20 Universitas Islam Terbaik di Dunia, Ada dari Indonesia?


Jakarta

Sejumlah lembaga pemeringkatan kampus merilis daftar universitas Islam terbaik dunia. Menurut salah satu lembaga, ada beberapa universitas dari Indonesia yang masuk 20 teratas.

UniRank merilis daftar universitas Islam terbaik dunia 2025 dalam edisi baru yang mereka sebut universitas Islam terpopuler. Menurut keterangan dalam situsnya, pemeringkatan berdasarkan metrik web dari 435 universitas dan kolese Islam di dunia yang memenuhi kriteria berikut:

  • Berlisensi atau terakreditasi oleh organisasi pendidikan tinggi terkait yang berlaku di masing-masing negara.
  • Menawarkan minimal gelar sarjana 3 tahun atau gelar magister atau doktoral pascasarjana.
  • Menyelenggarakan kuliah tatap muka.

20 Universitas Islam Terbaik Dunia Versi UniRank 2025

Berikut daftar universitas Islam terbaik dunia versi UniRank 2025 edisi baru:


  1. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia
  2. Cairo University, Mesir
  3. Jordan University of Science and Technology, Yordania
  4. Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, Malaysia
  5. Umm Al-Qura University, Arab Saudi
  6. Universitas Islam Indonesia, Indonesia
  7. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia
  8. Al-Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University, Arab Saudi
  9. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia
  10. Université Cadi Ayyad, Maroko
  11. University of the Punjab, Pakistan
  12. Karadeniz Teknik Üniversitesi, Turki
  13. Al-Balqa’ Applied University, Yordania
  14. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
  15. Süleyman Demirel Üniversitesi, Turki
  16. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
  17. Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
  18. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
  19. Shahid Beheshti University of Medical Sciences, Iran
  20. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
Daftar top 20 universitas Islam terpopuler di dunia versi UniRank 2025, diakses Selasa (22/7/2025).Daftar top 20 universitas Islam terpopuler di dunia versi UniRank 2025, diakses Selasa (22/7/2025). Foto: Tangkapan Layar UniRank

Universitas Islam Terbaik Dunia Versi QS Top University 2025

Lembaga pemeringkatan populer lain, Quacquarelli Symonds (QS), juga merilis daftar universitas terbaik dunia untuk subjek Teologi, Keilahian & Studi Agama. Namun, pemeringkatan tidak secara spesifik menyasar universitas Islam.

Menurut pemeringkatan tersebut, University of Notre Dame di Amerika Serikat menempati peringkat pertama sebagai universitas terbaik untuk subjek Teologi, Keilahian & Studi Agama dengan total skor 93.4.

20 Universitas Islam Terbaik Versi ISC WUR 2023

Islamic World Science & Technology Monitoring and Citation Institute (ISC) World University Ranking (WUR) juga melakukan pemeringkatan universitas Islam terbaik. Organisasi ini berbasis di Iran dan melakukan pemeringkatan universitas di dunia Islam.

Indikator yang digunakan dalam pemeringkatan ISC WUR mengacu pada hasil riset, pendidikan, aktivitas internasional, dan inovasi.

Berdasarkan penelusuran detikHikmah di situsnya, data terakhir berasal dari survei pada 2023. Berikut daftarnya:

  1. King Abdullah University of Science & Technology, Arab Saudi
  2. King Saud University, Arab Saudi
  3. King Abdulaziz University, Arab Saudi
  4. King Fahd University of Petroleum & Minerals, Arab Saudi
  5. Qatar University, Qatar
  6. Universiti Malaya, Malaysia
  7. Comsats University Islamabad (CUI), Pakistan
  8. American University of Beirut, Lebanon
  9. University of Tehran, Iran
  10. Khalifa University of Science & Technology, Uni Emirat Arab
  11. Middle East Technical University, Turki
  12. Cairo University, Mesir
  13. United Arab Emirates University, Uni Emirat Arab
  14. Imam Abdulrahman bin Faisal University, Arab Saudi
  15. Tarbiat Modares University, Iran
  16. Amirkabir University of Technology, Iran
  17. KOC University, Turki
  18. Sharif University of Technology, Iran
  19. Universiti Sains Malaysia, Malaysia
  20. Istanbul Technical University, Turki

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Ingin Rezeki Melimpah? Amalkan Doa Nabi Sulaiman Ini Setiap Hari


Jakarta

Setiap orang tentu mendambakan kehidupan yang tenang, rezeki yang cukup, dan kemudahan dalam menjalani hari-hari. Dalam Islam, selain bekerja dan berusaha, kita juga diajarkan untuk memperbanyak doa sebagai salah satu jalan memohon pertolongan Allah SWT.

Salah satu janji Allah tentang rezeki tercantum dalam Al-Qur’an surah At-Talaq ayat 2-3,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙوَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا …


Artinya: “…Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.”

Doa adalah bagian penting dalam usaha seseorang untuk mendapatkan keberkahan hidup. Di antara teladan terbaik dalam hal ini adalah Nabi Sulaiman AS. Beliau dikenal sebagai nabi yang tidak hanya bijaksana dan berkuasa, tetapi juga sangat kaya raya. Namun, semua itu tidak lepas dari doa-doa yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT.

Doa Nabi Sulaiman Memohon Kekayaan dan Kekuasaan

Salah satu doa Nabi Sulaiman AS yang diabadikan dalam Al-Qur’an terdapat dalam surah Shaad ayat 35.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Arab latin: Qāla rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li’aḥadim mim ba’dī, innaka antal-wahhāb(u).

Artinya: Dia berkata, “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Doa ini menunjukkan keyakinan dan harapan Nabi Sulaiman AS terhadap kemurahan Allah SWT. Ia memohon ampun terlebih dahulu, lalu meminta kekuasaan sebagai amanah yang besar. Dari sinilah kita belajar bahwa meminta rezeki bukanlah hal yang keliru, asalkan tetap dilandasi dengan rasa tawakal dan kesadaran diri sebagai hamba.

Doa Syukur Nabi Sulaiman

Setelah doanya dikabulkan dan dianugerahi kekuasaan serta kekayaan, Nabi Sulaiman AS juga tidak lupa untuk bersyukur. Beliau pun memanjatkan doa yang juga tercantum dalam Al-Qur’an.

Kisah ini bisa ditemukan dalam buku Al-Qur’an dan Prinsip Ketatanegaraan karya Agus Rizal, yang menjelaskan bahwa doa syukur Nabi Sulaiman AS tertulis dalam surah An-Naml ayat 19:

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

Arab latin: Fatabassama ḍāḥikam min qaulihā wa qāla rabbi auzi’nī an asykura ni’matakal-latī an’amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a’mala ṣāliḥan tarḍāhu wa adkhilnī biraḥmatika fī ‘ibādikaṣ-ṣāliḥīn(a).

Artinya: Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Doa ini bisa diamalkan sebagai pengingat agar kita tidak hanya berfokus pada permintaan, tetapi juga memperkuat rasa syukur atas nikmat yang telah ada. Dalam ayat tersebut, Nabi Sulaiman tidak hanya mengingat nikmat yang ia terima, tetapi juga mengaitkannya dengan tanggung jawab untuk berbuat amal yang diridhai Allah.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Cara Menghafal Asmaul Husna dengan Mudah dan Menyenangkan


Jakarta

Asmaul Husna adalah nama-nama baik Allah SWT. Tak ada yang tahu pasti berapa jumlah Asmaul Husna, tetapi ada 99 yang dapat diketahui muslim.

Mengutip buku Manfaat Dahsyat Zikir Asmaul Husna susunan Syaifurrahman El Fati, Asmaul Husna bisa diamalkan sebagai zikir dan disisipkan dalam doa ketika bermunajat kepada Allah SWT seperti dijelaskan dalam surah Al A’raf ayat 180,

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ


Artinya: “Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husnna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Lalu, bagaimana cara menghafal Asmaul Husna dengan mudah dan menyenangkan?

Cara Menghafal Asmaul Husna dengan Mudah

Menukil buku 99 Kecerdasan Berasaskan Asmaul Husna yang ditulis Sulaiman Alkumayi, cara menghafal Asmaul Husna dengan mudah dan menyenangkan bisa dilakukan melalui nyanyian dan musik. Menurut Imam Al Ghazali, musik memiliki pengaruh yang bisa membangkitkan rasa rindu terhadap Tuhan.

Turut dijelaskan dalam buku Hafalan Luar Kepala Asmaul Husna karya Zaki Zamani, Asmaul Husna bisa dihafal dengan cara meniru atau mengikuti lagu serta nada. Jika dibaca rutin setiap hari usai salat fardhu, muslim akan cepat menghafal 99 Asmaul Husna.

Selain melalui lagu atau nada, muslim bisa menggunakan cara lain untuk menghafal Asmaul Husna. Menurut buku Alma’tsurat Riqyah Syar’iyyah Asmaul Husna susunan Zainurrofieq, cara lain itu adalah dengan sering membaca, sering mendengar, sering menulis, hingga membuat catatan kecil.

Hendaknya, catatan kecil Asmaul Husna itu ditulis pada kertas yang warna warni dan ditempel di dinding atau tempat lain yang mudah terbaca. Dengan begitu, kita akan sering membaca dan melihatnya sehingga mudah dihafal.

Keutamaan Menghafal Asmaul Husna

Mengutip buku Tanya & Jawab Bersama Nabi oleh Lingkar Alam, keutamaan menghafal Asmaul Husna adalah dimasukkan ke dalam surga. Hal ini tertuang dalam hadits Nabi Muhammad SAW,

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama (seratus kurang satu) siapa yang Ahshaha (mengetahui, membaca, memahami, meneladani), maka dia masuk surga. Allah itu ganjil (Esa) dan menyukai yang ganjil.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Selain itu, Asmaul Husna juga bisa menjadi pengantar doa agar mustajab seperti dijelaskan dalam surah Al A’raf ayat 180.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Uang Suami Uang Istri, Uang Istri Bukan Uang Suami?


Jakarta

Suami adalah kepala rumah tangga yang memiliki kewajiban menafkahi istrinya. Kerap kali muncul anggapan uang suami adalah uang istri dan uang istri bukan uang suami, benarkah demikian?

Kewajiban suami menafkahi istrinya bersandar pada Al-Qur’an surah An Nisa’ ayat 34. Allah SWT berfirman,

…اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ


Artinya: “Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya…”

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, ayat tersebut menjelaskan bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin, pemelihara, pembela dan pemberi nafkah, serta bertanggung jawab penuh terhadap kaum perempuan yang menjadi istri dan keluarganya.

Di masyarakat Indonesia, muncul anggapan uang suami juga uang istri, tetapi uang istri bukan uang suami. Anggapan ini juga menjadi topik pertanyaan dalam fikih keluarga.

Benarkah Uang Suami Uang Istri dan Uang Istri bukan Uang Suami?

Menurut sistem syariah Islam, seperti dijelaskan Ahmad Sarwat dalam buku Istri bukan Pembantu, suami istri punya kejelasan atas nilai hartanya masing-masing, meski secara fisik harta itu kelihatan saling bercampur. Semua harta suami tetap menjadi harta suami dan harta istri juga akan tetap milik istri sepenuhnya.

Memang sebagian harta suami ada yang menjadi hak istri tetapi harus melalui akad yang jelas. Misalnya pemberian mahar, nafkah wajib, hibah, atau hadiah. Tanpa adanya akad pasti, harta suami tidak otomatis menjadi harta istri.

Mengacu pada buku Finansial Istri dalam Fikih Muslimah karya Aini Aryani, selama suami memenuhi semua kebutuhan dasar atau primer istri seperti sandang, pangan, papan, dan sebagainya, sebetulnya suami sudah tak dibebani kewajiban lainnya. Meski demikian, istri boleh-boleh saja minta uang belanja lebih atau bonus dan hadiah lainnya. Apabila suami memberikan, semuanya akan menjadi hak istri.

Pemberian suami di luar nafkah itu akan menjadi sedekah untuk istri. Sebab, dalam Islam orang yang paling berhak diberi sedekah suami adalah mereka yang menjadi tanggungannya. Rasulullah SAW bersabda,

خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنِّى ، وَابْدَأُ بِمَنْ تَعُولُ

Artinya: “Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan di luar kebutuhan, dan mulailah sedekah itu dari orang yang kamu tanggung nafkahnya.” (HR Bukhari)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Mudah Dihafal! Ini 8 Surat Pendek yang Wajib Diajarkan ke Anak


Jakarta

Mengajarkan Al-Qur’an sejak usia dini membantu anak tumbuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Surat-surat pendek sangat cocok diperkenalkan lebih dulu karena mudah diingat, dan kandungannya pun mengajarkan banyak hal penting tentang akidah, ibadah, hingga akhlak.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Muzzammil ayat 20,

“Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an…”


Melalui ayat ini, setiap muslim didorong untuk membaca Al-Qur’an sesuai kemampuannya. Untuk anak-anak, surat-surat pendek bisa menjadi awal yang ringan dan menyenangkan.

8 Surat Pendek untuk Diajarkan ke Anak

Berikut delapan surat pendek yang sebaiknya dikenalkan sejak dini:

1. Al-Fatihah

Surat ini dibaca di setiap rakaat salat. Menukil dari buku Samudera Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, & An-Naas: Tafsir Ibnu Katsir & Jalalain karya Imam Ibnu Katsir, Jalaluddin Al-Mahally, dan Jalaluddin As-Suyuthi, dijelaskan bahwa surah Al-Fatihah mengandung ungkapan sanjungan, pengagungan, dan pujian kepada Allah SWT melalui penyebutan nama-nama-Nya yang indah.

Selain itu, dari buku Tafsir Al-Fatihah karya Muhammad Rasyid Ridha dan Tiar Anwar Bachtiar, Al-Fatihah merupakan surat pertama yang diturunkan secara lengkap. Karena itu, surat ini sangat dianjurkan untuk diajarkan lebih awal kepada anak sebagai pengantar mengenal Al-Qur’an.

Berikut bacaan surah Al-Fatihah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Arab latin: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Arab latin: al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Arab latin: ar-raḥmānir-raḥīm
Artinya: “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Arab latin: māliki yaumid-dīn
Artinya: “Yang menguasai di Hari Pembalasan.”

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Arab latin: iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn
Artinya: “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

Arab latin: ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus,:

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Arab latin: ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn
Artinya: “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

2. Al-Ikhlas

Mengajarkan konsep tauhid secara jelas dan sederhana. Surat ini menyampaikan bahwa Allah Maha Esa dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Arab latin: Qul huwallāhu aḥad(un).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Dialah Allah Yang Maha Esa.”

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

Arab latin: Allāhuṣ-ṣamad(u).
Artinya: “Allah tempat meminta segala sesuatu.”

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

Arab latin: Lam yalid wa lam yūlad.
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ

Arab latin: Wa lam yakul lahū kufuwan aḥad(un).
Artinya: “serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya’.”

3. Al-Falaq

Berisi permohonan perlindungan dari berbagai keburukan, seperti kejahatan malam, sihir, dan iri hati. Anak dapat dibiasakan membacanya sebelum tidur agar merasa tenang.

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

Arab latin: Qul a’ūżu birabbil-falaq(i).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh)”

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Arab latin: Min syarri mā khalaq(a).
Artinya: “dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,”

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ

Arab latin: Wa min syarri gāsiqin iżā waqab(a).
Artinya: “dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,”

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

Arab latin: Wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad(i).
Artinya: “dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya),”

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ

Arab latin: Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad(a).
Artinya: “dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki’.”

4. An-Nas

Dari buku Juz Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya susunan M. Khalilurrahman Al Mahfani, menjelaskan bahwa surat An-Nas berisikan perintah agar memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala kejahatan yang datang dari jin atau manusia.

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

Arab latin: Qul a’ūżu birabbin-nās(i).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Aku berlindung kepada Tuhan manusia,”

مَلِكِ النَّاسِۙ

Arab latin: Malikin-nās(i).
Artinya: “raja manusia,”

اِلٰهِ النَّاسِۙ

Arab latin: Ilāhin-nās(i).
Artinya: “sembahan manusia”

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

Arab latin: Min syarril-waswāsil-khannās(i).
Artinya: “dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi”

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

Arab latin: Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās(i).
Artinya: “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,”

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ

Arab latin: Minal jinnati wan-nās(i).
Artinya: “dari (golongan) jin dan manusia’.”

5. Al-Kafirun

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ

Arab latin: Qul yā ayyuhal-kāfirūn(a).
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai orang-orang kafir,”

لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ

Arab latin: Lā a’budu mā ta’budūn(a).
Artinya: “aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.”

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ

Arab latin: Wa lā antum ‘ābidūna mā a’bud(u).
Artinya: “Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.”

وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ

Arab latin: Wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum.
Artinya: “Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.”

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ

Arab latin: Wa lā antum ‘ābidūna mā a’bud(u).
Artinya: “Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.”

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Arab latin: Lakum dīnukum wa liya dīn(i).
Artinya: “Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

6. Al-Asr

Walau hanya terdiri dari tiga ayat, surat ini mengajarkan banyak hal penting, yaitu menghargai waktu, beriman, beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

وَالْعَصْرِۙ

Arab latin: Wal-‘aṣr(i).
Artinya: “Demi masa,”

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
Arab latin: Innal-insāna lafī khusr(in).
Artinya: “sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian,”

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

Arab latin: Illal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqq(i), wa tawāṣau biṣ-ṣabr(i).
Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”

7. Al-Ma’un

Isi surat ini mengingatkan agar tidak meremehkan anak yatim, orang miskin, dan pentingnya shalat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Anak-anak juga dapat belajar tentang kepedulian sejak dini.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

Arab latin: Ara’aital-lażī yukażżibu bid-dīn(i).
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?”

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ

Arab latin: Fa żālikal-lażī yadu”ul-yatīm(a).
Artinya: “Itulah orang yang menghardik anak yatim”

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ

Arab latin: Wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa’āmil-miskīn(i).
Artinya: “dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.”

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ

Arab latin: Fawailul lil-muṣallīn(a).
Artinya: “Celakalah orang-orang yang melaksanakan sholat,”

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

Arab latin: Allażīna hum ‘an ṣalātihim sāhūn(a).
Artinya: “(yaitu) yang lalai terhadap sholatnya,”

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ

Arab latin: Allażīna hum yurā’ūn(a).
Artinya: “yang berbuat riya,”

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ

Arab latin: Wa yamna’ūnal-mā’ūn(a).
Artinya: dan enggan (memberi) bantuan.

8. Quraisy

Mengenalkan nikmat yang Allah berikan kepada kaum Quraisy, seperti rasa aman dan makanan. Surat ini bisa menjadi pengantar untuk mengajak anak bersyukur atas segala kenyamanan yang dirasakan sehari-hari.

لِاِيْلٰفِ قُرَيْشٍۙ

Arab latin: Li’īlāfi quraisy(in).
Artinya: “Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy,”

اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاۤءِ وَالصَّيْفِۚ

Arab latin: ´lāfihim riḥlatasy-syitā’i waṣ-ṣaif(i).
Artinya: “(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan),”

فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ

Arab latin: Falya’budū rabba hāżal-bait(i).
Artinya: “maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah)”

الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ ࣖ

Arab latin: Allażī aṭ’amahum min jū'(in), wa āmanahum min khauf(in).
Artinya: “yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut.”

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Hukum Membaca Al-Qur’an Tanpa Wudhu Menurut Islam


Jakarta

Membaca Al-Qur’an menjadi amalan yang sangat dianjurkan. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang di dalamnya terkandung kalamullah, untuk itu diperlukan adab saat membacanya.

Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 2,

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ


Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Karena kemuliaannya, banyak adab dan aturan yang ditetapkan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, termasuk mengenai keadaan suci ketika membacanya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh an-Nu’man ibn Basyir,

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ

Artinya: Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR. al-Baihaqi).

Bolehkah Membaca Al-Qur’an Tanpa Wudhu?

DR. Abdullah bin Mubarak Al Bushi dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Ijma’ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa mayoritas ulama membolehkan seseorang membaca Al-Qur’an dari hafalan tanpa wudhu, selama orang tersebut tidak dalam keadaan junub (hadas besar).

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menjelaskan, “Boleh membaca Al-Qur’an bagi orang yang berhadas kecil tanpa menyentuh mushaf, dan ini adalah pendapat jumhur ulama.”

Jadi, orang yang belum berwudhu tetap diperbolehkan membaca Al-Qur’an dari hafalan, seperti saat berdzikir, mengajarkan Al-Qur’an, atau mengulang hafalan.

Hukum Menyentuh Mushaf Al-Qur’an tanpa Wudhu

Dalam hal menyentuh mushaf secara langsung, para ulama umumnya mewajibkan suci dari hadas kecil, yaitu berwudhu terlebih dahulu. Dalil yang sering dikutip adalah firman Allah SWT surat Al-Waqi’ah ayat 79,

لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا ٱلْمُطَهَّرُونَ

Artinya: Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Walau sebagian ulama menyebut bahwa ayat ini merujuk pada Al-Lauh al-Mahfuz, namun jumhur ulama tetap menggunakan ayat ini sebagai dasar kehati-hatian dalam menyentuh mushaf.

Mengutip buku Panduan Lengkap Ibadah oleh Muhammad Bagir, salah satu hal yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan berwudhu yaitu memegang atau membawa mushaf Al-Qur’an kecuali dalam keadaan darurat. Pendapat ini disepakati oleh ulama dari keempat mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.

Hal ini diperkuat dengan hadits dari Amr bin Hazm yang diriwayatkan oleh Imam Malik:

“Janganlah seseorang menyentuh Al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa’)

Hadits ini meski dinilai sebagian ulama sebagai hadits mursal, namun digunakan oleh banyak fuqaha dalam menyusun hukum fiqih.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Orang Tua Menanggung Dosa Anaknya? Ini Penjelasan Menurut Dalil


Jakarta

Setiap orang tua bertanggung jawab mendidik anak-anak mereka, termasuk mengajarkan adab dan akhlak. Bagaimana dengan anak yang berlaku buruk, apakah dosanya ditanggung orang tua?

Dalil-dalil Al-Qur’an menunjukkan bahwa Islam memiliki prinsip yang sangat jelas bahwa setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan melalui firman-Nya dalam surat Al-An’am ayat 164.

قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْغِى رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَىْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ


Artinya: Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan”.

Kemudian dalam ayat lain disebutkan,

كُلُّ نَفْسٍۭ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (QS. Al-Muddatsir: 38)

Mengutip buku Fikih Anak Muslim karya Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa secara prinsip dasar, setiap orang menanggung dosanya dan orang tua tidak serta-merta menanggung dosa anaknya.

Namun, terdapat beberapa kondisi di mana dosa anak dapat turut menjadi beban tanggung jawab orang tua, tergantung pada peran serta pengaruh mereka dalam proses pembentukan akhlak dan perilaku sang anak.

Dalam Islam, anak-anak kecil tidak dibebankan dosa sampai ia berusia baligh. Hal ini seperti dijelaskan dalam hadits riwayat Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata:

“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’Qalam (pencatat dosa) diangkat (maksudnya: tidak dihitung melakukan dosa) dari tiga orang: anak kecil sampai ia baligh, orang tidur sampai ia bangun, dan orang yang terkena musibah sampai musibah itu diangkat’.”

Orang Tua Bisa Berdosa Jika Lalai Mendidik Anak

Merujuk buku Islam Berbicara Soal Anak yang ditulis oleh Kariman Hamzah para ulama berpendapat, orang tua dapat ikut menanggung dosa anak jika mereka lalai dalam mendidik dan membina akhlak anaknya, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama.

Kewajiban mendidik anak tercermin dalam banyak hadits Rasulullah SAW, salah satunya,

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW juga memberikan perintah tegas dalam hal pendidikan ibadah, khususnya dalam mendirikan sholat,

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika meninggalkannya) pada usia sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud)

Dengan demikian, jika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang abai terhadap kewajiban agama, dan orang tuanya tidak memberikan arahan yang benar, maka kesalahan dan dosa anak tersebut bisa berdampak pada orang tua sebagai bentuk tanggung jawab kepemimpinan dalam keluarga.

Dosa Bertambah Jika Orang Tua Menjadi Penyebab Kemaksiatan Anak

Islam memberikan peringatan keras terhadap siapa pun yang mendorong atau menjadi penyebab orang lain berbuat dosa. Dalam konteks ini, orang tua yang memfasilitasi perilaku maksiat anak, misalnya dengan memberikan kebebasan tanpa pengawasan, membiarkan tontonan dan pergaulan buruk, atau bahkan menyuruh langsung pada hal yang haram, maka akan mendapatkan bagian dari dosa tersebut.

Dalam hadits disebutkan, Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

Tanggung Jawab Orang Tua Berakhir Ketika Anak Sudah Dewasa

Dilansir dari laman Daarut Tauhid, disebutkan bahwa tanggung jawab orang tua tidak berlaku selamanya. Jika orang tua telah mendidik anak-anaknya dengan ajaran Islam yang benar, memberikan contoh perilaku yang baik, dan menasihati mereka ketika menyimpang, maka tanggung jawab dosa tidak lagi berada di pundak orang tua, meskipun anak tetap melakukan kesalahan.

Hal ini dapat dilihat dari kisah Nabi Nuh AS yang memiliki anak durhaka. Walau sang ayah adalah seorang nabi yang mulia dan berdakwah tanpa henti, anaknya tetap memilih jalan kekufuran dan akhirnya tenggelam dalam banjir besar. Allah SWT berfirman kepada Nabi Nuh sebagaimana diabadikan dalam surat Hud ayat 46,

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”.

Kisah ini menunjukkan bahwa hidayah tidak bisa diwariskan, dan orang tua tidak dibebani atas keputusan akhir anak yang sudah cukup umur dan paham tanggung jawab agama.

Di sisi lain, ketika seorang anak menjadi pribadi saleh, hal itu justru menjadi sumber pahala yang terus mengalir bagi kedua orang tuanya. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Surat Pendek dari Juz 30 yang Cocok untuk Sholat


Jakarta

Juz ke-30 dalam Al-Qur’an atau yang dikenal dengan Juz ‘Amma adalah bagian yang sangat populer di kalangan umat Islam. Salah satu keutamaannya adalah memuat banyak surat pendek yang mudah dihafal, sehingga sangat cocok dibaca dalam sholat.

Sebelum membaca surat pendek, diwajibkan membaca Surat Al-Fatihah terlebih dahulu. Surat ini merupakan surat yang wajib dibaca dalam setiap rakaat sholat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim)


Surat al-Fatihah

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Arab-Latin: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm

Artinya: 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ar-raḥmānir-raḥīm

3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

māliki yaumid-dīn

4. Yang menguasai di Hari Pembalasan.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn

7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Berikut 10 surat pendek dari Juz 30 yang cocok dibaca saat sholat, disertai keutamaannya masing-masing sesuai hadits Rasulullah SAW.

10 Surat Pendek dari Juz 30

1. Surat Al-Ikhlas

Surat ini mengandung makna tauhid yang murni dan kecintaan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur’an.” (HR. Bukhari)

Surat al-Ikhlas

قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ

Arab-Latin: qul huwallāhu aḥad

Artinya: 1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

allāhuṣ-ṣamad

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

lam yalid wa lam yụlad

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ

wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

2. Surat Al-Falaq

Surat ini berisi permohonan perlindungan dari kejahatan malam, sihir, dan kedengkian. Disunnahkan membacanya setiap pagi, sore, dan sebelum tidur.

Surat al-Falaq

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ

Arab-Latin: qul a’ụżu birabbil-falaq

Artinya: 1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,

مِن شَرِّ مَا خَلَقَ

min syarri mā khalaq

2. dari kejahatan makhluk-Nya,

وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ

wa min syarri gāsiqin iżā waqab

3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ

wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad

4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,

وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad

5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.

3. Surat An-Nas

Surat ini adalah permohonan perlindungan dari godaan setan, baik jin maupun manusia.

Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai anakku, bacalah Al-Falaq dan An-Nas, karena dua surat itu melindungimu dari keburukan.” (HR. Tirmidzi)

Surat an-Naas

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ

Arab-Latin: qul a’ụżu birabbin-nās

Artinya: 1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

مَلِكِ ٱلنَّاسِ

malikin-nās

2. Raja manusia.

إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ

ilāhin-nās

3. Sembahan manusia.

مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ

min syarril-waswāsil-khannās

4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ

allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

minal-jinnati wan-nās

6. dari (golongan) jin dan manusia.

4. Surat al-Lahab

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ

Arab-Latin: tabbat yadā abī lahabiw wa tabb

Artinya: 1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.

مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ

mā agnā ‘an-hu māluhụ wa mā kasab

2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

sayaṣlā nāran żāta lahab

3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ

wamra`atuh, ḥammālatal-ḥaṭab

4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.

فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍۭ

fī jīdihā ḥablum mim masad

5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.

5. Surat Al-Kafirun

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah Al-Kafirun, karena ia membebaskan dari syirik.” (HR. Abu Dawud)

Surat al-Kafirun

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ

Arab-Latin: qul yā ayyuhal-kāfirụn

Artinya: 1. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,

لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

lā a’budu mā ta’budụn

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ

wa lā antum ‘ābidụna mā a’bud

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ

wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ

wa lā antum ‘ābidụna mā a’bud

5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

lakum dīnukum wa liya dīn

6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

6. Surat Al-Asr

Surat ini mengandung pesan padat tentang waktu, iman, amal saleh, kebenaran, dan kesabaran.

Imam Syafi’i berkata, “Seandainya manusia hanya merenungi surat ini, itu sudah cukup bagi mereka.”

Surat al-‘Ashr

وَٱلْعَصْرِ

Arab-Latin: wal-‘aṣr

Artinya: 1. Demi masa.

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ

innal-insāna lafī khusr

2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

illallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

7. Surat Al-Ma’un

Surat al-Ma’un

أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ

Arab-Latin: a ra`aitallażī yukażżibu bid-dīn

Artinya: 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ

fa żālikallażī yadu”ul-yatīm

2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ

wa lā yaḥuḍḍu ‘alā ṭa’āmil-miskīn

3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ

fa wailul lil-muṣallīn

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

allażīna hum ‘an ṣalātihim sāhụn

5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ

allażīna hum yurā`ụn

6. orang-orang yang berbuat riya,

وَيَمْنَعُونَ ٱلْمَاعُونَ

wa yamna’ụnal-mā’ụn

7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

8. Surat Al-Kautsar

Surat al-Kautsar

إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ

Arab-Latin: innā a’ṭainākal-kauṡar

Artinya: 1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

fa ṣalli lirabbika wan-ḥar

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ

inna syāni`aka huwal-abtar

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

9. Surat Al-Takatsur

Surat at-Takatsur

أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ

Arab-Latin: al-hākumut-takāṡur

Artinya: 1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,

حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ

ḥattā zurtumul-maqābir

2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

kallā saufa ta’lamụn

3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

ṡumma kallā saufa ta’lamụn

4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ

kallā lau ta’lamụna ‘ilmal-yaqīn

5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,

لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ

latarawunnal-jaḥīm

6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ

ṡumma latarawunnahā ‘ainal-yaqīn

7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ

ṡumma latus`alunna yauma`iżin ‘anin-na’īm

8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

10. Surat an-Nashr

إِذَا جَآءَ نَصْرُ ٱللَّهِ وَٱلْفَتْحُ

Arab-Latin: iżā jā`a naṣrullāhi wal-fat-ḥ

Artinya: 1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,

وَرَأَيْتَ ٱلنَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفْوَاجًا

wa ra`aitan-nāsa yadkhulụna fī dīnillāhi afwājā

2. dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابًۢا

fa sabbiḥ biḥamdi rabbika wastagfir-h, innahụ kāna tawwābā

3. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Anak-anak yang Wafat dalam Islam Langsung Masuk Surga?


Jakarta

Wafatnya seorang anak tentu meninggalkan luka mendalam bagi orang tuanya. Ajal tidak mengenal usia dan waktu.

Dalil mengenai kematian disebutkan dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an, salah satunya surah Al Ankabut ayat 57.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ


Artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”

Setiap muslim yang sudah baligh dan meninggal dunia akan dihisab serta dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang belum baligh?

Anak yang Wafat sebelum Baligh Dijamin Masuk Surga

Menukil dari buku Seni Menjemput Kematian susunan Brilly El Rasheed, anak yang wafat sebelum usia baligh akan langsung masuk surga tanpa dihisab. Selain itu, mereka juga disebut menjadi syafaat bagi kedua orang tuanya.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Wahai Ummu Sulaim, tidaklah dua orang muslim yang telah ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena kasih sayangnya kepada mereka.” Ummu Sulaim kemudian bertanya, “Kalau dua?” Beliau menjawab, “Dua juga.” (HR Bukhari, An Nasa’i, dan Ahmad)

Roh anak yang meninggal sebelum usia baligh berada di alam barzakh sejak wafat hingga kiamat tiba. Mereka akan selalu mengingat kedua orang tuanya.

Apabila anak yang wafat itu diziarahi, mereka tahu dan melihat siapa saja yang mengunjungi mereka. Anak-anak tersebut juga menjawab salam, mendengarkan omongan dan doa yang dipanjatkan.

Di alam barzakh, anak-anak yang belum baligh ini hanya beristirahat dan menunggu hingga kiamat tiba. Yusuf bin Muhammad bin Ibrahim al-Atiq melalui kitab Fataawa wa Ahkaam Khaashah li Ath-Thifl yang diterjemahkan Imron Rosadi menjelaskan bahwa anak-anak ini akan masuk surga mengikuti akidah kedua orang tuanya.

Allah SWT berfirman dalam surah At Tur ayat 21,

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۗ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Apakah Anak-anak yang Bukan Keturunan Mukmin Juga Masuk Surga?

Masih dari sumber yang sama, anak-anak yang bukan dari keturunan orang mukmin atau lahir dari orang tua yang bukan muslim hanya Allah SWT yang mengetahui nasib mereka di akhirat. Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan hal berikut mengenai nasib mereka.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui apa yang telah mereka lakukan.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain yang diceritakan Aisyah RA, dia berkata:

“Pada suatu ketika Rasulullah pernah diundang untuk melayat jenazah seorang bayi dari kaum Anshar. Kemudian saya berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah bahagianya bayi kecil ini! Seekor dari burung-burung di surga.’

Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hai Aisyah, sesungguhnya Allah telah menciptakan bagi surga penghuni yang akan mendiaminya, sedangkan mereka, kala itu masih dalam tulang rusuk orang tua mereka.”

Hadits di atas menjelaskan larangan bagi Aisyah RA memberi kepastian tentang tempat kembalinya seseorang di akhirat, apakah itu surga atau neraka meskipun ia anak kecil yang tidak mempunyai dosa. Ini dikarenakan bisa jadi anak tersebut mengikuti keyakinan kedua orang tuanya yang bukan muslim.

Anak yang Meninggal sebelum Baligh Jadi Perisai Orang Tua dari Neraka

Dijelaskan dalam Kitabul Kabaair susunan Imam Ad Dzahabi terjemahan Asfuri Bahri, anak yang meninggal dunia akan menjadi perisai kedua orang tuanya dari neraka. Hal ini tertuang dalam hadits Rasulullah SAW dari Abu Sa’id Al Khudri,

“Barang siapa mempunyai tiga orang anak meninggal sebelum baligh mereka menjadi perisai baginya dari neraka.” Abu Darda bertanya, “Aku hanya mempunyai dua orang anak?” Rasulullah SAW bersabda, “Dua juga demikian.” Ubay bin Ka’ab, sayyidul-qurra’ (pemimpin para qari) bertanya, “Aku hanya mempunyai satu anak (meninggal)?” Rasulullah SAW menjawab, “Satu juga, namun disertai dengan sabar pada saat pertama (mendapat musibah).”

Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah Mengasuh Anak-anak di Surga

Abdul Muhsin Al Muthairi melalui Buku Pintar Hari Akhir yang diterbitkan Serambi Ilmu Semesta, anak-anak yang meninggal sebelum balig akan diasuh di surga oleh Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah. Dalam sebuah hadits dijelaskan Rasulullah SAW pernah bermimpi melihat lelaki tinggi bersama banyak anak.

“Adapun lelaki tinggi di dalam Raudhah itu adalah Ibrahim AS dan sekeliling baginda itu ialah wildan (anak yang meninggal dunia pada waktu kecil). Mereka semua yang dilahirkan pada waktu kecil itu mati di atas fitrah (yakni Islam dan dimasukkan ke dalam surga).

Selain itu, anak-anak tersebut akan dijaga sampai kiamat tiba sebelum dipertemukan kembali dengan orang tua mereka. Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

“Anak-anak kecil orang muslim (yang sudah meninggal dunia) tinggal di sebuah gunung di surga. Mereka diasuh oleh Ibrahim dan Sarah hingga dikembalikan lagi ke pangkuan orang-orang tua mereka pada hari kiamat.”

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Khamenei Ingatkan Negara Muslim yang Bantu Israel: Reputasi Mereka Tercoreng



Jakarta

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan negara-negara muslim agar tidak membantu Israel atau menghalau bantuan kemanusiaan ke Gaza. Khamenei juga menekankan akibat yang akan dihadapi.

Khamenei menyampaikan peringatan itu lewat unggahannya di X pada Senin (21/7/2025).

“Hari ini bukan saatnya untuk berdiam diri terkait Gaza,” tulis Khamenei di akun resminya, seperti dikutip dari Iran International.


“Pemerintah Muslim memiliki tanggung jawab yang berat. Jika ada pemerintah Muslim yang mendukung rezim Zionis dalam bentuk apa pun dan menghalangi bantuan untuk Palestina, mereka harus tahu pasti bahwa reputasi mereka akan tercoreng selamanya,” tegasnya.

Pernyataan Khamenei itu menyusul memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza akibat perang antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober 2023. Pada Minggu (20/7/2025), Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza memperingatkan ratusan orang bisa meninggal karena rumah sakit penuh dengan pasien lemah akibat kelaparan dan terbatasnya akses bantuan.

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dalam pernyataan media pada Selasa (22/7/2025) menyebut warga Palestina di Gaza terus terbunuh karena kelaparan atau oleh peluru militer Israel saat mencoba mendapatkan bantuan makanan.

“Keputusasaan akibat kekurangan makanan dan kebutuhan hidup lainnya memaksa warga Palestina mendekati lokasi GHF dan konvoi kemanusiaan, meskipun antara 27 Mei dan 21 Juli, 1.054 warga Palestina tewas di tangan militer Israel di Gaza saat mencoba mengakses makanan. Dari jumlah tersebut, 766 tewas di sekitar lokasi GHF dan 288 di sekitar konvoi PBB dan konvoi bantuan lainnya,” demikian bunyi laporan itu seperti dikutip dari situs PBB.

Banyak warga Gaza yang pingsan di jalan-jalan dan mungkin meninggal dunia tanpa dilaporkan.

Kondisi memprihatinkan ini masih terus terjadi di Gaza. Mereka kesulitan mendapatkan bantuan makanan karena blokade yang dilakukan Israel.

Kantor berita WAFA melaporkan, lebih dari 100 organisasi kemanusiaan mendesak pembukaan semua perlintasan di Gaza sesegera mungkin, mengakhiri pengepungan Israel. Upaya ini dilakukan untuk memulihkan akses makanan, air bersih, bantuan medis, material tempat tinggal, bahan bakar, dan mendukung mekanisme kemanusiaan yang dipimpin PBB.

“Dalam sebuah pernyataan bersama pada Rabu, organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan para pekerja bantuan kini berdiri dalam antrean makanan, mempertaruhkan nyawa mereka, hanya untuk memberi makan keluarga mereka, sementara blokade pemerintah Israel terus membuat warga Gaza kelaparan,” bunyi pernyataan seperti dilaporkan WAFA, Rabu (23/7/2025).

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com