Tag Archives: al-insyirah

Tidak Membaca Surah Ad-Dhuha saat Sholat Dhuha, Sah atau Tidak?


Jakarta

Sholat dhuha dikenal sebagai salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan di pagi hari setelah matahari terbit hingga menjelang waktu dzuhur. Banyak yang menyangka bahwa membaca Surah Ad-dhuha merupakan syarat mutlak dalam pelaksanaan sholat ini. Namun, benarkah jika tidak membaca surah tersebut sholat dhuha menjadi tidak sah?

Sholat dhuha sendiri memiliki keutamaan yang luar biasa sebagaimana dijelaskan dalam Buku Referensi Kesejahteraan Psikologis dengan Sholat Dhuha karya Faqih Purnomosidi, S.Psi. dkk. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu cukup digantikan dengan dua rakaat sholat dhuha.” (HR Bukhari Muslim)


Bahkan, dalam hadits qudsi dikatakan,

“Wahai anak Adam, janganlah engkau malas mengerjakan sholat empat rakaat di waktu pagi, niscaya Aku akan cukupkan kebutuhanmu hingga sore hari.” (HR Al-Hakim dan At-Thabrani)

Bacaan Surah Ad-Dhuha: Arab, Latin dan Terjemahan

وَالضُّحٰىۙ١

Arab latin: waḍ-ḍuḥā

Artinya: “Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah)”,

وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢

Arab latin: wal-laili iżā sajā

Artinya: “Demi malam apabila telah sunyi”,

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣

Arab latin: mā wadda’aka rabbuka wa mā qalā

Artinya: Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,

وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ ٤

Arab latin: wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlā

Artinya: Sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.

وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥

Arab latin: wa lasaufa yu’ṭīka rabbuka fa tarḍā

Artinya: Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.

اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦

Arab latin: a lam yajidka yatīman fa āwā

Artinya: Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),

وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ ٧

Arab latin: wa wajadaka ḍāllan fa hadā

Artinya: Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk,

وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ ٨

Arab latin: wa wajadaka ‘ā`ilan fa agnā

Artinya: Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ ٩

Arab latin: fa ammal-yatīma fa lā taq-har

Artinya: Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.

وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ ١٠

Arab latin: wa ammas-sā`ila fa lā tan-har

Artinya: Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).

وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ࣖ ١١

Arab latin: wa ammā bini’mati rabbika fa ḥaddiṡ

Artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).

Hukum Membaca Surah Ad-Dhuha dalam Sholat Dhuha

Dalam buku Sholat Dhuha Dulu, Yuk karya Imron Mustofa, dijelaskan bahwa sholat dhuha secara umum sama dengan sholat sunnah lainnya. Tidak ada bacaan khusus yang wajib dibaca, tetapi memang ada beberapa surah yang dianjurkan.

Biasanya, Surah Asy-Syams dibaca setelah Al-Fatihah pada rakaat pertama, dan Surah Ad-Dhuha dibaca pada rakaat kedua. Bisa juga sebaliknya, atau diganti dengan Surah Al-Insyirah. Meski begitu, membaca surah lain tetap diperbolehkan sesuai dengan kemampuan masing-masing orang yang sholat.

Jadi, tidak membaca Surah Ad-Dhuha saat sholat dhuha tidak membuat sholat menjadi tidak sah. Yang penting adalah tetap membaca surah apa pun dari Al-Qur’an setelah Al-Fatihah.

Tata Cara Sholat Dhuha

Mengutip buku Keberkahan Sholat Dhuha, Raih Rezeki Sepanjang Hari oleh Ustadz Arif Rahman, berikut ini urutan pelaksanaan sholat dhuha dua rakaat:

1. Niat dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Bacaan niat sholat dhuha:

اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى

Arab-latin: Ushalli sunnatadh dhuhaa rak’ataini mustaqbilal qiblati adaan lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “Aku niat sholat dhuha dua rakaat, karena Allah ta’ala.”

2. Membaca doa iftitah.
3. Membaca surah Al-Fatihah.
4. Membaca surah dari Al-Qur’an. Disarankan membaca Asy-Syams pada rakaat pertama dan Ad-Dhuha pada rakaat kedua, tapi boleh diganti dengan surah lainnya.
5. Ruku’ dan membaca tasbih.
6. I’tidal.
7. Sujud pertama dan membaca tasbih.
8. Duduk di antara dua sujud dan membaca bacaannya.
9. Sujud kedua dan membaca tasbih.
10. Berdiri untuk rakaat kedua dan mengulang langkah-langkah sebelumnya.
11. Setelah sujud terakhir, duduk tasyahud dan diakhiri dengan salam.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Era Jahiliyah



Jakarta

Abad yang paling suram pada kehidupan manusia terjadi pada abad ke 6 dan ke 7 Masehi. Sejak berabad-abad sebelumnya peradaban manusia telah meluncur dan jatuh secara drastis di bumi persada ini. Peradaban ini telah melupakan Sang Khalik sehingga ia telah lupa pada dirinya sendiri dan hari depannya. Manusia telah kehilangan kesadarannya, kebijaksanaannya, hilang juga kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, antara yang mulia dan yang hina.

Mereka ( para agamawan ) telah melarikan diri dari kehidupan yang sudah bejat ini, dan berlindung di dalam biara-biara, gereja, bahkan ke goa-goa untuk memencilkan diri. Mereka lari karena tidak berhasil memperjuangkan untuk mempertahankan agama, politik, kemerdekaan ruhani serta kebendaan. Adapun dari mereka yang masih tertinggal dalam kehidupan ramai telah menjalin persekutuan dengan para raja dan penguasa dunia, membantu dalam perbuatan dosa dan bahkan ikut makan harta orang lain secara zalim.

Sejatinya kehidupan itu berputar, terjadi beberapa abad yang lampau dan bisa berputar terjadi pada abad ini. Hak persamaan terkikis dengan dominasi kelompok tertentu dalam pengelolaan dan penguasaan aset, hak adil bagi masyarakat miskin menjadi marginal, munculnya pasar kebohongan dan miskin kejujuran. Kekejian dalam genosida etnis tertentu memperoleh dukungan. Semua ini menjadikan masyarakat apatis, tidak merasa ada perubahan saat terjadi pergantian Penguasa karena tiada perubahan sikap ( tetap zalim ).


Ingatlah bahwa kezaliman itu sangat dibenci oleh Sang Khalik, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-An’am ayat 45 yang terjemahannya,”Maka orang-orang zalim itu dimusnahkan hingga ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Makna ayat ini adalah : Peringatan sudah disampaikan, teguran secara halus maupun keras juga sudah diberikan, bahkan aneka nikmat sudah mereka terima, mereka masih saja durhaka. Maka berlakulah ketentuan Allah SWT. yaitu orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya sehingga tidak tersisa. Dan itu semua bukan karena Allah SWT. berbuat aniaya kepada mereka, karena semua yang ditentukan-Nya adalah baik, maka segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

Tiadanya kemampuan membedakan yang benar dengan yang salah maka terjadilah perbuatan-perbuatan salah yang dibenarkan dan perbuatan benar yamg disalahkan. Mereka ( penguasa ) telah terhijab sehingga lalai bahwa kekuasaannya itu sebenarnya tiada berarti apa-apa dibanding kekuasaan Allah SWT. Mereka merasa mampu menjadikan seseorang sebagai pemimpin dan mengatur dalam kehidupan. Tindakan ini menjadikan Allah SWT. murka dan pasti akan memberikan azabnya yang sangat pedih. Ketakaburan seseorang yang berkuasa, biasanya akan diberi hadiah oleh Sang Pencipta berupa : Direndahkannya rezeki, direndahkan derajatnya dan direndahkan kesehatannya.

Kekuasan menjadikan seseorang meningkat derajatnya atau direndahkan derajatnya ( hina ) bukan pada manusia. Ingatlah selalu firman Allah SWT. dalam surah ali-Imran ayat 26 yang berbunyi, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Adapun inti makna ayat di atas adalah : Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. Maka kekuasaan ini ( milik-Nya ) janganlah seseorang meskipun berkuasa penuh ikut campur.

Masa jahiliyah ini terjadi sebelum kelahiran ajaran Islam, pada masa itu peran agama-agama besar di begal oleh orang-orang yang berakhlak rendah, dipermainkan oleh orang-orang yang mengejar kemewahan dunia, juga kaum munafik sehingga agama telah kehilangan jiwa dan bentuknya semula. Agama tidak dapat melaksanakan tujuannya terhadap dunia dan tidak dapat menyampaikan dakwanya kepada umat manusia.

Saat itulah dunia telah bangkrut dalam segala segi pembentukan akhlak dan tiada menentu arah kehidupan. Tidak lagi mempunyai ketentuan hukum yang suci jernih sebagai agama samawi ( langit ) dan tidak mempunyai peraturan yang tetap serta berlaku bagi umat manusia.

Maka pada abad itulah lahir seorang Nabi terakhir sebagai utusan-Nya untuk menyempurnakan segala sesuatu tentang kehidupan dunia. Pada saat Sang Nabi SAW. berusia 40 tahun, turunlah firman-Nya yang pertama dan seterusnya sampai akhir. Inilah firman-Nya sebagai penyempurna kitab-kitab agama samawi yang ada sebelumnya.

Penulis nukil salah satu surah yang menjadi landasan hidup umat manusia. Teologi al-Insyirah mengajarkan hidup lapang dan optimistis. Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah

Tuhan mengajarkan jiwaal-Insyirah(kelapangan) dalam menghadapi segala dinamika hidup. Sebagaimana firman-Nya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan sebutan nama(mu) bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan, hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS al-Insyirah: 1-8).

Semoga Allah SWT. selalu membantu untuk mengingat-Nya, beribadah kepada-Nya dan terhindar dari rongrongan hawa nafsu.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Penenang Hati dan Pikiran yang Gelisah Arab dan Artinya


Jakarta

Salah satu cara yang bisa kita lakukan sebagai kaum muslim untuk mencapai ketenangan hati dan pikiran adalah melalui doa penenang hati dan pikiran. Doa ini juga termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Menurut buku Ampuhnya Fadhilah Dzikir & Doa Setelah Shalat Fardhu & Sunnah karya H.M Amrin Ra’uf, berdoa memiliki pengaruh positif pada kondisi psikis manusia. Ketika seseorang merasa resah, melaksanakan ibadah sholat dan berdoa kepada Allah SWT dapat membawa ketenangan.

Keutamaan berdoa saat menghadapi kecemasan dan kegelisahan dapat menenangkan hati serta membantu mewujudkan semua harapan, baik duniawi maupun ukhrawi. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kondisi hati dan pikiran yang sedang tidak tenang, disarankan untuk membaca doa penenang hati dan pikiran.


5 Doa Penenang Hati dan Pikiran

Dalam buku Doa Zikir Mohon Perlindungan & Ketenangan Hati yang ditulis oleh Darul Insan, terdapat berbagai doa yang bisa dipanjatkan untuk menenangkan hati dan pikiran.

1. Doa Supaya Hati Tenang dan Dimudahkan Urusan

لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Arab latin: La ilaha illa anta subhanaka innikuntu minadzolimin.

Artinya: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”

2. Doa Supaya Hati Tenang dari Berbagai Keburukan

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Arab latin: Allahumma inni a’udzubika minal ‘ajzi, walkasali, waljubni, walharomi, walbukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wamin fitnatil mahyaa walmamaat.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.”

3. Doa Kelapangan Hati

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab latin: Robbisrohlii sodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’

Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

4. Doa Agar Hati Ditetapkan dalam Hidayah

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Arab latin: Rabbana laa tuzigh quluu bana ba’da idz hadaitana wahablana milladunka rahmatan innaka antal wahhab.

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”

5. Doa untuk Kesedihan yang Mendalam

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّماَوَاتِ، وَرَبُّ اْلأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ

Arab latin: Laa ilaaha illallahul ‘adziim al haliim laa ilaaha illallah rabbul ‘arsyil ‘azhiim, laa ilaaha illallah rabbussamaawati warabbul ardhi warabbul arsyil kariim

Artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb (Pemilik) ‘Arsy yang agung. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb langit dan juga Rabb bumi, serta Rabb pemilik ‘Arsy yang mulia.”

Surat Al Insyirah untuk Penenang Hati

Selain membaca doa tertentu, membaca surat Al- Insyirah juga bisa menenangkan hati. Berikut ini adalah bacaan surat Al-Insyirah dan artinya:

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Arab Latin: A lam nasyraḥ laka ṣadrak wa waḍa’nā ‘angka wizrak allażī angqaḍa ẓahrak wa rafa’nā laka żikrak fa inna ma’al-‘usri yusrā inna ma’al-‘usri yusrā fa iżā faragta fanṣab wa ilā rabbika fargab

Artinya: Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad), meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu yang memberatkan punggungmu, dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu? Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!

Dirangkum dari Tafsir Al-Mishbah oleh M. Quraish Shihab, dalam surat ini, Rasulullah SAW dinasihati untuk tetap tenang dan tidak cemas menghadapi tugas dakwahnya yang terasa berat, karena Allah SWT selalu mendampingi dan mempermudah segala urusan, baik di masa lalu maupun di masa mendatang.

Kekhawatiran Nabi SAW terkait tugas mulia yang diembannya disebabkan oleh keyakinan beliau bahwa umatnya berada di ambang kebinasaan dan ketidaktahuan mengenai langkah yang harus diambil.

Dalam ayat 2-3, Allah SWT menyebutkan bahwa Dia akan menolong utusan-Nya dengan meringankan beban tugas kenabian yang dirasakannya berat.

Selain memberikan kemudahan dalam tugas Nabi SAW, Allah SWT juga mengangkat derajat dan mengagungkan rasul-Nya. Anugerah ini harus disadari sebagai pemberian dari Allah SWT.

Allah SWT menegaskan dalam ayat lima bahwa setelah setiap kesulitan akan ada kemudahan, dan hal ini ditekankan kembali dalam ayat enam dengan, “Sungguh beserta kesulitan ada kemudahan.”

Allah SWT juga tidak hanya menjanjikan kemudahan kepada utusan-Nya tetapi juga kepada semua hamba-Nya yang bertakwa. Oleh karena itu, orang mukmin tidak perlu merasa gelisah menghadapi cobaan atau perasaan yang gelisah.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com