Category Archives: Doa Hadits

Kapan Waktu Mustajab untuk Berdoa di Malam Lailatul Qadar?



Jakarta

Berdoa di malam lailatul qadar merupakan anjuran Rasulullah SAW. Lantas, jam berapa sebaiknya memanjatkan doa agar diijabah?

Malam lailatul qadar adalah malam yang istimewa di bulan Ramadan. Syekh Syihabuddin al-Qalyubi dalam Kitab An Nawadir mengatakan bahwa malam lailatul qadar termasuk waktu mustajab untuk berdoa.

Menurut sejumlah riwayat, malam lailatul qadar terletak di antara malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan. Malam tersebut memiliki kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan.


Masriyah Amwa dalam buku Indahnya Doa Rasulullah Bagiku mengatakan, kita dianjurkan untuk banyak berdoa pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Oleh karena itu, orang yang ingin menjumpai lailatul qadar hendaklah seseorang yang terjaga dari tidurnya dengan banyak beribadah serta berdoa sepanjang malam tersebut.

Berdoa pada Waktu Sahur Disebut Mustajab

Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah pada sepertiga malam terakhir. Dikatakan dalam buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki dan Kesuksesan karya Deni Lesmana maksud dari sepertiga malam yang akhir ini merupakan waktu malam hari yang mendekati waktu Subuh atau di waktu sahur.

Meskipun, pada waktu ini banyak orang yang mengalami kesulitan bangun, akan tetapi di waktu tersebut merupakan waktu yang tepat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Selain itu, waktu ini juga merupakan waktu dibukanya pintu rahmat dan dikabulkannya doa, kepada siapa saja yang terbangun dan beribadah kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku-kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Ku-berikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku-ampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Kitab Manaqib Imam Asy-Syafi’i karya Imam Fakhruddin Ar-Razi dikatakan, seseorang yang beristighfar di waktu sahur memiliki keutamaan yang besar. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah SWT yang berbunyi,

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ١٨

Artinya: “Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS Az Zariyat: 18)

Allah SWT juga berfirman,

اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ ١٧

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS Ali Imran: 17)

Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan, ayat tersebut adalah pujian bagi orang-orang yang beriman yang memiliki sifat-sifat tersebut dan menjadikan beristighfar pada waktu sahur sebagai penutup dari sifat-sifat tersebut.

Sepertiga malam terakhir dimulai sekitar jam 1 dini hari hingga memasuki waktu salat Subuh.

Terlepas dari waktu tersebut, malam lailatul qadar sendiri sudah termasuk waktu mustajab untuk berdoa. Hal ini turut dijelaskan Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani dalam buku Fiqh Shalat Terlengkap.

Disebutkan dalam Kitab Al Adzkar karya Imam an-Nawawi, Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak doa berikut ketika malam lailatul qadar,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ، تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allahumma innala ‘afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mulia. Engkau senang memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad, dari Aisyah)

Doa tersebut termaktub dalam Kitab At-Tirmidzi, Kitab An-Nasa’i, dan Kitab Ibnu Majah dari riwayat Aisyah RA. Imam At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini adalah hasan shahih.”

Abdul Gofar dalam buku Fiqih Wanita Edisi Lengkap, menjelaskan bahwa malam lailatul qadar berada pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan, hal ini sesuai dengan hadis dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,

هي فِي الْعَشر الأواخر منْ رَمَضَانَ

Artinya: “Lailatul qadar itu berada pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Ahmad, Bukhari, dan Abu Dawud)

Tepatnya, pada malam-malam ganjil dari bulan tersebut, yaitu pada malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

Ubay bin Ka’ab RA pernah bersumpah bahwa lailatul qadar jatuh pada malam kedua puluh tujuh. Lalu ditanyakan kepadanya: “Dengan apa engkau mengetahui hal itu? Ubay menjawab: Aku mengetahuinya melalui tanda-tanda yang diberikan oleh Rasulullah SAW, bahwa matahari akan terbit pada pagi harinya seperti bejana tembaga yang tidak memancarkan sinarnya.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa 21 Ramadan dan Jadwal Hari Ini



Jakarta

Puasa Ramadan 2023 sudah memasuki hari ke-21. Berikut bacaan doa buka puasa 21 Ramadan dan jadwalnya di wilayah Jakarta, Surabaya, dan kota besar lainnya.

Membaca doa buka puasa termasuk salah satu sunnah dalam berpuasa. Hal ini disebutkan dalam sejumlah kitab hadits shahih.

Selain itu, doa orang yang berpuasa juga termasuk doa mustajab. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,


ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل والمظلوم

Artinya: “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berdoa, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi)

Doa Buka Puasa Arab, Lain, dan Artinya

Ada sejumlah doa buka puasa yang dibaca oleh Rasulullah SAW. Menukil Kitab Al Adzkar karya Imam an-Nawawi berikut bacaan doa buka puasa yang shahih,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR Abu Dawud dalam Kitab Sunan Abu Dawud)

Selain itu, Imam an-Nawawi juga meriwayatkan doa buka puasa dalam Kitab Ibnu Sunni, dari Ibnu Abbas RA, “Jika Rasulullah SAW berbuka puasa beliau membaca:

Allaahumma laka shumnaa wa ‘ala rezekika aftharnaa fataqabbal minnaa innak antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu kami berpuasa dan atas rezeki-Mu kami telah berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ada juga doa buka puasa dengan lafaz berikut,

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin

Artinya:” Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Dengan rahmat-Mu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Melansir detikHikmah, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai waktu membaca doa berbuka puasa. Sejumlah ulama menyebut, doa berbuka puasa dibaca setelah berbuka atau pertama kali membatalkan puasa dengan air, kurma, atau semacamnya.

Pendapat tersebut bersandar pada kata yang tertera dalam doa buka puasa sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud, yang artinya, “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.”

Sementara itu, pendapat lain mengatakan bahwa doa buka puasa dapat dibaca sebelum berbuka, sedangkan pendapat lain tidak menetapkan waktu dalam membacanya.

Jadwal Buka Puasa Hari Ini

  • Jakarta: 17:56 WIB
  • Surabaya: 17:32 WIB
  • Medan: 18:35 WIB
  • Bandung: 17:57 WIB
  • Makassar: 18:07 WITA
  • Jayapura: 17:43 WIT
  • Yogyakarta: 17:41 WIB

Jadwal buka puasa hari ini untuk wilayah lainnya bisa dilihat DI SINI.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits Lailatul Qadar Terletak pada Malam 23 Ramadan, Begini Penjelasannya



Jakarta

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk mencari lailatul qadar pada 10 hari terakhir Ramadan, tepatnya pada malam ganjil. Ada sebuah hadits yang menyebut lailatul qadar jatuh pada malam 23 Ramadan.

Hadits yang menyebut bahwa lailatul qadar terletak pada malam 23 Ramadan diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdillah bin Anis. Ia mengatakan bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, kapan Anda mencari malam lailatul qadar?”

Rasulullah SAW menjawab, “Carilah ia pada malam 23 Ramadan.”


Imam Muslim juga mengeluarkan hadits dengan redaksi yang lebih panjang tentang keberadaan malam lailatul qadar. Hadits ini termuat dalam Kitab Shahih Muslim, Kitab Puasa dan Kitab I’tikaf. Abu Ahsan bin Usman turut menukilnya dalam Kitab At-Tadzhib fi Adillati Matnil Ghaya wat Taqrib.

Dari Abu Sa’id al Khudri RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah beritikaf pada sepuluh malam pertengahan bulan Ramadan untuk mencari lailatul qadar sebelum dijelaskan kepada beliau.”

Kata Abu Sa’id, “Setelah sepuluh malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk dibuatkan bilik, tetapi kemudian dibongkar. Kemudian dijelaskan kepada beliau bahwa malam lailatul qadar ada pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali.

Kemudian beliau keluar menemui orang-orang dan berkata, ‘Saudara-saudara! Sungguh telah dijelaskan kepadaku tentang lailatul qadar, dan aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun kemudian datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani oleh setan. Sehingga lailatul qadar terlupakan olehku. Maka carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, carilah lailatul qadar pada malam ke-9, ke-7, dan ke-5 (dalam sepuluh malam terakhir itu).’

Seseorang berkata, ‘Hai Abu Sa’id! Kamu tentu lebih mengetahui bilangan itu daripada kami.’

Ia menjawab, ‘Tentu kami lebih mengetahui hal itu daripada kalian.’

Orang itu bertanya, ‘Apa yang dimaksud dengan malam ke-9, ke-7, dan ke-5?”

Ia menjawab, ‘Jika malam ke-21 telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke-22, dan itulah yang dimaksud malam ke-9. Apabila malam ke-23 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-7, jika malam ke-25 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-5.'” (HR Muslim 3/173)

Ada pula riwayat yang menyebut bahwa malam lailatul qadar terletak pada malam ke-27. Ulama Syafi’iyah Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah-nya mengatakan, ini yang menjadi pendapat mayoritas ulama.

Ulama yang meyakini hal ini bersandar dengan hadits yang disebutkan oleh Ubai bin Ka’ab. Ia berkata,

“Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, sesungguhnya lailatul qadar itu berada dalam bulan Ramadan. Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui malam ke berapakah dia? Dia adalah malam yang kita diperintahkan untuk menghidupkannya, yaitu malam ke-27. Tandanya, matahari pada pagi harinya tampak putih tak bersinar.”

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim, Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Ahmad dalam Musnad Ahmad, dan At Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi. Adapun, Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.

Juga dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّهَا، فَلْيَتَحَرَّهَا فِي لَيْلَة سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ

Artinya: “Siapa saja yang berupaya untuk mendapati lailatul qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya)

Malam 23 Ramadan jatuh pada hari ini, Kamis (13/4/2023) ba’da Magrib hingga Jumat (15/4/2023) dini hari menjelang salat Subuh.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sholawat Malam Lailatul Qadar



Jakarta

Banyak sekali amal saleh yang dapat dilakukan umat Islam saat menjelang 10 hari terakhir bulan Ramadan atau saat menyambut datangnya lailatul qadar. Salah satunya dengan membaca sholawat pada malam lailatul qadar.

Imam An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin, menjelaskan mengenai kebiasaan dari Rasulullah SAW saat sepuluh terakhir bulan Ramadan.

وَعَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَحْتَهِدُ فِي رَمَضَانَ مَا لَا يَحْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ، وَفِي العَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْهُ مَا لَا يَحْتَهِدُ فِي غیره


Dari Aisyah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadan, tidak seperti pada bulan yang lain, dan pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadan beliau semakin semangat beribadah, dan tidak seperti pada malam yang lain.” (HR Muslim)

Asep Safa’at Siregar dalam buku Khutbah Jum’at Pilihan di Era Millenial mengatakan, Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar dan tepatnya hari Jumat. Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i dan dinilai shahih)

Perintah untuk sholawat kepada Nabi Muhammad SAW juga telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al Ahzab: 56)

Bacaan Sholawat Malam Lailatul Qadar

detikHikmah belum menemukan hadits yang secara spesifik membahas tentang bacaan sholawat yang dipanjatkan pada malam lailatul qadar. Namun, ada sejumlah hadits yang memaparkan mengenai bacaan sholawat yang bisa dipanjatkan secara umum, salah satunya sholawat Ibrahimiyah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

Mengutip dari Kumpulan Shalawat Nabi Super Lengkap karya Ibnu Watiniyah, berikut bacaan sholawat pada malam lailatul qadar:

Sholawat Ibrahimiyah

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى الِ سَيّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إبْرَاهِيمَ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد

Arab latin: Allâhumma shalli alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ shallaita ‘alâ Sayyidinâ Ibrâhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrâhîma wa barik ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa’alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ bârakta ‘alâ Sayyidinâ Ibrâhima wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrâhîma fil ‘âlamîna innaka hamîdum majîd

Artinya: “Ya Allah limpahkanlah sholawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh sekalian alam, sesungguhnya Engkau adalah Zat yang terpuji dan Mahaagung.”

Sholawat Munjiyat

اَللّهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةٌ تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَهْوَالِ وَالْأَفَاتِ وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيعَ الْحَاجَاتِ وَتُطَهَّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبلِغْنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيع الخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر

Arab latin: Allahumma shalli alâ sayyidinâ Muhammadin shalâtan tunjîna bihâ min jamî’il ahwâli wal âfâti wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjâti wa tuthahhiranâ bihâ min jamî’is sayyi’âti wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajâti wa tuballighunâ bihâ aqshâl ghâyâti min jamî’il khairâti fîl hayâti wa ba’dal mamâti innaka ‘alâ kulli syai’in qadîrun.

Artinya: “Ya Allah, curahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, dengan sholawat yang dapat menyelamatkan kami dari segala macam bencana dan penyakit, dapat memenuhi segala kebutuhan kami, dapat menyucikan kami dari segala kotoran, dapat mengangkat kami kepada tempat tertinggi di sisi-Mu, dan dapat menyampaikan kami pada tujuan-tujuan yang terjauh dari segala kebaikan di dunia dan setelah mati. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Sholawat Imam Syafi’i

اللَّهُمَّ صَلَّ عَلَى مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ، وَصَلَّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا أَمَرْتَ بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَصَلَّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُصَلَّى عَلَيْهِ، وَصَلَّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا تَنْبَغِى الصَّلَاةُ عَلَيْه

Arab latin: Allahumma shalli alâ Muhammadin bi-‘adadi man shallâ ‘alaihi, wa shalli alâ Muhammadin bi-‘adadi mal lam yushalli ‘alâih, wa shalli alâ Muhammadin kamâ amarta bis shalâti ‘alâih, wa shalli alâ Muhammadin kamâ tuhibbu an tushalliya ‘alaih, wa shalli alâ Muhammadin kamâ tambaghîs shalâtu ‘alaih

Artinya: , “Ya Allah, limpahkanlah sholawat (rahmat) kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak jumlah orang yang bersholawat kepadanya. Limpahkanlah sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak jumlah orang yang tidak bersholawat kepadanya. Limpahkanlah sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana Engkau perintahkan untuk bersholawat kepadanya. Limpahkanlah sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana Engkau suka dibacakannya sholawat atasnya. Limpahkanlah pula sholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana selayaknya ucapan sholawat atasnya.”

Menurut A Noer Che dalam buku Didoakan oleh 70 Ribu Malaikat, terdapat banyak keutamaan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, di antaranya:

Pertama, umat Islam yang bersholawat kepada Rasulullah SAW akan mendapatkan sholawat dari malaikat. Hal ini sebagaimana disinggung dalam beberapa hadits, suatu hari Rasulullah SAW datang dengan wajah berseri-seri lalu bersabda, “Malaikat Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad bahwa untuk satu sholawat dari seseorang umatmu akan ku sertakan sepuluh doa baginya dan sepuluh salam bagiku akan aku balas dengan sepuluh salam baginya.” (HR An-Nasa’i)

Di hadits lain, Rasulullah SAW juga pernah bersabda,

“Jika seseorang bersholawat kepadaku maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan baginya. Oleh karena itu, bersholawatlah, baik sedikit ataupun banyak.” (HR Ibnu Majah)

Kedua, bersholawat menjadikan seseorang lebih utama dan dekat dengan Rasulullah SAW pada hari kiamat. Orang yang banyak membaca sholawat akan menentukan posisinya kelak pada hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya lebih utama bagiku manusia besok pada hari kiamat ialah mereka yang lebih banyak membaca sholawat kepadaku.” (HR Tirmidzi)

Ketiga, orang yang bersholawat kepada Rasulullah SAW akan dihapus dosanya dan diangkat derajatnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

“Barang siapa bersholawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, serta diangkat baginya sepuluh derajat.” (HR An-Nasa’i)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

6 Doa Mohon Ampun di Bulan Ramadan, Bisa Dibaca saat Lailatul Qadar



Jakarta

Bulan Ramadan menjadi waktu utama terkabulnya doa, terlebih apabila seorang hamba memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahannya. Lantas, adakah doa meminta ampun yang bisa dibaca?

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr lewat bukunya Fiqih Doa & Dzikir Jilid 1 menyebutkan sejumlah waktu terkabulnya doa (waktu mustajab) dan sepantasnya bagi kaum muslim untuk berdoa, di antaranya pada bulan Ramadan.

Lebih rinci lagi, ia ungkap waktu terbaik berdoa dan memohon ampunan di bulan mulia ini adalah saat sahur (menjelang fajar), dan 10 hari terakhir dari Ramadan, khususnya malam lailatul qadar.


Sahur menjadi durasi terbaik untuk doa terkabul, sesuai apa yang difirmankan Allah SWT melalui Surat Ali Imran ayat 17 dan Surat Adz-Dzariyat ayat 17-18:

وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ – ١٧

Artinya: “Dan orang-orang yang memohon ampunan di waktu-waktu sahur.” (QS Ali Imran: 17)

كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ – ١٧ وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ – ١٨

Artinya: “Mereka sedikit dari waktu malam berbaring. Dan memohonkan ampunan (kepada Allah) di waktu pagi sebelum fajar.” (QS Adz-Dzariyat: 17-18)

Syaikh Al-Badr mengemukakan terkait ayat-ayat di atas, “Merupakan dalil tentang keutamaan waktu yang berkah ini. Bahwa ialah seutama-utama waktu berdoa, istighfar dan menghadap kepada Allah SWT dengan mengajukan permohonan. Doa pada waktu itu akan dikabulkan.”

Adapun 10 hari terakhir Ramadan, khususnya malam lailatul qadar menjadi waktu mustajab untuk berdoa serta meminta ampunan, tercermin dalam riwayat Aisyah. Aisyah berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku beramal pada malam lailatul qadar, apa yang aku ucapkan padanya?’

Beliau SAW bersabda, ‘Ucapkanlah; Ya Allah, sungguh Engkau pemberi maaf, menyukai memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR Tirmidzi & Ibnu Majah)

Doa Memohon Ampunan Bulan Ramadan

Terkait bacaan apa yang bisa dilafalkan untuk memohon ampunan Allah SWT di bulan Ramadan, Nabi SAW mengajarkannya melalui berbagai sabdanya. Berikut beberapa di antaranya yang masih dikutip dari sumber yang sama:

1. Doa Ampunan Kesatu (Dibaca Malam Lailatul Qadar)

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ، تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Latin: Allahumma innaka ‘afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mulia. Engkau senang memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad, dari Aisyah)

2. Doa Ampunan Kedua

رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Latin: Rabbighfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwaabur rahiim

Artinya: “Wahai Rabb, ampunilah aku, terimalah taubatku, sungguh Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.” (HR Abu Dawud & Tirmidzi, dari Ibnu Umar)

3. Doa Ampunan Ketiga

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

Latin: Allahumma innii dzhalamtu nafsii dzhulman katsiiran wa laa yaghfirudzunuuba illa anta faghfir lii maghfiratan min ‘indika, warhamnii innaka antal ghafuurur rahiim

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku mendzalimi diriku dengan kedzhaliman yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, ampunilah aku dengan pengampunan dari sisi-Mu, kasihanilah aku, sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR Bukhari & Muslim, dari Abu Bakar)

4. Doa Ampunan Keempat

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جَدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Latin: Allahummaghfirlii khathiiatii wa jahlii wa israfii fii amrii wamaa anta a’lamu bihi minnii. Allahummaghfirlii jaddii wa hazlii wa khata-i wa ‘amdi wa kullu dzalika ‘indii. Allahummaghfirli maa qaddamtu wamaa akhkhartu wamaa asrartu wama a’lantu wamaa anta a’lamu bihi minnii, antal muqoddimu wa antal muakhkhiru wa anta ‘ala kulli syai-in qadir.

Artinya: ” Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keberlebih-lebihan dalam perkaraku, dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku. Ya Allah, ampunilah diriku dalam kesungguhanku, kelalaianku, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua itu adalah berasal dari sisiku. Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, segala dosa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahui daripad aku, Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Yang Maha Mengakhirkan, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR Bukhari & Muslim, dari Abu Musa Al-Asy’ari)

5. Istighfar Umum

أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ

Latin: Astaghfiru llâhal ‘adhim

Artinya: “Saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung.”

6. Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكُ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِن شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكِ َعَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِر لِيْ فَإِنهَّ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

Latin: Allahumma anta rabbi laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa’ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’uudzubika min syarri maa shana’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya wa abuu-u laka bidzanbii faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta

Artinya, “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.” (HR Bukhari, dari Syaddad bin Aus)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Hadits Hamba Sahaya Melahirkan Tuannya sebagai Tanda Kiamat



Jakarta

Ada salah satu riwayat hadits Rasulullah SAW menyebutkan perihal hamba sahaya melahirkan tuannya. Keadaan tersebut dijelaskan Rasulullah SAW sebagai salah satu tanda dari datangnya hari kiamat.

Hadits itu bersumber dari Umar bin Khattab RA. Ia bercerita, para sahabat tengah duduk-duduk bersama Rasulullah SAW hingga datang seorang laki-laki yang berpakaian putih, rambut hitam, tidak memiliki bekas sehabis perjalanan, dan tidak ada seorang pun yang mengenalnya.

Dikutip dari Riyadhush Shalihin Juz 1 karangan Imam an-Nawawi dan Mida Latifatul Muzammirah, S.S, laki-laki tersebut meminta Rasulullah SAW untuk menyebutkan tanda-tanda datangnya hari kiamat. Berikut keterangan hadits selengkapnya.


قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ

Artinya: Lelaki itu kemudian mendekatkan dirinya pada Rasulullah SAW dan bertanya, “Kapan hari kiamat?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.” Ia bertanya lagi, “Kalau begitu, terangkan tanda-tanda kiamat?” Rasulullah SAW menjawab, “Jika hamba sahaya telah melahirkan majikannya dan orang-orang fakir miskin yang tidak bersepatu, tidak berpakaian telah berlomba-lomba membangun gedung besar.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain, menurut Said Hawwa dalam buku Al Islam, lelaki yang menghampiri Rasulullah SAW dan para sahabat tersebut diketahui adalah Malaikat Jibril. Hadits tersebut menyebut, tujuan kedatangan Malaikat Jibril itu untuk mengajarkan agama pada para sahabat (HR Muslim, At Tirmidzi, dan An Nasa’i).

Tafsir Hadits Hamba Sahaya Melahirkan Tuannya

1. Makna Budak yang Sebenarnya

Ada beragam pendapat yang menafsirkan salah satu tanda-tanda hari kiamat pada hadits sebelumnya. Salah satunya pendapat yang datang dari Syaikh Nawawi dalam buku 6 Pilar Keimanan.

Menurutnya, hadits tersebut hendak menggambarkan kekacauan pada akhir zaman. Saat itu, marak penjualan ibu hingga kerap terjadi pembelian ibu sendiri tanpa diketahui oleh sang pembeli yang notabene adalah putra kandungnya.

Pendapat kedua datang dari penjelasan para ulama dalam Syarah An Nawawi ‘ala Muslim. Secara bahasa, al amah dalam hadits tersebut diartikan sebagai budak perempuan yang ditawan di medan perang.

Sebab itu, para ulama tersebut berpendapat, kalimat hamba sahaya melahirkan tuannya sebagai tanda kiamat diartikan sebagai tanda meluasnya praktik perbudakan di masa mendatang hingga lahirlah anak-anak hasil hubungan antara budak dan majikannya.

Anak-anak tersebut kemudian menjadi tuan atas ibunya sendiri. Jadi, status anak-anak dari hamba sahaya tersebut mengikuti dari status ayahnya yang seorang tuan.

“Telah banyak hamba sahaya menjadi orang merdeka dengan kepemilikan sumpah (milkul yamin). Secara syariat diketahui bahwa anak-anak yang lahir dari hamba sahaya menjadi orang merdeka,” demikian keterangan Syarah An Nawawi ‘ala Muslim yang diterjemahkan Dr. Umar Sulaiman al Asygar dalam buku Ensiklopedia Kiamat.

Hamka dalam Tafsir al-Azhar Jilid 3 juga turut menjelaskan bahwa ada kemungkinan hadits tersebut bermakna seorang petualang yang tanpa diketahui asal usulnya diadopsi oleh seorang budak. Namun lama kelamaan, anak tersebut menjadi sombong setelah meraih kekuasaan.

2. Makna Budak sebagai Kiasan

Pendapat sebelumnya ditentang oleh pendapat dari Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani. Sebab, menurutnya, perbudakan sudah banyak terjadi dan budak perempuan yang melahirkan anak untuk majikannya sudah terjadi di zaman Rasulullah SAW.

Pendapat ini juga didukung oleh Syeikh Mustofa Dib al-Bugha dan Syeikh Muhyiddin Mistu dalam Kitab al-Wafi fi Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah. Hadits hamba sahaya melahirkan tuannya merupakan bentuk kiasan dari maraknya perbuatan durhaka pada orang tua.

Lebih lanjut, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Kitab Fath al Bari yang dikutip dari laman Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia berpendapat, hadits itu juga dapat menunjukkan meluasnya praktik durhaka seorang anak pada ibunya pada akhir zaman. Kata tuan tersebut merupakan pengibaratan anak yang bertindak semena-mena pada ibunya bak tuan memperlakukan budaknya.

“Pandangan ini juga sejalan dengan konteks hadis yang berbicara tentang salah satu tanda kiamat, yaitu golongan rendah menjadi tinggi, dan orang tua yang seharusnya menjadi penguasa didominasi oleh anaknya sendiri,” demikian penjelasan dari situs tersebut.

Perbuatan durhaka sebagai tanda hari kiamat tersebut digambarkan hingga seorang ibu atau ayah menjadi takut pada anaknya sendiri seperti hamba sahaya yang takut pada tuannya. Menurut mereka, hal itu terjadi pada fase peluruhan waktu (fasad al-zaman) dan pembalikan tatanan kehidupan (inqilab al-ahwal).

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Malam Lailatul Qadar Lengkap: Arab, Latin dan Artinya



Jakarta

Malam lailatul qadar termasuk malam istimewa di bulan Ramadan. Umat muslim bisa memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk mengharapkan keutamaan malam lailatul qadar.

Dalam Al-Qur’an tercatat bahwa malam lailatul qadar lebih mulia dari malam seribu bulan. Dalam surat Al-Qadr ayat 1-5 Allah SWT berfirman:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ ٥


Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar, tahukah engkau apakah malam lailatul qadar itu ? Malam lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar.” (QS Al Qadr: 1-5)

Malam lailatul qadar ini terdapat pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tepatnya pada malam ganjil. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

Artinya: “Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Doa Malam Lailatul Qadar

Mengutip Kitab Al Adzkar karya Imam an-Nawawi, berikut bacaan doa malam lailatul qadar Arab, latin, dan artinya:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Arab latin: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni. Karena itu, ampunilah aku.”

Imam an-Nawawi menukil doa tersebut dari riwayat dengan sanad shahih dalam Kitab At-Tirmidzi, Kitab An-Nasa’i, dan Kitab Ibnu Majah. Imam At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini adalah hasan shahih.”

Adapun bunyi hadis riwayat Imam At-Tirmidzi adalah sebagai berikut:

وَعَنْ عائشة رضي الله عنها: قالت: «قلت: يا رسولَ الله إِنْ وَافَقْتُ ليلةَ القَدْرِ ، ما أَدْعُو به؟ قال: قُولي: اللهم إنك عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُ الْعَفْوَ فاعْفُ عَنِّي» أخرجه الترمذي

Artinya: “Dari sayyidah Aisyah ra, ia bercerita, ia pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, jika aku kedapatan menjumpai lailatul qadar, bagaimana doa yang harus kubaca?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Bacalah, ‘Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annī,”” (HR At-Tirmidzi).

Para ulama mazhab berpendapat bahwa, dianjurkan memperbanyak doa ini dalam malam tersebut. Dianjurkan pula membaca Al-Qur’an, memperbanyak zikir, dan doa-doa yang dianjurkan dalam tempat-tempat yang suci dan terhormat.

Kapan Malam Lailatul Qadar?

Tidak ada yang tahu kapan terjadinya malam lailatul qadar. Namun beberapa hadits menjelaskan bahwa malam seribu bulan ini terdapat pada hari-hari terakhir Ramadan.

Ada sebuah hadits yang menyebut bahwa malam lailatul qadar terletak pada tujuh malam terakhir. Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ

Artinya: “Dituturkan dari Ibn Umar RA beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW, melihat lailatul qadar dalam mimpi pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadan). Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Aku ditunjukkan kebenaran mimpimu. Maka barang siapa mencarinya, hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar untuk Orang Tua



Jakarta

Membaca dan memperbanyak doa pada malam lailatul qadar merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan pada malam lailatul qadar. Salah satunya kita dapat membaca doa lailatul qadar untuk orang tua.

Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah – Jilid 2 mengatakan, beribadah dan berdoa pada malam lailatul qadar sangat dianjurkan.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,


مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Siapa yang mengerjakan salat malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridha Allah SWT, maka dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.”

Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits yang dinyatakan shahih olehnya, dari Aisyah RA, dia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah bagaimanakah menurutmu jika aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang mesti aku ucapkan ketika itu? Beliau bersabda, “Ucapkanlah

اللهم إنك عفو كري، تحبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَلَى

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mulia. Engkau senang memberi maaf, maka maafkanlah aku.”

Hal serupa juga dijelaskan oleh Nasrudin Abd Rohim dalam buku Jangan Lelah Berdoa, bahwa pada malam lailatul qadar kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, termasuk memperbanyak doa.

Menurutnya, hal itu di sebabkan malam lailatul qadar merupakan malam diturunkannya Al-Qur’an. Malam ini lebih utama daripada 1000 bulan.

Sesuai dengan hadits Ummul Mu’minin Aisyah RA yang meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam lailatul qadar. Hal ini menunjukkan bahwa pada malam lailatul qadar kita dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafaz yang diajarkan tersebut.

Selain membaca doa untuk memohon ampun bagi diri sendiri, bisa juga membaca doa untuk orang tua. Mengutip buku Keutamaan Doa dan Dzikir Untuk Hidup Bahagia Sejahtera karya Khalilurrahman Al Mahfani berikut bacaan doa untuk orang tua.

Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar untuk Orang Tua

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Rabighfirlii wa liwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayaanii shaghiiraa

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka telah mengasihiku pada waktu kecil.”

Doa malam lailatul qadar untuk orang tua tersebut diambil dari penggalan surah Nuh ayat 28 dan surah Al Isra ayat 24.

Mendoakan Orang Tua Merupakan Bentuk Birrul Walidain

Mengutip dari Magnet Rezeki Keluarga Amalan-Amalan Sunah untuk Berlimpahnya Rezeki dan Kebahagian Keluarga karya Ustadz Arifin Ibnu Jumani, seorang muslim berkewajiban untuk berbuat baik, memuliakan, tunduk, menghormati, mengasihi, dan menyayangi kedua orang tua.

Allah SWT juga memerintahkan supaya kita berbakti kepada orang tua atau birrul walidain yang disebutkan dalam sejumlah ayat dalam Al-Qur’an. Salah satunya,

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS Al-Israa: 23)

Berbakti kepada orang tua termasuk perbuatan yang paling disukai oleh Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut,

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَانِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وقتها قلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: ر الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيَّ؟ قَالَ: اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله

Artinya: “Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud RA berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda, ‘Saya bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Perbuatan apa yang paling disukai oleh Allah?’ Rasulullah menjawab, Shalat pada waktunya.” Saya bertanya, “Kemudian apa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua. Saya bertanya, Kemudian apa lagi? Rasulullah menjawab. Berjuang menegakkan agama Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Naik Kendaraan Laut, Lengkap Arab Latin dan Artinya



Jakarta

Perjalanan tidak hanya bisa ditempuh melalui darat, tetapi juga laut dan udara dengan beragam moda transportasi. Terlebih, menjelang mudik lebaran yang membuat banyak orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman.

Agar selamat sampai tujuan, hendaknya membaca doa sebelum berangkat. Sudah selayaknya seorang muslim membaca doa sebelum beraktivitas, termasuk ketika naik kendaraan. Salah satunya adalah kendaraan laut. Berikut bacaan doanya.

Bacaan Doa Naik Kendaraan Laut

Dikutip dari buku berjudul Setiap Saat Bersama Allah yang ditulis oleh Islah Gusmian, berikut ini adalah bacaan doa naik kendaraan laut berdasarkan hadits.


بِسْمِ اللهِ مَجْرَهَا وَمُرْسَهَآاِنَّ رَبِّىْ لَغَفُوْرٌرَّحِيْمٌ

Bacaan latin: Bismillaahi majreha wa mursaahaa inna robbii laghofuurur rohiim

Artinya: “Dengan nama Allah yang menjalankan kendaraan ini berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR Ibnu Sunni dalam Imam Nawawi, Al-Adzkar, h. 199).

Di dalam Al-Qur’an, dijelaskan bahwa doa ini dibaca oleh Nabi Nuh ketika menaiki bahteranya saat dilanda bencana banjir bandang. Sehingga, dianjurkan oleh seorang muslim agar membaca ayat ini ketika naik kendaraan laut untuk menghindari musibah.

Adapun seorang muslim dapat membaca doa dan dzikir yang lainnya sebelum memulai perjalanan, yakni terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW setelah membaca basmalah.

Doa-Doa Lain yang Dapat Dibaca

1. Surat Al An’am ayat 91

وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ

Arab latin: Wa mā qadarullāha ḥaqqa qadrihī iż qālụ mā anzalallāhu ‘alā basyarim min syaī`,

Artinya: Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya.

Rasulullah SAW bersabda, bahwa orang yang mengucapkan doa dzikir tersebut akan selamat dari tenggelam atau jatuh. (HR Ibnu Sinni).

Mengutip buku Doa-Doa Rasulullah SAW oleh Ibnu Taimiyah, disebutkan dari Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah bersabda: “Umatku akan selamat dari musibah tenggelam di saat mereka naik kendaraan laut, jika mereka membaca: (Al-Qur’an surat Hud ayat 41), kemudian ayat (Al-Qur’an surat Al An’am ayat 91.)

2. Surat Az-Zumar ayat 67

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab latin: Wa mâ qadarullâha haqqa qadrihî, wal ardhu jamî’an qabdhatuhû yaumal qiyâmah, was samâwâtu mathwiyyâtum bi yamînihî, subhânahû wa ta’âlâ ‘an mâ yusyrikûn

Artinya: Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

Selain itu, seorang muslim juga dapat mengikuti sunnah Rasulullah dalam naik kendaraan baik kendaraan darat, laut, maupun udara. Mahmud Asy-Syafrowi menyebutkan dalam bukunya Sukses Dunia-Akhirat dengan Doa-Doa Harian, diriwayatkan dari sahabat Ali RA bahwasanya ketika Rasulullah meletakkan kakinya di atas tunggangannya, beliau membaca bismillaah.

Kemudian, ketika beliau telah tegak di atas punggungnya, beliau membaca alhamdulillah. Setelah itu, beliau membaca, “Subhanalladzi sakhara lanaa hadzaa wama kunnaa lahuu muqriniin wainnaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun” (Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.)

Kemudian, beliau membaca alhamdulillah, sebanyak tiga kali. Membaca Allahu akbar, tiga kali. Kemudian membaca doa,

سُبْحَٰنَكَ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya: “Maha Suci Engkau. Sungguh, aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya, tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ahmad, dan lainnya).

Demikian bacaan doa naik kendaraan laut, lengkap beserta Arab latin dan juga terjemahannya. Doa-doa di atas dapat dibaca ketika menaiki kapal, perahu, sampan, dan juga kendaraan laut lainnya. Semoga Allah senantiasa memberi keselamatan.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ayat Seribu Dinar Latin untuk Datangkan Rezeki



Jakarta

Al-Qur’an memiliki ayat-ayat yang mengandung berbagai macam doa, salah satunya adalah ayat seribu dinar. Berikut bacaan ayat seribu dinar latin dan keutamaan membacanya.

Merujuk buku Shalat Dhuha Untuk Wanita: Disertai Do’a-do’a Pemanggil Rezeki karya Zakiyah Ahmad, ayat seribu dinar adalah ayat yang apabila diamalkan secara khusus bisa mendatangkan rezeki yang tidak diduga sebelumnya.

Oleh karena itu, ayat seribu dinar juga disebut dengan amalan kekayaan untuk memperoleh rezeki di dalam Islam. Ayat tersebut terdapat dalam Al-Qur’an penggalan surah at-Talaq ayat 2 dan ayat 3.


Bacaan Ayat Seribu Dinar Latin dan Artinya

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Bacaan latin: wa may yattaqillāha yaj’al lahụ makhrajā wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja’alallāhu likulli syai`ing qadrā

Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS At Talaq: 2-3)

Kisah di Balik Penamaan Ayat Seribu Dinar

Masih di dalam buku yang sama dijelaskan bahwa, kisah tersebut bermula tentang seorang pedagang yang bermimpi didatangi Nabi Khidir AS.

Dalam mimpi itu beliau menyuruh si pedagang agar mengeluarkan sedekah sebesar seribu dinar emas kepada fakir miskin.

Setelah sedekah itu ditunaikan, Nabi Khidir AS kembali datang lewat mimpi untuk mengajarkan ayat-ayat suci kepada pedagang tadi, agar diamalkan setiap hari, supaya ia selamat dari malapetaka.

Setelah mengamalkan sekian lama, ternyata terbukti. Suatu ketika sang pedagang pergi berlayar ke tanah seberang sambil membawa harta kekayaannya. Di tengah laut kapal yang ditumpanginya hancur diterjang badai, dan dialah satu-satunya orang yang selamat.

Ia terdampar di daratan seberang bersama seluruh harta yang dibawanya. Bahkan ada kisah yang menceritakan, di kemudian hari pedagang tadi menjadi raja di tempat di mana ia terdampar.

Dari kisah inilah muncul nama “ayat seribu dinar” yang kita kenal hingga sekarang. Dari kisah ini pula ayat tersebut diyakini memiliki keampuhan. Barang siapa yang mengamalkan ayat seribu dinar, maka akan dikeluarkan dari setiap kesulitan, diberi rezeki dari arah yang tak terduga, dan dicukupkan segala kebutuhannya.

Keutamaan Ayat Seribu Dinar

Taufiq FR dalam buku Tak Henti Engkau Berlari Dikejar Rezeki Amalan-Amalan Dahsyat Sumber Kekayaan dan Kemakmuran, turut menjelaskan mengenai keutamaan ayat seribu dinar.

Menurut Ibnu Katsir, yang dimaksud “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga” ini menunjukkan adanya sebuah pemberitahuan yang ditujukan kepada semua umat muslim dunia dalam mencari rezeki.

Sebab, kesalahan pada diri kita terkadang terlalu sibuk mencari rezeki, tetapi tidak tahu di mana letak rezeki tersebut. Pada akhirnya membuat diri kita sendiri merasa letih, lelah, emosi, dan tidak sesuai dengan hasilnya.

Dalam ayat seribu dinar memiliki makna, barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, niscaya Dia akan memberi rezeki dari arah yang tidak pernah terbesit dalam hatinya.

Dalam surah tersebut menjamin secara pasti bahwa seseorang yang mampu berada di jalan Allah SWT, mampu mengamalkan kebaikan dan menjauhi larangan-Nya, maka dia akan mendapatkan rezeki sesuai yang diinginkan.

Allah SWT tidak akan membiarkan hambanya kelaparan, jika selalu masih berada di jalan-Nya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com