Tag Archives: abdurrahman

5 Doa agar Terhindar dari Godaan Setan, Yuk Amalkan!


Jakarta

Doa pengusir setan dan jin diamalkan agar muslim terhindar dari maksiat. Sebagaimana diketahui, setan ditugaskan untuk menyesatkan dan menggoda manusia.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nas ayat 1-6,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)


Artinya: (1) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, (2) raja manusia, (3) sembahan manusia (4) dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi (5) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, (6) dari (golongan) jin dan manusia.”

Berikut sejumlah doa yang bisa diamalkan untuk mengusir jin dan setan seperti dikutip dari berbagai sumber.

5 Doa agar Terhindar dari Godaan Setan

1. Doa agar Terhindar dari Godaan Setan Versi Pertama

Doa untuk mengusir setan dan jin yang pertama ini dapat diamalkan ketika muslim hendak masuk ke kamar mandi. Menurut buku Sukses Dunia-Akhirat dengan Doa-doa Harian yang ditulis Mahmud Asy-Syafrowi, setan gemar bersemayam di kamar mandi. Sebab, tempat tersebut kotor, serta sepi dari dzikrullah.

Doa pengusir setan dan jin ini bersumber dari hadits. Dari Zaid bin Arqam RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, tempat buang kotoran ini dihadiri (ditempati oleh setan). Maka, jika salah seorang dari kalian mendatanginya, maka hendaklah ia mengucapkan:

أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

Arab latin: A’udzubillahi minal khubutsi wal khobaits

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari (gangguan/kejahatan) setan-setan laki-laki dan setan-setan perempuan.” (HR Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan lainnya)

Selain itu disebutkan pula dalam riwayat Anas RA doa di atas yang diawali dengan basmalah, berikut bunyinya:

بِسْمِ اللّٰهِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

Arab latin: Bismillahi allahumma inni a’udzubika minal khubutsi wal khobaits

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Aku berlindung kepada Allah dari (gangguan/kejahatan) setan-setan laki-laki dan setan-setan perempuan.” (HR Ma’mari dengan sanad yang shahih atas syarat Muslim)

2. Doa agar Terhindar dari Godaan Setan Versi Kedua

Disebutkan pula dalam buku berjudul Panduan Lengkap Doa untuk Muslimah karya Fathuri Ahza Mumtaza, ada doa mengusir setan beserta sekutunya. Berikut bunyinya,

اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَشَرِالشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ.

Arab latin: Allaahumma faathiras samawaati wal ardhi, ‘aalimal ghaibi was syahaadah, rabba kulli syai’in wa maliikah, asyhadu an laa ilaaha illaa anta. A’uudzu bika min syarri nafsii wa syarris syathaani wa syirkih.

Artinya: “Tuhanku, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui hal yang gaib dan nyata, Tuhan dan penguasa segala sesuatu. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsuku, kejahatan setan, dan sekutunya.” (HR Abu Dawud dan At-Timidzi)

3. Doa agar Terhindar dari Godaan Setan Versi Ketiga

Menukil dari buku Keutamaan Doa & Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera yang ditulis M. Khalilurrahman Al Mahfani terdapat doa mengusir setan versi lainnya yang digunakan untuk mengusir setan.

أعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللّٰهِ الثَّامَاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ، وَذَرَا وَبَرَا وَمِن شَرِّ مَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا، وَمِن شَرِّ مَا ذَرَأَ فِى الْأَرْضِ ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ أِلَّا طَارِ قًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَارَ حْمٰنُ . رواه أحمد عن عبد الرحمن بن عنبى

Arab latin: A’uudzu bi kalimaatil laahit taammaatillatii laa yujaawizuhunna barruw wa laa faajirum min syarri maa khalaq, wa dzara-a wa bara-a wa min syarri maa yunazzilu minas samaa-i wa min syarri maa ya’ruju fiihaa, wa min syarri maa dzara-a fil ardh, wa min syarri ma yakhruju minhaa, wa min syarri fitanil laili wan nahaar, wa min syarri fattanilaili wannahaar wa min syarri kulli thaariqin illaa thaariqan yathruqu bi khairin yaa rahmaan.

Atinya: “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna, yang tidak ada kebajikan dan kejahatan yang dapat melampauinya dari kejahatan mahluk-Nya, dari kejahatan yang turun dari langit, dari kejahatan sesuatu yang naik di dalamnya, dari kejahatan sesuatu yang diciptakan di muka bumi, dari kejahatan yang keluar dari padanya, dari kejahatan fitnah pada waktu malam dan pada waktu siang, dan dari kejahatan setiap jalan, kecuali jalan menuju kepada kebaikan, ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.” (HR Ahmad dari Abdurrahman)

4. Doa agar Terhindar dari Godaan Setan Versi Keempat

Selain doa-doa di atas, terdapat doa mengusir setan lain yang dikutip dari buku Doa Ajaran Ilahi susunan Anis Masykhur dan Jejen Musfah. Doa ini termaktub dalam surah Al-Mu’minun ayat 97-98,

رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيْطِيْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونَ

Arab latin: Wa qur rabbi a’ụżu bika min hamazātisy-syayāṭīn. Wa a’ụżu bika rabbi ay yaḥḍurụn

Artinya: “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”

5. Doa agar Terhindar dari Godaan Setan Versi Kelima

Gus Arifin dalam bukunya yang berjudul Ketika Lautan Menjadi Tinta menuliskan doa mengusir setan yang bisa diambil dari surah Al Baqarah ayat 285-286. Ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Siapa saja membaca dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah niscaya Allah melindunginya dari segala gangguan.” (HR Bukhari)

Berikut bacaan surah Al Baqarah ayat 285-286 yang bisa diamalkan muslim,

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Arab latin: Āmanar-rasūlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu’minūn(a), kullun āmana billāhi wa malā’ikatihī wa kutubihī wa rusulih(ī), lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih(ī), wa qālū sami’nā wa aṭa’nā, gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr(u).

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Arab latin: Lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu’ākhiżnā in nasīnā au akhṭa’nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣran kamā ḥamaltahū ‘alal-lażīna min qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih(ī), wa’fu ‘annā, wagfir lanā, warḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal qaumil-kāfirīn(a).

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah dan NU Lengkap Hukum Membacanya


Jakarta

Doa Iftitah adalah salah satu bagian penting dalam sholat yang dibaca setelah takbiratul ihram. Baik Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) memiliki versi bacaan doa iftitah yang sedikit berbeda tapi tetap memiliki esensi yang sama, yaitu memuji kebesaran Allah SWT.

Untuk mengetahui perbedaan dan makna mendalam dari doa iftitah Muhammadiyah dan NU, simak penjelasan lengkap di bawah ini. Simak juga informasi tentang hukum membaca doa ini dalam sholat.

Pengertian Doa Iftitah

Bacaan doa iftitah sering kali dipertanyakan oleh jamaah karena perbedaan antara versi Muhammadiyah dan NU. Namun demikian, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia ini memiliki pandangan yang sama mengenai keutamaannya.


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bacaan doa iftitah Muhammadiyah dan NU, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu definisi dari doa iftitah itu sendiri.

Dikutip dari buku Ragam doa iftitah tulisan Muhammad Saiyid Mahadhir, doa iftitah adalah dzikir pembuka dalam sholat yang dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum ta’awwudz serta surah Al-Fatihah. Doa ini juga dikenal sebagai doa Istiftah atau doa tsana’. Doa ini dapat dibaca baik saat sholat sendirian maupun berjamaah, serta berlaku bagi imam maupun makmum.

Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah Lengkap dengan Teks Arab, Latin, dan Artinya

Berikut adalah bacaan doa iftitah Muhammadiyah yang dilansir dari situs Suara Muhammadiyah.

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ

Latinnya: Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.

Artinya: “Wahai Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana bersihnya baju putih dari kotoran, ya Allah basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan air dingin.”

Bacaan Doa Iftitah NU Lengkap dengan Teks Arab, Latin, dan Artinya

Bacaan doa iftitah NU sedikit berbeda dengan doa iftitah Muhammadiyah. Berikut adalah bacaan doa iftitah NU yang dilansir dari situs NU Online.

اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Latinnya: Allahu akbar kabiraw walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin

Artinya: “Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.”

Bacaan Doa Iftitah Versi Lain

Setelah membahas perbedaan bacaan doa iftitah Muhammadiyah dan NU, penting untuk kita ketahui bahwa doa iftitah memiliki beberapa variasi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Berikut beberapa bacaan doa iftitah versi lain yang bisa diamalkan yang dikutip dari buku Ragam Doa Iftitah yang disusun oleh Saiyid Mahadir, Lc., MA.

1. Doa Iftitah Versi Riwayat Aisyah RA

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Latinnya: Subhanakalla humma wabihamdika watabarokasmuka wata’ala jadduka wala ilaha ghoiruka.

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.”

2. Doa Iftitah Versi Riwayat Abu Said Al-Khudri

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

Latinnya: Subhanakalla humma wabihamdika watabarokasmuka wata’ala jadduka wala ilaha ghoiruka. Allahu Akbaru kabiro. A’udzubillahis sami’il alimi minas syaithonir rojim min hamzihi wanafkhihi wanaftsihi.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah swt dari syaitan yang terkutuk, dari gurisannya, dari tiupannya dan dari hembusannya. “

3. Doa Iftitah Versi Riwayat Jabir RA

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Latinnya: Subhanakalla humma wabihamdika watabarokasmuka wata’ala jadduka wala ilaha ghoiruka. Wajjahtu wajhiya lilladzi fatoros samawatiwal ardh, hanifan wama ana minal musyrikin, inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil ‘alamin.

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Aku hadapkan wajahku kepada Allah Yang menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri dan aku bukan bagian dari orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. Dan aku termasuk bagian dari orang-orang muslim.”

4. Doa Iftitah Versi Riwayat Anas RA

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

Latinnya: Alhamdulillahi hamdan katsiron mubarokan fihi.

Artinya: “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.”

5. Doa Iftitah Versi Riwayat Ibnu Umar RA

الله أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَ سُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Latinnya: Allahu akbaru kabiro, walhamdulillahi katsiro wasubhanallahi bukrotan wa ashila

Artinya: “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.”

6. Doa Iftitah Versi Riwayat Abu Hurairah RA

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَجِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Latinnya: Allahumma ba’id baini wabaina khothoyaya kama ba’adta bainal masyriqi walmaghrib. Allahumma naqqini minal khotoya kama yunaqqos tsaubul abyadhu minad danas. Allahummaghsil khothoyaya bilma’i was tsalji walbarodi.

Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan- kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari semua kesalahan sebagaimana Engkau mensucikan pakaian dari kotoran. Ya Allah, mandikanlah aku dengan air, salju dan embun.”

7. Doa Iftitah Versi Riwayat Ibnu Abbas RA

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Latinnya: Allahumma lakal hamdu, anta nurus samawati wal ardh, walakal hamdu, anta qayyamus samawati wal ardh waman fihin, antal haq, waqaulukal haq, wawa’dukal haq, waliqa’ukal haq, waljannatul haq, wannaru haq, wassa’atu haq, allahumma laka aslamtu, wabika amantu, wailaika hakamtu, faghfirli ma qaddamtu wama akhkhartu wama asrartu wama a’lantu, antalladzi la ilaha illa anta.

Artinya: “Ya Allah, hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah pemberi cahaya langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau- lah pemelihara langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau-lah yang terus menerus mengurusi langit-langit dan bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya. Engkau adalah al- Haq (Dzat yang pasti wujudnya), janji-Mu benar, ucapan-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, dan hari kebangkitan itu benar (akan terjadi). Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku kembali, dan demi-Mu aku berdebat (terhadap para pengingkarmu), hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosa yang telah kuperbuat dan yang belakangan kuperbuat, ampunilah apa yang aku rahasiakan dan apa yang kutampakkan. Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan selain Engkau.”

8. Doa Iftitah Versi Riwayat Abu Salamah bin Abdurrahman RA

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَئِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Latinnya: Allahumma rabba jibril wamika’il waisrafil, fathiris samawati wal ardh, ‘alimil ghaibi wasy syahadah, anta tahkumu baina ‘ibadika fima kanu fihi yakhtalifun, ihdini limakhtulifa fini minal haq bi idznika wainnaka latahdi ila shiratim mustaqim Ya Allah, wahai Rabb Jibril, Mikail dan Israfil!

Artinya: “Wahai Yang memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya! Wahai Dzat Yang mengetahui yang gaib dan yang tampak! Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka berselisih di dalamnya. Tunjukilah aku mana yang benar dari apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan hidayah kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”

9. Doa Iftitah Versi Riwayat Ali bin Abi Thalib RA

وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيْعًا لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرِ كُلُّهُ بِيَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ اسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

“Wajjahtu wajhiya lilladzi fatoros samawati wal ardh, hanifan wama ana minal musyrikin, inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin, la syarikalahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimin. Allahumma antal malik, la ilaha illa anta robbi wa ana ‘abduka, zholamtu nafzi wa’taroftu bidzanbi, faghfirli dzunubi jami’a, la yaghfiruz dzunuba illa anta, wahdini liahsanil akhlaq la yahdi li ahsaniha illa anta, washrif ‘anni sayyi’aha la yashrifu ‘anni sayyi’aha illa anta, labbaika wa sa’daika, wal khoiru kulluhu biyadaika, was syarru laisa ilaika, ana bika wa ilaika, tabarokta wa ta’alaita, astaghfiruka wa atubu ilaika”.

Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri sedangkan aku bukan bagian dari orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. Dan aku termasuk bagian dari orang-orang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkanlah aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu. Aku berlindung, bersandar kepada- Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Hukum Membaca Doa Iftitah

Hukum membaca doa iftitah dinilai oleh mayoritas ulama sebagai sunnah. Ini berlaku baik untuk sholat wajib maupun sunnah, serta dapat dibaca oleh imam atau makmum, laki-laki maupun perempuan. Doa iftitah juga bisa dibaca dalam kondisi sholat berdiri, duduk, atau berbaring.

Jika seseorang tidak sengaja meninggalkannya, sholat tetap sah tanpa harus diganti dengan sujud sahwi. Jika langsung membaca Al-Fatihah setelah takbiratul ihram tanpa membaca doa iftitah, sholat tetap sah, dan tidak perlu diulang.

Gerakan Saat Membaca Doa Iftitah

Cara membaca doa iftitah saat sholat dapat dibaca ketika awal permulaan sholat. Untuk uraian yang lebih jelas dan detail, kami akan menjelaskan ulang bagian awal dari tata cara sholat yang dikutip dari buku Risalah Tuntunan Sholat Lengkap karya H. Sayuti.

  1. Berdiri tegak menghadap kiblat
  2. Mengangkat kedua tangan, sambil mengucapkan takbir
  3. Membaca doa iftitah
  4. Dilanjutkan membaca surah Al-Fatihah dan lanjutkan rukun sholat seperti biasanya

Demikianlah penjelasan mengenai bacaan doa iftitah Muhammadiyah, NU, dan beberapa versi lainnya. Semoga bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Allahumma Thowwil Umuurona dan Amalan agar Panjang Umur


Jakarta

Allahumma thowwil umuurona adalah bacaan doa minta panjang umur. Di bawah ini akan kita ulas doa allahumma thowwil umuurona versi pendek dan versi panjang.

Simak juga hakikat tentang panjang umur, serta amalan-amalan yang dapat memperpanjang umur, lengkap dengan hadits-haditsnya.

Bacaan Doa Allahumma Thowwil Umuurona

Berikut ini bacaan doa allahumma thowwil umuurona versi pendek dan panjang:


Doa Allahumma Thowwil Umuurona Versi Pendek

Dikutip dari buku Hafalan Doa Pendek Sehari-hari oleh Ibnu Muslih Djuremi, bacaan doa allahumma thowwil umuurona versi pendek adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ طَوِّلُ عُمُوْرَنَا فِي طَاعَتِكَ وَطَاعَةِ رَسُولِكَ وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

Arab latin: Allahumma thowwil ‘umuurona fii thaa’atika wa thaa’ati rasuulika waj’alnaa min ‘ibaadikash shaalihiin.

Artinya: “Ya Allah, panjangkanlah umur kami dalam menaati-Mu dan menaati rasul-Mu, serta jadikanlah kami dari golongan hamba-hamba-Mu yang salih.”

Doa Allahumma Thowwil Umuurona Versi Panjang

Bacaan doa allahumma thowwil umuurona versi panjang adalah sebagai berikut:

اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ

Arab latin: “Allahumma thowwil umuurona, wa shohhih ajsaadana, wa nawwir quluubana, wa sabbit imanana wa ahsin a’malana, wa wassi’ arzaqona, wa ilal khoiri qorribna wa ‘anisy-syarri abidna, waqdhi khawaa-ijana fiddiini waddunyaa wal aakhirati innaka ‘alaa kulli syai-in qodiir.”

Artinya: “Ya Allah, panjangkan umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkan iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkan kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam agama, dunia, dan akhirat. sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Hakikat Panjang Umur Sesuai Hadits Rasulullah

Pada dasarnya umur seseorang adalah rahasia Allah SWT. Tidak ada yang mengetahui berapa panjang usia seseorang kecuali Allah. Lantas bagaimana pandangan Rasulullah SAW mengenai panjangnya umur seseorang?

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah tentang usia seseorang yang dilansir dari situs Masjid Istiqlal:

Manusia Punya Batas Umur

Dalam surat Al-A’raf, Allah berfirman bahwa setiap manusia memiliki batasan umur.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS Al-A’raf: 34).

Dengan demikian, jika ajal manusia telah tiba, maka manusia akan mati walaupun ia berusaha menundanya. Begitu pula sebaliknya, jika ajalnya belum tiba, manusia tidak akan mati meski berusaha mempercepat kematiannya.

Umur Bisa Diperpanjang Atas Kehendak Allah

Dalam haditsnya, Rasulullah sempat menjelaskan mengenai penambahan umur. Beliau bersabda:

لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ، إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ، وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا

Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya. Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.” (HR Al-Bukhari).

Salah satu amalan yang bisa memperpanjang umur adalah berbuat baik kepada orang tua dan menjalin silaturahmi.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambug silaturrahim (kekerabatan).” (HR Ahmad).

Dalam buku Bagaimana Panjang Umur Penuh Berkah? oleh Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim disebutkan ada tiga kemungkinan maksud dari panjang umur tersebut, yakni:

  • Panjang umur dalam arti sebenarnya.
  • Umur yang berkah, sehingga seperti melakukan amalan bertahun-tahun.
  • Sebutan yang baik setelah meninggal.

Larangan Berdoa Minta Kematian

Rasulullah SAW juga melarang kita memohon kematian. Sebab bisa jadi kebaikannya bisa bertambah saat masih hidup.

لا يَتَمَنَّى أحدكم الموت، إما محسن فلعله يزداد، وإما مسيء فلعله يَسْتَعْتِبُ

Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian. Jika dia orang yang berbuat baik, maka bisa jadi kebaikannya akan semakin bertambah, dan jika dia orang yang berbuat buruk, maka boleh jadi dia akan memohon ampunan.” (HR Al-Bukhari).

Umur Panjang yang Percuma

Sering kita dengar seseorang berdoa agar panjang umur, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Namun pada dasarnya umur yang panjang akan menjadi percuma jika tidak melakukan amal baik.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Artinya: Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Dia bertanya lagi, Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR Ahmad).

3 Amalan Agar Panjang Umur

Dalam situs Kemenag Sulsel, dijelaskan ada tiga amalan yang bisa memperpanjang umur seseorang.

1. Sedekah

Amalan pertama adalah bersedekah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya sedekah orang muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su’ul khatimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga diri darinya.” (HR Thabrani).

2. Silaturahmi

Yang kedua adalah bersilaturahmi. Silaturahmi juga memiliki keutamaan memperluas rezeki. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya:

“Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya dia bersilaturahmi.” (HR Bukhari).

3. Berbakti Kepada Orang Tua

Amalan selanjutnya adalah berbakti kepada orang tua. Hal ini sudah sepatutnya dilakukan anak, karena ridha orang tua adalah ridha Allah.

“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturahmi dengan sesama.” (HR Ahmad)

Itulah bacaan doa allahumma thowwil umuurona dan amalan-amalan agar panjang umur, lengkap dengan ayat dan haditsnya. Wallahu a’lam.

(bai/row)



Sumber : www.detik.com

Doa Mandi Besar setelah Haid Lengkap dengan Tata Cara dan Keutamaannya


Jakarta

Doa mandi besar setelah haid juga disebut sebagai niat mandi besar. Sebelum mandi besar, sudah sepantasnya muslim membaca doa tersebut karena menjadi salah satu rukun yang perlu ditunaikan.

Menukil dari buku Fikih oleh Udin Wahyudin, rukun mandi wajib ada dua yaitu membaca doa atau niat mandi wajib sebelum menghilangkan hadats. Kedua, mengalirkan air ke seluruh badan.

Sementara itu, haid merupakan kondisi biologis yang dialami setiap wanita. Diterangkan oleh Sayyid Abdurrahman bin Abdul Qadir Assegaf dalam Kitab Haid, Nifas, dan Istihadhah terjemahan Ahmad Atabik dan Abdul Majid bahwa haid menjadi penanda organ reproduksi wanita sehat.


Wanita muslim dalam kondisi haid tidak diperbolehkan melakukan beberapa ibadah seperti salat, puasa dan membaca Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 222,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran,” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

Bacaan Doa Mandi Besar setelah Haid

Berikut bacaan doa mandi besar atau niat mandi besar setelah haid seperti dikutip dari buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari oleh Muh Hambali.

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْحَيْضِ ِللهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitul ghusla lifraf il hadatsil akbari minal haidil lillahi ta’ala

Artinya: “Saya berniat mandi wajib untuk mensucikan hadats besar dari haid karena Allah Ta’ala.”

Tahapan Mandi Besar setelah Haid

Berikut beberapa tata cara mandi besar yang disebutkan dalam buku Fiqh Ibadah karya Zaenal Abidin,

  1. Berwudhu
  2. Membaca doa mandi besar setelah haid
  3. Basuh air dari ujung kepala sampai kaki sebanyak tiga kali
  4. Mengguyur anggota tubuh bagian kanan tiga kali, lalu bagian kiri sebanyak tiga kali
  5. Menggosok seluruh anggota tubuh
  6. Menyela bagian dalam rambut
  7. Bagi perempuan berambut panjang tidak wajib membuka ikatan rambutnya, tetapi wajib membasahi akar rambut dengan air
  8. Bersihkan kotoran yang menempel di sekitar daerah-daerah lipatan tubuh
  9. Lanjutkan mandi seperti biasa dan bilas sampai bersih
  10. Jika hendak melaksanakan salat setelah mandi besar, maka harus berwudhu kembali

Doa setelah Mandi Besar yang Bisa Diamalkan

Selain doa mandi besar setelah haid yang dibaca sebagai niat, ada juga bacaan yang dapat diamalkan setelah selesai mandi. Bacaan ini dinukil dari buku Praktik Mandi Janabah Rasulullah Menurut Empat Madzhab susunan Isnan Ansory.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ

Arab latin: Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu, allahumma-jalni minattawwabina, waj-alni minal-mutathahirrina

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku pula termasuk orang-orang yang selalu mensucikan diri.”

Keutamaan Mandi Besar

Melalui hadits Rasulullah SAW kepada Fatimah binti Abu Hubaish disebutkan tentang keutamaan mandi besar yaitu sebagai syarat mengerjakan salat dan tawaf. Beliau bersabda,

“Apabila masa haidmu datang maka tinggalkanlah salat dan jika telah suci maka mandi dan salatlah.” (HR Bukhari)

Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid

Meski tidak diperbolehkan melakukan ibadah seperti puasa, salat, dan membaca Al-Qur’an, ada beberapa amalan yang bisa dikerjakan muslim sewaktu haid. Apa saja? Berikut bahasannya yang dinukil dari Buku Lengkap Fiqh Wanita oleh Abddul Syukur al-Azizi.

  1. Sedekah
  2. Istighfar
  3. Mempelajari ilmu agama
  4. Membaca Al-Qur’an melalui ponsel atau tablet. Ini diperbolehkan selama tidak menyentuh mushaf

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kegunaan Daun Bidara yang Disebutkan dalam Hadits


Jakarta

Daun bidara merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki berbagai manfaat dan Rasulullah SAW pun telah banyak mengajurkan menggunakan daun ini untuk berbagai keperluan.

Dalam buku Tanaman Ajaib dalam Al-Qur’an dan Hadits yang ditulis oleh Wahyu Annisha dijelaskan bahwa bidara memiliki nama latin “ziziphus mauritiana”. Masyarakat Arab menyebutnya arz, syajarat ar-rabb, arz al-lubnan, atau sidr.

Daun bidara memiliki bentuk bulat dan kecil. Daun yang masih muda dapat dijadikan sayuran, daun yang tua digunakan untuk ternak. Bila daunnya ditumbuk dengan air, maka akan berbusa seperti sabun.


Daun ini juga dapat digunakan untuk memandikan orang demam. Di beberapa daerah, masyarakat memandikan jenazah dengan daun bidara.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Waqiah ayat 27-34, disebutkan bahwa pohon bidara adalah salah satu bentuk kenikmatan di surga yang Allah SWT berikan untuk orang-orang yang berbuat baik. Allah SWT berfirman:

وَاَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْ وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

Artinya: “Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun, naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, buah-buahan yang banyak yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.”

Dalam buku Hadits-hadits Tarbiyah yang ditulis oleh Wafi Marzuqi Ammar, Ibnu Dihyah berkata:

“Allah SWT memilih pohon bidara dibanding pohon lainnya karena memiliki tiga sifat. Pertama: ‘Dzillun mamdud’, yakni naungan yang terbentang luas. Kedua: ‘Tha’amun ladzidz’, yakni makanan yang lezat. Dan ketiga: ‘Ra’ihah zakiyyah’, yakni mempunyai aroma yang sangat harum.”

Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk menggunakan daun bidara dalam berbagai keperluan, karena daun ini memiliki manfaat yang baik. Sebagaimana dalam beberapa hadits tentang daun bidara dan kegunaannya berikut ini.

Hadits tentang Daun Bidara dan Kegunaannya

Berikut adalah beberapa hadits tentang daun bidara dan kegunaannya yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yang dirangkum dalam berbagai sumber.

1. Daun Bidara untuk Memandikan Jenazah

Dikutip dari Syarah Bulughul Maram 3 karya Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, hadits tentang daun bidara ini dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ada seseorang yang mati akibat jatuh dari untanya,

“Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dia dengan kedua bajunya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Dalam riwayat lain, dari Ummu Athiyyah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW masuk saat kami memandikan jenazah putrinya. Beliau SAW bersabda, ‘Siramlah tiga kali, atau lima kali, atau lebih banyak dari itu jika kalian pandang baik, dengan air bidara. Letakkan kamper pada siraman terakhir atau sedikit kamper.’ Ketika kami selesai (memandikannya), kami memberitahu beliau SAW. Lalu beliau memberikan sarungnya/pakaian penutup antara pusar hingga kaki dan bersabda, ‘Jadikanlah sarung ini sebagai bajunya.’ (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Rasulullah SAW memerintahkan untuk memandikan jenazah tersebut menggunakan daun bidara, dengan cara menumbuk daun bidara dan mencampurkannya dengan air. Busa dari daun bidara digunakan untuk membersihkan si jenazah, sedangkan endapannya digunakan untuk membersihkan tubuhnya.

Daun bidara ini sangat baik digunakan karena dapat membersihkan dan membuat jasad si jenazah menjadi keras, sehingga tidak mudah rusak.

2. Daun Bidara untuk Menyisir Rambut Wanita dalam Masa Iddah

Hadits tentang daun bidara ini dari Ummu Salamah, yang dikutip dari Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, beliau berkata

“Aku meletakkan ramuan pohon-pohon yang pahit di kedua mataku setelah Abu Salamah wafat. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya itu membuat wajah nampak lebih muda, maka janganlah kamu menggunakannya kecuali di malam hari, dan lepaskanlah ia di siang hari, jangan menyisir dengan minyak wangi, dan jangan pula dengan inai, karena ia termasuk kutek.’ Aku berkata, ‘Dengan apa aku menyisir?’ Beliau menjawab, ‘Dengan daun bidara.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

3. Daun Bidara untuk Menyucikan Diri Wanita Haid

Mengutip buku Fiqih Sunnah 1 Sayyid Sabiq, hadits dari Aisyah RA, bahwasanya Asma’ binti Yazid pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara mandi wanita haid. Beliau menjawab,

“Ambillah air dan daun bidan lalu wudhulah dengan sebaik-baiknya. Kemudian siramkan air di atas kepala dan gosoklah dengan kuat sampai meresap ke akar-akar rambutnya. Setelah itu, tuangkan air sekali lagi di atasnya. Setelah itu, ambillah sepotong kapas yang sudah dibubuhi minyak wangi, lalu gosokkan pada bagian tempat keluarnya darah haid hingga suci dan wangi.”

Asma’ bertanya lagi. “Bagaimanakah cara menyucikannya?” Rasulullah SAW menjawab, “Maha Suci Allah! Bersucilah dengan kapas itu!” Aisyah berkata seakan-akan berbisik ke arah telinga Asma, “Gosokkanlah kapas yang telah kamu bubuhi dengan minyak wangi ke bagian keluarnya darah.” (HR. Bukhari)

4. Larangan Menebang Pohon Bidara

Hadits tentang daun bidara terakhir ini dikutip dalam buku Masuk Surga karena Memungut Sampah yang ditulis oleh Bahagia, dari Sa’id bin Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari Abdullah bin Hubsyi ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menebang pohon bidara maka Allah akan membenamkan kepalanya dalam api neraka.” (HR. Abu Daud.)

Abu Daud menjelaskan secara ringkas bahwa makna hadits ini adalah, “Barang siapa menebang pohon bidara di padang bidara dengan sia-sia dan zalim, padahal itu adalah tempat untuk berteduh para musafir dan hewan-hewan ternak, maka Allah akan membenamkan kepalanya di neraka.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Arti Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa Fii Khoir


Jakarta

Pernikahan dalam Islam adalah ikatan yang sangat sakral, sebagaimana disebutkan dalam buku Panduan Lengkap Pernikahan Islami tulisan Abduh Al-Barraq, pernikahan adalah pernjanjian yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai “mitsaqan ghaliza” atau perjanjian yang kuat.

Hal ini ditegaskan dalam surah An-Nisa ayat 21, di mana Allah SWT berfirman,

وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا


Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya (kembali), padahal kamu telah menggauli satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka pun (istri-istrimu) telah membuat perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) denganmu?”

Ayat ini menunjukkan betapa seriusnya pernikahan dalam pandangan Islam, yang dipandang sebagai amanah besar yang tidak boleh dipermainkan.

Sunnah Rasulullah SAW dalam pernikahan termasuk membaca doa setelah akad nikah, sebagai ungkapan harapan keberkahan bagi pasangan yang baru menikah. Doa “barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir” adalah bentuk permohonan kepada Allah SWT agar pernikahan ini menjadi jalan menuju keberkahan.

Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa Fii Khoir Arab, Latin, dan Artinya

Untuk mempelai pengantin yang baru saja melangsungkan akad nikah, doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir sering kali disampaikan sebagai doa setelah akad nikah yang berbentuk doa keberkahan. Doa ini mengandung harapan agar pernikahan yang telah mereka ikrarkan membawa berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Berikut bacaan dari doa tersebut yang dikutip dari buku Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha:

بَارَكَ اللهُ لَكَ أَوْ بَارَكَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Latinnya: Baarakallaahu laka, atau baarakallaahu ‘alaika wa jama’a baina- kumaa fii khair.

Artinya: “Semoga keberkahan Allah untukmu, atau semoga keberkahan Allah untukmu dan semoga Dia mengumpulkan antara kalian berdua dalam ke- baikan.”

Doa ini didasarkan pada riwayat dari kitab Shahih Bukhari-Muslim, di mana Rasulullah SAW pernah mengucapkannya kepada sahabatnya yang baru menikah. Rasulullah SAW juga menganjurkan doa ini diucapkan kepada pengantin pria setelah akad nikah.

Diriwayatkan Anas RA menuturkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mendoakan Abdurrahman bin Auf RA ketika ia menikah dengan mengucapkan doa ini. Rasulullah SAW juga menyampaikan doa serupa kepada Jabir RA.

Doa-doa ini menunjukkan betapa pentingnya keberkahan dalam pernikahan, di mana Rasulullah SAW menganjurkan untuk memohon kebaikan bagi pasangan yang baru menikah. Imam Tirmidzi mengategorikan hadits ini sebagai hadits hasan dan sahih.

Waktu Sunnah Mengucapkan Barakallahu Laka

Karena doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir disebut dengan doa setelah akad nikah, waktu terbaik untuk mengucapkannya adalah saat menghadiri acara pernikahan atau ketika baru saja selesai prosesi akad.

Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai waktu-waktu sunnah mengucapkan doa ini, simak uraian di bawah ini.

1. Setelah Akad Nikah Selesai

Waktu sunnah pertama untuk mengucapkan doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir adalah segera setelah akad nikah selesai. Momen ini dianggap paling tepat karena doa tersebut menjadi bentuk ucapan selamat yang mengandung harapan kebaikan bagi kedua mempelai.

Saat akad nikah selesai, suasana khidmat dan sakral masih terasa, sehingga doa yang diucapkan akan lebih bermakna. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan seperti hadits sebelumnya bahwa beliau mengucapkan doa keberkahan ini untuk sahabat-sahabat yang baru saja menikah.

2. Ketika Sedang Resepsi Pernikahan

Di Indonesia, prosesi akad nikah umumnya hanya dihadiri oleh keluarga inti, sementara tamu undangan hadir saat resepsi pernikahan. Bagi tamu yang baru hadir di acara resepsi, masih dianjurkan untuk mengucapkan doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir sebagai bentuk doa dan harapan baik untuk pasangan pengantin walaupun akad nikah sudah selesai.

3. Ketika Sedang Menghadiri Pengantin yang Baru Menikah

Mengucapkan doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir sangat dianjurkan ketika kita mengunjungi atau bertemu dengan pengantin yang baru saja menikah, meskipun tidak di hari yang sama dengan akad atau resepsi. Momen ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mendoakan keberkahan bagi pasangan pengantin.

Tujuan Disyariatkannya Pernikahan

Pernikahan bukan sekadar seremonial yang mempertemukan dua orang di depan keluarga dan teman-teman. Di balik sakralnya ikatan tersebut, ada makna dan tujuan mendalam yang menjadikan pernikahan sebagai bagian penting dalam kehidupan. Simak penjelasannya berikut ini.

Manusia memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi. Namun, pemenuhan kebutuhan ini harus dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai aturan. Karena itu, pernikahan hadir sebagai sarana yang sah untuk menyalurkan kebutuhan biologis manusia secara halal dan benar.

2. Menjaga Akhlak dan Moral

Allah SWT mengetahui bahwa solusi terbaik bagi manusia untuk menjaga akhlaknya adalah melalui pernikahan. Pernikahan berperan sebagai pelindung bagi manusia dari berbagai fitnah dan bahaya. Dengan menikah, manusia terjaga dari perilaku buruk dan tindakan yang tidak pantas.

3. Membangun Rumah Tangga Islami

Setelah menikah, setiap pasangan memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengatur rumah tangga dengan baik. Allah SWT menugaskan setiap muslim untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berumah tangga.

4. Memperkuat Ibadah kepada Allah SWT Melalui Pernikahan

Manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT, yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.

Pernikahan menjadi salah satu bentuk ibadah yang mulia, di mana melalui pernikahan, seseorang bisa menjalankan perintah Allah SWT dan menjalani kehidupan yang penuh berkah bersama pasangan.

5. Mengharapkan Keturunan yang Beriman

Salah satu tujuan utama dari pernikahan adalah untuk melahirkan generasi penerus yang beriman dan berakhlak baik. Keturunan yang diharapkan akan menjadi pembawa risalah Islam dan dapat meneruskan ajaran yang telah diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

6. Meningkatkan Kedewasaan dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Pernikahan adalah sebuah perjalanan penuh pembelajaran yang tidak akan ditemui sebelum menikah. Karena membangun rumah tangga bisa diibaratkan seperti mengelola organisasi, di mana setiap anggotanya memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda.

Perbedaan ini sering kali memunculkan berbagai pendapat yang mungkin saling bertentangan di antara anggota keluarga. Namun, proses menghadapi dan menyelesaikan perbedaan ini justru menjadi ajang untuk meningkatkan kedewasaan dan kemampuan dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Hadits Larangan Meminta Jabatan, Pemimpin Harus yang Dicintai dan Mencintai Rakyat



Jakarta

Larangan meminta jabatan dijelaskan dalam beberapa hadits Rasulullah SAW. Seorang calon pemimpin dilarang untuk meminta jabatan karena hal tersebut dapat membawa pada kesesatan.

Menjabat posisi sebagai pemimpin bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan sosok yang cerdas, kuat, bijaksana serta adil agar dapat menjalankan tanggung jawabnya secara amanah.

Seorang pemimpin hendaknya memiliki rasa cinta kepada rakyatnya, demikian pula sebaliknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits,


“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.” (HR Muslim).

Hadits Larangan Meminta Jabatan

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang larangan meminta jabatan. Dari Abdurrahman bin Samurah mengatakan, Nabi SAW berkata,

عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ

Artinya: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan dengan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong, dan jika kamu diberinya karena meminta, maka kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu bersumpah, lantas kamu lihat ada suatu yang lebih baik, maka bayarlah kafarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik.” (HR. Bukhari).

Dalam buku 100 Hadits Pilihan (Materi Hafalan, Kultum dan Ceramah Agama) karya Muhammad Yunan Putra, Lc., M.HI. hadits ini memiliki kandungan bahwa pemimpin adalah orang yang diberikan amanah dan menaungi kehidupan orang banyak, tidak hanya bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup masyarakatnya (kemakmuran) tapi juga melindungi dari segala yang membahayakan mereka. Seorang pemimpin adalah orang yang menempakan kaki kanannya berada di surga dan kaki kirinya berada di neraka; artinya sedikit saja ia tergelincir maka neraka adalah tempat mereka namun apabila mereka adil terhadap rakyatnya, maka surgalah tempatnya.

Maka dari hadits tersebut dapat diambil beberapa kandungan, diantaranya:

1. Larangan meminta untuk ditunjuk atau dipilih menjadi seorang pemimpin, namun larangan ini tidak bersifat mutlak; artinya seseorang boleh saja meminta meminta namun dengan syarat hendaknya ia benar-benar mampu dalam segala hal sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Yusuf ketika ia meminta untuk ditunjuk menjadi seorang bendahara negara.

2. Terdapat juga kisah seorang sahabat yang meminta jabatan, namun ditolak oleh Rasulullah SAW karena dianggap tidak mampu dan Rasulullah mengkhawatirkan akan menjerumuskannya dalam neraka.

Ia adalah Abu Dzar RA, seorang sahabat yang meminta jabatan kepada Nabi SAW, lalu nabi menolaknya:

يَا رسول الله، ألا تَسْتَعْمِلُني؟ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبي، ثُمَّ قَالَ: ((يَا أَبَا ذَرٍّ، إنَّكَ ضَعِيفٌ، وإنّها أمانةٌ، وَإنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلا مَنْ أخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا)). رواه مسلم.

Dari Abu Dzar dia berkata, saya berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?” Abu Dzar berkata, “Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar.” (Muslim)

3. Pemimpin yang diangkat bukan karena meminta maka akan ditolong oleh Allah SWT, berbeda dengan pemimpin yang ditunjuk karena meminta jabatan, mereka akan ditelantarkan oleh Allah SWT.

4. Ketika seorang pemimpin tidak mampu menunaikan janji yang mereka ucapkan, maka wajib membayar kafarat sumpah (kafaratul yamin). Kafarat sumpah ini bersifat umum, tidak hanya sumpah atau janji yang dilakukan oleh para pemimpin namun kepada siapa saja yang telah melakukan sumpah, janji atau bernazar terhadap sesuatu.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Al-Abbas pernah meminta kepada Rasulullah SAW jabatan sebagai gubernur Makkah dan Thaif atau Yaman, maka beliau bersabda kepadanya, “Hai paman, satu jiwa yang engkau selamatkan lebih baik dari kekuasaan yang tidak dapat engkau pertanggungjawabkan.”

Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abbas pamanku, dan Shafiyah bibiku, serta Fatimah binti Muhammad, aku sama sekali tidak dapat menjadi jaminan keselamatan bagi kalian di hadapan Allah nanti. Bagiku mal ibadahku dan bagi kalian amal ibadah kalian.”

Hadits Pemimpin yang Memberikan Jabatan pada Orang yang Tidak Amanah

Mengutip buku 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah karya Imam Ibnul Jauzi, jabatan bisa menjadi sebuah cobaan, jika pemimpin tidak amanah maka langit dan bumi serta gunung, niscaya semuanya enggan menerimaya dan merasa berat.

Yazid bin Jabir meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Amrah Al-Anshari, bahwa Umar bin Khattab mempekerjakan seorang lelaki dari Anshar untuk mengurus sedekah, kemudian dia melihatnya setelah beberapa hari berdiam dir rumah. Dia pun berkata kepadanya, “Apa yang membuatmu tidak pergi ke tempat kerjamu? Apakah engkau tidak tahu bahwa dengan bekerja engkau akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah?”

Dia menjawab, “Saya tidak tahu. Mengapa bisa seperti itu?”

Lalu dia melanjutkan, “Saya mendengar kabar bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja pemimpin yang memegang suatu jabatan mengurus urusan manusia, niscaya dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan terikat tangannya ke lehernya. Kemudian dia dihentikan di jembatan neraka, dan jembatan itu pun bergerak keras sehingga seluruh bagian tubuh orang itu terlepas dari tempatnya. Kemudian bagian-bagian tubuhnya itu dikembalikan ke tempatnya. Dam, dia pun diperhitungkan perbuatannya. Jika dia berbuat baik, maka dia selamat dengan perbuatan baiknya itu. Sedangkan jika dia berbuat buruk, maka jembatan itu akan terbakar membakar dirinya, dan dia pun jatuh ke neraka yang dalamnya tujuh puluh tahun.”

Mendengar hadits ini, Umar RA yang memberikan jabatan kepada orang yang tidak amanah tersebut lantas berucap, “Duhai malangnya Umar, bukankah ia adalah orang yang memegang tampuk kekuasaan umat dengan segala tanggung jawabnya?”

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Seburuk-buruk pemimpin adalah al huthamah.” Dia adalah orang yang binasa.

Al-huthamah adalah pemimpin yang tegas dan keras terhadap pegawainya, namun memberikan kelonggaran bagi dirinya sendiri untuk bertindak korupsi.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Sehabis Wudhu Lengkap dengan Keutamaan Mengamalkannya


Jakarta

Doa sehabis wudhu dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Seperti diketahui, wudhu menjadi kewajiban setiap muslim sebelum melaksanakan salat.

Perintah berwudhu disebutkan dalam surat Al Maidah ayat 6,

… يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki…”

Menukil dari Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi yang diterjemahkan Shofa’u Qolbi Djabir, wudhu artinya menggunakan air pada anggota tubuh tertentu seperti wajah, tangan dan seterusnya dengan cara tertentu.

Adapun, terkait doa sehabis wudhu disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW. Berikut bunyinya,

“Barangsiapa berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya kemudian ia membaca doa (yang artinya), ‘Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang yang menyucikan diri.’ Maka dibukalah delapan pintu untuknya delapan pintu surga yang dapat ia masuki dari mana saja ia mau.” (HR Tirmidzi)

Bacaan Doa Sehabis Wudhu

Disebutkan dalam buku Tuntunan Doa & Dzikir untuk Segala Situasi & Kebutuhan yang disusun oleh Ali Akbar bin Akil, setidaknya ada dua macam doa sehabis wudhu. Berikut doa sehabis wudhu versi pendek,

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ

Arab latin: Allahummaj-‘alnii minat-tawwaabiina waj-‘alnii minal- mutathahhiriin.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menyucikan diri.” (HR Tirmidzi)

Adapun, doa sehabis wudhu versi panjang berbunyi sebagai berikut:

أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَ اجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ ، سُبْحانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Arab latin: Asy-hadu an laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu, wa asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, allaahummaj’alnii minat tawwaabiin, waj’alnii minal mutathahhiriin, subhanakallahumma wa bi hamdika, asy- hadu an laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk golongan yang menyucikan diri. Maha Suci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.”

Keutamaan Membaca Doa Sehabis Wudhu

Dalam buku Gantung Wudhu karya Sagiran, mengamalkan doa sehabis wudhu sama seperti dengan menyucikan dari dosa-dosa. Sebab, wudhu adalah perantara untuk menyucikan diri.

Melalui sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan bahwa tetesan air wudhu seperti dosa-dosa yang berguguran.

“Bila seorang muslim berwudhu, ketika membasuh muka, maka keluar dari wajahnya dosa-dosa yang pernah dilakukan matanya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya, maka keluarlah setiap dosa yang pernah dilakukan tangannya bersama tetesan air yang terakhir. Ketika membasuh kakinya, maka keluarlah dosa yang dijalani oleh kakinya bersama tetesan air yang terakhir, sampai ia bersih dari semua dosa.” (HR Muslim)

Selain itu, membaca doa sehabis wudhu juga bisa membawa muslim ke dalam surga Allah SWT. Dari Umar bin Khattab RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Barangsiapa yang berwudu, lalu mengucapkan doa, “Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah aku bersaksi bahwa Muhammad semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan adalah hamba dan utusan-Nya)” maka dibukakan baginya semua pintu surga yang 8, ia boleh memasukinya dari pintu manapun yang disukainya.” (HR Muslim dalam kitab Shahih-nya)

Tata Cara Wudhu yang Benar

Berikut tata cara wudhu yang baik dan benar dari awal sampai akhir.

1. Membaca niat wudhu,

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitul whuduua liraf’il hadatsil asghari fardal lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardhu karena Allah Ta’ala.”

2. Mengucap basmalah

3. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali
7. Kemudian, basuh kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali

8. Usaplah kepala tiga kali

9. Dilanjut dengan membersihkan kedua telinga tiga kali

10. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki tiga kali

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid Lengkap


Jakarta

Doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid bisa diamalkan muslim sehabis salat Isya. Puasa ganti biasa disebut sebagai qadha, yaitu kewajiban bagi muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan karena alasan tertentu seperti haid.

Terkait puasa ganti Ramadhan disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 184,

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Menukil dari buku Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi yang diterjemahkan Shofa’u Qolbi Djabir, doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid sebaiknya dibaca pada malam hingga terbit fajar. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW,

“Barang siapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya.” (HR Ad-Daru Quthni dan Al- Baihaqi)

Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid

Berikut bacaan doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid yang dikutip dari buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari dari Kandungan Hingga Kematian susunan Muh Hambali.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu soumaghadin ‘an qadha’i fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah ta’ala.”

Hukum Membaca Doa Niat Puasa Ganti Ramadhan karena Haid

Menurut buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah Rekomendasi Rasulullah oleh Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, membaca doa niat puasa ganti Ramadhan karena haid hukumnya wajib. Sebab, niat merupakan bagian dari rukun. Oleh karenanya, jika tidak dibaca maka puasanya tidak sah.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya,

“Barang siapa tidak berniat puasa di waktu malam, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah).” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Batas Akhir Membayar Puasa Ganti Ramadhan

Gamar Al-Haddar melalui bukunya yang berjudul 10 Formula Dasar Islam: Konsep dan Penerapannya menjelaskan bahwa batas akhir menunaikan puasa ganti Ramadhan adalah sebelum datang Ramadhan berikutnya. Apabila belum membayar puasa ganti Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya, maka diwajibkan atas dirinya berpuasa dan menunaikan fidyah.

Puasa ganti Ramadhan dilakukan sesuai jumlah batalnya puasa. Jika muslim batal 7 hari puasa selama Ramadhan, ia harus menggantinya 7 hari juga.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Ditegur Nabi karena Baca Al Baqarah saat Salat


Jakarta

Sahabat Nabi Muhammad SAW yang ditegur adalah Muadz bin Jabal. Kala itu, Muadz mengimami salat Isya tetapi bacaan yang ia panjatkan terlalu panjang.

Dalam kisah yang diriwayatkan Jabir bin Abdullah RA, saking panjangnya bacaan Muadz menyebabkan salah seorang makmum memisahkan diri dari barisan salat berjamaah. Orang tersebut memutuskan untuk salat sendirian.

Menukil dari Shalatul Mu’min Bab Imamah susunan Dr Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani yang diterjemahkan Abu Khadijah, Muadz membaca surah Al Baqarah ketika menjadi imam. Perginya makmum dari barisan salat yang Muadz imami sampai ke telinganya dan ia berkata, “Sungguh dia itu munafik,”


Perkataan Muadz juga sampai kepada laki-laki yang memisahkan diri dari barisan salat. Ia lantas mendatangi Rasulullah SAW dan mengadukan hal tersebut seraya berujar,

“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami ini adalah orang yang bekerja dengan tangan kami sendiri dan kami menyirami sendiri tanah kami dengan bantuan unta, dan sesungguhnya semalam Muadz mengimami kami salat dengan membaca surah Al Baqarah, kemudian aku memisahkan diri, kemudian dia mengatakan bahwa aku munafik (bagaimana ini?)”

Menanggapi lelaki itu, sang Rasul lantas mendatangi Muadz. Rasulullah SAW menegur Muadz dengan lembut dan mengingatkannya untuk lebih mempertimbangkan kondisi makmum ketika salat.

“Wahai Muadz, apakah engkau seorang yang suka menimbulkan kesulitan kepada orang lain? Apakah engkau seorang yang suka menimbulkan kesulitan kepada orang lain? Apakah engkau seorang yang suka menimbulkan kesulitan kepada orang lain? Oleh karena itu, bacalah surat Asy-Syams dan Al-A’la atau surat lain yang kurang lebih sama panjangnya.” (HR Bukhari)

Sebagaimana diketahui, ketika menjadi imam salat hendaknya muslim membaca surah pendek. Ini dimaksudkan agar amal ibadah tidak memberatkan jemaah lainnya seperti dijelaskan oleh Imam Ahmad dalam buku Panduan Shalat Praktis & Lengkap susunan Ustaz Syaifurrahman El-Fati. Meski demikian, ukuran berat dan ringannya sesuai dengan kebiasaan imam dan makmum wilayah setempat.

Sosok Muadz bin Jabal RA

Muadz bin Jabal merupakan sahabat Rasulullah SAW yang termasuk Assabiqunal Awwalun. Dijelaskan dalam buku Akidah Akhlak susunan Harjan Syuhada, nama lengkapnya adalah Muadz bin Jabal bin Aus al-Khazraji atau sering dijuluki Abu Abdurrahman.

Muadz bin Jabal dikenal sebagai cendekiawan yang wawasannya luas. Ia bahkan memiliki ilmu pengetahuan mendalam terkait fiqih hingga Rasulullah SAW menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti terkait hukum halal dan haram.

Muadz bin Jabal juga dikenal dengan keberaniannya dalam memperjuangkan Islam. Ia termasuk salah satu sosok yang diteladani pada zamannya.

Mengutip dari Nukilan Tarikh karya Hasan Zein Mahmud, Muadz bin Jabal memiliki ingatan yang kuat. Kehadirannya sebagai sosok yang mendalami ilmu fiqih dan hukum Islam menjadi teladan yang membakar semangat keingintahuan dan kecintaan terhadap pengetahuan.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com