” jelas Adiwarman.

Pemilik nama lengkap Adiwarman Azwar Karim juga menyampaikan pentingnya terbentuk ekosistem ekonomi syariah di Indonesia.

“Yang lebih penting dari itu yakni terbentuknya suatu ekosistem ekonomi syariah sehingga bukan hanya maju sendirian tapi maju bareng-bareng,” ujarnya.

Bank Syariah Indonesia juga saat ini tercatat sebagai pembayar zakat terbesar di Indonesia.

Mau tahu lebih jelas tentang sistem ekonomi syariah? Simak video selengkapnya di Mutiara Ramadan: Apa Itu Ekonomi Syariah? tonton DI SINI.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Cara agar Jodoh di Dunia dan Akhirat



Jakarta

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan agar menjadi jodoh di dunia dan akhirat. Habib Ja’far membagikan tips untuk mendapatkannya.

Menurut Habib Ja’far, jodoh akan membuat kehidupan menjadi sakinah, yakni merasakan kedamaian, kebahagiaan, ketenangan, dan lain sebagainya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Ar Rum ayat 21,

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ


Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Melalui jodoh, kata Habib Ja’far, seseorang menjadi relatif sempurna karena baik laki-laki maupun perempuan keduanya saling melengkapi.

“Dengan jodoh ia menjadi relatif sempurna karena lelaki dan perempuan itu adalah semacam dua sosok yang saling melengkapi. Perempuan itu mewakili sifat feminim atau jamaliyahnya Allah dan laki-laki itu mewakili sifat maskulin atau jalaliahnya Allah,” ujar Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Minggu (9/4/2023).

“Karenanya ketika mereka saling melengkapi maka itu akan menjadi jalan yang begitu lapang dan begitu cepat menuju Allah,” imbuhnya.

Jodoh di dunia bisa saja menjadi jodoh kelak di akhirat. Habib Ja’far mencontohkan suatu kisah dari salah satu istri Rasulullah SAW, Ummu Salamah.

Ummu Salamah merupakan seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Untuk mengangkat derajatnya, Rasulullah SAW pun menikahinya.

Pada suatu ketika, Ummu Salamah bertanya kepada Rasulullah SAW perkara jodoh di akhirat. “Nabi, kelak di akhirat, saya ini akan berjodoh dengan suami saya yang lalu atau denganmu yang merupakan suamiku saat ini?” tanya Ummu Salamah.

Kemudian, Rasulullah SAW menjawab, “Kamu akan berjodoh di akhirat dengan yang terbaik akhlaknya.”

Dari kisah tersebut, terang Habib Ja’far, ada dua hal yang bisa kita petik. Pertama, tentang kerendahan hati Rasulullah SAW. Beliau adalah orang yang terbaik akhlaknya, namun tidak secara langsung mengatakan bahwa jodoh Ummu Salamah kelak di akhirat adalah beliau.

Kedua, kata Habib Ja’far, agar pasangan kita di dunia kelak menjadi jodoh di akhirat, maka sebaiknya kita memilih pasangan yang baik akhlaknya.

Lantas, bagaimana cara mengupayakan agar jodoh kita di dunia kelak juga menjadi jodoh kita di akhirat? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Cara agar Jodoh di Dunia dan Akhirat tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Ini Amalan yang Dikerjakan Saat Beritikaf



Jakarta

Pada bulan Ramadan, itikaf umumnya dikerjakan menjelang 10 malam terakhir. Tujuan itikaf sendiri untuk mencari keridhaan Allah SWT.

Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Minggu (9/4/2023), itikaf dilakukan dengan cara bermuhasabah atas perbuatan-perbuatan yang selama ini dikerjakan. Meski identik dengan berdiam diri di masjid, ada sejumlah amalan yang bisa dikerjakan.

“Jadi berdiam diri di masjid bukan untuk diamnya, tapi kontemplasinya itu,” katanya.


Prof Nasaruddin menjelaskan, yang dimaksud dengan kontemplasi ialah merenung atau bermuhasabah. Saking pentingnya muhasabah, ada ulama yang mengatakan merenung lebih utama daripada salat-salat sunnah.

Namun, perlu diingat bahwa muhasabah dilakukan selama masih terjaga. Seumpama seorang muslim mulai merasa kantuk saat beritikaf, maka bisa disiasati dengan mengerjakan salat lain.

“Setelah segar kembali ingatan kita, konsentrasi lagi, tafakur lagi sejenak merenungkan dosa-dosa lampau,” lanjut Prof Nasaruddin.

Sebelum melaksanakan itikaf, hendaknya kita membaca niat yang berbunyi:

نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالَى

Nawaitul i’tikaafa fii haadzal masjidi lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Saya niat itikaf di masjid ini karena Allah SWT,”

Sesampainya di masjid, kita bisa memulai dengan berwudhu dan melaksanakan salat tahiyatul masjid, Setelahnya, bacalah Al-Qur’an dan bermuhasabah.

“Tapi jangan tidur. Kalau tidur akibatnya kan batal wudhu, maka lebih baik kita memelihara wudhu,” kata Prof Nasaruddin.

Menurutnya, tidur di masjid diperbolehkan pada waktu menjelang pagi. Namun, bukan berarti saat beritikaf seseorang malah tidur semalaman di masjid.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Iktikaf, bisa disaksikan DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Mutiara Ramadan Adiwarman A. Karim: Ikhtiar Mendapatkan Banyak Rezeki



Jakarta

Ada banyak jenis rezeki yang diberikan Allah SWT. Harta, kesehatan, anak yang sholeh dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah juga termasuk bagian dari rezeki.

Dalam Mutiara Ramadan detikcom, Minggu (9/4/2023) Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang ikhtiar mendapatkan rezeki yang berlimpah dan penuh berkah.

Pada topik kali ini, Adiwarman menjelaskan bahwa rezeki dari Allah sudah diatur sesuai kehendaknya. Tugas manusia adalah berusaha menjemput rezeki tersebut.


“Rezeki itu sudah ditakar, nggak akan tertukar. Allah yang atur. Ada orang yang seumur-umur miskin terus, ada orang yang seumur-umur kaya terus, ada yang miskin nanti tuanya dia kaya. macam-macam skenario hidupnya,” ujar Adiwarman.

Lebih lanjut, Adiwarman menjelaskan bahwa ada tingkatan dari rezeki yang diberikan Allah SWT. Ia juga menegaskan bahwa rezeki tidak selalu berbentuk harta.

“Dalam ilmu tasawuf disebutkan bahwa rezeki yang paling rendah adalah harta, rezeki yang paling tinggi kesehatan, rezeki yang utama anak yang soleh dan sholehah, rezeki yang patut disyukuri adalah husnul khatimah, kita menutup akhir hayat kita dengan akhir yang baik,” jelas Adiwarman.

Adiwarman juga mengutip ayat Al-Qur’an dalam surat Ibrahim ayat 7, yang berbunyi:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Arab-Latin: Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ‘ażābī lasyadīd

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ada tiga tugas seorang mukmin dalam mencari rezeki:

1. Ikhtiar sebaik-baiknya dalam mencari rezeki
2. Berdoa
3. Ridha dengan pemberian Allah SWT

Rasulullah SAW bahkan mengatakan bahwa ada dosa yang bisa dihapus dengan mencari rezeki.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala puasa, salat haji, dan umroh, namun hanya bisa dihapus dengan kesusah payahan dalam mencari nafkah”. (H.R Bukhari).

Adiwarman menjelaskan, berdasarkan hadits Rasulullah SAW tersebut bahwa ikhtiar itu akan menggugurkan dosa-dosa, ikhtiar itu akan mengundang keberkahan dari doa kita dan ikhtiar itu akan mengundang ridho-nya Allah SWT.

Simak video selengkapnya tentang rezeki yang banyak dan berkah di Mutiara Ramadan: Cara Mendapat Rezeki Lebih Banyak tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kena Musibah Bisa Jadi Tanda Allah Rindu Kita



Jakarta

Bentuk kerinduan Allah SWT kepada hamba-Nya diwujudkan dalam berbagai hal. Menurut Habib Ja’far, salah satunya melalui ujian atau musibah.

Hal tersebut dikatakan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Senin (10/4/2023). Habib Ja’far mengawalinya dengan menyebut bahwa Allah SWT begitu mencintai manusia secara khusus dan secara umum kepada makhluk-makhluk-Nya.

Allah SWT tetap menciptakan manusia tatkala malaikat menyampaikan kekhawatirannya karena manusia hanya akan berbuat kerusakan. Sebagaimana Dia berfirman,


فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ ٧٢

Artinya: “Apabila Aku telah menyempurnakan (penciptaan)-nya dan meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, tunduklah kamu kepadanya dalam keadaan bersujud.” (QS Sad: 72)

Usai menciptakan manusia, kata Habib Ja’far, Allah SWT memberikan bimbingan melalui utusan-Nya dan bekal akal sehat untuk menjalani kehidupan di dunia dan kelak bahagia di akhirat.

“Ketika kita sudah diciptakan Allah kasih berbagai bimbingan dari nabi dan rasul, kitab suci, akal untuk membuat kita tetep baik-baik saja di dunia sehingga akan bahagia kelak di akhirat,” terang Habib Ja’far.

Habib Ja’far melanjutkan, kalaupun kita berbuat dosa, Allah SWT telah memerintahkan agar kita tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Az Zumar ayat 53,

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

“Dan ketika kita nanti masuk neraka pun Allah jadikan neraka itu tidak kekal bagi kita, tapi hanya pembersihan dari dosa-dosa yang kita pernah lakukan dan ujung-ujungnya kita dimasukkan ke surga. Kecuali satu, yaitu orang-orang yang musyrik atau melakukan tindak kesyirikan, menyekutukan Allah,” ujar Habib Ja’far.

Saking cintanya Allah SWT kepada hamba-Nya, Dia selalu rindu kepada kita. Karenanya, kata Habib Ja’far, Allah SWT selalu melakukan berbagai upaya agar kita sadar bahwa Allah SWT itu merindukan dan mencintai kita.

Salah satu upaya tersebut adalah memberikan ujian atau musibah atau bahkan azab kepada kita. Mengapa demikian? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Kena Musibah Bisa Jadi Tanda Allah Rindu Kita tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Ada Dua Tingkatan Ikhlas dalam Beribadah, Apa Saja?



Jakarta

Sikap ikhlas diartikan sebagai kesungguhan dan ketaatan semata-mata karena Allah SWT. Tidak semua orang memiliki perilaku ikhlas, sebab ada sejumlah perkara yang membuat seseorang untuk bersikap ikhlas.

Dalam Islam sendiri, ikhlas dibagi ke dalam dua tingkatan, yaitu mukhlis dan mukhlas. Menurut penuturan Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Senin (10/4/2023), mukhlas menjadi tingkatan yang paling tinggi.

Saking tingginya peringkat mukhlas, sampai-sampai iblis bersumpah enggan menggoda anak cucu Adam yang telah sampai ke dalam tingkatan tersebut. Sementara itu, mukhlis berada di bawah mukhlas.


Makna dari mukhlis sendiri ialah seseorang yang ikhlas melakukan ketaatan kepada Allah, namun masih gemar menerima pujian dari orang lain atas tindakannya. Ia masih menikmati pujian-pujian hingga menampilkan kebaikan-kebaikan yang telah dikerjakannya.

“Masih terbetik dalam dirinya sebuah kebanggaan tersendiri kalau dipuji orang lain, itu mukhlis. Orang mukhlis itu belum bebas (dari) iblis,” kata Prof Nasaruddin.

Lebih lanjut ia menjelaskan, lain halnya dengan mukhlas yang menjalani keikhlasan sebagai kebiasaannya. Muslim dengan tingkatan mukhlas tidak akan mempedulikan pujian yang akan didapat.

“Kalau mukhlas itu tanpa nama. Kita kan kalau tanpa nama uang recehan, tapi kalau uang gede itu kartu nama,” seloroh Prof Nasaruddin.

Rasulullah SAW sendiri mengatakan bahwa orang yang termasuk ke dalam tingkatan mukhlas akan menyumbang dengan tangan kanannya tanpa diketahui oleh tangan kirinya. Bahkan, apabila seseorang masih memamerkan bantuan yang ia berikan untuk disampaikan kepada orang lain, hal tersebut diibaratkan sebagai pembawa ember bocor ke surga.

“Jadi jangan membawa ember bocor. Maka itu usahakan sembunyikan seluruh amal kebajikan,” lanjut Prof Nasaruddin.

Dia juga mengimbau kaum muslimin untuk merahasiakan kebajikan yang dikerjakan. Sebab, semakin kita merahasiakan kebajikan yang dilakukan maka semakin besar pula pahalanya di mata Allah SWT.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Tingkatan Ikhlas Beribadah kepada Allah SWT dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Mutiara Ramadan Adiwarman A. Karim: Cara Aman Berinvestasi Syariah



Jakarta

Investasi syariah menjadi pilihan banyak muslim karena mengusung hukum ajaran Islam dalam prosesnya. Sebenarnya bagaimana tips dan cara berinvestasi secara syariah?

Dalam Mutiara Ramadan detikcom, Senin (10/4/2023), Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang investasi syariah, termasuk tips dan cara berinvestasinya.

“Investasi syariah insyaAllah syariah. Tabungan syariah, tabungan syariah, bank syariah, ngga usah nanya lagi, udah pasti syariah,” ujar Adiwarman.


Lebih lanjut, Adiwarman menjelaskan beberapa hal yang menjadi ciri investasi syariah. “Di Indonesia, setiap produk jasa keuangan syariah mendasarkan dirinya pada fatwa-fatwa dewan syariah MUI. Yang kedua, di institusi tersebut ada dewan pengawas syariahnya. Yang ketiga ada OJK yang jagain agar regulasi tidak dilanggar,” terang Adiwarman.

Selain ciri tersebut, seorang yang ingin berinvestasi syariah juga harus memperhatikan beberapa tips. Adiwarman membagikan tipsnya berikut:

1. Pastikan Legalitasnya

Sekarang banyak penipuan terkait produk syariah. Menurut Adiwarman, perkara yang harus diperhatikan, apakah dia mendapat legalitas dari pihak yang berwenang, dalam hal ini OJK.

2. Cek Syariahnya

Cara melakukan pemeriksaan jaminan syariah, yakni dengan memastikan apakah ada dewan syariah MUI dalam lembaga jasa keuangan tersebut.

3. Lihat Kinerjanya

Hal selanjutnya yang harus menjadi bahan pertimbangan ketika hendak berinvestasi syariah adalah melihat kinerja dari lembaga tersebut. Sebab, ada lembaga keuangan yang legal dan syariah namun kinerjanya buruk.

Tiga kriteria ini harus menjadi bahan pertimbangan sebelum memulai investasi syariah.

“Saat ini banyak sekali lembaga jasa keuangan yang menawarkan produk syariah. Dengan memilih dan menggunakan produk syariah tadi kita sudah menyatakan keberpihakan kita terhadap, pertama pada legalitas yang berlaku di Indonesia, kita juga menundukkan diri kita pada sistem hukum yang berlaku. Dengan demikian jika sewaktu-waktu ada persoalan yang terjadi, kita dilindungi oleh regulasi yang ada,” jelas Adiwarman.

Simak video selengkapnya tentang investasi syariah di Mutiara Ramadan: Mau Berinvestasi Aman? Ini Cara Investasi Secara Syariah tonton DI SINI.

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Sombong Itu Jubah Allah, Jangan Dipakai



Jakarta

Sombong merupakan sifat yang seharusnya tidak dimiliki manusia. Menurut Habib Ja’far, kesombongan hanya milik Allah SWT.

Hal tersebut diungkapkan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Selasa (11/4/2023). Habib mengatakan, segala sesuatu yang ada di dunia, baik harta, jabatan, termasuk keluarga, merupakan milik Allah SWT.

“Semua yang lu miliki, harta, jabatan, anak, istri, suami, bahkan diri lu sendiri itu bukan milik lu. Dia hanyalah milik Allah, kita cuman dipinjemi sama Allah. Suatu hari yaitu ketika dunia ini berakhir atau diri kita berakhir dengan kematian akan kembali semuanya kepada Allah,” ujar Habib Ja’far.


Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 156,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”

Karena itu, kata Habib Ja’far, mestinya tidak ada sesuatu untuk kita sombongkan. Mengingat, segala sesuatu hanya milik Allah SWT yang kelak kembali pada-Nya.

Allah SWT juga melarang hamba-Nya untuk berlaku sombong. Dia berfirman,

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا ٣٧

Artinya: “Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.” (QS Al Isra: 37)

Habib Ja’far menjelaskan, melalui ayat tersebut, Allah SWT juga memberikan perumpamaan bagi kita bahwa kita tidak akan bisa menembus bumi atau menyundul langit.

Lebih lanjut Habib Ja’far menguraikan, sombong merupakan jubah Allah SWT. Ini akan menjadi hal yang paling parah apabila manusia mengenakan pakaian-Nya.

“Dan yang paling parah dari orang sombong adalah karena dia memakai pakaiannya Allah. Sombong itu adalah pakaiannya Allah jangan pakai oleh lu. Sombong itu jubahnya Allah kalau lu pakai bisa celaka hidup lu,” ujarnya.

Bagaimana cara agar tidak sombong? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Sombong Itu Jubah Allah, Jangan Dipakai tonton DI SINI.

(kri/dvs)



Sumber : www.detik.com