Tag Archives: aib

Keutamaan Menutup Aib Orang Lain dan Larangan Menyebarkannya



Jakarta

Islam melarang para pemeluknya menyebarkan aib orang lain tanpa adanya darurat. Menurut sebuah hadits, Allah SWT akan memberikan balasan dengan menutupi aib saat hari kiamat bagi orang yang menutup aib sesamanya.

Hal tersebut dijelaskan dalam Kitab Syarh Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi dengan bersandar pada riwayat Abu Hurairah RA. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لا يَستُرُ عبدٌ عبدًا في الدنيا إلا سَتَره الله يوم القيامة


Artinya: “Tiada seorang hamba pun yang menutupi cela seorang hamba yang lainnya di dunia, melainkan ia akan ditutupi celanya oleh Allah pada hari kiamat.” (HR Muslim dalam Shahih-nya)

Imam an-Nawawi menjelaskan, balasan tersebut sejenis dengan perbuatan, yakni Allah SWT menutup aibnya bisa jadi dengan menghapus dosanya sehingga ia tidak ditanya atau Allah SWT bertanya kepadanya tentang dosanya tanpa memperlihatkan dosa kepada orang lain, lalu memaafkannya.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap umatku dimaafkan, kecuali orang-orang yang menampak-nampakkan kejahatannya sendiri. Di antara perbuatan menampakkan keburukan sendiri adalah melakukan suatu perbuatan di waktu malam, kemudian di pagi harinya Allah telah menutupi keburukannya itu, namun ia berkata, ‘Hai fulan, aku tadi malam berbuat demikian dan demikian.’ Di malam harinya Allah telah menutupi celanya, namun di pagi harinya ia membuka tabir Allah padanya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Imam Bukhari mengeluarkan hadits tersebut dalam Kitab Adab bab Mukmin Menutup Aib Sendiri dan Imam Muslim mengeluarkannya dalam Kitab Zuhud bab Larangan bagi Seseorang untuk Merobek Tabir Dirinya.

Anjuran untuk menutup orang lain dan keutamaannya juga disebutkan dalam riwayat lain yang termuat dalam Shahih Muslim. Dari Abdullah bin Umar RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

“Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak boleh menzaliminya dan membiarkannya celaka. Siapa yang menanggung kebutuhan saudaranya, Allah menanggung kebutuhannya. Siapa yang meringankan kesulitan seorang muslim, Allah memudahkan baginya satu kesulitan pada hari kiamat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah menutupi aibnya pada hari kiamat.”

Pentingnya Tutupi Aib Orang Lain

Syaikh Abu Abdurrahman Ridha dalam Adabus Salaf fi At-Ta’amul ma’a An-Nas menjelaskan, menyebarkan berita buruk tentang orang-orang beriman sama artinya dengan menyakiti dan mencederai hati mereka, menyingkap cacat, dan aib mereka.

Ia menukil pernyataan Ibnul Jauzi yang termuat dalam Kitab Adz-Dzail ala Thabaqah Al-Hanabilah yang mengatakan pernah mendengar Ibnu Hurairah berkata kepada sebagian dai untuk bersungguh-sungguh menutupi aib orang yang bermaksiat.

“Bersungguh-sungguhlah menutupi aib orang yang bermaksiat, karena menampakkan maksiat mereka di hadapan publik adalah cacat dan dosa bagi kaum muslimin. Sedangkan hal yang paling diutamakan adalah menutupi kekurangan-kekurangan itu.”

Disebutkan dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, Salamah berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menutup aib seorang mukmin, seolah dia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.” (HR Ath-Thabrani)

Dalam hal ini, Imam an-Nawawi Rahimahullah mengatakan bahwa hadits tersebut mengandung sejumlah fadhilah atau keutamaan, yakni menolong orang muslim, menghilangkan kesusahan, serta menutupi aibnya.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Manusia Urusi Aib Orang Lain tapi Lupa Aibnya Sendiri



Jakarta

Ada sejumlah perilaku manusia yang membuat Allah SWT heran terhadapnya. Salah satunya manusia suka mengurusi aib orang lain tapi melupakan aibnya sendiri.

Perkara tersebut disebutkan dalam hadits qudsi yang dihimpun Imam Ghazali dalam kitab Mawaidz Fi Ahaditsil Qudsiyyah yang diterjemahkan Kaserun. Kitab ini berisi kumpulan nasihat yang terdapat dalam hadits qudsi.

Pada nasihat pertama, Imam al-Ghazali memaparkan hadits qudsi tentang sepuluh perilaku manusia yang membuat Allah SWT heran. Dikatakan, Allah SWT heran terhadap manusia yang meyakini datangnya maut sementara mereka bisa bergembira. Kemudian, Allah SWT juga heran pada manusia yang meyakini hari perhitungan tapi ia terus mengumpulkan harta.


Pada akhir hadits dikatakan Allah SWT heran terhadap manusia yang suka mengumbar aib orang lain tapi dia melupakan aibnya sendiri. Berikut selengkapnya.

Allah SWT berfirman,

يَابْنَ آدَمَ، عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ رة و بِالْمَوْتِ كَيْفَ يفرح، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْحِسَابِ كَيْفَ يَجْمَعُ الْمَالَ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْقَبْرِ كَيْفَ يَضْحَكُ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْآخِرَةِ كَيْفَ يَسْتَرِيحُ، وَعَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بالدُّنْيَا وَزَوَالِهَا كَيْفَ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهَا، وَعَجِبْتُ لِمَنْ هُوَ عَالِمُ بِاللِّسَانِ جَاهِلُ بِالْقَلْبِ، وَعَجِبْتُ لمَنْ يظهرُ بِالْمَاءِ وَهُوَ غَيْرُ طَاهِرِ بِالْقَلْبِ، ووه ور وَعَجِبْتُ لِمَنْ يَشْتَغِلُ بِعُيُوبِ النَّاسِ وَهُوَ غَافِلُ عَنْ عُيُوبِ نَفْسِهِ، أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى مُطَّلِعُ عَلَيْهِ كَيْفَ يَعْصِيهِ، أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ ورو يَمُوتُ وَحْدَهُ، وَيَدْخُلُ الْقَبْرَ وَحْدَهُ، وَيُحَاسَبُ وَحْدَهُ، كَيْفَ يَسْتَأْنِسُ بِالنَّاسِ، لَا إِلَهَ إِلَّا رروه أَنَا حَقًّا، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدِى وَرَسُولِي.

Artinya: “Wahai manusia, aku heran terhadap orang yang yakin terhadap maut, tetapi bagaimana ia bisa bergembira. Aku heran pada orang yang meyakini hari perhitungan, tetapi ia terus menerus mengumpulkan harta. Aku heran terhadap orang yang meyakini kubur, tetapi dapat tertawa. Aku heran kepada orang yang meyakini akhirat, bagaimana ia bisa merasa tenang. Aku heran terhadap orang yang meyakini dunia dan kesirnaannya, namun ia merasa tenang di sisinya. Aku heran pada orang yang alim lisannya, tetapi bodoh hatinya. Aku heran terhadap orang yang bersuci dengan air, tetapi tidak suci hatinya. Aku heran pada orang yang sibuk mengurus aib orang lain, tetapi lupa terhadap aib diri sendiri; atau terhadap orang yang mengetahui bahwa Allah SWT melihatnya, tetapi ia tetap berbuat maksiat; atau terhadap orang yang mengetahui bahwa dirinya akan mati seorang diri, masuk kubur sendirian, dihisab sendiri; tetapi ia merasa tenang bersama orang lain. Sungguh, tiada Tuhan selain Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku.”

Menutup aib orang lain termasuk hal yang diperintahkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al Hujurat ayat 12,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, ayat tersebut berisi perintah untuk tidak berburuk sangka terhadap orang-orang yang beriman. Ayat tersebut juga dijadikan dalil dalam menutup aib.

Menutup aib memiliki keutamaan yang besar. Disebutkan dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi yang disyarah Musthafa Dib al-Bugha dkk dan diterjemahkan Misbah, balasan orang yang menutupi aib seseorang di dunia adalah ditutup aibnya pada hari kiamat. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, yang bersabda,

لا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Tiada seorang hampa pun yang menutupi cela seseorang hamba yang lainnya di dunia, melainkan ia akan ditutupi celanya oleh Allah pada hari kiamat.” (HR Muslim dalam Shahih-nya)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com