Tag Archives: abu yala

Perjalanan Rasulullah SAW Hijrah ke Madinah, Sedih Tinggalkan Makkah



Jakarta

Nabi Muhammad melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah.

Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid, Abu Ya’la, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu ‘Abbas, ketika Nabi Muhammad SAW akan meninggalkan Mekkah, sebelum hijrah ke Madinah, beliau menoleh ke belakang melihat negeri Mekkah.

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik negeri Allah, dan negeri yang paling Allah cintai, kalaulah bukan karena aku dikeluarkan dari negeri ini, tidak akan aku meninggalkanmu.” (HR. At-Tirmidzi, Kitab Al-Manaqib, Bab Fadhl Makkah (5/722).)


Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya kaum musyrikin mengejar Rasulullah dengan mengikuti jejak beliau, hingga akhirnya mereka tiba di bukit Tsur, di sana mereka menjadi bingung, lalu mereka menaiki bukit tersebut dan berjalan melintasi gua, namun di depan pintu gua mereka melihat banyak terdapat jaring laba-laba, lalu mereka berkata, “Kalau ada orang yang masuk ke dalam gua ini, pastinya jaring laba-laba ini tidak akan bergelayutan di mulut gua.” (Musnad Imam Ahmad)

Dalam buku Sejarah Lengkap Rasulullah SAW Jilid 1 yang ditulis Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi disebutkan bahwa laba-laba tersebut salah satu dari tentara Allah yang siap mengalahkan kebatilan dan menolong kebenaran.

Karena sesungguhnya tentara Allah tidak dapat diukur dalam ukuran materi atau non-materi. Jika bentuknya materi, maka tidak perlu diukur besar atau kecilnya, boleh jadi tentara yang besar akan dikalahkan oleh kuman-kuman kecil jika Allah menghendaki.

Allah berfirman, “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan dia sendiri. dan (Sagar) itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia,” (Al-Muddattsir: 31).

Karena saking banyaknya tidak ada yang dapat mengetahui berapa kuota tentara Allah. Karena sesungguhnya tentara Allah tiada habis- habisnya.

Dalam Tafsir Ar-Razi disebutkan sebagaimana tidak ada seorang pun yang dapat membatasi kemungkinan-kemungkinan, mengawasi hakikatnya dan sifatnya, sekalipun secara global, terlebih lagi untuk mengetahui keadaannya, jumlahnya dan persentasenya.

Untuk mengobati kesedihan Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan ayat Al-Qur’an Muhammad ayat 13:

“Dan betapa banyak negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang pun yang menolong mereka.” (QS Muhammad: 13)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ali bin Abi Thalib Masuk Islam, Tertarik saat Melihat Rasulullah SAW Salat



Jakarta

Ali bin Abi Thalib adalah satu di antara orang yang pertama memeluk Islam. Ia termasuk dalam sepuluh sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT.

Dalam buku Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi, Ali bin Abi Thalib adalah satu di antara orang-orang yang masuk Islam pada awal hadirnya Islam. Ia dikenal sebagai ulama Rabbaniyyin, seorang pejuang yang gagah berani, seorang zuhud yang terkenal, dan seorang orator ulung.

Menurut keterangan dari Ibnu Abbas, Anas, Zaid bin Arqam, dan Salman al-Farisi, Ali bin Abi Thalib dinyatakan sebagai orang yang pertama kali masuk Islam.


Abu Ya’la meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata,

“Rasulullah diangkat menjadi Rasul pada hari Senin, sedangkan aku masuk Islam pada hari Selasa.”

Saat Ali bin Abi Thalib masuk Islam, usianya baru sepuluh tahun. Namun, ada yang berpendapat bahwa ia berusia sembilan tahun, delapan tahun, atau bahkan lebih muda dari itu. Berikut adalah kisah Ali bin Abi Thalib masuk Islam yang dikutip dari buku 150 Kisah Ali bin Abi Thalib karya Ahmad Abdul ‘Al Al-Thahtawi.

Ali bin Abi Thalib dalam Pengasuhan Rasulullah SAW

Kisah Ali bin Abi Thalib masuk Islam dimulai saat ayahnya, Abu Thalib, memiliki banyak tanggungan di tengah masa paceklik. Untuk meringankan beban keluarga Abu Thalib, Rasulullah SAW mengambil Ali untuk diasuh.

Rasulullah SAW berkata kepada ‘Abbas ibn ‘Abdul Muththalib, seorang keturunan Bani Hasyim yang paling berkecukupan, “Wahai ‘Abbas, sesungguhnya saudaramu, Abu Thalib, banyak keluarganya, sedang orang-orang sedang ditimpa paceklik sebagaimana yang engkau ketahui. Karenanya, berangkatlah bersama kami untuk meringankan beban keluarganya! Aku mengambil seorang anaknya dan engkau juga mengambil seorang.”

“Baiklah,” jawab Abbas. Kemudian mereka berangkat hingga keduanya bertemu Abu Thalib, lalu berkata, “Kami ingin meringankan sebagian bebanmu hingga masa-masa sulit yang sedang menimpa manusia ini berlalu.” Abu Thalib menjawab, “Kalau kalian berdua mau meninggalkan Aqil untukku, silakan kalian lakukan apa yang kalian inginkan.”

Maka, Rasulullah SAW mengambil Ali, sedangkan Abbas mengambil Ja’far dan mengurusnya. Ali bin Abi Thalib tetap berada dalam asuhan Rasulullah SAW hingga beliau diutus sebagai nabi. Ali pun segera mengikuti, mengakui, dan membenarkan kenabian beliau.

Demikian pula Ja’far yang terus berada dalam asuhan Abbas hingga memeluk Islam dan bisa mengurus diri sendiri.

Awal Ali bin Thalib Masuk Islam

Keinginan Ali bin Abi Thalib masuk Islam bermula ketika ia melihat ibadah salat yang dilakukan Rasulullah SAW.

Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib datang kerumah Nabi Muhammad SAW ketika beliau dan istrinya, Khadijah, sedang salat. Seusai salat, ‘Ali bertanya, “Muhammad, apakah yang engkau lakukan itu?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Inilah agama Allah dan untuk itu Dia mengutus utusan-Nya. Aku mengajak engkau untuk masuk ke jalan Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hendaklah engkau kafir kepada patung Latta dan Uzza.”

‘Ali berkata, “Sesungguhnya ajakan ini sama sekali belum pernah aku dengar sampai hari ini. Karena itu, aku harus berunding dengan ayahku, Abu Thalib. Sebab, aku tidak dapat memutuskan sesuatu tanpa dia.”

Namun, Nabi Muhammad SAW mencegahnya karena khawatir kabar ajarannya akan menyebar sebelum diperintahkan Allah SWT untuk disiarkan. Beliau berkata, “Ali, jika engkau belum mau masuk Islam, sembunyikanlah dahulu kabar ini!”

Suatu malam, Allah SWT membukakan pintu hati Ali untuk masuk Islam. Dia segera menemui Nabi SAW dan berkata, “Bagaimanakah ajakan yang engkau tawarkan itu, Muhammad?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Hendaklah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan hendaklah engkau kafir terhadap patung Latta dan ‘Uzza.” Ali pun menerima Islam, tetapi masih merahasiakan kepada ayahnya.

Keislaman Ali bin Abi Thalib Diketahui oleh Ayahnya

Sebagian ulama menyatakan apabila telah datang waktu salat, Rasulullah SAW keluar menuju syi’ib kota Makkah. Ali bin Abi Thalib pun turut ikut bersama beliau. Dia keluar dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir diketahui oleh ayahnya, Abu Thalib, paman-pamannya, dan warga lainnya.

Di sana, mereka berdua melakukan salat. Jika waktu petang tiba, mereka kembali ke sana dan berdiam selama beberapa waktu.

Suatu hari, Abu Thalib memergoki mereka tengah melakukan salat. Lalu Abu Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW “Wahai anak saudaraku, agama apa yang engkau berpegang dengannya?”

Beliau menjawab, “Wahai Pamanku, ini adalah agama Allah, para malaikat-Nya, rasul-rasulNya, dan agama bapak kita, Ibrahim.” dan sabda beliau, “Allah mengutusku sebagai rasul-Nya membawa agama ini kepada para hamba. Dan engkau, wahai Pamanku, yang paling berhak untuk aku beri nasihat dan aku ajak menuju petunjuk. Engkaulah yang paling wajib untuk mengikutiku dan menolongku atas dakwah ini.”

Abu Thalib menjawab, “Wahai anak saudaraku, aku tidak bisa meninggalkan agama nenek moyangku dan adat istiadat yang sudah berlaku. Namun, demi Allah! Tidak akan kubiarkan sesuatu yang tidak kau sukai menimpa dirimu selama aku hidup!”

Para ulama lainnya menyebutkan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali, “Anakku, agama apa yang engkau anut ini?” Ali menjawab, “Wahai Ayah, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku telah membenarkan apa yang dibawanya. Aku telah mengikutinya dan shalat bersamanya.”

Mendengar itu, Abu Thalib berkata, “Wahai Anakku, Muhammad tidak akan mengajakmu, kecuali pada kebaikan. Maka ikutlah dengan-nya.”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com