Category Archives: Doa Hadits

Doa Orang Terzalimi, Benarkah Cepat Dikabulkan Allah?



Jakarta

Orang yang terzalimi memiliki keutamaan di hadapan Allah SWT. Hal ini didasarkan dalam sebuah hadits yang menyebutkan bahwa doa orang terzalimi adalah mustajab.

Hadits mengenai doa orang yang terzalimi disebutkan dalam kitab Mukhtashar Shahih Bukhari yang ditulis oleh M. Nashiruddin Al-Albani (Syekh Al-Albani) dan diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dan A. Ikhwani.

Dalam buku tersebut menjelaskan hadits yang diriwayatkan dari Aslam bahwa Umar RA menjadikan seorang budaknya yang bernama Hunay untuk menjaga himaa (tempat penggembala ternak). Umar berkata, “Wahai Hunay, janganlah kau menzalimi orang-orang muslim dan takutlah dari doa orang yang terzalimi, karena sesungguhnya doa orang yang dizalimi terkabulkan.”


Umar RA melanjutkan bicaranya, “Izinkanlah orang-orang yang hanya memiliki sedikit unta dan sedikit domba untuk masuk ke dalam himaa tersebut. Jangan utamakan ternak Ibnu Auf dan ternak Ibnu Affan. Karena jika ternak keduanya rusak, mereka dapat kembali kepada pohon-pohon kurma dan tanaman mereka.”

“Dan sesungguhnya, jika ternak milik orang-orang yang memiliki sedikit unta dan sedikit domba rusak, maka mereka mendatangi saya dengan membawa anak-anak mereka, seraya berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, wahai Amirul Mukminin, apakah saya biarkan mereka terlunta-lunta?'”

“Menyediakan air dan rerumputan lebih ringan bagi saya daripada memberikan emas dan perak. Demi Allah, sesungguhnya mereka melihat saya telah menzalimi saya. Sesungguhnya ini adalah negeri mereka. Pada masa jahiliah, mereka berperang melindunginya dan mereka masuk Islam agar tetap di dalamnya.”

“Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya bukan karena harta (unta ternak lainnya) yang saya siapkan fi sabilillah, pasti saya tidak akan menjadikan sejengkal tanah mereka sebagai himaa.” (HR Bukhari)

Selain itu, ada hadits lain yang menyebut bahwa doa orang yang terzalimi adalah mustajab. Muhammad bin Isa bin Saurah (Imam at-Tirmidzi) dalam buku Sunan at-Tirmidzi jilid 3 menyebutkan hadits berikut:

٢٠١٤ – (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ زَكَرِيَّا بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِي، عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ بَعَثَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ إِلَى الْيَمَنِ، فَقَالَ: ((اتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ)). وفي الْبَابِ عَنْ أَنَسٍ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، وَأَبِي سَعِيدٍ. وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَأَبُو مَعْبَدٍ اسْمُهُ : نَافِذُ ((صَحِيحُ أَبي دَاوُدَ)) (١٤١٢) : ق).
2014.

Artinya: (Shahih) Dari Abu Kuraib, dari Waki, dari Zakariya bin Ishaq, dari Yahya bin Abdullah bin Shaifi, dari Abu Ma’bad, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW, mengutus Mu’adz ke Yaman, dan beliau bersabda kepadanya, “Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi karena tidak ada penghalang antara doanya itu dengan Allah.” Dalam tema ini terdapat riwayat dari Anas, Abu Hurairah, Abdullah bin Umar dan Abu Sa’id. Ini adalah hadits hasan shahih. Nama Abu Ma’bad adalah Nafidz. (Shahiih Abu Dawud, No. 1412: Muttafaq `alaih)

Yusuf Qardhawi dalam Fiqh Al-Jihad yang diterjemahkan Irfan Maulana Hakim dkk menyebutkan sebuah hadits shahih yang berisi anjuran menolong saudara yang dizalimi.

Rasulullah SAW bersabda, “Tolonglah saudaramu yang zalim dan yang dizalimi.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami menolongnya karena ia dizalimi, lalu bagaimana kami menolong orang zalim?” Beliau menjawab, “Mencegahnya dari kezaliman, karena itu adalah pertolongan untuknya.”

Menolong orang yang terzalimi bukan hanya dilakukan oleh kekuasaan hukum atau pemerintah. Tetapi, hal itu merupakan perkara yang wajib bagi setiap warga negara dan organisasi masyarakat.

Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban dari mereka dan memperhitungkan pengurangan dalam memberikan hak kepada Allah. Apabila menolong orang yang terzalimi sudah bisa kita lakukan, maka langkah kita akan teguh ketika langkah manusia-manusia lain itu tergelincir.

Sebab, kezaliman itu adalah kegelapan di hari kiamat nanti. Allah telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya dan menjadikan kezaliman di antara kita sebagai perbuatan yang haram.

Mengutip buku Mutiara Hadis Qudsi yang ditulis oleh Ahmad Abduh Iwadh disebutkan bahwa seorang muslim harus membantu orang yang terzalimi. Apabila seseorang tidak bisa mencegah kezaliman atau tidak bisa memberikan haknya, sesungguhnya engkau tidak akan bisa menanggung beban, apabila engkau telah jatuh dalam kezaliman ini.

Oleh karena itu, hendaklah engkau membantu orang yang terzalimi, yaitu dengan cara memberinya ketegaran dengan perbuatan dan ucapan.

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melepaskan kesempitan dari seorang mukmin dari kesempitan dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesempitan di hari kiamat. Dan barang siapa yang memudahkan kesulitan orang lain, niscaya Allah akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutup aib seorang mukmin, niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya itu menolong saudaranya. Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah untuk membaca Al-Quran dan mempelajarinya, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat akan menyelimuti mereka, malaikat akan menurunkan sayapnya kepada mereka, dan Allah akan selalu mengingat mereka di sisi-Nya.” (HR Muslim)

(lus/inf)



Sumber : www.detik.com

4 Hadits Isra Miraj, Jelaskan Perjalanan Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha


Jakarta

Ada beberapa hadits yang meriwayatkan kisah perjalanan Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra Miraj. Hadits ini menjadi penegas bahwa perjalanan ini menjadi bukti besarnya kuasa Allah SWT.

Peristiwa Isra Miraj termaktub dalam Al-Qur’an surat Al Isra ayat 1. Allah SWT berfirman,

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ


Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Mengutip buku Kejadian Isra’ Mi’raj: Sebelum-Saat-Sesudah karya Shabri Shaleh Anwar, pada peristiwa Isra Miraj yang menjadi perbincangan para ulama adalah pertama, apakah Rasulullah SAW Miraj dengan ruh saja atau ruh dengan jasad. Sebagian ulama memahami bahwa perjalanan Miraj Rasulullah SAW dengan ruh saja tanpa dengan jasad sebab jasad adalah materi yang bersifat habis dan hancur.

Namun sebagian besar ulama termasuk ahlussunnah wal jamaah memahami bahwa perjalanan Isra Miraj Rasulullah SAW dengan ruh dan jasad dan dasarnya ada pada ayat pertama surat Al Isra, yaitu ‘Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya’ jika disebut hamba maka ia menunjukkan manusia yang memiliki jasad dan ruh.

Kisah perjalanan Isra Miraj juga dijelaskan dalam beberapa hadits shahih.

Hadits tentang Isra Miraj

Beberapa hadits menjelaskan peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

1. Hadits tentang Buraq

Dari Anas bin Malik RA,

عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِالْبُرَاقِ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مُسْرَجًا مُلْجَمًا لِيَرْكَبَهُ، فَاسْتَصْعَبَ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ: مَا يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا؟ فَوَاللَّهِ مَا رَكِبَكَ قَطُّ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ مِنْهُ. قَالَ: فارفضَّ عَرَقًا.

Artinya: Dari Anas RA, bahwa didatangkan kepada Nabi Muhammad SAW hewan Buraq di malam melakukan Isra. Buraq itu telah diberi pelana dan tali kendali untuk dinaiki Nabi Muhammad, tetapi Buraq sulit untuk dinaiki. Maka Jibril berkata kepadanya, “Apakah yang mendorongmu bersikap demikian? Demi Allah, tiada seorang pun yang menaikimu lebih dimuliakan oleh Allah SWT daripada orang ini.” Setelah itu Buraq mengucurkan keringatnya.

2. Hadits tentang Perjalanan Isra Miraj

Dari Anas bin Malik RA,

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ – وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ – قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ – قَالَ – فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ – قَالَ – ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ صلى الله عليه وسلم اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ ‏.‏ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ ‏.‏ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ‏.‏ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ‏.‏ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ ‏.‏ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَىِ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ ‏.‏ ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ ‏.‏ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ‏.‏ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ‏.‏ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ ‏.‏ قَالَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ‏{‏ وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا‏}‏ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ ‏.‏ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ صلى الله عليه وسلم فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ‏.‏ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ‏.‏ قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ ‏.‏ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى صلى الله عليه وسلم فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ‏.‏ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ ‏.‏ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ‏.‏ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ ‏.‏ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ صلى الله عليه وسلم مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لاَ يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلاَلِ – قَالَ – فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا ‏.‏ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَىَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَىَّ خَمْسِينَ صَلاَةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلاَةً ‏.‏ قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ ‏.‏ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي ‏.‏ فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا ‏.‏ قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ ‏.‏ – قَالَ – فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلاَةً ‏.‏ وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً – قَالَ – فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ ‏”‏ ‏.

Artinya: Didatangkan Buraaq, hewan putih yang panjang, ukurannya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal (anak kuda), dia meletakkan telapak kakinya dengan jarak sejauh ujung pandangan. Aku menungganginya dan sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang biasa digunakan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan salat 2 rakaat lalu keluar. Setelah itu, Jibril datang kepadaku membawa wadah berisi anggur dan susu. Aku memilih wadah berisi susu lalu Jibril berkata,” Kau telah memilih (yang sesuai) fitrah.”

Kemudian Jibril naik bersamaku ke surga pertama dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya), “Siapa Kau?” Dia menjawab: Jibril”. Lalu Jibril ditanya lagi: “Siapa yang bersama denganmu?” Dia menjawab: “Muhammad” Pertanyaan berikutnya: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Dia telah diutus.” Pintu surga lalu terbuka dan aku bertemu Nabi Adam. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian kami naik ke surga kedua dan Jibril kembali minta dibukakan pintu. Jibril juga ditanya,”Siapa kau?” Dia menjawab: “Jibril.” Pertanyaan selanjutnya: “Siapa yang bersama denganmu?” Dia menjawab: “Muhammad.” Kemudian: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Dia telah diutus.” Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi Isa putra Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya. Mereka menyambutku dan berdoa untuk kebaikanku.

Kemudian aku dibawa ke surga ketiga dan Jibril minta dibukakan pintu, maka Jibril ditanya: “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril.” Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad,” pertanyaan selanjutnya: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Dia telah diutus.” Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Nabi Yusuf yang diberi separuh dari pesona dunia. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, lalu Jibril ditanya: “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad,” Selanjutnya: “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab: “Dia telah diutus.” Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Nabi Idris. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya: “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 57)

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril.” Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan lagi: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus.” Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan Nabi Harun. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke surga keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril.” Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad.” Pertanyaan selanjutnya: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus.” Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Nabi Musa. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke surga ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril.” Ditanya lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad.” Selanjutnya: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus.” Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Nabi Ibrahim. Beliau sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma’muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha yang daunnya seperti telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Saat ditutupi perintah Allah, Sidratul Muntaha mengalami perubahan yang tidak bisa digambarkan makhluk Allah SWT.

Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 salat sehari semalam. Kemudian saya turun menemui Nabi Musa. Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas umatmu?” Saya menjawab: “50 salat.” Nabi Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Saya telah menguji dan mencoba bani Israil dan ternyata mereka terlalu lemah untuk menanggung tugas berat.”

Nabi Muhammad SAW berkata: “Aku kembali kepada Tuhanku seraya berkata, Wahai Tuhanku ringankanlah untuk umatku.” Maka dikurangi dariku lima salat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata: “Allah mengurangi untukku 5 salat.” Dia berkata: “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan.” Maka terus menerus saya pulang balik antara Allah SWT dan Nabi Musa, hingga Allah berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 salat sehari semalam, setiap salat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 salat. Barang siapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis (baginya) satu kejelekan.” Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Nabi Musa seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan,” maka saya pun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai saya pun malu kepada-Nya”. (HR Muslim)

3. Hadits tentang Baitul Makmur

Dalam Shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Selanjutnya, aku dinaikkan ke Baitul Makmur. Ternyata, tempat ini dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap hari dan mereka tidak pernah kembali.”

Para malaikat tersebut beribadah di Baitul Makmur dan melaksanakan thawaf di sana sebagaimana penduduk bumi melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah mereka.

4. Hadits tentang Sidratul Muntaha

Dalam kitab Ash Shalah, Imam Bukhari meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, “Setelah itu Jibril membawaku ke (pohon) Sidratul Muntaha yang diselimuti oleh berbagai warna yang tidak dapat ku katakan warna apa itu. Kemudian aku dipersiakan masuk ke surga yang di dalamnya terdapat dinding-dinding dari mutiara dan tanahnya bubuk kasturi.” (HR Bukhari)

Demikian beberapa hadits yang menceritakan perjalanan Isra Miraj Rasulullah SAW.

Wallahu a’lam

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Wudhu Sesuai Sunnah Rasulullah SAW


Jakarta

Doa setelah wudhu dapat diamalkan setelah bersuci. Doa ini sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

Wudhu menjadi bagian dari bersuci dan wajib dikerjakan setiap muslim ketika hendak mengerjakan ibadah seperti sholat.

Mengutip buku Mukjizat Berwudhu karya Drs. Oan Hasanuddin, wudhu secara etimologis artinya bersih. Menurut Wahbah Al-Zuhaili, wudhu adalah mempergunakan air pada anggota tubuh tertentu dengan maksud untuk membersihkan dan menyucikan.


Menurut syara’, wudhu adalah membersihkan anggota tubuh tertentu melalui suatu rangkaian aktivitas yang dimulai dengan niat, membasuh wajah, kedua tangan dan kaki serta menyapu kepala.

Ada syariat yang dianjurkan dalam berwudhu, termasuk membaca doa sebelum dan setelah wudhu.

Mengutip buku Dahsyatnya Terapi Wudhu karya Muhammad Syafie el-Bantanie, dalam sebuah riwayat dari Umar bin Khattab RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiadalah di antara kamu berwudhu dengan membaguskan wudhunya, kemudian berdoa dengan mengucapkan , “Asyhadu an la ilaha illa Allah wahdahu la syariikalahu wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya), maka akan dibukakan baginya delapan pintu surga, dia diperkenankan memasukinya dari pintu mana saja dia sukai.” (HR Nasai)

Bacaan Doa setelah Wudhu

Dikutip dari kitab Al-Adzkar karangan Imam Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha, berikut bacaan doa setelah wudhu:

اشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَاشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا انْتَ ، اسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Arab latin: Asyhaduanlailaha ilallahu wahdahu la syarika lahu, wa ashhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu. Allahummajalni minattawwabina wajilni minalmutatohirin, subhanaka Allahumma wa bihamdika, asyhadu an la ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilayk

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah diriku termasuk orang-orang yang membersihkan diri. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.”

Tata Cara Berwudhu

Mengutip buku Perbaiki Shalatmu agar Allah Perbaiki Hidupmu karya Drs. Bahroin Suryantara, berikut tata cara berwudhu:

  1. Berniat
  2. Membaca ‘bismillah’
  3. Mencuci tangan tiga kali hingga ke pergelangan tangan
  4. Berkumur-kumur dan beristinsyaq
  5. Membasuh muka
  6. Membasuh kedua tangan sampai siku dan mendahulukan tangan yang kanan
  7. Membasahi kedua tangan lalu membasuh kepala dan kedua telinga
  8. Mencuci kaki kanan tiga kali hingga mata kaki dan demikian pula yang kiri
  9. Membaca doa setelah wudhu.

Setiap muslim dianjurkan untuk menyempurnakan dan menjaga wudhunya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الُوضُوْءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ

Artinya: “Barang siapa yang berwudhu lalu ia baguskan wudhunya, maka kesalahannya akan keluar dari tubuhnya hingga dosanya keluar dari bawah kuku-kukunya” (HR Muslim 245)

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Gambaran Jembatan Shirath di Atas Neraka Menurut Hadits



Jakarta

Terdapat sebuah jembatan bernama shirath yang dibentangkan di atas neraka. Jembatan ini harus dilalui oleh orang-orang beriman ataupun orang-orang berdosa dari kalangan umat Nabi Muhammad SAW.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri RA bahwa Rasulullah SAW menyebutkan jembatan shirath lebih tipis dari sehelai rambut dan setajam pedang.

Ibnu Mas’ud RA menggambarkan shirath sebagai jalan yang lurus melintasi neraka, berbentuk seperti pedang yang tajam, licin, dan dapat mematahkan. Di atasnya terdapat besi-besi tajam dari neraka yang mencakar dan mencengkeram siapa saja yang dikehendaki. Cara orang-orang melintasi jembatan ini pun beragam, ada yang secepat kilat, angin, kuda, berjalan, hingga merangkak. (HR Thabrani dan Baihaqi)


Aisyah RA juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang jembatan yang lebih tipis dari rambut dan setajam pedang, dengan besi dan pagar runcing di atasnya. Semua orang harus melewati jembatan ini, ada yang bergerak secepat kilat, kedipan mata, angin, atau kuda. Para malaikat berdoa, “Ya Allah, selamatkan!” Sebagian orang berhasil melintasinya, sebagian lagi dikoyak atau terjatuh ke dalam neraka. (HR Ahmad)

Dalam riwayat lain dari Ubaid bin Umair, Rasulullah SAW menyebut shirath sebagai jembatan di atas neraka yang setajam pedang dengan besi dan pagar runcing di kedua sisinya. Besi-besi ini dapat mengoyak tubuh manusia. Rasulullah SAW bersumpah bahwa sejumlah besar manusia akan tersangkut oleh kait-kait besar tersebut, sementara malaikat terus berdoa agar orang-orang diselamatkan. (HR Baihaqi dan Ibnu Abi Ad-Dunya)

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah shirath dibentangkan di atas neraka, aku akan menjadi rasul pertama yang melintasinya, diikuti umatku. Pada saat itu, tidak seorang pun berbicara kecuali para rasul yang memanjatkan doa, ‘Ya Allah, selamatkan!’ Dalam neraka terdapat besi-besi runcing seperti duri As-Sa’dan, yang akan menyambar manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut buku Ensiklopedia Akhirat: Mizan, Catatan Amal, Shirath, dan Macam-macam Syafaat karya Mahir Ahmad Ash Syufiy, jembatan shirath ini membentang di berbagai sisi neraka. Ketika menyeberangi shirath, suasana sangat mencekam sehingga tidak ada yang berbicara, kecuali para rasul yang berdoa untuk keselamatan umat mereka. Hal ini menunjukkan kasih sayang para rasul kepada umatnya.

Wallahu a’lam.

(lus/kri)



Sumber : www.detik.com

Amalan dan Doa Jumat Terakhir Bulan Rajab, Yuk Amalkan!



Jakarta

Ada amalan dan doa yang dapat dibaca pada Jumat terakhir bulan Rajab. Umat Islam harus mengetahuinya agar mendapat keutamaan dari hari dan bulan mulia ini.

Jumat merupakan hari yang istimewa bagi umat Islam. Ada banyak dalil yang menyebutkan keutamaan hari Jumat. Hari ini semakin istimewa karena berada di bulan Rajab yang menjadi salah satu bulan mulia.

Dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hari di mana matahari terbit pada hari itu adalah hari Jumat. Pada hari Jumat Adam diciptakan, pada hari Jumat Adam dimasukkan surga, pada hari Jumat Adam dikeluarkan dari surga dan kiamat tidak terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR Muslim)


Imam Nawawi dalam kitabnya, Al-Adzkar pada Bab ‘Zikir-Zikir dan Doa-Doa yang Disunnahkan pada Hari Jumat dan Malamnya’ menjelaskan bahwa disunnahkan pada hari Jumat dan malamnya untuk membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan membaca surah Al-Kahfi.

Amalan Jumat Bulan Rajab

Ada banyak amalan yang dapat dikerjakan pada hari Jumat, termasuk pada Jumat terakhir bulan Rajab. Berikut beberapa amalan yang bisa dikerjakan pada hari Jumat:

1. Sholawat

Mengutip buku Rahasia Kedahsyatan Hari Jumat: Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah karya Nur Aisyah Albantany, dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan bersholawat di hari Jumat. Rasulullah SAW bersabda,

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jumat. Sebab, siapa yang paling banyak membaca shalawat maka ia yang paling dekat kedudukannya denganku.” (HR Baihaqi)

2. Berdoa

Mengutip buku Zikir dan Doa Penghuni Surga karya Supriyadi, hari Jumat juga menjadi waktu yang dianjurkan untuk berdoa. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa berdoa di hari Jumat merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Rasulullah SAW menyebutkan hari Jumat, beliau bersabda, ‘Pada hari Jumat ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba Muslim salat dan memohon suatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan kepadanya.”

3. Membaca Surah Al-Kahfi

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

Artinya: “Barang siapa membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, niscaya Allah meneranginya dengan cahaya di antara dua Jumat.” (HR Al-Hakim dan dinilai shahih)

4. Sedekah

Dalam hadits dari Abdillah bin Abi Aufa bahwa Rasulullah bersabda, ‘Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku di hari Jumat sesungguhnya sholawat itu tersampaikan dan aku dengar’. Nabi SAW bersabda, ‘Dan di hari Jumat pahala bersedekah dilipatgandakan.”

5. Memperbanyak Istighfar

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa pada hari Jumat masuk ke dalam masjid, lalu dia shalat empat rakaat (shalat sunat), dan pada setiap rakaatnya ia membaca Al-Fatihah dan Qul huwallahu ahad (surat Al- Ikhlas) lima puluh kali hingga menjadi dua ratus kali dalam empat rakaat, maka ketika datangnya ajal dia akan melihat tempatnya di dalam Surga atau (tempat itu) akan diperlihatkan kepadanya.” (HR. Daraqutni Al-Khattab).

Doa Jumat Terakhir Bulan Rajab

Di hari Jumat juga seorang muslim bisa mengamalkan doa untuk memohon rahmat Allah SWT. Mengutip buku Agar Hidup Selalu Berkah karya Habib Syarief Muhammad Alaydrus, berikut ini bacaan doa hari Jumat yang bisa diamalkan:

أدام الله لكم بركة الجمعة دهوراً، وألبسكم من تقواه نوراً، جمعة مباركة

Arab latin: Adamallahu lakum barakatal Jumat duhuran, wa albasakum min taqwahu nuron, jumatan mubarakah

Artinya : “Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kalimat pada hari Jumat ini, serta Allah mengenakan cahaya dari kesalehan hari ini, Jumat yang diberkahi,”

Selanjutnya ialah doa agar diberikan keberkahan rezeki serta terhindar dari siksa kubur.

الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Arab latin: Allahumma barik lana fi ma razaqtana wa qina adza bannar.

Artinya: “Ya Allah, berikan kami berkah pada rezeki yang telah Engkau berikan dan peliharalah kamu dari siksa neraka,”

Kemudian, ada juga doa yang bisa dipanjatkan agar terhindar dari dan diberkahi dalam musibah.

بَارَكَ اللهُ لَكُماَ وَبَارَكَ عَلَيْكُماَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Arab latin: Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khairin.

Artinya: “Semoga Allah memberi berkah untukmu dalam kebaikan. Semoga Allah memberi berkah dalam musibahmu. Dan semoga Allah mengampuni kalian berdua (sebagai suami istri) dalam kebaikan,”

Selain doa tersebut, umat Islam juga dapat mengamalkan doa ini di hari Jumat.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Arab latin: Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, Shahih Ibnu Majah)

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid Lengkap


Jakarta

Doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid bisa diamalkan muslim sehabis salat Isya. Puasa ganti biasa disebut sebagai qadha, yaitu kewajiban bagi muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan karena alasan tertentu seperti haid.

Terkait puasa ganti Ramadhan disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 184,

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Menukil dari buku Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi yang diterjemahkan Shofa’u Qolbi Djabir, doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid sebaiknya dibaca pada malam hingga terbit fajar. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW,

“Barang siapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya.” (HR Ad-Daru Quthni dan Al- Baihaqi)

Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid

Berikut bacaan doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid yang dikutip dari buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan Hingga Kematian susunan Muh Hambali.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu soumaghadin ‘an qadha’i fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah ta’ala.”

Hukum Membaca Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid

Menurut buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah oleh Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, membaca doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid hukumnya wajib. Sebab, niat merupakan bagian dari rukun. Oleh karenanya, jika tidak dibaca maka puasanya tidak sah.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya,

“Barang siapa tidak berniat puasa di waktu malam, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah).” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Batas Akhir Membayar Puasa Ganti Ramadhan

Gamar Al-Haddar melalui bukunya yang berjudul 10 Formula Dasar Islam: Konsep dan Penerapannya menjelaskan bahwa batas akhir menunaikan puasa ganti Ramadhan adalah sebelum datang Ramadhan berikutnya. Apabila belum membayar puasa ganti Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, maka diwajibkan atas dirinya berpuasa dan menunaikan fidyah.

Puasa ganti Ramadhan dilakukan sesuai jumlah batalnya puasa. Jika muslim batal 7 hari puasa selama Ramadhan, ia harus menggantinya 7 hari juga.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa di Antara Khutbah Jumat Terakhir Bulan Rajab, Ini Bacaannya


Jakarta

Ibadah salat Jumat tidak terlepas dari khutbah. Setidaknya ada dua khutbah dalam salat Jumat, biasanya di antara khutbah pertama dan kedua dianjurkan untuk membaca doa. Lalu, seperti apa doa di antara khutbah Jumat terakhir bulan Rajab?

Menukil dari Buku Panduan Khutbah Jum’at untuk Pemula oleh Irfan Maulana, khutbah adalah seni pembicaran kepada khalayak yang di dalamnya terdapat suatu pesan. Hakikat dari khutbah yaitu wasiat untuk bertakwa kepada khalayak, baik bentuknya janji kesenangan maupun ancaman kesengsaraan. Dalam Islam, khutbah disampaikan dengan rukun yang diatur syariat.

Pelaksanaan dua khutbah Jumat sendiri merujuk pada hadits dari Abdullah bin Umar RA yang berkata:


“Nabi SAW dahulu berkhutbah dua kali dan duduk antara keduanya.” (HR Bukhari)

Jumat hari ini (24/1) adalah Jumat terakhir bulan Rajab 1446 H. Penanggalan ini merujuk pada Kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan Kemenag RI.

Doa di Antara Khutbah Jumat Terakhir Bulan Rajab

Waktu di antara dua khutbah Jumat termasuk momen mustajab untuk berdoa. Dijelaskan dalam buku Akidah Akhlak tulisan Harjan Syuhada dan Fida’ Abdillah, pada waktu itu muslim dianjurkan untuk berdoa karena permohonannya mudah terkabul.

Disebutkan pula dalam kitab al-Fatawi-al-Fiqhiyyah al-Kubra oleh Ibnu Hajar Al Haitami, dilansir NU Online, muslim dianjurkan untuk berdoa di antara khutbah Jumat. Sebab, doa pada waktu tersebut akan diijabah. Berikut bunyi keterangannya,

“Dan dapat diambil kesimpulan dari statemen al-Qadli Husain bahwa sunnah bagi hadirin jamaah Jumat adalah menyibukan diri dengan berdoa saat duduknya khatib di antara dua khutbah, sebab telah dinyatakan bahwa berdoa pada waktu tersebut diijabah. Saat mereka berdoa, yang lebih utama adalah dibaca dengan pelan, sebab membaca dengan keras dapat mengganggu jamaah Jumat yang lain dan karena membaca dengan suara pelan adalah cara yang lebih utama dalam berdoa kecuali terdapat kondisi baru datang yang menuntut dibaca dengan keras.”

Selain itu, Buya Yahya melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV menyampaikan bahwa anjuran tersebut memang benar adanya. Doa yang dibaca bisa apa saja, namun para ulama menyarankan untuk membaca Sayyidul Istighfar.

“Dianjurkan di antara dua khutbah itu berdoa apa saja, karena itu saat dikabulnya doa. Namun, sebagian ulama menyarankan untuk membaca doa Sayyidul Istighfar,” katanya, dilihat detikHikmah pada Kamis (23/1/2025).

Doa Sayyidul Istighfar yang Dibaca di Antara Dua Khutbah

Berikut bacaan Sayyidul Istighfar yang dikutip dari buku Dahsyatnya Keajaiban Istighfar bagi Orang-orang Sibuk karya Syekh Maulana Arabi.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Arab latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta

Artinya: “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.” (HR Bukhari)

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Menyambut Bulan Sya’ban dan Amalan yang Bisa Dikerjakan Muslim


Jakarta

Dalam sebuah hadits, terdapat doa menyambut bulan Sya’ban, Rajab dan memohon dipertemukan dengan Ramadhan. Seperti diketahui, dalam hitungan hari bulan Rajab akan berakhir dan diganti dengan Sya’ban.

Dinukil dari buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, dan Haji susunan Abdillah F Hasan, Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriah. Nama Sya’ban berasal dari kata “sya’aba” yang artinya merekah. Maksud dari bulan yang merekah adalah karena letak Sya’ban yang berada di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.

Selain itu, Sya’ban juga menjadi bulan yang utama untuk mengerjakan puasa sunnah dibanding bulan lainnya kecuali Ramadhan. Menurut pendapat Ibnu Rajab, puasa yang dilakukan pada bulan Sya’ban kedudukannya setara dengan salat sunnah rawatib. Dengan demikian, Sya’ban menjadi bulan penyempurna kekurangan ibadah puasa wajib saat Ramadhan.


Doa Menyambut Bulan Sya’ban sesuai Hadits Nabi SAW

Berikut doa menyambut bulan Sya’ban menurut hadits Rasulullah SAW yang dikutip dari buku Rahasia Kedahsyatan 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa tulisan Nurhasanah Naminoleh. Doa tersebut berasal dari Anas bin Malik RA yang mengatakan Nabi SAW bersabda:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Arab latin: Allahumma barik lana fi rajaba wasya’bana waballighna ramadhana.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.” (HR Ahmad dan At-Thabrani)

Selain doa di atas, ada juga bacaan lain yang bisa diamalkan muslim. Doa ini berasal dari Thalhah bin Ubaidillah.

حَدَّثَنِي بِلَالُ بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلَالَ قَالَ اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

Artinya: “Dari Thalhal bin ‘Ubaidullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat bulan sabit beliau mengucapkan: Allahumma ahlilhu ‘alaina bilyumi wal aimaani wassalaamati wal islaam, rabbii wa rabbukallah (Terbitkanlah bulan tersebut kepada kami dengan berkah, iman, keselamatan serta Islam, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah)”

Amalan Bulan Sya’ban

Merujuk pada sumber yang sama, berikut beberapa amalan yang bisa dikerjakan muslim ketika Sya’ban.

  1. Puasa sunnah
  2. Memperbanyak sholawat
  3. Membayar utang puasa Ramadhan
  4. Memohon ampunan dan memperbanyak doa kepada Allah SWT
  5. Memperbanyak amalan saleh

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kandungan Surat Al-Furqan Ayat 74: Doa Keluarga Bahagia


Jakarta

Surat Al Furqan ayat 74 mengandung bacaan doa agar memiliki keluarga yang bahagia. Doa ini termasuk doa yang sering dipanjatkan dalam berbagai kesempatan.

Tak hanya sebagai doa, ayat ini sebetulnya merupakan sambungan dari ayat-ayat sebelumnya. Ayat-ayat dalam surat ke-25 Al-Qur’an ini merupakan ciri-ciri atau sifat ibadurrahman, yaitu hamba yang diberi kemuliaan oleh Allah SWT.

Oleh karenanya, orang yang mengamalkan bacaan doa ini insyaallah termasuk orang yang diberi kemuliaan oleh Allah.


Bacaan Al Furqan Ayat 74 dan Artinya

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Arab latin: Wallażīna yaqụlụna rabbanā hablanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yuniw waj’alnā lil-muttaqīna imāmā

Artinya: Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Adapun jika digunakan sebagai doa, maka yang dibaca adalah “rabbanā hablanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yuniw waj’alnā lil-muttaqīna imāmā.” Doa ini bisa dibaca kapan saja, terutama setelah selesai sholat.

Tafsir Surat Al Furqan Ayat 74

Berdasarkan Tafsir Kemenag RI, surat Al Furqan ayat 74 merupakan bagian dari penjelasan sifat-sifat orang yang diberi kemuliaan oleh Allah. Ada 9 sifat ibadurrahman yang dijelaskan mulai ayat 63 hingga 74.

Khusus ayat ke-74 ini menjelaskan sifat ibadurrahman yang kesembilan, yakni mereka selalu bermunajat dan memohon kepada-Nya agar dianugerahi keturunan yang saleh dan baik. Keberadaan istri dan anak yang bertakwa akan menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan, sehingga menciptakan kebahagiaan dalam keluarga.

Maka kemudian semakin banyak pula keturunan yang saleh di bumi. Doa ini juga menjadi penyeru manusia agar bertakwa, dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Maksud dari harapan agar keturunannya menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah semata-mata ingin mendapatkan jabatan, kedudukan yang tinggi, atau kekuasaan mutlak, tetapi niat tulus ikhlas agar dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa.

Sebagai generasi penerus, anak cucu juga akan melanjutkan perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Ini juga akan menjadi amal mereka walaupun sudah mati.

Hal ini sesuai sabda Rasulullah:

اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. (رواه مسلم عن ابى هريرة) “

Artinya: “Apabila seseorang mati, maka putuslah segala amalnya kecuali dari tiga macam: sedekah yang dapat dimanfaatkan orang, ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya yang dapat diambil manfaatnya oleh orang lain sesudah matinya, anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (Riwayat Muslim dari Abū Hurairah).

9 Sifat Ibadurrahman

Seperti dijelaskan di atas, ada 9 sifat ibadurrahman yang dijelaskan dalam Al-Furqan ayat 63-74. Berikut ini penjelasan 9 sifat tersebut berdasarkan Tafsir Kemenag:

  1. Bersikap tawadhu’, yakni ketika berjalan, terlihat sikap dan sifat kesederhanaan, jauh dari sifat kesombongan.
  2. Berkata lemah lembut. Jika ada orang berkata yang tidak pantas terhadap mereka, maka mereka tidak membalas dengan perkataan serupa, tetapi justru menjawab dengan ucapan baik.
  3. Malam harinya untuk beribadah. Mereka senantiasa berhubungan dengan Allah pada malam hari. Ketika manusia terlelap, mereka mengerjakan shalat Tahajud.
  4. Selalu ingat akhirat dan hari perhitungan. Mereka yakin semua amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hari akhir.
  5. Menafkahkan hartanya. Mereka tidak boros dan tidak kikir, tetapi tetap memelihara keseimbangan antara dunia dan akhirat.
  6. Tidak menyembah selain Allah. Mereka menganut tauhid murni. Ibadahnya hanya semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang.
  7. Tidak mau dan tidak pernah melakukan sumpah palsu.
  8. Ketika mendengar peringatan dari Allah, mereka akan menanggapinya dengan penuh perhatian dan kepedulian.
  9. Selalu memohon kepada-Nya agar dianugerahi istri dan keturunan yang saleh, serta menyejukkan hati.

Orang yang memiliki 9 sifat di atas akan mendapatkan ganjaran dari Allah yang dijelaskan pada ayat selanjutnya, yaitu Al-Furqan:75-76. Mereka akan ditempatkan di tempat yang paling mulia dan tinggi dalam surga.

Mereka juga akan disambut para malaikat dengan salam sebagai penghormatan kepada mereka. Allah juga menjanjikan karunia dan nikmat kepada mereka secara kekal abadi yang tiada putus-putusnya.

Wallahu a’lam.

(bai/fds)



Sumber : www.detik.com

Doa dan Dzikir Malam Isra Mi’raj 27 Rajab


Jakarta

Doa dan dzikir merupakan amalan yang dapat dikerjakan oleh umat Islam untuk menghidupkan malam Isra Mi’raj. Ada doa dan dzikir khusus yang dapat diamalkan saat malam Isra Mi’raj.

Mengutip buku 12 Bulan Mulia Amalan Sepanjang Tahun karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dikatakan bahwa malam 27 Rajab adalah waktu terjadinya Isra Mi’raj. Malam Isra Mi’raj dapat diisi oleh umat Islam dengan memperbanyak ibadah untuk menghidupkan malam tersebut.

Berdasarkan kalender Hijriyah yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag) RI 27 Rajab 1446 Hijriah tahun ini jatuh pada Senin, 27 Januari 2025. Dengan demikian, malam Isra Miraj akan dimulai pada saat matahari terbenam pada Minggu, 26 Januari 2025.


Doa dan Dzikir Malam Isra Mi’raj 27 Rajab

Ada doa dan dzikir khusus yang dapat diamalkan oleh umat Islam pada malam Isra Mi’raj. Doa ini terdapat dalam kitab Nurul Anwar wa Kanzul Abrar fi Dzikris Shalati ‘alan Nabi al-Mukhtar karya Syekh Muhammad bin Abdullah bin Hasan al-Halabi al-Qadiri. Berikut ini adalah doa dan dzikirnya menurut kitab tersebut seperti dinukil NU Online:

Doa Malam Isra Mi’raj 27 Rajab

اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ بِمُشَاهَدَةِ أَسْرَارِ الْمُحِبِّيْنَ، وَبِالْخَلْوَةِ الَّتِي خَصَّصْتَ بِهَا سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ حِيْنَ أَسْرَيْتَ بِهِ لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِيْنَ أَنْ تَرْحَمَ قَلْبِيَ الْحَزِيْنَ وَتُجِيْبَ دَعْوَتِيْ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ

Allahumma innii as’aluka bimusyāhadati asrāril muhibbīn, wabil khalwatil latii khashshashta bihaa sayyidal mursalīn hīna asraita bihī lailatassābi’i wal ‘isyrīn antarhama qalbiyal hazīna watujība da’watī yā akramal akramīn.

Artinya, “Ya Allah, dengan keagungan diperlihatkannya rahasia-rahasia orang-orang pecinta, dan dengan kemuliaan khalwat (menyendiri) yang hanya Engkau khususkan kepada pimpinan para rasul, ketika Engkau memperjalankannya pada malam 27 Rajab, sungguh aku memohon kepada-Mu agar Kau merahmati hatiku yang sedih dan Kau mengabulkan doa-doaku, wahai Yang Maha Memiliki kedermawanan.”

Mengacu sumber yang sana, berikut tata cara sebelum membaca doa malam Isra Mi’raj 27 Rajab:

  1. Melakukan sholat sunnah 2 rakaat seperti biasa. Setelah itu, membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas di rakaat pertama dan kedua.
  2. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad sebanyak 10 kali.
  3. Barulah membaca doa malam 27 Rajab disertai dengan menyebutkan segala hajat yang diinginkan.

Dzikir Malam Isra Mi’raj 27 Rajab

Selain berdoa kepada Allah SWT, umat Islam dapat melakukan dzikir. Berikut ini dzikir yang dapat diamalkan:

Istighfar

Umat Islam dapat melakukan dzikir istighfar setelah sholat Maghrib atau Isya. Berikut adalah bacaan istighfar:

أَسْتَغْفِرُ الله

Arab latin: Astaghfirullah

Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah.”

Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW, ” Barang siapa yang beristighfar kepada mukminin dan mukminat setiap hari dua puluh tujuh kali, maka ia termasuk orang-orang yang mustajab doanya. “(HR Al Hakim)

Dalam Sunan Abi Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah terdapat hadits dari Ibnu Umar RA yang menjelaskan bacaan istighfar yang biasa dilakukan Rasulullah SAW, berikut lafaznya:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Arab latin: Raabbighfir lii watub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim

Artinya: “Ya Allah Tuhanku, ampunilah aku dan berikanlah tobat atasku, sungguh Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih.”

Sayyidul Istighfar

Setelah sholat Maghrib atau Isya, umat Islam juga dapat melakukan dzikir Sayyidul Istighfar. Berikut ini lafaznya:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Arab latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta

Artinya: “Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau. Engkau yang menciptakanku sedang aku adalah hamba-Mu, dan aku diatas ikatan janji-Mu (yaitu selalu menjalankan perjanjian-Mu untuk beriman dan ikhlas dalam menjalankan amal ketaatan kepada-Mu) dengan semampuku. Aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku, dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku. Sesungguhnya, tiada yang bisa mengampuni segala dosa kecuali Engkau.” (HR Bukhari)

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com