5 Fakta Masjid Agung Sheikh Zayed yang Dikunjungi Aktor Korea So Ji Sub


Jakarta

Aktor Korea Selatan So Ji Sub baru-baru ini menarik perhatian publik setelah membagikan momen kunjungannya ke Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Masjid ikonik ini dikenal sebagai salah satu landmark religi paling megah di dunia serta memikat jutaan wisatawan setiap tahunnya.

Kunjungan So Ji Sub semakin menambah sorotan pada keindahan dan kemegahan masjid yang menjadi kebanggaan UEA tersebut. Simak fakta menarik mengenai Masjid Agung Sheikh Zayed berikut ini.


Fakta Menarik Masjid Agung Sheikh Zayed

Berikut adalah deretan fakta menarik tentang Masjid Agung Sheikh Zayed yang menjadi latar kunjungan aktor Korea So Ji Sub.

1. Salah Satu Masjid Terbesar di Dunia

Masjid Agung Sheikh Zayed menempati peringkat sebagai masjid terbesar ketiga di dunia, setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Bangunan megah ini berdiri di lahan seluas 12 hektare dengan area masjid mencapai 22.412 meter persegi, setara hampir empat lapangan sepak bola.

Dikutip dari website Islamic Landmarks, kapasitasnya mampu menampung hingga 40.000 jamaah sekaligus. Karena ukurannya yang sangat besar, masjid ini dapat terlihat jelas dari tiga jembatan utama penghubung Kota Abu Dhabi, yaitu Jembatan Maqta, Mussafah, dan Sheikh Zayed.

2. Dibangun Selama 11 Tahun

Pembangunan Masjid Agung Sheikh Zayed dimulai pada tahun 1996 dan rampung pada 2007. Prosesnya memakan waktu lebih dari 11 tahun untuk mewujudkan mahakarya arsitektur ini.

Proyek besar ini melibatkan ribuan pengrajin dan seniman terampil dari berbagai negara. Setiap detailnya dikerjakan dengan presisi tinggi untuk menciptakan masjid megah yang memadukan seni, budaya, dan teknologi modern.

3. Arsitektur dan Interior yang Megah

Masjid Agung Sheikh Zayed memiliki 82 kubah dengan berbagai ukuran, termasuk kubah utama yang menjadi salah satu kubah masjid terbesar di dunia. Setiap kubah dihiasi dengan desain dan pola yang rumit, menambah keindahan sekaligus mempertegas kemegahan arsitektur masjid ini.

Di dalam Masjid Agung Sheikh Zayed terdapat karpet raksasa yang diakui sebagai karpet terbesar di dunia, hasil rancangan seniman asal Iran, Ali Khaliqi. Karpet tersebut berukuran 5.625 meter persegi dengan bobot mencapai 35 ton, sebagian besar dibuat dari wol berkualitas tinggi yang diimpor dari Selandia Baru dan Iran.

Masjid ini juga dihiasi tujuh lampu gantung megah yang terbuat dari jutaan kristal Swarovski. Salah satunya bahkan tercatat sebagai lampu gantung terbesar ketiga di dunia, memiliki diameter 10 meter dan tinggi 15 meter.

4. Sistem Pencahayaan yang Unik

Selain memiliki desain yang memukau, Masjid Sheikh Zayed juga menerapkan teknik pencahayaan unik yang dirancang oleh firma arsitektur pencahayaan Speirs and Major Associates, sehingga dapat menampilkan keindahan proyeksi fase bulan.

Pada malam hari, pantulan tiang-tiang masjid terlihat jelas di kolam-kolam yang membentang di sepanjang arcade. Di ruang salat utama, kolom marmer bertatahkan mutiara semakin terlihat anggun berkat penataan cahaya yang tepat, sementara dinding kiblatnya dilengkapi pencahayaan serat optik yang halus, menciptakan suasana yang menenangkan.

5. Simbol Peradaban Islam

Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi memiliki arti penting karena menjadi tempat ibadah dan ketenangan batin bagi umat Islam. Bangunan ini menjadi simbol kuat dari nilai-nilai inti Islam, seperti persatuan, perdamaian, dan kasih sayang, yang tercermin dalam arsitektur dan desainnya.

Selain itu, masjid ini berperan sebagai wadah untuk mendorong dialog lintas agama dan pemahaman antarumat beragama. Dengan kebijakan pintu terbuka, masjid ini menyambut pengunjung dari berbagai latar belakang dan keyakinan untuk mengenal Islam serta membangun jembatan saling menghormati.

Masjid ini juga menjadi pusat pertukaran budaya yang menampilkan keindahan seni, kaligrafi, dan budaya Islam. Pengunjung dapat mengagumi detail arsitektur yang rumit, kaligrafi yang indah, serta karya seni memukau yang menghiasi setiap sudut masjid.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Hukum Makan Darah dan Jeroan dalam Islam


Jakarta

Sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita memperhatikan hukum dari makanan yang hendak dikonsumsi. Sebab, ada beberapa jenis makanan yang kerap kali dinikmati masyarakat umum tetapi dilarang dalam Islam.

Oleh karenanya, penting bagi muslim mengetahui makanan yang halal dan haram. Menukil dari buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII oleh Zainal Muttaqin dan Amir Abyan, makanan haram dapat menyebabkan doa seseorang tak dikabulkan Allah SWT.


Keterangan tersebut bersandar pada riwayat dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

“Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat Yang Mahabaik, tidak mau menerima kecuali yang baik; dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin sesuai dengan yang diperintahkan kepada rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah yang saleh.’ Allah SWT berfirman, ‘Wahai orang-orang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu’…” (HR Muslim)

Salah satu makanan yang dilarang dalam Islam adalah darah. Larangan ini dijelaskan dalam surah An Nahl ayat 115.

اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa yang terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Memakan Darah Diharamkan dalam Islam

Terkait diharamkannya darah juga disebutkan dalam surah Al Maidah ayat 3,

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحْمُ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلْمُنْخَنِقَةُ وَٱلْمَوْقُوذَةُ وَٱلْمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala…”

Menukil dari Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur Jilid 1 susunan Prof Dr Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy diharamkannya darah dalam Islam dikarenakan kemudharatannya sebagaimana halnya memakan bangkai binatang. Maksud darah di sini adalah darah hewan yang keluar atau mengali dari tubuh saat proses penyembelihan.

Di Indonesia, terdapat olahan darah hewan yang disebut dengan marus. Makanan ini kerap diolah dan dikonsumsi.

Cara pembuatannya adalah dengan merebus darah hewan hingga mengental dan membeku sampai menyerupai tekstur dan bentuk limpa. Meski berbeda setelah diolah, marus tetaplah darah dan dikategorikan haram dimakan dalam Islam karena dianggap najis.

Islam hanya memperbolehkan dua jenis darah yang dibekukan untuk dikonsumsi, yaitu hati dan limpa. Nabi Muhammad SAW secara khusus menghalalkan konsumsi kedua organ tersebut karena memiliki sifat dan status berbeda dengan darah lain.

Hati dan limpa sudah dari asalnya terbentuk seperti itu, sehingga konsumsi kedua organ itu tak melanggar prinsip syariat. Nabi SAW bersabda,

“Dihalalkan bagi kami dua macam bangkai dan dua macam darah. Bangkai ikan dan belalang. Hati dan limpa.” (HR Baihaqi)

Bagaimana Hukum Memakan Jeroan dalam Islam?

Mengutip buku Fiqih Praktis Sehari-hari yang disusun Farid Nu’man Hasan, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait hukum memakan jeroan. Mayoritas ulama memperbolehkan, sementara Imam Abu Hanifah melarang dengan alasan jeroan termasuk khabaaits atau buruk yang terlarang untuk dimakan.

Namun, pendapat yang kuat adalah boleh makan jeroan karena memang tidak ada dalil tegas yang melarangnya. Justru, terdapat dalil yang memperbolehkannya yaitu hadits sebelumnya terkait kehalalan memakan hati dan limpa yang juga merupakan jeroan.

Adapun, terkait babat, usus, hati, maupun paru-paru, jika sudah dibersihkan dan dimasak hukumnya sama seperti bagian tubuh lain. Imam al-Hathab RA menjelaskan,

“Imam Malik berkata, dalam Al Mudawwanah, ‘Apa-apa yang menempel dengan daging baik berupa lemak, hati, perut (babat), jantung, paru-paru, limpa, ginjal, kerongkongan, biji zakar, betis, kepala, maupun semisalnya hukumnya sama seperti hukum (makan) daging.” (Imam al-Hathab, Mawahib al-Jalil)

Dari penjelasan tersebut, mayoritas ulama memperbolehkan memakan jeroan hewan yang halal untuk dimakan karena sama seperti daging dan tak ada dalil yang melarangnya, kecuali Imam Abu Hanifah yang memakruhkan dengan alasan jeroan itu adalah khabaaits.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Telinga Berdenging Tanda Dipanggil Nabi? Ini Penjelasan Buya Yahya


Jakarta

Pernahkah Anda tiba-tiba mendengar suara berdenging di telinga? Di masyarakat, fenomena ini sering dikaitkan dengan berbagai mitos, mulai dari pertanda ada yang membicarakan kita, hingga disebut sebagai panggilan dari Nabi Muhammad SAW.

Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai telinga berdenging? Apakah hal ini benar-benar memiliki makna spiritual? Simak penjelasan lengkap dari Buya Yahya.

Mitos Telinga Berdenging yang Beredar di Masyarakat

Dalam sebuah kajian yang diunggah di channel YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menjelaskan bahwa telinga berdenging atau tinnitus adalah sebuah fenomena medis. Jika sering mengalaminya, Buya Yahya, menyarankan periksa ke dokter. Telinga berdenging bisa jadi disebabkan oleh masalah kesehatan, seperti tekanan di dalam telinga atau gangguan pada saraf pendengaran.


Maka dari itu, sangat tidak tepat jika kondisi fisik ini dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat metafisika, apalagi dengan pertanda dipanggil oleh Nabi.

Buya Yahya menanggapi beberapa kepercayaan umum tentang telinga berdenging, yaitu:

  • Tanda amal tidak diterima: Ada yang meyakini bahwa telinga berdenging adalah sinyal bahwa ibadah yang kita lakukan tidak diterima oleh Allah SWT.
  • Panggilan dari Nabi Muhammad SAW: Mitos ini menyebutkan bahwa jika telinga berdenging, berarti Nabi Muhammad SAW sedang memanggil kita.
  • Pertanda akan ada yang meninggal: Sebagian masyarakat juga percaya bahwa telinga berdenging merupakan firasat buruk, seperti akan ada kerabat yang meninggal dunia.

Menurut Buya Yahya, semua mitos tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Ia menegaskan menghubung-hubungkan telinga berdenging dengan hal-hal spiritual seperti itu adalah hal yang tidak benar.

Karena sejatinya, Nabi Muhammad SAW memanggil umatnya setiap hari melalui syariat yang beliau tinggalkan. Panggilan itu nyata dan jelas, yaitu melalui seruan salat, anjuran beribadah, dan ajakan untuk beramal kebaikan.

Sangat keliru jika menunggu telinga berdenging sebagai panggilan dari Nabi. Sebab panggilan yang sebenarnya jauh lebih jelas dan tidak ambigu. Buya Yahya menekankan kita harus berpegang teguh pada petunjuk yang nyata, yaitu Al-Qur’an dan hadits.

“Nabi memanggil kita setiap saat, dengan hadits-haditsnya. Tidak usah nunggu ada denging telinga ya. Kita ingin yang nyata, yang jelas, hadits-hadits Nabi. Ilmu-ilmu Nabi SAW,” kata Buya Yahya dalam video yang berjudul Benarkah Telinga Berdenging itu Tanda Amal Ibadah Ditolak & Panggilan Nabi Muhammad?.

detikHikmah telah mendapatkan izin untuk mengutip isi ceramah tersebut.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Surat Yusuf untuk Ibu Hamil, Ini Bacaan dan Manfaat Membacanya bagi Janin


Jakarta

Surat Yusuf kerap dibaca oleh ibu hamil dengan harapan anak yang dilahirkannya memiliki paras setampan Yusuf AS sekaligus akhlaknya yang mulia. Selain itu, membaca Al-Qur’an ketika hamil memiliki manfaat tersendiri bagi sang ibu dan bayinya.

Menukil dari buku Doa Dzikir untuk Ibu Hamil susunan Ustaz K Akbar Salman, surat Yusuf adalah surat ke-12 dalam mushaf Al-Qur’an yang terdiri dari 111 ayat. Penamaan Yusuf pada surat ini karena berisi riwayat hidup Nabi Yusuf AS.

Biasanya, surat Yusuf yang diamalkan oleh ibu hamil adalah ayat 1-16. Berikut bacaannya dilengkapi dengan arab, latin dan arti.


Surat Yusuf Ayat 1-16 untuk Ibu Hamil: Arab, Latin dan Arti

الٓر ۚ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۚ

Latinnya: Alif Lām Rā. Tilka āyātu al-kitābi al-mubīn(i).

1. Artinya: “Alif Lām Rā. Inilah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata (jelas petunjuknya).”

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

Latinnya: Innā anzalnāhu qur’ānan ‘arabiyyan la’allakum ta’qilūn(a).

2. Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu memahaminya.”

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ

Latinnya: Naḥnu naquṣṣu ‘alaika aḥsana al-qaṣaṣi bimā awḥaynā ilayka hāżā al-qur’ān(a), wa in kunta min qablihī lamina al-ghāfilīn(a).

3. Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang-orang yang lalai.”

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

Latinnya: Iż qāla yūsufu li-abīhi yā abati innī ra’aitu aḥada ‘asyara kaukabaw wa asy-syamsa wa al-qamara ra’aituhum lī sājidīn(a).

4. Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; aku melihat mereka sujud kepadaku.'”

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Latinnya: Qāla yā bunayya lā taqṣuṣ ru’yāka ‘alā ikhwātika fa yakīdū laka kaidā(n), innas-syaiṭān(a) lil-insāni ‘aduwwun mubīn(un).

5. Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, ‘Wahai anakku, jangan ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat tipu daya terhadapmu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.'”

وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Latinnya: Wa każālika yajtabīka rabbuka wa yu’allimuka min ta’wīli al-aḥādīṡi wa yutimmu ni’matahū ‘alaika wa ‘alā āli ya’qūba kamā atammahā ‘alā abawaika min qablu ibrāhīma wa isḥāq(a), inna rabbaka ‘alīmun ḥakīm(un).

6. Artinya: “Dan demikianlah, Tuhanmu memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ

Latinnya: Laqad kāna fī yūsufa wa ikhwatihī āyātul lis-sā’ilīn(a).

7. Artinya: “Sungguh, dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang bertanya.”

اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Latinnya: Iż qālū layūsufu wa akhūhu aḥabbu ilā abīnā minnā wa naḥnu ‘uṣbah(tun), inna abānā lafī ḍalālin mubīn(in).

8. Artinya: “(Ingatlah) ketika mereka (saudara-saudara Yusuf) berkata, ‘Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, padahal kita adalah satu kelompok yang kuat. Sesungguhnya ayah kita berada dalam kesesatan yang nyata.'”

اُقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ

Latinnya: Uqtulū yūsufa awiṭraḥūhu arḍay yakhlu lakum wajhu abīkum wa takūnū mim ba’dihī qauman ṣāliḥīn(a).

9. Artinya: “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat yang jauh agar perhatian ayah kalian tertuju kepadamu saja, dan setelah itu (kalian dapat) menjadi orang-orang yang baik.'”

قَالَ قَآىِٕلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ

Latinnya: Qāla qā’ilum minhum lā taqtulū yūsufa wa alqūhu fī gayābati al-jubb(i) yaltaqiṭhu ba’ḍu as-sayyārati in kuntum fā’ilīn(a).

10. Artinya: “Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukkanlah dia ke dalam sumur agar dia dipungut oleh beberapa musafir jika kamu hendak berbuat (sesuatu).'”

قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلٰى يُوْسُفَ وَاِنَّا لَهٗ لَنٰصِحُوْنَ

Latinnya: Qālū yā abānā mā laka lā ta’mannā ‘alā yūsufa wa innā lahū lanāṣiḥūn(a).

11. Artinya: “Mereka berkata, ‘Wahai ayah kami, mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal kami benar-benar menginginkan kebaikan baginya?'”

اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Latinnya: Arsilhu ma’anā gaday yarta’ wa yal’ab wa innā lahū laḥāfiẓūn(a).

12. Artinya: “Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.'”

قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْٓ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ

Latinnya: Qāla innī layaḥzununī an tażhabū bihī wa akhāfu ay ya’kulahūż-żi’bu wa antum ‘anhu gāfilūn(a).

13. Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, ‘Sesungguhnya aku merasa sedih kamu membawanya pergi, dan aku khawatir serigala akan memakannya sementara kamu lengah darinya.'”

قَالُوْا لَىِٕنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّآ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ

Latinnya: Qālū la’in akalahuż-żi’bu wa naḥnu ‘uṣbatun innā iżal lakhāsirūn(a).

14. Artinya: “Mereka berkata, ‘Jika serigala memangsanya, padahal kami kelompok yang kuat, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi.'”

فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Latinnya: Falammā żahabū bihī wa ajma’ū ay yaj’alūhu fī gayābati al-jubb(i), wa auḥainā ilayhi latunabbi’annahum bi-amrihim hāżā wa hum lā yasy’urūn(a).

15. Artinya: “Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan memberitahukan kepada mereka tentang perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

وَجَآءُوْٓ اَبَاهُمْ عِشَآءً يَّبْكُوْنَ

Latinnya: Wa jā’ū abāhum ‘isyā’ay yabkūn(a).

16. Artinya: “(Kemudian) mereka datang kepada ayah mereka pada petang hari sambil menangis.”

Kapan Waktu Membaca Surat Yusuf untuk Ibu Hamil?

Menurut buku Muslimah Selamat Dunia Akhirat susunan Mahmud Asy Syafrowi, surat Yusuf ayat 1-16 dianjurkan dibaca oleh ibu hamil karena dipercaya memberikan ketenangan serta kebaikan bagi janin. Disarankan membaca surat ini setiap hari, terutama pada malam hari sebelum tidur sebagai bentuk ikhtiar spiritual agar anak yang lahir memiliki sifat serta ketampanan dari Nabi Yusuf AS.

Selain itu, surat Yusuf juga bisa dibaca saat usia kehamilan mencapai 20 minggu ke atas. Ini dikarenakan pada usia itu, janin sudah mendengar suara dari luar rahim. Dengan begitu, ayat-ayat yang dibaca sang ibu dapat diperdengarkan kepada janin agar terbiasa dengan bacaan ayat suci.

Manfaat Mengamalkan Surat Yusuf untuk Ibu Hamil

Menukil buku Amalan yang Paling Dicintai Allah karya Ustaz Abdul Somad, membaca surat Yusuf untuk ibu hamil juga bermanfaat bagi iman anak kelak. Harapannya, iman si anak akan kuat layaknya Nabi Yusuf AS.

Selain itu, diterangkan dalam buku Ya Allah Maaf Saya Tidak Ada Waktu Untukmu oleh Dewi Ahmad Zarkasi bahwa intonasi surat Yusuf yang menenangkan, menghibur dan indah cocok didengarkan oleh ibu hamil. Dengan begitu, ibu hamil tidak mudah stres dan perkembangan psikologi janin terjaga.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kemenag Raih Penghargaan Popular Government Institutions 2025



Jakarta

Kementerian Agama (Kemenag) RI kembali menorehkan prestasi. Kali ini, Kemenag meraih penghargaan Popular Government Institutions 2025 dari The Iconomics Media.

Penghargaan ini diserahkan dalam acara Public Relations Summit 2025, di Auditorium Kementerian Pariwisata, Jumat (8/8). Penghargaan diterima oleh Staf Khusus Menteri Agama bidang Kerukunan dan Pelayanan, Pengawasan, dan Kerjasama Luar Negeri, Gugun Gumilar, yang mewakili Menteri Agama.

“Penghargaan ini diberikan kepada para pegawai di Kementerian Agama RI, tanpa terkecuali. Atas kinerja dan dedikasi semuanya di bawah kepemimpinan Bapak Menteri Agama RI, kami mendapat kehormatan yaitu menerima penghargaan Popular Government Institutions 2025 dari The Iconomics Media. Terima kasih atas kerja keras dan dukungan semua pihak,” ungkap Gugun.


Gugun juga menegaskan komitmen Kemenag untuk terus mengabdi kepada bangsa dan negara. Menurutnya, seluruh program yang dijalankan Kemenag selalu berpihak pada kepentingan umat.

“Kami di Kementerian Agama RI berkomitmen agar program-program kami berpihak pada kepentingan umat, bangsa, dan negara. Seluruh dedikasi kami berikan untuk merah putih,” tegasnya.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Nomor Ayat Surat Al-Hujurat tentang Keragaman Manusia


Jakarta

Salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan keberagaman antar manusia terdapat dalam surat Al-Hujurat. Ayat ini mengajarkan bahwa keragaman suku, bangsa, dan asal-usul merupakan bagian dari kehendak Allah agar manusia saling mengenal, bukan saling merendahkan.

Nomor ayat dari surat Al-Hujurat yang berisi tentang keragaman manusia adalah ayat ke-13. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak ditentukan oleh keturunan atau status sosial, melainkan oleh tingkat ketakwaannya.

Bacaan Surat Al-Hujurat Ayat 13 tentang Keragaman Manusia

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ayat Al-Quran yang membahas tentang keragaman manusia yang bersuku-suku tertulis dalam surat Al-Hujuran ayat 13. Berikut ini adalah bacaan surat Al-Hujurat ayat 13.


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ – 13

Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ūbaw wa qabā’ila lita’ārafū, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr(un).

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Makna Ayat tentang Keragaman Manusia

Dikutip dari Tafsir Tahlili dalam laman Kementerian Agama RI, surat Al-Hujurat ayat 13 memuat ajaran etika dalam menghadapi perbedaan suku, bangsa, hingga warna kulit antar manusia.

Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan yang ada merupakan kehendak Allah agar manusia saling mengenal dan bekerja sama, bukan untuk saling merendahkan.

Allah SWT menciptakan umat manusia dalam keberagaman, baik dari segi keturunan, status sosial, hingga kekayaan dengan tujuan agar tercipta hubungan yang saling mengenal dan menghormati. Namun, dalam kenyataannya, banyak yang justru merasa lebih unggul dari kelompok lain.

Dalam pandangan Allah, ukuran kemuliaan seseorang bukan berdasarkan latar belakang duniawi, melainkan ketakwaannya. Orang yang paling mulia menurut Allah SWT adalah yang paling bertakwa di antara mereka.

Hal ini ditegaskan pula dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Ibnu Umar. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan, yaitu mereka yang bertakwa dan berbuat baik yang mulia di sisi Allah, serta mereka yang durhaka dan celaka yang hina di sisi-Nya.

Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat ayat 13

Masih mengutip dari Tafsir Tahlili Kemenag, terdapat sebuah peristiwa yang menjadi latar belakang turunnya surat Al-Hujurat ayat 13, yakni kisah sahabat Nabi bernama Abu Hindin.

Ia dikenal sebagai seorang hamba sahaya yang sangat menghormati Rasulullah SAW. Suatu ketika, Rasulullah menyarankan kepada bani Bayadah agar menikahkan salah satu perempuan dari suku mereka dengan Abu Hindin.

Namun sebagian dari mereka menolak dan merendahkan dengan berkata, “Apakah pantas kami menikahkan putri-putri kami dengan seorang budak?”

Sebagai respons atas sikap meremehkan tersebut, Allah SWT menurunkan ayat ini untuk mengingatkan bahwa manusia tidak sepatutnya merendahkan orang lain hanya karena status sosial atau kedudukan.

Selain itu, riwayat lain menyebutkan bahwa ayat ini juga berkaitan dengan peristiwa Fathul Makkah pada tahun ke-8 Hijriah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan di atas Ka’bah sebagai seruan salat. Namun, beberapa orang mencibir karena latar belakang Bilal sebagai mantan budak dan warna kulitnya yang hitam.

Salah satu dari mereka bahkan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak perlu menyaksikan hari ini,” dan yang lain mengejek, “Muhammad tidak menemukan selain burung gagak hitam ini untuk mengumandangkan azan.”

Atas hinaan tersebut, Malaikat Jibril segera menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan kemudian turunlah ayat ini sebagai teguran keras agar manusia tidak bersikap sombong atau menghina orang lain hanya karena faktor keturunan, jabatan, atau harta benda.

Wallahu a’lam

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Perintah Bertaubat, Bersedekah dan Beramal Saleh


Jakarta

Surah At-Taubah merupakan surah Madaniyah (diturunkan di Madinah). Terdapat 129 ayat dalam surah ini dan merupakan surah ke-9 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surat ini termasuk surah-surah akhir yang diturunkan.

Mengutip Tafsir Fii Zilalil Qur’an yang disusun oleh Sayyid Quthb, surah At-Taubah banyak membahas mengenai hukum-hukum syariat yang ditetapkan di antara kaum muslimin dan umat lain di dunia.

Pada artikel ini kita akan membahas secara khusus mengenai Surah At-Taubah ayat ke 105. Ayat ini membahas tentang perintah beramal saleh bagi umat manusia, serta menekankan bahwa amal perbuatan yang dikerjakan manusia selama di dunia disaksikan oleh Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.


Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan selengkapnya berikut ini.

Bacaan Surah At-Taubah Ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Arab-Latin: Wa quli’malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu’minūn(a), wa saturaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi’ukum bimā kuntum ta’malūn(a).

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Kandungan Surah At-Taubah Ayat 105

Menurut Tafsir Tahlili Kemenag RI, pada surah At-Taubah ayat 105, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada kaum Muslimin agar bertaubat, membersihkan diri dari dosa dengan bersedekah, menunaikan zakat, dan memperbanyak amal saleh.

Setelah melakukan semua itu, amal mereka akan dilihat dan dinilai oleh Allah, Rasul-Nya, serta orang-orang beriman. Pada akhirnya, mereka akan kembali kepada Allah di akhirat untuk menerima balasan atas perbuatan yang dilakukan di dunia.

Mengutip sumber sebelumnya, umat Islam tidak cukup hanya berhenti pada taubat, zakat, sedekah, dan salat, melainkan harus melaksanakan seluruh perintah Allah. Allah akan melihat amal mereka, membuat mereka semakin dekat kepada-Nya. Rasulullah dan kaum Muslimin pun akan menyaksikan kebaikan tersebut, sehingga terdorong untuk mencontohnya. Orang yang menjadi teladan akan mendapat pahala berlipat tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti jejaknya.

Kaum Muslimin kelak akan menjadi saksi di hadapan Allah pada Hari Kiamat terkait iman dan amal saudara seimannya. Persaksian berdasarkan penglihatan langsung akan menjadi bukti yang kuat dan dapat dipercaya. Karena itu, melihat amal kebaikan orang yang tulus bertaubat akan menjadi saksi yang menguatkan kebenaran iman dan amal mereka di akhirat.

Ayat ini juga menjadi peringatan keras bagi mereka yang melanggar perintah agama. Amal mereka akan diperlihatkan kepada Rasul dan kaum Muslimin di Hari Kiamat, sehingga aib mereka terbongkar-menampakkan sedikitnya amal baik dan banyaknya dosa. Bahkan di dunia, kurangnya amal saleh dan banyaknya keburukan pun akan terlihat. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa amal orang hidup dapat diperlihatkan kepada kerabat yang telah meninggal di alam barzakh.

Saat seseorang wafat, ia kembali ke alam akhirat. Di sanalah Allah akan memberitahukan hasil dari semua perbuatannya di dunia dengan memberi balasan yang setimpal-kebaikan dibalas dengan pahala, dan keburukan dibalas dengan siksa.

Kaitan Surah At-Taubah Ayat 105 dengan Ayat 104

Menurut Tafsir Al-Azhar yang disusun oleh Buya Hamka, surah At-Taubah ayat 105 merupakan kelanjutan dari apa yang dibahas pada ayat sebelumnya, yaitu 104.

Pada ayat 104, Allah SWT berfirman:

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Arab-Latin: Alam ya’lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata ‘an ‘ibādihī wa ya’khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm(u).

Artinya: Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(-nya), dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang?

Buya Hamka menjelaskan dalam kitab tafsirnya, ayat 104 bermakna Allah SWT meminta hamba-Nya untuk terus bertaubat, mengeluarkan zakat, dan tidak menunggu lama sebab pintu ampunan-Nya selalu terbuka.

Setelah bertaubat dengan sungguh-sungguh menyesali perbuatan, maka perlu diiringi dengan amal ibadah lainnya seperti sedekah dan zakat. Dengan begitu, cinta kasih Allah SWT akan semakin berlimpah dan jiwa akan menjadi semakin bersih.

Kemudian pada ayat ke 105, dijelaskan lanjutan tuntunan Allah SWT kepada orang yang telah bertaubat itu. Yaitu setelah bertaubat dilanjutkan dengan bersedekah. Lalu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan melanjutkannya dengan terus berbuat amal kebaikan.

Amal tersebut dapat diartikan pekerjaan, usaha, produktif, dan segala bentuk aktivitas yang positif.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Biografi Al-Obeid, Pesepakbola Palestina yang Tewas saat Mencari Bantuan di Gaza


Jakarta

Dunia olahraga Palestina kembali berduka. Suleiman al-Obeid, penyerang legendaris yang dijuluki “Pele Palestina”, tewas dalam serangan Israel yang menyasar warga di dekat pusat distribusi bantuan di Jalur Gaza bagian selatan, Rabu (6/8/2025). Kabar tersebut disampaikan oleh Federasi Sepak Bola Palestina (PFA) yang menyebut Al-Obeid tewas saat bersama warga lainnya menunggu pembagian bantuan kemanusiaan.

“Mantan pemain tim nasional dan bintang tim Khadamat al-Shati, Suleiman Al-Obeid, gugur setelah pasukan pendudukan (Israel) menyerang warga yang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu,” tulis PFA dalam pernyataan resmi, dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (8/8/2025).

Biografi Singkat Suleiman al-Obeid

Lahir di Gaza pada 24 Maret 1984, Al-Obeid mengawali karier sepak bolanya di klub Khadamat al-Shati sebelum membela Markaz Shabab al-Am’ari di Tepi Barat dan Gaza Sport. Dilansir The Guardian, ia melakukan debut untuk tim nasional Palestina pada 2007, mencatatkan 24 caps dan mencetak dua gol, salah satunya melalui tendangan salto spektakuler ke gawang Yaman dalam Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.


Julukan “Pele Palestina” ia sandang berkat kemampuannya di lapangan yang kerap dibandingkan dengan legenda sepak bola Brasil, Pele. Al Arabiya English mencatat, sepanjang kariernya, penyerang asal Gaza ini menorehkan lebih dari 100 gol dan menjadi salah satu bintang paling bersinar dalam sejarah sepak bola Palestina.

Sejak perang pecah, dunia olahraga Palestina mengalami kerugian besar. Berdasarkan data PFA yang dikutip The Guardian, sedikitnya 662 atlet dan anggota keluarga mereka telah terbunuh di Gaza, termasuk 421 pesepakbola, 103 di antaranya anak-anak. Infrastruktur olahraga pun hancur. Sekitar 288 fasilitas rusak atau rata dengan tanah, sebagian besar di Gaza, termasuk markas PFA yang terkena serangan udara.

Al-Obeid meninggalkan seorang istri dan lima anak. Al Jazeera melaporkan bahwa kematiannya menambah panjang daftar korban jiwa di titik distribusi bantuan di Gaza, di mana lebih dari 1.300 warga Palestina dilaporkan tewas sejak akhir Mei.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Ayat Al-Qur’an dan Surat Pendek yang Dianjurkan Dibaca sebelum Tidur


Jakarta

Waktu menjelang tidur bisa menjadi momen yang tenang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah SAW mengajarkan berbagai kebiasaan baik sebelum tidur, salah satunya adalah membaca surat-surat pendek dari Al-Qur’an. Bacaan ini tidak hanya menenangkan hati, tapi juga membawa dapat melindungi diri kita selama terlelap.

Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 42:

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ


Arab latin: Allāhu yatawaffal-anfusa ḥīna mautihā wal-latī lam tamut fī manāmihā, fayumsikul-latī qaḍā ‘alaihal-mauta wa yursilul-ukhrā ilā ajalim musammā(n), inna fī żālika la’āyātil liqaumiy yatafakkarūn(a).

Artinya: Allah menggenggam nyawa (manusia) pada saat kematiannya dan yang belum mati ketika dia tidur. Dia menahan nyawa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.

Ayat ini mengingatkan bahwa tidur adalah waktu ketika jiwa seseorang berada dalam genggaman Allah. Rasulullah SAW pun membiasakan membaca beberapa surat pendek sebelum tidur dan menganjurkannya kepada para sahabat.

Di antara surat yang sering dibaca adalah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan Al-Kafirun, yang masing-masing memiliki keutamaan dalam menjaga hati dan diri dari berbagai keburukan.

Bacaan Surat Pendek yang Dapat Dibaca Sebelum Tidur

Berikut beberapa surat pendek yang dapat dibaca sesaat sebelum tidur.

1. Surat Al-Ikhlas

Berdasarkan buku 63 Adab Sunnah karya Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, Lc., M.A. al-Hafizh, Rasulullah SAW memiliki kebiasaan membaca beberapa surat pendek menjelang tidur. Di antara yang beliau baca adalah Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.
Aisyah RA meriwayatkan:

“Apabila Nabi SAW hendak tidur setiap malam, beliau menyatukan kedua tangannya, kemudian meniup ke dalamnya dan membaca surat:

Qul Huwallahu Ahad,
Qul A’udzu birabbil-Falaq, dan
Qul A’udzu birabbin-Naas.

Lalu beliau mengusap tubuhnya dengan kedua tangan itu, dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan tubuhnya, sesuai kemampuannya. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)

Berikut bacaan surat Al-Ikhlas.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ

Arab latin: qul huwallāhu aḥad

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ

Arab latin: allāhuṣ-ṣamad

Artinya: “Allah tempat meminta segala sesuatu.”

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ

Arab latin: lam yalid wa lam yụlad

Artinya: “(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ

Arab latin: wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

2. Surat Al-Falaq

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

Arab latin: qul a’ụżu birabbil-falaq

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh).”

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

Arab latin: min syarri mā khalaq

Artinya: “dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.”

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ .

Arab latin: wa min syarri gāsiqin iżā waqab

Artinya: “dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.”

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

Arab latin: wa min syarrin-naffāsāti fil-‘uqad

Artinya: “dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya).”

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ

Arab latin: wa min syarri hāsidin iżā hasad.

Artinya : “dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

3. Surat An-Naas

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ – ١

Arab latin: Qul a’ụżu birabbin-nās

Artinya: “Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,”

مَلِكِ النَّاسِۙ – ٢

Arab latin: Malikin-nās

Artinya: “Raja manusia,”

اِلٰهِ النَّاسِۙ – ٣

Arab latin: Ilāhin-nās

Artinya: “Sembahan manusia,”

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ – ٤

Arab latin: Min sharril-waswāsil-khannās

Artinya: “dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,”

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ – ٥

Arab latin: Allażī yuwas wisu fī ṣudụrin-nās

Artinya: “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,”

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ – ٦

Arab latin: Minal-jinnati wan-nās

Artinya: “dari (golongan) jin dan manusia.”

4. Surat Al Baqarah Ayat 285-286

Selain itu, masih dari sumber sebelumnya, Rasulullah SAW juga membaca dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah setiap malam. Abu Mas’ud RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

“Barang siapa membaca dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ayat itu akan mencukupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Arab latin: āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr

lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali,

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

5. Ayat Kursi (Surat Al Baqarah Ayat 255)

Nabi SAW juga menganjurkan membaca Ayat Kursi sebelum tidur. Dalam sebuah hadits disebutkan:

“…Apabila engkau pergi ke kasurmu, maka bacalah Ayat Kursi. Akan ada penjaga dari Allah yang selalu bersamamu, dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi.” (HR. Bukhari)

Berikut bacaan ayat kursi.

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Arab latin: allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Maha Agung.”

6. Surat Al-Kafirun

Dalam buku Keutamaan Al-Qur’an dalam Perspektif Hadits karya Ahsantudhonni Ahsantudhonni disebutkan, dari Anas bin Malik RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’ad.

“Bacalah surat Al-Kafirun ketika hendak tidur. Sesungguhnya surat tersebut bisa membebaskan dari perbuatan syirik.” (HR. Baihaqi)

Maka dari itu, surat ini termasuk salah satu surat pendek yang perlu dibaca sebelum tidur. Berikut bacaannya.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Arab latin: qul yā ayyuhal-kāfirụn

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!”

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Arab latin: lā a’budu mā ta’budụn

Artinya: “aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”.

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Arab latin: wa lā antum ‘ābidụna mā a’bud

Artinya: “dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah”

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

Arab latin: wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum

Artinya: “dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Arab latin: wa lā antum ‘ābidụna mā a’bud

Artinya: “dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.”

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

Arab latin: lakum dīnukum wa liya dīn

Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Suleiman al-Obeid, Mantan Timnas Palestina Tewas dalam Serangan di Gaza



Jakarta

Pasukan Zionis Israel tak hentinya menunjukkan kebengisan. Serangan udara yang dilancarkan ke wilayah Gaza selatan pada Rabu (6/8) menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk di antaranya mantan bintang sepakbola Timnas Palestina, Suleiman al-Obeid.

Wafatnya pesepak bola legendaris yang dijuluki “Pelé Palestina” ini dikonfirmasi oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).

“Mantan pemain tim nasional dan bintang tim Khadamat al-Shati, Suleiman Al-Obeid, gugur setelah pasukan pendudukan (Israel) menyerang warga yang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu,” tulis PFA dalam pernyataan resminya pada Rabu (6/8).


Mengutip Al Jazeera (7/8) julukan “Pelé Sepak Bola Palestina” disematkan padanya sebagai penghormatan atas bakat dan kontribusinya di lapangan hijau, meniru nama sang legenda sepak bola Brasil yang dianggap sebagai salah satu pemain terbaik sepanjang masa.

Menurut PFA (Palestine Football Association), al-Obeid tewas dalam serangan yang menargetkan warga sipil yang sedang mengantre bantuan kemanusiaan. Sosok berusia 41 tahun ini dikenal sebagai salah satu bintang paling bersinar dalam sejarah sepak bola Palestina, dengan torehan lebih dari 100 gol sepanjang kariernya.

Lahir pada 24 Maret 1984 di Gaza, al-Obeid memulai karier profesionalnya di klub Khadamat al-Shati. Ia juga sempat memperkuat Markaz Shabab al-Am’ari yang berbasis di Tepi Barat serta Gaza Sport. Sejak debutnya di tim nasional Palestina pada tahun 2007, al-Obeid mencatatkan 24 penampilan dan mencetak dua gol. Salah satu momen paling dikenang adalah gol akrobatiknya ke gawang Yaman dalam turnamen Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.

Kematian al-Obeid menambah daftar panjang atlet Palestina yang menjadi korban konflik di Gaza. PFA mencatat sedikitnya 662 atlet dan anggota keluarga mereka telah kehilangan nyawa sejak pecahnya perang. Dari jumlah tersebut, 421 merupakan pesepak bola, termasuk 103 anak-anak, sebagian besar di antaranya meninggal akibat serangan langsung maupun kelaparan.

Selain korban jiwa, infrastruktur olahraga di wilayah Palestina juga mengalami kerusakan parah. PFA melaporkan bahwa sebanyak 288 fasilitas olahraga telah rusak atau hancur, terdiri dari stadion, lapangan latihan, pusat kebugaran, hingga gedung klub. Dari total tersebut, 268 berada di Gaza dan 20 lainnya di Tepi Barat. Sekitar separuh fasilitas itu secara langsung melayani kegiatan sepak bola. Bahkan, markas besar PFA di Gaza turut menjadi sasaran serangan udara.

Tragedi ini mencerminkan dampak kemanusiaan yang semakin dalam dari konflik berkepanjangan di wilayah tersebut. Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 1.300 warga Palestina tewas di sekitar titik distribusi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza sejak dibentuknya kelompok logistik gabungan yang didukung Amerika Serikat dan Israel pada akhir Mei lalu.

Suleiman al-Obeid meninggalkan seorang istri dan lima anak, serta warisan abadi dalam sejarah olahraga Palestina.

Sejak mulai beroperasi pada akhir Mei, lebih dari 1.300 warga Palestina dilaporkan tewas di sekitar lokasi distribusi bantuan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang menuai kontroversi.

Pada Rabu, setidaknya 18 orang kehilangan nyawa saat berusaha mendapatkan bantuan, di tengah situasi krisis pangan yang kian memburuk akibat ketatnya pembatasan yang diberlakukan Israel terhadap aliran bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, menurut sumber medis kepada Al Jazeera.

Dalam waktu 24 jam terakhir, rumah sakit-rumah sakit di Gaza juga melaporkan empat kematian baru akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Data dari Kementerian Kesehatan setempat mencatat total 197 kematian terkait kelaparan sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza pada Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, 96 di antaranya adalah anak-anak. Mayoritas kasus kematian ini terjadi dalam beberapa pekan terakhir, mencerminkan memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.

(lus/inf)



Sumber : www.detik.com