Tag Archives: al-khudri

Benarkah Anak-anak yang Wafat dalam Islam Langsung Masuk Surga?


Jakarta

Wafatnya seorang anak tentu meninggalkan luka mendalam bagi orang tuanya. Ajal tidak mengenal usia dan waktu.

Dalil mengenai kematian disebutkan dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an, salah satunya surah Al Ankabut ayat 57.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ


Artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”

Setiap muslim yang sudah baligh dan meninggal dunia akan dihisab serta dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang belum baligh?

Anak yang Wafat sebelum Baligh Dijamin Masuk Surga

Menukil dari buku Seni Menjemput Kematian susunan Brilly El Rasheed, anak yang wafat sebelum usia baligh akan langsung masuk surga tanpa dihisab. Selain itu, mereka juga disebut menjadi syafaat bagi kedua orang tuanya.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Wahai Ummu Sulaim, tidaklah dua orang muslim yang telah ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena kasih sayangnya kepada mereka.” Ummu Sulaim kemudian bertanya, “Kalau dua?” Beliau menjawab, “Dua juga.” (HR Bukhari, An Nasa’i, dan Ahmad)

Roh anak yang meninggal sebelum usia baligh berada di alam barzakh sejak wafat hingga kiamat tiba. Mereka akan selalu mengingat kedua orang tuanya.

Apabila anak yang wafat itu diziarahi, mereka tahu dan melihat siapa saja yang mengunjungi mereka. Anak-anak tersebut juga menjawab salam, mendengarkan omongan dan doa yang dipanjatkan.

Di alam barzakh, anak-anak yang belum baligh ini hanya beristirahat dan menunggu hingga kiamat tiba. Yusuf bin Muhammad bin Ibrahim al-Atiq melalui kitab Fataawa wa Ahkaam Khaashah li Ath-Thifl yang diterjemahkan Imron Rosadi menjelaskan bahwa anak-anak ini akan masuk surga mengikuti akidah kedua orang tuanya.

Allah SWT berfirman dalam surah At Tur ayat 21,

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۗ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Apakah Anak-anak yang Bukan Keturunan Mukmin Juga Masuk Surga?

Masih dari sumber yang sama, anak-anak yang bukan dari keturunan orang mukmin atau lahir dari orang tua yang bukan muslim hanya Allah SWT yang mengetahui nasib mereka di akhirat. Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan hal berikut mengenai nasib mereka.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui apa yang telah mereka lakukan.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain yang diceritakan Aisyah RA, dia berkata:

“Pada suatu ketika Rasulullah pernah diundang untuk melayat jenazah seorang bayi dari kaum Anshar. Kemudian saya berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah bahagianya bayi kecil ini! Seekor dari burung-burung di surga.’

Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hai Aisyah, sesungguhnya Allah telah menciptakan bagi surga penghuni yang akan mendiaminya, sedangkan mereka, kala itu masih dalam tulang rusuk orang tua mereka.”

Hadits di atas menjelaskan larangan bagi Aisyah RA memberi kepastian tentang tempat kembalinya seseorang di akhirat, apakah itu surga atau neraka meskipun ia anak kecil yang tidak mempunyai dosa. Ini dikarenakan bisa jadi anak tersebut mengikuti keyakinan kedua orang tuanya yang bukan muslim.

Anak yang Meninggal sebelum Baligh Jadi Perisai Orang Tua dari Neraka

Dijelaskan dalam Kitabul Kabaair susunan Imam Ad Dzahabi terjemahan Asfuri Bahri, anak yang meninggal dunia akan menjadi perisai kedua orang tuanya dari neraka. Hal ini tertuang dalam hadits Rasulullah SAW dari Abu Sa’id Al Khudri,

“Barang siapa mempunyai tiga orang anak meninggal sebelum baligh mereka menjadi perisai baginya dari neraka.” Abu Darda bertanya, “Aku hanya mempunyai dua orang anak?” Rasulullah SAW bersabda, “Dua juga demikian.” Ubay bin Ka’ab, sayyidul-qurra’ (pemimpin para qari) bertanya, “Aku hanya mempunyai satu anak (meninggal)?” Rasulullah SAW menjawab, “Satu juga, namun disertai dengan sabar pada saat pertama (mendapat musibah).”

Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah Mengasuh Anak-anak di Surga

Abdul Muhsin Al Muthairi melalui Buku Pintar Hari Akhir yang diterbitkan Serambi Ilmu Semesta, anak-anak yang meninggal sebelum balig akan diasuh di surga oleh Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah. Dalam sebuah hadits dijelaskan Rasulullah SAW pernah bermimpi melihat lelaki tinggi bersama banyak anak.

“Adapun lelaki tinggi di dalam Raudhah itu adalah Ibrahim AS dan sekeliling baginda itu ialah wildan (anak yang meninggal dunia pada waktu kecil). Mereka semua yang dilahirkan pada waktu kecil itu mati di atas fitrah (yakni Islam dan dimasukkan ke dalam surga).

Selain itu, anak-anak tersebut akan dijaga sampai kiamat tiba sebelum dipertemukan kembali dengan orang tua mereka. Dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

“Anak-anak kecil orang muslim (yang sudah meninggal dunia) tinggal di sebuah gunung di surga. Mereka diasuh oleh Ibrahim dan Sarah hingga dikembalikan lagi ke pangkuan orang-orang tua mereka pada hari kiamat.”

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Seperti Apa Imam Mahdi? Ini Deskripsi Fisik dan Waktu Kemunculannya


Jakarta

Keyakinan akan munculnya Imam Mahdi menjelang akhir zaman merupakan bagian penting dalam ajaran Islam. Sosok ini diyakini akan hadir sebagai pemimpin yang menegakkan keadilan di tengah dunia yang diliputi kezaliman.

Sejumlah hadits sahih menyebutkan ciri-ciri Imam Mahdi, baik dari sisi karakter, fisik, hingga tanda-tanda kemunculannya. Berdasarkan uraian dalam kitab-kitab rujukan serta penjelasan para ulama, berikut ini gambaran tentang Imam Mahdi seperti tertuang dalam hadits-hadits Rasulullah SAW.

Karakteristik dan Deskripsi Fisik Imam Mahdi

Mengutip buku Kemunculan Dajjal & Imam Mahdi Semakin Dekat karya Ust. Khalillurrahman El-Mahfani, terdapat beberapa ciri utama Imam Mahdi yang disebutkan dalam hadits-hadits sahih:


1. Akhlaknya Menyerupai Rasulullah SAW

Imam Mahdi dikenal sebagai pribadi yang luhur dan penuh kasih sayang terhadap umat, menyerupai akhlak Rasulullah SAW. Namun demikian, kemiripan ini tidak berlaku pada rupa dan fisik beliau. Nabi SAW bersabda:

“Imam Mahdi itu menyerupai Rasulullah SAW dalam hal budi pekertinya. Namun, ia tidak menyerupai beliau dalam rupa atau bentuk tubuhnya, yakni tidak serupa dalam sifat-sifat badaniyahnya.” (HR Abu Daud)

2. Memiliki Dahi Lebar dan Hidung Mancung

Ciri fisik Imam Mahdi dijelaskan dalam sejumlah hadits, antara lain dahinya yang lebar serta hidungnya yang panjang dan mancung.

“Imam Mahdi berasal dari keturunanku, memiliki dahi yang lebar dan hidung yang panjang serta mancung.” (HR Abu Dawud dan Al-Hakim dari Abu Sa’id Al-Khudri)

3. Warna Kulit dan Postur Tubuh

Selain wajah, warna kulit dan fisik Imam Mahdi juga digambarkan dalam hadits.

“Imam Mahdi adalah seorang lelaki dari keturunanku. Warna kulitnya seperti warna kulit orang Arab, dan fisiknya seperti fisik Bani Israil.” (HR Abu Nu’aim dari Hudzaifah RA)

4. Keturunan Langsung dari Nabi Muhammad SAW

Identitas Imam Mahdi diperkuat dengan garis keturunannya yang berasal dari Rasulullah SAW, tepatnya dari jalur putri beliau, Fatimah RA.

“Imam Mahdi berasal dari keluargaku, dari anak Fatimah.” (HR Abu Dawud)

5. Namanya Sama dengan Rasulullah SAW

Selain nasab, namanya pun disebut akan serupa dengan nama Nabi Muhammad SAW.

“Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum seorang lelaki dari Ahlul Baitku memimpin. Namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)

Waktu yang Menandakan Munculnya Imam Mahdi

Mengacu pada karya klasik Huru-Hara Hari Kiamat (judul asli: An-Nihayah, Fitan wa Ahwal Akhir Azzaman) karya Ibnu Katsir, kemunculan Imam Mahdi akan terjadi menjelang turunnya Nabi Isa AS.

Salah satu riwayat menyebutkan:

“Apabila umur dunia ini hanya tersisa satu hari, maka Allah akan mengutus seorang laki-laki dari keturunan kami yang akan menegakkan keadilan di dunia, sebagaimana sebelumnya dunia telah dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan.” (HR Al-Qurthubi)

Dalam riwayat lain, Imam Ahmad meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Al-Mahdi berasal dari keturunan kami, Ahlul Bait. Allah akan membimbingnya menjadi pribadi yang saleh dalam satu malam.”

Kehadiran Imam Mahdi diyakini sebagai bagian penting dari rangkaian peristiwa besar akhir zaman. Sosoknya akan menjadi pemimpin yang membimbing umat Islam menuju keadilan dan kebenaran, menandai fase penting dalam sejarah peradaban.

Wallahu a’lam.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Sujud Sahwi: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Terkadang umat Muslim juga melakukan kesalahan saat melaksanakan sholat, salah satunya ragu dengan jumlah rakaatnya. Bagi mereka yang lupa dengan jumlah rakaat, maka lakukanlah sujud sahwi.

Mengutip buku Sujud Sahwi, Sujud karena Lupa dalam Shalat oleh Al Allamah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, disunnahkan baginya melakukan sujud sahwi karena sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa seperti kalian, aku lupa seperti halnya kalian lupa. Bila salah satu dari kalian lupa, hendaklah sujud dua kali.” (HR Muslim)


Kapan Melakukan Sujud Sahwi?

Mengutip Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, pelaksanaan sujud sahwi sama saja seperti sujud saat sholat. Sujud sahwi dilakukan sebanyak dua kali sebelum atau setelah salam tergantung pada kapan seseorang ingat kalau dia lupa jumlah rakaatnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Abu Sa’id Al-Khudri.

“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam sholatnya dan tidak tahu apakah sudah sholat 3 atau 4 rakaat, maka tinggalkan keraguan tersebut dan ambillah yang diyakini. Kemudian, lakukanlah 2 sujud sebelum salam. Jika ternyata dia sholat 5 rakaat, maka sujud sahwi tersebut telah melengkapi sholatnya. Namun jika sholatnya memang 4 rakaat, maka sujud sahwi tersebut merupakan penghinaan bagi setan.” (HR Muslim).

Hal senada juga dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII. Sujud sahwi bisa dilaksanakan sebelum maupun sesudah salam.

Jika muncul keraguan saat sholat sebelum salam, maka sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Sedangkan, jika timbul keraguan setelah salam, kamu tidak perlu mengulang sholat, cukup melakukan sujud sahwi.

6 Hal Penyebab Pelaksanaan Sujud Sahwi

Adapun enam hal yang menyebabkan terjadinya pelaksanaan sujud sahwi. Zainal Muttaqin MA dalam bukunya Pendidikan Agama Islam: Fikih mengatakan sebagai berikut:

  • Tidak duduk tasyahud awal.
  • Tidak membaca tasyahud awal.
  • Tidak membaca doa qunut ketika sholat Subuh.
  • Tidak membaca sholawat pada tasyahud awal.
  • Kekurangan atau kelebihan bilangan rakaat.
  • Ragu-ragu bilangan rakaat dalam sholat.

Bacaan Doa Sujud Sahwi

Mengutip dari buku Panduan Muslim Sehari-Hari oleh KH M Hamdan Rasyid & Saiful Hadi El-Sutha, berikut bacaan doa sujud sahwi lengkap dengan latin dan artinya:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو

Arab Latin: Subhaana man laa yanaamu wa laa yashuu.

Artinya: “Maha Suci Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa.”

Selain itu, sebagian ulama berpendapat bahwa melafalkan lafaz takbir sebelum sujud sahwi adalah wajib. Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadits yang berbunyi:

“Beliau (Nabi) sholat 2 rakaat kemudian memberi salam dan bertakbir, lalu sujud seperti sujud biasa atau lebih lama. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya lalu bertakbir, kemudian meletakkan kepalanya lalu bertakbir dan sujud seperti sujudnya yang biasa atau lebih panjang. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya dan bertakbir.” (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Hurairah)

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah dan NU Lengkap Hukum Membacanya


Jakarta

Doa Iftitah adalah salah satu bagian penting dalam sholat yang dibaca setelah takbiratul ihram. Baik Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU) memiliki versi bacaan doa iftitah yang sedikit berbeda tapi tetap memiliki esensi yang sama, yaitu memuji kebesaran Allah SWT.

Untuk mengetahui perbedaan dan makna mendalam dari doa iftitah Muhammadiyah dan NU, simak penjelasan lengkap di bawah ini. Simak juga informasi tentang hukum membaca doa ini dalam sholat.

Pengertian Doa Iftitah

Bacaan doa iftitah sering kali dipertanyakan oleh jamaah karena perbedaan antara versi Muhammadiyah dan NU. Namun demikian, kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia ini memiliki pandangan yang sama mengenai keutamaannya.


Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bacaan doa iftitah Muhammadiyah dan NU, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu definisi dari doa iftitah itu sendiri.

Dikutip dari buku Ragam doa iftitah tulisan Muhammad Saiyid Mahadhir, doa iftitah adalah dzikir pembuka dalam sholat yang dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum ta’awwudz serta surah Al-Fatihah. Doa ini juga dikenal sebagai doa Istiftah atau doa tsana’. Doa ini dapat dibaca baik saat sholat sendirian maupun berjamaah, serta berlaku bagi imam maupun makmum.

Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah Lengkap dengan Teks Arab, Latin, dan Artinya

Berikut adalah bacaan doa iftitah Muhammadiyah yang dilansir dari situs Suara Muhammadiyah.

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ

Latinnya: Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.

Artinya: “Wahai Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana bersihnya baju putih dari kotoran, ya Allah basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan air dingin.”

Bacaan Doa Iftitah NU Lengkap dengan Teks Arab, Latin, dan Artinya

Bacaan doa iftitah NU sedikit berbeda dengan doa iftitah Muhammadiyah. Berikut adalah bacaan doa iftitah NU yang dilansir dari situs NU Online.

اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا إِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Latinnya: Allahu akbar kabiraw walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukrotaw washila inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal arha hanifam muslimaw wa ma ana minal musyrikin inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin la syarika lahu wa bidzalika umirtu wa ana minal muslimin

Artinya: “Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyak pujian. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan Semua Alam, tiada sekutu bagi-Nya. dan begitulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslim.”

Bacaan Doa Iftitah Versi Lain

Setelah membahas perbedaan bacaan doa iftitah Muhammadiyah dan NU, penting untuk kita ketahui bahwa doa iftitah memiliki beberapa variasi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Berikut beberapa bacaan doa iftitah versi lain yang bisa diamalkan yang dikutip dari buku Ragam Doa Iftitah yang disusun oleh Saiyid Mahadir, Lc., MA.

1. Doa Iftitah Versi Riwayat Aisyah RA

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Latinnya: Subhanakalla humma wabihamdika watabarokasmuka wata’ala jadduka wala ilaha ghoiruka.

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.”

2. Doa Iftitah Versi Riwayat Abu Said Al-Khudri

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

Latinnya: Subhanakalla humma wabihamdika watabarokasmuka wata’ala jadduka wala ilaha ghoiruka. Allahu Akbaru kabiro. A’udzubillahis sami’il alimi minas syaithonir rojim min hamzihi wanafkhihi wanaftsihi.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah swt dari syaitan yang terkutuk, dari gurisannya, dari tiupannya dan dari hembusannya. “

3. Doa Iftitah Versi Riwayat Jabir RA

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Latinnya: Subhanakalla humma wabihamdika watabarokasmuka wata’ala jadduka wala ilaha ghoiruka. Wajjahtu wajhiya lilladzi fatoros samawatiwal ardh, hanifan wama ana minal musyrikin, inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil ‘alamin.

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Aku hadapkan wajahku kepada Allah Yang menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri dan aku bukan bagian dari orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. Dan aku termasuk bagian dari orang-orang muslim.”

4. Doa Iftitah Versi Riwayat Anas RA

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

Latinnya: Alhamdulillahi hamdan katsiron mubarokan fihi.

Artinya: “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.”

5. Doa Iftitah Versi Riwayat Ibnu Umar RA

الله أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَ سُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Latinnya: Allahu akbaru kabiro, walhamdulillahi katsiro wasubhanallahi bukrotan wa ashila

Artinya: “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.”

6. Doa Iftitah Versi Riwayat Abu Hurairah RA

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَجِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Latinnya: Allahumma ba’id baini wabaina khothoyaya kama ba’adta bainal masyriqi walmaghrib. Allahumma naqqini minal khotoya kama yunaqqos tsaubul abyadhu minad danas. Allahummaghsil khothoyaya bilma’i was tsalji walbarodi.

Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan- kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari semua kesalahan sebagaimana Engkau mensucikan pakaian dari kotoran. Ya Allah, mandikanlah aku dengan air, salju dan embun.”

7. Doa Iftitah Versi Riwayat Ibnu Abbas RA

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ قَيَّامُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Latinnya: Allahumma lakal hamdu, anta nurus samawati wal ardh, walakal hamdu, anta qayyamus samawati wal ardh waman fihin, antal haq, waqaulukal haq, wawa’dukal haq, waliqa’ukal haq, waljannatul haq, wannaru haq, wassa’atu haq, allahumma laka aslamtu, wabika amantu, wailaika hakamtu, faghfirli ma qaddamtu wama akhkhartu wama asrartu wama a’lantu, antalladzi la ilaha illa anta.

Artinya: “Ya Allah, hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah pemberi cahaya langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau- lah pemelihara langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau-lah yang terus menerus mengurusi langit-langit dan bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya. Engkau adalah al- Haq (Dzat yang pasti wujudnya), janji-Mu benar, ucapan-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, dan hari kebangkitan itu benar (akan terjadi). Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku kembali, dan demi-Mu aku berdebat (terhadap para pengingkarmu), hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosa yang telah kuperbuat dan yang belakangan kuperbuat, ampunilah apa yang aku rahasiakan dan apa yang kutampakkan. Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan selain Engkau.”

8. Doa Iftitah Versi Riwayat Abu Salamah bin Abdurrahman RA

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَئِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Latinnya: Allahumma rabba jibril wamika’il waisrafil, fathiris samawati wal ardh, ‘alimil ghaibi wasy syahadah, anta tahkumu baina ‘ibadika fima kanu fihi yakhtalifun, ihdini limakhtulifa fini minal haq bi idznika wainnaka latahdi ila shiratim mustaqim Ya Allah, wahai Rabb Jibril, Mikail dan Israfil!

Artinya: “Wahai Yang memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya! Wahai Dzat Yang mengetahui yang gaib dan yang tampak! Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka berselisih di dalamnya. Tunjukilah aku mana yang benar dari apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan hidayah kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”

9. Doa Iftitah Versi Riwayat Ali bin Abi Thalib RA

وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيْعًا لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرِ كُلُّهُ بِيَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ اسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

“Wajjahtu wajhiya lilladzi fatoros samawati wal ardh, hanifan wama ana minal musyrikin, inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin, la syarikalahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimin. Allahumma antal malik, la ilaha illa anta robbi wa ana ‘abduka, zholamtu nafzi wa’taroftu bidzanbi, faghfirli dzunubi jami’a, la yaghfiruz dzunuba illa anta, wahdini liahsanil akhlaq la yahdi li ahsaniha illa anta, washrif ‘anni sayyi’aha la yashrifu ‘anni sayyi’aha illa anta, labbaika wa sa’daika, wal khoiru kulluhu biyadaika, was syarru laisa ilaika, ana bika wa ilaika, tabarokta wa ta’alaita, astaghfiruka wa atubu ilaika”.

Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri sedangkan aku bukan bagian dari orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. Dan aku termasuk bagian dari orang-orang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkanlah aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu. Aku berlindung, bersandar kepada- Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Hukum Membaca Doa Iftitah

Hukum membaca doa iftitah dinilai oleh mayoritas ulama sebagai sunnah. Ini berlaku baik untuk sholat wajib maupun sunnah, serta dapat dibaca oleh imam atau makmum, laki-laki maupun perempuan. Doa iftitah juga bisa dibaca dalam kondisi sholat berdiri, duduk, atau berbaring.

Jika seseorang tidak sengaja meninggalkannya, sholat tetap sah tanpa harus diganti dengan sujud sahwi. Jika langsung membaca Al-Fatihah setelah takbiratul ihram tanpa membaca doa iftitah, sholat tetap sah, dan tidak perlu diulang.

Gerakan Saat Membaca Doa Iftitah

Cara membaca doa iftitah saat sholat dapat dibaca ketika awal permulaan sholat. Untuk uraian yang lebih jelas dan detail, kami akan menjelaskan ulang bagian awal dari tata cara sholat yang dikutip dari buku Risalah Tuntunan Sholat Lengkap karya H. Sayuti.

  1. Berdiri tegak menghadap kiblat
  2. Mengangkat kedua tangan, sambil mengucapkan takbir
  3. Membaca doa iftitah
  4. Dilanjutkan membaca surah Al-Fatihah dan lanjutkan rukun sholat seperti biasanya

Demikianlah penjelasan mengenai bacaan doa iftitah Muhammadiyah, NU, dan beberapa versi lainnya. Semoga bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Gambaran Jembatan Shirath di Atas Neraka Menurut Hadits



Jakarta

Terdapat sebuah jembatan bernama shirath yang dibentangkan di atas neraka. Jembatan ini harus dilalui oleh orang-orang beriman ataupun orang-orang berdosa dari kalangan umat Nabi Muhammad SAW.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri RA bahwa Rasulullah SAW menyebutkan jembatan shirath lebih tipis dari sehelai rambut dan setajam pedang.

Ibnu Mas’ud RA menggambarkan shirath sebagai jalan yang lurus melintasi neraka, berbentuk seperti pedang yang tajam, licin, dan dapat mematahkan. Di atasnya terdapat besi-besi tajam dari neraka yang mencakar dan mencengkeram siapa saja yang dikehendaki. Cara orang-orang melintasi jembatan ini pun beragam, ada yang secepat kilat, angin, kuda, berjalan, hingga merangkak. (HR Thabrani dan Baihaqi)


Aisyah RA juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang jembatan yang lebih tipis dari rambut dan setajam pedang, dengan besi dan pagar runcing di atasnya. Semua orang harus melewati jembatan ini, ada yang bergerak secepat kilat, kedipan mata, angin, atau kuda. Para malaikat berdoa, “Ya Allah, selamatkan!” Sebagian orang berhasil melintasinya, sebagian lagi dikoyak atau terjatuh ke dalam neraka. (HR Ahmad)

Dalam riwayat lain dari Ubaid bin Umair, Rasulullah SAW menyebut shirath sebagai jembatan di atas neraka yang setajam pedang dengan besi dan pagar runcing di kedua sisinya. Besi-besi ini dapat mengoyak tubuh manusia. Rasulullah SAW bersumpah bahwa sejumlah besar manusia akan tersangkut oleh kait-kait besar tersebut, sementara malaikat terus berdoa agar orang-orang diselamatkan. (HR Baihaqi dan Ibnu Abi Ad-Dunya)

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah shirath dibentangkan di atas neraka, aku akan menjadi rasul pertama yang melintasinya, diikuti umatku. Pada saat itu, tidak seorang pun berbicara kecuali para rasul yang memanjatkan doa, ‘Ya Allah, selamatkan!’ Dalam neraka terdapat besi-besi runcing seperti duri As-Sa’dan, yang akan menyambar manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut buku Ensiklopedia Akhirat: Mizan, Catatan Amal, Shirath, dan Macam-macam Syafaat karya Mahir Ahmad Ash Syufiy, jembatan shirath ini membentang di berbagai sisi neraka. Ketika menyeberangi shirath, suasana sangat mencekam sehingga tidak ada yang berbicara, kecuali para rasul yang berdoa untuk keselamatan umat mereka. Hal ini menunjukkan kasih sayang para rasul kepada umatnya.

Wallahu a’lam.

(lus/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abbad ibn Bisyr, Sahabat Rasulullah SAW Pemilik Tongkat Bercahaya



Jakarta

Abbad ibn Bisyr ibn Waqasy adalah sahabat Rasulullah SAW dari kalangan Anshar. Ia berasal dari suku Aus keturunan Bani Asyahli.

Merangkum buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi yang ditulis Muhammad Raji Hassan Kunnas dijelaskan Abbad memiliki dua nama panggilan, yaitu Abu Bisyr dan Abu al-Rabi.

Abbad termasuk sahabat setia Rasulullah SAW. Ia berada di barisan pertama dalam membela ajaran Islam. Abbad turut serta dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan peperangan lainnya bersama Rasulullah SAW.


Abbad termasuk sahabat yang dicintai Rasulullah SAW.

Aisyah RA, pernah berkata tentang Abbad, “Ada tiga orang Anshar yang keutamaan mereka sebanding. Mereka semua dari Bani Abdul Asyhal, yaitu Sa’d ibn Muaz, Usaid ibn Hudhair, dan Abbad ibn Bisyr.” Itulah kesaksian Ummul Mukminin.

Peran Abbad dalam Perang Dzaturriqa

Diriwayatkan dari sahabatnya, Ibn Yasar dari Uqail ibn Jabir bahwa Jabir ibn Abdullah al-Anshari berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah dari tempat perlindungan kami di kebun kurma dalam Perang Dzaturriqa. Dalam perang itu, seorang wanita musyrik terkena lemparan anak panah dari pasukan muslim.”

Usai peperangan, dan setelah Rasulullah pulang ke markas, suami wanita musyrik itu datang dan melihat apa yang terjadi pada istrinya. Ia marah dan bersumpah akan membalas dendam hingga salah seorang sahabat Nabi SAW bersimbah darah. Diam-diam, ia mencari tahu di mana Nabi SAW menginap malam itu.

Saat Nabi SAW hendak masuk rumah, beliau bersabda, “Siapakah yang mau berjaga malam ini?”

Amar ibn Yasar dan Abbad ibn Bisyr bangkit dan berkata, “Kami (siap berjaga), wahai Rasulullah.”

Keduanya kemudian berjaga dekat gerbang Syi’ib. Saat itu Nabi SAW dan para sahabat menginap di Syi’ib, di sebuah lembah.

Ketika berjaga, Abbad bertanya kepada Amar, “Kau ingin aku berjaga di awal atau di akhir malam?”

Amar menjawab, “Kau berjaga di awal malam, dan aku di akhir malam.” Kemudian Amar berbaring dan tertidur pulas. Sementara Abbad mendirikan salat sunnah sambil berjaga.

Ketika itulah suami wanita musyrik itu datang. Ketika melihat Abbad yang sedang salat, lelaki itu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia langsung melepaskan panah ke arah Abbad dan tepat mengenai tubuhnya.

Meskipun tubuhnya dihantam anak panah, ia tetap mendirikan salat dan berusaha menyelesaikannya.

Lelaki itu kemudian kembali melemparkan panah. Dan Abbad tetap berdiri dalam salatnya. Untuk ketiga kalinya lelaki itu meluncurkan panah, dan Abbad mencabut panah yang tertancap di tubuhnya, lalu ia rukuk, lantas sujud. Baru setelah selesai salat Abbad membangunkan Ammar dan berkata, “Bangunlah, ada orang yang datang.”

Ammar terkejut ketika melihat suami wanita musyrik itu berada di dekat mereka. Ketika melihat mereka berdua, lelaki itu tahu, mereka menjadi benteng hidup bagi Muhammad dan menjadikan diri mereka sebagai penebus sumpahnya.

Amar kaget melihat sahabatnya Abbad berlumuran darah, “Subhanallah! Kenapa kau tidak membangunkanku saat pertama kali kau terkena panah?”

Abbad menjawab, “Aku sedang membaca salah satu surat dan aku tak mau memutuskan bacaanku sampai selesai. Saat beberapa anak panah menancap di tubuhku, aku pun menyelesaikan salat membangunkanmu. Demi Allah, jika tidak karena tugas berjaga yang diperintahkan Rasulullah, niscaya jiwaku sudah lepas dari raga sebelum aku memutuskan atau menyelesaikan bacaanku.”

Abbad tak pernah absen mengikuti peperangan bersama Rasulullah SAW sampai beliau wafat. Ia pernah mendengar beliau bersabda di depan kaum Anshar, “Wahai Anshar, kalian (bagaikan) pakaian dalam dan manusia bagaikan pakaian luar. Maka, jangan mengikuti orang-orang sebelum kalian.”

Pada saat itu, kaum Anshar ingin agar tidak ada lagi orang yang lari dari medan perang seperti yang terjadi saat Perang Uhud dan Hunain. Ucapan Rasulullah SAW itu menegaskan bahwa mereka adalah para penolong agama Allah dan RasulNya.

Janji setia yang pernah mereka ucapkan di Aqabah benar-benar mereka tunaikan. Sedikit pun tak terlintas dalam benak mereka keinginan meninggalkan Rasulullah sampai beliau wafat menghadap Allah SWT. Mereka teguh memegang janji yang pernah diucapkan meskipun beliau telah tiada.

Ketakwaan Abbad ibn Bisyr

Abbad membagi kehidupannya menjadi dua bagian, waktu malam ia gunakan untuk ibadah dan membaca Al-Quran, sedangkan siang harinya ia manfaatkan untuk berjihad melawan kaum kafir.

Kebiasaan Abbad membaca kalam Allah SWT setiap malam sangat menarik hati setiap orang yang mendengarnya. Pada suatu malam, saat ia menunaikan tahajud di Masjid Nabawi, suara bacaannya yang lembut terdengar hingga kamar Ummul Mukminin Aisyah RA. Saat itu Rasulullah SAW berada di sana.

Beliau bersabda kepada istrinya, “Ini suara Abbad ibn Bisyar.”

Aisyah menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.”

Rasulullah SAW berdoa, “Ya Allah, ampunilah dia!” (menurut Ibn al-Atsir, “Ya Allah, kasihilah Abbad”).

Abbad ibn Bisyr Pemilik Tongkat Bercahaya

Dalam kitab Musnad Imam Ahmad, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Bahz ibn Asad dari Hamad ibn Salamah dari Tsabit dari Anas bahwa Usaid ibn Hudhair dan Abbad ibn Bisyr menemani Rasulullah SAW pada suatu malam. Kemudian mereka keluar meninggalkan beliau.

Tiba-tiba tongkat salah seorang dari mereka memancarkan cahaya terang sehingga mereka dapat berjalan diterangi cahaya itu. Saat keduanya berpisah, tongkat mereka masing-masing mengeluarkan cahaya.

Suatu malam menjelang Perang Yamamah, Abbad bermimpi sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri bahwa Abbad ibn Bisyr berkata, “Hai Abu Said, aku bermimpi langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi. Aku menafsirkannya, insya Allah, sebagai kesyahidan.”

Abu Said berkata, “Demi Allah, sungguh baik mimpimu itu.”

Keesokan harinya Abbad bersama beberapa sahabat bergabung dalam pasukan Khalid ibn Walid untuk memerangi Musailamah al-Kazzab. Mimpi dan harapan Abbad menjadi kenyataan. Ia terbunuh sebagai syahid dalam peperangan itu. Sungguh mimpi orang bertakwa adalah kebenaran.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com