Category Archives: Kisah

Kisah Qabil dan Habil, Peristiwa Pembunuhan Pertama Kali dalam Kehidupan


Jakarta

Peristiwa pembunuhan pertama kali di muka bumi dilakukan oleh Qabil kepada saudaranya Habil. Qabil membunuh Habil karena didasari rasa iri hati dan dengki. Kisah pembunuhan itu diabadikan dalam surah Al Maidah ayat 27-31.

Setelah Nabi Adam AS dan Siti Hawa diusir dari surga karena memakan buah terlarang, yakni khuldi. Mereka berdua diturunkan ke dunia untuk bekerja dan melestarikan keturunannya.

Hawa pun dikaruniai dengan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan yang masing-masing diberi nama Qabil, Iqlima, Habil, dan Labuda. Qabil merupakan saudara kembar Iqlima, sedangkan Habil adalah saudara kembar Labuda.


Awal Mula Perseteruan Qabil dan Habil

Diambil dari buku yang berjudul Kisah Para Nabi karangan Ibnu Katsir terjemahan Muhammad Zaini, Ibnu Mas’ud menceritakan dari sebagian sahabat Nabi SAW, setelah keempat anak Nabi Adam AS baligh, Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Adam AS untuk menikahkan setiap anak laki-laki dengan anak perempuannya yang bukan pasangan kembarnya.

Dengan demikian, Qabil akan dinikahkan dengan Labuda, lalu Habil akan dinikahkan dengan Iqlima. Namun, ketika diperintahkan demikian, Qabil menolak untuk menikahi Labuda. Ia bersikeras untuk menikahi saudara kembarnya, sebab Iqlima memiliki paras yang lebih cantik dari Labuda.

Qabil telah dikuasai oleh sifat dengki terhadap Habil. Ia bahkan mendapat bisikan dari iblis untuk membunuh Habil.

Persembahan Kurban Qabil dan Habil

Qabil pun masih tidak mau mengalah dan menerima perintah tersebut. Pada akhirnya, Nabi Adam AS yang tidak ingin melanggar anjuran dari Allah SWT pun memerintahkan kedua putranya untuk berkurban.

Tibalah hari ketika Qabil dan Habil berangkat untuk mempersembahkan kurban yang diminta oleh Nabi Adam AS sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Habil mempersembahkan kurbannya berupa seekor kambing yang gemuk dengan kualitas terbaik. Sementara itu, Qabil mempersembahkan kurbannya berupa hasil pertanian yang buruk.

Seketika api pun muncul dan menyambar kurban Habil, sehingga menandakan kurban Habil yang diterimanya oleh Allah SWT. Sementara itu, api membiarkan begitu saja kurban milik Qabil sehingga kurbannya pun ditolak.

Qabil yang diterima dengan ketetapan Allah SWT pun kesal sambil berkata kepada Habil, “Sungguh aku benar-benar akan membunuhmu hingga engkau tidak jadi menikahi saudara perempuan kembaranku.”

Habil menjawab, “Sesungguhnya, Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”

Menanggapi ancaman pembunuhan tersebut, Habil dengan penuh keimanan tidak akan membalas perbuatan Qabil. Peristiwa ini termaktub dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 28:

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.

Ibnu Abbas juga meriwayatkan dari jalur riwayat lainnya, dari Abdullah bin Amru. Ia (Abdullah bin Amru) berkata, “Demi Allah, yang terbunuh (Habil) adalah orang yang terkuat di antara dua kakak beradik itu, tetapi ia menahan diri.”

Pembunuhan Pertama yang Terjadi dalam Kehidupan

Hingga tibalah suatu malam, ketika Habil melangkah dengan pelan-pelan keluar. Melihat itu, Nabi Adam AS mengutus Qabil untuk melihat apa yang membuat saudaranya itu melangkah dengan pelan-pelan.

Pada saat itu, Qabil yang masih marah tentang kurban itu langsung berniat untuk membunuh Habil. Ia pun memukul Habil dengan besi yang ada padanya hingga Habil meninggal dunia.

Ada yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang ia lemparkan hingga mengenai kepala Habil. Saat itu Habil sedang tidur.

Ada pula yang berpendapat bahwa Qabil mencekik leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya, sebagaimana yang dilakukan oleh binatang buas, sehingga Habil meninggal dunia seketika.

Ketika melihat saudaranya itu sudah terkapar tak berdaya, Qabil bingung. Terbesit penyesalan di hatinya. Dia teringat kalau Habil adalah saudaranya yang baik.

Ulama berpendapat bahwa Qabil menggendong jenazah Habil selama satu tahun bahkan sebagian lagi berpendapat seratus tahun. Pada akhirnya, Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang berkelahi sehingga salah satunya mati.

Dengan keadaan yang sama, burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya. Qabil pun langsung meniru apa yang telah dilakukan gagak tersebut. Qabil berkata, “Duhai celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Qabil kemudian menguburkan jenazah Habil.

Hikmah dari Kisah Qabil dan Habil

Dari peristiwa pembunuhan pertama di muka bumi oleh kedua anak Adam AS itu, kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran. Salah satunya yaitu tidak saling membunuh. Bahkan Rasulullah SAW pun melarang muslim untuk saling membunuh.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan dalam riwayat hadits Rasulullah SAW yang bersabda, “Apabila dua orang muslim berhadapan dengan pedang, pembunuh dan yang terbunuh ada di neraka.”

Mereka (para sahabat Nabi) berkata, “Wahai Rasulullah, ia yang membunuh (pantas masuk neraka) lalu bagaimana dengan yang terbunuh?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya, ia ingin membunuh kawannya juga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Lip Syarifah di dalam buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul juga menjelaskan hikmah yang bisa kita ambil, di antaranya:

Jika kita melakukan kesalahan, maka kita harus segera bertaubat dan memperbaiki kesalahan tersebut.

Berpikirlah dan selalu mengingat Allah SWT sebelum melakukan sesuatu, jangan mudah tergoda oleh bujuk rayuan iblis.

Selalu berusaha menjadi hamba yang taat dalam melaksanakan perintah Allah SWT serta menjauhi sifat iri dan dengki.

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tukang Daging Masuk Surga dan Jadi Sahabat Nabi Musa AS



Jakarta

Atas izin Allah SWT, seorang tukang daging berkesempatan menjadi sahabat Nabi Musa AS di surga. Kisah ini dapat menjadi pelajaran berharga bahwa Allah SWT menghendaki siapapun yang beriman untuk masuk ke surga-Nya kelak.

Suatu hari, Nabi Musa AS berdoa kepada Allah SWT seraya bertanya tentang siapa orang yang kelak menjadi sahabatnya di surga. Tak disangka, ternyata sahabat Nabi Musa AS kelak adalah seorang tukang daging.

Merangkum buku Lembaran Kisah Mutiara Hikmah oleh Dian Erwanto, Nabi Musa AS berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku sahabat karibku kelak di surga nanti.” Kemudian Allah SWT berfirman, “Pergilah ke suatu negeri, ke pasar ini, di sana ada seorang laki-laki tukang potong daging, temuilah ia dan itulah orang yang akan menjadi sahabat karibmu kelak di surga.”


Atas petunjuk ini, Nabi Musa AS lantas pergi ke pasar tersebut dan melihat seorang tukang potong daging. ia mengambil sepotong daging dan meletakannya di sebuah keranjang lantas berlalu untuk pulang.

Sebelum kehilangan sosok yang kelak menjadi sahabatnya di surga, Nabi Musa AS menghampiri ia dan menyampaikan maksudnya untuk ikut menginap di rumahnya.

Nabi Musa AS bertanya, “Apakah engkau bersedia menerima tamu?”

Laki-laki tukang daging tersebut menjawab, “Ya, silahkan.”

Nabi Musa AS kemudian berjalan bersamanya menuju sebuah rumah sederhana. Setibanya di rumah, laki-laki tukang daging itu langsung mengolah daging yang ia bawa. Hidangan sup hangat dengan kuah sedap tersaji sebagai menu makan malam.

Tidak langsung menyantap sup hangat tersebut, laki-laki tukang daging itu justru membawa semangkuk sup ke dalam kamar. Dengan perlahan dan penuh kasih sayang, laki-laki tukang daging ini menyuapi seorang perempuan tua yang terbaring di kasur. Ia adalah ibundanya.

Mendapat perlakuan baik dari anak laki-lakinya, perempuan tua itu mengucapkan kalimat yang tak terdengar suaranya. Namun Nabi Musa AS bisa mendengar dan mengerti maksud dari ucapan ibunda tukang daging.

“Ya Allah, tempatkan anakku bersama Nabi Musa di surga,” ucap perempuan tua tersebut.

Doa inilah yang menembus langit dan kemudian dikabulkan Allah SWT.

Nabi Musa berkata, “Terimalah kabar gembira untukmu, dan kenalkan aku adalah Nabi Musa, engkaulah sahabatku kelak di surga. Mudah-mudahan perjumpaan kita nanti di surga dimudahkan oleh Allah SWT.”

Dari kisah ini dapat dipetik pelajaran bahwa berbakti kepada orang tua merupakan perintah dalam ajaran Islam. Allah SWT juga memerintahkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14,

(14) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Idris AS Menyaksikan Surga dan Neraka Tanpa Mengalami Kematian


Jakarta

Nabi Idris AS adalah nabi kedua sekaligus keturunan keenam dari Adam AS. Ia merupakan anak laki-laki dari Qabil dan Iqlima.

Idris AS dikenal dengan pribadinya yang cerdas. Mengutip Buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi susunan Eka Satria P & Arif Hidayah, Nabi Idris AS memiliki kekuatan fisik hebat dan ilmu pengetahuan yang luas.

Selain itu, ia juga dianugerahi mukjizat untuk mengunjungi surga dan neraka. Kala itu, Idris AS didatangi oleh Malaikat Izrail yang menyamar sebagai laki-laki tampan atas izin Allah SWT.


Didatangi Malaikat Izrail yang Menyamar

Dikisahkan dalam buku Kisah Luar Biasa 25 Nabi & Rasul oleh Henni Nur’aeni, kedatangan malaikat maut itu bukan untuk mencabut nyawa Nabi Idris AS. Ia hadir untuk bertamu karena kagum akan sosok Idris AS yang ahli ibadah dan selalu berzikir kepada Allah SWT.

Singkat cerita, Nabi Idris AS menanyakan siapa sebenarnya lelaki tampan yang mengunjunginya. Kemudian, Izrail pun mengakui siapa dirinya dan memberitahu maksud kedatangan beliau.

Lalu, Idris AS mengajukan sebuah permintaan, yaitu ingin mengetahui bagaimana surga dan neraka. Ini dilakukan agar dirinya mengingat azab Allah SWT.

Malaikat Izrail lalu meminta izin kepada Allah SWT untuk membawa Idris AS ke neraka. Permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

Nabi Idris AS Pingsan Menyaksikan Malaikat Penjaga Neraka

Sebelum sampai di neraka Nabi Idris AS tiba-tiba pingsan menyaksikan malaikat penjaga neraka yang sangat menakutkan. Di sana para malaikat menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang tidak menaati perintah Allah SWT semasa hidupnya.

Tak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan, Nabi Idris AS sampai mengatakan tidak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding dengan dahsyatnya api neraka. Api tersebut berkobar-kobar dengan bunyi gemuruh yang mengerikan.

Ia tidak bisa membayangkan apabila hal itu menimpa umatnya kelak. Oleh karenanya Nabi Idris AS semakin giat berdakwah agar tidak ada umatnya yang tersesat dari jalan Allah dan tergulung oleh api neraka.

Nabi Idris AS kemudian meninggalkan neraka dengan tubuh lemas dan penuh rasa takut. Bayangan api neraka dan segala siksaan di dalamnya masih menghantui dirinya. Namun, dengan hal itu Nabi Idris AS semakin menguatkan tekad dan imannya untuk selalu patuh pada perintah Allah SWT.

Nabi Idris AS Takjub akan Keindahan Surga

Setelah berkunjung ke neraka, Idris AS diantar ke surga. Jika di neraka ia pingsan, di surga pun Nabi Idris AS hampir pingsan pula. Ini disebabkan dirinya terpesona akan keindahan yang ada di depan matanya.

Menukil buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul oleh Ahmad Fatih, di sana Nabi Idris AS melihat berbagai sungai yang sangat bening airnya. Di pinggir-pinggirnya, ada sejumlah pohon yang bagian batangnya terbuat dari emas dan perak.

Selain itu, Nabi Idris AS juga menyaksikan istana-istana yang disediakan bagi penghuni surga. Sepanjang mata memandang, sang nabi menemui begitu banyak pohon yang menghasilkan buah-buahan segar, ranum dan harum.

Puas berkeliling, Malaikat Izrail mengajak Idris AS pulang ke bumi. Namun, beliau enggan pulang. Sang malaikat lalu memberi peringatan,

“Kamu boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti. Setelah semua amal ibadah dihisab oleh Allah SWT, barulah kamu bisa menghuni surga bersama para nabi dan orang beriman lainnya,” ujarnya.

Mulanya, Nabi Idris AS tidak ingin meninggalkan surga. Namun, pada akhirnya ia mengangguk dan bertekad akan selalu beribadah kepada Allah sampai pada hari kiamat tiba.

Ahmad Sobiriyanto dalam bukunya yang berjudul Dipuji dan Dihina Allah menuliskan, Nabi Idris AS menjadi satu-satunya nabi yang menghuni surga (tepatnya di langit keempat) tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Idris AS berusia 82 tahun.

Kelak, ketika Rasulullah SAW melakukan mi’raj ke langit menghadap Allah bersama malaikat Jibril bertemu dengan Nabi Idris AS. Rasulullah menghampiri Nabi Idris AS dan singgah sejenak sebelum akhirnya naik ke langit paling atas.

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, di sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), ‘Ini adalah Idris; berilah ia salammu.’ Maka, aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, ‘Selamat datang, wahai saudaraku yang alim dan nabi yang shalih’, sebagai balasan salamnya kepadaku.” (HR Bukhari)

Wallahu’alam bishawab.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sultan Murad IV Bertemu Wali Allah yang Dikira Pemabuk dan Pezina


Jakarta

Banyak kisah bijak dari para nabi, raja-raja, wali, atau pendahulu yang unik dan bisa kita ambil hikmahnya.

Salah satunya datang dari Sultan Murad IV salah satu kaisar kesultanan Ottoman Turki terbesar yang membawa kerajaannya ke puncak kejayaannya.

Kisah menarik beliau adalah saat bertemu dengan seorang yang dikira pemabuk dan pezina yang ternyata adalah Wali Allah. Simak kisahnya di bawah ini.


Siapa Sosok Sultan Murad IV?

Sultan Murad IV atau Murad Ahmad adalah putra Sultan Ahmad I dan Kosem yang berdarah Yunani. Beliau lahir pada 27 Juli 1612 dan mulai menjabat sebagai sultan pada 10 September 1623, pada usianya yang masih sangat belia yaitu 11 tahun karena menggantikan pamannya Mustafa I.

Karena usianya yang masih belia, kendali pemerintahan dipegang oleh ibunya, Kosem, dan saudara-saudaranya. Sayangnya, pemerintahan jatuh ke dalam kekacauan. Banyak tindakan anarki, serangan terhadap khilafah, dan pergolakan terjadi.

Murad IV merasa khawatir dengan negaranya dan akhirnya menuntut kekuasaannya. Walaupun penuh dengan konspirasi, beliau telah membawa kekaisaran Ottoman Turki kepada puncak kejayaannya. Saat dewasa, Murad IV menjelma menjadi sultan yang tegas, bijaksana, dan dicintai rakyatnya.

Kisah Sultan Murad IV Bertemu Wali Allah

Salah satu kebijakan Sultan Murad IV yang sangat tegas adalah beliau melarang alkohol, kopi, dan tembakau. Bahkan beliau tak segan memberikan hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan.

Beliau terbiasa turun ke jalanan dengan berpakaian seperti rakyat biasa di malam hari untuk menyidak dan menegakkan hukum, terutama jika melihat prajuritnya merokok atau mabuk-mabukan.

Nah suatu hari ketika Sultan Murad IV sedang turun kejalan, beliau bertemu dengan seorang pria yang tergeletak di lorong sempit pinggir jalan.

Sultan Murad IV langsung menghampiri pria tergeletak tersebut dan membangunkannya. Akan tetapi dia tidak mau terbangunkan dan mendapatinya ternyata sudah meninggal dunia.

Anehnya orang disekitarnya acuh tak acuh pada pria tergeletak yang sudah meninggal tersebut. Lantas sultan bertanya pada orang disekitarnya, ternyata mereka enggan menolong pria tersebut karena dia terkenal sebagai pemabuk dan kerap berzina.

Dengan bijaknya Sultan Murad IV mengatakan “Bukankah dia juga umat Nabi Muhammad SAW?”. Kemudian orang-orang bergegas membawa jenazah tersebut hingga ke rumahnya.

Selepas dirumah pria tersebut orang-orang pergi hingga menyisakan Sultan Murad IV dengan istri pria tersebut yang sedang menangis di hadapan jenazahnya.

Tiba-tiba istri pria tersebut berkata “Semoga Allah SWT merahmatimu wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang saleh,” sambil menangisi kepergian suaminya.

Sultan terkejut mendengar kata-kata yang dikeluarkan istri jenazah tersebut lantas beliau bertanya “bagaimana bisa orang yang dianggap sebagai pemabuk dan pezina lalu istrinya menyebut dia adalah Wali Allah?”.

Istrinya menjelaskan bahwa setiap malam, suaminya memang meninggalkan rumahnya untuk pergi ke toko minuman keras. Namun, tujuannya bukanlah untuk meminumnya. Sebaliknya, dia membeli minuman keras dari penjualnya, lalu membuangnya ke dalam toilet sambil mengatakan, “Aku telah mengurangi dosa umat Muslim.”

Selain itu, meskipun orang-orang sekitarnya menganggap dia adalah pezinah, kenyataannya dia hanya mengunjungi tempat prostitusi untuk bertemu dengan beberapa wanita malam dan membayar mereka dengan mengatakan, “Kalian sudah kubayar malam ini, jadi tutuplah pintu rumahmu sampai pagi.”

Ketika dia pulang ke rumah, dia bersyukur, “Alhamdulillah, malam ini aku telah mengurangi dosa para pelacur dan para pria Muslim”.

Sebenarnya istrinya sering mengkhawatirkan suaminya jika nantinya beliau wafat maka tidak ada yang memperdulikannya karena yang mereka tahu suaminya adalah seorang pezinah dan pemabuk.

Suaminya enggan menuruti kekhawatiran istrinya. Justru tertawa dan berkata, “Tidak usah takut jika aku mati, karena aku akan disholati oleh Sultanku, para ulama, dan wali serta kaum muslimin”.

Mendengar penjelasan istrinya, Sultan Murad IV menangis. Dirinya langsung mengurus pemakaman pria yang ternyata wali Allah tersebut hingga ke pemakaman.

Kemudian atas kuasanya proses pemakamannya pun dihadiri oleh para ulama wali Allah bahkan seluruh rakyat Turki.

Nah itu dia kisah unik Sultan Murad IV bertemu wali Allah. Pesan yang bisa kita ambil adalah jangan mudah berburuk sangka pada orang lain karena bisa jadi orang tersebut adalah orang yang mulia. Semoga kita bisa meneladani kisah bijak para pendahulu kita.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Sosok Orang Terakhir yang Masuk Surga, Kisahnya Bikin Rasulullah Tertawa



Jakarta

Penghuni surga dan neraka merupakan rahasia Allah SWT. Namun, ada hadits yang menyebut orang terakhir yang masuk surga dikatakan adalah orang terakhir keluar dari neraka.

Kisah tentang orang yang terakhir keluar neraka dan terakhir masuk surga diceritakan dalam hadits Abdullah bin Mas’ud RA yang meriwayatkan dari Rasulullah SAW. Saat menceritakan kisah ini, Rasulullah SAW tertawa hingga tampak gigi gerahamnya.

Hadits ini diceritakan dalam kitab At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi yang diterjemahkan oleh Anshori Umar Sitanggal. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya aku benar-benar tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar darinya, dan penghuni neraka yang terakhir kali masuk surga. Yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, maka Allah Ta’ala berkata, ‘Pergilah dan masuk ke surga.’

Maka, orang itu pun datang ke surga, tetapi terbayang olehnya bahwa surga telah penuh, maka dia berkata, ‘Ya Tuhanku, hamba dapati surga telah penuh.’

Maka Allah berkata, ‘Pergilah dan masuk ke surga.’

Maka, dia pun datang ke surga, tetapi terbayang lagi olehnya bahwa surga telah penuh, maka dia kembali lagi seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, hamba dapati surga telah penuh.’

Maka (sekali lagi) Allah berkata, ‘Pergilah dan masuk ke surga. Sesungguhnya kamu akan memperoleh seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya.’ Atau, ‘Sesungguhnya kamu akan memperoleh sepuluh kali lipat dunia.’

Maka, orang itu berkata, ‘Apakah Engkau mengejekku?’ Atau, ‘Engkau menertawakan hamba, padahal Engkau Raja’?”

Abdullah bin Mas’ud mengatakan melihat Rasulullah SAW tertawa sampai tampak gigi gerahamnya, seraya bersabda, “Mengenai orang itu dikatakan, ‘Itulah ahli surga yang paling rendah derajatnya’.”

Dalam riwayat yang lain, Ibnu Mas’ud mengatakan mengapa Rasulullah SAW tertawa. Kemudian beliau menjawab, “Karena Tuhan semesta alam pun tertawa, lalu berkata, ‘Aku tidak mengolok-olok kamu, tetapi Aku Maha Kuasa atas apapun yang Aku kehendaki’.”

Masih dari At-Tadzkirah, mengenai sabda Rasulullah SAW, “Apakah Engkau mengejekku?”, adalah terjemahan dari “Atastahzi u bi?” atau dalam riwayat lain, “Ataskharu bi?” Artinya sama, yaitu mengejek.

Mengenai maksud dari kata-kata ini ada dua takwil.

Pertama, kata Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, perkataan ini keluar dari orang tersebut, saking gembiranya, sehingga meremehkan Allah SWT. Jadi, seperti halnya orang yang keliru mengatakan, “Ya Allah, Engkau hambaku dan aku Tuhanmu.” (HR Muslim)

Kedua, maksudnya, “Apakah Engkau hendak membalas kepadaku atas kelakuanku di dunia, di mana aku tidak banyak memperhatikan perbuatan-perbuatanku, bahkan tidak peduli denganya?” Jadi, orang tersebut menyangka Allah SWT akan membalas ejekan yang telah dia lakukan terhadap-Nya dulu, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala ketika menceritakan perkataan orang-orang munafik pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 14-15.

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ ١٤ اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ١٥

Artinya: “Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.” Allah akan memperolok-olokkan dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.”

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi mengatakan, hadits tentang orang terakhir yang keluar dari neraka dan terakhir masuk surga riwayat dari Abdullah bin Mas’ud ini adalah hadits shahih. Hadits ini menerangkan betapa hinanya derajat dunia dan betapa luasnya rahmat Allah SWT.

Adapun dalam riwayat lain Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata, Rasulullah SAW bersabda,

“Orang yang terakhir kali masuk surga adalah seorang lelaki dari Juhainah, namanya Juhainah. Para penghuni surga berkata, ‘Pada Juhainah ada berita meyakinkan’.” (HR Al-Mayanisyi Abu Hafsh Umar bin Abdul Majid Al-Qurasyi dalam kitab Al-Ikhtiyar Lahu Fi Al-Milah Min Al- Akhbar wa Al-Atsar)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Wajah Ahli Puasa Terbakar, hingga Aisyah Disihir


Jakarta

Ada sejumlah kisah tentang mimpi yang nyata. Salah satunya adalah kisah seorang ahli puasa yang wajahnya menghitam karena mengakhirkan berbuka puasa. Wajahnya menghitam setelah bermimpi wajahnya terbakar.

Ada juga kisah Thalhah bin Ubaidillah yang bermimpi melihat dua sahabat yang masuk surga. Selain itu, ada kisah tentang istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah ra yang disihir. Aisyah mendapatkan petunjuk lewat mimpi tentang siapa yang melakukan sihir.

Simak kisah selengkapnya berikut ini.


Kisah Ahli Puasa yang Wajahnya Menghitam

Kisah ini dikutip dari buku Perjalanan Ruh terjemahan Masrukhin dan M Yusni Amru Al-Ghozali dari Al-Ruh karya Ibnu Qayyim Al-Jauzy.

Dikisahkan oleh Al-Qairuwani, dia menerima kabar dari seorang syekh yang memiliki banyak keutamaan. Syekh itu menerima kabar dari seorang ahli fiqih.

Dikisahkan, dahulu kala mereka mempunyai sahabat seorang lelaki ahli puasa. Lelaki tersebut banyak berpuasa, bahkan berpuasa tanpa henti.

Namun, lelaki itu terbiasa mengakhirkan berbuka. Padahal Rasulullah mengajarkan agar setiap orang berpuasa untuk menyegerakan berbuka.

Pada suatu malam, lelaki itu tidur kemudian bermimpi melihat dua orang hitam yang seolah menarik lengan atasnya dan bajunya untuk dibawa ke perapian dengan api menyala. Dia lalu dilemparkan ke dalamnya hingga wajahnya terbakar.

Ahli puasa itu bertanya, “Kenapa kalian melakukan ini?”

“Karena engkau menyalahi sunnah Rasulullah SAW. Sesungguhnya ia memerintahkan untuk mendahulukan berbuka, sedangkan engkau mengakhirkannya,” kata kedua orang hitam itu.

Keesokan paginya, wajah lelaki ahli puasa itu menghitam seperti terbakar api. Dia pun menutup wajahnya di hadapan orang-orang.

Kisah Thalhah Bermimpi Dua Sahabat Masuk Surga

Dilansir dari situs Kemenag Kepulauan Riau, ada kisah tentang mimpi seorang sahabat Nabi, yaitu Thalhah Bin Ubaidillah. Thalhah pada suatu malam bermimpi tentang dua orang sahabat yang sudah meninggal.

Dua orang sahabat ini termasuk orang bertakwa dari suku Qudha’ah. Mereka ringan tangan membantu dengan harta maupun tenaga untuk dakwah Islam. Keduanya juga berjihad dengan ikut berperang, sehingga dijamin masuk surga.

Kemudian salah satunya mati syahid dalam perang tersebut. Satu orang lainnya pulang membawa kemenangan. Kemudian dia meninggal satu tahun kemudian karena sakit.

Dalam mimpi, Thalhah melihat dua sahabat tersebut dipanggil untuk masuk ke dalam surga. Tetapi sahabat yang mati karena sakit diizinkan masuk lebih awal, baru kemudian terdengar suara memanggil sahabat yang mati syahid untuk masuk surga.

Lalu terdengar suara yang berkata kepada Thalhah, “Kembalilah karena belum waktumu masuk surga.” Setelahnya, Thalhah terbangun dari tidurnya.

Thalhah pun menceritakan mimpi itu kepada sahabat-sahabat lainnya. Para sahabat tidak percaya karena meyakini sahabat yang mati syahid seharusnya masuk surga terlebih dahulu.

Rasulullah yang mendengar kabar itu memanggil Thalhah. Rasulullah membenarkan mimpi Thalhah hingga membuat para sahabat heran.

“Mengapa sahabat yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu dari pada temannya yang meninggal karena mati syahid?” tanya para sahabat.

Rasulullah saw balik bertanya: “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka menjawab: “Betul.”

Rasulullah lalu bertanya: “Dan bukankah ia masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama satu tahun itu?” Mereka menjawab: “Betul.”

Maka Rasulullah berkata: “Maka jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

Hal ini juga sesuai dengan sebuah riwayat tentang Rasulullah yang ditanya sahabat: “Siapakah manusia yang paling baik?” Rasulullah menjawab: “Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Kisah Aisyah Disihir

Dikisahkan bahwa istri Rasulullah pernah disihir. Imam Malik meriwayatkannya dari Abu Ar-Rijal, dari ‘Amrah, dari Aisyah, bahwa istri Rasulullah tersebut bermimpi ada seorang pelayan masuk ke kamar Aisyah yang sedang sakit.

Pelayan tersebut memberi tahu bahwa Aisyah sedang disihir. Aisyah bertanya siapakah yang menyihir dirinya. Pelayan itu menjawab, “Seorang budak perempuan yang di kamarnya ada anak kecil yang mengencinginya.”

Saat terbangun dari mimpi, Aisyah memanggil budak perempuannya. Budak perempuan tersebut berkata, “(Aku akan datang) setelah aku cuci dahulu kencing di bajuku.”

Merasa hal tersebut sesuai dalam mimpinya, Aisyah lalu bertanya padanya, “Apakah engkau menyihirku?” Budak perempuan itu pun mengakuinya.

Aisyah bertanya lagi, “Apa yang membuatmu melakukan itu?” Budak perempuan itu berkata, “Aku ingin segera dimerdekakan.”

Aisyah kemudian memerintahkan saudara lelakinya untuk menjual budak perempuan itu kepada orang Badui yang bersikap buruk pada budak yang dimilikinya. Maka dijuallah budak tersebut.

Aisyah kemudian bermimpi lagi. Dalam mimpi dia mandi dari air tiga sumur. Dia mengambil air dari masing-masing sumur itu dan mandi dengannya. Seketika ia sembuh dari sakitnya.

Itulah tadi beberapa kisah mimpi yang nyata, mulai dari wajah ahli puasa yang menghitam terbakar, mimpi Thalhah tentang dua sahabat masuk surga, serta kisah Aisyah yang disihir oleh budaknya. Wallahu a’lam.

(bai/inf)



Sumber : www.detik.com

Sosok Sahabat Nabi yang Dikenal Pemalu, Siapakah Dia?



Jakarta

Sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal pemalu adalah Utsman bin Affan. Meski begitu, Utsman memiliki pribadi yang cerdas dan dermawan.

Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya yang berjudul Biografi Utsman bin Affan menjelaskan silsilah Utsman bin Affan. Namanya adalah Utsman bin Afan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdi Manaf.

Sementara itu, ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abd Syams bin Abdi Manaf bin Qushay. Nama ibu Arwa (nenek Utsman bin Affan dari jalur ibu) adalah Ummu Hukaim Al-Baidha’ binti Abdul Muththalib, saudara perempuan sekandung Abdullah bin Abdul Muththalib, ayah Rasulullah.


Ada yang mengatakan bahwa Ummu Hukaim dan Abdullah adalah dua anak kembar Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, seperti dikisahkan oleh Az-Zubair bin Bikar.

Mengutip buku Kisah Seru Para Sahabat Nabi susunan Lisdy Rahayu, sifat Utsman yang pemalu ini menyebabkan orang-orang sekitarnya juga menjadi malu kepadanya. Suatu ketika, Rasulullah SAW kedatangan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Sang nabi lantas mempersilahkan mereka untuk masuk. Namun ketika Utsman bin Affan datang, ia langsung membenarkan dulu letak jubahnya karena malu kepada Utsman.

Nabi SAW bersabda dalam haditsnya, “Bagaimana aku tidak merasa malu kepada orang yang malaikat saja malu kepada dia.” (HR Muslim)

Diterangkan dalam buku Kisah Hidup Utsman ibn Affan oleh Mustafa Murrad, di kalangan sahabat Rasulullah, Utsman bin Affan termasuk orang yang paling banyak tahu tentang Al-Qur’an dan hadits. Utsman juga termasuk salah satu penghafal Al-Qur’an.

Ia selalu mengikuti petunjuk Nabi, Abu Bakar, dan Umar RA yakni para sahabat sekaligus Khalifah sebelum dirinya, ketika hendak mengambil keputusan. Utsman bin Affan yang memiliki gelar Dzunnurain (Pemilik Dua Cahaya) selalu mendampingi Nabi sehingga ia mendapatkan banyak ilmu dan petunjuk dari beliau.

Selain dikenal sebagai sahabat nabi, Utsman bin Affan juga seorang Khalifah ketiga menggantikan Umar bin Khattab pada tahun 644 Masehi. Ia menjalankan kenegaraan dengan penuh kesederhanaan.

Pada masa kepemimpinannya, kaum muslimin banyak menaklukkan negeri-negeri, seperti pula Cyprus, negara Khurasan, Armenia, dan negeri Maroko. Selain itu, penulisan kembali ayat-ayat Al-Qur’an juga terjadi pada masa kekhalifahan Utsman.

Saat itu, Utsman membuat ayat-ayat Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Karenanya, sampai saat ini mushaf yang terkenal dan banyak digunakan adalah mushaf Utsmani.

Utsman bin Affan wafat pada 12 Zulhijjah tahun 35 Hijriah. Ia meninggal di usia ke-81 dan dimakamkan di bukit sebelah timur pemakaman Al-Baqi.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ayyub AS Hadapi Ujian Berat Belasan Tahun hingga Dikucilkan



Jakarta

Nabi Ayyub AS mendapat ujian berat dari Allah SWT selama belasan tahun. Sejumlah riwayat menyebut ia menderita penyakit kulit yang tak kunjung sembuh hingga orang-orang meninggalkannya.

Nabi Ayyub AS adalah salah satu nabi sekaligus rasul yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa’ ayat 163,

اِنَّآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ كَمَآ اَوْحَيْنَآ اِلٰى نُوْحٍ وَّالنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَعِيْسٰى وَاَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚوَاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًاۚ


Artinya: “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.”

Sebagai seorang utusan Allah SWT, Ayyub AS dikenal sebagai pribadi yang sangat sabar. Saking sabarnya, ia bahkan tidak mengeluh ketika diberi ujian berupa penyakit kulit yang mendera tubuhnya selama bertahun-tahun.

Dijelaskan dalam kitab Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, Ayyub AS adalah seseorang yang kaya raya. Sebelum ditimpa musibah, ia memiliki harta yang berlimpah mulai dari binatang ternak, budak, hingga tanah yang terbentang dari Tsaniyah sampai Hauran. Nabi Ayyub AS memiliki banyak anak dan seorang istri.

Allah SWT mengujinya dengan penyakit kulit dan mengambil seluruh kenikmatan Ayyub AS. Berbagai musibah kian menghampiri sang nabi, mulai dari anak-anaknya yang meninggal hingga hartanya yang habis tak bersisa.

Penyakit kulit yang diderita Nabi Ayyub AS membuatnya dikucilkan oleh masyarakat. Bahkan, Anas meriwayatkan bahwa Ayyub AS dibuang di tempat sampah milik bani Israil hingga tubuhnya dikerumuni lalat dan berbagai macam serangga lainnya.

Tak seorang pun merasa kasihan kepada Nabi Ayyub AS selain sang istri yang setia mendampinginya. As Saddiy menceritakan,

“Daging yang melekat pada tubuh Ayyub mulai berjatuhan hingga tidak ada yang tersisa di tubuhnya, kecuali tulang belulang dan otot-ototnya saja. Sementara itu, istrinya tiada henti menemui beliau sembari membawa abu gosok sebagai alas untuk berbaring.”

Dalam kondisi yang memprihatinkan itu, istri Nabi Ayyub AS bekerja pada orang lain agar dapat mencukupi kebutuhan hidup bersama suaminya. Ketika tidak mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya bekerja, sang istri menjual salah satu dari dua kepang rambutnya kepada putri seorang pejabat dan ditukarkan dengan makanan yang sangat banyak.

Mengetahui hal itu, Nabi Ayyub AS lantas berdoa kepada Allah SWT sebagaimana tercantum dalam surah Al-Anbiya ayat 83,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.

Singkat cerita, penyakit kulit yang diderita Nabi Ayyub AS akhirnya sembuh atas pertolongan dari Allah SWT dengan mengabulkan doa-doanya. Kala itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ayyub AS agar menghentakkan kakinya ke tanah hingga terpancarlah air yang dapat digunakannya untuk mandi dan meminumnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Shad ayat 42,

ٱرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

Artinya: (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

Setelah Nabi Ayyub AS mandi dan minum dengan air tersebut, seketika penyakit kulit yang menimpanya sembuh, badannya sehat kembali, dan wajahnya pun tampak lebih segar dan berseri.

Tak sampai di situ, Ayyub AS kembali dianugerahi dengan kekayaan seperti sedia kala. Ia hidup bahagia bersama sang istri dan bersyukur kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Cerita Rasulullah SAW tentang 2 Orang Penghuni Surga dan Neraka



Jakarta

Semasa hidupnya, Rasulullah SAW banyak mengisahkan cerita yang bisa menjadi pelajaran. Cerita ini didapatkan Rasulullah SAW melalui wahyu dari Allah SWT.

Seperti kisah dua orang di masa lampau yang kemudian menjadi penghuni surga dan neraka. Seorang yang masuk neraka karena tidak sabar pada ujian dan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Sementara seorang lainnya menjadi penghuni surga karena rasa takutnya kepada Allah SWT.

Cerita Rasulullah SAW ini dituliskan dalam buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Hidup Rasulullah oleh Fuad Abdurrahman.


Rasulullah SAW sering bercerita kepada umatnya tentang kisah umat-umat terdahulu, umat para nabi sebelum beliau. Rasulullah SAW mengetahui semua kisah itu melalui wahyu dari Allah SWT.

Suatu hari Rasulullah SAW dikelilingi para sahabat. Tak lama kemudian beliau bercerita, “Ada seorang laki-laki sebelum kalian yang menderita sakit. Karena tidak sabar menahan penyakitnya, ia memotong urat nadinya hingga mengalirlah darahnya tanpa henti. Akhirnya, laki-laki itu mati.”

Kemudian Allah SWT berfirman, “Hambaku ini mempercepat kematiannya (bunuh diri) sehingga haram baginya surga.”

Dalam hadits dari Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahhak Al-Anshari, Rasulullah SAW bersabda tentang larangan dan balasan bagi orang yang bunuh diri,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu.” (Muttafaq Alaih)

Sakit merupakan ujian dari Allah SWT yang harus dijalani. Bahkan dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah SWT memberikan obat dari setiap penyakit.

Dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 57, Allah SWT berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Lalu dalam kesempatan berbeda, Rasulullah SAW bercerita lagi, “Ada seorang laki-laki yang berlebih-lebihan memperlakukan dirinya sendiri. Ketika ia merasa bahwa kematiannya telah dekat, ia berpesan kepada anak-anaknya: ‘Nanti, jika aku telah mati meninggalkan kalian, bakarlah tubuhku hingga menjadi abu. Lalu biarkan angin menerbangkan abu jasadku itu. Demi Allah, sekiranya Allah berkenan menyiksaku, tentu aku akan disiksa dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada selainku.”

Rasulullah SAW melanjutkan, “Setelah ia mati, anak-anaknya benar-benar melaksanakan wasiatnya. Kemudian Allah SWT memerintahkan bumi agar mengumpulkan seluruh abu jasadnya yang telah berhamburan di muka bumi. Lalu, bumi menjalankan perintah-Nya, dan tiba-tiba tubuh laki-laki itu berdiri tegak seperti sedia kala.

Allah SWT bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu melakukan itu?

Laki-laki itu menjawab, “Karena rasa takutku kepadaMu, wahai Tuhanku.”

Akhirnya, apa yang terjadi dengan laki-laki tersebut? Rasulullah SAW mengakhiri ceritanya, “Kemudian Allah mengampuni dosa orang itu (karena rasa takutnya kepada Allah)” (HR Bukhari-Muslim).

Kisah ini menjadi penegasan bahwa Allah SWT maha pengampun dan akan memberikan ampunan pada hamba-Nya yang bertakwa.

Sebagaimana termaktub dalam Surat Az-Zumar ayat 53,

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kemudian dalam Surat An-Nisa ayat 48, Allah SWT berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar.”

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kenapa Malaikat Malu kepada Utsman bin Affan?



Jakarta

Khulafaur Rasyidin adalah julukan kepada empat sahabat yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun diantara para sahabat Rasulullah SAW, ada salah satu sahabat membuat malaikat menjadi malu. Kenapa malaikat malu kepada Utsman bin Affan?

Riwayat dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling jujur dan malu adalah Utsman, yang paling tahu halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling ahli qira’ah adalah Ubay, dan yang paling mengetahui faraidh (ilmu tentang warisan) adalah Zaid bin Tsabit. Tiap-tiap umat ada orang yang terpercayanya dan orang yang terpercaya umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarah.”


Dari buku Rasulullah SAW: The Untold Story karya Ali Abdullah, Utsman adalah sahabat pilihan Rasulullah SAW, diantara para sahabat yang dijamin masuk Surga, maka Utsman adalah salah satunya.

Suatu kisah Abu Bakar As-Siddiq datang ke rumah Rasulullah SAW, beliau bersikap biasa saja. Umar bin Khattab pun datang kepada Rasulullah SAW, tetapi beliau juga tetap bersikap biasa saja.

Ketika Utsman bin Affan datang, Rasulullah SAW tampak memberikan perhatian khusus. Beliau duduk dan membenarkan pakaian yang beliau kenakan.

Kisah ini pernah diriwayatkan oleh Aisyah RA:

عَنْ عَائِشَة قالت: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُصْطَجعًا فِي بَيْتِي، كَاشِفَا عَنْ فَخِذَيْهِ، أَوْ سَاقَيْهِ، فَاسْتَأذِنَ أَبُو بَكْرٍ فَأذِنَ لَهُ، وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الحال، فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ، فَأَذِنَ لَهُ، وَهُوَ كَذلِكَ، فَتَحَدَّثَ، ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَسَوَّى ثِيَابَهُ – قَالَ مُحَمَّدٌ: ولا أقولُ ذَلِكَ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ، فَلَمَّا خَرَجَ قالتْ عَائِشَة دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ فَقَالَ : أَلا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ.

Artinya: “Dari Aisyah, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah SAW., berbaring di rumahku dalam keadaan tersingkap dua paha atau dua betis beliau. Kemudian Abu Bakar meminta izin menemui beliau. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau masih dalam keadaan sebagaimana adanya. Lalu Abu Bakar bercakap- cakap dengan beliau. Kemudian Umar datang meminta izin untuk masuk. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau tetap demikian keadaannya. Mereka pun berbincang-bincang. Kemudian Utsman datang minta izin untuk menemui beliau. Beliau langsung duduk dan membenahi pakaian beliau. Utsman pun masuk dan berbincang-bincang. Ketika Utsman pulang, Aisyah berkata, ‘Abu Bakar masuk menemui engkau, tapi engkau tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya. Begitu pula ketika Umar masuk menemui engkau. Engkau juga tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya. Ketika Utsman masuk, engkau segera duduk dan membenahi pakaian engkau.’ Rasulullah saw., menjawab, “Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun merasa malu kepadanya?” (HR. Muslim).

Kenapa malaikat malu kepada Utsman bin Affan?

Dari buku The Great Figure of Utsman bin Affan Kisah Teladan Sang Ahli Sedekah yang Menjalani Sifat Zuhud karya A.R. Shohibul Ulum dijelaskan Nabi Muhammad SAW menghormati Utsman bin Affan bukan karena usia, sebab Utsman lebih mudah dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW menghormati Utsman karena kemuliaan akhlak Utsman yang berada di atas rata-rata manusia umumnya.

Rasa malu Utsman juga bukan malu yang dibuat-buat atau hanya menjaga image saja. Akan tetapi sifat malunya sudah mendarah daging bersatu dengan jiwanya.

Rasa malunya membuat dia takut berbicara, segan berdialog, dan berdebat lama-lama. Tetapi Utsman tetaplah orang yang gigih dan tidak mudah menyerah. Sehingga rasa malunya inilah yang memberikan kebaikan, keberkahan, kelembutan, dan kasih sayang.

Dan sungguh, “Malu kepada Allah, yaitu dengan menjaga apa yang di kepala, menjaga apa isi perut, dan selalu ingat dengan kematian serta meninggalkan gemerlapnya dunia,” tutur Ibnu Mas’ud ketika menjelaskan makna malu yang hakiki.

Selain itu, Al-Junaid rahimahullah berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.”

Karena rasa malu Utsman bin Affan yang begitu dalam, dan juga telah menjaga dirinya sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang merupakan aurat bisa dilihat orang lain, maka malaikat pun malu kepadanya.

Demikianlah kisah luar biasa dari Utsman bin Affan yang dapat membuat para malaikat merasa malu terhadapnya. Karena rasa malu membuatnya terhindar dari keburukan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com