Menag Sebut Agama Seperti Nuklir, Apa Maksudnya?



Jakarta

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan pandangan menarik tentang peran agama dalam kehidupan berbangsa. Dalam pidatonya, ia mengibaratkan agama layaknya energi nuklir. Apa maksudnya?

Energi nuklir menurut Nasaruddin Umar punya dua sisi. Bisa membawa manfaat luar biasa bagi kemanusiaan, atau sebaliknya, menjadi kekuatan yang menghancurkan.

“Agama itu seperti nuklir. Nuklir itu bisa memberikan jasa yang luar biasa,” ujar Nasaruddin Umar dalam acara Silaturahmi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Keagamaan 2025 di Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Rabu (6/8/2025).


Ia mencontohkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan Jerman yang tarif listriknya murah karena memaksimalkan penggunaan energi nuklir. Namun, Nasaruddin juga mengingatkan bahwa energi nuklir dapat disalahgunakan menjadi bom yang memusnahkan peradaban.

“Jadi tergantung, nuklir itu nanti kita mau pakai untuk jasa kemanusiaan atau juga pemusnahan kemanusiaan,” ujarnya.

Menariknya, Menag Nasaruddin menegaskan bahwa agama seharusnya menjadi faktor sentripetal, yaitu kekuatan yang menyatukan. Bukan sentrifugal yang mencerai-beraikan umat dari satu titik. Dengan kata lain, agama harus menjadi perekat yang mengintegrasikan berbagai perbedaan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Ia yakin bahwa jika setiap umat beragama mendalami ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh, mereka tidak akan mempertajam perbedaan, melainkan akan menemukan titik temu. Hal ini menjadi landasan penting bagi kerukunan umat.

Nasaruddin juga menyoroti bahwa pemahaman agama yang benar tidak hanya sebatas simbol atau atribut, tetapi tercermin dari perilaku sehari-hari seperti tutur kata, bahasa tubuh, kearifan, dan kebajikan. Ia pun menyerukan pentingnya membangun kurikulum cinta yang tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi juga di masjid, rumah ibadah, hingga lingkungan rumah tangga.

“Kurikulum cinta ini bukan hanya untuk di sebuah ruang yang namanya sekolah, kurikulum cinta itu juga berlaku di masjid, di rumah-rumah ibadah yang lain, berlaku di lingkungan RT, di lingkungan rumah tangga,” pungkasnya.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Surah Ar-Rum Ayat 21 Arab, Latin dan Arti: Manusia Diciptakan Berpasangan


Jakarta

Menjalani hidup bersama pasangan adalah bagian dari fitrah manusia sebagaimana dijelaskan dalam surah Ar-Rum ayat 21. Rasa tenang, cinta, dan kasih sayang yang hadir dalam pernikahan menjadi anugerah yang sangat berarti.

Nabi Muhammad SAW pun menempatkan pernikahan sebagai bagian penting dalam kehidupan, dan menjadikannya contoh yang layak diikuti oleh umatnya.

Dikutip dari buku Seri Fikih Kehidupan susunan Ahmad Sarwat, Rasulullah SAW bersabda,


“Menikah itu bagian dari sunnahku, maka siapa yang tidak beramal dengan sunnahku, bukanlah ia dari golonganku.” (HR Ibnu Majah)

Hadits ini memperkuat kedudukan pernikahan sebagai jalan hidup yang dicontohkan Nabi, dan sejalan dengan nilai-nilai yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Salah satu ayat yang menyoroti makna pernikahan secara mendalam adalah surah Ar-Rum ayat 21.

Bacaan Surah Surah Ar-Rum ayat 21

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Arab latin: Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja’ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn.

Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Tafsir Surah Ar-Rum ayat 21

Dari Tafsir Al Azhar susunan Buya Hamka, berikut tafsir dari surah Ar-Rum ayat 21:

Salah satu tanda kebesaran Allah adalah penciptaan pasangan bagi manusia dari jenis yang sama, yakni laki-laki dan perempuan, agar hidup menjadi tenteram. Dalam penafsiran ini, dijelaskan bahwa pasangan hidup diciptakan bukan hanya untuk Adam, tetapi untuk seluruh keturunannya, dari satu jenis manusia.

Hanya Nabi Adam yang diciptakan dari tanah, dan Hawa diciptakan dari tulang rusuknya. Sementara manusia setelahnya berasal dari mani, bukan lagi dari bagian tubuh manusia lain.

Allah menyeru seluruh manusia bahwa pasangan yang diciptakan untuk mereka berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari makhluk lain. Hal ini menjadi bukti bahwa manusia diciptakan berpasangan, dari jenis yang sama, agar dapat saling melengkapi dan melanjutkan keturunan.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

“Sesungguhnya Allah telah menugaskan seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu berkata: ‘Wahai Tuhanku, nutfahkah ini? ‘Alaqahkah ini? Mudhghahkah ini?’ Maka jika Allah menghendaki untuk menciptakannya, malaikat itu berkata lagi: ‘Apakah dia akan celaka atau bahagia? Laki-laki atau perempuan? Bagaimana rezekinya? Bagaimana ajalnya?’ Maka semuanya itu dituliskan ketika ia masih dalam rahim ibunya.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Hadits ini menegaskan bahwa manusia berasal dari satu jenis, dan dari jenis itulah Allah tentukan siapa yang menjadi laki-laki dan siapa yang menjadi perempuan, agar dapat dipasangkan secara seimbang.

Pasangan diciptakan untuk memberi ketenangan. Tanpa pasangan, hidup terasa kosong dan sepi. Laki-laki mencari perempuan, dan perempuan menanti laki-laki. Pertemuan keduanya melahirkan keutuhan dan kesinambungan kehidupan.

Hubungan ini juga dilengkapi dengan cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Mawaddah tumbuh dari ketertarikan dan kebersamaan, termasuk dalam hubungan suami istri. Islam tidak memandang hal ini sebagai sesuatu yang tabu, bahkan menganjurkan agar suami istri saling menjaga penampilan dan membina kemesraan.

Namun cinta fisik tidak berlangsung selamanya. Seiring bertambahnya usia, dorongan syahwat akan menurun. Saat itulah rahmah mengambil peran lebih besar, kasih sayang yang tumbuh dari kedekatan batin, pengalaman bersama, dan kebersamaan membesarkan anak serta cucu. Semakin tua usia pernikahan, semakin dalam rahmah yang terbangun.

Islam tidak menganggap hubungan laki-laki dan perempuan sebagai aib atau akibat dosa. Islam mengajarkan bahwa hubungan tersebut merupakan bagian dari sistem penciptaan, dan termasuk dalam tanda-tanda kekuasaan Allah.

Karena itulah, Islam hadir untuk menjaga keteraturan hidup manusia melalui lima prinsip utama:

1. Menjaga agama, dengan melarang kemurtadan dan menegakkan pemerintahan yang adil.
2. Menjaga akal, dengan perintah mencari ilmu dan larangan atas hal-hal yang merusaknya.
3. Menjaga jiwa, dengan larangan membunuh dan aturan perlindungan nyawa.
4. Menjaga harta, dengan pengakuan hak milik dan larangan pencurian serta korupsi.
5. Menjaga keturunan, dengan perintah menikah dan larangan hubungan di luar nikah.

Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah. Maka dari itu, martabatnya perlu dijaga, termasuk dengan menjaga kehormatan keturunan. Hubungan suami istri adalah bagian dari tatanan fitrah dan petunjuk Allah bagi mereka yang mau berpikir.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Niat dan Tata Cara Mengirim Surah Al-Fatihah untuk Orang yang Sudah Meninggal


Jakarta

Mendoakan orang yang sudah meninggal adalah amalan yang terus dilakukan oleh banyak umat Islam. Salah satu caranya adalah membaca surah Al-Fatihah, lalu doa tersebut diniatkan untuk kebaikan orang yang telah wafat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Hasyr ayat 10:

…رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ…


Artinya: “…Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dahulu daripada kami…”

Ayat ini menunjukkan pentingnya mendoakan mereka yang telah lebih dulu pergi, agar mendapat ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Dalil mendoakan orang yang telah meninggal juga mengacu pada sejumlah hadits. Salah satunya seperti dijelaskan dalam kitab Fathul Qadir seperti dinukil NU Online, disebutkan bahwa membacakan surah Al-Ikhlas sebanyak sebelas kali di area pemakaman, lalu menghadiahkan pahalanya kepada para ahli kubur, bisa membawa pahala yang sangat besar.

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ مَرَّ عَلَى الْمَقَابِرِ وَقَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ إِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً ، ثُمَّ وَهْبَ أَجْرَهُ لِلأَمْوَاتِ أُعْطِيَ مِنَ الأَجْرِ بِعَدَدِ الأَمْوَاتِ

Artinya: “Barang siapa melewati pemakaman kemudian ia membaca surah Al-Ikhlas sebanyak sebelas kali yang pahalanya dihibahkan kepada semua orang yang sudah meninggal dunia di pemakaman itu, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak jumlah orang yang dimakamkan di pemakaman itu.” (HR Sahabat Ali karramallahu wajhah)

Penjelasan lebih lanjut juga disampaikan oleh Syekh Ali Ma’shum, yang menyebutkan hadits dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَأَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ ثُمَّ قَالَ إِنِّي جَعَلْت ثَوَابَ مَا قَرَأْت مِنْ كَلَامِك لِأَهْلِ الْمَقَابِرِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ كَانُوا شُفَعَاءَ لَهُ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى

Artinya: “Barang siapa memasuki kompleks pemakaman kemudian ia membaca surah Al-Fatihah, lalu surah Al-Ikhlas, lalu surah At-Takatsur, kemudian ia mengatakan bahwa saya memberikan pahala bacaan tersebut kepada para ahli kubur dari kalangan orang mukmin laki-laki dan perempuan, maka mereka semua para ahli kubur akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.”

Bacaan Niat Mengirim Surah Al-Fatihah

Doa berikut sering dibaca saat ziarah atau tahlilan sebagai pembuka sebelum membaca surah Al-Fatihah:

إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى سَيِّدِنَا مُحمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاٰلِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَأَوْلَادِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ الْفَــاتِحَةُ

Arab latin: Ila ḫadlratin-nabiyyil-musthafâ sayyidinâ Muḫammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama wa âlihi wa azwâjihi wa awlâdihi wa dzurriyyâtihi al-fâtiḫah….

Artinya: “Kepada yang terhormat Nabi Muhammad SAW, segenap keluarga, istri-istrinya, anak-anaknya, dan keturunannya. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah…”

ثُمَّ إِلَى حَضْرَةِ إِخْوَانِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَامِلِيْنَ وَالْمُصَنِّفِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَجَمِيْعِ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، خُصُوْصًا إِلَى سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجِيْلَانِي وَخُصُوْصًا إِلَى مُؤَسِّسِيْ جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءِ الْفَــاتِحَةُ

Arab latin: Tsumma ilâ ḫadlrati ikhwânihi minal-anbiya’i wal-mursalîn wal-auliya’i wasy-syuhadâ’i wash-shâlihîn wash-shaḫâbati wat tâbi’în wal-‘ulamâ’il-‘âmilîn wal-mushannifînal-mukhlishîn wa jamî’il-malâikatil-muqarrabîn, khusûshan ilâ sayyidinâsy-syaikh ‘abdil qâdir al-jîlânî wa khushûshan ilâ muassisî jam’iyyah Nahdlatil Ulama, al-fâtiḫah

Artinya: “Lalu kepada segenap saudara beliau dari kalangan pada nabi, rasul, wali, syuhada, orang-orang saleh, sahabat, tabi’in, ulama al-amilin (yang mengamalkan ilmunya), ulama penulis yang ikhlas, semua malaikat Muqarrabin, terkhusus kepada Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan para pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Bacaan Al-Fatihah ini kami tujukan kepada Allah dan pahalanya untuk mereka semua. Al-Fatihah…”

Mengirimkan surah Al Fatihah untuk orang yang meninggal dunia adalah amaliah yang populer di kalangan masyarakat muslim Indonesia, khususnya warga Nahdlatul Ulama.

Tata Cara Mengirim Doa dan Bacaan untuk Orang yang Sudah Wafat

Berikut ini adalah langkah-langkah tata cara mengirim doa untuk orang meninggal, terutama dalam tradisi tahlilan, sebagaimana dijelaskan dalam buku Merayakan Khilafiyah Menuai Rahmat Ilahiah karya Zikri Darussamin dan Rahman M. Ag:

  1. Membuka dengan membaca surah Al-Fatihah.
  2. Membaca surah Yasin.
  3. Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
  4. Membaca beberapa ayat dari surah Al-Baqarah, yaitu ayat 1-5, 163, 255 (Ayat Kursi), dan 284.
  5. Mengucapkan istighfar.
  6. Melafalkan dzikir seperti tahlil (lā ilāha illallāh), takbir, tahmid, dan tasbih.
  7. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
  8. Membaca Asmaul Husna (99 Nama Allah).
  9. Ditutup dengan doa untuk arwah yang dituju.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Seperti Apa Pakaian Penghuni Surga? Ini Penjelasan Al-Qur’an dan Hadits


Jakarta

Surga adalah tempat yang didambakan oleh setiap manusia. Keindahan dan kenikmatan surga dijelaskan dalam sejumlah dalil Al-Qur’an dan hadits, begitu pula dengan penghuni di dalamnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Hajj ayat 23,

اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّلُؤْلُؤًاۗ وَلِبَاسُهُمْ فِيْهَا حَرِيْرٌ ٢٣


Artinya: “Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Di dalamnya mereka diberi perhiasan berupa gelang emas dan mutiara. Pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.”

Dalam hadits yang berasal dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa saja yang masuk surga, maka ia akan merasakan kenikmatan, tidak susah, tidak hancur pakaiannya dan tidak rusak kemudaannya. Di dalam surga terdapat sesuatu yang mata manusia belum pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar, dan tidak ada goresan atas kalbu manusia.” (HR Muslim)

Pakaian Penghuni Surga yang Disebutkan dalam Hadits dan Al-Qur’an

Menukil dari buku Edisi Indonesia: Surga dan Neraka oleh Umar Sulaiman Al Asyqar yang diterjemahkan Kaserun, para penghuni surga mengenakan pakaian yang mewah dari berbagai macam perhiasan emas, perak dan mutiara. Salah satu jenis pakaian penduduk surga bahkan terbuat dari sutra.

Allah SWT berfirman dalam surah Fathir ayat 33,

جَنَّٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا ۖ وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ

Artinya: “(Bagi mereka) surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.”

Turut dijelaskan dalam Jinanul Khuldi: Na’imuha wa Qushuruha wa Huruha karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy terjemahan Badruddin dkk, pakaian penghuni surga ada yang terbuat dari buah di surga. Hal ini diriwayatkan pada hadits Imam Ahmad dalam Musnad juga disebutkan dari Abdullah bin Amr RA bahwa ada orang yang datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata:

“Wahai Rasulullah, beritahukan kepada kami tentang pakaian penghuni surga, apakah ia makhluk yang diciptakan atau kain tenun yang ditenun?”

Maka, sebagian kaum menertawakannya. Kemudian, Rasulullah SAW bertanya, “Kalian menertawakan apa? Apa karena seorang yang belum tahu bertanya kepada orang yang tahu?” Kemudian, beliau menghadap ke arah mereka dan bertanya, “Mana orang yang bertanya tadi?”

“Inilah saya, wahai Rasulullah,” jawab orang yang bertanya tadi.

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Tidak, tetapi pakaian mereka terbuat dari buah di surga.” Beliau mengatakan ini tiga kali.” (HR Ahmad dalam Musnad)

Selain itu, dalam An Nar Ahwaluha wa ‘Adzabuha susunan Mahir Ahmad Ash Shufiy yang diterjemahkan Badruddin dkk disebutkan bahwa penghuni surga akan memiliki pakaian dari sutra tipis dan tebal serta berhiaskan giwang dari emas dan permata.

Hijau Jadi Warna Pakaian Penduduk Surga

Menurut buku Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an oleh Ahzami Samiun Jazuli, pakaian penghuni surga berwarna-warni. Di antara warna pakaian yang mereka kenakan umumnya berwarna hijau karena warna ini membuat siapa saja yang melihatnya merasa tenang.

Terkait hal tersebut diterangkan dalam surah Al Kahfi ayat 31,

أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلْأَرَآئِكِ ۚ نِعْمَ ٱلثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا

Artinya: “Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.”

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Perbedaan Doa Qunut Subuh dan Qunut Nazilah


Jakarta

Selain doa qunut Subuh, ada juga doa qunut nazilah yang diamalkan muslim untuk memohon keselamatan. Meski sama-sama doa qunut, keduanya memiliki sejumlah perbedaan.

Menukil dari buku Kupas Tuntas Qunut Subuh karya Galih Maulana, qunut dari segi bahasa artinya berdiri, tunduk, taat, diam dan doa. Pengertian qunut secara istilah adalah nama doa saat salat pada waktu tertentu ketika berdiri.


Dalil terkait doa qunut Subuh merujuk pada hadits dari Anas bin Malik RA, dia berkata:

“Rasulullah SAW terus melakukan qunut pada salat Subuh sampai ia meninggal dunia.” (HR Ahmad, Ad Daruquthni dan Al Baihaqi)

Adapun, doa qunut nazilah dikatakan dibaca oleh Nabi Muhammad SAW saat teradi musibah di Bi’ru Ma’unah yang menimpa 70 orang. Bunyi haditsnya sebagai berikut,

“Aku belum pernah melihat Rasulullah SAW berduka atas musibah yang menimpa delegasi beliau sebagaimana rasa duka beliau atas musibah yang telah menimpa delegasi beliau berjumlah 70 orang yang dibunuh di Bi’ru Ma’unah, yang mana mereka semua biasanya disebut dengan qurro’. Karenanya, beliau melakukan qunut selama sebulan guna mendoakan kecelakaan atas orang-orang yang telah membunuh mereka.” (HR Muslim)

Perbedaan Doa Qunut Subuh dan Qunut Nazilah

1. Bacaannya

Bacaan doa qunut Subuh dan qunut nazilah berbeda. Berikut bacaan doa qunut Subuh yang dikutip dari buku Doa & Dzikir Lengkap Sunnah oleh Kustiana Mara.

اَللهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَاأَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَيُقْضَى عَلَيْكَ، فَاِنَّهُ لاَيَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَيَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَاقَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ اِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارَكَ وَسَلَّمَ

Allahhummahdinii fiiman hadait, wa’a finii fiman ‘aafait, wa tawallanii fiiman tawal-laiit, wa baarik lii fiimaa a’thait, wa qinii syarra maa qadhait. Fainnaka taqdhii walaa yuqdha ‘alaik, wa innahu laayadzilu man walait, wa laa ya’izzu man ‘aadait, tabaa rakta rabbanaa wata’aalait. Falakalhamdu ‘alaa maaqadhait, Astaghfiruka wa’atuubu ilaik, Wasallallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi. Wa’alaa aalihi washahbihi wasallam

Artinya: “Ya Allah tunjukkanlah padaku sebagaimana pada mereka yang telah Engkau beri petunjuk. Dan berilah padaku pengampunan sebagaimana pada mereka yang Engkau beri ampun.

Dan peliharalah aku sebagaimana pada mereka yang Engkau pelihara. Dan berilah padaku keberkatan sebagaimana yang telah Engkau karuniakan pada mereka. Dan selamatkan aku dari mara bahaya yang telah Engkau tentukan.

Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan yang kena hukum. Maka sesungguhnya tidaklah hina pada mereka orang yang Engkau pimpin, dan tidak mulia orang yang Engkau musuhi.

Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Maka bagi Engkau segala puji atas yang Engkau hukumkan. Aku mohon ampun kepada Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. Dan semoga Allah mencurahkan rahmat dan kesejahteraan atas junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.”

Sementara itu, menukil buku Terjemah Fiqhul Islam wa Adillathuhu Juz 2 oleh Wahbah Az Zuhaili yang diterbitkan Gema Insani, doa qunut nazilah berasal dari riwayat Umar bin Khattab RA. Nabi SAW membaca doa berikut ketika mengamalkan qunut nazilah,

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَأَلِفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَأَصْلِحْ ذَات بَيْنِهِمْ، وَانْصُرْ عَلَى عَدُوّكَ وَعَدُوِّهِمْ اللَّهُمْ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ. اللَّهُمْ خَالِفٌ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ، وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ

Allahummaghfir lilmu’minina walmu’minat, walmuslimina walmuslimat, wa alifa bayna qulubihim, wa ashlih dzat baynihim, wanshur ala a’uduwka waaduwwihim allahum an kafarata ahlil kitaabil ladziina yukadzibuuna rusulaka, wayuqaa tiluuna aw liyaa aka. Allahum khoolifun bayna kalimatihim, wazalzil aqda mahum, waanzil bihim ba’salkalladzii laayuraddu anilqowmil mujrimin. bismillahirrahmanirrahim. allahumma innanasta ‘inuk.

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa orang mukmin dan mukminat, muslimin dan muslimat. Satukanlah hati-hati mereka, ciptakanlah kedamaian di antara mereka, dan bantu mereka mengatasi musuh-musuh-Mu dan musuh mereka. Ya Allah, timpakanlah kutukan kepada orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab yang telah mendustakan para utusan-Mu dan melawan para wali-Mu. Ya Allah, gagapkanlah kata-kata mereka, pecah belahkan kekuatan mereka, dan berikanlah hukuman-Mu yang tak terhindarkan bagi mereka. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kami memohon pertolongan kepada-Mu.”

2. Waktu Membacanya

Mengacu pada buku yang sama, doa qunut Subuh diamalkan sesuai namanya yaitu pada waktu sholat Subuh. Doa dibaca saat rakaat kedua dalam posisi i’tidal sebelum sujud.

Cara membaca qunut Subuh menurut ulama asal Irak adalah keras. Namun, sebetulnya terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait apakah doa qunut harus dibaca keras atau pelan.

Adapun, doa qunut nazilah dapat dibaca pada rakaat terakhir setiap salat fardhu tepatnya saat i’tidal. Doa qunut nazilah dibaca dengan suara pelan pada waktu Dzuhur dan Ashar, sementara jika salat berjamaah waktu Subuh, Maghrib dan Isya maka doa qunut nazilah dibaca keras.

Apa Hukum Membaca Doa Qunut Subuh dan Qunut Nazilah?

Menurut kitab Al Adzkar susunan Imam Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha, hukum membaca doa qunut Subuh adalah sunnah muakkad atau sangat dianjurkan. Dalilnya mengacu pada riwayat yang disebutkan oleh Anas bin Malik RA.

Sama halnya dengan doa qunut nazilah. Merujuk pada Terjemah Fiqhul Islam wa Adillatuhu, doa qunut nazilah adalah sunnah sebagaimana merujuk pada hadits berikut,

“Sungguh Nabi SAW membaca doa qunut (nazilah) selama sebulan karena (tragedi) terbunuhnya para qurra’ (ahli Al-Qur’an) radhiyallahu ‘anhum.” (HR Bukhari dan Muslim)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Viral Bendera One Piece, Wamenag Ajak Masyarakat Tetap Kibarkan Merah Putih



Jakarta

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i turut menanggapi terkait fenomena pengibaran bendera One Piece yang viral belakangan ini. Ia menilai bahwa anime tersebut mengangkat tema anti penindasan dan penjajahan yang mana termasuk nilai positif.

“Saya memahami One Piece itu manga anime atau kartun fiksi yang mengangkat semangat anti penindasan, anti penjajahan, dan anti ketidakadilan. Nilai anti penindasan kan positif. Nilai anti penjajahan juga positif. Ini termasuk nilai yang juga diperjuangkan Presiden Prabowo melalui semangat kemandirian bangsa,” katanya dikutip dari situs Kemenag RI, Rabu (6/8/2025).


Lebih lanjut Wamenag mengatakan jika terdapat anak muda yang gemar dengan kisah fiksi One Piece, seharusnya mereka diajak untuk mendukung program terbaik Presiden. Semangat tersebut bisa diarahkan untuk mengibarkan bendera Merah Putih.

“Jika ada anak muda senang dengan kisah fiksi One Piece, kita bisa ajak mereka untuk mendukung program terbaik Presiden dan semangat serta energi itu bisa kita arahkan untuk mengibarkan dan membela Merah Putih. Jadi kita bisa arahkan itu untuk memperkuat nasionalisme. Nakama kibarkan Merah Putih,” terangnya menguraikan.

Wamenag juga menjelaskan bahwa di Indonesia terdapat banyak kisah pahlawan, pejuang bangsa yang berasal dari kisah nyata, bukan fiksi.

“Kisah-kisah pahlawan ini bisa dikemas juga dalam bentuk rangkaian saga kejuangan pahlawan yang sarat nilai dan itu kontekstual dengan Indonesia,” papar Romo Muhammad Syafi’i.

Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi langkah inovatif memperkuat semangat kebangsaan di tengah tren budaya populer yang menggempur kalangan anak muda.

“Ini bisa menjadi langkah inovatif dalam memperkuat semangat kebangsaan di tengah tren budaya populer. Kita minta anak muda ambil nilai kepahlawanan untuk membela Merah Putih,” sambung Wamenag.

Langkah-langkah ini, lanjutnya, diharapkan mampu menjadi pendekatan kultural yang efektif dalam memperkuat semangat kebangsaan generasi muda, tanpa menegasikan identitas dan kegemaran mereka terhadap budaya populer global.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Lengkap dan Tata Caranya


Jakarta

Sholat Maghrib merupakan salah satu dari lima sholat wajib yang diperintahkan kepada umat Islam. Seorang muslim harus mengetahui bacaan niat dan tata cara sholat Maghrib sebelum mengerjakannya.

Sholat Maghrib memiliki kedudukan khusus karena menjadi penanda masuknya malam hari dan memiliki waktu yang sangat terbatas dibandingkan dengan sholat lainnya. Menunaikan sholat Maghrib tepat waktu dan sesuai tuntunan Rasulullah SAW adalah bagian dari wujud ketakwaan kepada Allah SWT.

Dikutip dari buku Panduan Sholat Rosulullah 1 karya Imam Abu Wafa, sholat Maghrib dimulai sejak tenggelam matahari hingga hilang garis kemerahan di ufuk. Sholat Maghrib adalah sholat fardhu (wajib) yang terdiri dari tiga rakaat.


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru RA bahwa Nabi SAW bersabda,

“Dan waktu sholat Maghrib sebelum hilang kemerahan (di ufuk barat), waktu sholat Isya hingga pertengahan malam.” (HR Muslim)

Karena waktu Maghrib sangat singkat, Rasulullah SAW sangat menekankan untuk segera menunaikannya setelah adzan.

“Umatku akan senantiasa berada dalam fitrah (kebaikan) selama mereka tidak menunda sholat Maghrib hingga muncul bintang-bintang.” (HR Abu Dawud)

Bacaan Niat Sholat Maghrib

Dikutip dari buku Praktis Ibadah karya Irwan dan Ahmad Jafar, berikut bacaan lengkap sholat Maghrib:

Niat Sholat Maghrib Sendiri

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى.

Ushalli fardhol maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa,an lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat melakukan sholat fardhu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat, pada waktunya karena Allah Ta’ala.”

Niat Sholat Maghrib Berjamaah sebagai Imam

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Usholli fardhol maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an imaman lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat melakukan sholat fardhu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat sebagai imam, pada waktunya karena Allah Ta’ala.”

Niat Sholat Maghrib Berjamaah sebagai Makmum

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى.

Usholli fardhol maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an makmuman lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat melakukan sholat fardhu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat sebagai makmum, pada waktunya karena Allah Ta’ala.

Tata Cara Sholat Maghrib

Berikut tata cara sholat Maghrib lengkap dengan bacaannya:

1. Melafalkan Niat Dilanjutkan Takbiratul Ihram

أصلي فرض المغرب ثلاث ركعات مستقبل القبلة أداء/مأموما/إماما لله تعالى

Arab Latin: Usholli fardhol magribi tsalasa rok’aati mustaqbilal qiblati adaa an (sholat sendiri)/Ma’muuman (menjadi ma’mum)/Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta’ala.

Artinya: “Saya berniat sholat fardu magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala”.

أَللهُ أَكْبَر

Arab Latin: Allâhu Akbar

Artinya: “Allah Maha Besar”

2. Membaca Doa Iftitah

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Arab Latin: Allaahu akbar kabirau walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa’ashiilaa, innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiina. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.

Artinya: “Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah, penguasa alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang muslim.”

3. Membaca Surah Al-Fatihah Pada Tiap-tiap Rakaat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

Ar-raḥmānir-raḥīm

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

Māliki yaumid-dīn

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ

Sirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn

4. Ruku’
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

Arab Latin: Subhana rabbiyal ‘adhimi wa bihamdihi.

Artinya: ” Maha Suci Rabbku yang maha Agung dan maha terpuji.”

5. I’tidal (berdiri setelah ruku’)
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Arab Latin: Sami’allahu liman hamidah.

Artinya: “Aku mendengar orang yang memuji-Nya.”

Kemudian saat berdiri dilanjutkan membaca:

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Arab Latin: Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du.

Artinya: “Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”

6. Sujud Sambil Membaca Doa Sujud

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Arab Latin: Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih

Artinya: “Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya.” (HR Abu Daud)

7. Duduk di Antara Dua Sujud Sambil Membaca

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى وَاعْفُ عَنِّىْ

Arab Latin: Rabighfirlii, Warhamnii, Wajburnii, Warfa’ni, Warzuqnii, Wahdini, Wa’aafinii, Wa’fuannii

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosaku, rahmatilah aku, perbaikilah aku, berikanlah aku rezeki dan angkatlah derajatku.”

8. Sujud Kedua Sambil Membaca Doa Sujud

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Arab Latin: Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih

Artinya: “Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya.” (HR Abu Daud)

9. Berdiri Ulangi Gerakan

Bangkit dari sujud lalu ulangi gerakan yang sama hingga bangkit dari sujud lanjutkan tasyahud awal.

10. Membaca Tasyahud Awal

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Arab Latin: Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah. Allahumma shalli ‘alaa muhammad.

Artinya: “Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah. Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.

Setelah tasyahud awal, berdiri untuk mengerjakan satu rakaat lagi (rakaat ketiga).

11. Tasyahud Akhir

Bacaan tasyahud akhir sama dengan tasyahud awal yang ditambah dengan sholawat nabi.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰىإِبْرَاهِيمَ وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَا لَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Arab latin: Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah.

Allahumma shalli ‘alaa muhammad. Wa alaa aali muhammad. Kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim wa’alaa aali ibraahim wabaarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim fil’aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya: “Ya Allah limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia”.

12. Salam

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Arab Latin: Assalaamu alaikum wa rahmatullah

Artinya: “Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Menag Prihatin Guru Madrasah Dibayar Rp 100 Ribu Sebulan, Bahkan Tak Digaji



Jakarta

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan fakta memilukan tentang nasib guru madrasah di Indonesia. Menurutnya, masih banyak guru yang hanya mendapatkan upah Rp 100 ribu per bulan, bahkan tak sedikit yang mengajar tanpa digaji sama sekali.

Hal ini disampaikan Nasaruddin usai menghadiri acara Silaturahmi Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Keagamaan 2025 di Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Rabu (6/8/2025).

“Iya, bahkan banyak yang nggak digaji,” kata Nasaruddin Umar kepada wartawan.


Namun, guru-guru tersebut masih tetap menjalankan tugasnya dengan baik. Menurut Nasaruddin Umar, mereka ikhlas mengajar kerena Allah SWT.

“Tetap jalan karena lillahi ta’ala,” tuturnya.

Maka dari itu, pemerintah hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Nasaruddin Umar mengapresiasi perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesejahteraan rakyat.

Menurutnya, kepedulian tersebut terlihat dari berbagai program yang diluncurkan. Seperti sekolah rakyat, makanan gratis, koperasi merah putih, perumahan rakyat, dan cek kesehatan gratis.

Nah, inilah tugasnya pemerintah. Kita bersyukur, berterima kasih. Pak Prabowo sangat aktif membaca sesuatu yang hidup dalam masyarakat kita,” ujarnya.

“Hasil pembacaan beliau maka lahirlah sekolah rakyat, makanan gratis, koperasi merah putih, lahirlah perumahan rakyat, lahirlah cek kesehatan gratis. Luar biasa, itu sangat memihak kepada rakyat,” lanjut pria yang juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Nasaruddin berharap, program-program tersebut dapat terus berlanjut dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Terutama para guru madrasah yang selama ini berjuang tanpa imbalan yang layak.

“Kita doakan ya, semoga program-program ini berlanjut dan menyentuh semua lapis bawah,” pungkasnya.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Boleh atau Tidak? Ini Penjelasannya


Jakarta

Di era digital seperti sekarang ini, perkembangan teknologi dan media sosial berlangsung sangat pesat. Aplikasi-aplikasi seperti TikTok hadir sebagai bagian dari transformasi digital yang mengubah cara kita berinteraksi, mengakses informasi, hingga berdakwah.

Namun, kemajuan ini tak lepas dari tantangan, khususnya dalam aspek moral dan etika penggunaan. Dalam Islam, apakah aplikasi seperti TikTok bisa dihukumi halal atau haram?

Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr KH Fatihun Nada, dalam kolom “Ulama Menjawab” di MUI Digital memberikan penjelasan mendalam terkait hukum aplikasi TikTok dalam Islam.


“TikTok adalah sebuah aplikasi media sosial yang memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk berinteraksi dalam jejaring internet dengan berbagi dan menerima informasi, konten, dan lain sebagainya melalui video singkat berdurasi antara 3 detik sampai 10 menit. Oleh karena itu, TikTok bisa digunakan untuk tujuan kebaikan dan keburukan,” jelasnya dilansir MUI Digital.

Pernyataan ini menekankan bahwa hukum suatu aplikasi tidak bersifat mutlak, tidak serta-merta halal atau haram hanya karena eksistensinya. Melainkan, tergantung pada bagaimana aplikasi tersebut digunakan oleh penggunanya.

Lebih lanjut, Dr. Fatihun menjelaskan, dalam Islam, suatu aplikasi tidak dapat dihukumi secara mutlak sebagai halal atau haram.

Jika sebuah aplikasi digunakan untuk tujuan baik seperti dakwah, edukasi, atau penyebaran ilmu yang bermanfaat, penggunaannya boleh. Sebaliknya, jika digunakan untuk hal-hal yang dilarang dalam Islam seperti pornografi, fitnah, kebohongan, atau konten merusak moral, penggunaannya menjadi haram.

Pandangan Ulama Internasional

Pandangan senada juga dikemukakan oleh Syekh Syauqi ‘Allam, mantan Mufti Agung Darul Ifta’ Mesir. Ia menegaskan para ulama tidak dapat menghukumi sebuah aplikasi media sosial berdasarkan eksistensinya semata, tetapi harus melihat bagaimana aplikasi tersebut dimanfaatkan oleh penggunanya.

Dalam hal ini, Syekh Syauqi mengutip kaidah fikih yang berbunyi:

الوَسَائِلُ لَهَا حُكْمُ المَقَاصِدِ

Artinya: “Perkara-perkara yang menjadi media memiliki hukum sesuai dengan tujuan penggunaannya.”

Bijak Menggunakan Teknologi

Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui hukum aplikasi seperti TikTok dalam Islam bersifat kondisional. Jika digunakan untuk kebaikan, hukumnya diperbolehkan. Namun jika cenderung digunakan untuk kerusakan moral, dilarang.

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap muslim untuk bijak dalam menggunakan teknologi, termasuk media sosial. Perkembangan teknologi tidak dapat dihindari, tetapi penggunaan yang bertanggung jawab adalah pilihan setiap individu. Jadikan setiap interaksi digital sebagai ladang pahala, bukan sumber dosa.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Muncul Emas di Sungai Eufrat yang Mengering, Benarkah Tanda Kiamat?


Jakarta

Warga Kota Raqqa, Suriah berbondong-bondong berburu emas mentah di tepian Sungai Eufrat. Aksi ini dipicu oleh kemunculan gundukan tanah berkilau di dasar sungai yang baru mengering karena surutnya aliran air.

Fenomena tak biasa itu ramai diperbincangkan di media sosial. Para pemburu emas itu menggali tanah siang dan malam dengan peralatan seperti sekop dan cangkul.

Insinyur geologi lokal Khaled al-Shammari menyebut diperlukannya analisis geologi mendalam untuk menentukan apakah endapan tersebut benar-benar emas atau mineral berharga lainnya. Ia memperingatkan agar masyarakat berhati-hati.


Mengenai Sungai Eufrat yang mengering dan munculnya bongkahan emas di sana ternyata disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu tanda kiamat.

Mengeringnya Sungai Eufrat-Muncul Bongkahan Emas Jadi Tanda Kiamat

Menurut kitab Nihayatul ‘Alam oleh Muhammad al ‘Areifi terjemahan Zulfi Askar, Imam Nawawi menukil hadits Imam Muslim yang termaktub dalam kitab Riyadhus Shalihin terkait mengeringnya Sungai Eufrat hingga muncul bongkahan emas yang menjadi tanda kiamat.

Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab RA, Rasulullah SAW bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ، تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو

Artinya: “Kiamat tidak akan terjadi sampai al-Furat (Sungai Eufrat) mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah 99 orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat.” (HR Muslim)

Abu ‘Ubaidah dalam ta’liq-nya terhadap kitab An Nihayah Fi Al Fitan wa Al Malahim oleh Ibnu Katsir menyebut bahwa gunung emas dalam hadits tanda kiamat ini sebetulnya kiasan. Gunung emas bisa saja diibaratkan dengan minyak bumi karena keduanya memiliki nilai manfaat yang sama.

Sementara itu, dalam hadits lain yang berasal dari Abu Hurairah RA turut dijelaskan terkait emas di Sungai Eufrat. Nabi SAW bersabda,

عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ قالَ: قالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: “يُوشِكُ الفُرَاتُ يَحْسِرُ عن كَنْزِ مِنْ ذّهَبِ، فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئاً

Artinya: “Hampir terbuka al-Furat dengan (berisi) simpanan emas. Siapa yang mendatanginya jangan sekali-kali mengambilnya.” (HR At Tirmidzi)

Mengutip buku Al Jannah: Misteri Sugra Terungkap di Akhir Zaman susunan Billy El-Rasheed, Imam Nawawi melalui Syarah Shahih Muslim menyebut bahwa mengeringnya Sungai Eufrat dalam hadits berarti terbukanya dasar sungai karena air yang surut. Menurutnya, ini disebabkan perubahan aliran sungai.

Adapun, terkait kekayaan atau gunung emas yang tertimbun tanah tidak diketahui keberadaannya. Apabila sungai berubah karena hal lain, tanah yang menimbun gunung emas tersebut akan terkikis dan emas akan tampak.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com