Category Archives: Kisah

Kisah Al Qamah, Sahabat yang Saleh Namun Tersiksa Sakaratul Maut Sebab Murka Ibu



Jakarta

Rasulullah SAW memiliki seorang sahabat bernama Al Qamah. Ia dikenal sebagai sosok mukmin beriman dan taat dalam beribadah. Namun menjelang kematiannya, ia justru mengalami sakaratul maut yang cukup menyiksa.

Dikutip dari buku Kisah dan ‘Ibrah oleh Syofyan Hadi digambarkan bahwa Al Qamah adalah seorang yang sangat mulia, taat, rajin beribadah, dan ia bahkan selalu ikut bersama Rasulullah SAW dalam setiap kali peperangan yang beliau pimpin menghadapi kaum musyrik.

Al Qamah memiliki seorang ibu yang sudah tua. Ibunya menjadi wanita yang sangat ia hormati dan sayangi.


Namun sikap Al Qamah berubah saat telah menikah. Ia sangat menyayangi istrinya, sampai-sampai lupa bahwa ada sosok ibu yang harus dilimpahi kasih sayang dan perhatiannya. Apalagi sang ayah telah meninggal dunia.

Al Qamah Duhaka pada Ibunya

Mengutip buku karya Syamsuddin Abu ‘Abdillah Adz-Dzahabi dalam kitab al-Kabair diceritakan Al Qamah kemudian menderita suatu penyakit. Penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan meskipun telah dicoba menggunakan berbagai teknik pengobatan. Lambat laun, sakitnya ini membuat ia sekarat.

Semua orang yang mengenalnya, termasuk Rasulullah SAW berkumpul di rumah Al Qamah dengan tujuan melepas kepergiannya. Semua yang hadir meminta maaf sekaligus memberikan maaf kepadanya.

Kalimat tauhid pun sudah diajarkan kepadanya untuk dibaca, sementara kerabat dan sahabat yang lain membacakan surat Yasin di rumahnya. Namun hari berganti, Al Qamah tak juga menghembuskan napas terakhirnya.

Akhirnya Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Siapa lagi yang belum datang memberikan maaf pada Al Qamah?”

Ternyata yang belum datang memberi maaf kepada Al Qamah adalah ibunya sendiri. Maka Rasulullah SAW mengirim utusan untuk menjemput ibu Al Qamah agar datang ke rumah anaknya yang sedang sekarat dan memberi maaf jika dia pernah berbuat salah.

Dua orang sahabat pergi menemui ibunda Al Qamah dan memberitahukan keadaan anaknya. Ibunya kemudian diminta untuk datang memberikan maaf kepada anaknya. Akan tetapi, ibunya menolak untuk datang dan memberikan maaf.

Pulanglah dua orang sahabat itu menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan jawaban ibu Al Qamah.

Rasulullah SAW didampingi beberapa sahabat langsung pergi menemui ibu Al Qamah tersebut. Setelah sampai, Rasulullah SAW mengucapkan salam kepadanya dan mengatakan, bahwa Al Qamah anaknya sudah beberapa hari sekarat. Oleh karena itu, Rasulullah SAW meminta agar ibunya datang dan memberikan maaf kepada anaknya.

Saat sang ibu berhasil dijemput, Rasulullah SAW bertanya, “Apa tingkah Al Qamah yang memberatkan dirinya ini? Jika ada dosa terhadap ibu sendiri, maka perlu dimaafkan.”

Sang ibu lalu menyebut bahwa Al Qamah merupakan anak yang baik dan taat kepada Allah SWT. Ia menceritakan terkait anaknya yang telah berumah tangga dan tidak lagi memperhatikan dirinya.

Al Qamah hendak Dibakar

Murka sang ibulah yang membuat lidah Al Qamah kelu untuk mengucap syahadat. Rasulullah SAW kemudian berseru, “Kalau begitu, ayo para sahabat kumpulkan kayu bakar yang banyak, supaya Al Qamah dibakar saja.”

Mendengarkan kabar bahwa anaknya akan dibakar, menangislah perempuan tua itu dan segeralah dia pergi menemui anaknya, memeluknya dan menangis sambil memberikan maaf atas kesalahan anaknya itu.

Setelah mendapat maaf dari sang ibu, Al Qamah kemudian meninggal dengan tenangnya setelah mengucapakan kalimat syahadat.

Dari kisah Al Qamah, kita dapat mengambil pelajaran berharga. Orang tua tidak meridhai seorang anak, maka Allah SWT pun tidak meridhainya. Betapapun shalih dan banyaknya amalan seseorang, jika hubungan dengan orang tuanya tidak baik, maka sia-sialah kebaikannya yang banyak itu.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah yang Penuh Hikmah


Jakarta

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA merupakan salah satu kisah cinta yang paling agung dalam sejarah Islam. Kisah ini terjadi saat Rasulullah SAW berusia 25 tahun.

Dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nabi Muhammad SAW merupakan pemuda yang memiliki akhlak baik dan bekerja sebagai pedagang, sedangkan Khadijah RA merupakan seorang janda 40 tahun yang terpandang, cantik, kaya, terhormat, dan dikenal sebagai pedagang yang sukses.

Pertemuan pertama antara Khadijah RA dan Nabi Muhammad SAW terjadi ketika Khadijah RA mempekerjakan Nabi Muhammad SAW untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Nabi Muhammad SAW pun pergi ke Syam bersama pelayan Khadijah RA yang bernama Maisarah. Mereka mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari hasil penjualan tersebut.


Maisarah mengabarkan kepada Khadijah RA tentang sifat mulia, kecerdikan, dan kejujuran Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut membuat Khadijah RA kagum dan tertarik dengan Nabi Muhammad SAW.

Khadijah RA meminta rekannya, Nafisah binti Munyah, untuk menemui Nabi Muhammad SAW dan membuka jalan agar beliau mau menikah dengannya. Nabi Muhammad SAW pun menerima tawaran tersebut dan menemui paman-pamannya. Kemudian paman Nabi Muhammad SAW menemui paman Khadijah RA untuk mengajukan lamaran.

Setelah semua dianggap selesai, maka pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah pun dilaksanakan dengan maskawin 20 ekor unta.

Khadijah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain sampai Khadijah RA meninggal.

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya Sirah Nabawiyah Jilid 1 mengemukakan, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA mendapat karunia dua anak laki-laki dan empat anak perempuan.

Anak pertama laki-laki bernama Al-Qasim dan anak kedua bernama Abdullah. Mereka wafat pada saat masih kecil. Adapun, anak perempuan mereka bernama Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, da Fathimah. Mereka semua masuk Islam dan ikut hijrah ke Madinah serta menikah.

Hikmah dari Kisah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, bahwa dari kisah pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA di atas memiliki beberapa hikmah, di antaranya:

  • Berdagang dengan Cara Amanah dan Jujur

Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA menerapkan cara untuk berdagang dengan amanah dan jujur. Hal tersebut memberikan keuntungan yang cukup besar. Allah SWT menganugerahkan berkah kepada Khadijah melalui usaha yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW.

  • Berdagang Merupakan Sumber Penghasilan atau Rezeki

Nabi Muhammad SAW sebelum diutus menjadi nabi dan rasul melakukan kegiatan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya. Beliau selalu mempelajari dunia bisnis dari pamannya.

  • Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA adalah takdir Allah SWT

Allah SWT telah memilih Khadijah RA untuk dijadikan istri Nabi Muhammad SAW. Khadijah RA diharapkan akan meringankan beban kehidupan ekonomi Nabi Muhammad SAW dan membantu beliau dalam mengemban Islam, serta menemani duka Nabi Muhammad SAW.

  • Pernikahan Bukan Sekadar untuk Kenikmatan Biologis

Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah RA yang berusia 40 tahun, yakni lebih tua dari usia Nabi Muhammad SAW. Beliau menikah dengan Khadijah RA karena dia adalah wanita terhormat dan terpandang di tengah kaumnya. Khadijah RA juga memiliki predikat sebagai wanita suci dan terjaga kehormatannya.

Hikmah di Balik Wafatnya Putra Nabi dan Khadijah

Terdapat hikmah dibalik wafatnya kedua putra mereka yang belum menginjak dewasa. Allah SWT telah menganugerahkan mereka anak laki-laki agar tidak menjadi bahan cemooh karena tidak bisa memberikan keturunan anak laki-laki.

Meskipun Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA mendapatkan ujian berat ini, mereka tetap tabah menerimanya karena hal ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pemberian Nama Nabi Muhammad yang Berawal dari Mimpi



Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir untuk umat manusia yang membawa ajaran yang menyempurnakan ajaran-ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya. Ada kisah tersendiri di balik pemberian nama Nabi Muhammad SAW.

Kisah lahirnya Nabi Muhammad SAW merupakan hal yang sangat menakjubkan bagi seluruh alam dan tidak hanya kepada manusia.

Nabi Muhammad SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah, 570 M, seabagaimana dijelaskan oleh Yoli Hemdi dalam bukunya yang berjudul Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Qur’an.


Di hari kelahiran beliau, semua orang dan keluarga sangat berbahagia. Bahkan pamannya, Abu Lahab, mengirimkan budaknya Tsuwaibah untuk menyusui Nabi Muhammad selama beberapa hari. Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib juga sangat gembira mendengar kelahiran cucu dari putra yang paling dia cintai, Abdullah, yang sudah lebih dahulu wafat.

Setelah lahir ke dunia ini, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Ka’bah. Ia lalu memberi nama bayi itu “Muhammad” yang memiliki arti “terpuji.”

Sementara itu, dalam buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-Sumber yang Otentik oleh DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, menyebutkan bahwa Aminah, ibunda Rasulullah SAW, memberi beliau nama “Ahmad.”

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Ali RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Aku diberi nama Ahmad.”

Dalam riwayat lain, al-Waqidi yang sanadnya bersambung kepada Abu Ja’far Muhammad ibn Ali, Ibnu Sa’ad menceritakan, “Ketika tengah mengandung Muhammad, Aminah diperintahkan untuk memberi nama Ahmad bagi bayi yang dikandungnya.”

Selain itu, Abu Nu’aim meriwayatkan, Buraidah dan Ibnu Abbas berkata, “Aminah bermimpi dalam tidurnya. Ia mendengar seseorang berkata kepadanya, ‘Engkau sedang mengandung manusia paling suci dan penghulu seluruh alam semesta ini. Maka, apabila engkau telah melahirkannya, berilah anakmu itu nama Ahmad, Muhammad,…, dan seterusnya.'”

Terdapat pula riwayat lain yang memperkuat riwayat di atas. Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi dalam kitab ad-Dalâ’il meriwayatkan, Aminah mengaku pernah didatangi oleh seseorang ketika dirinya sedang mengandung Muhammad.

Orang itu berkata kepadanya,

“Apabila anak ini telah lahir, berilah ia nama Muhammad. Sesungguhnya namanya di dalam kitab Taurat dan Injil adalah Ahmad. Semoga dengan nama itu ia dipuji oleh seluruh penghuni langit dan bumi. Sedangkan namanya di dalam al-Qur`an adalah Muhammad.” Demikianlah, maka Aminah pun menamai bayinya Muhammad.

Pada akhir riwayat dijelaskan, ia memberitahukan kepada mertuanya, Abdul Muthalib, tentang perintah yang mengharuskan dirinya memberi nama Muhammad untuk bayi yang lahir dari rahimnya.

Setelah mendengar pernyataan dari menantunya Aminah, Abdul Muthalib lalu melontarkan sebuah syair yang akhir baitnya berbunyi, “…nama Ahmad telah terukir di lisan setiap insan.” Ibnu Asakir turut meriwayatkan hal ini.

Nama Nabi Muhammad SAW adalah nama yang dipilihkan langsung oleh Allah SWT. Nama “Ahmad” adalah nama yang langsung disebutkan oleh Allah SWT untuk beliau sedangkan nama Muhammad adalah pemberian dari kakek beliau, jelas buku Ajari Anakmu Berenang, Berkuda, dan Memanah karya Yuli Farida.

Nama “Ahmad” tertera dalam firman Allah SWT dalam surah Ash-Shaff ayat 6 yang berbunyi,

وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

Artinya: (Ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang utusan Allah yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Nabi Muhammad).” Akan tetapi, ketika utusan itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Makam Ibu Nabi Muhammad di Al-Abwa, Desa di antara Makkah dan Madinah



Jakarta

Nabi Muhammad SAW lahir dari sepasang suami istri yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Beliau lahir pada 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah 570 Masehi.

Seperti yang sudah diketahui, Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang yatim piatu sejak masih kanak-kanak. Beliau lebih dulu ditinggal oleh ayahnya sebelum pernah melihat wajahnya, kemudian ditinggal wafat oleh ibunya.

Lantas, di mana ibu Nabi Muhammad SAW dimakamkan? Berikut sejarah singkatnya.


Cerita masa kecil Nabi Muhammad SAW dimulai ketika Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW, memilihkan istri untuk anak tersayangnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, tulis Daeng Naja dalam bukunya yang berjudul Hidup Bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang ditulis oleh .

Abdul Muthalib memilihkan seorang gadis terhormat dari kalangan Quraisy, baik dari hal nasab (garis keturunan) maupun martabatnya. Wanita itu adalah putri dari pemuka Bani Zahrah yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zahrah bin Kilab.

Setelah menjalani hubungan pernikahan selama beberapa bulan, Abdullah bin Abdul Muthalib pergi ke Yatsrib (Madinah) karena dikirim oleh ayahnya untuk mengurusi kurma di sana.

Takdir berkata lain, ketika tiba di Yatsrib, Abdullah jatuh sakit dan tidak bisa tertolong. Ia akhirnya wafat di usia yang sangat muda, yakni pada umur 25 tahun. Ia dimakamkan di suatu tempat bernama Dar an-Nabighah al-Ja’dl. Tanpa dia sadari, ia wafat meninggalkan istrinya yang ternyata sedang mengandung anaknya.

Aminah binti Wahab yang mendengar wafatnya sang suami merasa sangat terpukul dan sedih. Apalagi dirinya sedang mengandung anak pertama. Meski demikian, saat kehamilannya ia lalui tanpa ada rasa susah dan berat sedikit pun.

“Aku tidak merasa sedang hamil, tidak pula merasa lelah seperti biasa dialami wanita hamil. Hanya aku heran mengapa haidku berhenti”, ujar Aminah.

Ibnu Hisyam mengatakan, ketika Aminah binti Wahab sedang hamil, ia didatangi oleh seseorang seraya berkata kepadanya,

“Sungguh, engkau mengandung bayi yang kelak menjadi pemimpin umat. Apabila bayimu lahir, ucapkanlah, ‘Aku memohonkan perlindungan baginya kepada Yang Maha Esa dan kejahatan setiap pendengki,’ dan namai dia Muhammad.”

Tanda-tanda kenabian pada bayi yang dikandung Aminah itu juga terlihat karena sebuag cahaya yang sangat terang keluar dari dalam diri Aminah dan mampu menyinari istana Basra di Syam.

Lalu, bayi yang dikandung oleh Aminah binti Wahab tersebut pun lahir pada hari Senin malam, 12 Rabiul Awal, di Makkah pada tahun 570 Masehi.

Setelah lahir, Muhammad disusui oleh seorang perempuan bernama Tsuwaibah selama beberapa hari sebelum datang ibu susuan lain bernama Halimatus Sa’diyah. Muhammad kecil lalu diasuh oleh Halimatus Sa’diyah hingga usianya kurang lebih mencapai 4-5 tahun, sebagaimana dijelaskan dalam buku Be Smart PAI yang disunting oleh Ahmad Dimyati.

Baru setelah itu Muhammad diasuh oleh ibundanya sendiri, Aminah binti Wahab tanpa adanya sosok ayah.

Makam Ibunda Nabi Muhammad SAW

Diambil dari sumber sebelumnya, Nabi Muhammad SAW menjadi seorang anak yatim piatu saat usianya menginjak enam tahun.

Saat itu, Siti Aminah mengajak Muhammad kecil untuk pergi ke Yatsrib (Madinah) untuk menziarahi sanak saudaranya dari pihak ibu, sekaligus menziarahi makam suaminya atau ayah Muhammad, Abdullah.

Perjalanan ini juga disertai oleh Ummu Aiman yang merupakan pembantu dari Aminah dan Abdullah. Siti Aminah dan putranya beserta Ummu Aiman tinggal di Yatsrib hingga sebulan lamanya. Setelah itu, mereka bertolak kembali menuju Makkah.

Di tengah perjalanan kembali ke Makkah dari Madinah, tepatnya di desa Abwa, Aminah akhirnya jatuh sakit.

Sakit itu tidak kunjung sembuh dan berujung pada wafatnya ibunda Nabi Muhammad SAW, Aminah. Sehingga ibunda Nabi Muhammad SAW dimakamkan di Abwa.

Sepeninggal ibunda Nabi Muhammad SAW, beliau lantas diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib di kota Makkah. Beliau sangat dicintai oleh kakeknya tersebut melebihi cintanya pada anak-anaknya yang lain.

Menurut Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, setelah Siti Aminah wafat, Nabi Muhammad SAW diasuh juga oleh Ummu Aiman. Ummu Aiman menjadi seorang perempuan yang berarti bagi hidup Nabi Muhammad SAW dan beliau memanggil Ummu Aiman juga sebagai ibu

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abdullah bin Hudzafah, Sahabat Nabi yang Jadi Tawanan Romawi


Jakarta

Kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah Islam yang membawa inspirasi, pengajaran, dan teladan bagi umat Islam hingga hari ini. Tak terkecuali kisah Abdullah bin Hudzafah.

Abdullah bin Hudzafah adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang memiliki pengalaman istimewa dalam perjalanan hidupnya. Ia pernah menjadi seorang tawanan.

Kisah Abdullah bin Hudzafah

Dikutip dari buku Lembaran Kisah Mutiara Hikmah karya Dian Erwanto, Abdullah bin Hudzafah merupakan salah satu sahabat nabi yang menjadi panglima muslim dalam pembukaan Kota Syam.


Abdullah bin Hudzafah diutus untuk menjalankan misi penting, yaitu memerangi penduduk kaisar di Palestina di tepi tengah laut. Namun atas takdir Allah SWT, misinya gagal dan ia ditangkap oleh tentara Romawi.

Dikutip dari buku 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah karya Imam Ibnul Jauzi, terjadilah dialog antara Abdullah dengan pemimpin Romawi.

Pemimpin Romawi tersebut meminta Abdullah untuk meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen. Namun, karena Abdullah menolaknya, dia hendak dilemparkan ke dalam kuali yang berisi minyak mendidih.

Sesaat sebelum Abdullah dilempar ke kuali tersebut, ia ketakutan dan menangis. Pemimpin Romawi mengangkatnya.

Abdullah berkata, “Kalian pikir saya menangis karena takut?! Sama sekali bukan, tapi saya menangis karena saya hanya punya satu jiwa saja. Saya sangat berharap seandainya saya punya seratus jiwa dan semuanya dibunuh dalam kondisi seperti ini, yaitu ketika berjuang di jalan Allah.”

Pemimpin Romawi tersebut kagum dan takjub mendengarnya, dan dia kembali meminta Abdullah untuk memeluk Kristen. Namun, Abdullah tetap menolaknya. Pemimpin Romawi itu kemudian menawarkan akan membebaskan Abdullah dengan syarat mau mencium kepalanya.

Abdullah pun menyanggupi tawaran tersebut. Pemimpin Romawi itu membebaskan Abdullah dan 80 tawanan muslim lainnya.

Sepulang dari Romawi, Umar bin Khaththab mencium kepala Abdullah bin Hudzafah sebagai bentuk penghargaan.

Sejak saat itulah, Abdullah bin Hudzafah menjadi candaan para sahabat. Para sahabat berkata, “Engkau pernah mencium kepala ilj (sebutan untuk perwira kafir ajam yang bertubuh besar, kekar, dan kuat.)”

Pelajaran dari Kisah Abdullah bin Hudzafah

Kisah Abdullah bin Hudzafah di atas menyimpan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam, beberapa di antaranya,

Kisah Abdullah bin Hudzafah mengajarkan umat Islam mengenai betapa pentingnya keteguhan dalam keimanan meskipun telah menghadapi beberapa ujian yang sangat berat.

  • Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan

Abdullah bin Hudzafah merupakan contoh nyata kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kesetiaan tersebut merupakan salah satu nilai penting dalam Islam.

  • Komitmen dalam Perjuangan

Meskipun Abdullah bin Hudzafah menghadapi ujian keimanan yang berat, beliau tetap berkomitmen untuk memeluk Islam dan tidak melepaskannya meskipun ia tahu bahwa akan mendapatkan siksaan dari pemimpin Romawi jika tidak memeluk Kristen.

  • Pengorbanan untuk Kebenaran

Kisah Abdullah bin Hudzafah merupakan salah satu kisah dengan pengorbanan yang besar. Ia rela mengorbankan dirinya demi melindungi Nabi Muhammad SAW dan agama Islam

  • Inspirasi bagi Generasi Selanjutnya

Kisah hidup Abdullah bin Hudzafah adalah inspirasi bagi generasi Muslim selanjutnya. Ia menunjukkan bagaimana seorang individu dapat berubah menjadi pribadi yang saleh dan bermanfaat bagi umat Islam.

Kisah Abdullah bin Hudzafah adalah salah satu cerita dalam sejarah Islam yang menginspirasi dan memberikan banyak pelajaran berharga. Kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan dalam keimanan yang ia tunjukkan bisa menjadi teladan bagi umat Islam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Uwais Al Qarni, Sosok Pemuda yang Terkenal di Langit


Jakarta

Pelajaran tentang ketakwaan, keimanan, dan kebaktian seseorang juga bisa dicontoh hanya dari seorang pemuda biasa bernama Uwais Al Qarni. Ia merupakan pemuda yang terkenal di langit karena keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Uwais Al-Qarni adalah seorang pemuda dari Yaman yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Akhmad Mahmudi, Uwais bukan orang yang kaya, melainkan hanya seorang fakir dan yatim yang hanya hidup berdua dengan ibunya yang lumpuh dan buta.

Sehari-hari, Uwais hidup dengan mengandalkan penghasilannya dari menggembala domba. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan ibunya. Sedangkan apabila ada kelebihan, terkadang ia gunakan untuk menolong tetangganya yang juga kesusahan.


Selebihnya Uwais sering berpuasa. Hidupnya hanya ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT dan berbakti kepada ibunya, karena ayahnya sudah lama meninggal.

Uwais Al Qarni Datangi Nabi Muhammad SAW

Uwais merasa sangat sedih setiap kali melihat tetangganya yang lepas pergi menemui Nabi Muhammad SAW. Ia belum pernah menemui beliau padahal dirinya sangat ingin bertemu. Namun, di saat yang sama ibunya tidak bisa ia tinggalkan.

Saking cintanya kepada Nabi Muhammad SAW, ketika ia mendengar ada yang melempari Rasulullah SAW hingga membuat giginya patah, Uwais turut mematahkan giginya dengan batu hingga patah.

Hal ini ia lakukan sebagai bentuk kecintaannya yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW yang bahkan belum pernah ia temui itu. Ia selalu bertanya-tanya, kapankah ia bisa bertemu dan memandangi wajah beliau dari dekat.

Akhirnya, pada suatu hari ia ungkapkan semua isi hatinya kepada ibunya dan meminta izin untuk bisa bertemu dengan Nabi Muhamamd SAW. Ibunya pun mengizinkannya untuk pergi ke Madinah.

Ibunya berpesan kepada Uwais, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Dengan hati yang sangat gembira, ia akhirnya tiba di Madinah. Di depan pintu rumah Nabi Muhammad SAW, ia mengetuknya. Setelah pintu dibuka, ternyata yang menyambutnya bukan Rasulullah SAW sendiri, melainkan Aisyah RA. Saat itu nabi sedang berada dalam peperangan sehingga beliau tidak bisa menemuinya.

Uwais sangat kecewa. Bahkan ketika sampai di rumah nabi ia belum juga bisa menemui beliau. Ia ingin sekali menunggu nabi pulang dari medan perang, namun ia teringat dengan pesan ibunya yang menyuruhnya segera pulang ketika sudah bertemu beliau.

Dengan berat hati, akhirnya Uwais memilih untuk mematuhi ibunya dan kembali pulang tanpa pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW pulang dari pertempuran, beliau menanyakan kepada Aisyah RA tentang orang yang mencarinya dan ia pun menceritakannya kepada nabi.

Aisyah RA menjelaskan bahwa ada seorang pemuda dari Yaman yang datang ingin berjumpa dengan Rasulullah SAW. Namun, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan, ia tidak bisa menunggu kedatangan nabi dan memilih untuk pulang.

Nabi Muhammad SAW lalu menjelaskan bahwa pemuda itu adalah penghuni langit. Beliau juga menceritakan kepada para sahabat, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”

Beliau juga menyarankan untuk meminta doa dan istighfar darinya, sebab ia adalah penghuni langit dan bukan penduduk bumi.

Bertahun-tahun kemudian, khalifah Umar RA ingat dengan sabda Nabi SAW tentang pemuda yang terkenal di langit. Sejak saat itu, Umar RA selalu mencari kehadirannya dalam rombongan kalifah yang datang dari Yaman. Hingga suatu saat ia benar-benar bertemu dengan pemuda tersebut.

Khalifah Umar RA dan Ali RA datang ke perkemahan Uwais dan datang menemuinya. Keduanya lalu membuktikan perkataan Nabi SAW tentang tanda di telapak tangan Uwais. Dan benar saja, tanda putih itu ada padanya.

Umar RA dan Ali RA lantas meminta Uwais untuk membacakan doa dan istighfar untuk mereka, namun ditolak oleh Uwais, seraya berkata, “Sayalah yang harus meminta doa pada kalian.” Lalu, Umar RA dan Ali RA tetap meminta untuk didoakan. Akhirnya Uwais melakukannya.

Setelah itu, Umar RA hendak memberikan jaminan hidup kepada Uwais. Namun lagi-lagi tawaran itu ditolak olehnya. Ia berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Wafatnya Uwais Al Qarni

Beberapa tahun kemudian, Uwais meninggal dunia. Anehnya, proses pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang yang berebut untuk merawat jenazahnya.

Penduduk Kota Yaman tercengang. Orang-orang yang mendatangi pemakaman Uwais bukanlah orang yang mereka kenal. Padahal semasa hidupnya, ia sangat miskin dan tidak memiliki apa-apa. Lantas bagaimana bisa ribuan manusia ini datang untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

Berita tentang keanehan pemakaman Uwais Al Qarni ini menyebar dengan luas. Akhirnya penduduk Yaman tahu bahwa Uwais Al Qarni ternyata bukanlah penduduk bumi, ia adalah pemuda yang terkenal di langit. Dan manusia-manusia tadi adalah malaikat yang dikirim oleh Allah SWT kepadanya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Singkat 25 Nabi dan Rasul yang Wajib Diketahui



Jakarta

Islam mengenal 25 nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia. Setiap nabi dan rasul memiliki kisah dan mukjizatnya sendiri yang menjadi teladan bagi umat Muslim.

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, berikut adalah kisah singkat dan mukjizat dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui.

1. Nabi Adam AS

Nabi Adan AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Adam diberi tugas oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi, mengajarkan nama-nama segala sesuatu, dan beribadah kepada-Nya.


Mukjizat ataupun keistimewaan yang diberikan kepada Nabi Adam AS yaitu diciptakan langsung melalui Tangan-Nya, ditiupkan langsung roh ciptaan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya, lalu diajarkan langsung oleh Allah SWT nama-nama segala sesuatu.

2. Nabi Idris AS

Nabi Idris AS merupakan orang pertama yang menulis dengan menggunakan alat tulis. Beliau juga merupakan manusia pertama yang diberikan tanggung jawab kenabian setelah Nabi Adam dan Seth.

3. Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS adalah nabi yang diutus Allah SWT untuk memperingatkan kaumnya tentang kemusyrikan mereka.

Mukjizat Nabi Nuh AS adalah membuat bahtera atau kapal besar untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari banjir besar yang diturunkan Allah SWT sebagai hukuman atas perbuatan orang-orang yang ingkar.

4. Nabi Hud AS

Allah SWT mengutus Nabi Hud AS untuk menjadi seorang nabi yang membimbing kaumnya yang tinggal di daerah yang dikenal sebagai Ad agar kembali ke jalan Allah SWT. Kaum Ad merupakan penyembah berhala pertama setelah bencana banjir.

Mukjizat Nabi Hud AS yaitu selamat dari azab yang Allah SWT berikan kepada kaum Ad.

5. Nabi Saleh AS

Kaum Nabi Saleh AS yang bernama Kaum Tsamud merupakan kaum penyembah berhala. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nabi Saleh AS untuk menjadi seorang nabi dan mengajak kaumnya untuk beribadah kepada-Nya.

Mukjizat Nabi Saleh AS yaitu mengeluarkan unta betina dari dalam batu besar dengan izin Allah SWT.

6. Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim AS menjadi salah satu nabi yang paling dihormati dalam Islam. Allah SWT menguji kesetiaannya dengan berbagai ujian, termasuk perintah untuk mengorbankan putranya, Ismail. Namun Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba sebagai pengorbanan.

Mukjizat Nabi Nuh AS yaitu kebal ketika dibakar api oleh Raja Namrud.

7. Nabi Luth AS

Allah SWT mengutus Nabi Luth AS untuk menyampaikan ajarannya kepada kaum Sodom, kaum yang dikenal dengan perbuatan buruk mereka termasuk homoseksual. Karena kaum Sodom ini menentang ajaran Nabi Luth AS, maka Allah SWT memberikan azab kepada kaum Sodom dan menjadikan tempat tinggal mereka menjadi danau berbau yang tidak bermanfaat.

Mukjizat Nabi Luth AS adalah diamankan dari kehancuran ketika Allah SWT menghancurkan kaumnya yang terlibat dalam perbuatan homoseksual.

8. Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS merupakan putra dari Nabi Ibrahim AS yang hampir dikorbankan sebagai tanda ketaatan Ibrahim kepada Allah SWT. Namun Allah SWT telah menggantinya dengan seekor domba.

Mukjizat Nabi Ismail AS yaitu kakinya mengeluarkan mata air zamzam dan kisahnya merupakan perintah untuk berkurban.

9. Nabi Ishaq AS

Nabi Ishaq AS adalah putra Nabi Ibrahim AS yang menikah dengan Ribka dan memiliki dua putra kembar dalam usia lebih dari 40 tahun.

Mukjizat Nabi Ishaq AS yaitu mendapat keturunan dalam usia tua.

10. Nabi Yaqub AS

Nabi Yaqub AS merupakan putra kedua Nabi Ishaq AS. Yaqub AS memiliki saudara kembar yang bernama Esau, dimana Esau sangat iri kepada Yaqub AS karena lebih dimanja oleh ayahnya, Nabi Ishaq AS. Karena ibu mereka tau bahwa Esau ingin mencelakai Ishaq AS, maka beliau meminta Ishaq AS untuk pergi ke Harran.

Namun, setelah kembali dari Harran, Esau membawa 400 bala tentara guna melawan Yaqub AS. Nabi Yaqub pun berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Ketika Yaqub AS berhadapan dengan Esau, Esau langsung menghampirinya, memeluknya, dan menciumnya. Mereka pun larut dalam tangisan.

Mukjizat Nabi Yaqub AS adalah memiliki umur panjang (180 tahun).

11. Nabi Yusuf AS

Nabi Yusuf AS merupakan salah satu putra Nabi Yaqub AS yang diutus oleh Allah SWT menjadi nabi. Beliau dimusuhi oleh sebelas saudaranya karena hanya dia lah yang tertampan, mendapatkan wahyu dari Allah SWT, dan diutus menjadi nabi.

Karena itulah saudara Nabi Yusuf AS membuangnya ke dalam sumur, namun dia diselamatkan oleh para sahabat.

Mukjizat Nabi Yusuf AS adalah memiliki doa yang mustajab dan berwajah tampan.

12. Nabi Ayub AS

Nabi Ayub AS merupakan nabi yang diuji Allah SWT dengan penyakit kulit yang sangat parah. Namun beliau dengan sabar dan tabah dengan ujian tersebut. Akhirnya Allah SWT pun mengangkat ujian tersebut dan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada Nabi Ayub AS.

Mukjizat Nabi Ayub AS adalah memiliki kesabaran yang besar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Ketika Nabi Ayub AS menghentakkan kaki ke tanah, keluarlah mata air yang dingin dan menyembuhkan penyakitnya itu.

13. Nabi Syu’aib AS

Allah SWT mengutus Nabi Syu’aib AS untuk mengajak kaum Madyan agar mengikutinya dan meyakini Allah SWT sebagai tuhan untuk disembah. Nabi Syu’aib juga memerintahkan kaum Madyan agar menghentikan penipuan dalam perdagangan dan menghormati hak-hak orang lain.

Nabi Syu’aib AS memiliki mukjizat seperti mampu mendatangkan azab atas izin Allah SWT.

14. Nabi Musa AS

Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk membebaskan para budak Bani Israel dari Fir’aun.

Nabi Musa AS memiliki mukjizat yang berupa tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular dan membelah Laut Merah. Dengan itu, Nabi Musa AS dan budak Bani Israel dapat terbebas dari kejaran Fir’aun.

15. Nabi Harun AS

Nabi Harun AS merupakan sepupu Nabi Musa AS yang menemaninya melawan Fir’aun. Nabi Harun AS juga membersamai Nabi Musa AS dan kaum Bani Israel ketika dikejar Fir’aun.

Allah SWT telah mengkaruniai Nabi Harun AS kemampuan bahasa yang baik.

16. Nabi Zulkifli AS

Dikutip dari buku Kisah Teladan dan Inspiratif 25 Nabi & Rasul karya Anita Sari, dkk,, Nabi Zulkifli AS merupkan nabi yang selalu jujur dan menepati janji sehingga doanya selalu dikabulkan. Nabi Zulkifli AS merupakan satu-satunya orang yang mampu memenuhi persyaratan yang diminta rajanya untuk berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.

17. Nabi Daud AS

Nabi Daud AS merupakan seorang nabi yang menjadi raja yang adil dan bijaksana. Nabi Daud AS memiliki bahasa yang baik dan mampu berdakwah dengan gemilang. Beliau juga pandai dalam mengolah besi.

18. Nabi Sulaiman AS

Nabi Sulaiman AS merupakan seorang raja yang adil dan bijaksana. Beliau memiliki mukjizat mampu berdialog dengan hewan seperti burung dan semut.

19. Nabi Ilyas AS

Allah SWT mengutus Nabi Ilyas AS untuk mengajak penduduk Ba’labak agar kembali ke jalan Allah SWT dan meninggalkan berhala.

20. Nabi Ilyasa AS

Nabi Ilyasa AS mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk berdakwah kepada umatnya, Bani Israel, agar kembali ke jalan Allah SWT.

21. Nabi Yunus AS

Allah SWT mengutus Nabi Yunus AS untuk mengajak kaumya di Ninawi (wilayah Mosul) agar beriman kepada Allah SWT. Namun karena tidak ada yang mendengar Nabi Yunus, maka Allah SWT memberikan azab kepada kaum Nabi Yunus AS tersebut.

Nabi Yunus berlayar ke lautan. Namun karena kapal tersebut kelebihan beban, maka Nabi Yunus terjun ke laut karena undian yang dilakukan oleh para penumpang kapal itu.

Allah SWT pun mengutus seekor ikan paus untuk menelan Nabi Yunus AS tanpa memakan atau meretakkan tulangnya. Nabi Yunus AS masih hidup ketika sudah berada di perut ikan paus tersebut dan beliau senantiasa bertasbih.

Ikan paus tersebut lalu melemparkan Nabi Yunus AS ke daratan hingga ia merasa kesakitan.

22. Nabi Zakaria AS

Nabi Zakaria merupakan seorang nabi yang belum memiliki keturunan dalam usia yang tua. Karena itulah, Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan. Allah SWT pun mengabulkan doanya dan menganugrahkan seorang putra yang saleh.

23. Nabi Yahya AS

Nabi Yahya AS adalah putra Nabi Zakaria AS yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah SWT telah memerintahkan Nabi Yahya AS untuk menjalankan lima perintah.

Perintah tersebut yaitu selalu menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukannya, selalu melaksanakan sholat, selalu melaksanakan puasa, selalu membayar zakat, dan selalu mengingat Allah SWT dan berdzikir.

24. Nabi Isa AS

Nabi Isa AS dilahirkan oleh Maryam tanpa ayah. Maryam merupakan seorang perempuan yang tidak pernah menikah atau bersentuhan dengan laki-laki. Hal ini merupakan mukjizat.

Nabi Isa AS berjuang menyiarkan agama yang benar dan membongkar kesalahan serta kesesatan pendeta-pendeta Yahudi yang telah menyimpang.

25. Nabi Muhammad AS

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nabi Muhammad AS merupakan nabi terakhir dan penutup dari para nabi. Sejak kecil, beliau telah menjadi seorang yatim piatu. Setelah tumbuh besar, beliau diutus Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dalam menyebarkan agama Islam, beliau menghadapi segala cobaan namun beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Nabi Muhammad menjadi panutan dari seluruh umat Islam di seluruh dunia.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ayah Nabi Muhammad SAW saat Hampir Disembelih



Jakarta

Suatu kisah menceritakan, ayahanda Rasulullah SAW, Abdullah, pernah hampir disembelih oleh ayahnya sendiri atau kakek Rasulullah SAW yang bernama Abdul Muthalib RA. Bagaimana kisah selengkapnya?

Dikutip dari buku Hidup Bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang ditulis oleh Daeng Naja, kisah ini berawal dari mimpi Abdul Muthalib RA tentang keberadaan sumur zamzam yang telah lama hilang.

Suatu ketika, diceritakan, sumur zamzam pernah hilang dan tidak bisa ditemukan. Kaum Jurhum-lah yang menguburnya karena tidak mau suku Khuza’ah memanfaatkannya. Hingga tibalah suatu hari. Abdul Muthalib RA bermimpi tentang tempat di mana sumur itu berada.


Setelah mengetahui letaknya, Abdul Muthalib RA pun bergegas ke lokasi untuk mencari dan menggalinya. Ternyata benar di situ keberadaan sumur zamzam yang selama ini hilang. Saat menggali, ia juga menemukan pedang, perisai, baju besi, dan dua pangkal pelana dari emas yang selanjutnya ia pajang di pintu Ka’bah.

Sebagai penemu, Abdul Muthalib RA akhirnya menjadi satu-satunya pengurus sumur zamzam. Ia bertugas untuk menyediakan air bagi para jemaah haji.

Orang-orang mulai tidak suka dan ingin juga mengurusi sumur tersebut. Namun, ketika mereka hendak membantu mengurusi sumur zamzam, Abdul Muthalib RA menolak dan tidak mengizinkannya. Akhirnya orang-orang Quraisy menyeretnya ke pinggiran Syam karena tidak terima dengan penolakan Abdul Muthalib RA.

Di tengah perjalanan mereka kehabisan air. Pada momen itulah hanya Abdul Muthalib RA seorang yang memperoleh air dari Allah SWT dan tidak dengan yang lain.

Sejak saat itu, orang-orang Quraisy percaya bahwa Abdul Muthalib RA memang pantas menjadi pengurus sumur zamzam.

Namun tidak lama, kekhawatiran baru mulai muncul. Ia menyadari bahwa dirinya hanya memiliki satu orang anak laki-laki yang bisa membantu dan meneruskan mengurusi sumur tersebut. Lalu bagaimana jika dirinya sudah tidak ada?

Abdul Muthalib RA pun bernazar kepada Allah SWT apabila ia dikaruniai sepuluh orang anak yang bisa ia kerahkan untuk mengurusi sumur zamzam, maka ia akan mengurbankan salah satu anaknya kepada Tuhan di Ka’bah ketika usianya sudah baligh.

Allah SWT mengabulkan doa Abdul Muthalib RA tersebut, ia benar-benar dikaruniai sepuluh orang anak laki-laki. Dirinya tidak percaya dengan kenyataan ini. Ketika bernazar ia kira hal ini sangat mustahil. Namun, itu benar-benar terjadi padanya.

Kekhawatiran lain mulai menghantuinya kembali ketika anak-anaknya sudah tumbuh dewasa. Ia ingat dengan nazarnya kepada Allah SWT kala itu. Bahwa dirinya harus menyembelih salah satu anaknya atas nama Tuhan.

Keputusannya sudah bulat dan tidak akan dia batalkan. Abdul Muthalib RA benar-benar akan menyembelih salah satu anaknya di Ka’bah bahkan ketika keluarganya menentang dan memintanya untuk membatalkan nazar itu.

Abdul Muthalib RA lalu mengumpulkan anak-anaknya dan mengatakan bahwa salah satu dari mereka akan disembelih. Kemudian ia menuliskan nama seluruh anak-anaknya dan akan mengundinya.

Hasil undian itu membuat Abdul Muthalib RA tambah terkejut, sebab nama yang keluar adalah Abdullah. Anak yang paling tampan, paling baik jiwanya, dan paling ia sayang. Namun, keputusannya sudah bulat, akhirnya Abdullah dibawa menuju Ka’bah untuk disembelih.

Abdullah ia dihadapkan ke Ka’bah dan sebuah pedang sudah berada tepat di lehernya. Ayahnya sudah siap untuk menyembelihnya. Namun, paman-pamannya (dari pihak ibu) mencegahnya.

“Lantas apa yang harus aku perbuat dengan nazarku?” tanya Abdul Muthalib RA kepada saudara iparnya.

Akhirnya mereka menyuruh Abdul Muthalib RA untuk mendatangi seorang ahli untuk meminta pendapatnya. Setibanya di sana, sosok ahli tersebut memerintahkan agar membuat tebusan untuk nyawa anaknya yang akan dia kurbankan.

Abdul Muthalib RA diperintah untuk membuat anak panah undian yang diberi nama Abdullah dan 10 ekor unta. Jika yang keluar adalah nama Abdullah, maka Abdul Muthalib RA harus menambah tebusan sebanyak 10 ekor unta. Begitu seterusnya sampai yang keluar adalah tulisan unta.

Ayah Abdullah benar melakukan apa yang disarankan oleh sosok wanita itu di rumah. Ia memutar anak panah bertuliskan Abdullah dan unta dengan penuh kecemasan. Panah undian itu terus menunjukkan nama Abdullah bahkan setelah ia putar berulang kali.

Akhirnya, setelah putaran yang ke-sepuluh baru lah anak panah itu menunjuk tulisan unta. Artinya, Abdul Muthalib RA harus menebus nyawa anaknya yang ia jadikan nazar itu dengan nyawa seratus ekor unta.

Fathimah binti ‘Amr bin A’idz bin ‘Imran bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, ibunda Abdullah, sangat bersyukur karena putranya tidak jadi dikurbankan. Begitu pula dengan Abdul Muthalib dan keluarganya yang lain, yang sama-sama gembira karena Abdullah tidak jadi disembelih.

Sejak saat itu pula, diyat (denda) di kalangan orang Quraisy dan bangsa Arab lainnya berubah menjadi 100 ekor unta yang sebelumnya hanya 10 ekor unta saja.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Umar bin Khattab, Abu Bakar dan Seorang Nenek Tua yang Buta



Jakarta

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar Ash Shiddiq menggantikan peran beliau sebagai pemimpin kaum muslimin atau khalifah. Abu Bakar menerima jabatan sebagai khalifah ketika Islam dalam keadaan gawat dan krisis.

Mengutip buku Pengantar Studi Islam susunan Shofiyun Nahidloh S Ag M H I, kala itu muncul para nabi palsu hingga berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam. Pengangkatan Abu Bakar sendiri berdasarkan keputusan bersama balai Tsaqiddah Bani Sa’idah.

Pada masa kepemimpinan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama, ada sebuah kisah menarik di baliknya. Suatu hari, Umar bin Khattab tengah mengawasi Abu Bakar di waktu fajar.


Dikisahkan dalam buku Umar bin Khattab susunan A R Shohibul Ulum, Umar melihat gerak-gerik Abu Bakar di pinggiran kota Madinah selepas Subuh.

Melihat hal itu, Umar bin Khattab merasa penasaran. Ia lantas mengikuti Abu Bakar dan mendapati sang Khalifah datang ke gubuk kecil.

Abu Bakar tidak berlama-lama di gubuk itu. Selang beberapa saat, ia beranjak dari gubuk tersebut dan kembali ke rumahnya.

Umar bin Khattab tidak tahu menahu akan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar. Keesokan harinya, Umar kembali memantau Abu Bakar pergi menuju gubuk kecil itu, ini dilakukan selama berhari-hari oleh Umar.

Berdasarkan yang Umar bin Khattab saksikan, Abu Bakar tidak pernah sekalipun absen mebgunjungi gubuk tersebut. Merasa penasaran, Umar akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk kecil setelah Abu Bakar pergi meninggalkan tempat itu.

Umar kaget melihat seorang nenek tua yang lemah dan tidak dapat bergerak. Sang nenek mengalami kebutaan pada kedua matanya.

Merasa tercengang akan hal yang ia saksikan, Umar lantas bertanya pada si nenek.

“Apa yang dilakukan laki-laki itu tadi di sini, nek?”

Sang nenek menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengetahui, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia juga menyiapkan makanan untukku. Kemudian, dia pergi tanpa berbicara apa pun denganku,”

Umar makin tercengang. Ternyata nenek tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa pria yang membersihkan rumahnya dan menyiapkan makanan untuknya adalah sang Khalifah, Abu Bakar ASh-Shiddiq.

Mendengar jawaban si nenek, Umar bin Khattab menekuk kedua lututnya seraya menangis. Ia lalu berkata,

“Sungguh, engkau telah membuat lelah khalifah sesudahmu, wahai Abu Bakar,”

Padahal, saat itu Umar bin Khattab sama sekali tidak tahu bahwa dirinya yang nanti akan menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah. Ia merasa sangat kagum dengan amalan yang dilakukan oleh Abu Bakar.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Diciptakannya Nabi Adam AS pada Hari Jumat


Jakarta

Hari Jumat adalah hari yang sangat penting bagi umat Islam. Banyak hal terjadi dan akan terjadi pada hari Jumat. Salah satunya adalah diciptakannya Nabi Adam AS pada hari Jumat.

Hal ini berdasarkan sebuah hadits shahih Muslim, yang diriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah RA berkata, bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga.” (HR Muslim)


Pernyataan diciptakannya Nabi Adam AS pada hari Jumat juga diterangkan oleh Puspa Swara dan Syamsul Rizal Hamid dalam bukunya yang berjudul 1500++ Hadis & Sunah Pilihan.

Hadits itu berbunyi: “Abu Hurairah RA memberitahukan, Nabi Muhammad Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah Azza wa Jalla menciptakan bumi pada hari Sabtu. Allah menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari Ahad. Allah menciptakan pepohonan pada hari Senin, Allah menciptakan cahaya pada hari Rabu. Allah menyebarkan binatang di bumi pada hari kamis. Dan Allah menciptakan Adam pada hari Jumat setelah Ashar.'” (HR Muslim)

Sumber sebelumnya juga menyebutkan bahwa selain diciptakannya Nabi Adam AS, hari Jumat juga merupakan hari akan terjadinya kiamat.

Abu Hurairah RA berkata, Nabi SAW pernah bersabda, “Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau diturunkan dari surga, dan pada hari itu juga akan terjadi Kiamat.” (HR Ahmad)

Kisah Diciptakannya Nabi Adam AS pada Hari Jumat

Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dengan tujuan menjadikannya sebagai khalifah di bumi. Artinya sebagian dari keturunan Adam akan menjadi pemimpin atau penguasa dari sebagian yang lainnya, seperti dikutip dari Ibnu Katsir dalam Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan oleh Sefulloh MS.

Hal ini dilandaskan dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Penciptaan Nabi Adam AS ini mendapat berbagai reaksi dari Malaikat dan Iblis. Abdullah bin Umar bercerita, para malaikat mengira menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi hanya akan mendatangkan pertumpahan darah, sebagaimana bangsa jin terdahulu.

Sementara itu, iblis tidak mau melakukan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam karena sifatnya yang sombong dan merasa lebih berharga daripada Adam. Allah SWT menceritakan perkara ini dalam surah Al-A’raf ayat 11-12,

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak termasuk kelompok yang bersujud. Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com