Category Archives: Dakwah

Tingkat Ketebalan Alam Ghaib Seseorang



Jakarta

Mempelajari alam ghaib bukan hal yang mudah. Terlebih, alam ghaib tidak dapat dijangkau oleh panca indera, sehingga dibutuhkan hati dan pikiran yang tenang untuk memahami hal tersebut.

Berkenaan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (11/4/2023) membahas tentang alam ghaib. Dia menilai, definisi alam ghaib bagi setiap individu berbeda.

“Definisinya sangat relatif bagi setiap orang. Ada yang alam ghaibnya sangat tebal, ada yang alam ghaibnya sangat transparan,” urainya.


Tingkat ketebalan alam ghaib itu menunjukkan bahwa diri kita masih perlu pembersihan. Orang yang batinnya suci seperti wali atau nabi umumnya alam ghaibnya sudah sangat transparan.

Sebaliknya, mereka yang alam ghaibnya masih tebal harus memperbaiki kualitas spiritualnya. Bulan suci Ramadan menjadi momentum untuk membersihkan diri agar mendapat pandangan batin yang tajam.

“Orang yang diberikan ketajaman batin itu bisa menembus alam ghaib, conntohnya sebelum ada musibah, ada mimpi yang datang di tengah malam. Ada orang yang seperti itu,” kata Prof Nasaruddin menjelaskan.

Dia menegaskan, masing-masing orang alam ghaibnya tidak sama. Dalam sebuah hadits, ada istilah yang menyebut seseorang mampu meminjam mata Tuhan untuk melihat dan telinga Tuhan untuk mendengar.

Contoh nyata dari istilah tersebut ialah Nabi Muhammad SAW. Menurut penuturan Prof Nasaruddin, Rasulullah mampu melihat masa depan dan masa silam, hal ini tentu menunjukkan tingkat ketebalan alam ghaib beliau yang sudah transparan.

“Tapi nanti kalau kita sudah berada di alam barzah, kita sudah bukan lagi berada di alam ghaib karena kita menjadi bagian dari ghaib itu sendiri,” urainya.

Pun, ketika kita berada di alam barzah kita masih akan mengalami alam ghaib berikutnya, yaitu surga dan neraka. Dengan demikian, Prof Nasaruddin mengimbau kaum muslimin untuk mengevaluasi perjalanan hidup, apakah semakin hari semakin transparan alam ghaib kita atau sebaliknya.

Dalam surat Qaf ayat 22, Allah SWT berfirman:

لَّقَدْ كُنتَ فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلْيَوْمَ حَدِيدٌ

Arab latin: Laqad kunta fī gaflatim min hāżā fa kasyafnā ‘angka giṭā`aka fa baṣarukal-yauma ḥadīd

Artinya: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam,”

“Mari para pemirsa kita bermohon kepada Allah SWT semoga pandangan batin kita semakin dipertajam, terutama di bulan suci Ramadan ini,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Alam Ghaib dapat disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Hal-hal yang Menghilangkan Keberkahan Puasa



Jakarta

Banyak amalan yang bisa dikerjakan ketika bulan Ramadan, dan ada pula yang harus dihindari agar ibadah puasa penuh berkah. Adiwarman A. Karim menjelaskan beberapa hal yang harus dihindari agar pahala dan keberkahan Ramadan tidak berkurang.

Dalam Mutiara Ramadan detikcom, Selasa (11/4/2023) Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam. Perbuatan ini dapat menghilangkan pahala serta keberkahan puasa.

“Dalam fikih muamalah ada kaidah yang berbunyi: untuk urusan muamalah semuanya boleh, kecuali yang dilarang. Oleh karena itu untuk urusan muamalah, kita tidak perlu mencari apakah dahulu Rasulullah SAW dan sahabat pernah mencontohkan, tidak perlu. Yang harus dipegang adalah apakah hal ini ada larangannya atau nggak, kalau tidak ada, lakuin,” ujar Adiwarman.


Lebih lanjut, Adiwarman mengatakan dalam Al-Qur’an ada urusan muamalah yang mengatur tentang harom lidzatihi dan harom lighairi.

Haram lidzatihi maksudnya adalah hukum asal makanan itu sendiri sudah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini Adiwarman menyebutkan empat hal yang termasuk haram lidzatihi.

“Dalam Al-Qur’an, urusan muamalah yang termasuk harom lizatihi ada 4, nggak boleh makan babi, khamar, darah dan bangkai. Udah 4 itu. Nggak usah mikir-mikir rekayasa makanan, misalnya daging babi rasa sapi, tetap haram,” ujar Adiwarman.

Sementara itu ada yang termasuk haram lighairihi yakni bendanya halal (tidak haram) namun cara penanganan atau memperolehnya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Haram lighairihi maksudnya hukum asal makanan itu sendiri sudah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits

Adiwarman menjelaskan haram lighairihi ada 7 macam, diantaranya yakni riba, penipuan dan transaksi yang tidak jelas.

Mau tahu apa saja yang termasuk dalam haram lighairihi? Simak video selengkapnya tentang perbuatan yang harus dihindari saat puasa di Mutiara Ramadan: Hal-hal yang Menghilangkan Keberkahan Puasa tonton DI SINI.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Habib Ja’far: Allah Adalah Penjaga Terbaik



Jakarta

Allah SWT adalah sebaik-baiknya penjaga. Habib Ja’far menyebut, penjagaan Allah SWT ini disertai dengan kecintaan-Nya kepada hamba-Nya melebihi kecintaan seorang hamba terhadap dirinya sendiri.

Hal tersebut diungkapkan Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Rabu (12/4/2023). Habib menyandarkan hal itu pada firman Allah SWT dalam surah Yusuf ayat 64,

قَالَ هَلْ اٰمَنُكُمْ عَلَيْهِ اِلَّا كَمَآ اَمِنْتُكُمْ عَلٰٓى اَخِيْهِ مِنْ قَبْلُۗ فَاللّٰهُ خَيْرٌ حٰفِظًا وَّهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ


Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Bagaimana aku akan memercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti halnya dahulu aku telah memercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu? Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”

Habib Ja’far menjelaskan bahwa Allah SWT begitu dekat dengan kita, hamba-Nya. Kedekatan ini mencakup pemeliharaan, pengawasan, dan sebagainya.

“Bukan berarti kedekatan itu yang bersifat tempat, tapi kedekatan itu dalam sifat pemeliharaan, penjagaan, pengawasan, dan lain sebagainya yang menurut sebagian ulama diwakili oleh para malaikat,” ujar Habib Ja’far.

Sebagaimana Allah SWT berfirman,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ ١٦

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS Qaf: 16)

Salah satu kisah yang menunjukkan betapa dekatnya Allah SWT kepada hamba-Nya dalam penjagaan adalah saat Abu Bakar Ash Shiddiq RA menemani hijrah Nabi Muhammad SAW dalam kejaran kaum kafir Quraisy. Habib Ja’far menceritakan, kala itu keduanya bersembunyi di Gua Tsur.

Abu Bakar Ash Shiddiq lantas bertanya kepada Nabi SAW, apakah musuhnya akan menemukan mereka. Lalu, Nabi SAW bersabda,

لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ

Artinya: “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Kisah ini Allah SWT abadikan dalam surah At Taubah ayat 40. Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Allah Adalah Penjaga Terbaik tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Mutiara Ramadan Ustaz Oni Sahroni: Pentingnya Akad Saat Bertransaksi



Jakarta

Salah satu prinsip dalam bertransaksi sesuai dengan syariah adalah akad. Ustaz Oni Sahroni dalam Mutiara Ramadan Rabu (12/04/2023) menjelaskan tentang bagaimana pentingnya akad saat bertransaksi.

Ada empat yang penting harus diperhatikan dalam bertransaksi. Yang pertama adalah menentukan judul perjanjian. Sebagai contoh, kalau kita punya driver harus jelas judul akadnya. Akad ini disebut juga dengan ijarah, dimana si driver ini menjual jasa. Haknya namanya fee. Kalau kita menginvestasi berarti kita bagi hasil.

“Judul perjanjian harus jelas untuk menentukan hak dan kewajiban,” jelas Ustaz Oni Sahroni.


Kedua judul perjanjian akadnya apa harus ditulis hak dan kewajiban seperti apa. Yang ketiga setelah dituangkan pastikan masing-masing pihak tahu dan paham hak dan kewajibannya apa.

Dan yang keempat semua berkomitmen untuk menunaikan seluruh klausul yang ada dalam perjanjian. “Nah itu empat poin sebagai tuntunan syariah bagi kita yang melakukan kerjasama, transaksi, bermitra agar muncul hak dan kewajiban untuk sama-sama kita tunaikan dan laksanakan,” jelasnya.

Allah SWT menjelaskan tentang akad dalam surat Al-Maidah ayat 1 yakni:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَوْفُوا۟ بِٱلْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ ٱلْأَنْعَٰمِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى ٱلصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū aufụ bil-‘uqụd, uḥillat lakum bahīmatul-an’āmi illā mā yutlā ‘alaikum gaira muḥilliṣ-ṣaidi wa antum ḥurum, innallāha yaḥkumu mā yurīd

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

Ustaz Oni menegaskan, kalau sudah berkomitmen kita harus menunaikan akad.

Dan surat Al-Baqarah ayat 282:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَٱكْتُبُوهُ ۚ وَلْيَكْتُب بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِٱلْعَدْلِ ۚ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَن يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ ٱللَّهُ ۚ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْحَقُّ وَلْيَتَّقِ ٱللَّهَ رَبَّهُۥ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔا ۚ فَإِن كَانَ ٱلَّذِى عَلَيْهِ ٱلْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُۥ بِٱلْعَدْلِ ۚ وَٱسْتَشْهِدُوا۟ شَهِيدَيْنِ مِن رِّجَالِكُمْ ۖ فَإِن لَّمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَٱمْرَأَتَانِ مِمَّن تَرْضَوْنَ مِنَ ٱلشُّهَدَآءِ أَن تَضِلَّ إِحْدَىٰهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَىٰهُمَا ٱلْأُخْرَىٰ ۚ وَلَا يَأْبَ ٱلشُّهَدَآءُ إِذَا مَا دُعُوا۟ ۚ وَلَا تَسْـَٔمُوٓا۟ أَن تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَىٰٓ أَجَلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ أَقْسَطُ عِندَ ٱللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَٰدَةِ وَأَدْنَىٰٓ أَلَّا تَرْتَابُوٓا۟ ۖ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلَّا تَكْتُبُوهَا ۗ وَأَشْهِدُوٓا۟ إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَآرَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ ۚ وَإِن تَفْعَلُوا۟ فَإِنَّهُۥ فُسُوقٌۢ بِكُمْ ۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱللَّهُ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā tadāyantum bidainin ilā ajalim musamman faktubụh, walyaktub bainakum kātibum bil-‘adli wa lā ya`ba kātibun ay yaktuba kamā ‘allamahullāhu falyaktub, walyumlilillażī ‘alaihil-ḥaqqu walyattaqillāha rabbahụ wa lā yabkhas min-hu syai`ā, fa ing kānallażī ‘alaihil-ḥaqqu safīhan au ḍa’īfan au lā yastaṭī’u ay yumilla huwa falyumlil waliyyuhụ bil-‘adl, wastasy-hidụ syahīdaini mir rijālikum, fa il lam yakụnā rajulaini fa rajuluw wamra`atāni mim man tarḍauna minasy-syuhadā`i an taḍilla iḥdāhumā fa tużakkira iḥdāhumal-ukhrā, wa lā ya`basy-syuhadā`u iżā mā du’ụ, wa lā tas`amū an taktubụhu ṣagīran au kabīran ilā ajalih, żālikum aqsaṭu ‘indallāhi wa aqwamu lisy-syahādati wa adnā allā tartābū illā an takụna tijāratan ḥāḍiratan tudīrụnahā bainakum fa laisa ‘alaikum junāḥun allā taktubụhā, wa asy-hidū iżā tabāya’tum wa lā yuḍārra kātibuw wa lā syahīd, wa in taf’alụ fa innahụ fusụqum bikum, wattaqullāh, wa yu’allimukumullāh, wallāhu bikulli syai`in ‘alīm

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

“Jika kalian bertransaksi tidak tunai sebaiknya dicatat agar tidak melalaikan kewajiban,” tambah Ustaz Oni.

Rasulullah SAW bersabda:

“Dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi).

Selengkapnya tentang pentingnya akad saat bertransaksi bisa kamu simak selengkapnya dalam Mutiara Ramadan bersama Ustaz Oni Sahroni DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Pahami Konsep Silaturahmi, Tidak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Silaturahmi artinya menyambung tali cinta dengan keluarga dan kerabat. Selain itu, silaturahmi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (12/4/2023), menuturkan bahwa bulan suci Ramadan menjadi momentum yang paling pas untuk menjalin tali silaturahmi. Dia mencontohkan, kegiatan buka bersama keluarga, salat berjamaah hingga tadarus bersama termasuk ke dalam silaturahmi yang terjalin antar kerabat.

Adapun, dalil silaturahmi tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-anshari yang berbunyi:


تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ

Artinya: “Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara,” (HR Bukhari).

“Konsep silaturahmi ini bukan hanya terbatas kepada sesama umat Islam juga. Apapun agamanya, berapa pun umurnya mari kita silaturahmi,” tuturnya.

Bahkan, menjalin tali silaturahmi tidak hanya dilakukan kepada yang masih hidup saja. Mendoakan orang yang sudah wafat juga tergolong ke dalam silaturahmi.

“Hubungan interaktif antara orang hidup dan orang mati itu tidak diingkari dalam Al-Qur’an dan hadits,” kata Prof Nasaruddin menjelaskan.

Menurutnya, konsep silaturahmi sangat luas. Tidak hanya kepada sesama manusia bahkan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain seperti binatang dan tumbuhan juga bisa kita jalin silaturahminya.

Menyiram bunga di pagi dan sore hari hingga tersenyum kepada binatang peliharaan termasuk ke dalam silaturahmi. Prof Nasaruddin juga menyebutkan, silaturahmi tidak hanya dalam bentuk komunikasi verbal antara manusia, melainkan sesuatu dengan niat yang tulus.

“Jadi inilah yang perlu kita sampaikan kepada jemaah sekalian bahwa silaturahmi itu betul-betul harus ditujukan kepada siapa saja makhluk Allah. Jadi, binatang, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya itu perlu kita lakukan (silaturahmi),” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Mari Bersilaturahmi bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Ekonomi Islam yang Berjalan Harmonis



Jakarta

Dalam ajaran Islam, ada sistem ekonomi yang dijalankan sesuai syariah. Sejak zaman Rasulullah SAW, sudah terbukti bahwa ekonomi syariah ini dapat berjalan dengan harmonis.

Dalam Mutiara Ramadan detikcom, Rabu (12/4/2023) Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang ekonomi Islam yang berjalan sesuai syariah sehingga keberadaannya memberikan manfaat dan keberkahan bagi banyak orang.

Adiwarman A. Karim selaku praktisi ekonomi syariah mengangkat kisah sahabat Rasulullah SAW yakni Salman Al Farisi yang dikenal sebagai pengusaha sukses. Saat Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, Salman Al Farisi termasuk sahabat yang ikut serta.


“Saking cintanya kepada Islam, dia tinggal semua hartanya semua bisnisnya di Makkah. Karena orang Makkah bilang, ente boleh ikutan hijrah ke Madinah tapi semua harta nggak boleh dibawa ke Madinah,” kata Adiwarman.

Lebih lanjut, Adiwarman menjelaskan bahwa Salman Al Farisi datang ke Madinah tanpa membawa apapun. Namun karena ia merupakan sosok yang cerdas dan pandai berbisnis, akhirnya ia mencoba menerapkan sistem ekonomi syariah di Madinah.

“Beliau lihat pasar di Madinah, pasar orang Yahudi. Dia lihat ada tanah kosong, dia beli tanah kosong tersebut untuk dibuat pasar, dibuat petak-petak, dibuat lapak. Salman bikin pasar, orang nggak perlu sewa lapak. Jualan dulu, nanti kemudian baru bagi hasil,” beber Adiwarman.

Melihat sistem yang berlaku di pasar besutan Salman, akhirnya banyak orang yang tertarik berjualan di pasarnya. Hal ini akhirnya membuat orang Yahudi merasa terganggu.

Seorang sahabat kemudian mendatangi Rasulullah, dan berkata, “Kami ini dagang, untungnya kecil, sementara orang yahudi kalau dagang untungnya besar, padahal barangnya sama.” Rasulullah bilang, “Kok bisa begitu?” “Iya karena orang Yahudi mengurangi timbangan sehingga untungnya besar.””

Rasulullah kemudian bersabda,

قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَانَقَصَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ اِلَّا أُخِذُوْابِاالسِّنِيْنَ وَشِدَّةِ الْمَؤُوْنَةِ وَجَوْرِالسُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوْازَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ اِلَّا مُنِعُواالْقَطْرَمِنَ السَّمَاءِوَلَوْ لَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا.

Artinya: Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa kaum itu dengan kemarau berkepanjangan, dan beratnya beban hidup mahalnya makanan, dan zalimnya penguasa atas kaum itu. Dan tidak pula suatu kaum menolak mengeluarkan zakat kecuali mereka juga di halangi turunnya hujan dari langit, akan tetapi jika bukan karena kasihan terhadap hewan-hewan pasti tidak akan diturunkan hujan.

Adiwarman melanjutkan kisahnya, dalam dua tahun ekonomi Yahudi dapat dikalahkan. “Di sini kita lihat keadilannya dalam ekonomi Islam.”

Mau tahu cara berdagang secara syariah? Simak video selengkapnya di Mutiara Ramadan: Kunci Ekonomi Islam yang Selalu Harmonis tonton DI SINI.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Merasa Diri Kita Orang Baik Itu Bisikan Setan



Jakarta

Setan akan menggoda anak cucu Adam hingga tiba hari kiamat nanti. Mereka akan melakukan berbagai tipu daya yang salah satunya memberikan bisikan saat manusia berbuat kebaikan.

Habib Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (13/4/2023), menjelaskan bahwa hal itu merupakan permintaan setan kepada Allah SWT sebagaimana disampaikan dalam surah Al Hijr ayat 39-40.

Allah SWT berfirman,


قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ ٣٩ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ ٤٠

Artinya: “Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka.”

Habib Ja’far menjelaskan, Allah SWT mengabulkan doa setan lantaran doa tersebut sesuai dengan Sunnatullah, yakni Dia akan menguji hamba-Nya yang mengaku beriman dan taat.

“Dan salah satu ujiannya itu adalah dengan setan dan iblis sebagai pengganggunya, makanya dikabulkan oleh Allah permintaannya,” terang Habib Ja’far.

“Dan sejak itu maka setan dan iblis menjadi musuh pertama dan abadi serta yang utama bagi setiap manusia yang berusaha untuk menjadi baik atau yang terus memperbaiki dirinya atau yang sudah baik atau yang mau bertobat untuk menjadi baik,” imbuhnya.

Dalam melancarkan aksinya, setan akan melakukan berbagai cara agar iman manusia melemah. Karena itu, kata Habib Ja’far, orang yang melakukan ketaatan, kebaikan, ketakwaan, dan keimanan pasti dia akan menghadapi berbagai rintangan yang sumbernya dari setan.

Habib Ja’far memberikan contoh godaan setan tersebut melalui kisah seorang laki-laki yang berniat menebang sebuah pohon yang diberhalakan oleh warga sekitar. Dengan penuh keimanan, lelaki tersebut mendatangi pohon itu sambil membawa golok.

Lalu, muncullah setan menggagalkan niat lelaki tersebut. Dengan memelas, setan meminta kepada lelaki itu agar mengurungkan niatnya menebang pohon. Sebagai imbalannya, ia berjanji akan memberikan uang kepada lelaki tersebut setiap hari. Uang itu akan diletakkan di bawah bantal si lelaki.

Bagaimana akhir kisahnya dan mengapa orang beriman bisa terkena tipu daya setan? Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Merasa Diri Kita Orang Baik Itu Bisikan Setan tonton DI SINI.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Bisnis Berkah, Lakukan 3 Adab Ini



Jakarta

Ustaz Oni Sahroni dalam Mutiara Ramadan detikcom, Kamis (13/4/2023), menyebutkan adab apa saja yang perlu dicermati bagi mereka yang menginginkan kebaikan dalam bisnisnya.

Menurutnya ada tiga adab yang utama. Pertama, bijak dalam berinvestasi dan berbisnis. Dalam artian, bisa mengelola keuangan dengan baik.

Ustaz Oni mengambil tuntunan dari para sahabat nabi yang kiranya mengajarkan, “Kalau kita mampu mengelola keuangan dengan perencanaan baik, maka seakan-akan kita telah mendapatkan setengah dari keuntungan yang menjadi ekspektasi.”


Yang kedua, memastikan kehalalan bisnis yang digeluti. Aktivitasnya seperti apa, hingga barang dan jasa yang ditawarkan juga mesti disimak poin halalnya ada atau tidak.

“Jadi, pastikan kita kerja di mana, tempat kerja kita ini core aktivitasnya apa. Kalo kita jualan barang, barangnya halal apa tidak, kalo kita jual jasa, layanan jasa yang kita jual itu halal apa tidak, kalo kita bermitra, mitra kita itu core aktivitasnya apa. Jadi pastikan halal, barangnya ada, engga fiktif, engga bodong,” jelas Dewan Pengawas Syariah BSI (Bank Syariah Indonesia) itu.

Ustaz Oni mengambil penggalan Surat Al-Baqarah ayat 172 sebagai landasannya, yang mana Allah SWT perintahkan:

کُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَا شْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ کُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Latin: Kuluu ming thoyyibaati maa rozaqnaakum wasykuruu lillaahi ing kungtum iyyaahu ta’buduun

Artinya: “Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”

Adab ketiga, memitigasi risiko sehingga pelaku bisnis dapat memperoleh keuntungan.

“Nah yang ketiga, itu memitigasi risiko atau kita berikhtiar agar kita ini mendapat keuntungan. Dan pada saat yang sama, risikonya terkendali,” ujar Ustaz Oni.

Kenapa menargetkan keuntungan? Ustaz Oni katakan bahwa meraih keuntungan dalam berbisnis adalah hal lazim, bahkan syariah mengakomodasikannya pula.

Di sisi lain, punya target untung merupakan kewajiban para pelaku usaha untuk memitigasi risiko kerugian.

Seperti apa penjelasan selanjutnya? Simak selengkapnya dalam video Mutiara Ramadan: Adab Bekerja dan Berbisnis bersama Ustaz Oni Sahroni di SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Dahsyatnya Keutamaan Sholawat



Jakarta

Sholawat merupakan wujud cinta seorang muslim kepada Rasulullah SAW. Melalui sholawat, umat Islam memberi pujian sekaligus doa kepada nabi yang bernilai pahala.

Dalam detikKultum detikcom pada Kamis (13/4/2023), Prof Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa orang yang rajin bersholawat akan diberi syafaat oleh Nabi Muhammad SAW kelak.

“Jadi jangan memandang enteng sholawat nabi. Sholawat itu adalah bentuk komunikasi batin dengan Rasulullah SAW,” katanya menjelaskan.


Pada sebuah hadits, disebutkan juga bahwa keutamaan bersholawat, yaitu:

“Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya 10 kali,” (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca sholawat kepadaku,” (HR Tirmidzi).

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menjelaskan, ketika kiamat dan Matahari hanya beberapa jengkal di atas kepala maka tidak ada yang bisa membantu manusia selain nabi. Bagaimana cara mendapatkan bantuannya? Yakni dengan rajin bersholawat dan membiasakan diri untuk melantunkan sholawat nabi.

Ruhnya Rasulullah tidak pernah mati, dia tahu. Dia (Nabi Muhammad SAW) tergetar hatinya manakala ada yang menyebutkan namanya (bersholawat),” bebernya.

Dalam surat Al Ahzab ayat 56 disebutkan bahwa yang bersholawat tidak hanya manusia, bahkan para malaikat sekalipun. Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Arab latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna ‘alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ ‘alaihi wa sallimụ taslīma

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya,”

Di Indonesia sendiri, lantunan sholawat berkisar hingga 100 lebih. Saking banyaknya, jumlah sholawat ini melebihi yang ada di Timur Tengah.

“Umat yang paling rajin bersholawat ini kayaknya Indonesia nih. Ada 100 lantunan sholawat di Indonesia,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Sholawat bisa disaksikan DI SINI.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sembunyikan 3 Hal Ini Agar Puasa Makin Berkah



Jakarta

Banyak amalan yang bisa dilakukan saat bulan Ramadan, demikian juga beberapa hal yang harus disembunyikan. Apa saja?

Dalam Mutiara Ramadan detikcom, Kamis (13/4/2023) Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang hal-hal yang harus disembunyikan untuk membuat ibadah puasa lebih berkah.

“Dalam transaksi tidak boleh menipu, cikal bakalnya adalah keadilan. Tidak ada yang boleh ditipu, karena melakukan penipuan dalam transaksi tidak boleh dilakukan,” ujar Adiwarman.


Lebih lanjut, praktisi ekonomi syariah ini juga memberikan penjelasan dari Imam Syafi’i tentang keutamaan menyembunyikan 3 hal.

1. Sembunyikan kefakiranmu dan kemiskinanmu, sehingga orang melihatmu sebagai orang yang berkecukupan.

2. Sembunyikan kemarahanmu, sehingga orang melihatmu sebagai orang yang ridho atas apa yang dilakukan orang lain termasuk saat kita dizolimi orang.

3. Sembunyikan rasa sedihmu, sehingga orang melihatmu sebagai orang yang selalu bahagia.

“Kalau kita bisa melakukan, maka tegakkanlah keadilan itu, jangan main tipu, jangan main curang,” ujar Adiwarman.

Mau tahu lebih lanjut tentang keutamaan menyembunyikan beberapa hal yang membuat puasa makin berkah? Simak video selengkapnya di Mutiara Ramadan: Sembunyikan 3 Hal Ini Agar Puasa Lebih Berkah

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com