Tag Archives: adab berdoa

Mengapa Doa Belum Dikabulkan? Ini 3 Syarat Utama agar Mustajab


Jakarta

Berdoa adalah salah satu bentuk ibadah paling mulia dalam Islam. Doa menjadi senjata orang beriman dan jembatan langsung antara hamba dengan Allah SWT. Namun, tidak semua doa langsung dikabulkan.

Ada waktu, adab, dan syarat yang harus diperhatikan agar doa menjadi mustajab.

Dalam Islam, doa merupakan ibadah yang sangat mulia. Dalam hadits dari Nu’man bin Basyir, Nabi SAW bersabda, “Berdoa adalah suatu ibadah.” (HR Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah & Tirmidzi)


Dalam riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW juga menuturkan, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah SWT selain berdoa.” (HR Tirmidzi & Ibnu Majah)

Mengutip buku Rahasia Doa Mustajab karya Ibn Qayyim, doa dan permohonan perlindungan ibarat senjata, sementara keampuhan senjata tergantung pada siapa yang memegangnya. Terkadang doa tidak terkabul apabila doa itu tidak baik, orang yang berdoa tidak khusyuk, atau sesuatu menghalangi terkabulnya doa, maka doa tidak menghasilkan apa-apa.

Namun, agar doa menjadi mustajab dan dikabulkan, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.

Syarat agar Doa Mustajab

1. Ikhlas

Dikutip dari buku Rahasia Agar Doa Mustajab karya Ustaz Cinta, ikhlas menjadi salah satu penyebab terkabulnya doa.

Dalam hadits dari Umar bin Khattab RA, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung kepada niatnya dan tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, ia akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, ia dalam hijrahnya itu hanya akan medapatkan apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits tersebut menegaskan bahwa syarat diterimanya amal perbuatan manusia tergantung keikhlasan kepada Allah SWT. Ketika berdoa dengan ikhlas kepada Allah SWT, doa kita akan mendapatkan hasil yang terbaik. Itu karena Allah dilibatkan untuk membantu urusan kita. Hal ini membuat tumbuhnya keyakinan sekaligus menjadikan hati lebih tenang.

Rasulullah SAW bersabda,

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak sungguh-sungguh.” (HR. Tirmidzi)

2. Makanan dan Penghidupan yang Halal

Salah satu penghalang terbesar terkabulnya doa adalah makanan, minuman, dan penghidupan yang tidak halal. Hal ini dijelaskan secara gamblang dalam sebuah hadits.

Rasulullah SAW bersabda,
“Seorang laki-laki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, ia menengadahkan tangan ke langit seraya berdoa: ‘Ya Rabb, ya Rabb,’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahwa sekeras apapun usaha dan sehebat apapun doa kita, jika masih bersumber dari sesuatu yang haram (baik makanan, minuman, pakaian, maupun sumber nafkah) maka sangat sulit doa itu menembus langit.

3. Tidak Tergesa-gesa

Sifat tergesa-gesa adalah tabiat manusia. Ketika doa tak kunjung terkabul, banyak yang akhirnya putus asa dan berhenti berdoa. Padahal Allah SWT mungkin sedang menunda jawaban untuk kebaikan yang lebih besar.

Rasulullah SAW bersabda,

“Akan dikabulkan doa seseorang di antara kalian selama tidak tergesa-gesa, yakni ia berkata: ‘Aku telah berdoa tetapi belum dikabulkan’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penundaan bukanlah penolakan. Allah SWT tahu kapan waktu terbaik untuk mengabulkan doa. Bisa jadi Allah SWT menyimpan doa itu untuk menghindarkan kita dari musibah, atau menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik di dunia maupun akhirat.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

4 Sebab Terkabulnya Doa Menurut Hadits Nabi SAW



Jakarta

Muslim tentu ingin segala permohonan dan doanya terkabul. Namun, sudahkan memperhatikan sejumlah sebab dikabulkannya doa?

Allah SWT nyatakan dalam surah Ghafir ayat 60, bahwa Dia akan mengijabah doa para hamba. Berikut bunyi kalam-Nya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ – 60


Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, ayat tersebut berisi anjuran Allah SWT kepada hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankan permintaan mereka.

Walau melalui firman tersebut Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa hamba, tetapi ada saja perkara yang membuat doa menjadi tertunda atau bahkan tertolak. Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam bukunya Tashhih Ad-Du’a menyebutkan beberapa hal yang menghambat diijabahnya doa, di antaranya:

  • Doa yang dipanjatkan lemah dalam dirinya karena mengandung unsur pelanggaran atau melampaui batas.
  • Hatinya lemah dalam menghadap Allah SWT.
  • Terdapat sesuatu yang menahan doa terkabul, seperti melanggar hal yang diharamkan oleh-Nya.
  • Tergesa-gesa dalam berdoa, serta merasa lelah sehingga tidak lagi doa.

Sebab Dikabulkannya Doa

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr lewat Kitab Fiqih Doa & Dzikir Jilid 1 melampirkan hadits yang menerangkan adab berdoa, termasuk sebab penghalangnya doa hingga sebab dikabulkannya doa. Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah.

Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ، فَقَالَ تَعَالَى : يَأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَلِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ، وَ قَالَ تَعَالَى: يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَتِ ما رَزَقْنٰكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Artinya: “Sesungguhnya Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik, sungguh Allah memerintahkan orang-orang beriman seperti apa yang Dia perintahkan kepada para utusan.” Allah SWT berfirman, ‘Wahai sekalian Rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal-amal sholeh, sungguh Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Mu’minun: 51)’, dan firman-Nya, ‘Wahai orang-orang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang dianugerahkan kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu benar- benar hanya kepada-Nya menyembah. (QS Al-Baqarah: 172)’.

Kemudian beliau menyebutkan tentang seorang laki-laki yang lama melakukan safar (perjalanan jauh), rambutnya kusut, dan badannya berdebu, dia menjulurkan kedua tangannya ke langit, “wahai Rabb… wahai Rabb ….” sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dibesarkan dengan haram, maka bagaimana dikabulkan karena hal itu.” (HR Muslim dalam Shahih-nya)

Berdasarkan hadits di atas, Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr mengatakan bahwa Nabi SAW mengungkap empat sebab dikabulkannya doa, di antaranya:

1. Perjalanan Jauh (Safar)

Dijelaskan, semakin lama safar maka semakin dekat kepada terkabulnya doa. Mengapa begitu? Saat bepergian jauh, hati dan jiwa orang yang safar menjadi luluh karena mengalami banyak kesulitan dan merasa terasing dari kampung sendiri. Demikian orang yang hatinya telah luluh, menjadi faktor utama doa yang diijabah.

Dalam salah satu riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tiga doa yang akan dikabulkan dengan tidak ada keraguan lagi: Doa orang yang terzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa orang tua untuk anaknya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA)

2. Bersikap Tawadhu

Dengan menunjukkan sikap rendah hati (tawadhu), tidak sombong, menghinakan diri dan berserah di hadapan Allah SWT, itulah sebab pengabulan doa. Sebagaimana Ibnu Abbas mengatakan Rasul SAW mengenakan pakaian lusuh, merendah ketika melaksanakan salat Istisqa (memohon hujan). (HR Abu Dawud)

3. Mengangkat Kedua Tangan

Menjulurkan kedua tangan ke langit termasuk adab dalam berdoa yang dengannya diharapkan doa akan terkabul. Dari Salman Al-Farisi, Nabi SAW bersabda, “Sungguh Allah Maha Pemalu lagi Maha Pemurah, Dia malu terhadap hamba-Nya yang apabila mengangkat kedua tangan, lalu mengembalikan keduanya dalam keadaan hampa dan kekecewaan.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

4. Memelas kepada Allah SWT

Memelas di sini dengan mengulang penyebutan rububiyah-Nya, seperti ‘Ya Rabb’. Diriwayatkan Atha bahwa ia berkata, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan ‘Ya Rabb… Ya Rabb… Ya Rabb…’ sebanyak tiga kali, melainkan Allah SWT melihat kepada-Nya.” Lalu hal itu disebutkan kepada Al-Hasan, meka beliau berkata, “Tidakkah kalian membaca Al-Qur’an?” Kemudian beliau membaca firman surah Ali Imran ayat 191-195.

Inilah mengapa banyak doa dalam Al-Qur’an yang diawali dengan nama ‘Rabb’, lantaran menjadi sebab terbesar yang diharapkan pengabulan doa dengannya.

Keempat sebab dikabulkannya doa dalam hadits nabi tersebut turut dijelaskan dalam Kitab Al-Wafi karya Musthafa Al-Bugha dan Muhyiddin Mistu.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Penutup Acara dan Adab yang Harus Diperhatikan Saat Membacanya


Jakarta

Doa penutup acara bisa dipanjatkan kaum muslimin selepas acara. Doa dibaca agar orang-orang yang hadir di sana diberkati dan diberi kebaikan, kesehatan, serta keselamatan saat perjalanan pulang.

Saking pentingnya doa, Rasulullah SAW sendiri menyebut doa sebagai ibadah yang utama. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

“Ibadah yang paling utama adalah doa,” (HR Al-Hakim)


Dikatakan dalam buku Doa-doa dalam Acara Resmi, Keagamaan dan Kemasyarakatan susunan Drs M Ali Chasan Umar, dengan berdoa maka kita akan memperoleh naungan rahmat Allah, dilindungi dari bencana, menghilangkan kegelisahan dan mempermudah kesulitan.

Doa Penutup Acara: Arab, Latin dan Artinya

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

Arab latin: Subhaanakallaahumma wa bi-ḥamdika, asyhadu allaa Ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilayka

Artinya: “Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (Yang berhak disembah) kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu,”

Doa penutup majelis di atas berdasarkan hadits yang diriwayatkan Tirmidzi. Dengan memanjatkan doa tersebut, niscaya dosa-dosa akibat perkataan atau perbuatan yang tidak bermanfaat ketika acara berlangsung.

Selain membaca doa penutup acara, doa juga dipanjatkan ketika acara dibuka. Mengutip dari buku Doa Para Nabi dan Rosul karya Nurul Huda dikatakan doa itu tercantum dalam surat Al A’raf ayat 43 yang berbunyi,

… الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَننَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِهْتَدِى لَوْلَا أَنْ هَدَيْنَا اللَّهُ …

Arab latin: “Alḥamdu lillāhil-lażī hadānā lihāżā, wa mā kunnā linahtadiya lau lā an hadānallāh”

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk,” (QS Al A’raf: 43)

Adab ketika Membaca Doa Penutup Acara

Merujuk pada sumber yang sama, berikut sejumlah adab yang bisa diperhatikan ketika membaca doa penutup acara.

  • Dalam keadaan suci dan menghadap kiblat
  • Dengan penuh kekhusyukan dan tadharru’
  • Memuji kepada Allah di permulaan berdoa dan menyanjungkan shalawat atas Nabi Muhammad SAW dalam doanya
  • Mengulang doa itu sampai dua-tiga kali
  • Mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa
  • Pada waktu akan berdoa, diawali dengan membaca Basmalah dan disudahi dengan bacaan Hamdalah
  • Mengokohkan kepercayaan bahwa doa itu akan diperkenankan Allah dan tidak merasa gelisah jika doa itu tidak diperkenankan-Nya
  • Bertawakal dan penuh dengan harap kepada Allah atas doanya.

Demikian bacaan doa penutup acara dan adabnya. Jangan lupa dipanjatkan ya!

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Arti, Tulisan Arab, dan Waktu Pengucapannya


Jakarta

Aamiin ya Mujibassailin adalah ungkapan yang kerap digunakan pada kehidupan sehari-hari. Utamanya, digunakan setelah berdoa atau memohon kepada Allah SWT ataupun setelah membaca ayat Al Qur’an.

Kalimat pendek ini mengandung makna yang sangat luas. Ketahui makna kandungannya berikut ini.

Arti dan Tulisan Arab Aamiin Ya Mujibassailin

Terdiri dari dua suku kata, yakni “Aamiin” dan “Ya Mujibassailin” Berikut Aamiin ya Mujibassailin dalam tulisan Arab beserta artinya:


آمينَ يَا مُجِيبَ السَّائِلِينَ

Artinya:
“Kabulkanlah doa kami, wahai Dzat Yang Maha Mengabulkan (Allah SWT) para peminta (orang-orang yang berdoa).”

Dikutip dari buku Al-Alfaazh: Buku Pintar Memahami Kata-kata Dalam Al-Qur’an oleh Masduha, kata Aamiin (آمينَ) bukan lafazh Al-Qur’an. Aamiin merupakan kalimat isim yang berarti istijab atau kabulkanlah.

Imam Al Maragi mengutip pandangan Ali, Sahabat Nabi mengenai kandungan aamiin. Ali mengatakan: Aamiin (آمينَ) adalah lafazh penutup dari Allah SWT, Tuhan semesta alam. Artinya, Allah menutup doa hambanya dengan Aamiin.

Orang yang menutup itu dilarang melihat apa yang ditutupnya dengan mengutik-ngutik. Kata Aamiin, akan menghilangkan kekecewaan dari doa yang dipanjatkan oleh hambanya (doanya dikabulkan).

Makna Amin, Aamiin, Aamin, Amiin

Pada dasarnya, kata āmīn” artinya “Terimalah doa kami.” (As-Shabuni, 1999: 25). Kata amin (آمين) sendiri ada yang ditulis atau dibaca ‘amiin’, ‘aamin’, ‘aammiin’, atau ‘aamiin’.

Dikutip dari laman Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, keempat kata tersebut sejatinya punya makna yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya.

1. Aamiin

Jika ditulis “aamiyn” atau “Aamiin” yaitu “a” dan mim panjang. Kata ini berarti “Ya Allah terimalah doa kami”.

2. Aamiin

Dalam kata ini, “a” panjang dan “mim” pendek Sehingga, arti “Aamin” adalah “percayalah atau amankanlah.”

3. Amiin

Jika ditulis amiin atau amiyn” yakni “a” pendek dan “mim” panjang. “Amiin” di sini artinya “jujur.”

4. Amin

Jika ditulis dengan “amin”, maka a dan mim pendek. Sehingga, artinya “amanlah.”

Ustadz Adi Hidayat pernah menjelaskan bahwa sejatinya “amin” itu permohonan akan terkabulnya suatu hal, setelah menempuh ikhtiar sesuai dengan aturan yang ditetapkan. (HR Abu Dawud: 649).

“Makna ‘amin’ bukan hanya sebatas permintaan atas suatu hal. Permohonan kamu dikabulkan terikat dengan mau atau tidaknya kamu berikhtiar,” ungkap Ustadz Adi Hidayat dalam video YouTube Al Hujjah Dakwah Islam yang tayang (12/03/2017).

Ia menjelaskan bahwa jika seseorang berikhtiar mewujudkannya, maka Allah SWT bisa mengabulkan. Sebaliknya, jika seringkali mengatakan amin tidak mau berikhtiar sesuai dengan ketentuan Allah maka tidak akan diberikan oleh-Nya.

(khq/inf)



Sumber : www.detik.com

Apakah Mengangkat Tangan saat Berdoa Hukumnya Wajib?


Jakarta

Mengangkat tangan saat berdoa adalah salah satu kebiasaan yang sering kita lakukan ketika memohon kepada Allah SWT. Namun, pertanyaan muncul di benak banyak orang: Apakah mengangkat tangan saat berdoa ini termasuk kewajiban atau hanya sebatas anjuran dalam agama?

Bagi sebagian umat Islam, gestur ini dianggap memperkuat doa dan memperlihatkan kesungguhan hati, tapi ada juga yang meragukan keharusan praktik ini.

Dalam artikel ini, kita akan membahas pandangan ulama dan dalil yang berkaitan dengan mengangkat tangan saat berdoa. Yuk, simak lebih lanjut untuk mengetahui apakah benar mengangkat tangan saat berdoa itu wajib atau tidak.


Dalil tentang Mengangkat Tangan ketika Berdoa

Mengangkat tangan saat berdoa bukanlah sekadar kebiasaan, melainkan memiliki landasan dari ajaran Islam yang diperkuat oleh dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits.

Berikut ini adalah beberapa dalil yang membahas tentang mengangkat tangan saat berdoa menurut ajaran Islam.

1. Rasulullah SAW Mengangkat Tangannya lalu Berdoa

Dalam jilid kedua kitab Riyadus Shalihin karya H. Salim Bahrejsi, terdapat beberapa hadits yang menguraikan kebiasaan Rasulullah SAW saat berdoa, termasuk mengangkat tangan.

Sa’ad bin Abi Waqqash RA mengisahkan, “Kami bersama Rasulullah SAW keluar dari Makkah menuju ke Madinah, dan ketika kami telah mendekati Azwara, tiba-tiba Rasulullah SAW turun dari kendaraannya, kemudian mengangkat kedua tangan berdoa sejenak lalu sujud lama sekali, kemudian bangun mengangkat kedua tangannya berdoa, kemudian sujud kembali, diulanginya perbuatan itu tiga kali. Kemudian berkata:

“Sesungguhnya saya minta kepada Tuhan supaya diizinkan memberikan syafa’at (bantuan) bagi umat ku, maka saya sujud syukur kepada Tuhanku, kemudian saya mengangkat kepala dan minta pula kepada Tuhan dan diperkenankan untuk sepertiga, maka saya sujud syukur kepada Tuhan, kemudian saya mengangkat kepala berdoa minta untuk umatku, maka diterima oleh Tuhan, maka saya sujud syukur kepada Tuhanku.” (HR.Abu Dawud).

Hadits ini menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW menunjukkan rasa syukur dan kesungguhan dengan mengangkat tangan dalam doanya tiga kali, mempertegas bahwa tindakan ini memiliki dasar dari praktik Rasulullah SAW dan merupakan sunnah beliau.

2. Mengangkat Tangan Sejajar dengan Bahu

Dalam Kitab Fiqih Sunnah karya Sayid Sabiq jilid 4, disebutkan hadits dari riwayat Abu Daud melalui Ibnu Abbas RA. Hadits tersebut menjelaskan tata cara mengangkat tangan saat berdoa.

“Jika kamu meminta (berdoa kepada Allah SWT) hendaklah dengan mengangkat kedua tanganmu setentang kedua bahumu atau kira-kira setentangnya, dan jika istighfar (mohon ampunan) ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdoa dengan melepas semua jari-jemari tangan”.

Hadits ini memberikan panduan tentang tinggi angkatan tangan yang dianjurkan saat berdoa. Ketika mengangkat tangan dalam doa selain istighfar, sunnahnya adalah dengan membuka telapak tangan sepenuhnya, sementara saat memohon ampunan, disarankan hanya dengan satu jari sebagai isyarat.

3. Mengangkat Tangan dengan Bagian Telapak Tangan yang Terbuka

Dalam sebuah riwayat dari Malik bin Yasar, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kamu meminta(berdoa kepada Allah), maka mintalah dengan bagian dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya.”

Di hadits lain yang diriwayatkan oleh Saman, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Tuhanmu yang Mahaberkah dan Mahatinggi adalah Mahahidup lagi Mahamurah, ia merasa malu terhadap hamba-Nya jika ia menadahkan tangan (untuk berdoa) kepada-Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa”

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat menghargai doa yang dilakukan dengan tangan terangkat dan telapak terbuka. Dengan demikian, doa yang disampaikan dengan cara ini diharapkan lebih dekat untuk dikabulkan olehNya.

4. Rasulullah SAW Mengangkat Tangan Hingga Terlihat Ketiaknya

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, disebutkan bahwa Anas pernah menyaksikan Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya saat berdoa hingga tampak warna keputih-putihan di ketiaknya.

“Aku pernah melihat Rasulullah SAW mengangkat dua tangan ke atas saat berdoa sehingga tampak warna keputih-putihan pada ketiak beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Rasulullah SAW Mengangkat Tangan saat Berdoa setelah Sholat Istisqa’

Dalam buku Fiqih Kontroversi Jilid 1: Beribadah antara Sunnah dan Bid’ah karya H. M. Anshary, terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas.

Diceritakan bahwa seorang penduduk desa mendatangi Rasulullah SAW untuk mengeluhkan kesulitan yang dialami masyarakat karena kekeringan yang berkepanjangan, yang membuat banyak hewan mati dan mempengaruhi kehidupan orang-orang.

Rasulullah SAW pun mengangkat tangan saat berdoa, dan seluruh orang yang hadir mengikuti beliau, memohon kepada Allah SWT agar segera menurunkan hujan. Menurut Anas, tidak lama setelah itu, Allah SWT mengabulkan doa mereka dengan turunnya hujan yang sangat dinanti-nantikan.

Hukum Mengangkat Tangan saat Berdoa

Dalam ajaran Islam, Al-Qur’an memang tidak menyebutkan perintah langsung terkait kewajiban mengangkat tangan saat berdoa. Namun, sepanjang hidupnya, Rasulullah SAW kerap kali mengangkat tangan saat memanjatkan doa kepada Allah SWT seperti yang sudah dijelaskan melalui beberapa hadits sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun bukan keharusan atau syariat yang harus diikuti, mengangkat tangan saat berdoa bukan pula hal yang dilarang dalam Islam.

Lebih jauh lagi, sejumlah ulama dari berbagai mazhab, seperti Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan lainnya, menjelaskan bahwa mengangkat tangan saat berdoa adalah bagian dari adab atau tata krama dalam berdoa.

Dengan demikian, walaupun bukan kewajiban, mengangkat tangan saat berdoa dianggap sebagai salah satu bentuk tata cara yang menghormati keagungan Allah SWT.

Posisi Mengangkat Tangan saat Berdoa

Asy-Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid hafizhahullah dalam buku Fiqih Do’a dan Dzikir Jilid 1 karangan Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr, memberikan catatan penting terkait hadits-hadits yang menjelaskan tentang berbagai posisi Rasulullah SAW dalam melaksanakan ibadah.

Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai posisi mengangkat tangan saat berdoa.

1. Posisi Pertama dalam Berdoa

Posisi ini umumnya disebut permohonan, dilakukan dengan mengangkat kedua tangan hingga setinggi bahu sambil merapatkan tangan dan menghadapkannya ke arah langit, sedangkan bagian belakang tangan menghadap tanah. Jika diinginkan, seseorang dapat menutupkan tangan ke wajah, sementara punggung kedua tangan mengarah ke arah kiblat.

2. Posisi Kedua dalam Berdoa

Posisi ini adalah ketika seseorang memohon ampunan dengan penuh ketulusan dan keihklasan. Caranya dilakukan dengan mengangkat satu jari, yaitu jari telunjuk kanan. Posisi ini biasanya diterapkan dalam berbagai momen dzikir dan doa.

3. Posisi Ketiga dalam Berdoa

Posisi ini adalah ibtihal yang berarti merendahkan diri dalam permohonan yang sungguh-sungguh, dan sering disebut sebagai doa ar-rahb (penuh kecemasan).

Dalam posisi ini, kedua tangan diangkat tinggi-tinggi hingga terlihat bagian putih ketiak. Posisi ini biasanya diterapkan ketika seseorang berada dalam kondisi sulit atau penuh ketakutan atau kondisi-kondisi lain yang menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran yang mendalam.

Tata Cara Mengangkat Tangan saat Berdoa

Berikut adalah panduan lengkap mengenai tata cara mengangkat tangan saat berdoa yang dapat memperdalam pemahaman dan amalan kita yang dirangkum dari buku Koreksi Doa dan Zikir antara yang Sunnah dan Bid’ah yang disusun oleh Bakr bin Abdullah Abu Zaid.

  1. Saat mengangkat kedua tangan dalam berdoa, baik dilakukan secara bersamaan maupun terpisah. Posisi tangan biasanya berada sejajar dengan atau sedikit di bawah pusar.
  2. Ketika kedua tangan diangkat secara terpisah, ujung jari menghadap arah kiblat, sedangkan ibu jari diarahkan ke langit.
  3. Menggerakkan atau mengubah posisi tangan ke beberapa arah selama berdoa juga diperbolehkan.
  4. Gerakan tangan dapat disertai dengan sedikit goyangan.
  5. Usai mengangkat tangan, kedua tangan bisa disapukan pada wajah, terutama pada momen tertentu seperti saat qunut atau setelah doa dalam salat.
  6. Setelah doa selesai, atau setelah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, disarankan untuk mengusapkan tangan ke bagian tubuh lainnya secara lembut sebagai bentuk syukur, terlebih setelah mengucapkan “as-Shalatu ala an-Nabiyyi.”
  7. Menyentuh bagian perut telapak tangan masing-masing atau menekan tangan satu dengan lainnya usai berdoa.

Demikianlah penjelasan mengenai hukum mengangkat tangan saat berdoa. Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa gestur tersebut tidak wajib, melainkan merupakan bagian dari adab berdoa yang dapat dilakukan sebagai bentuk kesungguhan dalam memohon kepada Allah SWT.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com