Tag Archives: al – albani

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Juli 2025, Lengkap dengan Bacaan Niatnya


Jakarta

Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tiga hari pertengahan setiap bulan Hijriah, yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15. Kata “Ayyamul Bidh” secara harfiah berarti “hari-hari putih”, karena pada malam-malam itu bulan bersinar terang dan tampak bulat penuh di langit.

Dikutip dari buku Rahasia Puasa Sunah karya Ahmad Syahirul Alim, puasa Ayyamul Bidh merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW karena memiliki banyak keutamaan.

Anjuran puasa ini bersumber dari banyak hadits shahih. Di antaranya, hadits yang bersumber dari para sahabat Rasulullah SAW,


“Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tiga perkara, aku tidak akan meninggalkannya selama aku hidup; berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, dua rakaat duha, dan tidak tidur sampai aku salat witir.” (HR Bukhari dari Abu Darda)

Dan dalam hadits lain, dijelaskan bahwa tiga hari yang dimaksud adalah tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Abu Dzar! Jika kamu ingin berpuasa tiga hari setiap bulan, maka berpuasalah pada tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.” (HR Tirmidzi, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Hadits ini memperjelas bahwa puasa Ayyamul Bidh adalah bagian dari puasa sunnah yang dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan diamalkan oleh para sahabat.

Waktu Pelaksanaan Puasa Ayyamul Bidh

Puasa Ayyamul Bidh dilakukan setiap bulan Hijriah, tepatnya pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan hijriah. Waktu pelaksanaannya dimulai dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (maghrib) seperti puasa pada umumnya.

Jadwal Ayyamul Bidh Juli 2025

Berdasarkan kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Kementerian Agama RI, 1 Muharram 1447 H bertepatan dengan 27 Juni 2025. Berikut jadwal lengkap puasa Ayyamul Bidh bulan Muharram 1447 H/Juli 2025 M:

  • 13 Muharram 1447 H: Rabu, 9 Juli 2025
  • 14 Muharram 1447 H: Kamis, 10 Juli 2025
  • 15 Muharram 1447 H: Jumat, 11 Juli 2025

Niat Puasa Ayyamul Bidh

Merujuk buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya karya Khalifa Zain Nasrullah, niat puasa ayyamul bidh diucapkan dalam hati ataupun secara lisan. Waktu membacanya mulai dari malam hari hingga sebelum terbitnya fajar.

Berikut bacaan niat puasa Ayyamul Bidh. dalam tulisan Arab, latin dan artinya:

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ayyâmil bîdl lilâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa Ayyamul Bidl (hari-hari yang malamnya cerah), karena Allah ta’âlâ.”

Bagi yang lupa atau mendadak ingin melaksanakan puasa Ayyamul Bidh boleh membaca niat pada siang hari asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga munculnya keinginan untuk puasa.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Ini Sedekah Paling Mudah Tapi Bernilai Pahala Besar


Jakarta

Sedekah merupakan salah satu amalan ringan yang sangat dianjurkan dalam Islam dan bisa dikerjakan oleh setiap muslim. Keutamaan bersedekah telah disebutkan dalam beberapa ayat suci Al-Qur’an serta hadits Rasulullah SAW.

Lantas, apa saja bentuk sedekah yang bisa mendatangkan pahala melimpah?


Makna Sedekah dalam Islam

Bersedekah pada dasarnya adalah upaya seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengeluarkan sebagian hartanya, sebagaimana dijelaskan dalam buku 100 Kesalahan dalam Sedekah karya Reza Pahlevi Dalimuthe.

Namun, penting untuk dipahami bahwa sedekah tidak selalu terbatas pada harta benda. Ada banyak bentuk sedekah lain yang juga sangat bernilai di sisi Allah SWT.

Anjuran bersedekah pun secara tegas disebutkan dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam Surah Al-Baqarah ayat 254:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ٢٥٤

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.”

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya sedekah dalam berbagai hadits. Salah satu sabda beliau yang diriwayatkan oleh Hudzaifah menyebutkan:

“Setiap yang baik itu sedekah.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah. Hadits shahih, Al Albani men-shahihkan hadits ini dalam Al Misykat, Shahih at-Targhib, dan Silsilah Ahadits Ash-Shahihah)

Dua Bentuk Sedekah dengan Pahala Berlimpah

Di antara beragam bentuk sedekah, ada dua amalan yang digolongkan sebagai sunnah muakkad atau sangat dianjurkan, karena pahalanya yang berlimpah: wakaf dan salat Dhuha.

1. Wakaf: Sedekah Jariyah yang Tak Terputus Pahalanya

Wakaf dikenal sebagai sedekah jariyah. Artinya, pahala dari amalan ini akan terus mengalir meskipun seorang muslim telah wafat.

Konsep ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Muslim yang dinukil dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 3 oleh Imam Nawawi, diterjemahkan oleh Misbah:

“Apabila anak Adam (manusia) telah wafat, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Menurut kitab Hadyul Islami Fatawi Mu’ashirah oleh Yusuf Al-Qardhawi (terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani), wakaf tergolong sedekah jariyah karena harta yang diwakafkan tetap digunakan untuk kebaikan umum meskipun pewakafnya telah tiada.

Pengertian wakaf sendiri adalah memberikan sesuatu dengan cara menahannya dan menjadikannya bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Maksud “menahan” di sini adalah memastikan barang tersebut tidak diperjualbelikan, dihibahkan, digadaikan, diwariskan, disewakan, atau sejenisnya, seperti yang dijelaskan dalam buku Hukum Perwakafan di Indonesia oleh Hujriman.

Contoh wakaf sangat beragam, seperti tanah untuk pembangunan masjid, musala, pesantren, atau sekolah. Wakaf juga bisa berupa perkebunan, pertokoan, atau aset lain yang hasilnya didedikasikan untuk membiayai dakwah, pendidikan, atau sarana ibadah.

2. Salat Dhuha: Pahala Setara Ibadah Umrah

Selain wakaf, salat Dhuha juga termasuk amalan sunnah muakkad yang menjanjikan pahala melimpah. Salat sunnah ini memiliki keutamaan luar biasa, bahkan mampu mencukupi kewajiban sedekah setiap hari. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW dari Abu Dzar RA:

“Pada setiap ruas tulang seseorang di antara kalian di setiap pagi ada kewajiban sedekah. Setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Namun, semua itu dapat dicukupi dengan salat dua rakaat yang dikerjakan seseorang di waktu Dhuha.” (HR Muslim)

Lebih jauh lagi, salat Dhuha juga disebutkan dapat menggantikan pahala umrah. Dalam buku Amalan Pembuka Rezeki karya Haris Priyatna dan Lisdy Rahayu, dijelaskan sebuah hadits Rasulullah SAW:

“Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melaksanakan salat wajib, pahalanya adalah seperti pahala haji, dan barang siapa melakukan salat Dhuha, pahalanya adalah seperti pahala umrah, dan melaksanakan salat setelah salat tanpa ada kesia-siaan antara keduanya, ia akan mendapat tempat yang tinggi.” (HR Abu Dawud)

Adab dalam Bersedekah

Agar sedekah kita diterima dan berbuah pahala maksimal, penting untuk memperhatikan adab-adab bersedekah. Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Mausuatul Adab al-Islamiyyah (diterjemahkan Abu Ihsan Al-Atsari) menjelaskan beberapa adab penting ini:

  • Ikhlas bersedekah semata-mata untuk mencari rida Allah SWT.
  • Mendahulukan sedekah wajib (zakat) sebelum sedekah sunnah.
  • Tidak menunda sedekah wajib tanpa alasan syar’i.
  • Bersedekah kepada orang yang paling membutuhkan.
  • Mendahulukan sedekah kepada orang terdekat, seperti keluarga atau tetangga.
  • Memastikan sedekah berasal dari hasil yang baik dan halal.
  • Merahasiakan sedekah untuk menghindari riya’ (pamer).
  • Tidak mengungkit sedekah yang telah dikeluarkan.

Dengan memahami dan mengamalkan bentuk-bentuk sedekah serta adabnya, kita dapat meraih pahala besar yang terus mengalir, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan kita dalam berbuat kebaikan.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Niat Sholat Syuruq, Keutamaan, dan Tata Caranya


Jakarta

Sholat sunnah memiliki waktu-waktu tertentu yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Salah satunya adalah sholat Syuruq, yang juga dikenal dengan sebutan sholat Isyraq. Sholat ini dikerjakan setelah terbitnya matahari dan memiliki keutamaan.

Apa Itu Sholat Syuruq?

Dalam buku 23 Shalat Sunnah Penjelasan dan Tata Cara Pelaksanaannya karya Arief Rachman Badrudin disebutkan bahwa kata isyraq secara bahasa berarti “terbit.” Hal ini merujuk pada waktu pelaksanaannya, yaitu ketika matahari sudah naik setinggi satu tombak atau sekitar 2,5 meter di atas ufuk. Waktu ini biasanya sekitar 15 menit setelah matahari terbit, sehingga sholat Syuruq bisa dikerjakan pada jeda tersebut sebelum masuk waktu sholat Dhuha.

Dari penjelasan ini, dapat dipahami bahwa sholat Syuruq adalah ibadah sunnah yang dikerjakan setelah sholat Subuh, lalu duduk berdzikir hingga matahari terbit, kemudian melaksanakan sholat dua rakaat. Tujuannya untuk memperbanyak dzikir di pagi hari dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.


Dalam Seri Fiqih Kehidupan susunan Ahmad Sarwat disebutkan bahwa sebagian kalangan menyamakan sholat Syuruq dengan sholat Dhuha, namun pendapat ini tidak diterima secara umum. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaan: sholat Syuruq dilakukan segera setelah matahari terbit, sedangkan sholat Dhuha dimulai setelah itu hingga menjelang zawal, yaitu ketika matahari condong ke barat.

Keutamaan Sholat Syuruq

Setiap ibadah sunnah memiliki ganjaran tersendiri, namun sholat Syuruq memiliki keutamaan yang sangat istimewa. Rasulullah SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik RA:

“Barang siapa yang salat Subuh berjamaah, kemudian dia duduk, dalam riwayat lain menetap di masjid, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu dia salat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna.” (HR. At-Tirmidzi, dinilai sahih oleh al-Albani)

Niat Sholat Syuruq

Setiap sholat sunnah memiliki lafaz niat sesuai jenisnya. Berikut niat sholat Syuruq sebagaimana tercantum dalam buku Raih Pahala Haji dan Umrah Setiap Hari karya Muhammad Andhyka Afrianto:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلِإشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Latin: Ushalli sunnatal Isyraqi rak’ataini mustaqbilal kiblati lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat sholat Isyraq (Syuruq) dua rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Syuruq

Secara teknis, sholat Syuruq sama dengan sholat sunnah lainnya yang dikerjakan sebanyak dua rakaat, hanya berbeda pada waktu pelaksanaan dan niatnya. Berikut tata caranya.

  1. Membaca niat sholat Syuruq.
  2. Takbiratul ihram.
  3. Membaca surah Al-Fatihah.
  4. Membaca surah pendek dari Al-Qur’an.
  5. Rukuk.
  6. I’tidal.
  7. Sujud pertama.
  8. Duduk di antara dua sujud.
  9. Sujud kedua.
  10. Bangkit untuk rakaat kedua.
  11. Membaca Al-Fatihah.
  12. Membaca surah pendek.
  13. Rukuk.
  14. I’tidal.
  15. Sujud pertama.
  16. Duduk di antara dua sujud.
  17. Sujud kedua.
  18. Tasyahud akhir.
  19. Salam.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

10 Kumpulan Dalil tentang Sedekah, Pahala Kekal hingga Akhirat


Jakarta

Kumpulan dalil tentang sedekah telah diatur di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dalil-dalil tersebut akan membuat umat Islam terdorong untuk bersedekah kepada orang yang kekurangan.

Mengutip buku Fiqih yang disusun oleh M. Aliyul Wafa dkk, sedekah berasal dari bahasa Arab shodaqoh yang berarti memberikan. Sedangkan secara istilah, sedekah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan, semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

Selain itu, dalam buku 10 Formula Dasar Islam Konsep dan Penerapannya oleh Gamar Al Haddar, dijelaskan, hukum dan ketentuan sedekah sama dengan infak namun untuk sedekah merupakan pemberian yang tidak sebatas materi, tetapi bisa nonmateri. Jika tidak mampu bersedekah dengan materi, maka kita bisa bersedekah dengan jasa yang kita miliki.


Contohnya, senyum termasuk sedekah, membantu korban banjir, membantu korban kebakaran dan lain-lain termasuk sedekah. Lantas bagaimana sedekah diatur dalam dalil-dalil yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits? Berikut dalil-dalilnya.

Kumpulan Dalil tentang Sedekah

Sebagaimana yang diketahui oleh umat Islam, sedekah merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib untuk dikerjakan. Mengutip dari arsip detikHikmah, berikut ini kumpulan dalil tentang sedekah:

1. Surat Al-Baqarah Ayat 267

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

2. Surah At-Taubah Ayat 103

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ١٠٣

Artinya: ” Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

3. Surah Al-Baqarah Ayat 261

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”

4. Surah Ali Imran Ayat 92

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”

5. Surah Al-Ma’un Ayat 2-3

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣

Artinya: “Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.”

6. Hadits Riwayat Muslim

Dari Abu Dzar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فكُل تشبيحة صَدَقَةٌ، وَكُل تَحْمِيدَة صَدَقَةٌ، وكل تهليله صَدَقَد وَكُل تكبيرة صَدَقَد وَأَمرٌ بالمعروف صَدَقَة ونهي عن المنكر صَدَقَةٌ ويُخرى من ذلك رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الصحي

Artinya: “Pada setiap ruas tulang seseorang di antara kalian di setiap pagi ada kewajiban sedekah. Setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Namun, semua itu dapat dicukupi dengan salat dua rakaat yang dikerjakan seseorang di waktu dhuha.” (HR Muslim dalam kitab Zakat bab Penjelasan bahwa Kata Sedekah Digunakan untuk Setiap Jenis Kebaikan)

7. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, dan Lainnya

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Pekerjaan apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya.”

Ia bertanya lagi, “(Memerdekakan) hamba sahaya mana yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling mahal harganya dan yang paling berharga di tengah keluarganya.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak bisa melakukan itu semua?” Beliau menjawab, “Bantulah orang yang kehilangan dan berbuat baiklah kepada orang yang bodoh.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana jika aku masih tidak bisa melakukan?” Beliau menjawab, “Doakan manusia supaya terhindar dari keburukan, maka itu termasuk sedekah yang kamu sedekahkan untuk dirimu.” (Hadits shahih, diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dalam bab Al-Iman, Ahmad, dan Al Baihaqi)

8. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ad Darimi

Dari Abu Dzar, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, para hartawan telah membawa pahala yang banyak, mereka salat sebagaimana kami salat, mereka puasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”

Lalu, beliau SAW berkata, “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa yang bisa kalian sedekahkan? Setiap (pembacaan) tasbih dan tahmid nilainya seperti sedekah, dan pada istrimu juga terdapat amal sedekah.”

Beliau SAW ditanya, “Apakah dalam memenuhi syahwat (istri) juga termasuk sedekah?”

Beliau menjawab, “Bukankah ia apabila diletakkan pada tempat yang haram adalah dosa? Sebaliknya jika ia diletakkan pada tempat yang halal maka mendapat pahala.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim dalam bab Az-Zakah, dan Abu Dawud, dan Ad Darimi)

9. Hadits Riwayat Ath-Thabrani dan Al Baihaqi

Abu Umamah meriwayatkan dari Nabi SAW yang bersabda, “Seseorang masuk surga, lalu dia melihat tulisan di atas pintu surga ‘Satu sedekah dibalas sepuluh kali lipat, dan pinjaman dibalas 18 kali lipat’.” (Hadits shahih, termuat dalam As-Silsilah Ash-Shahihah)

10. Hadits Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Lainnya

Dari Hudzaifah, ia mengatakan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Setiap yang baik itu sedekah.” (Hadits shahih, diriwayatkan Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah. Al Albani men-shahihkan hadits ini dalam Al Misykat, Shahih at-Targhib, dan Silsilah Ahadits Ash-Shahihah)

Keutamaan Sedekah

Menukil buku Kehebatan Sedekah karya Fuad Abdurrahman, bersedekah merupakan amal saleh yang utama dan pahalanya dapat dirasakan sampai akhirat kelak. Berikut ini adalah keutamaan dari sedekah:

  1. Membersihkan dan menyucikan pelakunya.
  2. Memadamkan murka Allah.
  3. Menghapus dosa dan kesalahan.
  4. Mencegah berbagai bala (musibah).
  5. Allah SWT melipatgandakan pahala sedekah.
  6. Harta orang yang bersedekah akan diberkahi.
  7. Orang yang bersedekah dinaungi sedekahnya.
  8. Sebagai benteng dari api neraka.
  9. Malaikat mendoakan orang yang bersedekah.
  10. Pahala sedekah tak pernah putus.
  11. Melapangkan dada serta menentramkan hati pelakunya.
  12. Sebagai obat bagi penyakit jasmani.
  13. Sebagai obat bagi penyakit rohani.
  14. Orang yang bersedekah disejajarkan dengan orang yang berilmu.
  15. Orang yang bersedekah disejajarkan dengan orang yang mengamalkan Al-Qur’an.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Nabi Muhammad Dakwah di Makkah dan Madinah 23 Tahun, Terapkan Banyak Strategi


Jakarta

Dakwah Nabi Muhammad SAW adalah perjalanan penuh makna yang mengubah sejarah umat manusia. Nabi Muhammad SAW berdakwah di Makkah dan Madinah, totalnya selama 23 tahun. Ini dibagi dalam dua waktu berbeda.

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW bukanlah hal yang singkat dan mudah. Banyak peristiwa penting terjadi selama periode tersebut, yang menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam hingga hari ini.

Periode dakwah Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua, periode Makkah dan Madinah. Berikut penjelasan lengkapnya.


Periode Dakwah Nabi Muhammad di Makkah

Periode ini menjadi tahap awal dalam perjalanan dakwah yang penuh dengan tantangan dan ujian. Dijelaskan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam karya H. Fida’ Abdilah, Yusak Burhanudin, periode dakwah di Makkah dimulai setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Muddassir ayat 1-7:

يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ ١ قُمْ فَاَنْذِرْۖ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ ٤ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ ٥ وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ ٦ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ ٧

Artinya: “Wahai orang yang berselimut (Nabi Muhammad), bangunlah, lalu berilah peringatan! Tuhanmu, agungkanlah! Pakaianmu, bersihkanlah! Segala (perbuatan) yang keji, tinggalkanlah! Janganlah memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak! Karena Tuhanmu, bersabarlah!”

Ayat ini menandai dimulainya tugas Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam, mengingatkan seluruh umat manusia untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Setelah menerima wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya di Makkah yang berlangsung selama 13 tahun.

Menurut riwayat Ibnu Abbas RA sebagaimana terdapat dalam Ringkasan Shahih Muslim yang disusun Al-Albani, Nabi Muhammad SAW dakwah di Makkah selama 13 tahun. Ibnu Abbas RA berkata, “Rasulullah tinggal di Makkah selama 13 tahun sejak beliau menerima wahyu, dan tinggal di Madinah selama 10 tahun. Beliau wafat dalam usia 63 tahun.” (HR Muslim)

Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Makkah

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah bukanlah perjalanan yang mudah. Berbagai rintangan dan tantangan dari kaum Quraisy menjadi bagian dari perjuangan tersebut. Namun, di balik segala kesulitan itu, Nabi Muhammad SAW memiliki strategi dakwah yang luar biasa. Seperti apa strategi yang beliau terapkan selama berdakwah di Makkah?

Dakwah Nabi Muhammad secara Sembunyi-sembunyi

Dikutip dari sumber sebelumnya, pada masa-masa awal dakwahnya, Nabi Muhammad SAW menyebarkan ajaran Islam secara diam-diam dan beribadah di lokasi-lokasi tersembunyi agar tidak diketahui oleh kaum Quraisy.

Periode dakwah tersebut berlangsung selama tiga tahun. Hal ini dilakukan karena jumlah pengikut Islam saat itu masih sedikit. Selain itu, beliau belum memiliki kekuatan yang cukup besar untuk tampil di tengah masyarakat yang mayoritasnya adalah penyembah berhala dan penganut tradisi nenek moyang yang jauh dari konsep ketauhidan.

Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dengan menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang terdekatnya, seperti keluarga dan sahabat. Istri beliau, Khadijah, menjadi orang pertama yang menerima ajakan tersebut. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW menyebarkan dakwahnya kepada kerabat dekat, para pemuda yang merasa resah dengan situasi masyarakat Makkah, serta mereka yang miskin dan tertindas.

Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dengan tujuan mencari sosok-sosok yang mau mendukung perjuangannya. Mereka inilah yang dipersiapkan untuk menjadi penyebar ajaran Islam bersama Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, mereka menjadi pendukung setia dalam misi dakwah beliau.

Dakwah Nabi Muhammad secara Terang-terangan

Langkah awal Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah secara terang-terangan dimulai dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga besarnya, yaitu keturunan Abdul Muthalib bin Abdi Manaf. Sebanyak 45 orang hadir memenuhi undangan tersebut, namun mereka meninggalkan tempat sebelum Nabi Muhammad SAW sempat berbicara.

Dalam pertemuan selanjutnya, Nabi Muhammad SAW berhasil menyampaikan ajaran Islam, namun seluruh paman dan saudara yang hadir menolak. Hanya Abu Thalib yang menunjukkan dukungan terhadap upaya dakwah Nabi Muhammad SAW, meskipun ia tetap teguh pada keyakinan nenek moyangnya.

Untuk ketiga kalinya, Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara terbuka. Kali ini, beliau memilih Bukit Shafa sebagai tempatnya. Di hadapan penduduk Makkah yang berkumpul, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT, yang diberi tugas untuk memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia. Beliau mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah SWT, serta menjelaskan tentang kehidupan akhirat, surga, dan neraka.

Dakwah yang dilakukan secara terang-terangan oleh Nabi Muhammad SAW membuat ajaran Islam mulai dikenal luas dan menjadi bahan pembicaraan di seluruh penjuru Makkah, terutama di kalangan suku Quraisy yang banyak menentang. Para penentang ini menggunakan berbagai cara untuk menghentikan penyebaran dakwah tersebut. Keberanian kaum muslimin untuk menyebarkan ajaran Islam secara terang-terangan semakin bertambah kuat setelah Umar bin Khattab memeluk Islam.

Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai salah satu penentang utama dakwah Nabi Muhammad SAW. Meski menghadapi berbagai ancaman, Nabi Muhammad SAW dan para pengikut setianya tidak gentar. Perlahan namun pasti, dakwah Islam terus berlanjut.

Periode Dakwah Nabi Muhammad di Madinah

Setelah menghadapi berbagai tantangan di Makkah, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Perpindahan ini bukan sekadar perubahan lokasi, tetapi juga awal dari fase baru dalam dakwah beliau. Lantas, bagaimana periode dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah dan apa saja perubahan yang terjadi?

Perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan dakwah di Madinah bukanlah hal yang mudah. Selama masa hijrah di tempat baru ini, berbagai fitnah dan tantangan kerap menghadang upaya beliau dalam menyebarkan ajaran Islam.

Mengacu sumber yang sama, sikap antipati dari kaum Yahudi, kebencian kaum munafik, serta permusuhan dari kaum Quraisy sering kali memicu konflik yang kemudian berkembang menjadi peperangan di tengah masyarakat Madinah.

Rasulullah SAW berhasil mengatasi berbagai tantangan selama menyebarkan dakwah di kota yang dahulu dikenal sebagai Yatsrib itu. Akhirnya, beliau sukses menaklukkan Madinah dan memasukkannya ke dalam wilayah kekuasaan Islam.

Sebagian besar penduduk Madinah adalah para pendatang yang menetap di wilayah tersebut. Mereka terbagi menjadi dua kelompok utama, yakni Arab dan Yahudi. Bangsa Arab berasal dari wilayah selatan, sementara kaum Yahudi datang dari arah utara.

Penduduk Arab mendominasi wilayah Madinah dan terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu bani Aus dan bani Khazraj. Meski berasal dari etnis yang sama, kedua kelompok ini kerap berselisih dan berperang demi memperebutkan kekuasaan di Madinah. Di sisi lain, kaum Yahudi dikenal karena sifat mereka yang arogan, menganggap diri mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Dua kelompok yang tinggal di Madinah ini terus bersaing demi pengaruh dan kekuasaan. Mereka bahkan kerap saling mengancam akan berperang dan berusaha mengusir satu sama lain dari wilayah Madinah.

Kehadiran Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabiul Awwal tahun pertama Hijriah menandai permulaan penyebaran dakwah Islam di Kota Madinah. Berdasarkan hadits sebelumnya juga dijelaskan, Rasulullah SAW berdakwah selama 10 tahun sepanjang masa kenabiannya hingga akhir hayatnya di Madinah.

Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Hijrah ke Madinah menjadi titik balik bagi perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW. Situasi dan kondisi yang berbeda membuat Nabi Muhammad SAW perlu menerapkan pendekatan baru dalam menyebarkan ajaran Islam. Lalu, strategi apa saja yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya di Madinah?

Menurut buku Pendidikan Agama Islam susunan Bachrul Ilmy, Rasulullah SAW memiliki empat substansi dakwah selama periode dakwah beliau di Madinah, di antaranya:

  1. Penguatan akidah, ibadah, dan muamalah bagi kaum muslim melalui masjid sebagai pusat kegiatan.
  2. Membangun ukhuwah (persaudaraan) antara kaum Muhajirin dan Anshar untuk menyatukan umat Islam.
  3. Melatih kader-kader perjuangan guna mempertahankan wilayah dan mendukung para juru dakwah.
  4. Merumuskan aturan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Sedangkan strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah memiliki 5 strategi dakwah, berikut adalah strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah yang dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam yang ditulis oleh Elfa Tsuroyya:

1. Mendirikan Masjid

Langkah awal yang diambil oleh Rasulullah SAW adalah membangun sebuah masjid yang kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Di tempat inilah beliau mulai menyebarkan dakwah dengan mengadakan sholat berjamaah, mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai ibadah mahdhah, muamalah, serta berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Akibatnya, area sekitar masjid pun menjadi semakin hidup dan ramai.

2. Menyatukan Suku Aus dan Khazraj

Dua suku yang sebelumnya sering berselisih ini akhirnya dipersatukan dan kemudian dikenal sebagai kaum Anshar, yang membantu Rasulullah SAW saat hijrah. Langkah ini diambil untuk memperkuat persatuan di antara mereka serta dengan suku-suku lainnya yang tinggal di Madinah.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW menjalin ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar, dengan landasan agama yang menggantikan persaudaraan berdasarkan garis keturunan. Langkah ini menciptakan suasana yang lebih damai dan aman. Dengan menyatukan keduanya melalui keimanan, persatuan di antara mereka pun semakin kuat dan kokoh.

4. Mengajarkan Nilai-nilai Moral

Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada masyarakat tentang tata krama dalam mencintai sesama, menjalin persaudaraan, menjunjung tinggi keagungan, kemuliaan, serta pentingnya ibadah dan ketaatan.

5. Membuat Tatanan Sosial Masyarakat

Rasulullah SAW menyatukan kaum Yahudi yang terdiri dari bani Qainuqa, bani Nadhir, dan bani Quraizhah. Beliau kemudian merumuskan sebuah perjanjian yang melindungi hak-hak asasi manusia di Madinah, yang dikenal sebagai Piagam Madinah.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Rasulullah Larang Semir Rambut dengan Warna Hitam, Ini Haditsnya


Jakarta

Islam memperbolehkan menyemir rambut. Namun, ada satu warna yang harus dihindari, yaitu hitam.

Larangan menyemir rambut dengan warna hitam ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Jabir RA sebagaimana dinukil Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin. Larangan ini berlaku bagi laki-laki dan perempuan.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : أُتِيَ بِأَبِي قُحَافَةَ وَالِدِ أَبِي بَكْرِ الصِّدِّيقِ مَا ، يَومَ فَتْحِ مَكَّةَ وَرَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ كَالثَّغَامَةِ بَيَاضًا . فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ : غَيِّرُوا هَذَا وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ . رواه مسلم


Artinya: “Dari Jabir RA, dia berkata: Pada hari penaklukkan Kota Makkah Abu Quhafah dibawa ke hadapan Rasulullah SAW dengan rambut dan jenggotnya yang memutih seperti pohon tsaghamah (pohon yang daun dan buahnya putih). Maka Rasulullah SAW bersabda, “Rubahlah (warna celupan ini) dan jauhilah warna hitam.” (HR Muslim)

Menurut penjelasan dalam kitab Riyadhus Shalihin, hadits larangan menyemir rambut dengan warna hitam tersebut mengandung pelajaran untuk menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam segala aspek sekalipun itu hal remeh.

Hukum Menyemir Rambut Selain Warna Hitam

Para ulama berbeda pendapat terkait hukum menyemir rambut selain warna hitam. Dijelaskan dalam At-Tasyabbuh Al-Manhy Anhu fii Al-Fiqhi Al-Islami karya Jamil bin Habil Al-Luwaihiq yang diterjemahkan Asmuni, jumhur ulama dari kalangan mazhab Syafi’i, Hanbali, dan lainnya berpandangan bahwa itu sunnah.

Sementara ulama lain seperti Imam Malik berpendapat mewarnai rambut selain dengan warna hitam hukumnya mubah. Pendapat Imam Malik yang diutarakan dalam Al-Muwaththa ini kemudian menjadi pendapat jamaah dari kalangan ulama.

Terkait warna yang dianjurkan sebagaimana disebutkan dalam hadits adalah warna merah atau kuning. Sebagaimana Abu Umamah RA berkata, “Suatu hari Rasulullah SAW keluar menuju pada syaikh dari kalangan Ashar yang mereka telah memutih jenggotnya. Maka beliau berkata, ‘Wahai sekalian golongan Anshar merahkanlah atau kuningkanlah dan berbedalah dengan ahli kitab’.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya)

Larangan Mencabut Uban

Dalam kitab Riyadhus Shalihin terdapat hadits yang berisi larangan mencabut uban, baik uban pada jenggot, kepala, maupun lainnya. Dikatakan, uban akan menjadi cahaya bagi muslim pada hari kiamat kelak.

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ ، قَالَ : (( لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ ؛ فَإِنَّهُ نُورُ الْمُسْلِمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ )) حَدِيْثٌ حَسَنٌ ، رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ، وَالتَّرْمِذِيُّ، وَالنَّسَائِيُّ بِأَسَانِيْدَ حَسَنَةٍ ، قَالَ التَّرْمِذِيُّ : (( هُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ )) .

Artinya: “Dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, dari Nabi SAW beliau bersabda, ‘Janganlah kalian mencabut uban, karena sesungguhnya ia menjadi cahaya bagi orang muslim pada hari kiamat’.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan an-Nasa’i dengan sanad-sanad hasan)

Hadits tersebut dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Bercermin dan Artinya untuk Pria dan Wanita


Jakarta

Bercermin adalah aktivitas sehari-hari yang sering kita lakukan untuk melihat penampilan. Namun, dalam Islam, bercermin bukan hanya soal penampilan fisik, ada sunnah yang dianjurkan saat bercermin, yaitu membaca doa.

Doa ini mengingatkan kita bahwa segala keindahan dan kebaikan yang kita lihat adalah pemberian Allah SWT. Kita wajib bersyukur akan hal tersebut.

Doa Bercermin Arab, Latin, dan Terjemahannya

Menukil buku 63 Adab Sunnah karya Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, Lc., M.A. al-Hafizh, doa bercermin yang dapat dibaca adalah:


اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي

Bacaan latin: Allahumma ahsanta kholqii fa ahsin khuluqii

Artinya: “Ya Allah Engkau telah membaguskan penciptaanku maka baguskanlah akhlakku.”

Sedangkan dalam buku Doa dalam Al-Qur’an dan Sunnah karya M Quraish Shihab, doa yang dapat dibaca ketika bercermin adalah sebagai berikut:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنُ خُلُقي

Bacaan latin: Alhamdulillaah allaahumma kamaa hassanta khalqi fahassin khuluqii.

Artinya: “Segala puji hanya bagi Allah. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah perindah tubuhku, maka perindah juga akhlakku.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi)

Makna dan Hikmah Doa Bercermin

Dalam buku Adab Islam dalam Kehidupan Sehari-hari karya Mahdy Saeed Reziq Krezem, doa bercermin memiliki makna yang dalam. Saat kita bercermin dan melihat diri kita, kita diingatkan bahwa fisik kita adalah ciptaan Allah SWT. Selain mensyukuri fisik yang telah Allah SWT berikan, doa ini juga mengajarkan kita untuk memperbaiki akhlak. Kecantikan atau ketampanan fisik tidak ada artinya tanpa keindahan akhlak.

Dengan membaca doa bercermin, kita memohon kepada Allah SWT agar tidak hanya memperindah penampilan luar, tetapi juga memperbaiki perilaku dan hati kita. Akhlak yang baik akan memancarkan kecantikan batin, yang jauh lebih berharga di mata Allah SWT.

Adab Bercermin

Menukil buku Living Hadis karya Salim Rosyadi dkk, terdapat beberapa adab bercermin. Hal ini mengajarkan kita untuk bertindak dengan penuh makna, kesadaran, dan sesuai dengan tuntunan agama.

  • Mengingat nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
  • Tidak berlebihan dalam mengagumi keindahan diri sendiri.
  • Tidak mencela kekurangan fisik diri.
  • Bersabar atas kekurangan diri.
  • Bersyukur atas kelebihan yang dimiliki.
  • Tidak terlalu lama berada di depan cermin.
  • Tidak berlebihan dalam bercermin.

Manfaat Membaca Doa Bercermin

Merujuk buku Adab Islam dalam Kehidupan Sehari-hari karya Mahdy Saeed Reziq Krezem, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan ketika kita berdoa saat bercermin. Di antaranya adalah:

1. Mengajarkan Syukur

Doa ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala pemberian Allah SWT, baik fisik maupun batin.

2. Meningkatkan Akhlak

Dengan berdoa, kita memohon agar Allah SWT memperbaiki akhlak dan sifat-sifat kita. Sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik.

Doa bercermin menekankan bahwa keindahan fisik adalah anugerah. Namun keindahan akhlak adalah cerminan dari iman yang baik.

Pentingnya Sunnah dalam Kehidupan Sehari-hari

Islam sangat memperhatikan segala aspek kehidupan, termasuk hal-hal kecil seperti bercermin. Setiap aktivitas sehari-hari dapat menjadi ibadah jika disertai dengan niat yang baik dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Membaca doa saat bercermin adalah salah satu cara kita untuk mengikuti sunnah Nabi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam buku Sunnah Rasulullah Sehari-hari karya Syaikh Abdullah bin Hamoud Al Furaih, terdapat sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaknya kalian berpegang kepada sunnahku dan sunnah para khulafa rasyidin yang mendapat petunjuk, pegang teguhlah dan gigitlah ia dengan gigi geraham.” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Sholat Syuruq 2 Rakaat dan Artinya


Jakarta

Sholat syuruq adalah sholat sunnah yang dikerjakan setelah matahari terbit, sekitar 15-20 menit setelah terbitnya matahari. Sholat ini juga sering disebut sebagai sholat isyraq.

Salah satu keutamaan sholat syuruq adalah mendapatkan pahala seperti menunaikan ibadah haji dan umrah yang sempurna. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW.

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ


Artinya: “Siapa yang sholat Subuh berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian sholat dua rakaat, ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna (diulang tiga kali).” (HR Tirmidzi)

Setelah mengerjakan sholat syuruq, dianjurkan untuk berdoa kepada Allah SWT agar ibadah yang dilakukan mendapatkan keberkahan. Berikut adalah bacaan doa yang dapat dibaca setelah sholat syuruq, beserta penjelasan keutamaannya.

Bacaan Doa setelah Sholat Syuruq

Berikut adalah salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca setelah sholat syuruq, menukil Kitab Lengkap Shalat, Shalawat, Zikir dan Doa karya Puspa Swara dan Ibnu Watiniyah:

أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عَافِيَةً وَجَاءَالشَّمْسُ مِنْ مَطْلَعِهَا.اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ خَيْرَهَذَا الْيَوْمِ وَادْفَعْ عَنِّيْ شَرَّهُ. اَللَّهُمَّ نَوِّرْ قَلْبِيْ بِنُوْرِ هِدَايَتِكَ كَمَا نَوَّرْتَ اْلأَرْضَ بِنُوْرِ شَمْسِكَ اَبَدًا. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Bacaan latin: Alhamdulillahil ladzi ja’alal yauma ‘afiyataw waja-‘asy syamsu min mathla’iha. Allahummar-zuqni khaira hadzal yaumi wadfa’ ‘annii syarrah. Allahumma nawwir qalbi binuri hidayatika kama nawwartal ardla binuri syamsika abada. Birahmatika ya arhamar rahimin.

Artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan hari ini sejahtera dan telah terbit matahari dari tempatnya. Ya Allah, beri lah aku kebaikan hari ini dan jauhkan lah dariku keburukan hari ini. Ya Allah, terangilah hatiku dengan cahaya hidayah-Mu, sebagaimana telah Engkau terangi bumi dengan cahaya matahari-Mu terus-menerus. Dengan rahmat-Mu, wahai Yang Paling Pengasih di antara semua yang mengasihi.

Keutamaan Sholat Syuruq

Sholat syuruq memiliki banyak keutamaan bagi mereka yang mengerjakannya dengan penuh keikhlasan. Berikut adalah beberapa diantaranya:

Dari Abu Umamah radhiyallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan sholat subuh dengan berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan sholat sunnah Dhuha (di awal waktu, syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna.” (HR Thabrani)

Syekh Al-Albani dalam Shahih Targhib (469) mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang melaksanakan sholat Subuh secara berjamaah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR Tirmidzi No 588, Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Kapan Waktu Mengerjakan Sholat Syuruq?

Waktu sholat syuruq adalah sekitar 15-20 menit setelah terbitnya matahari. Dalam jadwal waktu sholat, biasanya waktu syuruq sudah tertera sebagai waktu matahari terbit.

Setelah matahari terbit, tunggu beberapa saat sebelum melaksanakan sholat syuruq. Hal ini penting untuk memastikan bahwa waktu terbit benar-benar telah berlalu dan Anda mengerjakan sholat di waktu yang tepat.

Dalam buku Fiqih Salat Sunah yang ditulis oleh Ali Musthafa Siregar dkk., disebutkan bahwa waktu matahari terbit yang dimaksud adalah ketika matahari setinggi satu tombak.

Sebagai contoh, di DKI Jakarta, waktu matahari terbit biasanya berkisar antara pukul 05.30 hingga 06.00 WIB, sebagaimana dijelaskan dalam situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Oleh karena itu, sholat syuruq dapat dilakukan sekitar pukul 06.00 hingga 06.30 pagi.

Sholat syuruq dapat dikerjakan hingga sebelum waktu masuknya sholat Dzuhur.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wanita Muslim Masuk Neraka gegara Seekor Kucing



Jakarta

Surga dan neraka adalah tempat akhir yang wajib diimani dan hanya Allah SWT dengan kuasa-Nya yang mengetahui siapa yang akan masuk tempat tersebut. Terkadang amalan ringan bisa membawa ke surga, pun sebaliknya, kesalahan kecil bisa menyeret ke neraka. Seperti halnya kisah seorang muslimah dengan seekor kucing.

Diceritakan dalam kitab edisi Indonesia berjudul Hak-hak yang Wajib Anda Ketahui dalam Islam karya Syaikh Muhammad Hasan, ada seorang wanita muslim yang masuk neraka gara-gara mengurung seekor kucing, tanpa memberinya makan.

Muslimah itu juga tidak membiarkan kucing tersebut makan serangga-serangga tanah. Tindakan ini disebut membuatnya masuk neraka.


Kisah wanita muslim masuk neraka lantaran seekor kucing ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Ahadits Al-Anbiya’ dan Imam Muslim dalam kitab As-Salam.

Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang wanita masuk ke dalam neraka karena seekor kucing yang diikatnya dan tidak diberi makan, serta tidak membiarkannya makan rerumputan yang tumbuh di bumi.” (Hadits ini diriwayatkan dari Abu Hurairah RA)

Menurut penjelasan dalam Rahmah Ar-Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam karya Raghib As-Sirjani yang diterjemahkan Moh Suri Sudahri dan Rony Nugroho, permasalahan dalam hal ini bukan terletak pada hadits yang diikuti dengan perbuatan, karena bisa saja ini sangat sedikit dan terbatas pada binatang tertentu. Namun, yang penting dalam hal ini adalah sesuatu yang ada di balik sebuah perbuatan, yakni kasih sayang dalam hati manusia.

Rasulullah SAW mengajarkan agar mengasihi seekor binatang dan tidak membiarkannya kelaparan atau diberi beban di luar kemampuannya. Pernah suatu ketika Nabi SAW melewati seekor unta yang kurus, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah untuk binatang-binatang asing ini. Tunggangilah ia dengan cara yang baik dan makanlah dagingnya dengan cara yang baik.” (Sunan Abu Dawud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Jika pun binatang itu harus disembelih, Rasulullah SAW memerintahkan untuk melakukannya dengan kasih sayang. Beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدٌ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

“Sesungguhnya Allah menentukan kebaikan terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka hendaknya membunuh dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka hendaknya menyembelih dengan baik, hendaknya kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah binatang itu pada saat disembelih.”

Hadits tersebut terdapat dalam Shahih Muslim, Shahih Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Sunan Ad Darimi, dan Shahih Ibnu Hibban.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam Tarikh Al-Bukhari dan An-Nasa’i dalam Sunan An-Nasa’i yang dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, terdapat keterangan yang menegaskan Islam adalah agama kasih sayang, penuh toleransi, dan agama seluruh makhluk. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ آمَنَ رَجُلًا عَلَى دَمِهِ فَقَتَلَهُ، فَأَنَا بَرِيءٌ مِنَ الْقَاتِلِ، وَإِنْ كَانَ الْمَقْتُولُ كَافِرًا

Artinya: “Siapa yang telah memberikan jaminan keamanan kepada seseorang tetapi kemudian ia membunuhnya, maka aku tidak berlepas diri (bertanggung jawab) terhadap pembunuhan ini, meskipun yang dibunuh itu adalah orang kafir.”

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com