Tag Archives: 10 muharram

Keutamaan 10 Muharram 1447 H dan Jadwal Puasa Sunnah Asyura


Jakarta

Keutamaan 10 Muharram 1447 H perlu dipahami muslim. Pada momen tersebut, muslim dianjurkan mengerjakan puasa sunnah Asyura karena mengandung keutamaan yang luar biasa.

10 Muharram disebut juga dengan hari Asyura. Waktu tersebut tergolong sebagai hari yang baik sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut,

“Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura’. Lalu, Rasul bertanya, ‘Ada kegiatan apa ini?’


Para sahabat menjawab ‘Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut.’

Rasul lalu mengatakan ‘Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian’. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura’ tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya.” (HR Bukhari)

Menurut buku Membangun Muslim Moderat oleh Asep Maulana Rohimat, hari Asyura juga disebutkan dalam Al-Qur’an. Hari Asyura bertepatan dengan peristiwa tenggelamnya Firaun di laut saat mengejar Nabi Musa AS.

Usai peristiwa itu, Nabi Musa AS bersama kaumnya mengerjakan puasa pada hari Asyura sebagaiamana dijelaskan dalam hadits di atas.

Sebagai hari Asyura, banyak keutamaan yang dapat diraih muslim jika mengerjakan amalan puasa yang dianjurkan pada 10 Muharram. Dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha, Muharram adalah sebaik-baiknya bulan untuk mengerjakan puasa setelah Ramadan.

Dari Aisyah RA berkata,

“Orang-orang melaksanakan shaum hari kesepuluh bulan Muharram (‘Asyura’) sebelum diwajibkan shaum Ramadhan. Hari itu adalah ketika Ka’bah ditutup dengan kain (kiswah). Ketika Allah subhanahu wata’ala telah mewajibkan shaum Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mau shaum hari ‘Asyura’ laksanakanlah dan siapa yang tidak mau tinggalkanlah!” (HR Bukhari)

Keutamaan 10 Muharram 1447 H bagi Muslim

Berikut sejumlah keutamaan 10 Muharram 1447 H yang dinukil dari sumber yang sama.

1. Hari Disunnahkan Berpuasa

Salah satu keutamaan 10 Muharram adalah merupakan hari yang dianjurkan untuk berpuasa. Apabila mengerjakannya, muslim akan mendapat ganjaran pahala yang luar biasa.

Dari Ibnu Abbas RA berkata,

“Bahwasanya Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh sahabatnya berpuasa.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Dosanya yang Setahun Lalu Dihapuskan

Mengerjakan puasa Asyura pada 10 Muharram akan diberi ganjaran penghapusan dosa setahun yang lalu. Ini sesuai dengan hadits berikut,

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

3. Puasa Paling Mulia Kedua

Berpuasa di bulan Muharram termasuk yang terbaik kedua setelah Ramadan. Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi SAW pernah ditanya,

“Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu?”, kemudian Rasulullah menjawab, “Yaitu salat di tengah malam.” Lalu ada lagi yang bertanya kepadanya, “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”, dan Rasulullah bersabda, “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)

4. Diganjar Pahala 10 Ribu Orang Berhaji

Keutamaan luar biasa lainnya dari 10 Muharram adalah diganjar pahala setara 10 ribu orang berhaji jika mengerjakan puasa Asyura. Terkait hal ini disebutkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) terjemahan Muflih Kamil.

Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

5. Pahala Puasanya Setara 30 Hari

Berpuasa satu hari pada bulan Muharram setara dengan 30 hari berpuasa. Dari Ibnu Abbas RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa berpuasa satu hari pada bulan Muharram, maka seolah-olah ia berpuasa selama 30 hari.” (HR At Thabrani)

6. Menghidupkan Sunnah Rasul

Mengacu pada hadits-hadits sebelumnya, Rasulullah SAW selalu mengerjakan puasa pada 10 Muharram. Dengan melaksanakan amalan itu, maka muslim menghidupkan sunnah Rasulullah SAW.

Jadwal Puasa Sunnah Asyura 10 Muharram

Mengacu pada Kalender Hijriah Tahun 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), puasa sunnah Asyura tahun ini bertepatan dengan hari Minggu, 6 Juli 2025 / 10 Muharram 1447 H.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kapan Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 9, 10 Muharam?


Jakarta

Puasa Tasua dan Asyura adalah amalan sunnah yang dianjurkan pada 9-10 Muharram. Meski tidak wajib, keutamaan dari puasa tersebut sangat luar biasa.

Perlu dipahami, Muharram menjadi bulan paling mulia kedua setelah Ramadan untuk menjalani ibadah puasa. Karenanya, Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan puasa pada bulan ini. Beliau bersabda,

“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)


Menukil dari Syarah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi yang disyarah Musthafa Dib al Bugha terjemahan Misbah, hukum puasa Tasua 9 Muharram adalah sunnah. Amalan ini sebagai pembeda dengan bangsa Yahudi yang hanya berpuasa pada 10 Muharram atau hari Asyura.

Sementara itu, puasa Asyura hukumnya sangat dianjurkan atau sunnah muakkad. Dari Ibnu Abbas RA berkata,

“Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘Alaih)

Lantas, kapan jadwal puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharram 1447 Hijriah?

Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 1447 H

Merujuk pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI), berikut jadwal puasa Tasua dan Asyura 1447 H.

  • Puasa Tasua 9 Muharram 1447 H: Sabtu, 5 Juli 2025
  • Puasa Asyura 10 Muharram 1447 H: Minggu, 6 Juli 2025

Niat Puasa Tasua dan Asyura

1. Niat Puasa Tasua

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma tasu’ata sunnata-lillâhi ta’ala.

Artinya: “Saya berniat puasa Tasua sunnah karena Allah Ta’ala.”

2. Niat Puasa Asyura

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma ‘asyûra-a sunnata-lillâhi ta’âla.

Artinya: “Saya berniat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Bolehkah Puasa Tasua Tanpa Asyura?

Wahbah Az Zuhaili melalui Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 3 terbitan Gema Insani menyebut bahwa puasa Tasua dan Asyura sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa tanggal 9 dan 10.” (HR al-Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)

Adapun, jika seseorang hanya berpuasa Asyura tanpa Tasua tidak mengapa. Wahbah Az Zuhaili berpendapat bahwa puasa Asyura lebih dianjurkan.

Sementara itu, Mazhab Syafi’i berpandangan jika hanya puasa Asyura tanpa Tasua maka disunnahkan puasa pada 11 Muharram. Namun, Imam Syafi’i juga mengatakan tidak masalah apabila hanya puasa Asyura saja.

Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura bagi Muslim

Berikut beberapa keutamaan puasa Tasua dan Asyura sebagaimana dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari yang disusun oleh Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha dan buku 10 Formula Dasar Islam: Konsep dan Penerapannya oleh Gamar Al Haddar.

  1. Dihapuskan dosanya setahun yang lalu
  2. Menjadi pembeda dengan bangsa Yahudi
  3. Puasa paling baik kedua setelah Ramadan
  4. Pahalanya setara 10 ribu orang berhaji
  5. Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW
  6. Menjaga kesehatan
  7. Memperbaiki sel yang rusak
  8. Membersihkan tubuh dari racun

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Makna, Ragam Perayaan, dan Nilai Budaya


Jakarta

Setiap tanggal 10 Muharram dalam kalender Hijriyah, umat Islam di seluruh dunia memperingati hari istimewa yang dikenal dengan sebutan Hari Asyura. Di Indonesia, 10 Muharram bukan sekadar momentum keagamaan, tetapi juga telah berkembang menjadi sebuah tradisi budaya yang sarat nilai sosial dan spiritual.

Ragam tradisi yang hidup di tengah masyarakat Nusantara menunjukkan betapa kayanya khazanah Islam lokal yang berpadu dengan budaya daerah.

Makna 10 Muharram dalam Islam

Mengutip buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq karya Syaikh Sulaiman, hari Asyura atau 10 Muharram memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari Asyura, sebagaimana sabda beliau:


“Puasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Tradisi 10 Muharram di Indonesia

Berikut beberapa tradisi unik yang digelar di berbagai daerah di Indonesia dalam rangka memperingati 10 Muharram:

1. Lebaran Anak Yatim (Idul Yatama)

Di banyak daerah seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, dan Banten, 10 Muharram dikenal sebagai Hari Raya Anak Yatim atau Lebaran Yatim.

Tradisi ini merujuk pada sabda Nabi Muhammad SAW,

“Barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, Allah akan mengangkat derajatnya di surga sebanyak rambut yang diusap.”

Diriwayatkan dalam beberapa kitab hadis walau statusnya dhaif, namun diamalkan dalam konteks sosial.

Masyarakat memanfaatkan momen ini untuk menyantuni anak yatim, mengadakan pengajian dan doa bersama serta memberikan hadiah dan bingkisan.

2. Bubur Asyura

Dikutip dari buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia karya Fitri Haryani Nasution, di beberapa wilayah seperti Minangkabau, Aceh, dan Kalimantan Selatan, masyarakat membuat makanan khas bernama Bubur Asyura. Bubur ini terbuat dari berbagai macam bahan seperti beras, kacang-kacangan, santan, dan rempah-rempah.

Tradisi ini diyakini sebagai simbol syukur atas keselamatan dan rezeki yang diberikan Allah. Pembuatan bubur dilakukan secara gotong royong di masjid atau mushala, lalu dibagikan kepada warga sekitar.

Di Aceh, acara ini disebut “Kanji Asyura”.
Di Sumatera Barat, dikenal sebagai “Bubur Syuro”.

3. Tabuik (Pariaman, Sumatera Barat)

Salah satu tradisi paling meriah dan ikonik dalam memperingati 10 Muharram di Indonesia adalah Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini berasal dari warisan budaya Islam yang mengalami akulturasi dengan masyarakat Minangkabau.

“Tabuik” merupakan prosesi arak-arakan menara berbentuk kuda bersayap yang disebut Buraq, menggambarkan peristiwa syahidnya Sayyidina Husain di Karbala. Tradisi ini mencerminkan rasa duka dan penghormatan terhadap cucu Nabi Muhammad SAW.

4. Sedekah dan Zikir Bersama

Di berbagai daerah, umat Islam mengisi malam 10 Muharram dengan kegiatan zikir bersama, pembacaan doa akhir tahun dan awal tahun Hijriyah, pengajian hingga shalawat dan tausiyah.

Misalnya di Madura dan Banyuwangi, malam 10 Muharram dikenal dengan kegiatan bancaan yakni doa bersama sambil makan hidangan bersama di mushala atau rumah warga.

5. Mandi Asyura

Di beberapa wilayah seperti Bima (NTB) dan sebagian kawasan pesisir, ada tradisi mandi bersama di sungai atau laut pada pagi hari 10 Muharram. Masyarakat percaya bahwa mandi pada hari itu membawa keberkahan dan mensucikan diri dari dosa.

Meskipun tidak ada dalil khusus yang mengajarkan mandi Asyura, namun selama tidak diyakini sebagai kewajiban syar’i dan dilakukan sebagai bagian dari budaya, maka para ulama membolehkan.

Mayoritas ulama membolehkan tradisi-tradisi lokal selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat. Tradisi seperti menyantuni anak yatim, bersedekah, membuat bubur Asyura, atau mengadakan pengajian dinilai positif karena menguatkan solidaritas sosial, menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah dan keluarganya, serta menyemarakkan hari-hari Islam.

Namun, jika tradisi disertai dengan keyakinan yang bertentangan dengan akidah, seperti meyakini bahwa 10 Muharram adalah hari sial, melakukan ratapan berlebihan (niyahah), atau membuat ritual baru yang dianggap ibadah wajib, maka hal itu harus dihindari.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim, Amalan yang Bisa Dikerjakan pada 10 Muharram


Jakarta

Dalam Islam, menyantuni anak yatim adalah amalan yang sangat dianjurkan. Bahkan, Allah SWT menyebutkan perhatian terhadap anak yatim sebagai salah satu ukuran keimanan dan kesalehan seseorang.

Menyantuni anak yatim bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tapi juga sarana meraih keberkahan hidup dan kemuliaan di sisi Allah SWT.

Pengertian Anak Yatim

Mengutip buku Dahsyatnya Doa Anak Yatim karya M. Khalilurrahman Al-Mahfani, secara bahasa, yatim berarti seseorang yang kehilangan ayah. Dalam istilah syariat, anak yatim adalah anak yang belum baligh dan telah ditinggal wafat oleh ayahnya. Setelah baligh, status yatimnya gugur.


Islam memberikan perhatian besar terhadap anak-anak yatim karena mereka kehilangan sosok pelindung dan pencari nafkah utama dalam hidup. Maka dari itu, umat Islam dianjurkan untuk memberikan kasih sayang, perlindungan, dan dukungan materi kepada anak-anak yatim.

Allah SWT secara tegas memerintahkan untuk memperhatikan nasib anak yatim dalam berbagai ayat Al-Qur’an. Di antaranya dalam surat Al-Maun ayat 1 dan 2,

فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَأَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.

Kemudian dalam surat An-Nisa ayat 10, Allah SWT berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلْيَتَٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).

Ayat ini menegaskan ancaman keras bagi siapa saja yang mengambil atau menyia-nyiakan harta anak yatim.

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim

1. Kedudukan yang Dekat dengan Rasulullah SAW

Dikutip dari buku Ismail Zulkarnain: Anak Bakul Kerupuk Jadi Orang Tenar karya KH. Lukman Hakim & Abu Mansur Al-Asy’ari, terdapat hadits yang menjelaskan keutamaan bagi orang yang menyantuni anak yatim.

Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda,
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.”
Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan keutamaan luar biasa bahwa orang yang menyantuni anak yatim akan dekat dengan Nabi Muhammad SAW di surga, posisi yang sangat mulia.

2. Mendapat Balasan Surga

Umat muslim yang menyayangi dan mengasuh anak yatim juga akan dimasukkan ke dalam surga. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW,

“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR Tirmidzi).

3. Pelembut Hati dan Penghilang Kekerasan

Seorang laki-laki mengadu kepada Rasulullah SAW tentang hatinya yang keras. Maka Nabi bersabda:
“Usaplah kepala anak yatim dan beri makan orang miskin, maka hatimu akan menjadi lembut dan kebutuhanmu akan tercukupi.” (HR. Thabrani)

4. Golongan Orang yang Taat

Dikutip dari buku Dahsyatnya Doa Anak Yatim oleh M Khallurrahman Al-Mahfani, dijelaskan orang-orang yang memuliakan anak yatim akan meraih predikat abrar yakni saleh atau taat kepada Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Insan ayat 8, Allah SWT berfirman,

وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Artinya: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.

5. Diselamatkan dari Siksa Hari Kiamat

Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman: “Demi yang Mengutusku dengan Hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya.” (HR Thabrani)

Menyantuni anak yatim adalah amalan yang bukan hanya berdampak pada kehidupan anak tersebut, tetapi juga pada kehidupan spiritual kita sebagai umat muslim. Islam sangat mendorong agar umatnya menjadi pelindung dan pembimbing bagi anak-anak yatim yang membutuhkan kasih sayang.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim, Ini Asal Usulnya


Jakarta

Setiap tanggal 10 Muharram atau yang dikenal dengan hari Asyura, sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di berbagai daerah, menyebut hari tersebut sebagai “Lebaran Anak Yatim”. Pada hari itu, banyak kegiatan sosial yang digelar seperti pemberian santunan kepada anak-anak yatim hingga doa bersama.

Makna dan Keutamaan Hari 10 Muharram (Asyura)

Tanggal 10 Muharram menjadi salah satu hari istimewa dalam Islam. Hari ini dikenal sebagai Hari Asyura dan memiliki banyak keutamaan.

Rasulullah SAW berpuasa pada 10 Muharram sebagai bentuk syukur atas kemenangan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun.


Rasulullah SAW bersabda,

“Hari ini adalah hari yang agung, hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya.” (HR. Muslim)

Pada hari Asyura juga dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunnah sebagaimana dijelaskan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim)

Asal Usul Istilah Lebaran Anak Yatim

Istilah lebaran anak yatim tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW. Istilah ini lebih merupakan budaya lokal yang berkembang di Indonesia sebagai bentuk penghormatan dan perhatian kepada anak-anak yatim, dengan momen dipilih pada hari Asyura di tanggal 10 Muharram.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), peringatan yang dikenal sebagai Hari Raya Yatama yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram, bertepatan dengan Hari Asyura dalam kalender Hijriyah.

Dalam menyambut Hari Yatama atau Hari Raya Anak Yatim. Masyarakat biasanya memberikan hadiah atau sejumlah uang, serta mengusap kepala anak-anak yatim yang datang ke rumah atau yang mereka datangi langsung.

Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari semangat memperingati Tahun Baru Islam dengan menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial, khususnya kepada anak-anak yatim.

Momentum ini kerap dijadikan sarana untuk mempererat ikatan sosial di tengah masyarakat melalui kegiatan berbagi, menyantuni, dan membahagiakan anak-anak yatim.

Walau istilah lebaran anak yatim tidak berasal dari ajaran syariat, namun substansi dari kegiatan tersebut, yakni menyantuni anak yatim, sangat dianjurkan dalam Islam.

Kedudukan Anak Yatim dalam Islam

Dikutip dari buku Keajaiban Menyantuni Anak Yatim karya Mujahidin Nur, Islam memberikan kedudukan mulia kepada anak yatim. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menekankan pentingnya menyantuni dan memperhatikan kehidupan anak yatim.

Dalil Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 220, Allah SWT berfirman,

فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ ٱلْمُفْسِدَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim seperti ini di surga.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR. Bukhari)

Maka dari itu, menyantuni anak yatim adalah ibadah besar, tidak hanya di tanggal 10 Muharram, tapi sepanjang waktu.

Istilah Lebaran Anak Yatim pada tanggal 10 Muharram bukanlah istilah yang berasal dari dalil Al-Qur’an atau hadits. Namun, selama kegiatan tersebut berupa menyantuni dan membahagiakan anak yatim, maka hal itu adalah amalan yang dianjurkan dalam Islam secara umum.

Yang perlu dihindari adalah menetapkan keyakinan bahwa menyantuni anak yatim pada 10 Muharram lebih utama dari hari lainnya secara syariat, tanpa adanya dalil.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

MUI Bantah Larang Acara Colour Run di Bekasi, Hanya Sampaikan Aspirasi Ormas



Jakarta

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi membantah telah melarang acara Bekasi Colour Run Lightfest 2025. Ketua MUI Kota Bekasi, Saifuddin Siroj, menegaskan pihaknya hanya bertindak sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam.

Saifuddin menjelaskan, awalnya MUI didatangi oleh sejumlah ormas Islam, termasuk perwakilan dari Muhammadiyah, NU, Garis, dan 212, pada 7 Juli 2025. Pertemuan itu membahas dua agenda utama, yakni antisipasi pelaksanaan Festival Colour Run dan acara 10 Muharram atau Asyura yang digelar.

“Itu tanggal 7 Juli saya didatangi oleh kelompok-kelompok ormas Islam di MUI. Ada Muhammadiyah, ada NU di sana, ada Garis, ada 212, banyak, semua ormas Islam lah. Apa tujuannya mereka? Mereka mengantisipasi terjadinya Festival Colour Run setahun yang lalu,” kata Saifuddin saat dihubungi detikcom, Kamis (21/8/2025).


Saifuddin menuturkan, MUI kemudian mengadakan rapat harian untuk mengakomodasi aspirasi tersebut. Hasil rapat memutuskan untuk menyampaikan masukan ormas kepada Pemerintah Kota Bekasi, Polres, dan Kesbangpol.

“Satu, harus disampaikan kepada Pemkot, tugas saya itu disampaikan bahwa aspirasi dari bawah seperti ini, bahwa mereka tidak setuju dengan 10 Muharram yang Syiah itu loh. Terus yang kedua, masalah colour run, agar jangan sampai dilaksanakan,” paparnya.

Saifuddin menyebut, masalah perayaan 10 Muharram sudah selesai setelah pihak kepolisian dan Kesbangpol mengantisipasi acara tersebut. Acara akhirnya dipindahkan ke TMII, Jakarta Timur. Dengan demikian, MUI fokus pada agenda kedua, yakni colour run.

“Kemudian karena ada flyer waktu itu kan ada flyer masalah colour run, live fest itu di medsos. Ditangkap lah itu kemudian oleh salah seorang ormas, dilaporkan ke saya. ‘Oke gimana keputusan masalah colour run, kalau 10 Muharram sudah selesai tinggal yang colour run.’ Wah iya ya nanti kita follow up lagi, saya bilang gitu,” kenangnya.

Dalam pertemuan yang melibatkan Kesbangpol, Kapolres, Kodim, dan instansi terkait, MUI kembali menyampaikan aspirasi ormas. Saifuddin menegaskan bahwa MUI tidak memiliki wewenang untuk melarang acara. Wewenang tersebut ada pada pihak yang mengeluarkan izin, yaitu Polres dan Kesbangpol.

“Kalau saya hanya menyampaikan aspirasi Pak, terserah Bapak, ini kan ranahnya, ranah kalian. Ranahnya Polres, ranahnya Kesbangpol gitu. Itu yang terjadi,” tegas Saifuddin.

Menurutnya, ormas menolak colour run karena melihat benang merah dengan komunitas LGBT. Warna pelangi yang identik dengan acara tersebut juga dinilai menyerupai simbol komunitas tersebut.

“Mereka melihat ada benang merah dengan LGBT sekalipun itu yang melaksanakan belum tentu LGBT. Mereka bilang begitu. Keberatannya di topiknya. Topik colour run itu kan punya mereka,” jelasnya.

“Format pelaksanaannya itu mirip-mirip dengan mereka, seperti cat warna pelangi itu kan. Itu kan yang dilakukan di luar negeri. Nah itu yang keberatan mereka gitu loh,” tambahnya.

Saifuddin menegaskan bahwa MUI hanya bertugas menyuarakan aspirasi. Ia menyatakan, jika acara tetap dilaksanakan dan terjadi kegaduhan, tanggung jawab berada di pihak yang memberikan izin.

“Bukan hak kita melarang. Itu yang melarang itu kan perizinan, siapa yang melakukan izin, ya kan Kapolres sama Kesbangpol. Kan kita hanya menyuarakan suara dari ormas-ormas yang saya sampaikan,” tandasnya.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat 10 Muharram: Sejarah Anjuran Puasa Asyura



Jakarta

Salat Jumat pekan ini, 28 Juli 2023, bertepatan dengan hari Asyura. Dengan momentum tersebut, berikut adalah contoh khutbah Jumat mengenai keutamaan bulan Muharram dan sejarah anjuran puasa Asyura yang dapat dijadikan referensi oleh khatib.

Dalam sebuah hadits disebutkan, puasa pada bulan Muharram adalah puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَريضَةِ صَلَاةُ اللَّيْل


Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim dalam Shahih-nya bab Fadhlu Shaum Al-Muharram)

Mengutip buku Khutbah Jumat Sepanjang Tahun yang disusun oleh Muhammad Khatib, Kamis (27/7/2023), berikut naskah khutbah Jumat 10 Muharram tentang Sejarah Anjuran Puasa Asyura.

Teks Khutbah Jumat 10 Muharram: Sejarah Anjuran Puasa Asyura

Khutbah 1

الحمدُ لِلَّهِ الذِي جَعَلَ الْأَعْيَادَ بِالْإِفْرَاحِ وَالسُّرُورِ وَاضَاعَفَ لِلْمُتَّقِينَ جَزِيلَ الْأُجُورِ وَكَمِلُ الصِّيَافَة والصّلة للأرْحَامِ بِسَفِيهم المَسْكُورِ، فَسَبْحَانَ مَنْ أَحَلَّ الفطور احْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنْ الهُ اعادَ الأَعْيَادَ وَأَدْخِرُهَا بِكُلِّ عَمَلٍ مَبْرُورٍ و واطال الأَجَالَ إِلَيْهَا لِيَنَالُوا بِفَضْلِهَا الْجَزَاء الْمُوفُورِ اشهد ان لا اله الا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ العفو الْغَفُورُ وَاشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ المشهور صَلَّى اللهُ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمدٍ وَعَلَى اللِه وَاصْحَابِ الذِينَ كَانُوا يَرْجُونَ تِجَارَةً لَن تَبُورًا امَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا الْإِخْوَانُ الْكِرَامِ أَوصِيكُمْ وَايَّايَ تَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مسلمون .

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang penuh berkah ini saya berpesan, khususnya pada saya pribadi dan umum pada jamaah. Marilah kita semua berupaya meningkatkan takwa kepada Allah SWT, dengan cara mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa merupakan alasan kita hidup di dunia, sekaligus tujuan dalam rangka meraih surga serta ridha Allah. Tepatlah kiranya, bila kita selalu diingatkan agar selalu meningkatkan takwa.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Tidak terasa saat ini kita memasuki bulan Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah. Muharram merupakan bulan yang dimuliakan Allah SWT.

ان عدة الشهورِ عِندَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًافي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَواتِ وَالْأَرْضَ مِنهااربعة حرم

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu,” (QS. At-Taubah: 36)

Di antara dua belas bulan dalam kalender Hijriah, ada empat bulan yang disebut “Asyhurul Hurum” (bulan yang haram), yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bulan-bulan ini memiliki kemuliaan. Di antaranya Allah mengharamkan umat Islam untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang (membunuh dan berperang). Kecuali diserang oleh orang-orang kafir.

Imam At-Thabari menafsirkan ayat di atas dengan riwayat Ibnu Abbas RA: “Allah menjadikan bulan-bulan ini sebagai bulan suci dan mengagungkan kemuliaannya. Barang siapa yang berbuat dosa pada bulan ini, maka balasannya menjadi lebih besar, dan barang siapa yang beramal saleh pada bulan ini, maka pahalanya juga lebih besar.”

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah,

Disebut bulan mulia karena bulan ini disebut “syahrullah” (bulan Allah), Rasulullah SAW bersabda,

أفضل الصيام بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ المُحَرَّمُ وأفضلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ.

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam”. (HR. Muslim)

Hadits ini mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram, karena penamaannya disandarkan kepada lafzhul Jalalah (lafazh Allah). Para ulama menerangkan: Ketika makhluk disandarkan pada lafzhul Jalalah, itu pertanda ada pemuliaan pada makhluk tersebut, sebagaimana istilah Baitullah (rumah Allah) bagi masjid, atau lebih khusus Ka’bah dan naqatullah (unta Allah) istilah agi unta Nabi Saleh dan lain sebagainya.

Keutamaan bulan Muharram tidak disangsikan lagi. Namun, keutamaan itu tidak berarti bila tidak diisi dengan berbagai amalan-amalan ibadah yang berbobot, sehingga keutamaan itu benar-benar bernilai, baik secara individual maupun sosial.

Di antara ibadah yang paling dianjurkan adalah berpuasa. Amalan ini didasarkan pada beberapa hadits, di antaranya sabda Nabi: “Aku berharap pada Allah dengan berpuasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika Nabi SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah.” Akhirnya Nabi SAW menjawab, “Kami (kaum Muslimin) lebih layak menghormati Musa daripada kalian.” Kemudian, Nabi SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. (HR. Bukhari).

Dikisahkan bahwa Aisyah RA mengatakan, “Ketika Rasulullah tiba di Madinah, beliau berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadan menjadi puasa wajib, dan kewajiban puasa pada hari Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau, atau boleh juga tidak berpuasa jika ia mau.

Puasa Muharram dapat dilakukan dengan beberapa pilihan. Pertama, berpuasa tiga hari, yaitu sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya, yaitu puasa tanggal 9, 10, dan 11 Muharram. Kedua, berpuasa pada hari itu dan satu hari sesudah atau sebelumnya, yaitu puasa tanggal 9 dan 10 atau 10 dan 11. Ketiga, puasa pada tanggal 10 saja, hal ini karena ketika Rasulullah memerintahkan untuk puasa pada hari Asyura, para sahabat berkata: “Itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda: ‘Jika datang tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan, akan tetapi beliau meninggal pada tahun tersebut.” (HR Muslim)

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah

Mengingat besarnya pahala yang diberikan oleh Allah melebihi bulan lainnya, hendaknya kita tidak hanya berpuasa sunnah, tapi juga memperbanyak amalan-amalan ketaatan kepada Allah pada bulan Muharram ini, dengan membaca Al-Qur’an, berdzikir, shadaqah, puasa, dan lainnya.

Selain memperbanyak amalan ketaatan, jangan lupa berusaha menjauhi maksiat kepada Allah, sebab dosa pada bulan Muharram lebih besar dibanding dosa-dosa di bulan lain. Ibnu Qatadah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kedzaliman pada bulan Muharram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kedzaliman yang dilakukan di luar bulan Muharram.

Demikianlah khotbah yang bisa sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufik, sehingga kita dapat tetap teguh memegang kebenaran, bersegera memperbaiki diri, dan menjauhi perbuatan maksiat yang bisa menodai hati kita. Amin…

بارك الله لي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُم بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيمِ وتقبل مني وَمِنكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العليم . أقولُ قَوْلِي هَذَا وَ اسْتَغْفِرُ اللهَ العظيم لي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَ المُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa dan Dzikir Hari Asyura, Bisa Dibaca pada 10 Muharram



Jakarta

Membaca doa dan dzikir di hari Asyura bisa menjadi amalan yang diganjar pahala besar. Di bulan Muharram yang mulia ini, setiap muslim bisa mengamalkan bacaan dzikir setelah sholat fardhu ataupun saat bermunajat kepada Allah SWT.

Dzikir sebenarnya bisa dilakukan kapanpun, tidak hanya di bulan Muharram saja. Anjuran dzikir tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 41-42:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanużkurullāha żikrang kaṡīrā
Wa sabbiḥụhu bukrataw wa aṣīlā

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.

Anjuran untuk berdzikir juga termaktub dalam penggalan surat Ali Imran ayat 41:

وَاذْكُر رَّبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

Arab latin: ważkur rabbaka kaṡīraw wa sabbiḥ bil-‘asyiyyi wal-ibkār

Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.

Dzikir Hari Asyura

Doa dan dzikir yang diamalkan menjelang atau saat hari Asyura hendaknya hanya diniatkan untuk mendapat ridho Allah SWT. Hindari berharap pada hal lain selain Allah SWT di hari Asyura.

Mengutip buku Koreksi Doa dan Zikir antara yang Sunnah dan Bid’ah oleh Bakr bin Abdullah Abu Zaidada dijelaskan ada beberapa orang yang mengamalkan beberapa kebiasaan di hari Asyura yang sebenarnya tidak disyariatkan dalam ajaran Islam. Misalnya begadang di malam Asyura, membaca doa khusus yang konon katanya jika membaca doa tersebut maka tidak akan meninggal di tahun tersebut, atau juga membuat asap yang dianggap sebagai mantra untuk melindungi diri dari sihir dan roh jahat. Kebiasaan ini sebaiknya tidak dikerjakan oleh muslim yang bertakwa.

Doa dan Dzikir Hari Asyura

Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang senantiasa beristighfar (meminta ampun kepada Allah), Allah menjadikan setiap kesusahan baginya jalan keluar, setiap kegalauan kelapangan, dan dia diberikan rezeki yang tidak dia sangka-sangka (HR Abu Dawud).

Para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir dan istighfar pada hari Asyura.

Dilansir dari laman NU Online, salah satu ulama yang menganjurkan untuk membaca doa dan dzikir adalah Imam Al-Ajhuri yang menganjurkan untuk membaca doa berikut sebanyak 70 kali. Atas izin Allah SWT, niscaya akan dijauhkan dari keburukan di tahun tersebut.

Bacaan Arab:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Bacaan Latin: Hasbunallahu wa ni’mal-wakil, ni’mal-maula wa ni’man-nasir.

Artinya: Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung dan penolong

Berikut bacaan dzikir yang dianjurkan untuk dibaca pada hari Asyura:

1. Laa ilaha illallah 100 x

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ….. ×١٠٠

2. Allahumma shalli ala Sayyidinaa Muhammad wa’ala alihi washahbihi wa sallam 100 x

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ….. ×١٠٠

3. Astaghfirullah al-adziim 100 x

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ….. ×١٠٠

4. Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wain lam taghfirlanaa lanakunanna minal khaasiriin 100 x

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ….. ×١٠٠

5. Hasbunaallahu wani’mal wakiil 450 x

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلُ….. ×٤٥٠

6. Hasbunallahu wani’mal wakiil ni’mal mawlaa wanni’mannasiir 70×

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيْلِ نِعْمَ المَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ….. ×٧٠

7. Robbighfirlii waarhamnii watub ‘alaih 1000×

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ….. ×١٠٠٠

Agar mendapatkan keutamaan dan hidayah Allah SWT, amalkan doa dan dzikir ini di hari Asyura.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kumpulan Hadits Palsu dan Lemah tentang Hari Asyura, Hati-hati ya!


Jakarta

Sejumlah hadits palsu tentang hari Asyura tak sedikit yang tersebar di masyarakat. Mulai dari pahala sedekah berlipat 700 kali hingga bercelak pada hari tersebut akan terhindar dari sakit mata.

Hadits-hadits palsu tersebut, termasuk yang lemah, disebutkan Imam al-Ghazali dalam Kitab Mukasyafatul Qulub. Hadits lain juga diulas dalam buku Problematika Autentisitas Hadits Nabi dari Klasik hingga Kontemporer karya Idri. Berikut di antaranya.

1. “Barang siapa yang melapangkan kerabatnya dan keluarganya pada hari Asyura, maka Allah SWT melapangkan semua tahunnya.” (HR Al Baihaqi. Al Mundziri turut mengeluarkan riwayat ini dalam kitabnya, At-Targhib wa At-Tarhib. Status dhaif atau lemah. Ada yang menyebut sangat lemah)


2. “Sedekah satu dirham pada hari Asyura, sama dengan 700 dirham.” (HR At-Thabrani. Status munkar atau palsu)

3. “Barang siapa yang bercelak pada hari itu, maka dia tidak sakit mata pada tahun itu.” (Status palsu. Al-Hakim menegaskan bahwa bercelak pada hari Asyura adalah bid’ah. Sedangkan Ibnu Qayyim mengatakan, hadits tentang bercelak, memasak biji-bijian dan minyak, menggunakan wangi-wangian pada hari Asyura adalah buatan para pembohong)

4. “Barang siapa yang mandi pada hari itu, maka dia tidak sakit.” (Status palsu)

5. “Sesungguhnya Allah memfardhukan kepada bani Israil berpuasa satu hari setahun, yakni pada hari Asyura… Barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala seribu malaikat. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala seribu orang haji dan umrah. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala seribu orang mati syahid…” (Redaksi hadits ini sangat panjang. Ibn al-Jauzi mengatakan bahwa hadits ini menurut orang berakal tidak diragukan kepalsuannya)

Syarat Boleh Mengamalkan Hadits Dhaif

Imam as-Suyuthi mengatakan dalam Tadrib ar-Rawy fi Syarh Taqrib an-Nawawi sebagaimana dinukil Al Mukaffi Abdurrahman dalam buku Koreksi Tuntas Buku 37 Masalah Populer, seseorang boleh mengamalkan hadits dhaif dengan syarat:

  1. Bukan masalah akidah, yakni tentang sifat Allah SWT, perkara yang boleh dan mustahil bagi Allah SWT, dan penjelasan firman Allah SWT.
  2. Bukan pada hukum halal dan haram. Kata Imam as-Suyuthi, boleh pada kisah-kisah, fadha’il (keutamaan) amal dan nasihat.
  3. Tidak terlalu dhaif. Dalam hal ini perawinya bukanlah pendusta, tertuduh sebagai pendusta, atau terlalu banyak kekeliruan dalam periwayatannya.
  4. Bernaung pada hadits shahih.
  5. Tidak diyakini sebagai ketetapan, melainkan sebagai bentuk kehati-hatian saja.

Hadits Shahih Hari Asyura

Di samping itu, ada sejumlah hadits shahih tentang hari Asyura dengan derajat Muttafaq Alaih (disepakati keshahihannya). Berikut di antaranya.

Pertama,

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Kedua,

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِي، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ هِشَامٍ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا تَصُوْمُهُ فَرَيْسٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَصُوْمُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا افْرِضَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةُ، وتَرَكَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ. وَفِي الْبَابِ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ، وَقَيْسِ بْنِ سَعْدِ، وَجَابِرِ بْنِ سمُرَةَ، وَابْنِ عُمَرَ، وَمُعَاوِيَةَ. وَالْعَمَلُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى حَدِيْثِ عَائِشَةَ، وَهُوَ حَدِيثُ صَحِيحٌ؛ لَا يَرَوْنَ صِيَامَ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ وَاجِبًا، إِلَّا مَنْ رَغِبَ فِي صِيَامِهِ لِمَا ذُكِرَ فِيهِ مِنَ الْفَضْلِ.

Artinya: “Dari Harun bin Ishaq al-Hamdani, dari Abdah bin Sulaiman, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, ‘Pada awalnya, Asyura adalah hari yang di dalamnya orang-orang Quraisy berpuasa pada masa jahiliyah. Ketika itu, Rasulullah SAW juga berpuasa pada hari Asyura. Kemudian beliau datang ke Madinah, beliau juga berpuasa pada hari Asyura tersebut dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa di dalamnya. Lalu ketika puasa Ramadan diwajibkan, maka puasa Ramadanlah yang menjadi fardhu, dan beliau meninggalkan kewajiban puasa Asyura. Maka barang siapa mau berpuasa pada hari itu, ia boleh berpuasa. Dan barang siapa tidak ingin melakukannya, maka ia boleh untuk tidak berpuasa.” (Shahih Abu Dawud, No 2110: Muttafaq ‘alaih)

Ketiga,

وَعَنْ أَبِي فَنَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئل عن صيَامِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السنة الماضية

Artinya: “Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, ‘Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu’.” (HR Muslim dalam Kitab Puasa bab Anjuran Puasa Asyura Tiga Hari)

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Santunan Anak Yatim, Bisa Dibaca saat Asyura 10 Muharram



Jakarta

Menyantuni anak yatim memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri, apalagi dibarengi dengan momentum 10 Muharram yang dikenal sebagai hari Asyura. Menyantuni anak yatim di hari Asyura bisa menjadi amalan bernilai pahala besar.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 220, Allah SWT berfirman:

فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ ٱلْمُفْسِدَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


Artinya: Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Doa Menyantuni Anak Yatim

Sedekah di hari Asyura merupakan amalan yang dianjurkan. Sedekah bisa diberikan kepada keluarga, kerabat, tetangga ataupun anak yatim yang ada di sekitar kita.

Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa berpuasa di hari Asyura, maka seakan-akan berpuasa selama setahun, dan barang siapa bershadaqah di hari ini, maka seakan-akan bershadaqah selama satu tahun.” (HR. Abdullah bin Amru bin Al-Ash).

Ketika bersedekah kepada anak yatim, umat Islam dianjurkan mengusap rambut kepala anak yatim saat memberikan santunan. Sebagaimana hadits yang berasal dari Musnad Ahmad, 7/36 berikut:

Diriwayatkan dari Umamah, sesungguhnya Nabi bersabda: Barang siapa mengusap kepala yatim semata-mata karena Allah, maka setiap rambut yang ia usap memperoleh satu kebaikan. Barang siapa berbuat baik kepada yatim di sekitarnya, maka ia denganku ketika di surga seperti dua jari ini. Nabi menunjukkan dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengahnya.

Secara tekstual hadits ini tidak menyebutkan secara spesifik bahwa menyantuni anak yatim harus diselenggarakan pada tanggal 10 Muharram, namun mengusap kepala yatim tetap dianjurkan kapan pun.

Cara mengusap rambut anak yatim berbeda antara anak yatim perempuan dan laki-laki.

Untuk anak yatim perempuan cara mengusapnya dimulai dari atas kepala terus ke bawah, sedangkan untuk anak yatim laki-laki cara mengusapnya dari bawah kepala terus ke atas.

Kemudian salah satu doa yang dibaca ketika sedang mengusap kepala anak yatim adalah:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Arab Latin: hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’mal nasir

Artinya: “Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami.”

Klik halaman selanjutnya untuk melihat Doa Asyura

Doa Asyura

Doa Asyura dapat dibaca ketika mengerjakan amalan di hari Asyura, termasuk salah satunya menyantuni anak yatim. Berikut ini adalah doanya, seperti dikutip dari Buku Hadiah untuk Wong Kampung: Sebuah Amaliyah Aswaja tulisan Alaika M. dan Bagus Kurnia.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللَّهُمَّ يَا مُفَرِّجَ كُلِّ كَرْبٍ، وَيَا مُخْرِجَ ذِي النُّونِ يَوْمَ عَاشُورَاء، وَيَا جَامِعَ شَمْلِ يَعْقُوبَ يَوْمَ عَاشُورَاء، وَيَا غَافِرَ الذَّنْبِ دَاوُدَ يَوْمَ عَاشُورَاء، وَيَا كَاشِفَ ضُرِّ أَيُّوبَ يَوْمَ عَاشُورَاء، وَيَا سَامِعَ دَعْوَةِ مُوسَى وَهَارُونَ يَوْمَ عَاشُورَاء، وَيَا خَالِقَ رُوحِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاء، وَيَا رَحْمَنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنْتَ إِقْضِ حَاجَتِي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَأَطِلْ عُمْرِي فِي طَاعَتِكَ وَمَحَبَّتِكَ وَرِضَاكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Arab Latin: Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma ya mufarrija kulli karbin, wa ya mukhrijadz dzin nun yawma ‘asyura, wa ya jami’a syamli Ya’qub yawma ‘asyura, wa ya ghafiradz dzambi Dawud yawma ‘asyura, wa ya kasyifadz dhurri Ayyub yawma ‘asyura, wa ya sami’a da’wat Musa wa Harun yawma ‘asyura, wa ya khaliqu ruhi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yawma ‘asyura, wa ya rahmanad-dunya wal-akhirah, la ilaha illa anta, iqdi hajati fid-dunya wal-akhirah, wa atil umri fi ta’atika wa mahabbatika wa ridhak, ya arhamarrahimin. Wa shallallahu ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi wa sallam. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, wahai Dzat yang menghilangkan segala kesedihan, wahai Dzat yang mengeluarkan Dzun Nun (Nabi Yunus) dari dalam perut ikan pada hari Asyura, wahai Dzat yang mengumpulkan keluarga Ya’qub pada hari Asyura, wahai Dzat yang mengampuni dosa Nabi Dawud pada hari Asyura, wahai Dzat yang menghilangkan kesulitan Nabi Ayyub pada hari Asyura, wahai Dzat yang mendengar doa Nabi Musa dan Nabi Harun pada hari Asyura, wahai Dzat yang menciptakan ruh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Asyura, wahai Maha Pengasih di dunia dan akhirat, tidak ada Tuhan selain Engkau, kabulkanlah hajatku di dunia dan akhirat. Panjangkanlah usiaku dalam taat kepada-Mu, kasih sayang-Mu, dan keridhaan-Mu, wahai Dzat yang Maha Penyayang. Semoga rahmat Allah terlimpah atas Nabi Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Doa Asyura agar Diberi Ketenangan Hati

Ibn Hajar Asqalani, imam pakar hadis menyebutkan dalam syarh Sahih al-Bukhari beberapa kalimat doa yang bagi siapa saja membaca doa ini di hari Asyura, maka hatinya tidak akan mati.

سُبْحَانَ الله ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش وَالْحَمْد لله ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش وَالله أكبر ملْء الْمِيزَان ومنتهى الْعلم ومبلغ الرِّضَا وزنة الْعَرْش لَا ملْجأ وَلَا منجا من الله إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ الله عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا وَالْحَمْد لله عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا وَالله أكبر عدد الشفع وَالْوتر وَعدد كَلِمَات الله التامات كلهَا أَسأَلك السَّلامَة بِرَحْمَتك يَا أرْحم الرَّاحِمِينَ وَلَا حول وَلَا قُوَّة إِلَّا بِاللَّه الْعلي الْعَظِيم وَصلى الله على سيدنَا مُحَمَّد وعَلى آله وَصَحبه أَجْمَعِينَ وَالْحَمْد لله رب الْعَالمين

Arab latin: Subhanallah mil’al mizan wa muntahal ilmi wa mablagho rridlo wa zinatal arsyi walhamdu lillah mil’al mizan wa muntahal ilmi wa mablaghor ridlo wa zinatal arsyi wallahu akbar mil’al mizan wa muntahal ilmi wa mablaghor ridlo wa zinatal arsyi la malja’a wa la manja’a minallah illa ilaihi, subhanallahi ‘adadassyaf’i wal watri wa ‘adada kalimatillahi at-taammati kulliha walhamdu lillaj ‘adadasyyaf’i wal watri wa ‘adada kalimatillahi at-taammati kulliha wallahu akbar ‘adadassyaf’i wal watri wa ‘adada kalimatillah attaammati kulliha, as’alukas salamata birahmatika ya arhamarrahimin, wala haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim wa shallallahu ala sayyidina Muhammadin wa ala alihi wa shohbihi ajma’in walhamdu lillah rabbil alamin.

Artinya: Maha suci Allah dengan (suci) memenuhi timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya Arsy. Dan segala puji bagi Allah dengan (pujian) memenuhi timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya Arsy. Dan Maha besar Allah dengan (kebesaran) memenuhi timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya Arsy. Tidak ada perlindungan dan tidak ada keselamatan dari Allah kecuali berlindung kepadaNya. Maha suci Allah dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Allah yang semuanya sempurna. Dan Segala puji bagi Allah dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Allah yang semuanya sempurna. Aku memohon keselamatan kepadaMu dengan rahmatMu, wahai Dzat yang Maha Pengasih diantara para pengasih!, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah yang maha tinggi dan agung. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat, segala puji hanya milik Allah penguasa alam semesta.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com