Category Archives: Kisah

10 Mukjizat Nabi Daud, Mampu Lunakkan Besi



Jakarta

Umat Islam wajib mengetahui 25 para nabi dan rasul. Salah satu dari 25 para nabi dan rasul tersebut adalah Nabi Daud AS.

Selain kisahnya dalam menyebarkan ajaran Islam, Nabi Daud AS memiliki beberapa mukjizat. Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Daud AS dalam menyebarkan ajaran Islam.

Beberapa kisah tentang Nabi Daud AS termaktub dalam ayat Al-Qur’an, demikian juga dengan mukjizat yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Daud AS.


Mukjizat Nabi Daud AS

Dirangkum dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS Hingga Muhammad SAW oleh Usman bin Affan bin Abul AS bin Umayyah bin Abdu Syams:

1. Berhasil Mengalahkan Raja Jalut

Nabi Daud AS menjadi raja setelah terbunuhnya raja kafir yang bernama Jalut. Kemudian, pasukan Thalut yang sedikit berhasil mengalahkan pasukan Jalut.

Kisah kemenangan Nabi Daud AS tersebut termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 251,

فَهَزَمُوْهُمْ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَقَتَلَ دَاوٗدُ جَالُوْتَ وَاٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهٗ مِمَّا يَشَاۤءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْاَرْضُ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ ٢٥١

Artinya: “Mereka (tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian, Allah menganugerahinya (Daud) kerajaan dan hikmah (kenabian); Dia (juga) mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Akan tetapi, Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.”

2. Karunia Hikmah Ilmu dan Kenabian

Allah SWT memberikan hikmah dan ilmu pengetahuan kepada Nabi Daud AS. Hikmah dan ilmu pengetahuan tersebut termaktub dalam surah Shaad ayat 17-20

اِصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوٗدَ ذَا الْاَيْدِۚ اِنَّهٗٓ اَوَّابٌ ١٧ اِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهٗ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْاِشْرَاقِۙ ١٨ وَالطَّيْرَمَحْشُوْرَةً ۗ كُلٌّ لَّهٗٓ اَوَّابٌ ١٩ وَشَدَدْنَا مُلْكَهٗ وَاٰتَيْنٰهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ ٢٠

Artinya: “Bersabarlah atas apa yang mereka katakan dan ingatlah akan hamba Kami, Daud, yang mempunyai kekuatan. Sesungguhnya dia adalah orang yang selalu kembali (kepada Allah). Sesungguhnya Kami telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) pada waktu petang dan pagi. (Kami menundukkan pula) burung-burung dalam keadaan berkumpul. Masing-masing sangat patuh kepadanya (Daud). Kami menguatkan kerajaannya serta menganugerahkan hikmah (kenabian) kepadanya dan kemampuan dalam menyelesaikan perkara.”

3. Orang Pertama yang Mengerjakan Puasa Sunnah Daud

Nabi Daud AS adalah seorang hamba yang sangat tulus dan selalu bersyukur. Beliau senantiasa berpuasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya. Nabi Daud AS selalu bangun di tengah malam, tidur sepertiga malam dan berjalan seperenamnya.

Meskipun diberikan kerajaan, Nabi Daud AS tetap bekerja keras dan hanya memakan hasil jerih payahnya sendiri. Bahkan, di kehidupannya yang sederhana terlihat dari syari’atnya, puasa Nabi Daud AS yaitu berpuasa setiap dua hari sekali. Hingga saat ini, puasa sunnah daud masih dilakukan umat Islam.

4. Karunia Kitab Zabur

Allah SWT menganugerahkan Nabi Daud AS kitab suci Zabur (Mazmur). Tujuannya adalah sebagai bekal untuk mengajarkan kepada kaumnya agar menyembah Allah SWT dan mengerjakan ibadah puasa.

Selain berisi pelajaran dan peringatan, Kitab Zabur juga berisi nyanyian puji-pujian kepada Tuhan. Nyanyian ini sering juga disebut dengan Mazmur.

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS pada malam ke-13 Ramadhan setelah 500 tahun dari turunnya Taurat.

5. Karunia Kerajaan Besar

Allah SWT memberikan Nabi Daud AS sebuah kerajaan yang besar. Dengan kerajaan tersebut, Allah SWT memerintahkan Nabi Daud AS untuk melaksanakan pemerintahan dengan adil.

Nabi Daud AS menjadi raja pengganti Thalut. Nabi Daud AS diberikan kesempatan untuk menjadi raja yang memimpin kerajaan kuat yang tidak dapat dikalahkan musuh dan selalu mendapat kemenangan.

6. Gunung dan Burung Bertasbih Bersama Nabi Daud AS

Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Daud AS dengan menundukkan gunung dan membuat burung bertasbih bersamanya setiap pagi dan senja. Nabi Daud AS diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-burung.

Nabi Daud AS memiliki suara yang sangat merdu dan tidak ada bandingannya. Jika Nabi Daud AS sedang membacakan Kitab Zabur, maka suaranya yang merdu dan lembut jika didengar oleh orang yang sakit, maka ia akan sembuh.

7. Melunakkan Besi Seperti Lilin

Nabi Daud AS dapat melunakkan besi menjadi lunak seperti lilin, sehingga ia dapat merubah besi itu tanpa memerlukan api atau peralatan apapun. Dari besi itu, Ia dapat membuat baju besi yang kokoh.

8. Kisah Nabi Daud Dengan Ulat

Dalam kitab Imam Al-Ghazali menceritakan, Nabi Daud AS sedang membaca Kitab Zabur dan datanglah seekor ulat merah.

Lalu Nabi Daud AS berkata pada dirinya “Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?”. Atas izin Allah SWT, ulat tersebut berkata, “Wahai Nabi Allah ! Allah SWT telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca ‘Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar’ setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca ‘Allahumma sholli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa shohbihi wa sallim’ setiap malam sebanyak 1000 kali’.”

Hingga pada akhirnya, Nabi Daud AS menyadari kesalahannya karena memandang remeh ulat tersebut. Nabi Daud AS yang takut kepada Allah SWT tersebut kemudian bertobat dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.

10. Membangun Baitul Maqdis

Pada suatu hari, penyakit kolera di kerajaan Nabi Daud menyebar dan mengakibatkan banyak rakyatnya mati. Kemudian Nabi Daud AS berdoa kepada Allah SWT agar wabah tersebut hilang.

Atas izin Allah SWT, wabah tersebut hilang. Untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah SWT, Nabi Daud AS bersama sang putra, Nabi Sulaiman AS membangun tempat suci yang bernama Baitul Maqdis yang kini dikenal sebagai Masjidil Aqsa di Palestina.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kain Kafan Abu Bakar Ash Shiddiq, Baju Putih yang Sudah Lusuh



Jakarta

Abu Bakar Ash Shiddiq RA merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang pertama kali masuk Islam. Beliau sangat berjasa dalam memperjuangkan Islam.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA memiliki beberapa kisah yang sangat penting dan menarik untuk umat Islam. Salah satunya yaitu kisah kain kafan Abu Bakar Ash Shiddiq.

Kain kafan yang dipakai oleh Khalifah pertama ini tidak hanya sebuah kisah biasa, melainkan mengandung makna dan pelajaran untuk umat Islam.


Kisah Kain Kafan Abu Bakar Ash Shiddiq

Dirangkum dari buku Tarikh Khulafa oleh Ibrahim al-Quraibi, dalam Shahih al-Bukhari, dari Urwah bin Zubair, dari Aisyah RA yang menuturan bahwa ia masuk ke kamar Abu Bakar RA saat ajalnya sudah dekat.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA bertanya, “Dalam berapa kafan kalian mengafani Nabi SAW?”

“Tiga baju berwarna putih yang dipintal, tanpa gamis dan selendang,” jawab Aisyah.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA kembali bertanya, “Pada hari apa Rasulullah SAW meninggal dunia?”

“Hari Senin.”

“Hari apakah ini?” tanya Abu Bakar RA lagi.

Aisyah menjawab, “Hari Senin.”

Abu Bakar Ash Shiddiq RA berkata, “Aku berharap diriku wafat sebelum malam.”

Kemudian, beliau melihat baju yang ia kenakan saat sakit itu. Ia melihatnya beroleskan minyak Ja’faran.

Lantas, Abu Bakar Ash Shiddiq RA berkata, “Cucilah bajuku ini dan tambahlah dua baju lagi. Kafani aku dengan kedua baju itu.”

Aisyah mengatakan, “Baju ini sudah usang.”

Abu Bakar Ash Shiddiq menukasnya, “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai baju baru daripada orang yang sudah mati. Itu hanyalah bekas muntah.”

Abu Bakar Ash Shiddiq RA meninggal dunia pada sore menjelang malam Selasa dan dimakamkan sebelum Subuh. (HR Bukhari).

Ibnu Hajar menyatakan bahwa terdapat beberapa hikmah yang terkandung dalam hadits ini. Di antaranya yaitu dianjurkannya mengafani dengan menggunakan baju putih, menggunakan kafan tiga lapis, kebolehan mengafani dengan menggunakan baju yang dicuci, lebih mengutamakan orang hidup untuk memakai baju baru, menguburkan mayat di malam hari, keutamaan Abu Bakar RA dan kebenaran firasatnya, serta ketenangannya saat meninggal dunia.

Meninggalnya Abu Bakar Ash Shiddiq

Dirangkum dari sumber sebelumnya, Abu Bakar Ash Shiddiq RA menderita sakit panas selama 15 hari. Sakit tersebut diderita oleh Abu Bakar RA sejak hari ketujuh bulan Jumadil Akhir tahun 13 H.

Selasa sore, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir, Abu Bakar Ash Shiddiq menemui ajalnya. Beliau mengucapkan kalimat terakhir menjelang wafatnya, seperti yang termaktub dalam potongan surah Yusuf ayat 101,

… تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ١٠١

Artinya: “…Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.”

Setelah dimandikan, jenazah Abu Bakar Ash Shiddiqh dikafani pada dua bajunya, sesuai dengan wasiatnya. Kemudian disalati dengan Umar bin Khathab RA sebagai pemimpinnya.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA dimakamkan di malam hari di kamar Aisyah. Kepalanya ditempatkan di kedua pundak Rasulullah SAW.

Menurut Ibnu Hajar, Abu Bakar Ash Shiddiq RA meninggal karena penyakit paru-paru. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq RA mandi saat musim dingin, kemudian beliau sakit panas selama 15 hari.

Sedangkan dalam pendapat shahih dikatakan bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq RA diracun oleh orang Yahudi. Beliau wafat seperti umur Rasulullah SAW, yaitu dalam umur 63 tahun.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Biografi Abdul Qadir Jailani, Tokoh Sufi Termasyur di Indonesia


Jakarta

Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan tokoh sufi yang paling termasyur di Indonesia. Tokoh sufi ini lebih dikenal masyarakat dengan cerita-cerita karamahnya dibandingkan ajaran spiritualnya.

Selain di Indonesia, ulama Persia ini sangat dihormati umat muslim di India dan Pakistan dan disebut sebagai wali yang mempunyai banyak kelebihan. Beliau memperoleh banyak julukan, seperti penghidup agama dan Ghaus-e-Azam yang berarti orang suci terbesar dalam Islam.

Selain itu, Abdul Qadir Jailani juga dikenal sebagai ulama yang mendirikan Tarekat Qadiriyah dan ulama bermazhab Hambali. Pada artikel ini akan dibahas mengenai biografi singkat dari Abdul Qadir Jailani.


Biografi Singkat Abdul Qadir Jailani

Syekh Abdul Qadir Jailani adalah Syeikh pertama dalam Tarekat Qadariyah. Nama asli ulama fikih ini lengkap dengan nasabnya adalah Asy-Syekh Abdul Qadir bin Abi Sholeh bin Janaky Dausat bin Abi Abdillah Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa Al-Huzy bin Abdullah Al-Himsh bin Al-Hasan bin Al-Mutsanna bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib Al-Jailani.

Menukil Tasfir Jailani oleh Syekh Abdul Qadir Jailani, beliau lahir di Jalan, sebelah selatan laut Kaspia Iran pada tahun 470 H/1077 M. Dari pihak ibunya Sayyidina Fatimah, beliau ada keturunan Sayyidina Husain (cucu Nabi Muhammad SAW), sedangkan dari pihak ayah masih ada keturunan Sayyidina Hassan (cucu Nabi Muhammad SAW) .

Setelah menyelami pengetahuan agama di kota kelahirannya, pada tahun 1095 M beliau terdorong untuk merantau ke Baghdad, kota yang pada saat itu menjadi pusat peradaban dan pengetahuan Islam. Beliau bermaksud menimba ilmu lebih dalam lagi mengenai Islam di sana.

Selama di Baghdad, Abdul Qadir Jailani muda menjumpai para ulama, berguru dan bersahabat dengan mereka, sehingga ia berhasil menguasai ilmu lahir dan batin. Salah seorang yang menjadikan beliau seorang ahli sufi yang dihormati adalah ad-Dabbas yang membimbingnya dalam bidang tasawuf.

Karya-Karya Abdul Qadir Jailani

Menukil Al-Kisah no. 07 yang diterbitkan pada 7 April 2011, berikut karya-karya Abdul Qadir Jailani:

  1. Tafsir al-Jailani
  2. Al-Fatthu ar-Rabbani wa al-faydh ar-Rahmani
  3. As-Sholawat wa al-Aurad
  4. Al-rasail
  5. Yawaqit al-hikam
  6. al-Ghunyah li thalibi Thariqil Haqq
  7. Futuh al-Ghaib
  8. Ad-diwan
  9. Sirrul asrar
  10. Asrarul asrar
  11. Jalaul khathir
  12. Al-amru al-muhkam
  13. Ushulus Saba’
  14. Mukhtasar ihya ulumuddin
  15. Ushuluddin

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Ikrimah bin Abu Jahal, Musuh yang Jadi Sahabat Rasulullah SAW



Jakarta

Dalam melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyiarkan ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW dibantu oleh para sahabat. Para sahabat tersebut setia mendampingi Rasulullah SAW, bahkan menyiarkan ajaran Islam setelah Rasulullah SAW wafat.

Salah satu sahabat Rasulullah SAW bernama Ikrimah bin Abu Jahal. Ikrimah bin Abu Jahal merupakan salah satu sosok menarik dalam Islam.

Kisah Ikrimah bin Abu Jahal

Dirangkum dari buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi oleh Muhammad Raji Hasan Kinas, Ikrimah bin Jahal berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Makhzum. Ayahnya bernama Abu al-Hakam bin Hisyam atau Abu Jahal.


Ikrimah dan ayahnya termasuk orang yang sangat memusuhi Islam dan kaum muslim. Mereka selalu mencari cara untuk menyakiti Nabi Muhammad SAW.

Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hak orang yang terzalimi. Allah SWT akan membalas orang yang berbuat zalim dengan pembalasan yang sangat pedih.

Hal tersebut terbukti dalam Perang Badar. Allah SWT membalas kekejaman dan kezaliman kaum musyrik Quraisy atas kaum muslim.

Ketika mendengar banyak pemimpin Quraisy terbunuh, Ikrimah berusaha mencari ayahnya. Namun, yang Ikrimah temukan yaitu jasad ayahnya tanpa kepala.

Kematian ayahnya dan kekalahan Quraisy dalam Perang Badar membuat Ikrimah sangat berduka dan gelisah. Kemudian ia pergi menemui Shafwan dan berencana untuk membalas kaum muslimin.

Dalam waktu singkat, mereka berhasil membangkitkan gairah kaum Quraisy untuk balas dendam. Sebanyak 3000 pasukan berhasil mereka kumpulkan.

Mereka bergerak ke Madinah dan berhenti di perbukitan Uhud, peperangan pun berlangsung. Kaum muslimin saat itu menuju kepada kekalahan karena ketidakpatuhan pasukan pemanah terhadap perintah Rasulullah SAW.

Dari sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan untuk membunuh buronan kafir Quraisy di Makkah. Namun Ikrimah berhasil melarikan diri dan meninggalkan Makkah dengan kapalnya.

Namun badai menerjang kapalnya. Ketika Allah SWT menyelamatkannya dari badai tersebut, Ikrimah segera menemui Rasulullah SAW dan mengucapkan syahadat. Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan Makkah, Ikrimah merasa takut dan menyadari segala dosanya.

Setelah menyatakan masuk Islam dan berhijrah ke Madinah, beberapa sahabat masih tidak dapat melupakan kejahatan Abu Jahal. Sebab itulah, ketika melihat Ikrimah berjalan-jalan di Madinah, Ikrimah mendapatkan perlakuan yang buruk.

Mereka mencela Ikrimah berulang kali. Sebab tak tahan dengan celaan tersebut, Ikrimah pun mengadukannya kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW menghiburnya dan berjanji untuk membujuk agar orang-orang tidak menyakitinya lagi.

Tak lama kemudian saat Rasulullah SAW berkesempatan untuk khutbah, beliau mengatakan agar tidak menyakiti seorang muslim hanya lantaran orang tuanya kafir. Setelah itu, kaum muslimin mengakhiri celaan mereka terhadap Ikrimah.

Ikrimah tumbuh menjadi muslim yang taat dan kukuh dalam keislamannya. Ia juga memiliki peranan penting dalam beberapa peristiwa.

Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shidiq, Ikrimah diutus membawa pasukan menuju Aman untuk memerangi orang-orang murtad. Ikrimah bertempur dengan gagah dan berani. Setelah berhasil menumpas kemurtadan di Aman, ia berangkat menuju Syam untuk berjihad.

Ikrimah bersama pasukan Khalid juga ikut serta memerangi pasukan Roma dalam Perang Yarmuk. Ketika perang usai dan perang dimenangkan oleh kaum muslim, mereka menemukan jenazah Ikrimah bin Abu Jahal di antara para syuhada.

Abu Jahal gagal mengajak anaknya ke dalam neraka. Allah SWT berkehendak menempatkannya di tempat yang penuh dengan kebaikan yang abadi.

Semoga Allah SWT merahmatinya. Aamiin.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Peninggalan Abu Bakar As Shiddiq ketika Wafat


Jakarta

Abu Bakar As Shiddiq RA merupakan sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menjadi orang pertama yang memeluk Islam setelah Nabi Muhammad SAW.

Dalam memperjuangkan Islam, Abu Bakar As Shiddiq RA memberikan dedikasinya untuk menciptakan fondasi yang kokoh untuk umat muslim. Beliau juga memberikan beberapa peninggalan untuk umat muslim.

Lantas, apa saja peninggalan Abu Bakar As Shiddiq RA? Berikut beberapa peninggalan Abu Bakar As Shiddiq RA.


Biografi Abu Bakar As Shiddiq

Dirangkum dari buku Jejak Langkah Abu Bakar Ash-Shidiq oleh Ari Ghorir Atiq, Abu Bakar As Shiddiq RA merupakan salah satu Khulafa’ al-Raasyidun (para pengganti yang mendapat bimbingan ke jalan yang lurus). Beliau juga merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang pertama kali masuk Islam.

Abu Bakar As Shiddiq RA lahir pada tahun 572 M, keturunan Bani Taim, golongan Quraisy. Beliau terlahir dengan nama Abu Bakar Abdullah ‘Atiq bin Abi Quhafah Usman.

Abu Bakar As Shiddiq RA terkenal memiliki kepribadian yang baik di antara Quraisy yang lain. Beliau memiliki sifat yang sabar, ramah, dan penuh dengan kasih sayang.

Merujuk pada buku Fikih Sirah: Hikmah Tersirat dalam Lintas Sejarah Hidup Rasulullah SAW oleh Said Ramadhan Al-Buthy, Abu Bakar As Shiddiq RA wafat dalam usia 63 tahun, pada tahun ke-13 H tanggal 23 Jumada Al-Tsaniyah. Jasadnya dimakamkan di rumah Aisyah RA, di samping makam Rasulullah SAW.

Peninggalan Abu Bakar As Shiddiq

Dirangkum dari buku Jejak Langkah Abu Bakar Ash-Shidiq, Abu Bakar As Shiddiq RA tidak meninggalkan harta apapun. Sebagian harta yang dimiliki Abu Bakar As Shiddiq RA telah diberikan kepada Umar. Meski tidak meninggalkan harta, Abu Bakar As Shiddiq RA memiliki jasa yang sangat banyak bagi kepentingan Islam.

1. Wafat Meninggalkan Empat Istri

Ketika Abu Bakar As Shiddiq RA wafat, beliau meninggalkan beberapa istri, di antaranya:

  • Qatilah binti Abdul Uzai bin Abdul As’ad bin Nadhar bin Malik bin Hasal bin Amir bin Lu’ay. Anaknya bernama Abdullah dan Asma’ Dzat an-Nithaqain.
  • Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdul Syams bin Itab. Anaknya bernama Abdurrahman dan Aisyah.
  • Asma’ binti Umais bin Ma’ad bin Taim bin Harits al-Khats’amiyyah. Anaknya bernama Muhammad bin Abu Bakar.
  • Habibah binti Kharijah al-Anshariyyah. Anaknya bernama Ummu Kulstum.

2. Peninggalan Berupa Baitul Mal

Ketika Abu Bakar As Shiddiq RA masih hidup, beliau telah membangun Baitul Mal. Baitul Mal tersebut berada di daerah Sanah, dan ikut pindah ketika Abu Bakar As Shiddiq RA pindah ke Madinah.

Di dalam Baitul Mal terdapat hasil penambangan dari para kabilah, di antaranya berasal dari penambangan Juhainah. Kas yang berada di dalam Baitul Mal tersebut digunakan Abu Bakar RA untuk diberikan kepada umat Islam dengan jumlah tertentu. Hal itu bertujuan untuk meratakan keadilan di seluruh rakyatnya.

Kas Baitul Mal tersebut juga digunakan untuk membeli kuda dan peralatan perang lainnya. Tujuannya yaitu untuk melengkapi peralatan pasukan Islam. Sebelum musim dingin tiba, Abu Bakar As Shiddiq RA membeli selimut beludru yang ia bagikan kepada seluruh janda di Madinah.

Beberapa hari setelah Abu Bakar As Shiddiq RA dimakamkan, Umar dan beberapa sahabat lainnya membuka Baitul Mal peninggalan Abu Bakar As Shiddiq RA. Mereka hanya menemukan uang satu dirham yang tersimpan di dalam karung yang biasanya digunakan untuk menyimpan harta.

Mereka tidak menemukan apapun di dalamnya. Ternyata Abu Bakar RA benar-benar tidak ada urusan mengenai harta terhadap siapapun ketika beliau wafat.

3. Peninggalan Berupa Unta

Dirangkum dari buku Abu Bakar Al-Shiddiq: Khalifah Pembawa Kebenaran oleh Khalid Muhammad Khalid, Abu Bakar As Shiddiq RA mewasiatkan agar harta bendanya dikembalikan ke Baitul Mal, yaitu seekor unta. Unta tersebut dipergunakan untuk mengambil air, mangkuk yang digunakan untuk menampung susu perah ternak, serta sehelai kain yang digunakan ketika ada tamu yang berkunjung.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sosok Said bin Musayyab, Tabi’in yang Tolak Bangsawan Kaya Jadi Menantu


Jakarta

Said bin Musayyab adalah seorang tabi’in yang hidup setelah era Khulafaur Rasyidin. Sosok Said bin Musayyab terkenal karena kesalehan dan kisah keimanannya.

Kisahnya kesalehan dan keimanan Said bin Musayyab patut dicontoh umat Islam. Ia selalu mengedepankan akhirat daripada dunia beserta perhiasannya.

Sosok Said bin Musayyab

Mengutip buku Kisah Orang-Orang Sabar karya Nasiruddin, Said bin Musayyab adalah seorang tokoh ulama tabi’in atau seseorang yang hidup pada generasi Islam kedua setelah masa Rasulullah SAW.


Imam Said bin Musayyab awalnya merupakan seorang ulama yang memiliki banyak harta, kedudukan yang tinggi, dan dari suku Quraisy. Namun, semua itu rela ia tinggalkan demi menjalani hidup wara’, yakni meninggalkan kemewahan duniawi sehingga mencapai kesalehan dan ketakwaan tinggi.

Dalam sejarah disebutkan, Said bin Musayyab sudah pernah melakukan haji lebih dari 30 kali. Ia juga merupakan orang yang tidak pernah meninggalkan salat berjamaah di masjid selama 40 tahun. Bahkan ia selalu menempati saf pertama selama itu juga.

Imam Said bin Musayyab memiliki seorang putri yang sangat cantik dan bahkan paling cantik di tempat itu. Putrinya juga merupakan seorang perempuan yang paling mendalami ilmu Al-Qur’an dan sunah rasul.

Rabi’ BAdur Rauf Az-Zawawi menyebutkan dalam Al-Baqiyatus Shalihat: Amalan Abadi yang Tidak Merugi bahwasanya Said bin Musayyab terbiasa menghabiskan malam-malamnya untuk mendalami ilmu.

Pada siang hari, ia gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT juga. Ia rela melakukan perjalanan selama berbulan-bulan hanya untuk memastikan kesahihan sebuah hadits.

Ketika sudah masanya sang putri menikah, terjadilah sebuah cerita yang menunjukkan betapa teguhnya ketakwaan Said bin Musayyab. Bagaimana kisah itu?

Kisah Said bin Musayyab Tolak Putra Mahkota Umayyah Jadi Menantu

Diambil dari dua sumber di atas, suatu hari, Khalifah dari Dinasti Umayyah yang bernama Khalifah Abdul Malik bin Marwan datang menemui Said bin Musayyab untuk meminangkan putranya, Al-Walid bin Abdul Malik, dengan putri Musayyab yang terkenal cantik dan pandai ilmu agama.

Said bin Musayyab bukannya menerima lamaran dari putra mahkota yang kaya raya itu, namun malah menolaknya. Sebab, Al Walid adalah seorang pemuda yang banyak melakukan dosa dan lemah agamanya.

Keluarga istana Dinasti Umayyah tetap berusaha keras untuk dapat menikahkan sang putra mahkota dengan putri Said bin Musayyab yang cantik dan salihah itu. Namun, keteguhan hatinya tidak pernah berubah.

Said bin Musayyab tetap menolak tawaran pihak istana dan Al-Walid untuk mempersunting putrinya meskipun ia disakiti dengan hukuman seratus cambukan.

Akhirnya, Said bin Musayyab dan keluarganya pindah dari Damaskus ke Makkah demi mendapatkan tempat yang nyaman kembali.

Suatu hari, Said bin Musayyab melihat seorang muridnya yang bernama Abdullah bin Wada’ah kembali setelah beberapa waktu menghilang dari majelisnya.

Abdullah bercerita, Said bin Musayyab bertanya kepadanya, “Ke mana saja kamu?”

Kemudian ia menjawab, “Istriku meninggal dunia, sehingga aku tersibukkan dengannya.”

Said lalu berkata, “Mengapa kamu tidak memberi tahu aku, maka aku akan datang di prosesi pemakamannya!”

Ketika Abdullah ingin berdiri, ia bertanya kembali, “Apakah kamu sudah menemukan perempuan lain sebagai penggantinya?”

Abdullah menjawab, “Yarhamukallah, siapakah yang bersedia menikahkan putrinya denganku, sedangkan aku tidak mempunyai kekayaan selain dua atau tiga dirham saja!?”

Said bin Musayyab lalu berkata dengan mantab, “Jika aku melakukannya, apakah kamu menerimanya?”

Abdullah menjawab, “Ya.”

Benarlah hal itu terjadi. Said bin Musayyab benar-benar menikahkan putrinya yang cantik dan salihah ini dengan seorang pemuda yang berstatus duda dan miskin. Namun ia tahu, pemuda ini memiliki hati yang bersih dan ketakwaan yang tinggi.

Said bin Musayyab bahkan mengantarkan putrinya sendiri kepada Abdullah setelah mereka menikah dan tentu saja hal ini membuatnya sangat bahagia.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ahli Maksiat yang Tobat dan Jadi Wali Allah



Jakarta

Ada seorang ahli maksiat yang akhirnya mendapat hidayah untuk kembali ke jalan yang dirahmati Allah SWT. Usai bertobat, ia dikenal sebagai wali Allah yang doanya mustajab.

Sosok tersebut adalah ‘Utbah al-Ghulam. Di kalangan sufi, ‘Utbah al-Ghulam adalah sosok yang zuhud, ahli ibadah, dan takut kepada Allah SWT. Hal ini dikatakan Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Tahdzib Mukasyafah Al-Qulub, yang diterjemahkan Mukhlis Yusuf Arbi dan A. Rofi’ Dimyati.

Sebelum terkenal menjadi ahli ibadah yang saleh, ‘Utbah al-Ghulam termasuk golongan fasik dan pendurhaka. Ia gemar berbuat maksiat. Namun, hal ini berubah 180 derajat saat ia menghadiri majelis ilmu Hasan al-Basri.


Dikisahkan dalam buku Inspirasi Murabbi karya Norhafizah Musa, saat ‘Utbah al-Ghulam datang ke majelis tersebut, Hasan al-Basri sedang membahas tafsir surah Al Hadid ayat 16. Ayat tersebut berbunyi,

۞ اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّۙ وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ١٦

Artinya: “Apakah belum tiba waktunya bagi orang-orang yang beriman agar hati mereka khusyuk mengingat Allah dan apa yang turun dari kebenaran (Al-Qur’an). Janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik.”

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Hasan al-Basri memberi sebuah nasihat yang menyentuh hati sehingga para jemaah menangis. Ada salah seorang pemuda di kalangan mereka berdiri dan berkata, “Wahai Mukmin yang paling bertakwa, apakah Allah SWT akan menerima tobat dan doa orang fasik dan pendurhaka seperti saya apabila saya berdoa dan bertobat?”

Hasan al-Basri menjawab, “Ya, Allah SWT akan menerima tobat daripada kefasikan dan kedurhakaan kamu.”

‘Utbah al-Ghulam yang mendengar perkataan itu wajahnya seketika pucat dan tubuhnya menggigil. Tiba-tiba ia menjerit dan jatuh pingsan. Ketika siuman, Hasan al-Basri mendekatinya dan membacakan sebuah bait syair:

Wahai anak muda pendurhaka
Kepada pemilik ‘Arsy nan mulia, adakah kau tahu,
Balasan Tuhan untuk orang-orang yang durhaka?
Yaitu neraka Sa’ir

‘Utbah al-Ghulam lantas menjerit sekuat tenaga dan kembali pingsan. Saat siuman, ia berkata, “Syeikh, apakah Tuhan yang Maha Pengasih akan menerima tobat orang tercela seperti saya?”

Hasan al-Basri menjawab, “Adakah yang menerima tobat hamba yang berperangai kasar selain Tuhan yang Maha Pelindung?”

‘Utbah al-Ghulam kemudian mengangkat kepalanya dan menadahkan tangannya sambil berdoa tiga kali. Dalam doa pertama ia meminta, “Tuhanku, jikalau Engkau menerima tobatku dan mengampuni dosa-dosaku, muliakan aku dengan pemahaman dan hafalan sehingga aku dapat menghafal setiap ilmu dan ayat Al-Qur’an yang aku dengar.”

Lalu, dalam doa kedua ia berkata, “Tuhanku, muliakan aku dengan suara yang indah sehingga setiap orang yang mendengar bacaanku akan bertambah kelembutan kalbunya walaupun kalbu itu sudah mengeras.”

Dalam doa ketiga, ‘Utbah al-Ghulam mengucapkan, “Tuhanku, muliakan aku dengan rezeki yang halal dan berikan aku rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”

Allah SWT pun mengabulkan semua doa ‘Utbah al-Ghulam. Ia pun menjadi sosok yang kuat hafalannya dan semakin bertambah pemahamannya. Setiap orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur’annya langsung bertobat. Ia juga mendapat semangkuk roti dan kuah dalam rumahnya tanpa diketahui siapa yang meletakkannya. Hal ini terjadi hingga ‘Utbah al-Ghulam meninggal dunia.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ditiupkannya Ruh pada Tubuh Nabi Adam AS



Jakarta

Nabi Adam AS adalah nabi dan rasul yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Dirinya juga dikenal sebagai manusia yang pertama kali Allah SWT ciptakan.

Merujuk pada sebuah hadits shahih Muslim, Adam AS diciptakan pada hari Jumat. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

“Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga.” (HR Muslim)


Dijelaskan dalam buku Mukjizat Hadits Nabi yang ditulis Dana Nur, 60 hasta bila dikonversi ke dalam ukuran meter kurang lebih mencapai 27,4320 meter yang kemudian dibulatkan menjadi 30 meter.

Dalam sebuah riwayat dikatakan,

“Tingginya tubuh Adam adalah 60 hasta dengan lebar 7 hasta,” (HR Ahmad)

Ibnu Katsir melalui karyanya yang berjudul Kisah Para Nabi menyebut bahwa Adam AS diciptakan langsung dari tangan Allah SWT. Hal ini dimaksudkan agar iblis tidak sombong kepada Nabi Adam AS.

Adam AS diciptakan dengan tanah yang diambil dari hamparan bumi dengan warna beragam, yaitu putih, merah, dan hitam. Karenanya, kita di dunia dilahirkan dalam keadaan dan warna kulit yang beragam.

Allah SWT berfirman dalam surah Shad ayat 71,

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى خَٰلِقٌۢ بَشَرًا مِّن طِينٍ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”

Kemudian, saat Allah SWT meniupkan ruh Adam AS ke dalam tubuhnya, Dia menceritakannya pada surah Shad ayat 72.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ

Artinya: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”

Lalu, ketika ruh Nabi Adam AS masuk dari kepala, ia bersin. Mendengar itu, malaikat mengucapkan alhamdulillah yang artinya segala puji bagi Allah sebagaimana dikatakan dalam hadits yang berbunyi:

“Setelah Allah meniupkan ruh ke dalam jasad Adam hingga ketika ruh itu sampai di kepalanya, Adam pun bersin dan mengucapkan: ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), Allah Tabaraka wa Ta’ala menjawab: ‘Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)” (HR Ibnu Hibban)

Saat tiba waktunya ruh Adam AS masuk ke mata, sang nabi melihat buah-buahan yang terdapat di surga. Sebelum ruh Nabi Adam AS tiba di kakinya, ia sudah loncat lebih dulu karena ingin mendekati buah-buahan tersebut. Karenanya, pada surah Al Anbiya ayat 37 Allah SWT menjelaskan sifat manusia yang tergesa-gesa.

خُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ مِنْ عَجَلٍ ۚ سَأُو۟رِيكُمْ ءَايَٰتِى فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ

Artinya: “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”

Wallahu a’lam bishawab

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Ayub yang Menjual Rambutnya agar Bisa Beli Makanan



Jakarta

Nabi Ayub AS memiliki seorang istri yang setia dan sabar. Sang istri tetap mendampingi Nabi Ayub AS saat dilanda kemiskinan dan didera penyakit.

Banyak kisah yang menceritakan Nabi Ayub AS dan istrinya. Pasangan ini tetap berdampingan dalam segala kondisi, termasuk ketika Allah SWT memberi ujian berupa kemiskinan dan sakit parah.

Dalam buku Kisah Orang-orang Sabar karya Nasiruddin S. Ag., MM dikisahkan bahwa Nabi Ayub awalnya dikaruniai harta berlimpah, namun kemudian Allah SWT mengambil seluruh hartanya lagi.


Nabi Ayub AS yang asalnya mempunyai banyak putra, satu per satu dicabut nyawanya hingga tak ada sisa. Nabi Ayub AS yang tadinya gagah dan sehat, kemudian ditimpa penyakit yang tak ada obatnya.

Penyakit langka ini membuat badannya membusuk dan mengeluarkan bau tak sedap. Istri-istrinya, satu per satu meninggalkannya, namun hanya satu yang setia.

Dalam buku Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir, istri Nabi Ayyub disebutkan ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa nama istri Nabi Ayyub adalah Rahmah binti Afratsim. Selain itu ada juga yang mengemukakan nama istrinya yakni Liya binti Yusuf binti Ya’qub.

Istrinya ini adalah yang justru paling cantik di antara semua istri Nabi Ayub AS.

Nabi Ayub AS merupakan sosok yang penyabar. Ia dengan lapang dada menerima ujian dari Allah SWT meskipun seluruh masyarakat mengasingkannya. Kesabaran Nabi Ayub AS juga dimiliki sang istri.

Dalam keterpurukannya, Nabi Ayub tetap ingat dan patuh kepada Allah. la selalu rajin bermunajat, bukan berdoa untuk kesembuhan, tapi berdoa agar diberi ketabahan menerima segala ujian.

Suatu hari Nabi Ayub AS dan istrinya tak memiliki sesuatu apa pun untuk mengisi perutnya. Nabi Ayub AS dan istri setianya kelaparan.

Sang istri kemudian pergi ke pasar. Bukan untuk menjual atau membeli sesuatu, karena memang tak punya apa-apa yang dapat dijual. Tidak juga memiliki uang untuk membeli bahan kebutuhan.

Istri Nabi Ayub AS justru menjual rambutnya yang panjang hanya untuk membeli makanan bagi suami tercinta. Pada zaman itu, masyarakat memang terbiasa memakai rambut palsu atau rambut penyambung.

Ketika si istri pulang dengan membawa makanan, Nabi Ayub AS bukannya gembira dengan apa yang dilakukan istrinya, ia malah marah karena istrinya telah menyalahi hukum Allah SWT dengan menjual rambutnya hanya demi makanan.

Nabi Ayub bersumpah, bila Allah SWT memberi kesembuhan ia akan menghukum istrinya, mencambuk seratus kali.

Akhirnya Nabi Ayub memanjatkan doa agar diberi kesembuhan. Singkat kata, Allah SWT pun akhirnya memberi kesembuhan.

Setelah mendapatkan kesembuhan, Nabi Ayub AS hendak melaksanakan sumpahnya untuk menghukum sang istri. Tapi mengingat kesetiaan dan kesalehan perempuan ini, Allah SWT yang Maha Penyayang mengajari Nabi Ayub AS bagaimana melaksanakan sumpah, memukul istri 100 kali tapi tak menyakiti.

Caranya yakni menggabungkan 100 lidi yang diikat jadi satu menjadi sapu, lantas dipukulkan sekali dengan keras. Dengan demikian, berarti Nabi Ayub AS telah memukul 100 kali sekaligus.

Inilah kesabaran yang dicontohkan oleh Nabi Allah. Semua cobaan yang dilaluinya tidak sedikit pun menggoyahkan keimanan dan kesabarannya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Nama Paman Nabi Muhammad SAW


Jakarta

Semasa hidup, Nabi Muhammad SAW memiliki 10 orang paman. Menukil buku Hidup Bersama Al-Qur’an 2 oleh M. Quraish Shihab, berikut nama-namanya.

Dari 10 paman Nabi Muhammad SAW, beberapa di antaranya tetap memilih untuk tidak memeluk Islam. Ada juga yang menentang dakwah Rasulullah SAW.

Nama-nama paman Nabi Muhammad SAW Beserta Kisah Singkatnya

1. Abu Thalib

Abu Thalib bertugas melindungi Nabi Muhammad SAW setelah kepergian ayahnya, Abdul Muthalib. Abu Thalib dikenal selalu membela Nabi Muhammad SAW dari gangguan kaum Quraisy yang menolak dakwah Nabi Muhammad SAW.


Abu Thalib merupakan orang yang paling berjasa dalam membantu dakwah Nabi Muhammad SAW. Namun, hingga akhir hayatnya, Abu Thalib enggan untuk mengucapkan kalimat syahadat.

2. Az-Zubair

Az-Zubair adalah salah satu petinggi dalam kaum Quraisy yang terkenal cerdas. Setelah menikah dengan Atikah binti Abi Wahab, Zubair dikaruniai anak Abdullah bin Zubair yang kelak menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW.

Sebelum Muhammad SAW diangkat menjadi nabi, Zubair pun wafat.

3. Al-Harits

Al-Harits adalah paman Nabi Muhammad SAW yang tertua. Beliau wafat sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi.

4. Hamzah

Hamzah adalah paman Nabi Muhammad SAW yang merupakan kaum Quraisy. Dia memiliki pendirian teguh dalam mempertahankan harga diri dan paling anti dihina. Namun Hamzah memilih untuk memeluk Islam.

5. Abu Lahab

Abu Lahab adalah salah satu paman Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan kisah kematiannya yang tragis. Abu Lahab dikenal kerap menantang ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Kematian Abu Lahab terjadi tujuh hari setelah Perang Badar. Dia mengidap penyakit kulit dan bisul di seluruh tubuhnya sehingga tidak ada satu orang pun yang mau mengurusnya.

Setelah tiga hari jasadnya terlantar, Abu Lahab dikuburkan dengan tidak lazim. Tubuhnya didorong menggunakan kayu hingga masuk ke dalam lubung dan jasadnya dilempari batu kerikil hingga tertimbun.

6. Al Ghaidaq

Al Gahidaq dikenal sebagai paman nabi yang sangat kaya raya dan dermawan. Dia sering memberi makan orang-orang di sekitarnya. Namun, Al Ghaidaq menjadi salah satu paman nabi yang tidak memeluk Islam.

7. Al Muqawwim

Al Muqawwim memiliki nama lain yakni Abdullah Al-Ka’bah. Tidak banyak yang mencatat tentang kehidupan Al Muqawwim sebab ia meninggal sebelum Islam datang dan Nabi Muhammad SAW mendapat gelar ke-nabi-annya.

8. Dhirar

Dhirar adalah paman Nabi Muhammad SAW yang tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Beliau wafat juga sebelum Islam datang.

9. Al Abbas

Al Abbas merupakan anak bungsu dari kakek Nabi Muhammad SAW. Abbas adalah salah satu orang yang senantiasa melindungi Nabi Muhammad SAW dari kaum Quraisy yang selalu ingin mencelakainya.

Dikutip dari buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, saat terjadi Perang Badar, Abbas bin Abdul Muthalib menjadi tawanan perang. Abu al-Sair bin Ka’b bin Amr dari Bani Salamah merupakan orang yang berhasil menawan Abbas selama Perang Badar.

10. Qutsam

Walaupun ada pandangan yang menyatakan Abdul Muthalib tidak memiliki anak yang bernama Qutsam, terdapat sudut pandang lain yang menunjukkan kemungkinan bahwa Qutsam meninggal dunia pada usia dini.

Wallahu a’lam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com