Category Archives: Kisah

Kisah Kesabaran Nabi Yakub ketika Kehilangan Sang Putra



Jakarta

Nabi Yakub AS termasuk ke dalam 25 nabi yang wajib diketahui dalam Islam. Kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an.

Yakub AS adalah putra dari Nabi Ishaq. Dahulu, dirinya memiliki saudara kembar bernama Aish, seperti dijelaskan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul oleh Dr h Ridwan Abdullah Sani M Si dan Muhammad Kadri S Si MSc.

Karena keduanya kurang akur, akhirnya Nabi Ishaq menyuruh Yakub AS untuk merantau ke Irak. Ia diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah di negeri Kan’an.


Selain memiliki kepribadian yang baik, Nabi Yakub AS dikenal sebagai sosok yang sangat sabar. Bahkan ketika ditimpa musibah dan menghadapi tipu daya putra-putranya.

Beliau memiliki anak yang juga seorang nabi, yaitu Yusuf AS. Nabi Yakub AS sangat menyayangi Yusuf AS, hal ini lantas menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudaranya yang lain.

Rasa cemburu itu mengakibatkan saudara Yusuf AS memiliki rencana buruk padanya. Dalam surah Yusuf ayat 15, Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah menjebloskan Yusuf AS ke dalam sumur, saudara-saudaranya berkata pada sang ayah bahwa Nabi Yusuf AS tewas diterkam oleh binatang buas. Mendengar hal itu, Nabi Yakub AS sangat sedih. Saking sedihnya ia terus menangis tanpa henti dan berkepanjangan, akibatnya kedua matanya mengalami kebutaan.

Meski kehilangan putra tercintanya, Nabi Yakub AS berusaha untuk tetap teguh dan sabar. Allah SWT pun memberi sang nabi kekuatan agar dapat melewati ujian tersebut.

Setelah sekian lama, Allah SWT mengembalikan penglihatan Nabi Yakub sehingga ia dapat kembali melihat. Nabi Yakub juga akhirnya mengetahui fakta bahwa sang anak, Nabi Yusuf, masih hidup.

Mengutip buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS hingga Muhammad SAW tulisan Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Yakub AS memiliki mukjizat indra penciuman yang sangat tajam. Ia dapat mencium aroma dari tempat yang ditempuh dalam delapan hari perjalanan. Ini terjadi ketika ia mencium baju Nabi Yusuf AS dan mendapatkan semerbak wanginya.

Nabi Yakub lalu memohon ampun atas perbuatan putra-putranya seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Yakub AS) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kisah ini menjadi bukti betapa sabarnya Yakub AS menghadapi ujian dan musibah yang menimpanya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Abbas bin Abdul Muthalib, Sahabat Sekaligus Paman Nabi



Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT untuk menyebarkan dan menegakkan ajaran Islam yang benar. Dalam menjalankan tugasnya sebagai utusan, Nabi Muhammad SAW dibantu oleh sejumlah sahabat.

Abbas bin Abdul Muthalib adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga merupakan paman Nabi Muhammad SAW. Abbas bin Abdul Muthalib menjadi penyedia minuman jamaah haji.

Dirangkum dari buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi oleh Muhammad Raji Hasan Kinas, Abbas bin Abdul Muthalib adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Quraisy. Ia juga merupakan paman Nabi Muhammad SAW. Usianya dua tahun lebih tua dari usia Nabi Muhammad SAW.


Abbas menikahi Lubabah al-Kubra, putri Harits bin Hazn al-Hilaliyah yang dipanggil dengan sapaan “Ummu al-Fadhal”. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai oleh sepuluh anak laki-laki, diantaranya al-Fadhal, Ubaidillah, Qutsam, Abdurrahman, Ma’bad, al-Harits, Katsir, Aun, dan Tammam.

Dirangkum dari buku Edisi Indonesia: Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah oleh Muhhammad Sa’id Mursi, Abbas adalah nenek moyang dari seluruh khalifah Dinasti Abbasiyah. Abbas adalah pemakmur sekaligus penghidang minuman di Masjid Al-Haram.

Abbas bin Abdul Muthalib terkenal dengan sosoknya yang memiliki ide cemerlang, suara yang lantang, cerdas, dermawan, toleran, dan sangat membenci perbudakan. Suatu hari, ia membeli 70 budak, dan kemudian ia memerdekakan semua budak itu.

Saat proses Bai’at ‘Aqabah II, Abbas bin Abdul Muthalib adalah juru bicaranya. Saat itu, ia belum memeluk Islam.

Setelah memeluk Islam, Abbas ingin hijrah ke Madinah. Mendengar kabar itu, Nabi Muhammad SAW mengirim surat kepadanya yang berisi, “Anda lebih baik tetap tinggal di Makkah”. Abbas pun mematuhi perintah Nabi Muhammad SAW tersebut.

Selama tinggal di Makkah, Abbas menyembunyikan keislamannya. Ia selalu menulis surat kepada Nabi Muhammad SAW dan memberikan informasi tentang orang-orang kafir Quraisy di Makkah. Ketika Perang Badar terjadi, Nabi Muhammad SAW melarang kaum muslim untuk membunuh Abbas bin Abdul Muthalib.

Abbas terkenal memiliki suara yang lantang. Maka dari itulah Nabi Muhammad SAW menyuruhnya untuk memanggil kaum Anshar dan Muhajirin setelah barisan mereka terpencar. Abbas pun mematuhi perintah Nabi Muhammad SAW dan akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh kaum muslimin.

Abbas juga merupakan orang yang terhormat. Jika Abbas bin Abdul Muthalib bertemu Umar bin Khattab RA dan Utsman bin Affan RA, mereka pasti akan turun dari hewan tunggangannya sebagai penghormatan (takzim) kepada Abbas.

Dirangkum dari buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, pada saat Perang Badar terjadi, Abbas bin Abdul Muthalib menjadi tawanan Perang Badar. Orang yang berhasil menawan Abbas saat Perang Badar adalah Abu al-Sair bin Ka’b bin Amr dari Bani Salamah yang memiliki tubuh jauh lebih pendek daripada Abbas.

Rasulullah SAW pun bertanya, “Bagaimana kau bisa menawan Abbas, hai Abu al-Sair?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, ada seorang laki-laki yang membantuku dan aku belum pernah melihat laki-laki itu sebelum atau setelahnya. Ciri-ciri orang itu begini dan begini.”

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kau telah ditolong oleh malaikat yang mulia.”

Abbas bin Abdul Muthalib wafat di Madinah. Ia wafat pada usia 88 tahun dan dimakamkan di Baqi.

Di hari kematiannya, Utsman bin Affan RA ikut menyalati jenazahnya. Hal tersebut terjadi sekitar dua tahun sebelum terbunuhnya Utsman bin Affan RA.

Semoga Allah SWT merahmatinya.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Sedekahkan Seluruh Harta Demi Kepentingan Agama



Jakarta

Selain Utsman bin Affan, Rasulullah SAW memiliki banyak sahabat dari golongan saudagar kaya. Abdurrahman bin Auf termasuk ke dalam salah satunya.

Nama lengkap Abdurrahman bin Auf adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah Al-Qurassyi Al-Zuhri.

Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada Kilab bin Murrah, sedangkan kinayahnya adalah Muhammad dan laqab-nya Al-Shadiq Al-Barr. Ibunya bernama Asy-Syifa binti Auf bin Abdu bin Al-Harits bin Zuhrah.


Mengutip buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI karya H Aminudin dan Harjan Syuhada, Abdurrahman bin Auf lahir di Makkah 10 tahun setelah tahun Gajah. Usianya lebih muda dari Rasulullah SAW.

Abdurrahman bin Auf adalah sosok yang rajin bersedekah. Ia bahkan terus menyumbangkan hartanya untuk menegakkan ajaran Allah SWT seperti disebutkan dalam buku Kisah 10 Pahlawan Surga karya Abu Zaein.

Dalam kalangan masyarakat, Abdurrahman bin Auf disebut sebagai sosok yang sangat dermawan. Seluruh usahanya ditujukan untuk mencari ridha Allah SWT.

Saat berdagang, dirinya selalu menjauhkan barang-barang yang haram hingga subhat. Keuntungannya tidak hanya ia nikmati sendiri, melainkan untuk sanak keluarga sekaligus perjuangan di jalan Allah SWT.

Saking kayanya, penduduk Madinah mengatakan seluruh masyarakat di sana berserikat dengan Abdurrahman bin Auf. Dari hartanya 1/3 dipinjamkan kepada mereka, 1/3 membayari utang-utang mereka, dan 1/3 lainnya dibagi-bagikan kepada mereka.

Bahkan ketika persiapan Perang Tabuk, umat Islam membutuhkan banyak perbekalan. Abdurrahman tanpa ragu membawa semua harta yang ia miliki dan disedekahkan demi kepentingan kaum musliimin.

Rasulullah SAW pernah bertanya kepadanya, “Wahai Abdurrahman bin Auf, kenapa engkau infakkan seluruh hartamu? Lalu apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?”

Dia menjawab, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan keluargaku yang jauh lebih berharga dari semua harta itu ya Rasulullah, yaitu Allah dan Rasul-Nya.”

Disebutkan dalam buku The Great Sahaba oleh Rizem Aizid, Abdurrahman bin Auf dikenala sebagai seseorang yang selalu menepati janji. Bahkan ketika masa mudanya.

Akhirnya, sosok Abdurrahman tumbuh menjadi seseorang bertoleransi tinggi terhadap sesama. Saking dermawan dan bijaksananya beliau, Nabi SAW berkata pada para sahabatnya mengenai Abdurrahman bin Auf,

“Sesungguhnya yang akan menjaga kamu sekalian sepeninggalanku adalah Ash-Shadiq al-Bar (Abdurrahman bin Auf). Ya Allah, hidangkanlah minuman mata air surga kepada Abdurrahman bin Auf.”

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan para istri Nabi SAW. Ia memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi Ummahatul Mukminin tersebut bila berpergian.

Abdurrahman bin Auf bahkan membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah serta Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah RA diberitahu, beliau bertanya,

“Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?”

“Abdurrahman bin Auf,” jawab si petugas.

Aisyah lalu berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang bersabar,”

Semakin banyak keuntungan yang diperoleh Abdurrahman bin Auf, semakin besar pula kedermawanannya dalam menyumbangkan harta di jalan Allah. Hal ini ia lakukan secara sembunyi maupun terang-terangan.

Dalam buku Cara Meng-Upgrade Diri dengan Metode EnSQ Entrepreneur Spiritual Question oleh Bahrudin disebutkan bahwa kekayaan Abdurrahman bin Auf saat wafat berkisar Rp 6 triliun. Ia wafat di usia ke-72 tahun.

Wallahu’alam bishawab.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Salahuddin Al Ayyubi sebelum Mendirikan Dinasti Ayyubiyah


Jakarta

Kisah Salahuddin Al Ayyubi sebagai pendiri Dinasti Ayyubiyah sangat terkenal bahkan sampai dunia barat. Mereka menyebutnya sebagai pahlawan dalam Perang Salib yang gagah dan berani.

Disebutkan dalam buku Kilau Mutiara Sejarah Nabi yang disusun oleh Tempo Publishing, Amanda Mustika Megarani Salahuddin Al Ayyubi adalah salah satu orang yang berhasil merebut Yerusalem kembali ke tangan Islam setelah Umar bin Khattab RA.

Dia juga merupakan tokoh Islam yang sangat disegani dan dihormati. Orang-orang barat mengenalnya dengan sebutan Saladin, sang pahlawan gagah berani di Perang Salib.


Dalam tulisan kali ini, detikHikmah akan menjelaskan tentang kisah Salahuddin Al Ayyubi yang merupakan pendiri dari Dinasti Ayyubiyah.

Kisah Salahuddin Al Ayyubi dan Berdirinya Dinasti Ayyubiyah

Buku Sejarah Perkembangan Islam di Mesir (Masa Khalifah Umar bin Khaththab Sampai Masa Dinasti Ayyubiyah) karya Husain Abdullah, dkk, menyebutkan bahwa Salahuddin Al Ayyubi dilahirkan di Takriet, Irak, pada tahun 589 H atau 1137 M.

Pada kala itu, keadaan Perang Salib semakin tidak bisa terkendali dan sulit untuk dilawan. Akibatnya, Dinasti Fatimiyah di Mesir, yang menjadi lawannya saat itu, meminta bantuan dari Raja Syam Nurudin Zanki.

Kemudian, Salahuddin Al Ayyubi ditunjuk oleh Raja Syam untuk memimpin pasukan angkatan bersenjata yang terdiri dari suku Kurdi dan Turkuman. Ia bertugas sebagai pemimpin salah satu komando pasukan.

Dalam Perang Salib, Salahuddin Al Ayyubi menunjukkan kepiawaiannya dalam menumpas musuh dan memimpin pasukan. Berdasarkan rekam jejak yang sangat baik ini, ia pun ditunjuk sebagai menteri oleh Khalifah Bani Fatimiyah Al-Adhid.

Setelah menjadi menteri menggantikan Khalifah Al Adhid, Salahuddin Al Ayyubi mulai memperkuat pengaruhnya di Mesir. Namun dirinya tidak ingin melanjutkan Dinasti Fatimiyah. Oleh karena itu, ia melakukan beberapa cara.

Cara yang pertama adalah memproklamasikan Mesir menjadi bagian dari pemerintahan Abasiyah di Baghdad. Kemudian, ia menyatukan Mesir sebagai bagian dari pemerintahan Abasiyah dan menyatukan umat Islam Abasiyah yang Sunni dan Fatimiyah yang Syi’ah.

Kedua, Di Mesir, Salahuddin Al Ayyubi juga mengangkat orang kepercayaannya untuk menduduki jabatan yang penting. Setelah menjadi kuat, ia memanggil semua keluarganya untuk hidup bersamanya di Mesir.

Tak lama, Raja Syam Nuruddin mengetahui hal ini. Ia pun menyiapkan bala tentara untuk melawan Salahuddin Al Ayyubi di Mesir. Di sisi lain, Salahuddin Al Ayyubi sudah tahu dan juga sudah siap bertempur.

Namun perang ini tidak sempat terjadi sebab Raja Syam Nuruddin Zanki sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 569 H.

Pada kesempatan inilah, Salahuddin Al Ayyubi berhasil memproklamasikan diri sebagai Raja Mesir. Ia berhasil menyatukan Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan Yaman untuk melawan tentara salib.

Demi menjaga dan mempertahankan diri melawan pengikut Fatimiyah di Mesir dan bisa membendung bahaya serangan dari pasukan Salib di Syiria dan Palestina, Salahuddin Al Ayyubi mendirikan benteng Kairo di atas Benteng Muqattam paling barat.

Tahun 1186 M- 1193 M, masa yang dilakukan Salahuddin Al Ayyubi adalah melakukan perang suci melawan tentara salib. Dirinya pun terbukti tidak pernah kalah dalam melawan mereka.

Akhirnya, Perang Suci ini dihentikan dengan terjadinya perjanjian tahun 1192 M di Ramleh dengan beberapa syarat perjanjian.

Kemudian, baru pada tahun 1174 M Salahuddin Al Ayyubi berhasil menguasai Mesir dan mendirikan Dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini berkuasa selama 90 tahun dan dipimpin oleh 9 sultan. Sultan pertama adalah Salahuddin Al Ayyubi itu sendiri, dan berakhir pada masa kekuasaan Sultan Asyraf bin Yusuf pada tahun 1250 M.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ismail AS, Ditinggal di Padang Tandus dan Asal Mula Air Zamzam


Jakarta

Nabi Ismail AS adalah anak dari Nabi Ibrahim AS dan istri keduanya, Siti Hajar. Sejak kecil Ismail dikenal sebagai anak yang saleh, taat kepada Allah SWT dan orang tuanya.

Istri pertama Ibrahim adalah Siti Sarah. Ibrahim menikahi Siti Hajar atas suruhan Siti Sarah sebab Ibrahim tak kunjung memiliki keturunan ketika menikah dengannya.

Peristiwa Kurban

Merangkum buku Belajar dari Para Nabi dan Rasul oleh Abu Azka ibn Abbas, Ibrahim begitu sayang dengan Ismail, selalu memandang sang anak dengan penuh cinta dan kasih. Melihat begitu sayangnya Ibrahim kepada anaknya, maka Allah hendak menguji kesalehan Ibrahim.


Lewat mimpi Ibrahim, Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya. Mimpi itu muncul beberapa kali, membuat Ibrahim amat sedih begitu memandang ke arah anaknya yang lucu itu.

Meskipun tak tega menceritakan kesedihannya, Ibrahim memberanikan diri untuk menceritakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail. Di luar dugaan, Ismail kecil justru tersenyum dan mengusap air mata sang ayah seraya berkata, “Ayahku, janganlah kamu berduka cita. Lakukanlah yang Allah SWT perintahkan.”

Lalu, Ibrahim membawa Ismail ke tempat penyembelihan. Ketika Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah SWT memerintahkan malaikatnya untuk menukar Ismail dengan binatang ternak (kambing). Sehingga yang disembelih Ibrahim bukanlah Ismail, melainkan seekor kambing.

Ditinggal di Padang Tandus

Kisah Nabi Ismail tidak dapat dipisahkan dari kisah sang ayah, Nabi Ibrahim. Salah satu kisah yang menarik adalah ketika Nabi Ibrahim hijrah meninggalkan Mesir bersama kedua istrinya.

Nabi Ibrahim juga turut membawa hewan ternak dan harta miliknya yang telah diperoleh dari hasil berdagang di Mesir. Dengan penuh tawakal pada Allah SWT, Nabi Ibrahim berangkat meninggalkan rumah bersama kedua istrinya dan juga Ismail yang waktu itu masih bayi.

Mereka bersama-sama keluar dari kota lalu masuk ke lautan pasir yang terbuka, di mana terik matahari menyengat tubuh dengan pedihnya. Nabi Ibrahim membawa istrinya serta Ismail yang masih menyusui ke Mekkah, kemudian singgah di bawah pohon yang kini menjadi sumur zamzam.

Pada masa itu tidak ada seorang pun yang tinggal di Mekkah dan tidak ada pula sumber air. Nabi Ibrahim meninggalkan sebuah wadah berisi kurma dan satu wadah lagi berisikan air.

Nabi Ibrahim kemudian beranjak pergi meninggalkan anak dan istrinya dari tempat itu karena perintah Allah. Tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim ketika meninggalkan istri dan putranya di padang pasir yang tandus tanpa mata air. Beliau harus berlapang dada karena itu adalah perintah Allah.

Asal Mula Air Zamzam

Beberapa hari setelah ditinggalkan Nabi Ibrahim, perbekalan Siti Hajar telah habis. Ismail yang kehausan terus menangis tanpa henti karena Siti Hajar tidak bisa lagi menyusui anaknya.

Siti Hajar mencoba mencari pertolongan dengan berlari bolak balik Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Hal tersebut tidak dilakukannya hanya sekali, melainkan tujuh kali sembari berdoa kepada Allah.

Setelah bolak balik Bukit Shafa dan Bukit Marwah sebanyak tujuh kali, Siti Hajar hampir putus asa karena tidak ada sumber air atau pun manusia yang bisa menolongnya. Setelah lama mencari, Siti Hajar teringat Ismail yang telah dia tinggal cukup lama dan kemudian bergegas kembali.

Siti Hajar memutuskan kembali untuk melihat kondisi putranya. Sesampainya di tempat Ismail berbaring, Siti Hajar terkejut karena keluar sebuah mata air jernih.

Air tersebut terus mengalir hingga membuat genangan. Siti Hajar berkata zam…zam…zam… yang berarti banyak, melimpah-ruah.

Wallahu’alam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Salahuddin Al-Ayyubi, Penakluk Perang Salib yang Bijaksana


Jakarta

Salahuddin Al-Ayyubi adalah salah satu pahlawan besar dalam sejarah Islam. Ia mendapat gelar al-Malik al-Nashir yang artinya penguasa yang bijaksana.

Yusuf bin Ayyub atau yang lebih dikenal dengan Salahuddin Al-Ayyubi terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit pada tahun 532 H/1137 M. Ayahnya bernama Najm ad-Din Ayyub, seorang Gubernur Baalbek.

Biografi Singkat Salahuddin Al-Ayyubi

Menukil buku Sejarah Islam oleh Mahayudin Hj. Yahaya, masa kecil Salahuddin Al-Ayyubi dihabiskan untuk belajar di Damaskus. Selain belajar agama Islam, Salahuddin Al-Ayyubi juga mendapat pelajaran militer dari pamannya Asaddin Syirkuh, yang merupakan seorang panglima perang Turki Saljuk.


Bersama dengan pamannya, Salahudin berhasil menguasai Mesir dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Berkat keberhasilannya, Salahuddin diangkat menjadi panglima perang pada 1169 M.

Salahuddin dikenal karena kecerdasan dalam menyusun strategi, baik dalam peperangan maupun dalam pemerintahan. Tak membutuhkan waktu lama, Salahuddin mampu memimpin Mesir dengan baik.

Salahuddin juga mendirikan dua sekolah besar yang mengajarkan tentang Islam yang benar. Tujuan beliau adalah untuk menghapus ajaran Syi’ah yang menyebar di Mesir kala itu.

Salahuddin Memenangkan Perang Salib

Merangkum buku 55 Tokoh Dunia yang Terkenal dan Paling Berpengaruh Sepanjang Waktu oleh Wulan Mulya Pratiwi, et.al, butuh waktu yang panjang bagi Salahuddin mempersiapkan perang salib. Selain persiapan fisik dan strategi jitu, beliau juga melakukan persiapan secara rohani.

Adapun persiapan lainnya adalah membangun benteng-benteng pertahanan yang kuat, perbatasan-perbatasan yang jelas, membangun markas-markas perang dan menyiapkan kapal-kapal perang terbaik. Persiapan juga dilakukan dengan mendirikan rumah sakit dan menyuplai obat-obatan.

Meskipun Salahuddin sakit keras, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk memperjuangkan tanah Nabi, Jerusalem. Justru semakin kuat tekad Salahuddin untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan kristen.

Perjuangan pertama disebut dengan perang Hathin, atau perang pembuka di mana pasukan Salahuddin pada saat itu berjumlah 63.000 prajurit. Pada perang Hathin, pasukan Salahuddin membunuh 30.000 pasukan salib dan menahan 30.000 pasukan salib.

Perjuangan selanjutnya di kota Al-Quds dan Jerusalem, di mana pasukan Salahuddin banyak yang syahid. Bahkan ketika pasukan Salib memasang salib besar pada batu Shakharkh, hal tersebut membuat pasukan semakin bersemangat dan akhirnya berhasil memenangkan perang salib yang kedua.

Kebijaksanaan Salahuddin Al-Ayyubi

Dengan segala kesabaran dan kebijaksanaan dalam perjuangan, Salahuddin Al-Ayyubi mampu mengalahkan pasukan Salib di Medan perang Hathin. Selain itu, ada tiga hal penting dari kebijaksanaan Salahuddin yang menjadikan peperangan yang dipimpinnya memperoleh hasil menakjubkan, yaitu:

1. Pemberian Cuti Kepada para Tentara

Pemberian cuti sangatlah berharga, terlebih lagi seorang tentara juga memerlukan waktu untuk beristirahat demi memperbaharui semangat jiwa dan mempertebal cita-cita meraih kemenangan. Salahuddin menjadikan kesempatan ini untuk mendekatkan diri secara personal serta menyiarkan dakwah kepada mereka.

2. Pemberian Grasi Kepada Pihak Musuh

Salahuddin saat menaklukan Jerusalem menampilkan keluhuran Budi kepada pasukan Salib, berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan pasukan Salib dahulu saat menaklukan Jerusalem. Salahuddin justru memberikan grasi kepada beberapa orang di antara mereka yang dinilai tidak melakukan penindasan keji terhadap umat Islam.

3. Mengadakan Perjanjian Damai Kepada Pihak Musuh

Meski para pendahulu Salahuddin cenderung melakukan perlawanan secara fisik, Salahuddin justru mengambil kebijakan dengan mengadakan perjanjian damai bersyarat dengan pihak musuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya banyak korban dan kerugian yang lebih besar.

Demikian kisah teladan yang dicerminkan dari sikap Salahuddin Al-Ayyubi di dalam sejarah peradaban Islam. Kegemilangan perjuangan dari sosok Salahuddin dapat menjadi teladan kita semua.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kesabaran Ayyub AS saat Diuji Penyakit Kulit Belasan Tahun



Jakarta

Nabi Ayyub AS adalah seseorang yang kaya raya. Hartanya berlimpah serta meliputi berbagai hewan ternak seperti unta, keledai, sapi dan lain sebagainya.

Nama Ayyub AS disebutkan dalam surah An Nisa ayat 163,

اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ


Artinya: “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.”

Dikisahkan dalam Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Saefulloh MS, Nabi Ayyub AS juga memiliki tanah pertanian yang terbentang luas di daerah Hauran. Selain itu, istri dari Nabi Ayyub AS juga melahirkan anak-anak yang baik serta saleh.

Dalam kenikmatan yang Allah SWT limpahkan itu, Nabi Ayyub AS tiba-tiba diberi cobaan kehilangan seluruh harta yang dimilikinya. Deretan musibah menimpa sang nabi, mulai dari anak-anaknya yang meninggal dunia hingga penyakit kulit yang dideritanya selama belasan tahun.

Pada rentang waktu itu, hanya hati dan lidah Ayyub AS yang sehat. Meski ditimpa ujian berat, Nabi Ayyub AS tak henti-hentinya berdzikir kepada Allah SWT. Ia sabar dan tabah menghadapi cobaan yang diberikan Sang Khalik.

Kondisi Nabi Ayyub AS yang seperti itu membuat dirinya dikucilkan oleh masyarakat. Bahkan, ia diusir dari kampung halamannya.

Sampai-sampai, Nabi Ayyub AS dibuang ke tempat sampah milik bani Israil hingga tubuhnya dipenuhi lalat dan berbagai macam serangga. Tak ada seorang pun yang merasa iba kepadanya kecuali sang istri.

Diceritakan oleh As-Saddiy, “Daging yang melekat pada tubuh Nabi Ayyub AS mulai berjatuhan hingga tidak ada yang tersisa di tubuhnya, kecuali tulang belulang dan otot-ototnya saja. Sementara itu, istrinya tiada henti menemui beliau sembari membawa abu gosok sebagai alas untuk berbaring,”

Istrinya berkata, “Duhai Ayyub, seandainya engkau berdoa memohon kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan menyembuhkanmu,”

Kemudian Nabi Ayyub AS menjawabnya, “Aku telah menjalani hidup dalam keadaan sehat walafiat selama tujuh puluh tahun. Oleh sebab itu, tidak sewajarnyakah jika aku bersabar kepada Allah dalam menjalani ujian yang lebih pendek dari tujuh puluh tahun?”

Mendengar jawaban Nabi Ayyub AS, sang istri terkejut. Kemudian, ia bekerja pada orang lain agar dapat mencukupi kebutuhan hidup bersama suaminya.

Dikisahkan juga ketika istri Nabi Ayyub AS tidak kunjung mendapat pekerjaan, ia lalu menjual salah satu dari dua kepang rambutnya kepada putri pejabat agar ditukarkan dengan makanan yang banyak. Mengetahui hal itu, sang nabi berdoa pada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam surah Al Anbiya ayat 83,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”

Dikisahkan dalam buku Cara Nyata Mempercepat Pertolongan Allah karya Syafi’ie el-Bantanie, penyakit kulit yang diderita Nabi Ayyub AS akhirnya sembuh atas pertolongan dari Allah SWT dengan mengabulkan doa-doanya.

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ayyub AS agar menghentakkan kakinya ke tanah hingga terpancarlah air yang dapat digunakan untuk mandi serta minum. Perintah itu dijelaskan dalam surah Sad ayat 42,

ٱرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

Artinya: (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

Wallahu a’lam.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Adzan Terakhir Bilal bin Rabah dan Kesedihan setelah Wafatnya Rasulullah



Jakarta

Adzan adalah panggilan suci yang mengajak umat Islam untuk menjalankan ibadah. Mengenai adzan, pasti umat Islam teringat akan kisah Bilal bin Rabah.

Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal karena adzannya. Berikut kisah tentang adzan terakhir Bilal bin Rabah.

Kisah Bilal Bin Rabah

Dirangkum dari buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW oleh Khalid Muhammad Khalid, Bilal bin Rabah adalah seorang lelaki berkulit hitam, kurus, tinggi jangkung, berambut lebat, dan bercambang tipis. Ia merupakan seorang budak dari Habasyah milik beberapa orang dari Bani Jumah di Mekah.


Bilal bin Rabah sering mendengar Umayah membicarakan Rasulullah SAW, hingga mengeluarkan kata-kata buruk yang penuh kebencian. Melalui pembicaraan mereka yang keras penuh kecaman itu, Bilal bin Rabah menangkap pengakuan mereka akan kemuliaan, kejujuran, dan amanah yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.

Bilal bin Rabah kagum dan penasaran terhadap agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pada suatu hari, Bilal bin Rabah melihat cahaya Allah SWT dan mendengar suara-Nya di dalam relung jiwanya yang bersih. Ia pun bergegas menemui Rasulullah SAW dan memeluk Islam.

Kabar keislaman Bilal terdengar hingga ke telinga majikannya dari Bani Jumah. Majikan Bilal merasa bahwa keislaman Bilal merendahkan kehormatan mereka semua.

Mereka menyiksa Bilal dengan membaringkannya dalam keadaan telanjang di atas bara api agar ia melepaskan agamanya. Namun Bilal menolak keluar dari Islam dan tetap teguh menerima berbagai siksaan.

Bilal bin Rabah mendapatkan siksaan yang kejam berulang setiap hari, hingga beberapa algojo kasihan kepada Bilal. Hingga pada akhirnya, Bilal pun dilepas dengan syarat agar ia menyebut nama-nama Tuhan mereka dengan sebutan yang baik.

Bilal pun tetap menolak untuk mengucapkannya. Alih-alih mengucapkannya, Bilal menggantinya dengan senandung abadi yang ia ulang-ulang, “Ahad… Ahad…”.

Ketidakmauan Bilal menyebut Tuhan mereka menyebabkan Bilal mendapatkan siksaan yang tiada henti. Saat Bilal sedang disiksa, Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan menawarkan harga pemerdekaan Bilal. Setelah menemukan kesepakatan, Bilal pun dijual kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan segera memerdekakannya saat itu juga.

Abu Bakar kemudian membawa Bilal menghadap Rasulullah SAW sambil menyampaikan kabar gembira tentang kemerdekaan Bilal.

Setelah Rasulullah SAW dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah dan menetap di sana, beliau mensyariatkan adzan sebelum salat. Rasulullah SAW kemudian memilihnya menjadi muadzin Islam pertama dengan suara yang merdu dan indah.

Perang Badar pun pecah. Pasukan Quraisy datang menyerang Madinah, dan Bilal berjuang dengan keras.

Di tengah pertempuran yang hebat, Bilal melihat Umayah yang pernah menyiksa tubuhnya. Sekelompok kaum Muslimin mengepung Umayah dan putranya. Umayah pun meninggal karena tebasan pedang-pedang kaum Muslimin. Peperangan pun dimenangkan oleh kaum Muslimin.

Tibalah saatnya Mekah ditaklukkan. Rasulullah SAW memasuki Mekah sambil bersyukur dan mengumandangkan takbir dengan puluhan ribu kaum Muslimin.

Rasulullah SAW menyuruh Bilal bin Rabah untuk naik ke atas masjid dan mengumandangkan adzan. Bilal pun melaksanakan perintah Rasulullah SAW tersebut. Seluruh masyarakat pun terkejut dan terpukau dengan suara adzan Bilal.

Adzan Terakhir Bilal bin Rabah

Beberapa saat kemudian, Rasulullah SAW wafat. Urusan kaum Muslimin dipegang oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq.

Bilal bin Rabah datang kepada Abu Bakar Ash-Shidiq dan berkata dengan air mata yang berlinang, “Sungguh aku tidak akan lagi mengumandangkan adzan untuk siapa pun sesudah Rasulullah.”

Singkat cerita, Bilal bin Rabah bertekad untuk berjuang di jalan Islam. Suaranya yang merdu, lebut, dan menyentuh itu tidak lagi mengumandangkan adzan seperti biasa. Sebab, ketika ia mengucap kalimat “Asyahu anna Muhammadarrasulullah”, maka ia akan sedih karena ingat kepada Rasulullah SAW.

Adzan terakhir yang ia kumandangkan adalah ketika Amirul Mukminin Umar berkunjung ke Syam. Ketika itu, kaum Muslimim meminta Umar agar membujuk Bilal untuk mengumandangkan adzan bagi mereka.

Amirul Mukminin Umar pun memanggil Bilal ketika waktu salat tiba. Umar berharap kepada Bilal agar dirinya mau mengumandangkan adzan.

Hingga pada akhirnya, Bilal bin Rabah naik ke menara dan segera mengumandangkan adzan. Para sahabat dan orang-orang yang mendengar suara adzan Bilal pun menangis. Umar adalah orang yang paling keras tangisannya di antara mereka.

Wafatnya Bilal bin Rabah

Bilal wafat di Syam sebagai seorang pejuang di jalan Allah SWT. Merujuk pada buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi oleh Muhammad Raji Hasan Kinas, eberapa sejarawan memiliki perbedaan pendapat mengenai wafatnya Bilal bin Rabah.

Sebagian mengatakan bahwa Bilal bin Rabah wafat di Damaskus dan dimakamkan di Bab al-Saghir. Sebagian lain mengatakan bahwa Bilal bin Rabah wafat di Halb Aleppo dan dimakamkan di Bab al-Arba’in.

Bilal bin Rabah wafat tanpa meninggalkan keturunan seorang pun. Semoga Allah SWT merahmatinya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengenal 5 Rasul Ulul Azmi dan Mukjizatnya, Ada Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad



Jakarta

Islam memiliki 25 para nabi dan rasul yang wajib diimani. Dari jumlah tersebut, hanya terdapat lima rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi.

Lima rasul bergelar Ulul Azmi tersebut adalah Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Lantas, apa arti dari Ulul Azmi? Berikut pengertian dan rasul Ulul Azmi beserta mukjizatnya.


Pengertian Ulul Azmi dan Kriterianya

Merangkum buku Menguak Rahasia Kehebatan Para Kekasih Allah: 1001 Mukjizat Para Nabi dan Karamah Para Sahabat oleh M. Nawawi, Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi. Mereka mendapatkan gelar tersebut karena mereka hidup dengan penuh ketabahan, kesabaran luar biasa, dan pantang menyerah dalam menyebarkan agama Islam.

Diantara banyaknya jumlah para nabi dan rasul, hanya terdapat lima rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Mereka adalah Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Kriteria rasul Ulul Azmi harus menyandang beberapa hal berikut:

– Memiliki kesabaran yang tinggi dalam berdakwah
– Senantiasa berdoa agar kaum mereka diberikan hidayah oleh Allah SWT
– Senantiasa memohon kepada Allah SWT agar tidak menurunkan azab kepada kaum mereka.

Rasul Ulul Azmi dan Mukjizatnya

1. Nabi Nuh AS dan Mukjizatnya

Sebelum Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS untuk meluruskan akidah yang tercemar, jauh sebelumnya telah hidup lima orang saleh. Mereka adalah kakek moyang kaum Nabi Nuh AS yang bernama Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.

Setelah mereka meninggal, orang-orang membuatkan patung untuk mengenang kebaikan mereka. Namun patung-patung tersebut beralih fungsi menjadi sesembahan.

Dalam situasi yang penuh kekufuran, Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS untuk mengajak umatnya kembali ke jalan yang benar dengan penuh kesabaran meskipun kaumnya mengejeknya. Nabi Nuh AS adalah nabi yang tidak terpengaruh oleh adat-istiadat yang menyimpang dari kebenaran.

Di antara sejumlah mukjizat Nabi Nuh AS yang terkenal adalah membuat kapal besar yang membuat ia dan kaumnya selamat dari azab banjir bandang.

2. Nabi Ibrahim AS dan Mukjizatnya

Nabi Ibrahim AS adalah nabi yang lahir di Faddam A’ram, Babilonia Baru. Pada saat itu Faddam A’ram dipimpin oleh raja zalim yang bernama Namrud bin Kan’an.

Suatu malam, Raja Namrud bermimpi aneh dan membuatnya gelisah. Ia segera memanggil tafsir mimpi kerajaan. Tafsir mimpi tersebut menyatakan bahwa akan ada bayi lelaki yang membawa agama baru dan menghancurkan berhala.

Dengan perasaan yang khawatir, Raja Namrud memerintahkan pasukannya untuk membunuh semua bayi lelaki yang baru lahir. Namun, Nabi Ibrahim AS selamat dari pembunuhan tersebut.

Nabi Ibrahim AS memiliki beberapa mukjizat, di antaranya jarinya yang mengeluarkan susu dan madu, dapat melihat burung mati dihidupkan kembali, selamat dari kobaran api, dan selamat dari serangan nyamuk.

3. Nabi Musa AS dan Mukjizatnya

Nabi Musa adalah nabi dan rasul yang menerima Kitab Taurat. Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk memimpin Bani Israil ke jalan yang benar.

Beliau dilahirkan di Mesir pada masa pemerintahan Fir’aun. Fir’aun adalah raja yang sangat zalim dan ingkar kepada Allah SWT.

Allah SWT memberikan beberapa mukjizat kepada Nabi Musa AS untuk melawan Fir’aun dan mengajak kaumnya menuju ke jalan yang benar. Beberapa mukjizat tersebut yaitu selamat dari pembunuhan massal, berjumpa ibundanya yang melahirkannya, bisa berbicara dengan Allah SWT, tongkatnya bisa berubah menjadi ular, bisa menghapus paceklik, menghadirkan azab atas izin Allah SWT seperti badai besar, hama pengerat, dan ribuan katak.

4. Nabi Isa AS dan Mukjizatnya

Dirangkum dari buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X oleh Thoyib Sah Saputra, Nabi Isa AS memiliki kesabaran dan keteguhan luar biasa dalam menyampaikan ajaran Allah SWT. Kehidupannya menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

Merujuk pada buku Keagungan Mukjizat Nabi Muhammad SAW oleh Said Abdul Azhim, mukjizat Nabi Isa AS di antaranya yaitu bahwa beliau diciptakan Allah SWT dengan malaikat Jibril meniupkan ruh ke Maryam. Nabi Isa AS masih hidup dan tidak wafat (ruh dan jasadnya berada di langit paling dekat dan akan turun menjelang hari kiamat).

5. Nabi Muhammad SAW dan Mukjizatnya

Dirangkum dari buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X, Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi. Sejak kecil, beliau mengalami masa-masa sulit.

Meskipun harus mengalami masa-masa sulit, dengan sabar dan tabah Nabi Muhammad SAW menghadapinya.

Tantangan terberatnya datang setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Ia juga harus ikut menderita ketika Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah karena dakwahnya.

Mukjizat Nabi Muhammad SAW di antaranya terdapat pada kepribadian dan pemikiran beliau, mampu menahan penderitaan di jalan Allah SWT, mukjizat membebaskan akal (tidak memikirkan duniawi selain hanya tertuju kepada Allah SWT) dan mengalami Isra’ dan Mi’raj.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Zakaria AS saat Mengharapkan Keturunan



Jakarta

Nabi Zakaria AS adalah keturunan Nabi Sulaiman AS. Seluruh usianya dipergunakan untuk menyeru kaum bani Israil agar bertakwa kepada Allah SWT, tapi mereka malah membangkang.

Hingga usia senja, Nabi Zakaria AS tak kunjung diberi keturunan. Padahal ia sangat berharap memiliki anak yang kelak bisa meneruskan dakwahnya.

Merangkum buku Belajar dari Para Rasul dan Nabi Jilid 5 oleh Abu Azka Ibn Abbas, Nabi Zakaria AS terus berdoa siang-malam. Ia tak henti-hentinya memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak.


Nabi Zakaria AS berharap Allah SWT memberinya seorang putra yang dapat meneruskan tugasnya memimpin bani Israil. Beliau khawatir jika kelak meninggal, kaumnya akan mengubah syariat Nabi Musa AS dengan menambah atau mengurangi isi Taurat dengan seenak hati mereka.

Setelah Nabi Zakaria AS menginjak 90 tahun, Allah SWT akhirnya mengabulkan doa Nabi Zakaria AS dan istrinya, Hanna. Mereka diberi keturunan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya.

Padahal, Nabi Zakaria AS sudah tua. Istrinya pun mandul sehingga tidak memungkinkan untuk memiliki anak. Namun, karena kasih sayang Allah SWT kepada Nabi Zakaria AS, ia pun akhirnya diberi keturunan.

Yahya adalah nama yang diberikan langsung oleh Allah SWT. Sebelumnya, Allah SWT tidak pernah menciptakan orang yang serupa dengan Yahya.

Kelak anak Zakaria inilah yang akan memberikan firman Allah SWT tentang Nabi Isa AS. Ia meneruskan perjalanan dakwah Nabi Zakaria AS dan menjadi seorang nabi.

Demikian kisah singkat Nabi Zakaria AS yang berharap memiliki keturunan. Karena kesabarannya itu, ia pun akhirnya dikaruniai seorang anak.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com