Tag Archives: al – kafirun

Hadits yang Menjelaskan Pentingnya Perilaku Toleransi dalam Islam



Jakarta

Toleransi secara bahasa dapat diartikan sebagai sikap menghargai pendirian orang lain. Dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai hadits yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi khususnya dalam Islam.

Sebelumnya, diketahui bahwa toleransi dalam Islam juga dikenal sebagai Tasamuh. Meskipun menghargai, namun bukan berarti membenarkan atau bahkan mengikuti pendirian orang lain.

Menurut buku Antologi Hadits Tarbawi tulisan Anjali Sriwijbant dkk, toleransi harus dideskripsikan secara tepat lantaran toleransi yang disalah artikan dapat merusak agama itu sendiri. Islam sebagai ajaran yang total atau kaffah sudah pasti mengatur dengan penuh mengenai batas antara muslim dan non muslim seperti Islam mengatur batas antara laki-laki dan perempuan.


Toleransi dalam Islam artinya adalah menghormati tanpa harus melewati aturan agama Islam itu sendiri. Hadits yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi sendiri termuat dalam sebuah riwayat yang mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang toleran.

Adapun bunyi dari hadits tersebut adalah sebagai berikut,

عَن ابْنِ عَبَّاس قَالَ قَبْلَ لرَسُول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمُ أَي الْأُذُونَ أَحَبُّ أَلى الله قَالَ الْحَنيفيَّة السَّفْحَة

Artinya: “Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu ia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah SAW yaitu, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?”maka beliau bersabda: “Al-Hanafiyah As-Sambah (yang lurus lagi toleran).” (HR Bukhari)

Bahkan toleransi antar umat beragama ini juga termaktubkan dalam firman-Nya surah Al Kafirun ayat 5 yaitu,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

Arab Latin: Lakum dīnukum wa liya dīn

Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Selain toleransi dengan orang selain muslim, antar sesama muslim juga membutuhkan toleransi. Toleransi ini dapat memperkokoh umat muslim dan Islam itu sendiri.

Hadits mengenai keterangan ini terdapat pada sebuah ungkapan yang diriwayatkan oleh Abi Musa Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya: “Hubungan orang mukmin dengan orang mukmin yang lain bagaikan satu bangunan yang saling memperkokoh satu sama lain.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sedangkan, secara umum setiap manusia yang berbuat sesuatu itu sudah diketahui Allah SWT akan apa maksud dari tindakannya tersebut. Allah SWT telah mewanti-wanti kita sebagai umat yang beriman kepada-Nya untuk mengatakan kepada orang yang sekiranya berbeda prinsip yaitu, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu terlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku pun terlepas diri dari apa yang kamu kerjakan.”

Keterangan di atas didapatkan dari Al-Qur’an surah Yunus ayat 40-41 yang berbunyi sebagai berikut,

وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ(40 ࣖ

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ(41

Artinya: “Di antara mereka ada orang yang beriman padanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak beriman padanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.Jika mereka mendustakanmu (Nabi Muhammad), katakanlah, ‘Bagiku perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kamu berlepas diri dari apa yang aku perbuat dan aku pun berlepas diri dari apa yang kamu perbuat.'”

Begitulah sekilas pembahasan kali ini mengenai hadits yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi sekaligus beberapa ayat yang juga menjelaskannya. Semoga tulisan kali ini dapat menambah pemahaman kita mengenai toleransi sekaligus keimanan kita. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Tata Cara dan Doa Sholat Dhuha untuk Memohon Limpahan Rezeki


Jakarta

Sholat Dhuha merupakan salah satu ibadah sunah yang memiliki keutamaan istimewa. Berikut bacaan doa setelah sholat Dhuha yang diyakini dapat mendatangkan rezeki.

Sholat Dhuha adalah salat sunah yang dilakukan setelah matahari terbit hingga menjelang waktu dzuhur. Waktu yang paling utama untuk melaksanakannya adalah pada pagi hari ketika matahari mulai naik, sekitar pukul 09.00.

Dalam buku Dahsyatnya Tahajud, Subuh, dan Dhuha karya Adnan Tarsyah, sholat Dhuha dikenal sebagai salat sunah yang dapat menjadi sarana memohon rezeki kepada Allah SWT.


Berdasarkan hadis Qudsi, Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam, janganlah engkau malas mengerjakan empat rakaat pada awal siang (sholat Dhuha), niscaya Aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga akhir hari.” (HR. Hakim dan Thabrani).

Dalam buku Shalat Subuh dan Shalat Dhuha karya Muhammad Khalid, disebutkan beberapa hadis dari Abu Hurairah RA mengenai keutamaan sholat Dhuha. Salah satu wasiat Rasulullah SAW sebelum wafat adalah:

“Kekasihku, Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga kali dalam sebulan, melaksanakan sholat Dhuha dua rakaat, dan menunaikan sholat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud).

Selain itu, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa melaksanakan sholat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membangunkan baginya sebuah istana di surga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sholat Dhuha diyakini dapat mendatangkan rezeki, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sholat Dhuha membawa rezeki dan menolak kemiskinan. Tidak ada yang menjaga sholat ini kecuali orang-orang yang bertobat.” (HR. Tirmidzi).

Tata Cara Sholat Dhuha

Dalam Buku Saku Dirasat Islamiyah yang disusun oleh KH Mahir M Soleh, Lc dkk., dijelaskan tata cara sholat Dhuha sebagai berikut:

1. Niat Sholat Dhuha

Sebelum memulai sholat, membaca niat berikut:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatadh dhuhaa rak’ataini mustaqbilal qiblati adaan lillaahi ta’aalaa.
Artinya: Saya niat sholat sunah Dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala.

Kemudian melakukan sholat dua rakaat dengan tata cara seperti sholat pada umumnya. Mulai dari takbiratul ihram sampai salam.

2. Rakaat Pertama

Pada rakaat pertama sholat Dhuha:

  • Membaca Surah Al-Fatihah.
  • Disunahkan membaca Surah Asy-Syams atau Surah Al-Kafirun.

3. Rakaat Kedua

Pada rakaat kedua:

  • Membaca Surah Al-Fatihah.
  • Disunahkan membaca Surah Ad-Dhuha atau Surah Al-Ikhlas.

4. Membaca Doa setelah Sholat Dhuha

Setelah selesai sholat, disarankan membaca doa khusus setelah sholat Dhuha. Berikut bacaannya:

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ

Arab-Latin: Allahumma innad-duhaa’a duhaa’uka wal bahaa’a bahaa’uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka wal ‘ismata ‘ismatuka.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu.”

Selanjutnya membaca doa meminta rezeki yang halal dan berkah di bawah ini:

اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Arab-Latin: Allaahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu’assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba’iidan fa qarribhu bi haqqi duhaa’ika wa bahaa’ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-shalihiin.

Artinya: “Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang sholeh.”

Keutamaan Mengerjakan Sholat Dhuha

Menurut Ustaz Arif Rahman dalam buku Keberkahan Sholat Dhuha, Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah setiap orang bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya di setiap pagi.”

Sedekah dapat berupa bacaan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil, serta mengajak orang lain berbuat kebaikan dan mencegah keburukan. Jika tidak mampu melakukan banyak sedekah, cukup melaksanakan dua rakaat Sholat Dhuha sebagai gantinya.

Kemudian dalam riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekah untuk tiap ruas tulang tersebut.”

Para sahabat bertanya, “Siapakah yang mampu melaksanakan semua itu wahai Rasulullah SAW?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Dahak yang ada di masjid lalu pendam ke tanah, dan membuang suatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.”

(lus/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa dan Tata Cara Sholat Hajat, Amalkan agar Keinginan Terkabul


Jakarta

Doa dan tata cara sholat hajat bisa diamalkan muslim ketika memohon sesuatu kepada Allah SWT. Sebagaimana diketahui, sholat hajat adalah ibadah sunnah yang pelaksanaannya tercantum dalam hadits Rasulullah SAW.

“Siapa yang berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian shalat dua rakaat dengan sempurna, maka Allah akan memberikan apa yang ia minta, cepat atau lambat.” (HR Ahmad dari Abu Darda’)

Menukil dari buku Dahsyatnya Shalat Sunnah karya Maulana Ahmad, sholat hajat dikerjakan saat muslim memiliki hajat tertentu, baik itu kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Berlaku juga untuk urusan duniawi ataupun ukhrawi.


Hukum pelaksanaan sholat hajat adalah sunnah muakkad yang artinya sangat dianjurkan. Jumlah rakaat sholat hajat dua sampai dua belas rakaat yang mana dikerjakan dengan salam setiap dua rakaat.

Doa Sholat Hajat

Doa sholat hajat diamalkan setelah selesai sholat. Diterangkan dalam buku Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW oleh Ustaz Arif Rahman, sebelum membaca doa sholat hajat hendaknya berzikir dan beristighfar sebanyak 100 kali. Berikut bacaannya,

Astaghfirullahal ‘azhim rabbi min kulli dzanbin wa atubu ilaih

Artinya: “Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dari setiap dosa dan aku bertobat kepada-Nya.”

Setelah itu, lantunkan sholawat kepada Rasulullah SAW dengan jumlah minimal 100 kali. Berikut bunyi sholawat yang bisa dibaca,

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاةَ الرِّضا وَارْضَ عَنْ اَصْحَابِه رِضَاءَ الرِّضا

Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammadin shalatar-ridha wardha’an ashhabihir riddhar-ridha

Artinya: “Wahai Tuhanku, limpahkan kesejahteraan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, kesejahteraan yang diridai, dan ridailah sahabat-sahabat beliau semuanya.”

Lalu, dilanjut dengan doa berikut:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الحَلِيْمُ الكَرِيْمُ ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْم ، الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ ، أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ ، وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ ، وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ ، لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ ، وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ ، وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

La ilaha illallahul halimul karim. Subhanallahi rabbil ‘arsyil karimil ‘azhim. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. As’aluka mujibati rahmatik, wa ‘aza’ima maghfiratik, wal ghanimata min kulli birrin, was salamata min kulli itsmin. La tada’ li dzanban illa ghafartah, wa la hamman illa farrajtah, wa la hajatan hiya laka ridhan illa qadhaitaha ya arhamar rahimin.

Artinya: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang Maha Lembut dan Maha Penyantun, Mahasuci Allah Tuhan Pemelihara Arsy’ yang Mahaagung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu, serta memperoleh keuntungan pada tiap-tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa pada diriku melainkan Engkau ampuni, dan tidak ada suatu kesulitan melainkan Engkau memberi jalan keluar, dan tidak pula suatu hajat/keinginan yang mendapat kerelaan-Mu melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Abu Aufa)

Jika sudah, sampaikan hajat kepada Allah SWT dengan khusyuk sambil bersujud. Ketika melakukannya, perbanyak bacaan berikut:

لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh-zhalimin

Artinya: “Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku ini adalah dari golongan orang-orang yang berbuat aniaya.”

Tata Cara Sholat Hajat

Berikut tata cara sholat hajat yang dapat dikerjakan muslim seperti dikutip dari buku Shalat Tahajud dan Shalat Hajat susunan Mahmud asy-Syafrowi,

  • Membaca niat sholat hajat dua rakaat dengan lafaz berikut,

    اُصَلِّى سُنَّةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

    Ushollii sunnatal haajati rok’aataini lillahi ta’ala.

    Artinya: “Aku berniat sholat hajat sunnah hajat dua raka’at karena Allah Ta’ala.”

  • Takbiratul ihram
  • Membaca doa iftitah
  • Membaca ta’awudz
  • Membaca surah Al-Fatihah
  • Membaca surah pendek, dianjurkan surah Al-Kafirun dan surah Al-Ikhlas satu kali
  • I’tidal dan tuma’ninah
  • Sujud dengan membaca tasbih sebanyak tiga kali
  • Lanjutkan rakaat kedua seperti cara di atas
  • Akhiri dengan salam

Kapan Waktu untuk Sholat Hajat?

Mengacu pada sumber yang sama, tidak ada ketentuan mengenai waktu sholat hajat. Jadi, muslim bisa mengamalkannya pada siang maupun malam selama tidak pada waktu yang terlarang.

Meski demikian, waktu yang lebih utama untuk menunaikan sholat hajat adalah malam hari tepatnya pada sepertiga malam akhir. Sebab, momen itu tergolong mustajab untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Tuhan kita azza wajalla tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir, pada saat itu Dia berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Aku ijabahkan, barangsiapa yang memohon kepada-Ku pasti Aku beri, dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti aku ampuni.” (HR Jamaah dan Abu Hurairah)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Setelah Sholat Witir: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Membaca doa setelah sholat witir memiliki banyak keutamaan, di antaranya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, memohon perlindungan dari segala keburukan, dan memohon ampunan atas dosa-dosa.

Sholat Witir adalah sholat sunnah malam yang dianjurkan bagi setiap muslim berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW melalui sahabat Abu Hurairah.

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ


Artinya: “Kekasihku Rasulullah SAW berpesan kepadaku untuk selalu puasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan dua rakaat Dhuha dan mengerjakan sholat Witir sebelum aku tidur.” (Muttafaq ‘Alaih)

Mengacu pada Buku Panduan Shalat Doa & Dzikir karya Ustaz A. Solihin As Suhaili, sholat witir adalah sholat sunnah malam dengan rakaat ganjil. Hukumnya sangat dianjurkan (sunnah muakkad) oleh sebagian ulama.

Dalam hadits dijelaskan, “Sholat witir adalah amalan yang mesti dilaksanakan, bukan wajib dilaksanakan, maka siapa yang ingin sholat witir lima rakaat, maka hendaklah ia melaksanakan dan siapa yang ingin sholat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia laksanakan, dan siapa yang ingin sholat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia laksanakan, dan siapa yang ingin sholat witir satu rakaat, maka hendaklah ia laksanakan.” (HR Abu Ayyub Al-Anshari)

Sholat Witir dilaksanakan pada malam hari, mulai setelah Isya hingga sebelum Subuh.

Doa Setelah Sholat Witir

Menurut buku 300 Doa dan Zikir Pilihan yang diterbitkan Gema Insani, Rasulullah SAW membaca surat Al-A’la, Al-Kafirun, dan Al-Ikhlas saat sholat Witir. Setelahnya, beliau berdzikir ‘Subhanallah malikul quddus’ sebanyak tiga kali, dengan pengucapan yang panjang dan keras pada dzikir ketiga. Kemudian, beliau melanjutkan dengan dzikir ‘Rabbul malaa’ikati warruuh’. (HR Nasa’i dan Daru Quthni)

Setelah sholat Witir, kita bisa memulai rangkaian doa dengan mengucapkan syahadat, istighfar, dan memohon ridho Allah. Kemudian, dilanjutkan dengan membaca wirid. Berikut bacaannya:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك رِضَاك وَالْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِك مِنْ سَخَطِك وَالنَّارِ

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ

اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

يَا كَرِيْمُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاك مِنْ سَخَطِك وَبِمُعَافَاتِك مِنْ عُقُوبَتِك وَأَعُوذُ بِك مِنْك لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْك أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْت عَلَى نَفْسِك

Arab latin: Asyhadu anlaa ilāha illallāh, Astaghfirullāh,

Allāhumma innī as’aluka ridhākawal jannah, wa a’ūdzu bika minsakhathika wannār (3 kali)

Subhānal malikil quddūs (3 kali) Subbūhun, quddūsun, rabbunā warabbul malā’ikati warrūh

Allāhumma innaka ‘afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annī (3 kali)

Yā karīmu, birahmatika yā arhamarrāhimīn

Allāhumma inī a’ūdzu biridhāka min sakhathika, wabi mu’āfātika min ‘uqūbatika. Wa a’ūdzubika minka, lā uhshī tsanā’an alayka anta kamā atsnayta ‘alā nafsika.

Setelah selesai berwirid, kita bisa melanjutkan dengan doa-doa berikut ini:

أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْاَلُكَ إِيْمَانًا دَاِئمًا وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ أَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allaahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman. Wanas’aluka qalban khaasyi’an wanas’aluka ‘ilman naafi’an. Wanas’aluka yaqiinan shaadiqan. Wanas’aluka ‘amalan shaalihan. Wanas’aluka diinan qayyiman. Wanas’aluka khairan katsiiran. Wanas’alukal- ‘afwa wal- ‘aafiyah. Wanas’aluka tamaamal-aafiyah.

Wanas’alukasy-syukra alal-aafiyati wanas’alukal-ghinaa’a aninnaas. Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa waqiyaamanaa watakhasysyu’anaa watadharuu’anaa wata’abbudanaa watammim taqshiiranaa yaa allaah ya allaah ya allaah ya arhamar-raahimiin.

Wa shallallaahu alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihii washahbihii ajma iina walhamdullillaahi rabbil aalaamiin.

Artinya: “Ya Allah, kami mohon pada-Mu, iman yang langgeng, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang benar,amal yang saleh, agama yang lurus, kebaikan yang banyak.

Kami mohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kesehatan yang sempurna, kami mohon kepada-Mu bersyukur atas karunia kesehatan. Kami mohon kepada-Mu kecukupan terhadap sesama manusia. Ya Allah, Tuhan kami terimalah dari kami: sholat, puasa, ibadah, kekhusyukan, rendah diri dan ibadah kami, dan sempurnakanlah segala kekurangan kami.

Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Dan semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad SAW, demikian pula keluarga dan para sahabatnya secara keseluruhan. Serta segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.”

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com