Tag Archives: al kahfi

Malam Jumat Baca Al-Kahfi atau Yasin? Ini yang Paling Disunnahkan


Jakarta

Malam Jumat menjadi waktu yang memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Umat Islam bisa memanfaatkannya untuk beribadah lebih, seperti memperbanyak sholawat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an.

Dalam Islam, malam Jumat dianggap sebagai malam yang istimewa dan diberkahi.

Melalui hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hari terbaik di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya. Dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali di hari Jumat.” (HR Muslim)


Karena keistimewaannya, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah di malam tersebut, termasuk membaca surat-surat dari Al-Qur’an.

Sunnah Membaca Surah Al-Kahfi

Dikutip dari buku Aktivasi Mukjizat Hari Jumat yang ditulis Rizem Aizid, waktu terbaik dalam membaca surat Al Kahfi yaitu pada malam Jumat, tepatnya hari Kamis setelah Magrib hingga hari Jumat setelah Ashar.

Dari berbagai riwayat, membaca surat Al-Kahfi pada malam atau hari Jumat merupakan sunnah yang sangat dianjurkan.

Hal ini dijelaskan melalui sebuah hadits dari Abdullah bin Umar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai salah satu keutamaan membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat.

Merujuk buku Fiqih Sunnah 2 oleh Sayyid Sabiq, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، سَطَعَ لَهُ نُورٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءِ، يُضِيءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وغُفر لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْ

Artinya: “Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR Abu Bakr bin Mardawaih)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, akan memancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat.” (HR Al-Hakim)

Bagaimana dengan Surat Yasin?

Surat Yasin juga merupakan surat yang banyak dibaca pada malam Jumat. Meski tidak ada dalil shahih yang secara khusus menyebutkan anjuran membaca surat Yasin pada malam Jumat.

Surat Yasin dikenal sebagai jantung Al-Qur’an. Dikutip dari Tafsir Ibnu Katsir Surah Yasin: Samudera Jantung Al Quran oleh Imam Ibnu Katsir, Rasulullah SAW bersabda,

إن لكل شيء قلبه، وقلب القرآن يس. ومن قرأ يس كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات

Artinya: “Sesungguhnya segala sesuatu itu mempunyai kalbu (inti), dan kalbu Al-Qur’an adalah surat Yasin. Barang siapa yang membacanya, maka Allah catat baginya karena bacaan surat Yasin itu pahala membaca Al Quran sepuluh kali.”

Mana yang Paling Disunnahkan, Surat Al-Kahfi atau Yasin?

Jika dilihat dari sisi dalil dan riwayat yang shahih, surat Al-Kahfi adalah yang paling disunnahkan untuk dibaca pada malam atau hari Jumat. Namun, membaca surat Yasin tetap diperbolehkan dan berpahala jika diniatkan sebagai bagian dari ibadah.

Malam Jumat adalah waktu istimewa yang sebaiknya diisi dengan ibadah dan tilawah. Berdasarkan hadits yang shahih, membaca surat Al-Kahfi adalah amalan yang paling dianjurkan pada malam Jumat.

Meski begitu, membaca surat Yasin juga tetap baik dilakukan, selama diniatkan sebagai bentuk ibadah.

Keutamaan Surah Al-Kahfi

Merangkum buku Misteri Ashabul Kahfi karya Yanuar Arifin, dijelaskan berbagai keutamaan surat Al-Kahfi yang berdasar pada hadits Rasulullah SAW.

1. Mendatangkan Rasa Tenang dan Damai

Dari Al-Barra ibn Azib meriwayatkan,

“Ada seseorang yang membaca surah Al-Kahfi, sedang di rumahnya terdapat binatang ternak. Maka, binatang itu pun lari. Kemudian, ia memperhatikan, ternyata binatang itu telah diliputi kabut atau awan. Kemudian, ia menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW maka beliau bersabda, ‘Kabut itu merupakan ketenteraman yang turun di dekat Al-Qur’an atau turun untuk Al-Qur’an’.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat lain, Al-Barra juga mengatakan,

“Ada seorang laki-laki membaca surah Al-Kahfi. Ketika itu ada seekor kuda di sisinya yang diikat dengan dua tali. Lalu, ada awan yang menutupinya, kemudian awan itu terus berputar dan mendekat, sehingga kuda itu berusaha lari menjauhinya. Keesokan harinya, laki-laki tersebut datang kepada Rasulullah SAW, kemudian ia menuturkan hal itu kepada beliau. Lalu, Rasulullah SAW bersabda, ‘Itu adalah malaikat pembawa kedamaian yang turun karena ada bacaan Al-Qur’an’.” (HR Muslim)

2. Perlindungan dari Fitnah Dajjal

Salah satu keutamaan penting dari surat Al-Kahfi adalah sebagai pelindung dari fitnah Dajjal, salah satu fitnah terbesar di akhir zaman. Hal ini ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda RA:

“Barang siapa menghafal sepuluh ayat dari awal surat al-Kahfi, ia dilindungi dari fitnah Dajjal.” (HR Muslim)

3. Disinari Cahaya Antara Dua Jumat

Membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat bukan hanya membawa pahala, tapi juga mendatangkan cahaya yang menyinari kehidupan seseorang hingga Jumat berikutnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka Allah SWT menerangi dengan cahaya antara dua waktu Jumat.” (HR ad-Darimi)

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Keutamaan Membaca Surah Al Kahfi pada Hari Jumat


Jakarta

Banyak keutamaan yang dapat diraih muslim jika membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat. Al Kahfi sendiri merupakan surah ke-18 dalam mushaf Al-Qur’an.

Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR Ad Darimi)


Lantas, apa saja keutamaan yang diraih muslim jika membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat?

Keutamaan Membaca Surah Al Kahfi saat Jumat

Mengutip dari buku Memburu Pahala di Hari Jumat karya Abu Anas Hilmy bin Muhammad bin Ismail ar-Rasyid, berikut beberapa keutamaan membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat.

1. Dosanya Diampuni Antara Dua Jumat

Rasulullah SAW melalui haditsnya menyebut bahwa muslim yang mengamalkan surah Al Kahfi pada Jumat akan diampuni dosanya di antara dua Jumat. Dari Abdullah bin Umar RA, Nabi SAW bersabda:

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR Abu Bakr bin Mardawaih)

2. Melindungi dari Godaan Setan

Membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat atau malam Jumat dapat melindungi diri dari gangguan setan. Dari Abdullah bin Mughaffal, berikut bunyi sabda Nabi Muhammad SAW.

“Sebuah rumah yang selalu dibacakan surat Al-Kahfi dan surat Al-Baqarah maka rumah itu tidak akan dimasuki setan sepanjang malam tersebut. Dengan demikian, bacalah surat Al-Kahfi agar terhindar dari gangguan setan yang terkutuk.” (HR Ibnu Mardawaih)

3. Terhindar dari Fitnah Dajjal

Keutamaan lain dari surah Al Kahfi apabila dibaca hari Jumat adalah menghindari pembacanya dari fitnah Dajjal. Ini sesuai dengan hadits dari Abu Darda RA,

“Barangsiapa membaca sepuluh ayat pertama dari surah Al Kahfi, maka ia akan terlindung dari fitnah Dajjal.” (HR Ibnu Hibban)

4. Diberkahi Cahaya

Mengacu pada hadits yang sebelumnya dijelaskan di atas, keutamaan lainnya dari membaca surah Al Kahfi adalah diberkahi caya antara dirinya dan Ka’bah. Syaikh Al Albani mengatakan hadits tersebut shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’.

5. Pengingat Adanya Kiamat

Kiamat adalah suatu hal yang pasti adanya, namun tak ada seorang pun yang mengetahui kapan waktu terjadinya. Dengan membaca surah Al Kahfi, niscaya dapat menjadi pengingat muslim tentang hari kiamat.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Kahfi ayat 47,

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ ٱلْجِبَالَ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

Artinya: “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.”

Kapan Sebaiknya Surah Al Kahfi Dibaca?

Menurut buku Aktivasi Mukjizat Hari Jumat yang disusun Rizem Aizid, surah Al Kahfi dapat diamalkan pada malam Jumat. Artinya, hari Kamis setelah matahari terbenam atau Maghrib sampai hari Jumat setelah Ashar.

Hal tersebut sesuai hadits dari Abu Said al-Khudri RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang membaca surah Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dirinya dan Ka’bah.” (HR Ad Darimi)

Meski demikian, dalam riwayat lainnya dikatakan bahwa surah Al Kahfi bisa juga dibaca hari Jumat. Nabi Muhammad SAW berkata,

“Barangsiapa yang membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” (HR Hakim)

Dengan begitu ada dua hadits mengenai anjuran membaca surah Al Kahfi. Diterangkan dalam buku Karena Kita Terkadang Lupa oleh Munifah Ahmad Bagis, kedua hadits itu mengisyaratkan surah Al Kahfi bisa dibaca selama 24 jam pada Jumat. Dimulai sejak terbenamnya matahari di hari Kamis hingga Maghrib di hari Jumat.

Al-Munawi menukil keterangan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Al-‘Amali,

“Anjuran membaca surah Al Kahfi ada di beberapa riwayat, ada yang menyatakan hari Jumat, dalam riwayat lain malam Jumat. Bisa kita kompromikan bahwa waktu yang dimaksud adalah siang dan malam Jumat.” tulisnya.

Selain itu, Al-Munawi juga mengatakan hal berikut,

“Dianjurkan untuk membaca surah Al Kahfi di hari Jumat atau malam harinya, sebagaimana ditegaskan as-Syafi’i.”

Kesimpulannya, tak ada waktu khusus terkait pembacaan surah Al Kahfi selama itu dikerjakan pada Jumat. Oleh sebab itu, sebaiknya muslim memilih waktu luang dan nyaman agar bisa lebih khusyuk memaknai setiap ayatnya.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kapan Batas Waktu Membaca Surah Al Kahfi pada Hari Jumat?


Jakarta

Membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat dinilai memiliki keutamaan yang luar biasa. Anjuran ini bahkan disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.

Beliau bersabda,

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” (HR Hakim)


Sebagaimana diketahui, Al Kahfi merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 110 ayat. Dalam Al-Qur’an, surah Al Kahfi berada di urutan mushaf ke-18.

Lantas, kapan batas waktu membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat?

Batas Waktu Membaca Surah Al Kahfi pada Jumat

Mengutip buku Aktivasi Mukjizat Hari Jumat yang ditulis Rizem Aizid, surah Al Kahfi dapat dibaca sejak malam Jumat. Tepatnya pada hari Kamis setelah terbenamnya matahari atau ba’da Maghrib hingga Jumat setelah Ashar.

Anjuran membaca pada malam Jumat disebutkan dalam hadits dari Abu Said al Khudri RA. Nabi SAW bersabda,

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dirinya dan Ka’bah.” (HR Ad Darimi)

Selain itu, hadits anjuran membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat merujuk pada riwayat yang berasal dari Hakim. Berdasarkan kedua hadits itu, surah Al Kahfi dapat dibaca selama 24 jam pada hari Jumat sebagaimana diterangkan dalam buku Kita Terkadang Lupa oleh Munifah Ahmad Bagis.

Selain itu, Al Munawi dalam keterangan Al Hafidz Ibnu Hajar pada kitab Al-‘Amali mengatakan sebagai berikut,

“Anjuran membaca surah Al Kahfi ada di beberapa riwayat, ada yang menyatakan hari Jumat, dalam riwayat lain malam Jumat. Bisa kita kompromikan bahwa waktu yang dimaksud adalah siang dan malam Jumat.”

Kemudian, dianjurkan pula membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat atau di malam harinya. Hal ini, menurut Al Munawi, ditegaskan oleh Asy-Syafi’i.

Manfaat Mengamalkan Surah Al Kahfi ketika Jumat

Berikut sejumlah manfaat yang dapat diraih muslim dari mengamalkan surah Al Kahfi seperti dikutip dari buku Misteri Ashabul Kahfi: Menguak Kebenaran 7 Sosok Pemuda yang Tertidur Selama 309 Tahun yang ditulis Yanuar Arifin.

  1. Menenangkan hati dan membuat jiwa tenteram
  2. Terlindung dari fitnah Dajjal pada akhir zaman
  3. Diterangi di antara dua Jumat

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Surah Al-Kahfi Ayat 1-10 dan 100-110, Pelindung dari Fitnah Dajjal


Jakarta

Setiap surah dalam Al-Qur’an memiliki keutamaan dan kandungan yang dapat menjadi pedoman hidup bagi umat. Di antara surah yang istimewa adalah Surah Al-Kahfi, yang seringkali dikaitkan dengan amalan pada hari Jumat.

Menukil dari buku 200 Amalan Ringan Berpahala Istimewa karya Abdillah F. Hasan, Surah Al-Kahfi merupakan surah ke-18 dalam Al-Qur’an yang terdiri atas 110 ayat. Menurut sebagian besar ulama tafsir, surah ini termasuk golongan Makkiyah karena diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Nama Al-Kahfi diambil dari kisah para pemuda beriman yang disebut dalam ayat 9 hingga 26, yakni sekelompok pemuda yang berlindung di dalam gua dan ditidurkan oleh Allah selama 300 tahun ditambah 9 tahun. Kisah ini menjadi salah satu tanda kekuasaan Allah sekaligus pelajaran penting tentang keimanan.


Selain kisah Ashabul Kahfi tersebut, kandungan Surah Al-Kahfi juga mencakup banyak pelajaran lain, seperti pentingnya keikhlasan dalam beribadah, semangat menuntut ilmu, adab murid kepada guru, hingga prinsip kepemimpinan yang baik dalam mengurus rakyat serta perjuangan untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Di samping keseluruhan surahnya, surah Al-Kahfi 10 ayat pertama dan 10 ayat terakhir merupakan ayat-ayat yang memiliki sejumlah keutamaan. Berikut bacaannya dalam bahasa Arab, latin, dan artinya.

Surah Al-Kahfi Ayat 1-10: Arab, Latin, dan Artinya

1. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ

Arab latin: al-ḥamdu lillāhillażī anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba wa lam yaj’al lahụ ‘iwajā

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok;

2. قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

Arab latin: qayyimal liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`minīnallażīna ya’malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā

Artinya: sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,

3. مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا

Arab latin: mākiṡīna fīhi abadā

Artinya: mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

4. وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا

Arab latin: wa yunżirallażīna qāluttakhażallāhu waladā

Artinya: Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.”

5. مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا

Arab latin: mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā

Artinya: Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.

6. فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا

Arab latin: fa la’allaka bākhi’un nafsaka ‘alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadīṡi asafā

Artinya: Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).

7. اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا

Arab latin: innā ja’alnā mā ‘alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu ‘amalā

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.

8. وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا

Arab latin: wa innā lajā’ilụna mā ‘alaihā ṣa’īdan juruzā

Artinya; Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.

9. اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

Arab latin: am ḥasibta anna aṣ-ḥābal-kahfi war-raqīmi kānụ min āyātinā ‘ajabā

Artinya: Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?

10. اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

Arab latin: iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladungka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā

Artinya: (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”

Surah Al-Kahfi Ayat 101-110: Arab, Latin, dan Artinya

Berikut ini bacaan surah Al-Kahfi 10 ayat terakhir (ayat 101 sampai 110)

101. ۨالَّذِيْنَ كَانَتْ اَعْيُنُهُمْ فِيْ غِطَاۤءٍ عَنْ ذِكْرِيْ وَكَانُوْا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَمْعًا

Arab latin: Allażīna kānat a’yunuhum fī giṭā`in ‘an żikrī wa kānụ lā yastaṭī’ụna sam’ā

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mata (hati)-nya dalam keadaan tertutup dari ingat kepada-Ku dan mereka tidak sanggup mendengar.

102. اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ نُزُلًا

Arab latin: A fa ḥasiballażīna kafarū ay yattakhiżụ ‘ibādī min dụnī auliyā`, innā a’tadnā jahannama lil-kāfirīna nuzulā

Artinya: Maka, apakah orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?457) Sesungguhnya Kami telah menyediakan (neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.

103. قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ

Arab latin: Qul hal nunabbi`ukum bil-akhsarīna a’mālā

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?”

104. اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

Arab latin: Allażīna ḍalla sa’yuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum yaḥsabụna annahum yuḥsinụna ṣun’ā

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

105. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا

Arab latin: Ulā`ikallażīna kafarụ bi`āyāti rabbihim wa liqā`ihī fa ḥabiṭat a’māluhum fa lā nuqīmu lahum yaumal-qiyāmati waznā

Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhannya dan (kufur pula terhadap) pertemuan dengan-Nya.458) Maka, amal mereka sia-sia dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.

106. ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوْا وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَرُسُلِيْ هُزُوًا

Arab latin: żālika jazā`uhum jahannamu bimā kafarụ wattakhażū āyātī wa rusulī huzuwā

Artinya: Itulah balasan mereka (berupa neraka) Jahanam karena mereka telah kufur serta menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olokan.

107. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ

Arab latin: Innallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulā

Artinya; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal.

108. خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا

Arab latin: Khālidīna fīhā lā yabgụna ‘an-hā ḥiwalā

Artinya: Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.

109. قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Arab latin: Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimātu rabbī walau ji`nā bimiṡlihī madadā

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai (ditulis) meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

110. قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

Arab latin: Qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid, fa mang kāna yarjụ liqā`a rabbihī falya’mal ‘amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi’ibādati rabbihī aḥadā

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.

Waktu Terbaik Membaca Surah Al-Kahfi

Dalam kitab Majmu’ Syarif dan Al-Ma’tsurat susunan Sulthan Adam, S.Q., dijelaskan bahwa waktu paling utama untuk membaca Surah Al-Kahfi adalah pada malam Jumat. Amalan ini memiliki keutamaan yang besar sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:

“Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR. Ad Darimi)

Selain itu, terdapat riwayat lain yang menegaskan keutamaan membacanya pada hari Jumat:

“Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” (HR. An Nasa’i)

Dari kedua hadits ini, dapat dipahami bahwa membaca Surah Al-Kahfi di malam maupun siang hari Jumat akan mendatangkan cahaya yang menyinari kehidupan seorang Muslim. Cahaya tersebut dipahami sebagai petunjuk, keberkahan, dan senantiasa akan dijaga oleh Allah SWT hingga datang Jumat berikutnya.

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi

Selain dianjurkan untuk dibaca, Surah Al-Kahfi juga memiliki keutamaan besar jika dihafalkan. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa menghafal sepuluh ayat dari surah ini akan menjadi pelindung dari fitnah Dajjal.

Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

“Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surah Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim)

Tidak hanya itu, ada pula riwayat lain yang menambahkan keterangan mengenai sepuluh ayat terakhir:

“Dari akhir surah Al-Kahfi.” (HR. Muslim)

Kedua riwayat ini menunjukkan bahwa baik sepuluh ayat pertama maupun sepuluh ayat terakhir dari Surah Al-Kahfi memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai benteng perlindungan dari fitnah terbesar di akhir zaman, yakni fitnah Dajjal.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Manfaat Membaca Surah Al Kahfi Ayat 1-10 dan 100-110 di Hari Jumat


Jakarta

Surah Al Kahfi dianjurkan untuk dibaca pada hari Jumat karena mengandung banyak keutamaan. Pada mushaf Al-Qur’an, Al Kahfi berada di urutan ke-18.

Al Kahfi terdiri dari 110 ayat. Sebagian besar ulama tafsir menyebut surah Al Kahfi tergolong sebagai surah Makkiyah karena diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.


Mengutip buku 200 Amalan Ringan Berpahala Istimewa susunan Abdillah F Hasan, nama Al Kahfi diambil dari kisah para pemuda beriman yang disebut pada ayat 9 hingga 26. Sekelompok pemuda itu berlindung dalam gua dan ditidurkan oleh Allah SWT selama 300 tahun ditambah 9 tahun.

Adapun terkait pembacaan surah Al Kahfi pada Jumat dikarenakan Jumat merupakan hari yang istimewa dalam Islam. Hari Jumat bahkan disebut sebagai Sayyidul Ayyam atau penghulu segala hari sekaligus waktu mulia bagi kaum muslimin.

Ada anjuran membaca surah Al Kahfi pada 10 ayat pertama dan 10 ayat terakhirnya. Anjuran ini berkenaan dengan keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Lantas, apa manfaat membaca surah Al Kahfi ayat 1-10 dan 100-110?

Manfaat Membaca Surah Al Kahfi pada Jumat

Berikut beberapa keutamaan membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat sebagaimana dikutip dari buku Memburu Pahala di Hari Jumat susunan Abu Anas Hilmy bin Muhammad bin Ismail ar-Rasyid.

1. Diampuni Dosanya Antara Dua Jumat

Membaca surah Al Kahfi pada Jumat akan diampuni dosanya di antara dua Jumat. Ini sesuai dengan hadits Nabi SAW dari Abdullah bin Umar RA.

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR Abu Bakr bin Mardawaih)

2. Dilindungi dari Gangguan Setan yang Terkutuk

Setan adalah makhluk yang bertugas menyesatkan dan menggoda manusia agar terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Membaca surah Al Kahfi pada Jumat dalam melindungi seseorang dari hal tersebut.

Dari Abdullah bin Mughaffal, Rasulullah SAW bersabda,

“Sebuah rumah yang selalu dibacakan surah Al-Kahfi dan surah Al-Baqarah maka rumah itu tidak akan dimasuki setan sepanjang malam tersebut. Dengan demikian, bacalah surah Al-Kahfi agar terhindar dari gangguan setan yang terkutuk.” (HR Ibnu Mardawaih)

3. Terhindar dari Fitnah Dajjal

Fitnah Dajjal dikatakan sebagai fitnah terbesar dan sangat berbahaya. Dengan mengamalkan surah Al Kahfi, niscaya muslim akan terhindar dari fitnah Dajjal sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Darda RA.

“Barang siapa membaca sepuluh ayat pertama dari surah Al Kahfi, maka ia akan terlindung dari fitnah Dajjal.” (HR Ibnu Hibban)

4. Diberkahi Cahaya

Manfaat lainnya dari membaca surah Al Kahfi pada Jumat adalah diberkahi caya antara dirinya dan Ka’bah. Syaikh Al Albani mengatakan hadits tersebut shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’.

“Barang siapa yang membaca surah Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR Ad Darimi)
Artinya: Maka, apakah orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan (neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.

5. Sebagai Pengingat Adanya Kiamat

Kiamat adalah akhir dari kehidupan alam semesta. Tak ada seorang pun yang mengetahui kapan kiamat terjadi.

Mengamalkan surah Al Kahfi pada hari Jumat atau kapan pun itu bisa menjadi pengingat bahwa kiamat akan terjadi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al Kahfi ayat 47,

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ ٱلْجِبَالَ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا

Artinya: “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.”

Wallahu a’lam.

Surah Al-Kahfi Ayat 1-10: Arab, Latin, dan Artinya

1. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ

Arab latin: al-ḥamdu lillāhillażī anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba wa lam yaj’al lahụ ‘iwajā

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok;

2. قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

Arab latin: qayyimal liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`minīnallażīna ya’malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā

Artinya: sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,

3. مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا

Arab latin: mākiṡīna fīhi abadā

Artinya: mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

4. وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا

Arab latin: wa yunżirallażīna qāluttakhażallāhu waladā

Artinya: Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.”

5. مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا

Arab latin: mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā

Artinya: Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.

6. فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا

Arab latin: fa la’allaka bākhi’un nafsaka ‘alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadīṡi asafā

Artinya: Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).

7. اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا

Arab latin: innā ja’alnā mā ‘alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu ‘amalā

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.

8. وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا

Arab latin: wa innā lajā’ilụna mā ‘alaihā ṣa’īdan juruzā

Artinya; Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.

9. اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا

Arab latin: am ḥasibta anna aṣ-ḥābal-kahfi war-raqīmi kānụ min āyātinā ‘ajabā

Artinya: Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?

10. اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

Arab latin: iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladungka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā

Artinya: (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”

Surah Al-Kahfi Ayat 100-110: Arab, Latin, dan Artinya

Berikut bacaan surah Al Kahfi ayat 100-110 disertai tulisan arab, latin dan artinya.

100. وَعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لِّلْكَٰفِرِينَ عَرْضًا

Arab latin: Wa ‘araḍnā jahannama yauma`iżil lil-kāfirīna ‘arḍā

Artinya: Dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas,

101. ۨالَّذِيْنَ كَانَتْ اَعْيُنُهُمْ فِيْ غِطَاۤءٍ عَنْ ذِكْرِيْ وَكَانُوْا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَمْعًا

Arab latin: Allażīna kānat a’yunuhum fī giṭā`in ‘an żikrī wa kānụ lā yastaṭī’ụna sam’ā

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mata (hati)-nya dalam keadaan tertutup dari ingat kepada-Ku dan mereka tidak sanggup mendengar.

102. اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ نُزُلًا

Arab latin: A fa ḥasiballażīna kafarū ay yattakhiżụ ‘ibādī min dụnī auliyā`, innā a’tadnā jahannama lil-kāfirīna nuzulā

Artinya: Maka, apakah orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan (neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.

103. قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ

Arab latin: Qul hal nunabbi`ukum bil-akhsarīna a’mālā

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?”

104. اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

Arab latin: Allażīna ḍalla sa’yuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum yaḥsabụna annahum yuḥsinụna ṣun’ā

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

105. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا

Arab latin: Ulā`ikallażīna kafarụ bi`āyāti rabbihim wa liqā`ihī fa ḥabiṭat a’māluhum fa lā nuqīmu lahum yaumal-qiyāmati waznā

Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhannya dan (kufur pula terhadap) pertemuan dengan-Nya. Maka, amal mereka sia-sia dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.

106. ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوْا وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَرُسُلِيْ هُزُوًا

Arab latin: żālika jazā`uhum jahannamu bimā kafarụ wattakhażū āyātī wa rusulī huzuwā

Artinya: Itulah balasan mereka (berupa neraka) Jahanam karena mereka telah kufur serta menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olokan.

107. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ

Arab latin: Innallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulā

Artinya; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal.

108. خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا

Arab latin: Khālidīna fīhā lā yabgụna ‘an-hā ḥiwalā

Artinya: Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.

109. قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Arab latin: Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimātu rabbī walau ji`nā bimiṡlihī madadā

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai (ditulis) meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

110. قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

Arab latin: Qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid, fa mang kāna yarjụ liqā`a rabbihī falya’mal ‘amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi’ibādati rabbihī aḥadā

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Penghulu Hari, Jumat Bersama Al Kahf



Jakarta

Hari Jumat dikenal sebagai penghulu, pimpinan dari seluruh hari. Dalam Bahasa Arab disebut sayyidul ayyam. Pada hari itu Muslimin dianjurkan membaca suratul Kahf. Waktunya mulai tenggelam matahari di Kamis sore, sampai matahari tenggelam di Jumat sore.

Petunjuk datang dari Rasulullah saw. tentang amalan ini: “Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’.

Cahaya adalah nur dalam bahasa Arab. Nur, dalam Bahasa Arab bisa berarti; ilmu, petunjuk. Nur, melambangkan orang yang beriman. Mengapa, karena orang-orang yang beriman sesuai rukun iman yang enam itulah orang-orang yang memperoleh petunjuk. Orang beriman mampu membedakan mana yang benar, mana yang keliru. Mana arah menuju kebahgaiaan sejati, mana arah jalan menuju selamat, mana yang sebaliknya. Sulit bagi siapa pun untuk membedakan mana yang benar dan mana yang keliru jika tidak ada cahaya. Jangankan benar dan salah, bahkan apakah ini pisau atau kah ini penggaris sulit atau tidak mungkin dibedakan dalam suasana gelap tampa cahaya.


Bagi siapa pun Muslim sesuai al Hadits di atas yang membaca surat al Kahf maka baginya cahaya ini di antara dua Jumat. Sepanjang antara dua Jumat itu dia senantiasa diterangi ‘cahaya’ yang membuatnya tahu mana yang benar dan mana yang keliru. Pengetahuan mana arah yang benar itu juga merupakan hudan petunjuk.

Pengetahuan tersebut mestinya mampu mengarahkannya untuk memilih dan menempuh jalan yang benar. Dengan demikian maka nur yang dimaksud bisa berarti siapa pun Muslim yang membaca al Kahf pada hari Jumat, senantiasa diarahkan untuk menempuh jalan benar. Senantiasa berada dalam petunjuk Tuhan, senantiasa terpelihara dari keliru.

Orang yang senantiasa berada dalam petunjuk Allah, selalu terhindar dari keliru, ialah orang yang senantiasa tenang, damai, adem. Tidak ada stres, minimal radikal bebas. Kalau dalam konsep medis, dia dalam kondisi ketahanan tubuh yang optimal. Status imunitasnya optimal. Dia memiliki kondisi kesehatan yang optimal. Tidak mudah sakit, indurance nya optimal, maka dia tidak mudah lelah dalam beraktifitas. Karena tidak ada stres berarti dia selalu senang, gembira, dia selalu bersyukur. Kesenangan yang menambah kesenangan berikutnya. Lain syakartum la-aziidannakum (QS 14:7).

Tepat sesuai makna ini dengan kalimat di pembuka surat ini, Alhamdulillaah.Tentu saja, pencapaian kondisi optimal ini bertingkat, bergantung kepada tingkat keimanan, tingkat keshalihan, tingkat pemahaman dan aplikasi dari makna tersurat dan tersirat dalam alKahf.

Sekelumit alKahf

AlKahf dimulai dengan kalimat syukur, bahagia, senang, gembira, hati berbunga-bunga. Sebagaimana orang yang mengalami bahagia ketika sukses. Baik dalam karir, studi, menikahi pasangan yang diimpikan, tiba-tiba memperoleh rizki berlimpah, selamat dari mushibah yang dahsyat, dst.

Alamat kebahagiaan itu dituturkan oleh surtat alKahf setidaknya dalam beberapa urutan. Ialah mereka yang mengingatkan orang lain untuk bertauhid, lalu menempuh jalan benar melalui amal-amal shaleh yang didasarkan iman kepada Allah, sesuai rukum iman yang enam.

Dalam upaya optimal untuk mengajak, mengingatkan dirinya dan orang lain menuju jalan terang, jalan petunjuk, jalan cahaya itu tidak sampai menjatuhkan dirinya kepada kebinasaan. Oleh karena terlalu memaksakan diri, ketika yang diingatkan belum menerima peringatan itu. Ada contoh dalam surat ini kisah hadirnya 7 orang pemuda putra-putra penguasa di jamannya. Para mereka melarikan diri dari kedudukan, harta, kemewahan dan seluruh fasilitas kerajaan, demi mempertahankan iman, keyakinan tauhid mereka kepada Tuhan Yang Ahad.

Selanjutnya surat ini menghadirkan contoh dua orang yang berteman, satu memiliki kekayaan yang melimpah, memiliki optimisme sangat tinggi, hanya saja kekayaan dan optimismenya itu disandarkan kepada selain Tuhan. Dia binasa. Sesuai petunjuk dalam surat ini, hendaknya siapa pun wajib me-wakilkan [tawakkal] seluruh daya upayanya termasuk seluruh kekayaan dan anak buah yang diduga mampu menolongnya, memberinya perlindungan, kesejahteraan dan sebagainya itu hanya kepada Tuhan yang Ahad. Inilah jalan nur, terang itu.

Terhadap apa pun selain Tuhan, tidak pantas bagi siapa pun untuk bisa merasa kekal, kuat dengannya. Bahkan, di penghujung hari, yaumul akhir, semua tak mampu memberikan manfaat kecuali hanya dan hanya manfaat yang diizinkanNya itu.

Terhadap kepemilikan ilmu, hendaknya siapa pun jangan pernah merasa paling bisa, walau dia seorang Nabi, Rasul utusan Allah. Bahkan walau pun dia memiliki kedudukan yang paling tinggi ketika itu, di antara Rasul yang ada. Karena, bukankah apa pun yang ada pada seorang hamba itu semata-mata hak mutlak Tuhannya?

Surat ini mengisahkan bagaimana Nabi Musa as. ditegur Tuhan atas sikapnya. Sesuai kaidah umum memang tidak keliru. Namun dari sisi tauhid apalagi kedudukannya sebagai Rasul yang mulia Nabi Musa as. ditegur Tuhan. Allah swt Maha Kuasa untuk menganugerahkan ilmu kepada siapa saja sesuai kehendakNya. Dalam pada itu, surat ini juga mengindikasikan petunjuk, agar siapa pun di dalam menuntut ilmu tidak mengenal putus asa. Bersungguh-sungguh, bahkan sampai kapan pun.

Dalam pada itu, di balik ilmu ada hikmah. Ilmu bisa dicari melalui upaya belajar yang terus menerus. Di samping pula ada ilmu yg langsung dikaruniakan Allah kepada hamba yg dikehendakiNya [Khaidir]. Ilmu fisik masa sekarang, dzahir ada pada nabi Musa as. dengan segala kejeniusannya. Ilmu yang langsung dari Allah [ladunni] sebagaimana yg dititipkan kpd Khaidir as.

Logika fisik belum merupakan kebenaran mutlak. Logika fisik dan non fisik yg di dalam ilmu Allah itulah kebenaran hakiki.
Musa sempat kaget mengapa Khaidir melobangi kapal yg mestinya akan mengantar para penumpangnya selamat sampai ke seberang. Akan tetapi Musa as. tidak dikaruniai ilmu masa depan, di mana di tengah laut ada perampok yg ‘pasti’ merompak kapal-kapal yang baik yg tidak bocor. Musa terheran. Khaidir membunuh anak laki di bawah umur yang pasti belum berdosa. Yang ternyata kalau tidak dibunuh akan mengajak kedua orang tuanya yang mukmin ke jurang neraka. Pasti pada awalnya Musa as. heran mengapa guru yang ditunjuk Gusti Allah untuk dia belajar kepadanya seorang yang ‘dzalim’. Tentu saja ketika Musa as. belum paham. Setelah Khaidir menjelaskan hikmah ilmu, Musa pun terpana diam. Terakhir Khaidir membangun rumah yang akan roboh padahal penduduk kampung di situ bakhilnya luar biasa.

Di kemudian Musa as. paham bahwa rumah itu adalah rumah anak yatim keturunan ke-7 dari datuk dan ninik orang yang shaleh. Gusti Allah membangunkan kembali rumah itu melalui tangan-tangan suci Nabi dan rasulNya. Ialah Nabi Musa dan Kaidir as. Luar biasa Maha Pemurah Ar Rahman yang menghormati orang-orang yang shaleh sampai kepada keturunan yang ke-7 sekalipun. Apalagi keturunan Rasulullah yang Habib atau Sayyid, Syarifah atau Sayyidah, sangatlah wajar dihormati dan dimuliakan. Budaya sebagian suku di Indonesia juga sangat menghormati keturunan ulama. Rupanya ayat alKahf ini yang menjadi dasarnya.
Senang bila kita bisa menjadikan diri kita mukmin beneran, shaleh beneran, sehingga keturunannya dijaga Gusti Allah swt.

Dari sini Musa as. belajar tentang sabar, karena semuanya belum tentu selesai saat itu. Kita yang membaca kisah ini pun dibimbing untuk sabar. Sabar akan hikmah seluruh keputusanNya. Oh ternyata, perahu ‘dibocorin’ supaya selamat dari rampok. Loh ternyata putra yang masih di bawah umur di-pundut untuk diganti dengan putra-putra yang lebih baik, mengajak orang tuanya menuju kebahagiaan hakiki.

Sedangkan yang berpotensi durhaka di-pundut Gusti Allah sebelum berdosa. Itu antara lain karena Bapak-Ibu anak tadi orang-orang Mukmin. Subhanallah, demikian karunia rahmatNya di luar kuasa nalar manusia, bahkan sekaliber Musa as. Lalu, jika mukmin dan shalihinnya sungguh-sungguh, tidak cukup keturunan pertamanya, sampai keturunan ketujuh pun, atau sampai sekarang pun kalau itu keturunan Nabiy, dijaga Gusti Allah swt.
Mari kita lanjutkan…

Sekarang surat menggambarkan raja yang ‘super kuasa’ tak ada tanding. Mampu menempuh lingkar bumi, menguasai bahasa lisan mau pun bahasa isyarat. Kekuatannya sangat terkenal, di balik itu adilnya sungguh mengagumkan. Hanya menghukum yang pasti bersalah. Untuk orang-orang yang benar, yang sungguh-sungguh beriman malah difasilitasi. Luar biasa. Pantang menerima upeti, tauhidnya mengalahkan tauhidnya manusia seluruh alam. Walau dia bukan Nabiy. Dialah Dzulqarnain itu.

Akhir ayat mengingatkan siapa pun yang enggan menekuni jalan iman, mereka yang malah beragama sesuai nafsu, tidak juga menggunakan akal. Bahwa kehidupan mereka pasti sengsara. Amal-amal mereka sama sekali tidak diperhitungkan. Walau mereka dulunya mengira melalui angan-angan rekayasa logikanya, mereka paling benar.

Surat ini ditutup dengan tuntunan singkat bagaimana orang beriman mampu berjumpa Tuhan. Ya bahkan di kehidupan dunia ini. Syaratnya sangat ringan. Kerjakan, apa pun bentuk amal-amal shalehnya. Syarat utamanya jangan pernah ditujukan untuk/demi selain Tuhan. Baik ditujukan untuk kebanggaan diri, pamer, dan segala tujuan yang bukan memenuhi bimbingan Tuhan yang Ahad.

Terakhir, dua kalimat InsyaAllah muncul dalam surat ini. Kata ini sepertinya ringan. Bahkan sebagian Muslim menganggapnya sebagai perisai untuk menghindar diri dari berkata tidak bisa atau berhalangan hadir.

Sengaja peringatan ini disampaikan di bagian akhir uraian sangat minim ini. Sebagiannya untuk menekankan bahwa, InsyaAllah adalah kalimat tauhid. Artinya siapa oun yang benar tauhidnya pasti tidak mungkin berkata akan melakukan sesuatu di waktu berikutnya, kecuali bilang InsyaAllah. Ini benar secara tauhid, terlebih ketika uncertainty principle yg dimunculkan tokoh Fisikawan German, Werner Heisenberg malah menguatkan makna InsyaAllah itu. Dia menggunakan mekanika kuantum untuk sampai kepada prinsip ketidakpastian itu, yg mengantarkannya meraih Nobel Fisika.

Setiap kita pantas menerima nur itu, cahaya Jumat melalui bacaan alKahf itu. Semoga setiap kita suka!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Watak Pemimpin jadi Panutan



Jakarta

Dzul Qarnain ditanya, “Apa yang paling membuat anda senang?

Jawabnya,”Dua hal. Pertama, adil dan jujur. Kedua, membalas kebaikan seseorang lebih besar dari kebaikannya.”
Siapakah dia ? Dalam surat Al-Kahfi. Zulkarnain ( Dzul Qarnain ) adalah seorang raja Romawi dan Persia. Dirinya dinamai demikian sebab memiliki dua tanduk di kepalanya. Sebagian percaya, nama ini didapat karena ia sudah berhasil menguasai bumi bagian timur dan barat.

Jujur merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin, karena ia semestinya menjalankan amanah dengan kejujuran. Adapun sikap jujur ini menjadikan seorang pemimpin menuju adil. Kejujuran berarti memberikan bimbingan yang benar kepada orang yang memerlukannya. Islam memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk jujur kepada orang lain dan diri kita sendiri . Seorang muslim diperintahkan oleh Allah SWT. untuk jujur dalam perkataan dan perbuatannya, baik secara pribadi maupun di depan umum. Jujur pada diri sendiri tersirat dengan menaati hukum dan perintah-Nya.


Inilah perintah bersikap jujur sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Ahzab ayat 70 yang terjemahannya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”

Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW, bertakwalah kepada-Nya dalam segala urusan kalian dan selalu berusahalah berkata benar, niscaya Allah SWT. akan memperbaiki dan menerima amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa yang senantiasa mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya maka dia akan meraih kemenangan yang besar.

Orang yang jujur pada dirinya ( yaitu menaati perintah dan larangan-Nya ) adalah orang-orang yang selalu berkata dalam hatinya, “Tiada Tuhan selain Allah SWT.” Ia telah menjadi orang yang ikhlas. Pemimpin yang akan membawa masyarakat menuju kebaikan adalah pemimpin yang adil. Keadilan itu tidak memandang tingkatan status sosial, kekerabatan dan golongan. Jika ikatan-ikatan itu lepas, maka pemimpin tersebut dengan mudahnya menerapkan keadilan dalam menjalankan amanah.

Adapun perintah adil dalam firman-Nya surah al-Maidah ayat 8 yang terjemahannya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Menurut orang bijak, “Watak dan perangai rakyat merupakan buah atau hasil dari watak dan perangai para pemimpinnya. Sebab kebaikan dan keburukan yang dilakukan orang awam hanyalah meniru dan mengikuti perbuatan para pemimpinnya. Orang awam belajar dari mereka dan meniru watak serta kebiasaan mereka.

Diceritakan bahwa Walid ibn Abdul Malik, salah seorang Khalifah Daulah Umawiyah, memusatkan perhatiannya dibidang pembangunan dan kemajuan pertanian. Sedangkan Sulaiman ibn Abdul Malik hanya mementingkan soal makan dan memenuhi segala kebutuhan dan kepentingan hawa nafsu. Sementara pusat perhatian Umar ibn Abdul Aziz adalah ibadah dan kehidupan zuhud.

Muhammad ibn Ali ibn Fadhal berkata,” Aku kurang yakin watak rakyat akan bekerja sama sebagaimana watak para pemimpinnya sampai aku melihat bahwa masa Walid orang yang begitu sibuk dengan persawahan dan perkebunan. Mereka juga mementingkan pembangunan gedung-gedung dan perumahan.”

“Sedang pada masa Sulaiman ibn Abdul Malik, aku melihat orang-orang hanya mementingkan soal makan, dan mencari makan yang paling lezat. Sampai-sampai seseorang bertanya-tanya kepada rekannya, jenis makanan apa yang harus aku buat dan makan. Sementara pada masa Umar ibn Abdul Aziz, kulihat orang-orang menyibukkan diri beribadah membaca Al-Qur’an hingga khatam, melakukan amal kebajikan dan memberikan sedekah. Dalam masa pemerintahannya yang relatif singkat telah menjadikan rakyatnya makmur, hingga tidak ditemukan orang meminta-minta ( miskin ).

Penulis berharap setiap ada pergantian Pemerintahan dijalankan dengan amanah dari rakyat dengan jujur dan adil. Dengan sikap tersebut, semoga Allah SWT. memberikan hidayah taufiq agar masa pemerintahan ke depan bisa memberikan kecukupan pangan melalui swasembada, ekonomi nasional tumbuh dg baik, orang miskin turun drastis dan kehidupan yang harmonis.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Membaca Al Kahfi sebagai Pengampun Dosa-Penangkal Fitnah Dajjal



Jakarta

Al Kahfi adalah salah satu surah yang sering kita dengar dan manfaatnya terkait hari Jumat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam keterangan dari hadits membaca Al Kahfi yang disabdakan Rasulullah SAW.

Sunnah mengenai membaca atau mengamalkan Al Kahfi banyak sekali kita temui dalam berbagai hadits Rasulullah SAW. Salah satunya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu. Rasulullah SAW bersabda,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، سَطَعَ لَهُ نُورٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءِ، يُضِيءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وغُفر لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ


Artinya: “Dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulul­lah SAW pernah bersabda: Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka timbullah cahaya baginya dari telapak kakinya hingga ke langit yang memberikan sinar baginya kelak di hari kiamat, dan diampunilah baginya semua dosa di antara dua hari Jumat.” (HR An-Nasa’i dan Baihaqi)

Mengenai keutamaan dan kebaikan mengenai membaca Al Kahfi ini banyak sekali diterangkan selain dari hadits di atas. Berikut ini adalah beberapa hadits lain yang dikutip dari buku Terjemah dan Fadhilah Majmu’ Syarif oleh Ustadz Rusdianto dan buku Ensiklopedia Hadits Ibadah Membaca Al-Qur’an karya Syamsul Rijal Hamid.

5 Hadits Membaca Al Kahfi

1. Fadhilah 10 Ayat Pertama

Diriwayatkan dari Abu Darda Radhiyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

Artinya: Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal (fitnah). (HR Muslim)

2. Pengampunan Dosa di Antara 2 Jumat

Melalui riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat.” (HR Hakim dan Baihaqi)

Ibnu Hajar berkata tentang hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menyatakan shahih atas hadits ini, sebagaimana terdapat dalam Shahih al-Jami’.

3. Terpancar Cahaya

Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dan Baitul ‘Atiq.” (HR Darimi, Nasa’i, dan Hakim)

4. Penangkal Zaman Dajjal

Diriwayatkan dari Nawas bin Sam’an dalam sebuah hadits yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut intinya Rasulullah SAW bersabda, “Maka barang siapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.” (HR Muslim)

5. Dijauhkan dari Fitnah Dajjal

Abu Umamah juga meriwayatkan hadits Rasul SAW yang berbunyi, “Sesungguhnya di antara fitnahnya, ia (Dajjal) memiliki surga dan neraka. Nerakanya adalah surga, dan surganya adalah neraka. Siapa diuji dengan nerakanya, hendaklah ia memohon pertolongan Allah SWT dan membaca awal Surat Al-Kahfi.” (HR Ibnu Majah, Tirmidzi, & Hakim)

Begitulah sekilas pembahasan kali ini mengenai hadits membaca Al Kahfi yang mengandung keutamaan dan manfaatnya. Semoga kita dapat selalu mengamalkan Al Kahfi dan sunnah-sunnah lainnya. Amiin yaa Rabbalalamiin.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com