Tag Archives: abu ya

8 Tanda yang Muncul Jelang Kedatangan Dajjal menurut Hadits


Jakarta

Jelang hari akhir, Dajjal akan muncul untuk menyesatkan manusia yang tidak beriman. Berkaitan dengan itu, ada sejumlah tanda yang terlihat sebelum Dajjal menampakkan dirinya di hadapan manusia.

Menurut buku Kemunculan Dajjal & Imam Mahdi Semakin Dekat susunan Ustaz Khalilurrahman El Mahfani, Dajjal muncul dengan berperangai layaknya orang saleh. Padahal, ia akan mengajak manusia dalam kesesatan sampai-sampai beberapa di antara mereka menganggapnya sebagai Tuhan.

Lantas, apa saja tanda yang terlihat sebelum kemunculan Dajjal? Berikut bahasannya yang dikutip dari An Nihayah fi al Fitan wa al Malahim oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Ali Nurdin dan Al-Masih Al-muntazhar wa nikayah Al-alam tulisan Abdul Wahab Abdussalam Thawilah terjemahan Subhanur.


Tanda-tanda Kedatangan Dajjal

1. Manusia Ditimpa Kelaparan

Jelang kemunculan Dajjal, manusia akan dilanda kelaparan. Ini termasuk satu dari beberapa malapetaka yang terjadi sebelum Dajjal menampakkan dirinya.

Dari Abu Umamah, Rasulullah SAW bersabda:

“Akan terjadi malapetaka selama tiga tahun sebelum Dajjal keluar, yaitu manusia ditimpa kelaparan. Pada tahun pertama Allah SWT memerintahkan langit untuk menahan sepertiga air hujannya dan menyuruh bumi menahan sepertiga tanamannya.

Pada tahun kedua, Allah menyuruh langit menahan dua pertiga air hujannya dan menyuruh bumi menahan dua pertiga tanamannya. Kemudian pada tahun ketiga Allah menyuruh langit untuk menahan seluruh air hujannya sehingga tidak ada hujan yang turun dan menyuruh bumi menahan semua tanamannya sehingga tidak ada tanaman yang tumbuh.

Dengan demikian, semua tanah atau lahan akan rusak, kecuali yang dikehendaki Allah. Dikatakan bagaimana pada zaman itu manusia hidup? Mereka membaca tahlil, takbir, tasbih, dan tahmid. Hal itu dilakukan agar mereka diberi makanan.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Hakim)

2. Maraknya Pembunuhan, Huru-hara dan Fitnah

Pembunuhan, huru-hara, harta melimpah serta fitnah bertebaran. Dajjal akan muncul dalam waktu dekat jika hal-hal ini telah terjadi sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Abu Hurairah RA yang berbunyi,

“Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul Dajjal sebanyak 30 pendusta yang semuanya mengklaim bahwa dirinya utusan Allah, harta melimpah ruah, fitnah muncul, dan al-haraj serta al-maraj (huru-hara).

Seseorang bertanya, ‘Apa al-haraj itu ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Pembunuhan, pembunuhan, pembunuhan.” (HR Ahmad)

3. Pendusta Bermunculan

Munculnya banyak pendusta termasuk tanda yang muncul jelang kedatangan Dajjal. Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW berkata:

“Kiamat tidak akan terjadi sampai dibankitkan Dajjal para pendusta yang berjumlah sekitar 30 orang. Semuanya mengaku sebagai utusan Allah).” (HR Bukhari)

4. Kemerosotan dalam Ilmu Agama

Ketika ilmu agama mengalami penurunan, inilah tanda bahwa Dajjal akan segera datang dan akhir zaman di depan mata. Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda:

“Dajjal akan keluar ketika agama berkurang dan ilmu merosot.” (HR Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Ya’la, dan Hakim)

5. Manusia Melupakan Allah SWT

Tanda sebelum kemunculan Dajjal lainnya yaitu ketika para manusia melupakan Allah SWT. Dari Sha’b bin Jatsamah, ia mendengar Nabi SAW berkata,

“Dajjal tidak akan keluar hingga manusia lupa mengingat Allah.” (HR Ahmad)

6. Musim Paceklik

Dari Asma binti Yazid Al-Ansari meriwayatkan bahwa ia bersama Nabi SAW di rumahnya, lalu beliau bersabda,

“Selama tiga tahun sebelum Dajjal keluar, langit menahan sepertiga hujannya dan bumi menahan sepertiga tanamannya. Pada tahun kedua, langit menahan dua pertiga hujannya dan bumi menahan dua pertiga tanamannya, dan pada tahun ketiga langit menahan semua hujannya dan bumi menahan semua tanamannya sehingga tanah yang kering pun menjadi rusak.” (HR Ahmad dan Ath-Thabrani)

7. Al Quds dan Al Aqsha Direbut Kembali dari Tangan Yahudi

Disebutkan dalam ‘Asyarah Yantazhihural ‘Aalam ‘Indal Muslimin wal Yahuud wan Nashaara karya Manshur Abdul Hakim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, tanda lainnya yang terlihat jelang kemunculan Dajjal adalah kaum muslimin berhasil merebut kembali Al Quds dan Al Aqsha dari tangan Yahudi. Dalam sebuah hadits dikatakan,

“Kami diberitahu oleh Ahmad bin Salih, yang diberitahu oleh Asad bin Musa, yang diberitahu oleh Muawiyah bin Salih, yang memberi tahu saya, bahwa Ibn Zughb al-Iyadi mengisahkan kepada saya, ia berkata: ‘Abdullah bin Hawala al-Azdi datang kepadaku dan berkata: ‘Rasulullah SAW mengutus kami untuk menjarah dengan harapan mendapatkan harta rampasan, tetapi kami kembali tanpa berhasil mendapatkan apa pun.

Kemudian, Rasulullah SAW melihat kelelahan yang terpancar di wajah kami, lalu berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa: ‘Ya Allah, janganlah Engkau menimpakan beban kepada mereka yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan janganlah Engkau menimpakan beban kepada diri mereka sendiri sehingga mereka menjadi lemah. Dan janganlah Engkau menyerahkan mereka kepada orang-orang lain sehingga orang lain akan memanfaatkan mereka.’

Kemudian, Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas kepalaku, atau dia mungkin mengatakan ‘hamah’ (leher/kepala), lalu dia berkata: ‘Wahai Ibn Hawala, ketika kamu melihat khilafah telah turun ke Baitul Maqdis (Yerusalem), maka saat itu akan mendekat gempa bumi, bencana besar, dan masalah besar. Pada hari itu, saat Kiamat akan lebih dekat bagi manusia daripada jarak ini antara tanganku dan kepalamu.’ Abu Dawud berkata: ‘Abdullah bin Hawala adalah dari Homs.'” (HR. Abu Dawud).

Dalam Kitab Syarh Sunan Abi Dawud, Ibnu Ruslan menjelaskan bahwa Abdullah bin Hawala hidup sampai ia menyaksikan dua masa kekhalifahan yang berbeda selama zaman Umayyah. Pertama, yaitu kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan pada bulan Syawal tahun 41 Hijriah di kota suci Yerusalem (Bait al-Maqdis).

Selaint itu, Abdullah bin Hawala juga hidup sampai masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang dimulai pada tahun 80 Hijriah di wilayah Damaskus (Syam). Selama masa ini, banyak gempa bumi terjadi.

Pada tahun 90 Hijriah, gempa-gempa bumi mengguncang dunia hingga bangunan-bangunan tinggi hancur. Selain itu, ada konflik besar antara Al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (yang merupakan gubernur di wilayah Irak) dan Abdullah bin al-Asy’ats (pemberontak) yang berlangsung selama seratus hari dan melibatkan delapan puluh satu pertempuran.

Walau demikian, hadits di atas dianggap lemah karena perawi-perawinya dalam rantai riwayat menimbulkan keraguan. Meski Muawiyah bin Salih dianggap perawi yang kuat, terlibat dalam beberapa riwayat hadits yang mencurigakan yang mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap hadits ini seperti diterangkan dalam sumber yang sama. Wallahu a’lam.

8. Keringnya Danau Thabariyyah

Mengeringnya danau Thabariyyah termasuk salah satu tanda jelang kedatangan Dajjal. Danau ini terletak di Syam dan dimanfaatkan Israel serta Yordania.

Dari Tamiim ad-Daari dalam hadits yang diriwayatkan Muslim dari Fathimah binti Qais. Dajjal berkata, “Air danau itu nanti akan habis.”

Sejak tahun 1964 M, setelah dibangin stasiun besar di tepi bagian barat dari danau, volume air sangat besar hingga digunakan untuk mengairi pertanian. Namun, kini air Danau Thabariyyah kian berkurang. Israel menghentikan operasi pemompaan dari danau tersebut karena volumenya menurun sampai 500.000.000 m3.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

8 Manfaat Berdoa dalam Hadits, Salah Satunya Menolak Bencana


Jakarta

Sebagai seorang hamba Allah SWT, sudah sepatutnya kita memohon kepada-Nya dengan cara berdoa. Bahkan, dalam surat Gafir ayat 60 sang Khalik memerintahkan manusia untuk senantiasa berdoa kepada-Nya.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”


Secara bahasa, doa artinya memohon atau meminta. Sementara dari segi istilah, doa dimaknai permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT seperti dijelaskan dalam buku Keutamaan Doa & Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera susunan M Khalilurrahman Al-Mahfani.

Doa adalah proses penghambaan diri kepada Allah SWT. Kedudukan doa menempati yang penting dalam Islam.

Dari Nu’man bin Basyir, Rasulullah SAW bersabda, “Berdoa adalah suatu ibadah.” (HR Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah & Tirmidzi)

Ada banyak manfaat yang terkandung dari doa. Apa saja? Simak bahasannya dalam artikel berikut.

Berikut manfaat berdoa yang dinukil dari buku Doa dan Dzikir untuk Ibu Hamil susunan Ustaz K Akbar Saman.

1. Penolak Bencana

Doa menjadi sarana penolak bencana. Seperti diketahui, bencana membuat manusia tersiksa dan memandang hidup kurang bermakna.

Meski demikian, tidak ada yang bisa diperbuat jika Allah SWT menghendaki datangnya bencana. Salah satu cara menolak bencana adalah dengan berdoa kepada Allah SWT sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

“Doa adalah penolak bala.” (HR Abu Hurairah)

2. Pembuka Kunci Rahmat Allah SWT

Dengan berdoa, niscaya muslim membuka rahmat Allah SWT. Rahmat ini menjadi wujud kasih sayang sang Khalik terhadap hamba-Nya, khususnya mereka yang beriman dan bertakwa.

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Doa adalah kunci rahmat Allah SWT, wudhu adalah kunci salat dan salat adalah kunci surga.” (HR Ad-Dailami)

3. Sumsumnya Ibadah

Keutamaan doa lainnya adalah sebagai sumsumnya ibadah. Pada dasarnya, ibadah menjadi bukti ketaatan hamba kepada Tuhannya.

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya, “Doa adalah ibadah.” (HR At-Tirmidzi)

4. Sarana Pengubah Takdir

Muslim yang berdoa dapat mengubah ketentuan Allah SWT. Seperti diketahui, manusia dianjurkan untuk berusaha sementara hasilnya akan ditentukan oleh Allah SWT di akhir.

Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Doa dapat menolak ketentuan Allah SWT. Sesungguhnya kebaikan dapat menyebabkan bertambahnya rezeki. Seorang hamba rezekinya pasti terhalang jika ia berbuat dosa.” (HR Imam Al Hakim)

Dilansir dari Sunan Ibnu Majah Jilid 1 terjemahan Abdul Hayyie Al-Kattani, takdir yang dapat tertolak dengan adanya doa adalah takdir selain Maa Fii Ilmillah (takdir yang bersifat qadim dan ajali atau tiada berawal dan berakhir). Surah Ar Ra’d ayat 39 juga menjelaskan Allah SWT bahkan dapat menghapus atau menetapkan sesuatu di dalam Lauhil Mahfudz.

5. Senjata dan Perisai

Doa juga disebut sebagai senjata dan perisai. Maksudnya, doa menjadi alat untuk menjaga diri seorang muslim.

Rasulullah SAW bersabda, “Bagi orang yang beriman, doa merupakan senjata, tiang agama dan cahaya langit dan bumi.” (HR Abu Ya’la dan Al-Hakim)

6. Memberi Manfaat Terhadap Sesuatu

Doa dapat menjadi pemberi manfaat terhadap sesuatu. Jadi, doa diibaratkan sebagai pupuk penunjang kesuksesan hidup.

Dari Ibnu Umar RA berkata, Nabi SAW bersabda, “Doa dapat memberikan manfaat terhadap sesuatu yang telah turun ataupun belum turun. Wahai hamba-hamba Allah, berdoalah kamu sekalian.” (HR Al Hakim)

7. Melancarkan Rezeki

Doa juga dapat melancarkan rezeki dan menyelamatkan diri dari musuh. Hal ini diterangkan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi susunan Syamsuddin Noor.

Rasulullah SAW bersabda, “‘Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara yang menyelamatkan kalian dari musuh kalian dan mempercepat datangnya rezeki kalian?’ (Rasulullah melanjutkan), ‘Maka berdoalah pada tengah malam dan pada siang hari kalian, sebab hanya doa yang menjadi senjata ampuh orang beriman’.” (HR Abu Ya’la, dari Jabir bin Abdullah)

8. Membantu Keberlangsungan Hidup

Manfaat lainnya dari berdoa adalah membantu keberlangsungan hidup manusia, baik itu yang lalu maupun mendatang. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Doa itu bermanfaat untuk apa yang sudah terjadi dan apa yang belum terjadi. Karena itu para hamba Allah SWT, hendaklah kalian berdoa.” (HR Hakim)

Itulah manfaat doa bagi kehidupan muslim. Jangan lupa diamalkan ya!

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

5 Manfaat Berdoa bagi Muslim, Jadi Cara Komunikasi dengan Allah SWT



Jakarta

Doa merupakan bentuk ibadah seorang muslim kepada Allah SWT. Berdoa memberikan manfaat bagi kehidupan seorang muslim.

Termaktub dalam Surat Ghafir ayat 60, Allah SWT berfirman tentang perintah untuk berdoa kepada-Nya,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ


Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Mengutip buku Keutamaan Doa & Dzikir Untuk Hidup Bahagia Sejahtera oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani dijelaskan doa dan dzikir memiliki posisi yang sangat penting dalam proses penghambaan diri kepada Sang Khalik. Berdoa menjadi salah satu cara beribadah kepada Allah SWT.

Imam Nawawi dalam al Adzkar mengatakan bahwa yang paling utama dari aktivitas seorang hamba adalah menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allah SWT. Doa merupakan washilah yang dapat digunakan oleh seorang hamba untuk menyampaikan permohonan, keinginan dan harapannya kepada Allah SWT.

Manfaat Berdoa

Mengutip buku Doa dan Zikir Harian Nabi oleh Imam Abu Wafa berdoa memiliki manfaat utama bagi keberlangsungan hidup manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya barang siapa yang tidak memohon sesuatu kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya.” (HR Tirmidzi)

Hadits ini menegaskan bahwa berdoa kepada Allah SWT menjadi amalan yang wajib.

Manfaat berdoa akan kembali kepada sang hamba yang menyampaikannya. Berikut beberapa manfaat berdoa:

1. Sebagai sandaran dan tempat mengadu

Ketika manusia merasa dirinya putus asa, merasa tidak ada lagi yang sanggup menolongnya, maka ia akan mencari tempat mengadu dan tempat sandaran. Manusia membutuhkan tempat yang mampu memberikan kekuatan untuk bangkit dari keputusasaan.

Doa berfungsi untuk menguatkan kembali jiwa yang hancur dengan mencari tempat mengadu yang hakiki yakni kepada Allah SWT. Dalam kata lain, doa menjadi cara berkomunikasi antara seorang hamba dengan Allah SWT.

2. Memohon rahmat dan karunia

Doa juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas diri. Doa juga sebagai tempat memohon rahmat dan karunia kepada Allah SWT agar perjalanan hidup selalu lancar dalam naungan Allah SWT.

3. Memohon perlindungan

Doa memiliki peran besar sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Sang Maha Melindungi dan Maha Mengetahui. Melalui doa, Allah SWT akan memberikan petunjuk dan jalan keluar serta pertolongan kepadanya.

4. Melepaskan kesulitan

Imam Al Ghazali menjelaskan doa tidak dapat menolak qada'(ketetapan) Allah SWT, namun doa dapat melahirkan khulu’ (lepasnya kesulitan) atau terpenuhinya hajat. Perkara tertolaknya bala karena doa juga termasuk dalam qada Allah SWT.

Sebagaimana hadits, “Tidak ada yang menolak takdir kecuali doa.” (HR Ahmad & Ibnu Majah, dari Tsauban)

5. Senjata bagi orang beriman

Bagi orang beriman, doa merupakan senjata. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits, “Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit-langit serta bumi.” (HR Abu Ya’la, dari Ali bin Abu Thalib)

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

6 Keistimewaan Hari Jumat Menurut Hadits, Apa Saja?


Jakarta

Dalam Islam, Jumat disebut sebagai hari mulia yang penuh keistimewaan. Bahkan, Allah SWT memerintahkan laki-laki muslim untuk melaksanakan salat khusus di hari Jumat sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Jumu’ah ayat 9,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila (azan) untuk melaksanakan salat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”


Menukil dari buku Rahasia & Keutamaan Hari Jumat tulisan Komaruddin Ibnu Mikam, Jumat menjadi hari rayanya umat Islam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Penghulu hari (Sayyidul Ayyam) adalah hari Jumat, dan ia adalah seagung-agungnya hari bagi Allah, bahkan lebih agung bagi Allah daripada hari raya Fitri dan Adha. Dan pada hari Jumat itu terdapat lima kejadian, yaitu: Allah menciptakan Adam, Allah menurunkan Adam ke dunia, Allah mewafatkan Adam, hari Jumat adalah saat yang tidaklah seseorang memohon kepada Allah melainkan pasti dikabulkan selama ia tidak meminta barang yang haram, dan pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidak ada malaikat yang dekat kepada Allah, langit, bumi, angin, gunung-gunung, lautan melainkan semuanya mencintai hari Jumat.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Berikut sejumlah keistimewaan hari Jumat yang disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah SAW yang dikutip dari buku Panduan Amalan Hari Jumat tulisan Mahmud Ahmad Mustafa.

Keistimewaan Hari Jumat dalam Hadits

1. Momen Pengampunan Dosa

Jumat disebut sebagai hari pengampunan dosa. Ini berlaku jika muslim membaca surat Al Kahfi sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar RA,

“Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR Abu Bakr bin Mardawaih)

2. Waktu Mustajab

Keistimewaan hari Jumat lainnya yang disebutkan dalam hadits adalah termasuk waktu mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya pada hari Jumat itu terdapat saat yang tidak mendapatkannya seorang hamba muslim, sedang ia berdiri salat meminta suatu kebaikan kepada Allah, kecuali Allah akan memberi apa yang dimintanya.” (HR Malik, Ahmad, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah)

3. Pahala Sedekah Dilipatgandakan

Sebagai hari yang mulia, muslim yang bersedekah di Jumat akan dilipatgandakan pahalanya. Berikut bunyi hadits Nabi Muhammad SAW dari Abdillah bin Abi Aufa,

“Telah sampai kepadaku dari Abdillah bin Abi Aufa bahwa Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku di hari Jumat sesungguhnya sholawat itu tersampaikan dan aku dengar.” Rasulullah bersabda, “Dan di hari Jumat pahala bersedekah dilipatgandakan.”

Dalam riwayat lain disebutkan keutamaan melakukan sedekah pada hari Jumat. Salah satunya, “Dan sedekah pada hari itu (Jumat) lebih mulia dibanding hari-hari selainnya.” (HR Ibnu Khuzaimah)

4. Husnul Khatimah Wafatnya Seseorang di Hari Jumat

Umat Islam yang wafat pada hari Jumat, kematiannya tergolong husnul khatimah. Karenanya, mereka akan dibebaskan dari siksa kubur sebagaimana hadits dari Abdullah bin Amr RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada seorang muslim pun (laki-laki atau perempuan, anak kecil atau pun dewasa) meninggal dunia pada hari Jumat atau pada malam Jumat. Melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.” (HR Ahmad)

5. Terbebas dari Siksa Neraka

Jumat menjadi hari pembebasan 600.000 orang dari siksa neraka. Keistimewaan ini tercantum dalam hadits Rasulullah SAW dari Anas RA,

“Sesungguhnya Allah Ta’ala pada setiap hari Jumat punya enam ratus ribu orang yang dibebaskan dari neraka. Mereka semua adalah orang yang telah ditetapkan masuk neraka.” (HR Abu Ya’la)

6. Peristiwa Penting Nabi Adam AS

Sebagaimana dijelaskan pada hadits sebelumnya bahwa hari Jumat adalah momen bersejarah dalam Islam, khususnya penciptaan Nabi Adam AS. Ketika Jumat, Nabi Adam AS dimasukkan ke dalam surga.

Jumat juga merupakan hari Nabi Adam AS diturunkan ke bumi sebagai hukuman atas pelanggarannya terhadap perintah Allah SWT.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Keselamatan Manusia Tergantung Kemampuan Jaga Lisan


Jakarta

Menjaga lisan adalah perkara yang penting dalam Islam. Baginda Nabi Muhammad SAW berulang kali berpesan agar seseorang hati-hati dengan lisannya.

Dalam sebuah hadits, beliau bersabda,

سلامة الإنسان في حفظ اللسان


Artinya: “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR Bukhari)

Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin turut memaparkan hadits serupa dari Uqbah bin Amir RA, ia berkata,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعُكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ

Artinya: “Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah yang menyebabkan keselamatan?’ Beliau menjawab, ‘Kenanglah lidahmu, tetaplah dalam rumahmu, dan tangisilah dosamu’.” (HR At-Tirmidzi dan ia menyatakannya hasan)

Penerjemah lainnya mengartikan kata أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ sebagai “jagalah lisanmu”.

Menurut penjelasan dalam Syarah Riyadhus Shalihin yang diterjemahkan Misbah, hadits tersebut mengandung anjuran menjaga lisan dan sibuk dengan urusan pribadi apabila ia tidak sanggup memberikan manfaat bagi orang lain atau khawatir agama dan dirinya rusak ketika bergaul dengan banyak orang.

Imam at-Tirmidzi dalam kitab Zuhud bab Menjaga Lisan juga memaparkan hadits urgensi menjaga lisan demi keselamatan. Hadits ini diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri RA, dari Nabi SAW yang bersabda,

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ النِّسَانَ، تَقُولُ : اِتَّقِ اللَّهَ فِينَا، فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ: فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ.

Artinya: “Apabila datang waktu pagi, maka semua anggota badan manusia memperingatkan lidahnya, di mana anggota-anggota badan itu berkata, ‘Takutlah kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami, karena nasib kami tergantung kamu. Bila kamu lurus, maka kami pun lurus. Dan bila kamu bengkok, maka kami pun bengkok’.” (HR At-Tirmidzi)

Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi mengatakan, menjaga lisan penting demi keselamatan seseorang karena lisan merupakan delegasi dan penerjemah hati. Dua anggota tubuh itu bisa menentukan selamat tidaknya seseorang.

“Manusia itu bergantung pada dua benda kecil pada tubuhnya, yaitu lidah dan hatinya. Anggota badan itu terpengaruh secara negatif oleh dosa dan maksiat yang dilakukan anggota badan lain,” jelas pensyarah.

Bahaya Lisan

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali menulis sebuah kitab yang secara khusus membahas bahaya lisan. Kitab tersebut berjudul Afat al-Lisan.

Di antara bahaya lisan itu adalah berbincang tentang kebatilan. Maksud kebatilan, kata Imam al-Ghazali, adalah berbicara tentang maksiat seperti menceritakan masalah wanita, tempat-tempat minuman keras, orang fasik, kemewahan orang kaya, dan tingkah laku yang tidak baik lainnya.

Selain itu, lisan juga bisa memicu pertengkaran, saling hujat, dendam, dan kejahatan lain akibat berbantahan dan berdebat. Menurut Imam al-Ghazali, cara paling efektif mengatasi sifat buruk yang timbul dari lisan adalah menghancurkan kesombongan diri yang mendorong untuk selalu menampakkan kelebihannya.

“Kemudian menghancurkan sifat kebinatangan yang selalu ingin menjatuhkan orang lain di depan umum. Sesungguhnya cara yang paling mudah untuk mengobati penyakit adalah dengan memberantas dan menghindari berbagai sebab yang menimbulkannya,” jelas Imam al-Ghazali seperti diterjemahkan Fuad Kauma.

Lidah termasuk anggota tubuh yang harus dilindungi dari dosa bersama dengan mata, telinga, hati, dan perut. Salah satu cara menjaga lisan adalah dengan diam. Rasulullah SAW bersabda,

النَّاسُ ثَلَاثَةٌ غَانِمٌ وَسَالِمٌ وَشَاحِبٌ فَالْغَانِمُ الَّذِي يَذْكُرُ اللَّهَ وَالسَّالِمُ السَّاكِتُ وَالشَّاحِبُ الَّذِي يَخُوضُ فِي الْبَاطِلِ

Artinya: “Manusia itu ada tiga macam: (1) orang yang memperoleh kemenangan, (2) orang yang selamat, (3) orang yang binasa. Orang yang memperoleh kemenangan adalah orang yang berzikir kepada Allah. Orang yang selamat adalah orang yang diam. Sedangkan orang yang binasa adalah orang yang banyak bicara tentang kebatilan.” (HR Thabrani dan Abu Ya’la)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com