Tag Archives: Abdullah

Nama Anak Laki-laki Islam Modern yang Jarang Dipakai


Jakarta

Memberi nama anak bukan sekadar tradisi, melainkan tersirat doa dan harapan untuk masa depannya. Bagi detikers yang sedang memikirkan nama anak laki-laki Islam modern yang jarang dipakai, tak ada salahnya baca sampai habis artikel ini.

Dalam Islam, pemberian nama anak dilakukan pada hari ketujuh kelahiran. Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang diterjemahkan Abu Firly Bassam Taqiy mengatakan kesunahan ini bersandar pada hadits dari Amr ibnu Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya yang menceritakan:

Artinya: “Nabi SAW memerintahkan untuk memberi nama bayi yang baru lahir pada hari yang ketujuh, begitu pula melenyapkan kotoran dan mengakikahinya.” (HR At Tirmidzi dan ia menyatakannya hasan)


Dalam riwayat lain, pemberian nama anak ini dilakukan bersamaan dengan akikah pada hari ketujuh kelahiran bayi. Dari Samurah ibnu Jundub RA, Rasulullah SAW pernah bersabda,

Artinya: “Setiap anak (yang baru lahir) tergadaikan oleh akikahnya yang disembelih untuknya pada hari yang ketujuh, lalu dicukur dan diberi nama.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, an-Nasa’i. At-Tirmidzi menyatakan hasan shahih)

Nama Anak Laki-laki Islam Modern

Ada banyak nama yang bisa diberikan pada anak. Umumnya terdiri dari dua atau tiga kata. Berikut detikHikmah rangkum dari Kitab Nama Bayi Islami susunan Ust. K. Akbar Saman dan dan sumber lainnya beberapa nama anak laki-laki Islam modern, yang mungkin masih jarang dipakai.

  1. Ahwar (Artinya: yang bermata Indah)
  2. Aqmaar (Artinya: wajah bulat seperti bulan)
  3. Ajdaan (Artinya: menjadi kaya)
  4. Asdaaf (Artinya: terang, bersinar, bercahaya)
  5. Atsir (Artinya: yang dihormati/dimuliakan)
  6. Bahjan (Artinya: menggembirakan, menyenangkan)
  7. Baihas (Artinya: pemberani)
  8. Bakhiit (Artinya: beruntung)
  9. Tabban (Artinya: memandang dengan tajam)
  10. Tariim (Artinya: yang selalu merendah pada Allah SWT)
  11. Tiroos (Artinya: tameng, perisai)
  12. Tsaqban (Artinya: bersinar/bercahaya)
  13. Tsaqif (Artinya: cerdas, pandai, cerdik)
  14. Jafnah (Artinya: yang dermawan)
  15. Jahi (Artinya: yang bagus salatnya)
  16. Jahiir (Artinya: yang murni, suci)
  17. Jasron (Artinya: keberanian)
  18. Jawaad (Artinya: dermawan, murah hati)
  19. Jillauz (Artinya: yang gagah berani)
  20. Habr (Artinya: orang alim, saleh)
  21. Hadzadz (Artinya: cerdas akalnya)
  22. Hannaan (Artinya: pengasih, penyayang)
  23. Hasiib (Artinya: bangsawan, yang mencukupi)
  24. Hazwar (Artinya: pemuda yang kuat)
  25. Haq (Artinya: agama Islam, keadilan)
  26. Hutrusy (Artinya: pemuda yang sigap, tangkas)
  27. Khirwa’ (Artinya: yang halus, lembut, menyenangkan, mewah)
  28. Khafisy (Artinya: yang sipit matanya)
  29. Khidhom (Artinya: tuan, pemimpin, penyabar, dermawan)
  30. Ahwas Farid Assyraaf (Artinya: laki-laki pemberani yang istimewa dan mulia)
  31. Adnan Khiar (Artinya: surga firdaus adalah pilihan terbaik)
  32. Ahlam Zulfadli Rahmani (Artinya: laki-laki kesayangan, harapan dengan segala kelebihannya)
  33. Amrullah Azzaky (Artinya: laki-laki yang melakukan perintah Allah yang suci)
  34. Aqdasul Maqam Asrarullah (Artinya: tempat sakral berisi rahasia-rahasia Allah SWT)
  35. Arbani Ma’mum Mahmudi (Artinya: laki-laki beriman yang fasih berbicara dan terpuji)
  36. Badru Nuruzaman Alawy (Artinya: laki-laki tampan penerang zaman)
  37. Busyra Mahfuzh Shiddiq (Artinya: pembawa kabar gembira yang terpelihara dan jujur)
  38. Falah Sa’id Anwari (Artinya: sukses, selamat, dan selalu bahagia)
  39. Hanif Imadul Haq (Artinya: yang istikamah dalam kebenaran dan menjadi tiang agama Islam)
  40. Mari’e Fayyadh Fu’ad (Artinya: orang yang terpelihara hatinya)

Nama Anak Laki-laki yang Disukai Allah

Selain nama-nama tersebut, ada nama anak laki-laki yang disukai Allah SWT. Menurut hadits dalam Shahih Muslim, Allah SWT paling suka nama Abdullah dan Abdurrahman.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling disukai Allah SWT adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR Muslim)

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Safar 1447 H


Jakarta

Puasa Ayyamul Bidh menjadi amalan yang bisa dikerjakan setiap bulan Hijriah. Amalan ini sangat dianjurkan sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW.

Ayyamul Bidh adalah istilah ini merujuk pada tiga hari di pertengahan bulan Qamariyah (Hijriah), yaitu tanggal 13, 14, dan 15.

Dikutip dari buku Fiqih Puasa karya M. Hasyim Ritonga, amalan ini dinamakan Ayyamul Bidh yang artinya hari-hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan tampak bercahaya putih (purnama).


Puasa Ayyamul Bidh berarti puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah, baik di bulan Muharram, Safar, Rabiul Awal, dan seterusnya (kecuali ketika bertepatan dengan hari-hari yang diharamkan untuk puasa seperti Idul Fitri dan Idul Adha). Puasa Ayyamul Bidh hukumnya sunnah muakkad atau sunah yang dianjurkan.

Dalam hadits dari Abu Hurairah RA, “Kekasihku (Nabi Muhammad SAW) mewasiatkan kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, sholat dhuha dua rakaat, dan sholat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kemudian dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash RA, “Berpuasalah tiga hari setiap bulan karena kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali lipat, maka itu seperti puasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari dan Muslim)

Puasa Ayyamul Bidh Safar 1447 H

Berdasarkan kalender Hijriah resmi Kementerian Agama RI, 1 Safar 1447 H jatuh pada Sabtu, 26 Juli 2025.

Dengan demikian, jadwal puasa Ayyamul Bidh bulan Safar 1447 H sebagai berikut:

  • Kamis, 7 Agustus 2025: 13 Safar 1447 H
  • Jumat, 8 Agustus 2025: 14 Safar 1447 H
  • Sabtu, 9 Agustus 2025: 15 Safar 1447 H

Berikut ini rincian kalender bulan Safar 1447 H

  • Sabtu, 26 Juli 2025: 1 Safar 1447 H
  • Ahad, 27 Juli 2025: 2 Safar 1447 H
  • Senin, 28 Juli 2025: 3 Safar 1447 H
  • Selasa, 29 Juli 2025: 4 Safar 1447 H
  • Rabu, 30 Juli 2025: 5 Safar 1447 H
  • Kamis, 31 Juli 2025: 6 Safar 1447 H
  • Jumat, 1 Agustus 2025: 7 Safar 1447 H
  • Sabtu, 2 Agustus 2025: 8 Safar 1447 H
  • Ahad, 3 Agustus 2025: 9 Safar 1447 H
  • Senin, 4 Agustus 2025: 10 Safar 1447 H
  • Selasa, 5 Agustus 2025: 11 Safar 1447 H
  • Rabu, 6 Agustus 2025: 12 Safar 1447 H
  • Kamis, 7 Agustus 2025: 13 Safar 1447 H (Puasa Ayyamul Bidh)
  • Jumat, 8 Agustus 2025: 14 Safar 1447 H (Puasa Ayyamul Bidh)
  • Sabtu, 9 Agustus 2025: 15 Safar 1447 H (Puasa Ayyamul Bidh)
  • Ahad, 10 Agustus 2025: 16 Safar 1447 H
  • Senin, 11 Agustus 2025: 17 Safar 1447 H
  • Selasa, 12 Agustus 2025: 18 Safar 1447 H
  • Rabu, 13 Agustus 2025: 19 Safar 1447 H
  • Kamis, 14 Agustus 2025: 20 Safar 1447 H
  • Jumat, 15 Agustus 2025: 21 Safar 1447 H
  • Sabtu, 16 Agustus 2025: 22 Safar 1447 H
  • Ahad, 17 Agustus 2025: 23 Safar 1447 H
  • Senin, 18 Agustus 2025: 24 Safar 1447 H
  • Selasa, 19 Agustus 2025: 25 Safar 1447 H
  • Rabu, 20 Agustus 2025: 26 Safar 1447 H
  • Kamis, 21 Agustus 2025: 27 Safar 1447 H
  • Jumat, 22 Agustus 2025: 28 Safar 1447 H
  • Sabtu, 23 Agustus 2025: 29 Safar 1447 H
  • Ahad, 24 Agustus 2025: 30 Safar 1447 H

Niat Puasa Ayyamul Bidh

Dikutip dari buku Inilah Alasan Rasulullah SAW Menganjurkan Puasa Sunah karya H. Amirulloh Syarbini, berikut bacaan niat puasa Ayyamul Bidh dalam tulisan Arab, latin dan artinya:

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab-Latin: Nawaitu shauma ayyâmil bîdl lilâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa Ayyamul Bidl (hari-hari yang malamnya cerah), karena Allah ta’âlâ.”

Tata Cara Puasa Ayyamul Bidh

Puasa sunnah Ayyamul Bidh bisa dikerjakan seperti puasa pada umumnya. Berikut adalah tata cara melaksanakan puasa Ayyamul Bidh:

  1. Membaca niat puasa Ayyamul Bidh.
  2. Makan sahur, diutamakan melakukannya menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.
  3. Melaksanakan puasa dengan menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan lainnya.
  4. Menjaga diri dari segala hal yang dapat membatalkan pahala puasa, seperti berkata kasar, menggunjing orang, dan perbuatan dosa lainnya.
  5. Segera berbuka puasa saat waktu magrib tiba.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Dua Nama yang Paling Disukai Allah Menurut Hadits Shahih



Jakarta

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya agar memberi nama bayi dengan nama yang baik dan indah, bisa juga memberi nama dengan panggilan yang disukai Allah SWT. Menurut sebuah hadits shahih, ada dua nama yang paling disukai Allah SWT.

Dua nama yang paling disukai Allah SWT adalah Abdullah dan Abdurrahman. Abdullah artinya hamba Allah, sedangkan Abdurrahman artinya hamba Yang Maha Pengasih. Hal ini diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim kitab al-Adab dan At-Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Zadul Ma’ad turut menyebutkan hadits shahih tersebut. Dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,


أَحَبُّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَصْدَقْهَا حَارِثُ وَهَمَّامٌ وَأَقْبَحُهَا حَرْبُ وَمُرَّةً

Artinya: “Nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman, yang paling tepat adalah Harits dan Hammam, sedang nama terjelek adalah Harb dan Murrah.”

Rasulullah SAW juga pernah menyuruh salah seorang di antara sahabat nabi agar mengganti nama bayi yang tadinya Qasim menjadi Abdurrahman. Syaikh Al-Albani dalam Mukhtashar Shahih Muslim menukil hadits yang berbunyi,

عن جَابِرٍ بْن عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ وُلِدَ لِرَجُلٍ مِنَّا غُلَامٌ فَسَمَّاهُ الْقَاسِمَ فَقُلْنَا لَا نَكْنِيكَ أَبَا الْقَاسِمِ وَلَا نُنْعِمُكَ عَيْنًا فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ أَسْمِ ابْنَكَ عَبْدَ الرَّحْمَنِ

Artinya: Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, “Suatu ketika ada salah seorang di antara kami yang mempunyai bayi lelaki dan diberi nama Qasim. Lalu kami pun berkata, “Kami tidak akan memberikan julukan kepadamu Abu Qasim dan kami tidak senang dengan nama anaknya itu.” Kemudian orang tersebut membawa bayinya kepada Rasulullah seraya menceritakan kepada beliau tentang apa yang telah dialaminya. Maka Rasulullah berkata, “Berilah anakmu nama Abdurrahman.” (HR Muslim)

Ada juga riwayat yang menceritakan kala Rasulullah SAW menahnik seorang bayi laki-laki lalu memberinya nama Abdullah. Riwayat ini berasal dari Urwah bin Zubair dan Fatimah binti Mundzir bin Zubair. Keduanya menceritakan,

“Pada suatu ketika Asma binti Abu Bakar keluar untuk berhijrah. Kebetulan saat itu ia sedang mengandung Abdullah bin Zubair. Sesampainya di Quba ia pun melahirkan bayinya di sana. Setelah melahirkan, ia pun pergi menemui Rasulullah SAW agar beliau berkenan menahnik bayi lelakinya itu.

Lalu beliau mengambil bayi tersebut dan meletakkannya dalam pangkuan beliau. Setelah itu, beliau meminta kurma. Aisyah berkata, “Kami harus mencarinya beberapa saat sebelum akhirnya kami temukan.”

Tak lama kemudian Rasulullah mulai mengunyah kurma itu dan meludahkannya ke dalam mulut si bayi, hingga yang pertama-tama masuk ke dalam perutnya adalah ludah beliau. Selanjutnya, Aisyah berkata, “Kemudian Rasulullah mengusap, mendoakan, dan memberinya nama Abdullah.”

Ketika berumur tujuh atau delapan tahun, anak lelaki itu datang untuk berbaiat kepada Rasulullah SAW. Ayah anak tersebutlah, yaitu Zubair, yang telah menganjurkannya seperti itu. Rasulullah SAW tersenyum bangga saat melihat anak itu datang menghadap beliau berbaiat, maka kemudian beliau membaiatnya.” (HR Muslim)

Selain Abdullah dan Abdurrahman, dalam beberapa hadits shahih juga dianjurkan memberi nama bayi dengan nama para nabi dan nama-nama orang saleh.

Ada pula anjuran agar mengganti nama yang buruk. Sebagaimana Ishaq bin Yusuf Al-Azrah mendengar Syarik berkata,

“Adalah Rasulullah SAW jika mendengar nama (seseorang) buruk, beliau mengubahnya. Ketika melewati sebuah kampung bernama Afrah, beliau mengubahnya dengan nama Khadirah.” (HR Ath-Thabrani)

Afrah artinya tandus, karenanya Rasulullah SAW mengganti nama tersebut dengan Khadhirah dengan harapan kampung itu menjadi subur, sebagaimana dijelaskan Syamsul Rizal Hamid dalam buku 1500++ Hadis & Sunah Pilihan.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

8 Doa agar Dimudahkan Segala Urusan, Yuk Amalkan!


Jakarta

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya usaha yang kita lakukan diiringi dengan doa. Salah satunya dengan membaca doa agar dimudahkan segala urusan.

Allah SWT memerintahkan muslim untuk senantiasa memohon dan berdoa kepada-Nya. Perintah ini termaktub dalam surah Al Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ


Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Dikatakan, Allah SWT menyukai orang-orang yang berdoa. Hal ini diterangkan dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi,

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa.” (HR Hakim)

Berikut beberapa doa dimudahkan segala urusan yang bisa diamalkan muslim seperti dikutip dari buku Keutamaan Doa & Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera susunan M Khalilurrahman Al-Mahfani dan buku Fiqih Doa & Dzikir Jilid 2 oleh Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr terjemahan Amiruddin Djalil.

8 Doa Dimudahkan Segala Urusan bagi Muslim

Kumpulan doa dimudahkan segala urusan ini tercantum dalam ayat suci Al-Qur’an dan beberapa hadits. Berikut bacaannya:

1. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Pertama

رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

Arab latin: Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanataw wa fil aakhirati hasanataw waqinaa ‘adzaaban naar

Artinya: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Al Baqarah: 201)

2. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Kedua

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ

Arab latin: Allaahumma innii astakhiiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka bi qudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhiimi fa-innaka taqdiru walaa aqdiru wa ta’lamu wa laa a’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuub. Allaahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii faqdurhu lii wa yassirhu lii. Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa maa’aasyii wa ‘aaqibati amrii fashrifhu ‘annii fashrifnii ‘anhu waqdur liyal khaira haitsu kaana tsumma ardhinii bihi

Artinya: “Ya Allah, aku memohon agar Engkau memilihkan mana yang baik menurut pengetahuan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu agar memberikan kepastian dengan kepastian-Mu Yang Maha Agung, karena sesungguhnya Engkau Maha memastikan sedang aku tidak dapat memastikan dan Engkau Maha mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan sungguh Engkau Maha mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku, dalam agamaku, dan dalam penghidupanku serta baik pula akibatnya bagiku, maka berikanlah perkara ini kepadaku dan mudahkanlah bagiku, kemudian berikanlah keberkahan bagiku di dalamnya. Wahai Tuhanku, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik bagiku, maka jauhkanlah perkara ini dari padaku dan jauhkanlah aku darinya, dan berikanlah kebaikan di mana saja aku berada, kemudian jadikanlah aku orang yang ridha atas pemberian-Mu itu.” (HR Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, & Baihaqi, dari Jabir bin Abdullah)

3. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Ketiga

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

Arab latin: Idz awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā.

Artinya: “(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini.” (QS Al Kahfi: 10)

4. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Keempat

اللَّهُمَّ اِنِّي أعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani wal ‘ajzi wal kasali wal bukhli wa dhala’id daini wa ghalabatir rijaal

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penderitaan, kesedihan, kelemahan (pikun), kemalasan, kekikiran, banyak hutang, dan dari penguasaan seseorang.” (HR Tirmidzi, dari Anas bin Malik)

5. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Kelima

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ

Arab latin: Allahumma rahmataka arjuu falaa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin wa ashlih lii sya’nii kullahu, laa ilaaha illa anta

Artinya: “Ya Allah, rahmat-Mulah yang aku harapkan, janganlah Engkau serahkan aku pada diriku sekejap mata pun, dan perbaiki untukku urusanku seluruhnya, tidak ada sembahan yang haq kecuali Engkau.” (HR Abu Dawud, dari Abu Bakrah)

6. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Keenam

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Arab latin: Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minadzh dzhaalimiin

Artinya: “Tidak ada sembahan yang haq kecuali Engkau, Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.” (HR Tirmidzi, dari Said bin Abu Waqqash)

7. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Ketujuh

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلَّا مَا جَعَلْتَهُ سَهْلًا وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئتَ سَهْلاً

Arab latin: Allaahumma laa sahla illaa maa ja’altahu sahlan wa anta taj’alul hazna idzaa syi-ta sahlaa

Artinya: “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau menjadikannya mudah, dan jika Engkau menghendaki, maka kesedihan dapat Engkau jadikan kemudahan.” (HR Ibnu Sunni, dari Anas bin Malik)

8. Doa Dimudahkan Segala Urusan Versi Kedelapan

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Arab latin: Ya hayyu ya qayyumu birahmatika astaghitsu, ashlih li sya’ni kullahu wala takilni ila nafsi tharfata ‘ainin abadan

Artinya: “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmatMu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dariMu selamanya.” (HR Tirmidzi)

Adab Berdoa yang Perlu Diperhatikan

Menukil dari buku Ringkasan Ihya Ulumuddin oleh Imam Al Ghazali terjemahan Abdul Rosyad Siddiq, setidaknya ada sejumlah adab berdoa yang perlu diperhatikan muslim. Antara lain sebagai berikut:

  1. Memilih waktu yang mulia dan diutamakan untuk berdoa
  2. Berada dalam kondisi suci
  3. Menghadap ke arah kiblat
  4. Bersuara santun
  5. Merendahkan diri
  6. Meyakini doanya akan dikabulkan dengan perasaan harap
  7. Memulai doa dengan mengagungkan nama Allah SWT

Itulah beberapa doa dimudahkan segala urusan dan adabnya yang perlu diperhatikan muslim. Jangan lupa diamalkan ya!

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Shahih 13, 14 dan 15 Muharram Arab-Latin


Jakarta

Mendahului doa buka puasa sebelum membatalkan puasa pada waktunya adalah sunnah berpuasa seperti pada pengamalan puasa 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa tiga hari tersebut yang dikenal juga dengan puasa Ayyamul Bidh.

Dijelaskan Said Hawwa dalam buku Al-Islam membaca doa ketika hendak berbuka puasa termasuk sunnah yang dianjurkan karena termasuk dalam salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ


Artinya: “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Dalam riwayat lainnya bersumber dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash RA yang mendengar perkataan Rasulullah SAW, “Sesungguhnya, bagi orang yang berpuasa, pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)

Adapun puasa Ayyamul Bidh adalah puasa yang diamalkan pada 13, 14, dan 15 tiap bulannya. Landasannya didasarkan dari sebuah hadits Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abu Dzar, kalau kau hendak berpuasa sunnah setiap bulan, lakukanlah puasa pada 13, 14 dan 15.” (HR Tirmidzi)

Doa Buka Puasa Shahih 13, 14, 15 Muharram

Puasa pertengahan bulan ini dikerjakan mulai dari masuknya waktu Subuh hingga terbenam matahari. Untuk membatalkan puasa, muslim dianjurkan untuk mengawalinya dengan doa buka puasa.

1. Doa Buka Puasa Muharram Versi Pertama

ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Rasa dahaga telah hilang, kerongkongan telah basah dan atas kehendak Allah pahala telah ditetapkan. Insya Allah.” (HR Abu Dawud)

Doa ini termaktub dalam Al-Adzkar: Doa dan Dzikir dalam Al-Qur’an dan Sunnah (Edisi Indonesia) karangan Imam Nawawi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Muhammad Aniq.

2. Doa Buka Puasa Muharram Versi Kedua

اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allaahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birahmatika yaa arhamar-roohimiina.

Artinya: “Ya Allah karenaMu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah yang Tuhan Maha Pengasih.” (HR Bukhari dan Muslim)

Bacaan doa ini termasuk dalam himpunan doa dan dzikir dari Abu Hurairah Abdul Salam terbitan PT Gramedia Pustaka Utama.

Waktu Buka Puasa

Untuk waktu berbuka dapat disesuaikan pada masing-masing wilayah. Acuannya bersumber dari riwayat Rasulullah SAW yang menyebutkan buka puasa dimulai pada waktu Magrib atau saat matahari tenggelam.

إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا ، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا ، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Artinya: “Jika malam telah datang dari sini dan siang telah tertutup dari sini, serta matahari terbenam, itulah waktu berbuka bagi yang berpuasa.” (HR Bukhari)

Sementara itu, dikutip dari buku Dahsyatnya 7 Puasa Wajib, Sunnah, dan Thibbun Nabawi oleh Maryam Kinanti N, ada perbedaan pendapat yang menyatakan kapan doa buka puasa diamalkan.

Ada yang berpendapat diamalkan setelah membatalkan puasa dengan air, kurma, atau semacamnya pertama kali. Pendapat lainnya menyebut doa buka puasa diamalkan sebelum berbuka puasa.

Jadwal Puasa 13, 14, 15 Muharram

Pemerintah menetapkan awal Muharram 1446 H jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Hal ini juga sejalan dengan hasil hisab Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang sudah memenuhi kriteria imkanur rukyat MABIMS. Dengan kata lain, berikut jadwal puasa pertengahan bulan Muharram yang bisa diamalkan:

  • 13 Muharram 1446 H bertepatan dengan Jumat, 19 Juli 2024
  • 14 Muharram 1446 H bertepatan dengan Sabtu, 20 Juli 2024
  • 15 Muharram 1446 H bertepatan dengan Minggu, 21 Juli 2024

Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyahnya menetapkan 1 Muharram 1446 H sehari setelah pemerintah yaitu pada Senin, 8 Juli 2024 berdasarkan istikmal. Jadi, jadwal puasa Ayyamul Bidh berdasarkan kalender Hijriah NU adalah sebagai berikut:

  • 13 Muharram 1446 H bertepatan dengan Sabtu, 20 Juli 2024
  • 14 Muharram 1446 H bertepatan dengan Minggu, 21 Juli 2024
  • 15 Muharram 1446 H bertepatan dengan Senin, 22 Juli 2024

(rah/kri)



Sumber : www.detik.com

6 Doa Penarik Pembeli yang Bisa Diamalkan Muslim


Jakarta

Doa penarik pembeli bisa diamalkan muslim yang sedang menjajakan dagangannya. Sebagaimana perintah Allah SWT dalam surah Gafir ayat 60, mukmin diperintahkan untuk senantiasa berdoa kepada-Nya.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ ٦٠

Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”


Mengamalkan doa penarik pembeli diberi kemudahan oleh Allah SWT agar dagangan laris terjual. Meski demikian, doa harus diiringi dengan usaha dan perbuatan baik saat berjualan.

Sifat ramah, jujur, dan amanah ketika berjualan sama seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Mengutip buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi oleh Rizem Aizid, Rasulullah SAW telah belajar berdagang sejak usianya 12 tahun.

Mulanya, Nabi Muhammad SAW diajak oleh pamannya, Abu Thalib, untuk ikut dalam rombongan dagang ke Syams. Sejak saat itulah beliau semakin menekuni dunia dagang.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bahkan pernah mengatakan jika seorang pedagang jujur maka akan bersama orang-orang yang mati syahid di hari kiamat kelak.

“Pedagang yang cerdas dan dapat dipercaya bersama dengan orang-orang yang benar dan orang-orang yang mati syahid kelak di hari kiamat.” (HR Ibnu Majah)

Berikut kumpulan doa penarik pembeli yang bisa diamalkan muslim seperti dinukil dari buku 99 Doa untuk Bisnis Lancar Rezeki Berlimpah oleh Abdurrahim Hamdi dan Buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah karya Abdullah Zaedan.

6 Doa Penarik Pembeli yang Dapat Diamalkan

1. Doa Penarik Pembeli Versi Pertama

اللهم اني أسْأَلُكَ صِحَةٌ فِي إِيْمَانِ وَإِيْمَانَا فِي حُسْنِ خُلُقٍ وَنَحَاحًا يَتْبَعُهُ فَلَاح وَرَحْمَةٌ مِنْكَ وَعَافِيَةٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنْكَ وَرِضْوَانًا

Arab Latin: Alloohumma innii as-aluka shihhatan fii iimaanin wa iimaanan fii husni khulukin wa nahaahan yatba-‘uhu falaahun warohmatan minka wa-‘aafiyatan wa maghfirotan minka wa ridhwaanan

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu kemurnian iman dan akhlak terpuji, serta kesuksesan yang disertai keberuntungan, dan aku mohon rahmat, kesehatan, pengampunan, dan keridaan dari-Mu.” (HR Ahmad dan Thabrani)

2. Doa Penarik Pembeli Versi Kedua

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِي رِزْقًا حَلَالاً وَاسِعًا طَيِّبًا مِنْ غَيْرِ تَعْبٍ وَلَامَشَقَّةٍ وَلَاضَيْرٍ وَلَا نَصَبٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Arab Latin: Allaahumma inni as’aluka an tarzuqanii rizqan halaalan waasi’an thayyiban min ghairi ta’bin wa laa masyaqqatin wa laa dhairin wa laa nashabin innaka ‘alaa kulli syai`in qadiir

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar melimpahkan rezeki untukku berupa rezeki yang halal, luas, dan tanpa susah payah, tanpa memberatkan, tanpa membahayakan dan tanpa meletihkan dalam memperolehnya. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”

3. Doa Penarik Pembeli Versi Ketiga

اللهُمَّ يَا أَحَدُ يَا وَاحِدُ يَا مَوْجُودُ يَاجَوَّادُ يَا بَاسِطُ يَا كَرِيْمُ يَاوَهَّابُ يَاذَا الطَّوْلِ يَاغَنِيُّ يَا مُغْنِي يَافَتَاحُ يَارَزَّاقُ يَا عَلِيمُ يَا حَيُّ يَاقَيُّومُ يَا رَحْمَنُ يَارَحِيْمُ يَابَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَاذَ الجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَاحَنَّانُ يَامَنَّانُ انْفَحْنِي مِنْكَ بِنَفْحَةِ خَيْرٍ تُغْنِنِي عَمَّنْ سِوَاكَ

Arab Latin: Allaahumma yaa ahadu yaa waahidu ya maujuudu yaa jawwaadu yaa baasithu yaa kariimu yaa wahhaabu yaa dzath thauli yaa ghaniyyu yaa mughnii yaa fattaahu yaa razzaaqu yaa ‘aliimu yaa hayyu yaa qayyuumu yaa rahmaanu yaa rahiimu yaa badii’us samaawati wal ardhi yaa dzal jalaali wal ikraam yaa hannaanu yaa mannaanu infahnii minka binafhati khairin tughninii ‘amman siwaaka.

Artinya: “Ya Allah, wahai Dzat yang Maha Esa tiada terbagi-bagi, wahai Dzat yang Maha Esa tiada bersekutu, wahai Dzat yang Maujud, wahai Dzat yang Maha pemurah, wahai Dzat yang Maha pembagi, wahai Dzat yang Mahamulia, wahai Dzat yang Maha pemberi, wahai Dzat yang memiliki Anugrah, wahai Dzat yang Mahakaya, wahai Dzat yang Maha pemberi wahai Dzat yang Maha pembuka pintu rezeki, wahai Dzat yang Maha mengetahui, ‘wahai Dzat yang Mahahidup, wahai Dzat yang Maha pengasih, wahai Dzat yang Maha penyayang, wahai Dzat yang Maha pemberi anugerah, limpahkanlah rezeki dari-Mu dengan kelimpahan sebaik-baiknya yang dapat memberikan kecukupan bagi diriku, terlepas dari pengharapan pemberian siapa pun selain Engkau.”

4. Doa Penarik Pembeli Versi Keempat

قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللهم رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ وَارْزُقْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ

Arab Latin: Qala ‘īsabnu maryamallāhumma rabbanā anzil ‘alainā mā`idatam minas-samā`i takụnu lanā ‘īdal li`awwalinā wa ākhirinā wa āyatam mingka warzuqnā wa anta khairur-rāziqīn

Artinya: Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan, turunkanlah kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baiknya pemberi rezeki.” (QS Al Maidah: 114)

5. Doa Penarik Pembeli Versi Kelima

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Arab Latin: Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja’alallāhu likulli syai`ing qadrā

Artinya: “Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Barangsiapa bertawakal kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS At Talaq: 3)

6. Doa Penarik Pembeli Versi Keenam

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِي العظيم . (رواه الترميذي)

Arab latin: Bismillaahi tawakkaltu ‘alallaahi laa haula walaa quwwata illaa billaahilaliyyil`azhiim.

Artinya: “Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan izin Allah.” (HR Tirmidzi)

Itulah beberapa doa penarik pembeli yang bisa diamalkan muslim. Semoga bermanfaat.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Orang Baik di Dunia Adalah Orang Baik di Akhirat, Ini Haditsnya


Jakarta

Orang yang baik di dunia adalah orang yang baik di akhirat. Keterangan ini mengacu pada sabda Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.

Hadits ini diriwayatkan dari Qabishah ibnu Burmah Al Asadi, ia berkata,

كُنتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: أَهْلُ الْمَعْرُونِ في الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الْآخِرَةِ، وَأَهْلُ الْمُنْكَرِ فِي الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمُنْكَرِ فِي الْآخِرَةِ


Artinya: “Saya pernah berada di samping Nabi SAW, lalu saya mendengarkannya bersabda, ‘Orang yang baik di dunia adalah orang yang baik di akhirat, dan orang yang keji di dunia adalah orang yang keji di akhirat’.” (Shahih Lighairihi dalam kitab Ar-Ruadhun-Nadhir)

Menurut penjelasan dalam kitab Shahih Adabul Mufrad karya Imam Bukhari yang ditakhrij Syaikh Al-Albani dan diterjemahkan Abu Ahsan, maksud hadits tersebut adalah pelaku kebaikan mendapat kebaikan dari Allah SWT dan pelaku kemungkaran akan ditimpa kemungkaran yakni siksa di akhirat.

Pentakhrij kitab mengatakan seolah-olah hadits tersebut merupakan tafsir firman Allah SWT dalam surah Az Zalzalah ayat 8,

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ٨

Artinya: “Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya.”

Hadits serupa turut diriwayatkan dari Mu’tamir, ia berkata,

ذَكَرْتُ لِأَبِي حَدِيثَ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ سَلْمَانَ، أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ أَهْلَ الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الْآخِرَةِ، فَقَالَ: إِنِّي سَمِعْتُهُ مِنْ أَبِي عُثْمَانَ يُحَدِّثُهُ، عَنْ سَلْمَانَ، فَعَرَفْتُ أَنَّ ذَاكَ كَذَاكَ فَمَا حَدَّثْتُ بِهِ أَحَدًا قَطُّ حَدَّثَنَا مُوسَى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ

Artinya: “Saya menyebutkan kepada bapak saya hadits Abu Utsman dari Salman, bahwasanya dia berkata, ‘Sesungguhnya pelaku kebaikan di dunia mereka adalah pelaku kebaikan di akhirat’.” Lalu Mu’tamir berkata, “Sesungguhnya saya mendengarkan hadits tersebut dari Abu Utsman, yang meriwayatkan dari hadits Salman, maka saya tahu bahwa kebaikan itu seperti itu dan aku sama sekali tidak pernah mengatakan hadits itu pada orang lain.” (Menurut riwayat dari Abu Utsman, Rasulullah SAW bersabda seperti itu)

Hadits tersebut derajatnya shahih, diriwayatkan dengan periwayatan yang mauquf dan merupakan hadits shahih lighairihi yang diriwayatkan dengan periwayatan yang marfu’. Keterangan ini terdapat dalam kitab Ar-Radhun-Nadhiru.

Setiap Kebaikan Adalah Sedekah

Masih dalam kitab Shahih Bukhari, ada sejumlah hadits yang menyatakan setiap kebaikan adalah sedekah. Hadits ini diriwayatkan dari Jabir ibnu Abdullah dari Nabi SAW yang bersabda, “Setiap kebaikan adalah sedekah.”

Sedekah bisa dilakukan dengan berbagai cara, tak semata melalui harta. Abu Musa berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wajib (atas) setiap orang muslim untuk bersedekah.”

Para sahabat berkata, “Bagaimana jika dia tidak mendapatkan (sesuatu untuk disedekahkan)?”

Nabi SAW menjawab, “Hendaknya dia bekerja dengan kedua tangannya, sehingga memberikan kemanfaatan bagi dirinya lalu bersedekah.”

Para sahabat bertanya, “Jika dia tidak mampu (bekerja) atau tidak dapat melakukannya?”

Nabi SAW menjawab, “Hendaknya dia menolong orang yang sangat membutuhkan bantuan.”

Sahabat bertanya, “Jika dia tidak mampu untuk melakukannya?”

Nabi SAW menjawab, “Hendaknya dia memerintahkan kebaikan atau memerintahkan yang ma’ruf.”

Sahabat bertanya, “Jika dia tidak mampu untuk melakukannya?”

Nabi SAW menjawab, “Hendaknya dia menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan, maka sesungguhnya hal itu adalah sedekah baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits tersebut shahih, sebagaimana dikeluarkan dalam kitab Ash-Shahihah. Bukhari mengeluarkan dalam kitab Al Adab bab Kullu Ma’rufin Sadaqah dan Muslim mengeluarkannya dalam kitab Az-Zakat bab Bayanu Anna ismas-Shadaqati yaqa’u ‘ala kulli nau’in minal-ma’ruf.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Sulaiman Memohon Kekayaan Melimpah Ruah


Jakarta

Kekayaan umumnya menjadi dambaan banyak orang. Dalam sejarah Islam, terdapat seorang nabi yang terkenal dengan kekayaannya, yaitu Nabi Sulaiman AS.

Kekayaan Nabi Sulaiman AS bukan sekadar warisan atau hasil kerja kerasnya. Ada sebuah doa khusus yang dipanjatkan Nabi Sulaiman AS kepada Allah SWT untuk memohon kekayaan.

Merangkum buku 7 Kode Rahasia Al-Fatihah karya Miftahur Rahman, Raja Sulaiman atau Nabi Sulaiman AS adalah salah satu manusia yang paling beruntung.


Nabi Sulaiman AS dimuliakan sebagai seorang nabi, diberikan keluasan ilmu, menguasai ilmu para penghuni langit dan bumi, memiliki kekayaan melimpah, dan diangkat sebagai raja bagi seluruh kaum bani Israil. Ia juga memiliki istana megah, kendaraan angin, dan bala tentara yang terdiri dari manusia, hewan, dan bahkan jin yang kasat mata.

Dikatakan, belum ada orang yang mampu menandingi kekayaan Nabi Sulaiman AS. Konon, dibutuhkan ratusan unta hanya untuk membawa kunci-kunci perbendaharaan kekayaannya. Kekayaan Nabi Sulaiman AS ini berawal dari doanya.

Doa Nabi Sulaiman Minta Kekayaan

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Arab Latin: Rabbighfir lii wahab lii mulkal laa yambaghii li-ahadim mim ba’dii innaka antal wahhaab.

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Doa yang dibaca Nabi Sulaiman AS memohon kekayaan tersebut tercantum dalam surah Sad ayat 35.

Waktu Nabi Sulaiman Memanjatkan Doa Kekayaan

Rasulullah SAW menyebutkan kapan Nabi Sulaiman AS berdoa dengan doa ini. Dalam buku Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an karya Syaikh Hamid Ahmad terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya Sulaiman ketika membangun Baitul Maqdis memohon kepada Tuhannya tiga perkara. Allah menganugerahkan dua perkara dan kita berharap semoga Allah memberikan perkara yang ketiga kepada kita. Sulaiman meminta hikmah, maka Allah pun memberikannya. Sulaiman meminta kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahnya, maka Allah pun mengabulkan doanya. Terakhir, Sulaiman meminta agar siapa pun yang keluar dari rumahnya dengan tujuan untuk shalat di masjid Baitul Maqdis ini, maka dia dibebaskan dari kesalahannya seperti hari dia dilahirkan ibunya. Kita berharap agar Allah telah mengaruniai permohonan yang ketiga ini kepada kita.”.

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Sulaiman AS dengan memberinya kerajaan yang luar biasa. Semoga siapa pun yang mengamalkan doa tersebut juga mendapatkan keistimewaan seperti Nabi Sulaiman AS.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kelahiran hingga Usia 8 Tahun


Jakarta

Rasulullah SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 570 Masehi di Kota Makkah. Simak di sini kisah masa kecil Nabi Muhammad SAW dari masa kelahirannya hingga peristiwa yang dialaminya pada masa itu.

Informasi mengenai kapan Nabi Muhammad lahir dapat disandarkan pada keterangan dari sejumlah hadits. Salah satunya dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,

وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ


Artinya: “Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah.”

Dikutip dari Ifsya Hamasah dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul, Nabi Muhammad SAW dilahirkan oleh seorang ibu mulia bernama Aminah.

Di kemudian hari, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah sebagai panutan bagi seluruh umat manusia di dunia. Allah SWT mengutusnya sebagai penutup para nabi dan rasul. Setelahnya, tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT.

Kisah Masa Kecil Nabi Muhammad SAW: Saat Kelahiran

Kelahiran Nabi Muhammad SAW disertai dengan peristiwa luar biasa. Pada saat itu, Abrahah dan pasukannya bermaksud menyerang Ka’bah, namun usaha mereka digagalkan oleh Allah SWT dengan hujan batu dari neraka yang dibawa oleh burung-burung ababil.

Sebab peristiwa itulah, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai tahun gajah.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah, meninggal sebelum kelahirannya. Setelah lahir, Nabi Muhammad SAW kecil diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah, seperti yang biasa dilakukan oleh bangsa Arab pada waktu itu. Halimah mengasuh dan menyusui Nabi Muhammad SAW untuk sementara waktu.

“Agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, bahasa Arab Kaum Badwi sejati, bahasa yang belum rusak karena belum dipengaruhi bahasa asing. Dengan demikian, anak dapat bertutur kata dengan bahasa Arab yang baik dan dialek Arab yang asli serta fasih,” tulis Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.

Masa kecil Nabi Muhammad SAW dihabiskan di perkampungan Bani Sa’ad yang dikenal sebagai daerah yang kering dan gersang. Namun, setelah Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Halimah, keadaan perkampungan tersebut berubah menjadi subur. Kambing-kambing menghasilkan banyak susu, sehingga penduduk lain di perkampungan pun berkata, “Gembalakanlah kambing-kambing kalian di ladang milik Halimah As-Sa’diyah.”

Kisah Masa Kecil Nabi Muhammad SAW: Saat Dadanya Dibelah

Menurut Sirah Nabawiyah oleh Syaikh Shafiyur Rahman al-Mubarakpuri, saat itu, sebenarnya Nabi Muhammad SAW sudah seharusnya dipulangkan kembali ke keluarganya karena masa menyusuinya telah berakhir.

Namun, Halimah mengajukan permohonan kepada ibu Nabi Muhammad SAW, Aminah, agar dia diizinkan untuk terus merawat Nabi Muhammad SAW lebih lama.

Halimah merasa bahwa keluarganya mendapatkan berkah sejak Nabi Muhammad SAW tinggal bersama mereka, dan permohonannya disetujui oleh Aminah.

Suatu hari, peristiwa besar terjadi. Nabi Muhammad SAW kecil sedang bermain dan menggembala kambing dengan anak-anak Halimah di dekat rumahnya.

Tiba-tiba, dua orang laki-laki berpakaian putih mendekatinya dan membawa Nabi Muhammad SAW ke tempat yang agak jauh dari tempatnya menggembala. Saat itu, Nabi Muhammad SAW kecil ditinggalkan sendirian ketika anak-anak Halimah pulang untuk mengambil bekal makanan.

Ketika anak-anak Halimah kembali, mereka tidak menemukan Nabi Muhammad di mana-mana, namun melihat peristiwa besar saat para malaikat membersihkan hati Nabi Muhammad SAW. Mereka berlari ke rumah untuk memberitahu Halimah dan suaminya.

Mereka bergegas mencari Nabi Muhammad dan menemukannya duduk seorang diri di dekat sebuah rusun. Halimah bertanya mengapa Nabi Muhammad SAW berada di sana seorang diri, dan Nabi Muhammad menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya.

Dua orang laki-laki berpakaian putih tersebut ternyata adalah Malaikat Jibril yang membersihkan hati Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad SAW, mengeluarkan sesuatu dari hatinya, dan berkata bahwa itu adalah bagian setan dalam dirinya.

Hati Nabi Muhammad SAW kemudian dimasukkan ke dalam sebuah bejana emas yang diisi dengan air zamzam untuk dibersihkan, lalu para malaikat mengembalikannya ke tempatnya semula.

Peristiwa ini terjadi sekitar tiga kali dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan menjadi peristiwa pertama sebelum peristiwa Isra Mi’raj dan sebelum menerima perintah shalat 5 waktu. Bekas luka akibat jahitan dapat dilihat oleh Anas RA, yang menyaksikan kondisi dada Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan tulisan dalam buku Al-Qalb: Kajian Saintis dalam Al-Qur’an, peristiwa pembersihan hati Nabi Muhammad SAW mengandung makna kelapangan dada, yang memungkinkan kemampuan menerima, menemukan kebenaran, hikmah, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memaafkan kesalahan, seperti yang tercantum dalam surah Taha ayat 25 dan Az Zumar ayat 22.

Kisah Masa Kecil Nabi Muhammad SAW: Saat Ibu dan Kakek Wafat

Nabi Muhammad SAW saat berusia 5 tahun sudah kembali ke rumahnya. Ia mulai kembali hidup bersama ibunda dan kakeknya. Namun tak lama setelah itu tepatnya saat Rasulullah SAW berusia 6 tahun,

Nabi Muhammad SAW juga kehilangan sang ibu, Siti Aminah, yang meninggal dunia setelah mereka berdua ziarah ke makam Abdullah. Aminah dikabarkan jatuh sakit sebelumnya dan dikuburkan di sebuah desa bernama Abwaa’.

Alhasil, Nabi Muhammad SAW kembali ke Makkah bersama Ummu Aiman, sosok pelayan di keluarganya yang kemudian dianggap sebagai saudara sendiri oleh orang tua Nabi Muhammad SAW.

Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Abdul Muthalib, kakeknya. Sang kakek dikisahkan memiliki tempat spesial karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan masa kecil bersamanya.

Demikianlah, seorang Nabi Muhammad SAW yang masih berusia 6 tahun sudah harus menjadi seorang anak yatim piatu tanpa kedua orang tuanya. Hal ini membuat Nabi Muhammad dirawat sepenuhnya oleh Abdul Muthalib yang sangat menyayanginya.

Nabi Muhammad SAW kecil hidup bahagia dalam asuhan Abdul Muthalib dan Ummu Aiman. Namun, seakan kebahagian tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, beliau yang masih berusia 8 tahun itu kehilangan seseorang yang istimewa baginya, yakni sang kakek, Abdul Muthalib.

Pengasuhan Nabi Muhammad SAW kemudian diserahkan kepada pamannya yang bernama Abu Thalib. Disebutkan dalam sejumlah sirrah bahwa Abdul Muthalib mewasiatkan hal tersebut kepada Abu Thalib, mengingat Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara seibu.

Saat bersama pamannya inilah, seorang pemuka agama mengenali Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT dan membawa Islam pada seluruh masyarakat dunia.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Wafatnya Ibunda Rasulullah SAW pada Usia Nabi Berapa?


Jakarta

Sebelum diangkat menjadi seorang nabi, Rasulullah Muhammad SAW sudah mendapat banyak cobaan dari Allah SWT. Salah satunya adalah menjadi yatim piatu di usia enam tahun.

Ayah Nabi Muhammad SAW sudah lebih dahulu meninggal saat Rasulullah SAW masih di dalam kandungan. Dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa Abdullah bin Abdul Muthalib wafat saat Nabi SAW dalam kandungan baru dua bulan.

Abdullah bin Abdul Muthalib Wafat saat Nabi SAW Masih dalam Kandungan

Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari ayah yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibu yang bernama Aminah binti Wahab. Nabi Muhammad lahir dari keturunan pilihan di antara kabilah-kabilah Arab, yaitu keturunan Ismail bin Ibrahim AS.


“Ayahnya bernama Abdullah bin Abd al-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Keturunan Ismail bin Ibrahim AS.” Tulis H. Murodi dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII.

Menjelang usianya yang ke-24, Abdullah menikahi seorang perempuan bernama Aminah bin Wahab. Keduanya dikaruniai seorang anak, yaitu Muhammad SAW. Namun, Abdullah belum pernah bertemu dengan anaknya itu lantaran ia sudah wafat terlebih dahulu.

Abdullah meninggal dunia di Madinah dalam usia 25 tahun, di kediaman pamannya dari Bani Najjar.

Saat itu Abdullah sedang pergi ke Madinah untuk membeli kurma dan dijualnya kembali ketika di kotanya. Namun, sesampainya di Madinah ia jatuh sakit, lalu meninggal dunia.

Di saat yang sama, istrinya ia tinggal di rumah dan masih mengandung anaknya, Muhammad. Artinya, Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang yatim bahkan sebelum beliau lahir ke dunia.

Wafatnya Ibunda Rasulullah SAW pada Usia Nabi yang ke Berapa?

“Ibu Nabi SAW, Aminah binti Wahab dari Bani An-Najjar, meninggal dunia saat beliau berusia enam tahun. Ada yang mengatakan empat tahun.” Jelas buku Syarah Safinatun Naja: Ringkasan Akidah, Sirah Nabawiyah, Ibadah dalam Madzhab Asy-Syafi’i oleh Amjad Rasyid.

Dalam sumber sebelumnya disebutkan, Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal, tahun Gajah, atau bertepatan pada 20 April 571 M. Setelah lahir, beliau diasuh oleh ibunya sendiri.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga disusui oleh Tsuwaibah Aslamian, mantan budak Abu Lahab. Selanjutnya Muhammad juga disusui oleh Halimah Sa’diyah binti Abu Dzu’aib di perkampungan Bani Sa’ad.

Cobaan kembali menimpa Nabi Muhammad SAW ketika usianya menginjak enam tahun.

Suatu saat, Aminah binti Wahab melakukan perjalanan dari Madinah ke Makkah bersama anaknya, Muhammad. Di Madinah, ia mengunjungi paman-paman dan saudara-saudaranya dari pihak ayah, yaitu keturunan Bani Adi bin Najjar.

Namun, dalam perjalanan kembali ke Makkah tersebut, Aminah binti Wahab meninggal dunia di Abwa. Wafatnya Ibunda Rasulullah SAW pada Usia Nabi yang ke enam tahun.

Dalam buku Meneladani Akhlak Rasul dan Para Sahabat oleh A. Fatih Syuhud, Aminah binti Wahab meninggal dunia pada tahun 47 sebelum hijriah atau bertepatan dengan tahun 577 masehi.

Setelah ditinggal orang tua untuk selamanya, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib hingga usia menginjak delapan tahun.

Abdul Muthalib meninggal dunia di usia Nabi SAW yang kedelapan tahun. Selanjutnya Muhammad dirawat oleh pamannya, Abu Thalib hingga tumbuh dewasa.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com