Tag Archives: Al-

Jangan Baca Ayat Kursi di 4 Waktu Ini, Muslim Perhatikan Ya!


Jakarta

Ayat Kursi terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 255. Banyak keistimewaan yang terkandung dari Ayat Kursi sehingga sering diamalkan oleh muslim.

Menukil dari Al Itqan fi Ulumil Qur’an yang disusun Imam Jalaluddin Al Suyuthi terjemahan Muhammad Halabi, Ayat Kursi disebut sebagai ayat yang paling agung dalam Al-Qur’an. Hal ini bersandar pada riwayat dari Ubay bin Ka’ab.

“Ayat yang paling agung dalam Kitab Allah adalah Ayat Kursi.”


Ayat Kursi bisa dibaca kapan saja, namun ada waktu-waktu terbaik untuk mengamalkannya. Begitu pula dengan waktu yang dilarang membaca Ayat Kursi.

Waktu yang Tidak Diperbolehkan Membaca Ayat Kursi

1. Saat Mengantuk

Sebaiknya muslim tidak membaca Ayat Kursi saat mengantuk. Diterangkan oleh Imam Nawawi melalui kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an terbitan Mirqat, sebaiknya muslim tidak membaca Ayat Kursi saat mengantuk agar tidak salah melafalkan ayat.

Ini berlaku juga ketika muslim membaca surah lainnya dalam Al-Qur’an dalam keadaan mengantuk. Pada kondisi itu, makruh hukumnya jika tetap membaca.

Ketika muslim salah melafalkan ayat suci, maka bacaan Al-Qur’an terubah pula maknanya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Apabila salah satu dari kalian bangun malam sehingga bacaan Al-Qur’an-nya menjadi kacau sampai tidak sadar apa yang dia baca, hendaknya ia tidur.” (HR Ibnu Majah)

2. Ketika di Kamar Mandi

Kamar mandi atau toilet adalah tempat yang kotor. Muslim dilarang menyebut Asma Allah di dalam kamar mandi, begitu pula dengan membaca Al-Qur’an.

Membaca Al-Qur’an di kamar mandi sama seperti menghina kitab suci dan menyalahi adabnya. Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an adalah kitab suci yang pembacaannya harus memperhatikan adab-adab tertentu.

3. Waktu Rukuk dan Sujud

Menurut buku Imam Ghazali’s Ihya Ulum-id-din Edisi Inggris terjemahan Purwanto, muslim dilarang membaca Ayat Kursi ketika rukuk dan sujud. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur’an saat rukuk dan sujud. Adapun saat rukuk, hendaknya kalian mengagungkan Tuhan Azza wa Jalla, adapun saat sujud, hendaknya kalian bersungguh-sungguh untuk berdoa, karena saat itu doa kalian dijamin terkabul.” (HR Muslim)

Ayat Kursi termasuk bacaan Al-Qur’an, artinya muslim tidak boleh melafalkannya ketika rukuk maupun sujud seperti diterangkan dalam hadits Rasulullah SAW.

4. Sedang Junub

Muslim dilarang membaca ayat suci Al-Qur’an dalam keadaan junub ataupun hadats besar. Hal ini tertuang dalam hadits Rasulullah SAW,

“Wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca Al-Qur’an (walaupun satu ayat).” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kapan Waktu Terbaik Membaca Ayat Kursi?

Mengutip dari buku Ayat Kursi untuk Perlindungan Diri karya Ahmad Fathoni el-Kaysi, berikut beberapa waktu terbaik membaca Ayat Kursi.

  1. Sebelum tidur agar dilindungi dari gangguan setan hingga pagi hari
  2. Setelah salat fardhu agar dibukakan pintu surga
  3. Pagi dan petang hari agar dilindungi sepanjang hari

Ayat Kursi: Arab, Latin dan Artinya

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al Baqarah: 255)

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Islam & AS: Overlapped



Jakarta

Iamam Faisal Abdul Rauf, Imam Masjid Al-Farah, terletak hanya 12 blok dari bangunan WTC, New York City, yang pernah dihancurkan oleh teroris pada tgl 11/9/2001, menulis buku berisi 314 halaman berjudul: “What’s Right With Islam Is What’s Right With America” (Apa Yang Benar Menurut Islam itu juga Yang Benar Menurut Amerika).

Tokoh muslim AS ini meyakinkan warga mayoritas non-muslim AS untuk percaya bahwa aksi segelintir orang, yakni para teroris, yang memperatasnamakan diri sebagai aksi Islam sama sekali tidak bisa dibenarkan. Warga AS juga membuktikan diri sebagai manusia yang matang dan dewasa sama sekali tidak melakukan aksi balas dendam secara brutal terhadap komunitas muslim di AS.

Bahkan yang bermunculan ialah komunitas masyarakat yang secara spontan memberikan perlindungan terhadap komunitas muslim di AS. Penulis bersama isteri dan anak-anak juga bekerja di Georgetown University, Washington DC, sebagai Visiting Scholars belum lama kejadian mengerikan itu terjadi. Tentu saja orang lain mencemaskan kehadiran kami di AS saat itu, akan tetapi saya bersama keluarga samasekali tidak merasa terganggu.


Bahkan kami menempati IMAAM Center, Islamic Center untuk komunitas masyarakat Indonesia, bertetangga dengan sebuah gereja besar di Veirsmill Maryland, kami rukun damai di dalam menjalankan ibadah kami masing-masing. Tamu-tamu kami diberi kesempatan untuk memarkir kendaraan di halaman parrkir gereja yang amat luas. Ketika Hurrycan, badai, menerjang kota kami, pohon ratusan tahun itu bertumbangan ke arah gereja, kami sekeluarga juga ikut membantu memindahkan pohon-pohon itu. Ketika kami bersama keluarga meninggalkan AS pendeta gereja itu melepas kami dengan linangan air mata.

Selama kita memegang substansi ajaran Islam selama itu umat lain akan pasti menerima, karena Islam sesungguhnya adalah dipadati dengan ajaran kemanusiaan. Apa yang dikatakan oleh Imam Faisal dalam bukunya itu adalah benat dan terbukti benar. Presiden Obama juga pernah mentakan:”… janganlah ada keraguan: Islam adalah bagian dari Amerika. Dan saya percaya bahwa Amerika memegang kebenaran dalam dirinya bahwa terlepas dari ras, agama, dan posisi dalam hidup, kita semua memiliki aspirasi yang sama – untuk hidup dalam damai dan keamanan; untuk memperoleh pendidikan dan untuk bekerja dengan martabat; untuk mengasihi keluarga kita, masyarakat kita, dan Tuhan kita.

Ini adalah hal-hal yang sama-sama kita yakini. Ini adalah harapan dari semua kemanusiaan”. “Islam bukan bagian dari problem yang mengajarkan kekerasan secara ekstri. Sebaliknya Islam adalah sebuah agama yang selalu mengajarkan perdamaian”. Pernyataan senada juga sering kita dengar keluar dari tokoh-tokoh AS lainnya. Obama bahkan sangat fasih mengutip intisari salah satu ayat Al-Qur’an: “Siapa yang membunuh orang tak bersalah, maka ia seperti telah membunuh semua umat manusia; dan siapa yang menyelamatkan satu orang; maka ia telah menyelamatkan semua umat manusia”. Ayat ini terletak di dalam Q.S. al-Maidah/5:32).

Thomas Jefferson juga pernah mengingatkan: “Saya berharap kebijakan kita akan bertambah sejalan dengan kekuatan kita, dan mengajarkan kita bahwa semakin sedikit kita menggunakan kekuatan, justru semakin besar kekuatan itu.” Pernyataan Jefferson ini sejalan dengan sejumlah ayat dalam Al-Qur’an, antara lain: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Baqarah/2:195). Dalam ayat lain juga ditegaskan: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (Q.S. al-Baqarah/2:256). Dengan demikian tidak ada alasan umat Islam membenci AS sebagai sebuah negara dan sebaliknya AS juga tidak tepat mendiskreditkan umat Islam karena agama yang dianutnya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Hal-hal yang Menghilangkan Keberkahan Puasa



Jakarta

Banyak amalan yang bisa dikerjakan ketika bulan Ramadan, dan ada pula yang harus dihindari agar ibadah puasa penuh berkah. Adiwarman A. Karim menjelaskan beberapa hal yang harus dihindari agar pahala dan keberkahan Ramadan tidak berkurang.

Dalam Mutiara Ramadan detikcom, Selasa (11/4/2023) Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam. Perbuatan ini dapat menghilangkan pahala serta keberkahan puasa.

“Dalam fikih muamalah ada kaidah yang berbunyi: untuk urusan muamalah semuanya boleh, kecuali yang dilarang. Oleh karena itu untuk urusan muamalah, kita tidak perlu mencari apakah dahulu Rasulullah SAW dan sahabat pernah mencontohkan, tidak perlu. Yang harus dipegang adalah apakah hal ini ada larangannya atau nggak, kalau tidak ada, lakuin,” ujar Adiwarman.


Lebih lanjut, Adiwarman mengatakan dalam Al-Qur’an ada urusan muamalah yang mengatur tentang harom lidzatihi dan harom lighairi.

Haram lidzatihi maksudnya adalah hukum asal makanan itu sendiri sudah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini Adiwarman menyebutkan empat hal yang termasuk haram lidzatihi.

“Dalam Al-Qur’an, urusan muamalah yang termasuk harom lizatihi ada 4, nggak boleh makan babi, khamar, darah dan bangkai. Udah 4 itu. Nggak usah mikir-mikir rekayasa makanan, misalnya daging babi rasa sapi, tetap haram,” ujar Adiwarman.

Sementara itu ada yang termasuk haram lighairihi yakni bendanya halal (tidak haram) namun cara penanganan atau memperolehnya tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Haram lighairihi maksudnya hukum asal makanan itu sendiri sudah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits

Adiwarman menjelaskan haram lighairihi ada 7 macam, diantaranya yakni riba, penipuan dan transaksi yang tidak jelas.

Mau tahu apa saja yang termasuk dalam haram lighairihi? Simak video selengkapnya tentang perbuatan yang harus dihindari saat puasa di Mutiara Ramadan: Hal-hal yang Menghilangkan Keberkahan Puasa tonton DI SINI.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Khutbah Jumat Bulan Muharram Bahasa Jawa Tema Amaliah Suro


Jakarta

Pekan depan umat Islam sudah memasuki Tahun Baru Islam 1446 H yang jatuh pada 1 Muharram. Ini menjadi momen yang tepat bagi khatib Jumat untuk menyampaikan khutbah Jumat bulan Muharram bahasa Jawa pekan ini.

Masyarakat muslim Jawa menyebut Muharram sebagai bulan Suro. Muharram atau Suro adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah/Jawa.

Muharram termasuk satu bulan haram atau bulan yang disucikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,


“Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Zulkaidah, Zulhijah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang di antaranya terdapat Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)

Khutbah Jumat Bulan Muharram Bahasa Jawa

Berikut empat contoh naskah khutbah bulan Muharram bahasa Jawa yang bisa menjadi referensi khatib Jumat pekan ini.

1. Miwiti Wulan Muharram Kanthi Amal Kasaenan

أَلْخُطْبَةُ الْأُوْلَى

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ مُصَرِّفِ الْأَوْقَاتِ وَالدُّهُوْرِ. وَمُدَبِّرِ الْأَحْوَالِ فِى الْأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ. وَمُسَهِّلِ الصِّعَابِ وَمُيَسِّرِ الْأُمُوْرِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الرَّحِيْمُ الْغَفُوْرِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهَ وَرَسُوْلُهُ الشَّكُوْرُ الصَّبُوْرُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَضَاعِفِ اللَّهُمَّ لَهُمُ الْأُجُوْرَ.

أمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ, فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى.

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Monggo sareng-sareng ningkataken taqwalloh, ajrih dumateng ngarsonipun Alloh, kanti nindaaken sedoyo printah-printah-Ipun soho nebihi sedoya awisan-awisan-Ipun. Sepados kitho sedoyo manggehaken kawilujengan soho kebahagiaan wonten ing dunyo ngantos akhiratipun.

Gilir-gumantinipun dinten, wulan soho tahun estu cepet sanget. Mboten krahos, kita sampun lumebet wonten tahun hijriyah engkang enggal, 1446. Kanthi datengipun tahun enggal, ateges soyo caket kita dateng ajal utawi kematian. Kontrak gesang kita wonten ngalam dunyo ugi soyo telas.

Subhanallah, Alloh Subhanahu wa Ta’ala andadosaken awal tahun hijriyyah dipun wiwiti kalian wulan haram, lan ugi dipun pungkasi kalian wulan haram. Tahun hijriyyah dipun wiwiti wulan Muharram lan dipun pungkasi kaliyan wulan Dzulqo’dah. Dipun wastani wulan Muharram, kranten Alloh swt ngararamaken peperangan lan konflik wonten ing wulan mulyo meniko. Wulan Muharram meniko ugi kalebet wulan-wulan harom, inggih meniko Muharram, Dzulhijjah, Dzulqo’dah, lan Rojab.

Imam Fakhruddin ar-Razi wonten Tafsiripun anjelasaken bilih saben-saben penggawe maksiat wonten wulan harom bade kawales sikso engkang aurat, semanten ugi, nindaaken ibadah dateng Alloh bade dipun lipatgandaaken ganjaranipun. Panjenenganipun ngendiko:

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَّةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً وَالطَّاعَةَ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَاباً

“Maksud tembung haram inggih meniko, estu nindaaken maksiat wonten wulan kasebat kabales sikso engkang berat, lan nindaaken taat wonten wulan kasebat ganjaranipun langkung kathah.”

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Wulan Muharram meniko momentum sae kangge ningkataken kesaenan soho ketakwaan dateng Allah. Kita kedah ngoptimalaken wulan meniko kanthi nindaaken macem-macem amal kesaenan, hinggo wulan-wulan candakipun kita bade gampil nindaken soho ningkataken macemipun amal kesaenan. Paro ‘ulomo andawuhaken:

مَنْ كَانَتْ بِدَايَتُهُ مُحْرِقَةً كَانَتْ نِهَايَتُهُ مُشْرِقَةً

“Sopo wae kang kawitan e ngobong (tenanan), mongko pungkasane dadi padang (gampang).”

Kita kedah anggadahi tekat kuat nindaaken amal kesaenan wonten awal tahun meniko, sami ugi amalan umum utawi amalan khusus wonten wulan Muharram meniko. Amalan-amalan khusus engkang dipun perintahaken kagem kita wonten wulan Muharram antawisipun:

Ngthah-ngathahaken poso sunnah mutlak

Poso mutlak inggih puniko poso engkang kita tindaaken kanthi niyat nambah ganjaran soho ngeparek dateng ngarso Alloh. Kita pareng nindaaken siyam wonten sebagian besar dinten wulan Muharram meniko. Sami ugi wonten dinten-dinten awal, pertengahan utawi dinten-dinten akhir. Hal meniko dipun dasaraken kaliyan dawuh pangandikonipun Kanjeng Nabi SAW:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ. (رواه مسلم)

“Poso paling utami sak ba’dane wulan Romadhon inggih puniko poso wonten wulanipun Alloh engkang nami Muharram.” (HR Muslim)

Nindaaken poso ‘Asyuro’

Poso Asyura’ inggih puniko poso tanggal sedoso Muharram. Keutamaanipun poso Asyuro’ meniko saget anglebur doso-doso setahun ingkang sampun kalampah. Abu Qotadah al-Anshori RA ngendiko:

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. (رواه مسلم)

“Rosul SAW nate dipun dangu poso dinten ‘Asyura’, lajeng panjenenganipun njawab: “Ngebur doso-doso setahun engkang klewat.” (HR Muslim)

Nyampurnaaken kanthi poso Tasu’a

Poso Tasu’a’ inggih meniko poso tanggal songo wulan Muharram. Arikolo sugengipun Rasulalloh saw dereng sempat nindaaken siyam meniko. Mung kemawon, setunggal tahun sak derengipun wafat panjeneganipun bertekat bade nindaaken poso Tasu’a’ meniko kanthi dawuh:

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ. (رواه مسلم)

“Yekti lamun aku menangi urip tahun ngarep, aku arep poso dino kaping songo (Muharrom).” (HR Muslim)

Sampun kita maklumi, bilih tyang-tyang Yahudi lan tyang-tyang Arab jahiliyyah sami nindaaken siyam tanggal sedoso Muharram. Kranten meniko, Rosul saw nambahaken siyam tanggal songo Muharram supados kaum muslimin mbenteni kaliyan tyang-tyang Yahudi soho kaum musyrikin, serto mboten nyeruponi ritual ibadahipun.

Maringi tambahan nafkah kagem anak istri

Rasulalloh Muhammad SAW dawuh:

مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ أَوْسَعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سّنَتَهُ كُلَّهَا. (رواه الطبراني)

“Sopo wonge pareng kajembaran nafkah kanggo keluwargane ono dino ‘Asyura’, Alloh bade pareng jembare rizki sepanjang tahun.” (HR ath-Thabrani)

Mboten wonten lepatipun wenawi kita nambah arto belanjo kagem keluwargo wonten wulan Muharram lan wulan-wulan sak candakipun. Kejawi mergi kebetahan pokok saben tahun pancen mindak reginipun, ugi ganjaran pareng nafkah dateng keluwargo langkung ageng. Ibnu Uyainah ngendiko: “Aku wes buktikake selami seket tahun utawi suwidak tahun, aku ora ningali kejobo keapikan.”

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Sebab menopo tanggal sedoso Muharram dipun sebat dinten ‘Asyuro’? Badaruddin al-‘Aini wonten kitabipun Umdatul Qari’ anjelasaken setunggal pendapat bilih wonten dinten ‘Asyura’ Alloh pareng kemulyaan soho kehormatan dateng sedoso nabi-Nipun. Inngih meniko: (1) kemenangan Nabi Musa dateng Fir’aun, (2) pendaratan kapal Nabi Nuh, (3) keselamatan Nabi Yunus medal saking perut ikan, (4) ampunan Alloh dateng Nabi Adam AS, (5) keselamatan Nabi Yusuf medal saking sumur pembuangan, (6) kelahiran Nabi Isa AS, (7) ampunan Alloh kagem Nabi Dawud, (8) kelahiran Nabi Ibrahim AS, (9) Nabi Ya’qub saget mersani malih, lan (10) ampunan Alloh kagem Nabi Muhammad, sami ugi kesalahan engkang sampun klewat utawi engkang bade katindaaken.

Kejawi meniko, poro ulomo ugi anjelasaken keistimewaan-keistimewaan poro nabi wonten dinten ‘Asyura’, kados minggahipun Nabi Idris dateng panggenan wonten langit, sembuhipun Nabi Ayub saking penyakit, lan pengangkatan Nabi Sulaiman dados raja.

Saking kedodosan-kedadosan wonten nginggil, dinten ‘Asyuro’ meniko dinten engkang sanget istimewa. Kranten meniko, dinten ‘Asyura’ dados momentum sae kagem nulodoni akhlak poro nabi, akhlak engkang mulyo, lemah lembut, soho menjunjung tinggi kasih sayang, bebagi dateng anak-anak yatim, tuwin kerukunan. Ngedohi keawonan, penghinaan, kekerasan, permusuhan, lan adu domba. Imut, kesaenan wonten wulan meniko dipun lipatgandaaken ganjaranipun. Keawonan wonten wulan meniko dipun lipatgandaaken dosa lan malapetakanipun.

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Mugi-mugi kanti ngoptimalaken wulan Muharrom meniko kanthi nindaaken amal-amal kesaenan, Alloh pareng kemudahan kita ngoptimalaken wulan-wulan candakipun kanti amal-amal kesaenan hinggo kita saget anggayuh kebahagiaan wonten dunyo lan keselamatan wonten akhirat. Aamiin.

وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ. وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ. إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

أَلْخُطْبَةُ الثَّانِيَّةُ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى. وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى. وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ. أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ. فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ارْفَعْ وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْن وّفِرُوسْ قَرَنَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ والْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيأ حَسَنَةً, وَفِى ألآخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعّالّمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ. إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُؤْتِكُمْ. وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.

Naskah khutbah Jumat bulan Muharram bahasa Jawa ini ditulis Wakil Katib PCNU Ponorogo seperti dilansir NU Ponorogo.

2. Makno Hijroh Wulan Muharram

Khutbah I:

اَلْحَمْدُ للّٰه الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه ، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين

أَمَّا بَعْدُ: فَياَ اَيُّهاَ الْحَاضِرُوْنَ ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أُولَٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِۚ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Jamaah Jumat ingkang minulyo

Monggo kito tansah netepi lan ningkataken takwo dumateng Gusti Allah kanti ngelampahi sedoyo perintahipun soho nebihi sedoyo awisanipun ngantos kito mbenjing pejah kelawan netepi agomo Islam. Gusti Allah dawuh wonten surat Ali Imran, 102:

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

“Hei wong-wong kang podo iman, takwoho siro kabeh marang Gusti Allah kanti saktemene takwo, lan ojo mati kejobo netepi Islam.”

Salah setunggale tindak lampah ingkang kalebet takwo nggih meniko noto niat hijroh tumuju maring Gusti Allah lan Rasulullah. Kanjeng Nabi dawuh:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Anging pestine piro-piro amal niku diukur saking niyate lan saben awak-awakan niku dipun tingali saking nopo-nopo ingkang diniati, sopo wonge hijrohe marang Gusti Allah lan Rasule, mongko hijrohe marang Gusti Allah dan Rasule, lan sopo wonge hijrohe krono dunyo utawi tiyang istri kang bakal dinikahi, mongko hijrohe tumuju marang perkoro kang diniati.” (HR Bukhari, Muslim)

Wonten Syarah Arbain anggitanipun Ibnu Daqiq mertelaaken bilih hadits meniko salah setunggale punjere Islam. Imam Syafii lan Imam Baihaqi dawuh bilih hadits kasebat kalebet sepertelune ilmu. Amergi pitung puluh bab fikih melebet wonten hadits niki.

Hadirin ingkang dipun rahmati Allah

Saking hadits meniko, kito tiyang muslim kedah noto niat sae anggenipun hijroh, keranten sedoyo tindak lampah ingkang angsal ganjaran agung meniko saking niatipun piyambak-piyambak. Kanjeng Nabi dawuhaken maknone hijroh nggih meniko:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Tiyang muslim niku tiyang ingkang nyelametaken muslim lintu saking lisan lan tangane, tiyang hijroh niku tiyang ingkang ninggal larangane Gusti Allah.” (HR. Bukhari)

Sakmangke wulan Dzulhijjah bade telas lan melebet wulan Muharram, setunggale wulan ingkang mulyo lan dados tahun barune umat Islam, tahun baru hijriah. Kito sedoyo dipun sunnahaken nindakaken amal kesaenan kados dene wulan mulyo lintu. Gusti Allah dawuh:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

“Saktemene itungane wulan mungguhe Gusti Allah iku rolas wulan, miturut pepesten Gusti Allah ingdalem nalikane nitahaken langit bumi. Ing antawisipun wonten sekawan wulan mulyo (harom). Meniko pepesten agomo kang lurus.” (At Taubat: 36)

Wulan-wulan harom dipun tafsiri Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah. Imam Fakhruddin Arrazi ing tafsir Arrazi juz 16, halaman 53 mertelaaken makno “harom” niku saben tindak lampah maksiat ing wulan harom bakal dipun wales sikso gede, ugi tindak lampah kesaenan lan ibadah maring Gusti Allah bakal dipun wales ganjaran ingkang agung.

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً ، وَالطَّاعَةُ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَاباً

“Makno harom niku tegese maksiat ing wulan meniko merkoleh sikso ingkang abot lan taat ing wulan meniko bakal merkoleh ganjaran ingkang agung.”

Jamaah Jumat rahimakumulLah

Pramilo, ing wulan meniko monggo sami ningkataken amal kesaenan lan njungkung ibadah dumateng Gusti Allah, keranten wulan Muharram nggadah kautaman ingkang katah sanget. Ampun ngantos kito angguraken mboten wonten kesaenan babar pisan.

Abu Na’im ing kitab Hilyatul Auliya’ juz 9 halaman 269 negesaken:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ

Artosipun: Sopo wonge dino iki kahanane podo karo dino wingi, mongko piyambake wonten kekirangan

Monggo, hijroh ing wulan Muharram kedah dipahami ninggalaken perkawis ingkang awon, penggawe maksiat tumuju marang perkawis ingkang dipun perintah Gusti Allah lan nderek pituduh saking Kanjeng Nabi serto njagi guyub lan rukun. Mugi kito tansah pinaringan rohmat lan maunah saking Gusti Allah.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II:

اَلحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ سَادَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَهلِكِ اليَهُوْدَ وَالنَّصَارَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَمِنَّا فِى دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أُمَوْرِنَا وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلاَءَ وَالوَبَاءَ والرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ المُسلِمِينَ العَامَّةً يَارَبَّ العَالَمِينَ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبادَ الله ! إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى القُربَى وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكبَرُ

3. Ngusap Sirahe Bocah Yatim ing Wulan Muharram

Khutbah I:

اَلْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumulLah

Monggo kito sami netepi lan ningkataken takwo dumateng Gusti Allah kanti tansah nindakaken sedoyo perintahipun soho nebihi sedoyo awisanipun ing panggenan pundi kemawon, rame utawi sepi. Amergi kelawan takwo kito sedoyo bakal pikantuk kabegjan lan selamet dunyo akherat, kempal kaliyan tiyang-tiyang ingkang temen anggenipun taat dumateng perintahe Gusti Allah.

Gusti Allah dawuh:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

“Hei wong-wong kang podo iman, takwoho siro kabeh marang Allah, lan kumpulo sertane wong-wong kang temen. ” (At Taubah: 119)

Sholawat serto salam keaturaken dumateng Kanjeng Nabi Muhammad ingkang sampun nuduhaken kito marang dalan ingkang jejeg, sehinggo kito paham iman, islam lan ihsan. Ugi saking Kanjeng Nabi Muhammad, kito sedoyo ngajeng syafaatipun mbenjang dinten kiamat.

Wonten wekdal meniko, wulan Muharram katah tiyang ingkang sami cancut taliwondo nindaaken amal ibadah kranten ganjaranipun ageng sanget. Ing antawisipun amal kesaenan ingkang masyhur nggih puniko ngusap sirahe bocah yatim

Setunggale hadis bab ngusap sirah bocah yatim dipun riwayataken Imam Ahmad saking Abi Umamah:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ وَفَرَّقَ بَيْنَ اُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

“Saktemene Rasulullah dawuh, sopo wonge ngusap sirahe bocah yatim krono Allah, mongko saben rambut kang diusap bakal dipun wales kelawan sepuluh kesaenan, lan sopo wonge tumindak bagus marang bocah yatim; wadon utowo lanang onok sandinge, mongko ingsun lan wong kolowau ingdalem suwargo koyo dene driji loro iki. Kanjeng Nabi aweh isyarat driji telunjuk lan tengah.”

Hadis niki pertelo sanget, bilih tiyang ingkang ngusap sirahe bocah yatim, estri utowo jaler, mongko bakale mlebet suwargo saget gandeng kaliyan Kanjeng Nabi Muhammad.

Jamaah Jumat ingkang minulyo

Tumindak bagus dumateng bocah yatim niku saget dipun wiwiti kaliyan wigati, perhatian. Langkung-langkung ngusap sirahe. Kranten saking hadis wonten inggil dipun pertelaaken bilih ngusap sirah bocah yatim bakal pikantuk ganjaran ageng.

Saklintune pikantuk ganjaran, ngusap sirah bocah yatim nggadah kautaman ingkang dipun sebataken:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ

“Diriwayataken saking Abu Hurairah, saktemene onok wong lanang wadul marang Kanjeng Nabi babakan atose ati, lajeng Nabi ngendikan: ngusapo sirahe bocah yatim lan aweho daharan marang wong miskin.” (HR Ahmad)

Hadis meniko negesaken bilih tumindak bagus dumateng bocah yatim lan aweh daharan tiyang miskin niku kautamane saget nyebabaken ati ingkang atos dados empuk. Sinten kimawon ingkang atine peteng lan atos obate arupi ngelampahi ngusap sirah bocah yatim lan aweh daharan fakir miskin, kranten saget dados tombo ati, ugi nukulaken raos welas asih lan trisno.

Hadirin ingkang sami pinaringan kabegjan

Ngusap sirah bocah yatim niku saget dipun maknani dados lambange welas asih antawisipun tiyang sepuh dumateng bocah alit lan trisnane bocah marang bopo. Leres nopo ingkang dipun dawuhaken ing setunggale hadis riwayat saking Ibn Abbas:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَ عَنْ الْمُنْكَرِ

“Diriwayataken saking Ibn Abbas, piyambake dawuh, Rasulullah ngendiko: Ora kelebu golongan ingsun, wong kang ora welas marang bocah cilik, ora ngajeni wong sepuh, ora ngajak marang kebagusan, lan ora nyegah kemungkaran.” (HR Tirmidzi)

Pramilo, monggo kito sami njagi, mbudidayaaken welas asih dumateng bocah yatim, fakir miskin. Lan mugi-mugi kelawan lantaran welas asih, penggalih kito sedoyo dados empuk lan tansah pikantuk ridone Gusti Allah. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II:

اَلحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ سَادَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَهلِكِ اليَهُوْدَ وَالنَّصَارَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَمِنَّا فِى دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أُمَوْرِنَا وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلاَءَ وَالوَبَاءَ والرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ المُسلِمِينَ عَامَّةً يَارَبَّ العَالَمِينَ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبادَ الله ! إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى القُربَى وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكبَرُ

Dua contoh naskah khutbah Jumat di atas dilansir dari NU Jatim.

4. Amaliah Sasi Suro

Contoh naskah khutbah Jumat selanjutnya berjudul Amaliah Sasi Suro Syekh Abdul Hamid. Khutbah ini disusun Tim al-‘Imaroh Lembaga Pelatihan Manajemen Keta’miran dan Waqaf.

الْحَمْدُ لِلهِ … الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيُعَظَّمُ فِيهَا الْأَجْرُ والحَسَنَاتُ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ فِي أَنْحَاءِ البلاد.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ . قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةً حُرُمُ [التوبة/٣٦]

Hadirin jamaah Jumat rahimakumulLah

Saka ndhuwur mimbar meniko, dalem paring piweling marang kito sedoyo, khususe khotib kiyambak, supados tansah ngupaya nambahi taqwa marang Allah subhanahu wa ta’ala kanthi nindakake sedanten kuwajiban kanthi tekad lan mantep e manah, lan ngedohi sedanten larangan ipun Allah kanthi kebak tabah lan sabar. Sebab kanthi mangkono, gesang kito bakal cocok kalian tujuan kito dipun ciptaaken Allah.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Lan Ingsun ora nitahake jin lan manungsa kajaba mung supaya padha nyembah marang Ingsun.” (Az Zariyat: 56)

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Mboten dangu maleh kita bakdene ninggalake Dzulhijjah, wulan pungkasan tahun 1445 H lan lumebet wonten sasi Muharram, wulan awal taun anyar 1446 H. Wong Jawa nyebutake wulan Muharram “Sasi Suro” lan wonten acara gedhe sing diarani ” Bodo Suro”. Tumrap umat Islam, Muharram pancen mujudake momen sing mulya amargi wulan meniko minangko wulan pertama taun anyar. Wajar menawi ing kawontenan punika dipun wastani “Hari Raya Kaum Muslimin” sebab wonten ing wulan Muharram kathah kenang-kenangan lan ing salebetipun punika wonten amalan-amalan sunnah ingkang dipun anjuraken sanget.

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Ing antarane amalan ing wulan Muharram yaiku: Kapisan, ngatah-ngatah aken siyam kados ingkan sampun dipangandikakake dening Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ (رواه مسلم)

“Poso sing paling apik sawise Ramadhan yaiku poso ing wulan Muharram lan paling apik shalat sawise shalat fardhu yaiku shalat wengi.” (HR Muslim)

Nalika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ditakoni babagan pasa ‘Asyura’, panjenengan ipun mangsuli:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ. سنن ابن ماجه – (ج ٥ ص ٢٧٣)

“Puasa ing dina Asyura, sejatine aku mikir yen Allah bakal ngilangi kesalahane taun kepungkur.” (HR Ibnu Majah)

Kapindho, sunnah kanggo kita nambahi belanja kanggo kulawarga kita ing dina kaping sepuluh Muharram. Iki adhedhasar pangandikane Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:

قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم : مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ . شعب الإيمان – البيهقي – (ج ٣ ص ٣٦٦)

“Sing sapa nambahi belanja kanggo nafkah kulawargane (garwane, anak lan wong kang dikaruniai) ing dina Asyura, Allah bakal nambahi rezekine ing salawase taun.” (HR al-Baihaqi)

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Para ulama nggolongake jinis-jinis amalan inggkang sahe ditindakake ing wulan Muharram, yaiku: sholat, siyam, njagi silaturahmi, sedekah, adus, nganggo celak moto, ziarah marang ulama (urip lan mati), ziarah wong lara, nambah blonjo / nafkah keluarga, ngetok i kuku, ngusap sirah anak yatim lan maca surat al-Ikhlas kaping 1000 ambalan.

Mula Syekh Abdul Hamid ing kitab Kanzun Naja was Surur Fi Ad’iyyati Tasyrahus Shudur nyimpulake amalan sing disaranake ing wulan Muharrom:

فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ بِهَا اثْنَتَانِ وَلَهَا فَضْلُ نُقِلْ صُمْ صَلِّ صَلِّ زُرْ عَالِماً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ وَسَّعْ عَلَى العِيَالِ قَلِمْ ظُفْرَا وَسُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ قُلْ أَلْفَ تَصِلْ

“Ing wulan Asyura iku ana sepuluh amalan, ditambah karo amalan loro sing luwih sampurna. Puasa, sholat, terus silaturahmi, ziarah wong solehah, ziarah wong sing lara lan nyelak i mripat, usap sirah bocah yatim, sedekah, lan adus, nambah nafkah e keluarga, ngethok kuku, maca surat Al-Ikhlas kaping sewu.”

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Muga-muga pergantian taun hijriyah nggawa berkah kanggo umur kita kanthi sinau lan ngisi nilai-nilai positif ing njerone, yaiku amliyah ala ahli sunnah wal jawmaah. Amin Ya Robbal Alamin

Tahun dalam naskah khutbah Jumat bulan Muharram bahasa Jawa yang bertema amaliah Suro tersebut telah disesuaikan.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Menikmati Isyarah(u) Daripada Qadarah(u), Lalu Taubat



Jakarta

Jalanan berair. Makkah disiram hujan. Suasananya yang sangat diharapkan di daerah yang terkenal gersang. Makkah ketika itu memang sangat jarang turun hujan. Mudah dinyana, ketika turun hujan, walau sangat lebat, penduduk lokal enggan menghindar.

Kalau di negeri banyak hujan orang berlarian mencari lokasi bebas tumpahan air hujan. Di sana orang malah berhujan-hujan sambil kegirangan. Pemandangan indah yang bisa dinikmati dari dalam kamar hotel. Apalagi di lantai atas yang mengarah pandang ke Masjidil Haram. Sungguh menyenangkan.

Hari itu Jumat menjelang shalat ashar. Masih dalam bulan penuh berkah, bulan Ramadlan. Tiga orang, Ayah dan dua orang putranya yang dua-duanya masih di sekolah dasar menuju Masjidil Haram di Makkah.


Jalanan yang berlimpah air. Mengantar mereka memilih sisi-sisi jalanan yang agak kering. Teringat di Indonesia kalau hujan turun bisa bersusulan. Mereka menyiapkan diri dengan payung di tangan. Masing-masing satu payung setiap orang.

Walau sandal dipilih dari bahan mahal yang bebas selip. Agak tebal dan berjonjot empuk. Namun mereka tetap memilih berhati-hati. Karena lantai di luar, jauh sebelum masuk Masjidil Haram masih memungkinkan sandal meluncur tak bisa ditahan.

Walaupun di Masjidil Haram, hujan seberapa pun akan segera terselesaikan. Berkah dari cleaning service yang sigap menghalau genangan air hujan. Serta peralatan pembersih lantai, dari berbagai jenis mobil pembersih yang siap menghisap, mengalirkan dan membersihkan.

Rupanya hari Jumat berkah di bulan penuh berkah itu menghadirkan barakah berlimpah dari Tuhan. Hujan deras yang menyembur dari langit hadir menjelang shalat ashar. Setelah itu, hujan begitu saja menghilang. Langit kembali terang. Matahari sambil tersenyum menyambut siapa pun yang hendak shalat berjemaah ashar di Masjidil Haram.

Sebelum masuk ke dalam Masjidil haram. Tiga orang, Ayah dan dua putranya menyempatkan mampir di lokasi penyimpanan barang. Kotak sandal dan barang-barang yang sebaiknya dititipkan daripada mengganggu jemaah yang akan sembahyang.

Mereka menata tiga sandal dan tiga payung dalam satu kotak ukuran lumayan. Kotak itu bisa ditutup dari luar. Tiga sandal yang memiliki merk yang sama, hanya berbeda ukuran.

Dalam upaya mendapati shalat lebih utama, lebih khusyu. Sang Ayah memilih lokasi di pelataran yang lapang. Agar bisa melihat Ka’bah seluas mata memandang. Di lantai Masjid yang tidak berkarpet. Di lokasi terdekat ke Ka’bah yang masih bisa dijangkau.

Jemaah umrah pada saat itu belum membludak seperti sekarang. Mendekati Ka’bah bisa mudah dilakukan. Asal waktu datang tidak boleh terlalu dekat dengan saat adzan berkumandang.

Waktu ashar masih cukup panjang. Melintas di depan si Ayah, entah Muslim Pakistan atau Banglades. Yang jelas dia sedang menenteng sandal. Tampak bagi si Ayah bahwa sandal yang ditenteng bukan yang mahal. Sandal jepit tipis, sudah berumur, sedang talinya jika dipakai sangat mungkin kedodoran.

Mungkin karena ragu akan meneteskan bekas-bekas air hujan,

“Ngapa sih sandal begituan dibawa ke dalam Masjidil Haram. Bukankah dititipkan di penitipan akan aman. Saya loh, dan anak-anak selalu menempatkan sandal di tempat penitipan. Di sana sandal tidak hilang walau harganya mahal”.

Dia berguman di dalam hati. Pasti tidak seorang pun tahu. Apalagi yang sedang berjalan mencari tempat duduk sambil menenteng sandal.

Lalu lalang orang berjalan mencari lokasi shalat. Sebagian ada yang membagikan qurma dan berbagai makanan ringan persiapan buka puasa. Kebiasaan seperti itu merupakan pemandangan sangat wajar di Masjidil Haram.

Adzan berkumandang. Shalat ashar berjemaah berlangsung tenang. Setelah selesai berdzikir sebagian jemaah bergegas pulang ke penginapan. Termasuk Ayah dan dua putranya.

Keluar dari masjid, mereka menuju lokasi sandal. Kotak dibuka. Barang-barang penitipan dikeluarkan, termasuk payung. Namun, giliran si Ayah hendak mengeluarkan sandal. Ternyata sandal yang tadinya lengkap tiga, sekarang sandal si Ayah yang berukuran paling besar tidak ditemukan. Artinya lenyap hilang.

Saat itu, si Ayah tampa komentar apa pun segera menunduk mengajak dua anaknya pulang. Dia menikmati perjalanan menuju penginapan tanpa menggunakan sandal. Terasa basahnya jalanan, hilang rasa empuk bantuan dari sandal, tapi banyak menghadirkan pelajaran.

Dia memilih isyarah (tanda dari Tuhannya) daripada qadarah, sekedar melihat itu sebagai kehendakNya.
Ia memahami bahwa melalui isyarah itu, Tuhan mendidiknya agar mengevaluasi diri, lalu segera bertaubat. Membalik salah menjadi benar atas apa yang sementara telah dilakukannya.

Ia segera tersadar. Bahwa gumamnya dalam hati selama melihat saudaranya menenteng sandal di dalam Masjidil Haram. Telah menghadirkan bimbingan Tuhan. Agar ia tidak lagi melakukan gunjingan kepada siapa pun walau dalam hati. Apalagi di dalam Masjidil Haram atau di lingkungan tanah haram. Jangan!

Bahkan gunjingan kepada siapa pun dan kapan pun. Tetap jangan. Melakukan gunjingan, ialah membicarakan keburukan orang lain sedang orang yang digunjing tidak tahu. Ghibah dan itu sangatlah haram. Apalagi menggunjing karena dasarnya sombong. Merasa sandalnya lebih mahal, lebih baik daripada sandal yang digunjing.

Betapa pun mahal, betapa pun lebih baik, bukankah dia dan yang digunjing sama-sama makhluk Tuhan. Memiliki hak yang sama untuk dirahmati Tuhan. Sedang nilai kemuliaan seseorang bukan berdasar harga sandal, bukan juga tampilan fisik, baju, asesoris yang lain, atau pun strata sosial. Atau bukan berdasar berbagai atribut kedudukan. Tapi hanya berdasar nilai taqwa.

Taqwa, amaliyah shalihah yang didasarkan niat demi melaksanakan kehambaan kepada Tuhan. Itulah yag menjadi tolok ukur, standar penilaian derajat seseorang. Apakah ia terpandang di mata Tuhan.

Banyak isyarah yang ‘ditebarkan’ Tuhan. Bisa jadi sandal hilang, bisa jadi nyerempet bemper kendaraan orang. Boleh jadi HP baru segera jatuh dan hilang karena merasa HP nya orang lebih bernilai mahal. Padahal HP nya sendiri baru dibelinya. Baru saja dianugerahi HP baru dari Tuhan.

Tidak sedikit orang yang begitu saja kehilangan kekayaan. Jatuh bangkrut bahkan berhutang-hutang. Bukan gali lubang tutup lubang. Tapi terus berhutang walau membayar bunganya saja belum bisa seimbang.

Ada yang lain diingatkan Tuhan melalui lengser jabatan. Dari jabatan tinggi tiba-tiba saja diberhentikan. Walau belum jelas alasan-alasannya.

Jika berkenan menikmati isyarah. Mari kita tafakkur dan segera bertaubat. Membalik sombong menjadi tawaddlu. Syirik menjadi tauhid. Bahwa sungguh tak ada sedikit pun kekuatan dan upayaku menjadi baik, hebat atau apa pun kecuali hanya karena anugerahNya. Tak secuil pun kumampu hindar dari; keliru, lemah, lambat, picik dan semacamnya kecuali juga hanya karena anugerahNya.

Laa ilaaha illaa Allah, laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.

Taubatku, semoga mengantarku tak pernah lagi merasa aku lebih baik darinya (sombong). Walau dalam dada. Karena hanya Dia, ya hanya Dia kelebihanku jika ada. Dan aku hanyalah seorang hamba yang pasti tidak memiliki apa-apa. Jasad, pikiran, ide, manfaat, atau apa pun yang biasa mereka lihat sebagai kelebihan dariku.
Astaghfirullah, astaghfirullah, tsumma astaghfirullah al’adziim!

Tuhan, kami memohon ampunanMu. Untuk bertambah shabar dan shalat (doa) agar semakin hari setiap kami semakin dekat kepadaMu, aamiin!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Memaknai Kunjungan Grand Syekh Al-Azhar di Indonesia



Jakarta

Untuk ketiga kalinya sejak ditabalkan sebagai Pimpinan tertinggi institusi Al-Azhar, Mesir pada 2010, Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmed Mohammad Ahmed Al-Thayeb, menyambangi Indonesia pada 8 hingga 12 Juli 2024.

Kehadirannya di negeri yang amat sangat majemuk dan sekaligus relijius ini selalu bermakna penting, mengingat reputasi dan komitmen Syekh Al-Thayeb di tingkat global dalam mendakwahkan cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.

Kita mungkin masih ingat, pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, Grand Syekh Ahmed Al-Thayeb mengadakan pertemuan bersejarah dengan Pemimpin Gereja Katolik Vatikan, Paus Fransiskus, dan bersama-sama menandatangani dokumen persaudaraan kemanusiaan (human fraternity document), yang menegaskan keberpihakan untuk menciptakan perdamaian.
Pertemuan dua tokoh agama besar di dunia saat itu mengirim pesan kepada khalayak bahwa musuh bersama kita yang perlu diwaspadai sesungguhnya adalah ekstremisme akut (fanatic extremism), hasrat saling memusnahkan (destruction), perang (war), intoleransi (intolerance), serta rasa benci (hateful attitudes) di antara sesama umat manusia, yang semuanya mengatasnamakan agama.


Pesan moral keagamaan dan kemanusiaan lima tahun lalu itu masih sangat relevan hingga saat ini, ketika di belahan dunia, perang Rusia-Ukrania dan konflik Israel-Palestina yang mengakibatkan ribuan korban kemanusiaan tak kunjung mereda, dan ketika di Negeri sendiri gesekan antarumat beragama sesekali masih mengemuka.

Marwah Indonesia

Mengapa kehadiran Grand Syekh Ahmed Al-Thayeb ketiga kalinya ini menjadi penting bagi kita, bangsa Indonesia?
Pertama, saya meyakini bahwa Syekh Al-Thayeb memahami betul bahwa Indonesia mewarisi tradisi, peradaban, dan marwah (wibawa) keilmuan Islam adiluhung yang telah berusia lebih dari 500 tahun. Syekh Al-Thayeb nyaman berkunjung ke Indonesia.

Sebagai seorang akademisi, Syekh Al-Tayeb niscaya sangat mengapresiasi para ahl al-‘ilmi yang dilahirkan dari rahim bumi Nusantara, yakni para ulama masa silam yang telah mendakwahkan Islam secara damai melalui penyebaran ilmu pengetahuan, menulis manuskrip-manuskrip keagamaan, seraya menerjemahkan ajaran-ajaran Islam ke dalam konteks masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, beragam dari segi suku, etnis, bahasa, aksara, dan agamanya.

Bagi seorang ilmuwan seperti Grand Syekh Ahmed Al-Thayeb, mengenal tradisi keilmuan seperti yang kita miliki itu jelas teramat penting, karena dapat menjadi pintu masuk untuk memahami karakter keberagamaan masyarakat Indonesia secara lebih empatik.

Terlebih, corak keilmuan sufistik yang sangat kental mewarnai karakter Islam awal Indonesia, juga sangat sejalan dengan pandangan keagamaan Syekh Al-Thayeb yang pernah mengatakan bahwa:

“Keberterimaan pendekatan pendidikan dan dakwah Al-Azhar di dunia Islam dan luar Islam itu karena spirit yang menggabungkan antara pemikiran ilmiah dan tasawuf dan semangat berpegang pada batas-batas moderat dalam hal akidah dan amal yang mencerminkan jiwa Islam sejati” (kuliah umum Grand Syekh Al-Azhar di kampus UIN Malang, Februari 2016).
Kedua, saya ingin memaknai kunjungan Grand Syekh Al-Azhar ini sebagai isyarat pentingnya Indonesia dalam konteks perjuangan menegakkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan perdamaian dunia.

Indonesia ini negara yang unik. Masyarakatnya amat majemuk dan sekaligus relijius. Hampir tidak ada aktivitas warga masyarakat Indonesia, termasuk dalam bidang sosial-politik, yang tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama. Namun begitu, Indonesia bukan negara agama, masyarakat yang majemuk tadi memiliki ruang leluasa dalam mengekspresikan keragaman dan sikap keberagamaannya.

Dalam konteks bernegara, tidak mudah mengelola kemajemukan dan relijiusitas warga yang sangat majemuk itu. Negara harus senantiasa menjaga keseimbangan antara melindungi hak beragama setiap warga yang beragam cara pandang, sikap, dan praktik beragamanya di satu sisi, dengan keharusan menegakkan komitmen kebangsaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan.

Syukurlah sejauh ini kita berhasil mengelola keragaman dan keberagamaan masyarakat Indonesia itu dengan baik, antara lain melalui ijtihad merumuskan konsep Moderasi Beragama.
Moderasi Beragama adalah salah satu tawaran solusi untuk mengarusutamakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama – yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum – berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
Ketiga, kehadiran (lagi) Grand Syekh Al-Azhar di Indonesia dapat kita maknai sebagai pesan bahwa upaya untuk merawat kerukunan, toleransi, perdamaian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kemanusiaan di Indonesia masih perlu terus-menerus dilakukan.

Agama harus menjadi inspirasi sejati agar kita bisa bersama-sama menjaga hak kodrati setiap manusia, memenuhi hajat hidup orang banyak, memberikan perlindungan kaum lemah, serta mengatur dengan baik tata kehidupan masyarakat yang beragam.

Berharap Langkah Konkrit

Mungkin, hal berikutnya yang penting dipikirkan bersama adalah apa langkah-langkah konkrit yang bisa Indonesia lakukan bersama Grand Syekh Al-Azhar?
Pesan kemanusiaan dan perdamaian tidak cukup berhenti di atas mimbar atau di forum diskusi. Gaungnya akan terasa hambar kalau prinsip kemanusiaan belum bisa tegak diatas sikap keberagamaan, sebagaimana sering disampaikan oleh ulama ahli tafsir kita, Prof. Dr. Quraish Shihab.

Saya tentu tidak dalam kapasitas menawarkan solusi. Namun, kita bersyukur bahwa Indonesia dipercaya menjadi salah satu pusat aktivitas Majelis Hukama Muslimin (MHM) tingkat Asia Tenggara, lembaga yang dipimpin langsung oleh Grand Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Mohammad Ahmed Al-Thayeb, pemegang otoritas tertinggi keagamaan di Mesir.
Karenanya, sambutan hangat dan terbaik sepatutnya kita berikan menyambut kedatangan Syekh Al-Thayeb di Indonesia, ahlan wa sahlan wa marhaban bi-ziyaratikum…

Kita patut berharap bahwa para ulama, tokoh agama, dan kaum cerdik-cendikia di Indonesia, khususnya yang tergabung dalam Majelis Hukama Muslimin itu, dapat melanjutkan membangun marwah peradaban keagamaan dan kemanusiaan yang kita warisi, sehingga kita, bangsa Indonesia, bisa menegakkan kepala berkontribusi bagi dunia. Semoga.

Ciputat, 6 Juli 2024

Oman Fathurahman
Guru Besar Filologi FAH UIN Jakarta, Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Era Jahiliyah



Jakarta

Abad yang paling suram pada kehidupan manusia terjadi pada abad ke 6 dan ke 7 Masehi. Sejak berabad-abad sebelumnya peradaban manusia telah meluncur dan jatuh secara drastis di bumi persada ini. Peradaban ini telah melupakan Sang Khalik sehingga ia telah lupa pada dirinya sendiri dan hari depannya. Manusia telah kehilangan kesadarannya, kebijaksanaannya, hilang juga kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, antara yang mulia dan yang hina.

Mereka ( para agamawan ) telah melarikan diri dari kehidupan yang sudah bejat ini, dan berlindung di dalam biara-biara, gereja, bahkan ke goa-goa untuk memencilkan diri. Mereka lari karena tidak berhasil memperjuangkan untuk mempertahankan agama, politik, kemerdekaan ruhani serta kebendaan. Adapun dari mereka yang masih tertinggal dalam kehidupan ramai telah menjalin persekutuan dengan para raja dan penguasa dunia, membantu dalam perbuatan dosa dan bahkan ikut makan harta orang lain secara zalim.

Sejatinya kehidupan itu berputar, terjadi beberapa abad yang lampau dan bisa berputar terjadi pada abad ini. Hak persamaan terkikis dengan dominasi kelompok tertentu dalam pengelolaan dan penguasaan aset, hak adil bagi masyarakat miskin menjadi marginal, munculnya pasar kebohongan dan miskin kejujuran. Kekejian dalam genosida etnis tertentu memperoleh dukungan. Semua ini menjadikan masyarakat apatis, tidak merasa ada perubahan saat terjadi pergantian Penguasa karena tiada perubahan sikap ( tetap zalim ).


Ingatlah bahwa kezaliman itu sangat dibenci oleh Sang Khalik, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-An’am ayat 45 yang terjemahannya,”Maka orang-orang zalim itu dimusnahkan hingga ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Makna ayat ini adalah : Peringatan sudah disampaikan, teguran secara halus maupun keras juga sudah diberikan, bahkan aneka nikmat sudah mereka terima, mereka masih saja durhaka. Maka berlakulah ketentuan Allah SWT. yaitu orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya sehingga tidak tersisa. Dan itu semua bukan karena Allah SWT. berbuat aniaya kepada mereka, karena semua yang ditentukan-Nya adalah baik, maka segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

Tiadanya kemampuan membedakan yang benar dengan yang salah maka terjadilah perbuatan-perbuatan salah yang dibenarkan dan perbuatan benar yamg disalahkan. Mereka ( penguasa ) telah terhijab sehingga lalai bahwa kekuasaannya itu sebenarnya tiada berarti apa-apa dibanding kekuasaan Allah SWT. Mereka merasa mampu menjadikan seseorang sebagai pemimpin dan mengatur dalam kehidupan. Tindakan ini menjadikan Allah SWT. murka dan pasti akan memberikan azabnya yang sangat pedih. Ketakaburan seseorang yang berkuasa, biasanya akan diberi hadiah oleh Sang Pencipta berupa : Direndahkannya rezeki, direndahkan derajatnya dan direndahkan kesehatannya.

Kekuasan menjadikan seseorang meningkat derajatnya atau direndahkan derajatnya ( hina ) bukan pada manusia. Ingatlah selalu firman Allah SWT. dalam surah ali-Imran ayat 26 yang berbunyi, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Adapun inti makna ayat di atas adalah : Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. Maka kekuasaan ini ( milik-Nya ) janganlah seseorang meskipun berkuasa penuh ikut campur.

Masa jahiliyah ini terjadi sebelum kelahiran ajaran Islam, pada masa itu peran agama-agama besar di begal oleh orang-orang yang berakhlak rendah, dipermainkan oleh orang-orang yang mengejar kemewahan dunia, juga kaum munafik sehingga agama telah kehilangan jiwa dan bentuknya semula. Agama tidak dapat melaksanakan tujuannya terhadap dunia dan tidak dapat menyampaikan dakwanya kepada umat manusia.

Saat itulah dunia telah bangkrut dalam segala segi pembentukan akhlak dan tiada menentu arah kehidupan. Tidak lagi mempunyai ketentuan hukum yang suci jernih sebagai agama samawi ( langit ) dan tidak mempunyai peraturan yang tetap serta berlaku bagi umat manusia.

Maka pada abad itulah lahir seorang Nabi terakhir sebagai utusan-Nya untuk menyempurnakan segala sesuatu tentang kehidupan dunia. Pada saat Sang Nabi SAW. berusia 40 tahun, turunlah firman-Nya yang pertama dan seterusnya sampai akhir. Inilah firman-Nya sebagai penyempurna kitab-kitab agama samawi yang ada sebelumnya.

Penulis nukil salah satu surah yang menjadi landasan hidup umat manusia. Teologi al-Insyirah mengajarkan hidup lapang dan optimistis. Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah

Tuhan mengajarkan jiwaal-Insyirah(kelapangan) dalam menghadapi segala dinamika hidup. Sebagaimana firman-Nya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan sebutan nama(mu) bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan, hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS al-Insyirah: 1-8).

Semoga Allah SWT. selalu membantu untuk mengingat-Nya, beribadah kepada-Nya dan terhindar dari rongrongan hawa nafsu.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Haji 2025 di Musim Panas Terakhir, Setelahnya Musim Semi-Dingin



Jakarta

Ibadah haji 2025 akan menjadi haji terakhir yang berlangsung pada musim panas hingga datang 17 tahun lagi. Arab Saudi akan masuk musim semi tahun depan.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi (NCM) Hussein Al-Qahtani.

“Musim haji akan memasuki fase baru perubahan iklim pada tahun 2026. Kita tidak akan menyaksikan haji musim panas sampai setelah 17 tahun,” kata Al-Qahtani setelah puncak musim haji tahun lalu, Juni 2024, dilansir Saudi Gazette.


Al-Qahtani mengatakan 2026 akan menandai dimulainya musim semi selama delapan tahun berturut-turut diikuti musim dingin selama delapan tahun.

“Kita akan mengucapkan selamat tinggal pada haji di musim panas selama 16 tahun,” katanya sambil mencatat suhu rata-rata haji berkisar antara 45 dan 47 derajat Celsius.

Anggota Dewan Syura yang merupakan peneliti perubahan iklim, Dr. Mansour Al Mazroui, juga menegaskan haji 2025 akan menjadi musim haji terakhir yang bertepatan dengan musim panas sebelum akhirnya memasuki musim semi selama delapan tahun dilanjutkan musim dingin selama delapan tahun juga.

“Musim haji datang di musim dingin, dimulai pada tahun Hijriah 1454 dan berlanjut selama 8 tahun, berakhir pada tahun Hijriah 1461. Sedangkan untuk musim gugur, musim haji berlangsung antara tahun 1462 dan 1469,” rincinya.

Saudi Waspadai Suhu Ekstrem Haji 2025

Laporan AFP dikutip Deutsche Welle, Rabu (15/1/2025), Arab Saudi waspadai panas ekstrem pada musim haji 2025. Pada Juni tahun lalu, suhu udara melonjak hingga 51,8 derajat Celsius di Makkah saat 1,8 juta umat Islam menunaikan rukun Islam kelima, haji.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi mencatat sebanyak 1.301 jemaah wafat akibat suhu tinggi pada haji 2024, 83 persen di antaranya adalah jemaah haji ilegal. Lonjakan kasus kematian terjadi saat puncak haji.

Sumber AFP dari Pusat Penelitian Medis Internasional Raja Abdullah di Arab Saudi, Abderrezak Bouchama, mengatakan meski pemerintah Arab Saudi belum merinci persiapan haji tahun ini, pihak berwenang pastinya ingin menghindari terulangnya tragedi haji tahun lalu.

“Saya kira yang terutama adalah mengurangi risiko masuknya jemaah haji ilegal,” kata Bouchama, yang bekerja sama dengan pemerintah Saudi selama lebih dari tiga dekade untuk mengurangi kematian akibat cuaca panas.

“Saya rasa, pemerintah sudah belajar dari kesalahan ini, jadi kita harus melihat tindakan apa yang sudah mereka ambil untuk mengatasinya.”

Bouchama menyebut langkah mitigasi lain seperti sensor pendeteksi panas dini.

Peneliti Chatham House Karim Elgendy memperkirakan Arab Saudi akan memperbaiki infrastruktur untuk mitigasi suhu panas selama musim haji 2025.

“Respons pemerintah di masa lalu biasanya difokuskan pada peningkatan infrastruktur dan langkah-langkah pengendalian massa. Berdasarkan pola ini, kami memperkirakan untuk musim haji 2025 pemerintah Saudi akan memperbaiki infrastruktur demi memitigasi suhu panas dan kemungkinan kontrol kapasitas yang lebih ketat,” katanya.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Hukum Baca Doa Qunut Saat Witir di Pertengahan Ramadan, Begini Penjelasannya



Jakarta

Doa qunut biasa dibacakan oleh imam saat sholat witir dalam rangkaian sholat tarawih di pertengahan Ramadan. Ada beberapa dalil yang menjelaskan hal ini.

Kumandang azan magrib hari ini akan menjadi pertanda puasa hari ke-15 Ramadan 1444 Hijriah. Artinya sudah setengah perjalanan bulan Ramadan. Malam pertengahan Ramadan termasuk istimewa, salah satu amalan yang bisa dikerjakan yakni membaca doa qunut ketika sholat witir.

Doa qunut saat witir setelah sholat tarawih tidak dibacakan pada malam-malam awal Ramadan. Ada banyak dalil yang bisa dijadikan sebagai dasar pembacaan doa qunut ini.


Hukum Membaca Doa Qunut Saat Sholat Witir

Dilansir dari laman NU Online, Kamis (6/4/2023) amalan ini disebutkan melalui atsar atau perkataan sahabat Nabi berikut:

1. Hadits Riwayat Abu Dawud

أن عمر بن الخطاب جمع الناس على أبي بن كعب فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت الا في النصف الباقى من رمضان. رواه أبو داود

Artinya, “Sesungguhnya Umar Ibn Khattab berinisiatif mengumpulkan masyarakat agar shalat tarawih bersama (dengan imam) Ubay Ibn Ka’b, maka beliau shalat tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan beliau tidak berdoa qunut kecuali dalam separuh yang kedua (malam 16 Ramadhan hingga seterusnya).” (HR. Abu Dawud).

2. Imam asy-Syafii

Berikutnya, dijelaskan pula di dalam kitab Ma’rifatus Sunan wal Atsar (4/44) dengan mengutip pendapat Imam asy-Syafii yang mengatakan bahwa pada separuh terakhir Ramadhan umat Muslim membaca doa Qunut. Hal ini pernah dilakukan oleh Ibnu Umar dan Mu’adza al-Qari.

قال الشافعي: ويقنتون في الوتر في النصف الآخر من رمضان، وكذلك كان يفعل ابن عمر، ومعاذ القاري
Artinya, “Mereka berqunut di dalam shalat Witir pada pertengahan akhir bulan Ramadan, seperti itulah yang dilakukan oleh Ibnu ‘Umar dan Mu’adz al-Qari.”

3. Imam an-Nawawi

Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar (67) menegaskan hal serupa. Menurut an-Nawawi, ulama kalangan madzhab Syafii menganjurkan pembacaan doa Qunut pada separuh terakhir di bulan Ramadhan. Selain itu, dia juga memaparkan beberapa versi anjuran ini. Akan tetapi, pendapat yang paling kuat menurutnya adalah Qunut dibaca pada separuh terakhir Ramadan.

ويستحب القنوت عندنا في النصف الأخير من شهر رمضان في الركعة الأخيرة من الوتر، ولنا وجه: أن يقنت فيها في جميع شهر رمضان، ووجه ثالث: في جميع السنة، وهو مذهبُ أبي حنيفة، والمعروف من مذهبنا هو الأوّل

Artinya: “Menurut kami, disunnahkan Qunut di akhir witir pada separuh akhir Ramadhan. Ada juga dari kalangan kami (Syafiiyyah) yang berpendapat, disunnahkan Qunut di sepanjang Ramadhan. Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa disunnahkan Qunut di seluruh shalat sunnah. Ini menurut madzhab Abu Hanifah. Namun, yang baik menurut madzhab kami adalah model yang pertama, yaitu Qunut pada separuh akhir Ramadhan.”

Mengutip buku Ramadan Bersama Rasul: Panduan Ibadah di Bulan Suci Ramadan oleh Alvian Iqbal Zahasfan, dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat tentang membaca doa qunut saat sholat witir dari imam mazhab.

Pertama, Imam Abu Hanifah berpendapat wajib hukumnya qunut witir sebelum rukuk sepanjang tahun. Sementara menurut kedua muridnya, Abu Yusuf (w. 182 H) dan Muhammad Asy-Syaibani (w. 189 H), hukumnya sunnah.

Kedua, menurut pendapat Malikiyah yang masyhur hukumnya adalah makruh, tetapi dalam satu riwayat di kitab Al-Muwatha’ disebutkan bahwa Imam Malik ber-qunut di separuh terakhir Ramadan (sebelum rukuk). Pada praktiknya, mayoritas Malikiyah di Maroko tidak qunut di separuh Ramadan.

Ketiga, pendapat Syafiiyah yang paling unggul hukumnya adalah mustahab (sunnah) khususnya qunut witir di separuh terakhir Ramadan (setelah rukuk). Sebagian Syafiiyah menilai tidak ada qunut di bulan Ramadan.

Keempat, Al-Hanabilah berpendapat hukumnya sunnah sepanjang tahun setelah rukuk.

Kelima, menurut Imam Thowus, qunut witir adalah bid’ah.

Wallahu ‘alam.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Naik Kendaraan Laut, Lengkap Arab Latin dan Artinya



Jakarta

Perjalanan tidak hanya bisa ditempuh melalui darat, tetapi juga laut dan udara dengan beragam moda transportasi. Terlebih, menjelang mudik lebaran yang membuat banyak orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman.

Agar selamat sampai tujuan, hendaknya membaca doa sebelum berangkat. Sudah selayaknya seorang muslim membaca doa sebelum beraktivitas, termasuk ketika naik kendaraan. Salah satunya adalah kendaraan laut. Berikut bacaan doanya.

Bacaan Doa Naik Kendaraan Laut

Dikutip dari buku berjudul Setiap Saat Bersama Allah yang ditulis oleh Islah Gusmian, berikut ini adalah bacaan doa naik kendaraan laut berdasarkan hadits.


بِسْمِ اللهِ مَجْرَهَا وَمُرْسَهَآاِنَّ رَبِّىْ لَغَفُوْرٌرَّحِيْمٌ

Bacaan latin: Bismillaahi majreha wa mursaahaa inna robbii laghofuurur rohiim

Artinya: “Dengan nama Allah yang menjalankan kendaraan ini berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR Ibnu Sunni dalam Imam Nawawi, Al-Adzkar, h. 199).

Di dalam Al-Qur’an, dijelaskan bahwa doa ini dibaca oleh Nabi Nuh ketika menaiki bahteranya saat dilanda bencana banjir bandang. Sehingga, dianjurkan oleh seorang muslim agar membaca ayat ini ketika naik kendaraan laut untuk menghindari musibah.

Adapun seorang muslim dapat membaca doa dan dzikir yang lainnya sebelum memulai perjalanan, yakni terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW setelah membaca basmalah.

Doa-Doa Lain yang Dapat Dibaca

1. Surat Al An’am ayat 91

وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ

Arab latin: Wa mā qadarullāha ḥaqqa qadrihī iż qālụ mā anzalallāhu ‘alā basyarim min syaī`,

Artinya: Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya.

Rasulullah SAW bersabda, bahwa orang yang mengucapkan doa dzikir tersebut akan selamat dari tenggelam atau jatuh. (HR Ibnu Sinni).

Mengutip buku Doa-Doa Rasulullah SAW oleh Ibnu Taimiyah, disebutkan dari Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah bersabda: “Umatku akan selamat dari musibah tenggelam di saat mereka naik kendaraan laut, jika mereka membaca: (Al-Qur’an surat Hud ayat 41), kemudian ayat (Al-Qur’an surat Al An’am ayat 91.)

2. Surat Az-Zumar ayat 67

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Arab latin: Wa mâ qadarullâha haqqa qadrihî, wal ardhu jamî’an qabdhatuhû yaumal qiyâmah, was samâwâtu mathwiyyâtum bi yamînihî, subhânahû wa ta’âlâ ‘an mâ yusyrikûn

Artinya: Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

Selain itu, seorang muslim juga dapat mengikuti sunnah Rasulullah dalam naik kendaraan baik kendaraan darat, laut, maupun udara. Mahmud Asy-Syafrowi menyebutkan dalam bukunya Sukses Dunia-Akhirat dengan Doa-Doa Harian, diriwayatkan dari sahabat Ali RA bahwasanya ketika Rasulullah meletakkan kakinya di atas tunggangannya, beliau membaca bismillaah.

Kemudian, ketika beliau telah tegak di atas punggungnya, beliau membaca alhamdulillah. Setelah itu, beliau membaca, “Subhanalladzi sakhara lanaa hadzaa wama kunnaa lahuu muqriniin wainnaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun” (Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.)

Kemudian, beliau membaca alhamdulillah, sebanyak tiga kali. Membaca Allahu akbar, tiga kali. Kemudian membaca doa,

سُبْحَٰنَكَ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya: “Maha Suci Engkau. Sungguh, aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya, tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ahmad, dan lainnya).

Demikian bacaan doa naik kendaraan laut, lengkap beserta Arab latin dan juga terjemahannya. Doa-doa di atas dapat dibaca ketika menaiki kapal, perahu, sampan, dan juga kendaraan laut lainnya. Semoga Allah senantiasa memberi keselamatan.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com