Tag Archives: Al-Quran

Apa Alasan Rasulullah Sering Bersembunyi di Gua Hira?


Jakarta

Gua Hira adalah gua yang terkenal dalam sejarah Islam. Sebab, di dalam gua inilah, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Bahkan, sebelum menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW menjadikannya sebagai tempat beribadah dan mengasingkan diri dari berbagai kerusakan moral penduduk Makkah. Lantas, apa yang membuat Nabi Muhammad SAW sampai mengasingkan diri di Gua Hira?

Menurut buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, letak Gua Hira berada di puncak Jabal Nur, di bagian utara kota Makkah, sekitar 5 km dari Masjidil Haram. Tinggi puncak Jabal Nur sekitar 200 m.

Bentuk gunung ini terlihat berdiri tajam. Jika ingin mendekat ke gua hira diperlukan waktu paling tidak setengah jam. Adapun bentuk Gua Hira agak memanjang, pintunya sempit, bisa dilalui hanya oleh satu orang. Di dalam gua, hanya bisa didiami sekitar 5 orang. Tinggi gua hanya sebatas orang berdiri.


Alasan Nabi Muhammad SAW Sempat Bersembunyi di Gua Hira

Dikisahkan dalam buku 20 Kisah Teladan Perjalanan Hidup Nabi Muhammad SAW karya Tim Gema Insani, suatu ketika di kota Makkah, Nabi Muhammad SAW mulai mengajak kaumnya untuk memeluk agama Islam melalui dakwah. Namun yang didapatkan oleh Nabi Muhammad SAW hanya makian dan cercaan. Siksaan tak hentinya menimpa mereka yang beriman kepada Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya semakin menderita hidup di Makkah.

Akhirnya Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk berhijrah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW ditemani oleh Abu Bakar, sahabatnya yang setia saat memulai perjalanan. Mereka bersembunyi di Gua Hira, untuk menghindari kejaran kaum Quraisy yang berniat membunuh mereka.

Ketika Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar berada di Gua Hira, seekor merpati dan laba-laba berusaha melindungi Nabi Muhammad SAW dengan membohongi kaum kafir Quraisy, yang berniat ingin membunuh Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW hanya memerlukan waktu delapan hari untuk pergi ke Makkah dan Madinah dengan mengendarai unta. Sedangkan waktu tempuh dari Makkah ke Madinah rata-rata sampai sebelas hari. Padahal, Nabi Muhammad SAW dan rombongannya hanya berjalan pada malam hari, karena siang harinya mereka bersembunyi untuk menghilangkan jejak.

Selama perjalanan, tak henti-hentinya Nabi Muhammad SAW berdoa agar Allah SWT melindungi beliau dan rombongannya.

Berkat pertolongan dari Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan rombongan hampir sampai di kota Madinah. Dari kejauhan tampak pohon-pohon kurma yang menjulang tinggi. Mereka semua kembali mengucap syukur kepada Allah SWT, karena telah selamat dari kejaran musuh.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah 40, https://www.detik.com/hikmah/quran-online/at-taubah/tafsir-ayat-40-1275

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Latin: Illâ tanshurûhu fa qad nasharahullâhu idz akhrajahulladzîna kafarû tsâniyatsnaini idz humâ fil-ghâri idz yaqûlu lishâḫibihî lâ taḫzan innallâha ma’anâ, fa anzalallâhu sakînatahû ‘alaihi wa ayyadahû bijunûdil lam tarauhâ wa ja’ala kalimatalladzîna kafarus-suflâ, wa kalimatullâhi hiyal-‘ulyâ, wallâhu ‘azîzun ḫakîm

Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Merujuk kembali buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW, dari dalam Gua Hira, terlihat pemandangan berupa pegunungan dan Kota Makkah. Di antara keistimewaan Gua Hira adalah pemandangan atas berupa langit yang demikian luas dan pemandangan bawah berupa Ka’bah. Namun demikian, perlu upaya cukup besar untuk sampai ke Gua Hira.

Di dalam Gua Hira, aktivitas Nabi Muhammad SAW tak lain adalah duduk sambil mengamati, merenung, dan bertanya, “Siapakah yang menciptakan langit, bintang, dan seluruh makhluk ini?”

Itulah ibadah yang dilakukan beliau sejak usia 30-40 tahun. Seolah-olah, itu merupakan persiapan bagi beliau untuk menjadi nabi.

Di tempat inilah, Gua Hira, beliau menerima ayat pertama Al-Qur’an, dan tempat Malaikat Jibril menyampaikan bahwa beliau harus mengumumkan pada dunia bahwa hanya ada satu Tuhan. Dan, beliau, harus menyebarkan pesan ini.

Ibnu Ishaq menyatakan dari Wahab bin Kaisan bahwa Ubaid berkata, “Pada bulan itu (bulan Ramadan), Rasulullah SAW menetap di Gua Hira. Beliau memberi makan kepada orang- orang miskin yang datang kepada beliau.

Hingga pada bulan di mana Allah SWT berkehendak memuliakan beliau dengan mengutus sebagai nabi pada bulan Ramadan. Pada bulan tersebut, beliau pergi ke Gua Hira seperti biasanya dengan diikuti keluarganya. Pada suatu malam, Allah SWT memuliakan beliau dengan memberi risalah dan merahmati hamba-hamba-Nya dengan beliau.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah Naik ke Sidratul Muntaha untuk Terima Perintah Salat


Jakarta

Salat adalah rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Perintah untuk melaksanakannya tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, salah satunya dalam surah Al-Baqarah ayat 43.

Allah SWT berfirman,

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ ۝٤٣


Artinya: “Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”

Di balik diwajibkannya seseorang untuk melaksanakan ibadah ini, salat memiliki sejarah pada awal permulaannya. Berikut penjelasan singkatnya.

Sejarah Singkat Awal Diwajibkannya Salat

Dikutip dari buku Sejarah Kenabian karya Aksin Wijaya, istilah salat berasal dari bahasa Aramaik (shala) yang bermakna rukuk. Dalam perjalanannya, makna salat berubah menjadi ibadah sebagaimana umum dikenal.

Kemudian, kaum Yahudi menggunakan istilah itu sehingga salat yang awalnya berbahasa Aramaik berubah menjadi berbahasa Ibrani. Kaum Yahudi menggunakan istilah (shalutuhu).

Salat awalnya turun dalam Al-Qur’an dalam surah Al-‘Alaq, Al-A’la, Al-Baqarah, dan Taha. Dalam Islam, salat diwajibkan pada peristiwa Isra dan Mi’raj pada pertengahan periode Makkah. Tujuan diperintahkannya salat adalah membersihkan hati dari syirik yang kala itu berkembang merata di masyarakat Arab.

Merangkum buku Ensiklopedia Fikih Indonesia 3 karya Ahmad Sarwat, sebelum salat lima waktu ini diwajibkan syariat, sesungguhnya Rasulullah SAW dan para sahabat sudah disyariatkan untuk menjalankan ibadah salat. Hanya saja ibadah salat itu belum seperti salat lima waktu yang disyariatkan sekarang ini.

Aisyah RA menyebutkan bahwa dahulu Rasulullah SAW dan para sahabat telah menjalankan ibadah salat di malam hari sebagai kewajiban. Setidaknya selama setahun sebelum kewajiban salat malam itu diringankan menjadi salat sunnah.

Awalnya, umat Islam mendapatkan rukhshah (kemudahan) dalam bersuci untuk bertayamum, terutama saat berada dalam perjalanan pulang dari peperangan dan tidak menemukan air untuk berwudhu. Meskipun demikian, bersuci dengan air (wudhu) tetap diutamakan.

Sementara itu, perintah untuk menjaga kesucian pakaian terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Muddassir. Selanjutnya, perintah untuk melaksanakan salat khauf dan salat Jumat diturunkan di Madinah. Nabi Muhammad SAW pertama kali melaksanakan salat Jumat di rumah Hay bin Auf setelah tiba di Madinah.

Pada masa itu, tidak terdapat syariat azan dalam Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah karena jumlah umat Islam masih sedikit. Azan baru dilaksanakan di Madinah, yang berdasarkan pada hadits Nabi, bukan ketentuan Al-Qur’an. Selain itu, salah satu unsur dalam salat adalah kiblat, yang menunjukkan arah yang harus dihadapi oleh umat Islam saat melaksanakan ibadah.

Kisah Rasulullah Menerima Perintah Salat yang Awalnya 50 Kali

Merujuk kembali pada buku Ensiklopedia Fikih Indonesia 3, salat fardu yang kita kenal saat ini dimulai dengan jumlah yang sangat berbeda. Awalnya, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan salat lima puluh kali dalam sehari semalam.

Peristiwa ini terjadi pada malam Isra Mi’raj, tepatnya pada tanggal 27 Rajab tahun kelima sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Namun, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait waktu Isra Mi’raj ini. Adapun menurut pendapat mayoritas, Isra Mi’raj terjadi setelah Fatimah putri Rasulullah SAW lahir.

Menurut riwayat yang diceritakan dalam kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj karya Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Jalaluddin As-Suyuthi yang diterjemahkan Arya Noor Amarsyah, perjalanan Isra Mi’raj berlangsung dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan berlanjut ke Sidratul Muntaha melewati setiap lapisan langit hingga langit ketujuh.

Dari Anas bin Malik RA, “Telah difardhukan kepada Nabi SAW salat pada malam beliau diisra’kan lima puluh salat, kemudian dikurangi hingga tinggal lima salat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima salat ini sama bagimu dengan lima puluh kali salat.” (HR Ahmad, An-Nasai dan At-Tirmidzi)

Setelah Nabi Muhammad SAW turun dari Mi’raj di langit ketujuh, yang ditetapkan saat itu adalah salat lima waktu. Namun, jumlah rakaat untuk setiap salat tersebut masih dua rakaat, sehingga totalnya hanya sepuluh rakaat dalam sehari semalam.

Kemudian, Allah SWT menurunkan penyempurnaan yang mengubah jumlah rakaat untuk salat fardu. Salat Zuhur, Asar, dan Isya ditambah dari dua rakaat menjadi empat rakaat, sedangkan salat Magrib ditingkatkan dari dua rakaat menjadi tiga rakaat. Sementara itu, salat Subuh tetap dengan dua rakaat.

Dari Aisyah RA berkata: “Awal mula diwajibkan salat itu dua rakaat kemudian ditetapkan bagi salat safar dan disempurnakan (empat rakaat) bagi salat hadhar (tidak safar). (HR Bukhari Muslim)

Terdapat penambahan riwayat dari Bukhari, “Kemudian beliau SAW hijrah maka diwajibkan salat itu empat rakaat dan ditetapkan bagi salat safar atas yang pertama (dua rakaat).”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya Setelah Diasuh Firaun


Jakarta

Nabi Musa adalah keturunan dari Bani Israil, la lahir di negeri Mesir. Pada saat itu Mesir dikuasai oleh Firaun, seorang raja yang kejam dan menganggap dirinya sendiri sebagai Tuhan. Nabi Musa AS memiliki kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an sendiri, nama ibu Nabi Musa AS adalah Yukabad. Saat kelahirannya, Nabi Musa AS memiliki kisah menarik dalam sejarah islam. Ia sempat berpisah dari ibunya sendiri dan diasuh oleh firaun. Berikut kisah Nabi Musa AS selengkapnya.

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya

Dalam buku Kisah Nabi Musa AS karya Abdillah, diceritakan bahwa kisah ini bermula pada suatu malam, firaun bermimpi seolah-olah melihat Mesir yang dipimpinnya terbakar habis. Seluruh rakyatnya mati, kecuali seorang dari Bani Israil.


Firaun menjadi gelisah sejak datangnya mimpi tersebut. la mengumpulkan seluruh ahli ramal untuk mengartikan mimpinya.

Setelah terkumpul, salah seorang dari mereka berusaha mengartikan mimpi tersebut. la berkata bahwa suatu saat akan datang seorang laki-laki dari keturunan bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaannya. Mendengar hal itu, Firaun menjadi gelisah dan ketakutan.

Sejak saat itu, ia memerintahkan kepada bawahannya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keturunan Bani Israil.

Setiap ibu yang hamil dari keturunan Bani Israil dilanda kegelisahan. Mereka khawatir jika bayi mereka nanti adalah laki-laki dan akan dibunuh.

Dikisahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, para pengawal dan tentara Firaun pun melaksanakan perintahnya, setiap rumah dimasuki dan diselidiki, dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka saat melahirkan bayinya. Banyak bayi laki-laki dari Bani Israil yang dibunuh pada saat itu.

Firaun menjadi tenang dan merasa aman setelah mendapat kabar dari pasukannya bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak ada seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup.

Namun, ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah SWT tidak dapat ditolak. Ternyata pada saat itu di wilayah kerajaannya masih ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi laki-laki yang tidak diketahui sama sekali oleh Firaun dan pasukannya.

Ia adalah ibu dari Nabi Musa AS, yang sedang menantikan datangnya seorang bidan untuk memberinya pertolongan saat melahirkan. Bidan yang ditunggu pun datang dan menolong ibu Musa melahirkan, namun hati ibu Musa menjadi khawatir setelah mengetahui bahwa bayinya adalah seorang laki-laki.

Ia meminta agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi Musa dari siapa pun, dan hal tersebut diterima oleh sang bidan karena merasa simpati terhadap bayi Musa yang lucu itu, serta merasakan betapa sedihnya hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan.

Selama beberapa waktu, ibu Musa menyusui bayinya, namun ia merasa tidak tenang dan selalu cemas serta khawatir terhadap keselamatan bayinya. Suatu ketika, Allah SWT memberi petunjuk kepadanya agar menyembunyikan bayinya dalam sebuah peti, kemudian menghanyutkan peti yang berisi bayinya itu di Sungai Nil.

Allah SWT juga memberi petunjuk bahwa ibu Musa tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya, Allah SWT menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.

Akhirnya, ibu Musa menghanyutkan peti bayi berisi Musa di permukaan air Sungai Nil dengan bertawakal kepada Allah SWT. Ibu Musa memerintahkan kakak Musa untuk mengawasi dan mengikuti peti itu agar mengetahui di mana peti itu berlabuh dan siapa yang akan mengambil peti tersebut.

Betapa khawatirnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasinya itu ditemukan oleh istri Firaun yang sedang berada di tepi Sungai Nil bersama beberapa dayangnya, kemudian peti tersebut dibawanya masuk ke dalam istana.

Ibu Musa yang mengetahui kejadian tersebut menjadi sedih dan sangat cemas, tetapi ia ingat bahwa Allah SWT telah menjamin keselamatan anaknya tersebut. Perlu diketahui bahwa Asiyah istri Firaun adalah orang yang beriman, walaupun suaminya adalah seorang yang kejam.

Asiyah istri firaun memberitahukan tentang bayi laki-laki yang ditemuinya di dalam peti yang terapung di atas permukaan Sungai Nil tersebut kepada firaun. Firaun segera memerintahkan untuk membunuh bayi itu sambil berkata kepada istrinya,

“Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.”

Akan tetapi, istri firaun yang sudah telanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi Musa itu, kemudian berkata kepada suaminya,

“Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil ia sebagai anak, kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu.”

Demikianlah, jika Allah yang Maha kuasa menghendaki sesuatu, maka jalan bagi terlaksananya takdir itu akan dimudahkan. Allah SWT telah menakdirkan bahwa nyawa bayi tersebut akan selamat dan Musa akan diasuh oleh keluarga Firaun.

Keluarga Firaun memberikan nama Musa kepada bayi itu. Musa adalah bayi yang masih “merah” dan membutuhkan air susu sehingga keluarga Firaun mencari orang yang dapat memberikannya susu pada bayi tersebut.

Setelah itu, beberapa ibu didatangkan untuk Musa, namun semua ibu yang mencoba memberi air susunya langsung ditolak oleh bayi itu.

Istri Firaun menjadi sangat bingung memikirkan bayi angkatnya itu yang enggan meminum susu dari sekian banyak ibu yang didatangkan ke istana.

Kakak Nabi Musa AS yang memang dari awal sudah diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi keadaan adiknya pun mendengar informasi tersebut, kemudian ia memberanikan diri datang menjumpai istri firaun untuk menawarkan seorang ibu yang mungkin diterima oleh bayi itu untuk disusui.

Agar penyamarannya tidak diketahui oleh firaun, maka kakak Nabi Musa berkata kepada mereka,

“Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini, hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.”

Tawaran kakak Musa diterima oleh istri Firaun, dan ibu kandung Musa dijemput untuk menyusui bayi tersebut. Begitu Musa disusukan oleh ibu kandungnya sendiri yang tidak diketahui oleh keluarga firaun, Nabi Musa AS meminumnya dengan sangat lahap.

Melihat hal tersebut maka Musa diserahkan kepada ibu kandungnya sendiri untuk diasuh selama masa menyusui dengan imbalan upah yang besar. Hal tersebut sesuai dengan janji Allah SWT kepada ibu Nabi Musa AS bahwa ia akan menerima kembali putranya itu.

Setelah selesai masa menyusui Nabi Musa, AS, Nabi Musa AS dikembalikan oleh ibunya ke istana, untuk diasuh, dibesarkan, dan dididik seperti anak-anak raja yang lain.

Nabi Musa AS mengendarai kendaraan firaun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Firaun, ia dikenal orang sebagai Musa bin Firaun.

Kisah Nabi Musa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Qasas ayat 4 sampai 13.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Penciptaan Nabi Adam yang Diceritakan dalam Al-Qur’an


Jakarta

Nabi Adam adalah Nabi pertama dan sekaligus manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Dalam Al- Qur’an diterangkan bahwa proses penciptaan Nabi Adam terbuat dari tanah menunai pro dan kontra di kalangan makhluk-makhluk Allah yang lain. Ada makhluk Allah yang menolak penciptaan Adam, dan ada yang menerima.

Mengutip buku Rizem Aizid dalam buku Inilah Cerita Nabi SAW tentang Para Nabi, Sahabat, Dajjal, Imam Mahdi & Umat Terdahulu menjelaskan bahwa makhluk yang menolak penciptaan Adam itu adalah iblis.

Salah satu alasan penolakan Iblis adalah karena Allah menjadikan Adam lebih mulia daripada dirinya (iblis). Setelah Adam diciptakan, Allah memerintahkan Malaikat dan Iblis untuk sujud kepada Adam.


Tapi, Iblis yang merasa dirinya lebih mulia karena diciptakan dari api menolak perintah Allah tersebut. Akibatnya, iblis pun mendapat murka Allah SWT dan Allah menempatkannya sebagai penghuni neraka.

Cerita tentang penciptaan Nabi Adam oleh Allah SWT ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 sampai 39. Allah berfirman dalam ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ * وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْتُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ قَالَ يَادَمُ أَنْبِتْهُم بِأَسْمَابِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُم بِأَسْمَابِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ ) وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ

مِنَ الْكَافِرِينَ * وَقُلْنَا يَتَادَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ ) فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعُ إِلَى حِينٍ فَتَلَقَّى ءَادَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا

هُمْ يَحْزَنُونَ ( وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِعَلَيْنَا أُوْلَبِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ

فِيهَا خَالِدُونَ )

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’

Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’. Dan Dia mengajarkan kepada Adam dam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!’.

Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’. Allah berfirman: ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nата benda ini.

Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan’.

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Kami berfirman: ‘Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati’. Adapun orang- orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah [2]; 30-39)

Demikianlah cerita tentang penciptaan Nabi Adam yang terdapat dalam Al-Qur’an, dari mulai awal penciptaan hingga diperintahkan oleh Allah SWT turun ke bumi karena melanggar perintah-Nya, yaitu memakan buah khaldi (pohon yang dilarang Allah didekati dalam ayat tersebut).

Kesan Rasulullah Terhadap Nabi Adam AS

Rasulullah SAW adalah utusan Allah yang ditugaskan untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah. Sebagai Rasul Allah, ucapan atau perkataan beliau tentang sesuatu hal merupakan penguat dari firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Karena itu, hadits (perkataan) Nabi SAW adalah sumber hukum atau rujukan kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an. Termasuk cerita Nabi SAW tentang Nabi Adam ini adalah penguat dan penjelas dari firman Allah SWT tentang penciptaan Nabi Adam.

Rasulullah SAW bercerita tentang Nabi Adam tidak secara utuh dari awal sampai akhir. Tapi, beliau menceritakan sosok Nabi Adam dalam segmen-segmen singkat.

Berikut adalah cerita Rasulullah SAW tentang sosok Nabi Adam sebagaimana tercatat dalam hadits shahih, di antaranya:

Yahya dan Muhammad bin Ja’far bercerita kepada kami, Auf bercerita kepadaku, dari Abu Musa, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sungguh, Allah menciptakan Adam dari suatu genggaman yang Dia ambil dari seluruh bumi, lalu keturunan Adam muncul sepenuh bumi, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, hitam, dan campuran antara semua warna itu, ada yang butuk dan ada yang baik, ada yang berwatak lembut dan ada yang berwatak keras, juga ada yang wataknya campuran di antara keduanya.” (HR. Ahmad)

Dari Haudzah bin Aur, dari Qasamah bin Zuhair, aku mendengar Al-Asy’ari mengatakan: Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, Allah menciptakan Adam dari suatu genggaman yang la ambil dari seluruh bumi, lalu keturunan Adam muncul sepenuh bumi, diantaranya ada yang berkulit putih, merah, hitam dan campuran antara semua warna itu, ada yang berwatak lembut dan menurut, dan ada yang berwatak keras, juga ada yang wataknya campuran di antara keduanya, ada yang buruk dan ada yang baik, ada juga campuran di antara keduanya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

Cerita Uzair Hidup Lagi setelah Mati 100 Tahun



Jakarta

Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan sosok Uzair hidup lagi usai 100 tahun mati. Kisah ini menjadi bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Kisah mengenai Uzair diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 259. Allah SWT berfirman:

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Menukil buku Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun yang ditulis Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa, Uzair adalah seorang pemuda saleh dan bijak. Suatu hari ia pulang ke kampung halamannya setelah mengembara.

Saat Uzair melewati sebuah bangunan yang sudah rusak, ia memutuskan masuk ke dalam bangunan itu untuk beristirahat. Setelah itu, Uzair memeras anggur dan meletakkannya dalam bejana, ia juga mengeluarkan roti dan memasukkannya dalam bejana yang isinya perasan anggur lalu memakannya.

Kemudian, Uzair merebahkan punggungnya dan meletakkan kedua kakinya pada dinding bangunan. Seraya memandangi atap rumah dan sekitarnya, Uzair menyaksikan bahwa penghuni rumah itu sudah hancur dan binasa, karena di sana terdapat tulang belulang manusia yang berserakan.

Uzair berpikir, bagaimana cara Allah SWT menghidupkan kembali negeri yang sudah hancur? Pikiran tersebut bukan keraguan, melainkan wujud kontemplasi atas kekuasaan Sang Khalik. Sebab, Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Kuasa.

Mendengar pikiran Uzair, maka Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa Uzair. Pemuda itu lalu tertidur selama seratus tahun lamanya.

Setelah bangun, Allah SWT kembali menghidupkan Uzair. Malaikat lalu bertanya kepadanya, “Berapa lamakah engkau tinggal di sini?”

Uzair menjawab, “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari,”

Malaikat berkata, “Sesungguhnya engkau telah tinggal di sini selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu,”

Makanan yang berupa roti dan minuman itu masih berupa seperti semula, tidak mengalami perubahan meski seratus tahun telah berlalu. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 259.

Selanjutnya, malaikat meminta Uzair melihat ke arah keledainya atau hewan yang ia tunggangi. Hewan tersebut telah berubah menjadi tulang belulang.

Kemudian, malaikat menyeru kepada tulang belulang keledai itu sampai akhirnya kembali hidup atas kuasa Allah SWT. Uzair yang menyaksikan hal itu sangat terkejut.

Setelah itu, Uzair bersama keledainya berjalan menuju rumahnya yang lama. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Uzair melihat banyak orang asing yang tidak mengenalnya.

Sesampainya di rumah, Uzair menemui seorang wanita tua yang usianya sekitar 120 tahun. Berbeda dengan Uzair yang usianya 140 tahun tapi wujud tubuhnya masih seperti pemuda berusia 40 tahun.

Uzair bertanya kepada wanita tua itu apakah benar ia berada di rumahnya. Wanita itu menjawab, “Benar, ini memang rumah Uzair,”

Ia lalu menangis dan berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang pun yang masih mengingat Uzair.”

“Akulah Uzair. Allah SWT mematikan aku selama seratus tahun, kemudian Dia membangkitkan aku kembali,” ujar Uzair.

Wanita itu berkata, “Maha Suci Allah. Sesungguhnya kami telah kehilangan Uzair sejak seratus tahun lalu dan kami tidak pernah mendengar namanya.”

“Aku ini adalah Uzair,” kata Uzair menegaskan.

Wanita itu mengatakan, “Sesungguhnya Uzair adalah orang yang doanya dikabulkan oleh Allah. Ia senantiasa mendoakan untuk kesembuhan bagi orang yang tengah sakit. Maka doakan aku agar Allah menyembuhkan dan mengembalikan pandangan mataku sehingga aku dapat melihatmu. Jika engkau benar-benar Uzair, tentu aku akan mengenalmu.”

Uzair pun lantas berdoa kepada Allah dan mengusapkan tangannya pada kedua kelopak mata wanita itu. Dengan kuasa Allah SWT, mata wanita tersebut yang sebelumnya tidak bisa melihat tiba-tiba sembuh dan melihat kembali. Uzair berkata, “Bangunlah dengan izin Allah.”

Wanita itu bangkit dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar Uzair.”

Dikisahkan dalam buku Agar Doa Dikabulkan Allah karya Manshur Abdul Hakim, wanita tua itu pergi ke tempat bani Israil berkumpul dan bermain. Anak Uzair sudah berusia 118 tahun dan cucu-cucunya sudah tua.

“Ini Uzair telah datang kepada kalian,” kata wanita tersebut.

Mulanya, mereka tidak percaya. Wanita tua itu kembali berkata, “Aku budak perempuan kalian. Ia telah berdoa untukku kepada Tuhan sehingga penglihatanku kembali seperti sedia kala dan kakiku dapat berjalan kembali. Ia mengaku bahwa Allah telah mematikannya selama 100 tahun dan menghidupkannya kembali.”

Mendengar itu, orang-orang melihat Uzair dengan takjub. Sebab, wujud Uzair kembali muda padahal usianya sudah seratus lebih.

Lalu, salah satu anak Uzair berkata, “Bapakku memiliki tanda hitam di antara dua bahunya.”

Uzair kemudian menyingkap bahunya dan tanda itu ada. Akhirnya, Uzair hidup dalam keadaan muda bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang sudah tua.

Sebagian mengatakan Uzair seorang nabi. Namun disebutkan dalam Ensiklopedia Al-Qur’an & Hadis Per Tema susunan Yusni Amru Ghazali dkk, terdapat hadits yang menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW tidak tahu menahu mengenai apakah Uzair seorang nabi atau bukan.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Aku tidak tahu apakah Tubba’ adalah orang yang terlaknat atau tidak, dan aku tidak tahu apakah Uzair adalah seorang nabi atau bukan.” (HR Abu Daud)

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Utsman bin Affan, Sahabat yang Dermawan dan Pemilik Dua Cahaya


Jakarta

Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Islam. Sebagai khalifah ketiga, ia dikenal karena kebaikan, kedermawanan, dan akhlak mulianya.

Kehidupannya yang penuh dengan keteguhan pada Islam menjadikannya salah satu sosok paling dihormati di kalangan muslim pada masanya. Berikut riwayat hidup lengkap Utsman bin Affan dan keistimewaan yang dimilikinya.

Riwayat Hidup Utsman bin Affan

Merangkum buku Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Sa’id Mursi terjemahan Khoirul Amru Harahap, nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf, biasa dipanggil Abu Abdillah, ia lahir di Makkah lima tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW atau lima tahun setelah peristiwa pasukan gajah yang menyerang Ka’bah.


Utsman dikenal sebagai sosok yang tampan, dengan kulit halus dan putih, jenggot lebat, bagian depan kepala botak, dan tangan yang kekar. Ia termasuk salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga dan juga salah satu juru tulis wahyu (Al-Qur’an). Ia ikut salat menghadap dua kiblat dan berhijrah dua kali.

Dzu An-Nurain (pemilik dua cahaya) adalah gelar yang diberikan kepadanya, karena ia menikahi dua putri Rasulullah SAW. Pertama, ia menikahi Ruqayyah, dan setelah Ruqayyah meninggal, ia menikahi Ummu Kultsum.

Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Seandainya kami memiliki tiga (putri), niscaya kami akan menikahkan dia dengan Anda,”

Utsman bin Affan terkenal sebagai pribadi yang pemalu. Suatu hari, ketika Rasulullah SAW tidur terlentang dengan kedua betis terbuka, Abu Bakar dan Umar meminta izin masuk, dan Rasulullah tetap dalam posisi tersebut.

Namun, ketika Utsman meminta izin, Rasulullah SAW langsung menutup betisnya sambil berkata, “Bagaimana aku tidak merasa malu kepada orang yang malaikat saja malu kepadanya?” (HR. Muslim).

Selain itu, Utsman juga dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan. Pada perang Al-Asrah, ia menanggung semua perlengkapan separuh pasukan Muslim. Ia mendermakan 300 ekor onta, 50 ekor kuda beserta perlengkapannya, serta 1000 dinar yang diberikan langsung di hadapan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW pun mendoakannya, “Mudah-mudahan setelah ini, Utsman melakukan lebih banyak lagi” (HR. At-Tirmidzi).

Utsman sangat takut terhadap azab Allah SWT. Ia pernah berkata, “Seandainya aku berada di antara surga dan neraka, lalu aku tidak tahu ke mana aku akan disuruh masuk, maka aku akan memilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana aku akan dimasukkan.”

Rasulullah SAW pernah memberitakan bahwa Utsman akan masuk surga dan akan menghadapi fitnah serta terbunuh secara zalim. Utsman senantiasa bermunajat kepada Allah agar diberi kekuatan untuk bersabar menghadapi fitnah tersebut.

Utsman berjasa dalam menyempurnakan pengumpulan Al-Qur’an. Ia menghimpun umat untuk menggunakan mushaf yang telah dikumpulkan oleh Abu Bakar, lalu memerintahkan penyalinan mushaf tersebut dan membagikannya ke berbagai daerah. Semua mushaf lainnya dibakar.

Pada masa pemerintahannya, Utsman membuat perubahan besar. Ia adalah orang pertama yang memperluas bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Ia juga membangun pangkalan angkatan laut, membentuk kepolisian negara, serta mendirikan gedung peradilan. Pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, sidang peradilan masih dilaksanakan di masjid.

Utsman juga yang pertama kali mendahulukan khutbah dalam salat Ied dan menambah adzan pada salat Jum’at. Ia juga meriwayatkan 146 hadits dari Nabi SAW.

Dalam kehidupan rumah tangganya, Utsman menikahi 8 wanita, empat di antaranya meninggal dunia. Mereka adalah Fakhitah, Ummu Banin, Ramlah, dan Naelah.

Utsman memiliki 17 orang anak, 9 di antaranya laki-laki dan 8 perempuan.

Keislaman Utsman bin Affan

Dalam buku Kisah Utsman bin Affan yang disusun oleh Ahmad Abdul Al-thanthawi terjemahan Tubagus Kesa diceritakan, ketika mendengar berita bahwa Rasulullah SAW telah menikahkan putrinya, Ruqayyah RA, dengan putra pamannya (putra Abu Lahab), Utsman bin Affan sangat menyayangkan hal tersebut. Ia merasa tidak dapat mendahului untuk menikahi Ruqayyah RA dan tidak mendapatkan perilaku mulia serta keluarga yang terhormat tersebut.

Utsman bin Affan pulang dengan perasaan sedih. Di rumah, ada bibinya, Sa’da binti Kuraiz, seorang wanita tua yang bijaksana dan teguh. Bibi itu menghibur Utsman dengan kabar gembira tentang munculnya seorang nabi yang akan menghapus penyembahan berhala dan mengajak untuk menyembah Allah SWT Yang Maha Esa. Dia juga mendorong Utsman untuk mengikuti ajaran nabi tersebut, dan memberi tahu bahwa Utsman akan memperoleh keberuntungan jika mengikuti jalan tersebut.

Utsman kemudian menceritakan apa yang dikatakan bibinya kepada Abu Bakar. Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, wahai Utsman, bibimu benar. Engkau adalah seorang yang cerdas dan teguh. Kebenaran tidak akan tersembunyi darimu.” Abu Bakar kemudian bertanya, “Apa pendapatmu tentang berhala-berhala yang kita sembah? Bukankah mereka hanya batu yang tidak bisa mendengar atau melihat?” Utsman menjawab, “Benar.”

Abu Bakar melanjutkan, “Memang, apa yang dikatakan bibimu itu benar. Allah telah mengutus seorang nabi yang membawa petunjuk dan kebenaran.” Utsman pun bertanya, “Siapakah dia?” Abu Bakar menjawab, “Nabi itu adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib.” Utsman terkejut, “Apakah dia orang yang jujur dan terpercaya itu?” tanya Utsman. “Benar, dialah orangnya,” jawab Abu Bakar.

Utsman kemudian bertanya, “Maukah engkau menemani aku untuk menemui nabi itu?” Abu Bakar menjawab, “Tentu.” Keduanya pun pergi untuk menemui Nabi Muhammad SAW.

Saat bertemu dengan Utsman, Nabi SAW bersabda, “Wahai Utsman, ikutilah seruan Allah. Aku adalah utusan Allah untuk kalian dan seluruh umat manusia.”

Ketika tangan kanan Utsman bersalaman dengan Nabi SAW dan mendengar sabda beliau, hati Utsman merasakan kedamaian dan keyakinan penuh terhadap risalah yang disampaikan. Kemudian, Utsman pun bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Keistimewaan Utsman bin Affan

Allah SWT memberikan banyak sifat baik, keutamaan yang melimpah, dan ragam perilaku terpuji kepada Utsman bin Affan, sang pemilik “dua cahaya”. Ia adalah sosok yang penuh dengan kebaikan dan kehormatan, baik sebelum maupun sesudah memeluk Islam.

Dalam buku Kisah Hidup Utsman ibn Affan yang disusun oleh Mushthafa Murad terjemahan Khalifurrahman Fath, Utsman pernah menuturkannya sendiri, “Sepuluh kebaikan tersimpan di sisi Tuhanku: aku adalah khalifah ketiga dalam Islam, aku menyiapkan jays al-‘usrah (pasukan dalam keadaan sulit), aku menghimpun Al-Quran di masa Rasulullah, aku dipercaya Rasulullah untuk menikah dengan salah seorang putrinya, Ruqayyah. Ketika Ruqayyah meninggal, aku dinikahkan lagi dengan putrinya yang lain, Ummu Kultsum. Aku tidak menumpuk harta, aku tidak berdusta, tak pernah kusentuh kemaluanku dengan tangan kanan sejak aku berbaiat kepada Rasulullah. Setiap hari Jum’at kubebaskan seorang budak hingga ketika aku tak memiliki lagi budak, aku membeli budak untuk dibebaskan, dan aku tidak berzina, baik di masa Jahiliah maupun setelah Islam.”

Semua keistimewaan ini ia raih berkat kebaikan akhlak, pekerti luhur, dan perilaku terpuji yang dimilikinya. Para sahabat pun berlomba-lomba ingin meraih kedudukan yang sama, namun Utsman lebih dahulu meraihnya.

Keistimewaan lain yang tak terbantahkan adalah bahwa Utsman bin Affan mendapat pengakuan sebagai muslim terbaik ketiga setelah Abu Bakar dan Umar. Abdullah bin Umar RA pernah berkata:

“Bagi kami, di zaman Rasulullah, tidak seorang pun yang menandingi Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman. Para sahabat Rasulullah bersumpah untuk tidak membeda-bedakan mereka satu sama lain.”

Salah satu prestasi terbaik Utsman ibn Affan adalah menyatukan gaya bacaan (qira’ah) Al-Quran semua umat Islam. Ia menyusun mushaf Al-Quran sesuai dengan bacaan yang didasarkan Jibril kepada Rasulullah SAW di akhir hayatnya. Rasulullah SAW menyifati Utsman bin Affan sebagai al-shadiq (Kawan) dan al-syahîd (Syahid).

Ketika Rasulullah SAW berada di atas sebuah gunung batu bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair, tiba-tiba gunung batu itu berguncang. Rasulullah SAW bersabda,

“Tenanglah! Karena di sisi kalian ada Nabi, shadîq, dan syahid.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW dan Hadiah Anggur Masam dari Lelaki Miskin


Jakarta

Anggur merupakan salah satu buah ciptaan Allah SWT yang istimewa. Tidak hanya sangat bermanfaat bagi yang mengonsumsinya, buah anggur juga disebutkan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an. Bahkan, buah ini juga tercantum dalam salah satu kisah Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT telah berfirman dalam beberapa ayat Al Qur’an tentang buah anggur. Pertama, dalam Surah An Nahl ayat 11,

يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ


Artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”

Kedua, Surah Al Isra ayat 91,

اَوْ تَكُوْنَ لَكَ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْاَنْهٰرَ خِلٰلَهَا تَفْجِيْرًاۙ

Artinya: “atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya,”

Adapun dalam Surah Ar Ra’d ayat 4,

وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٤

Artinya: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”

Buah anggur bukan hanya disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai ciptaan Allah SWT yang istimewa, tetapi juga memiliki banyak manfaat kesehatan bila dikonsumsi secara rutin.

Seperti yang disebutkan dalam buku 7 Buah-buahan Istimewa dalam Al-Quran dan Manfaatnya bagi Kesehatan Manusia susunan Hamid Sakti Wibowo, anggur bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat, menjaga kesehatan kulit dan mata, menurunkan kadar kolesterol, menghambat pertumbuhan tumor, kanker, ginjal, dan di antara penyakit lainnya.

Selain itu, buah anggur juga masuk dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya dalam kisah Rasulullah SAW dan anggur masam dari seorang lelaki miskin.

Kisah Rasulullah SAW dan Anggur Masam dari Seorang Lelaki Miskin

Dikisahkan dalam buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad SAW yang disusun oleh Daeng Naja, suatu hari, seorang lelaki miskin datang kepada Rasulullah SAW sambil membawa hadiah semangkuk buah anggur. Rasulullah SAW kemudian menerima hadiah tersebut dan mulai memakannya.

Biasanya, apabila ada yang memberi sedekah, Rasulullah SAW akan membagikan makanan tersebut kepada para sahabat tanpa ikut memakannya. Namun, jika ada yang memberi hadiah, beliau akan membagikan sebagian kepada sahabat-sahabatnya dan turut memakannya.

Namun kali ini, Rasulullah SAW memakan buah anggur itu satu per satu seorang diri sambil tersenyum. Beliau memakan buah pertama dan tersenyum, kemudian memakan buah kedua dan tersenyum kembali.

Melihat hal ini, orang miskin yang memberikan hadiah tersebut merasa sangat bahagia, karena Rasulullah SAW tampak menikmati anggur yang diberikannya. Para sahabat yang menyaksikan kejadian itu pun merasa heran, karena itu adalah hal yang jarang terjadi, karena Rasulullah SAW makan sendirian tanpa membagikannya kepada mereka.

Satu per satu anggur itu pun habis dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tetap tersenyum. Orang miskin itu pulang dengan hati yang penuh kebahagiaan.

Sementara itu, salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mengajak kami ikut makan bersamamu?”

Rasulullah SAW pun menjawabnya dengan tersenyum, “Kalian telah melihat bagaimana wajah bahagia orang itu dengan memberiku semangkuk anggur. Dan ketika aku memakan anggur itu, kutemukan rasanya masam. Dan aku khawatir jika mengajak kalian ikut makan denganku, akan ada yang menunjukkan sesuatu yang tidak enak hingga merusak kebahagiaan orang itu.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Ada 11 Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf, Apa Saja Nama-namanya?


Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah salah satu putra Nabi Yakub dari istrinya yang bernama Rahiel. Di antara putra-putra Yakub, Nabi Yusuflah yang memiliki kedudukan paling mulia dan agung.

Nabi Yusuf AS adalah satu-satunya anak Nabi Yakub yang mendapatkan tugas kenabian. Salah satu tanda kenabian yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Yusuf AS adalah melalui mimpinya, di mana beliau menyaksikan matahari, bulan, dan bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS. Berikut kisah lengkapnya.

Mimpi Nabi Yusuf AS Melihat 11 Bintang Bersujud Padanya

Ibnu Katsir dalam kitab Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan oleh Umar Mujtahid, mengutip sebuah pendapat dari para mufassir dan kalangan lain, yang menuturkan bahwa saat masih kecil dan belum baligh, Nabi Yusuf AS bermimpi seolah-olah sebelas bintang, matahari, serta bulan bersujud kepadanya. Menyaksikan mimpinya tersebut, Nabi Yusuf AS pun tercengang seakan-akan hal ini nyata.


Ketika bangun, Nabi Yusuf AS menceritakan mimpi itu kepada ayahnya. Ayahnya, Nabi Yakub AS, memahami bahwa kelak Nabi Yusuf AS akan meraih kedudukan tinggi, baik di dunia maupun akhirat, dan ayahnya serta seluruh saudaranya akan tunduk padanya dalam kedudukan tersebut.

Namun, Nabi Yakub AS memerintahkan Nabi Yusuf AS untuk menyembunyikan mimpi itu dan tidak menceritakannya kepada saudara-saudaranya, agar mereka tidak merasa hasad, berbuat zalim, dan melakukan tipu daya terhadapnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 4-6,

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ ۝٤ قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًاۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۝٥ وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya’qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku. Dia (ayahnya) berkata, ‘Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia. Demikianlah, Tuhan memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana’.”

Dikutip dari Syarah Shahih Al-Bukhari karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Sunnah, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS tersebut melambangkan sebelas saudara Nabi Yusuf AS, karena beliau adalah yang kedua belas. Sedangkan matahari dan rembulan melambangkan kedua orang tuanya.

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa sang ayah dilambangkan dengan Al-Qamar (rembulan), karena bentuk mudzakkar dari kata Al-Qamar. Sementara ibu dilambangkan dengan Asy-Syams (matahari), berdasarkan bentuk muannats dari kata Asy-Syams.

Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa justru sebaliknya, ayah dilambangkan dengan matahari, dan ibu dengan rembulan.

Nama-nama Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf

Dalam mimpinya, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS ternyata memiliki nama masing-masing. Mengutip kembali Qashash Al-Anbiya, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya’la, dan Bazzar meriwayatkan dalam kitab Musnadnya masing-masing, dari Jabir, yang menuturkan bahwa, “Seorang Yahudi bernama Bustanah datang menemui Nabi SAW, lalu berkata, ‘Hai Muhammad! Beritahukan padaku tentang bintang-bintang yang sujud pada Yusuf seperti dalam mimpinya, apa saja nama-namanya?”

Nabi SAW diam tidak menjawab, lalu Jibril turun memberitahukan nama bintang-bintang itu. Nabi kemudian mendatangi si Yahudi itu dan berkata, ‘Apakah kau akan beriman kepadaku jika aku beritahukan nama bintang-bintang itu kepadamu?’ ‘Ya.’ Jawabnya. Nabi SAW kemudian menyebutkan nama-namanya, ‘(Nama-namanya adalah) Jaryan, Thariq, Dzayyal, Dzul Katifan, Qabis, Watstsab, Amudan, Faliq, Mushbih, Dharuh, Dzul Furu’, Dhiya’ dan Nur.’

Si Yahudi itu kemudian mengatakan, ‘Demi Allah, itulah nama-namanya.’ “

Riwayat Abu Ya’la menambahkan, saat Yusuf mengisahkan mimpi itu kepada ayahnya, ayahnya berkata, “Ini adalah urusan yang tercerai berai yang disatukan Allah. ‘Matahari takwilnya ayah dan bulan takwilnya ibu’.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

2 Istri Nabi yang Masuk Neraka Dikisahkan Al-Qur’an, Siapa Saja Mereka?


Jakarta

Dalam sejarah Islam, tidak semua istri nabi dikenal sebagai wanita yang taat dan berbakti kepada suaminya. Faktanya, ada dua istri nabi yang justru membangkang dan bertindak melawan ajaran yang disampaikan oleh suaminya, sehingga dijanjikan masuk neraka.

Meskipun memiliki kedudukan mulia sebagai istri nabi, kedua wanita ini tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama. Artikel ini akan membahas siapa mereka dan mengapa perilaku mereka dianggap sebagai pembangkangan yang berakibat pada hukuman yang berat di akhirat.

Istri Nabi yang Masuk Neraka

Di balik kesucian kisah para nabi, tersembunyi cerita dua istri yang membangkang, melawan sinar terang dari ajaran suci yang diemban oleh suaminya. Meski memiliki suami yang merupakan utusan Allah, mereka tersesat dalam bayang-bayang pembangkangan, terancam oleh api neraka sebagai balasan.


Dalam buku Ulumul Qur’an: Kajian Kisah-kisah Wanita dalam Al-Qur’an karya Muhammad Roihan Nasution, diceritakan beberapa kisah tentang wanita ahli neraka yang disebutkan dalam Al-Qur’an, dua di antaranya merupakan istri dari seorang nabi utusan Allah.

1. Istri Nabi Nuh

Salah satu contoh istri yang durhaka meskipun memiliki suami yang saleh adalah istri Nabi Nuh. Ia menolak ajaran yang disampaikan oleh Nabi Nuh, sehingga ikut tenggelam dalam peristiwa banjir besar.

Kisah ini tercatat dalam Surah At-Tahrim ayat 10, di mana ayat ini juga menyebutkan istri Nabi Luth yang durhaka kepada suaminya.

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

Artinya: “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): ‘Masuklah ke dalam jahanam bersama orang-orang yang masuk (neraka jahanam)’.” (QS. At-Tahrim: 10).

Istri yang membangkang juga menghasilkan anak yang membangkang kepada bapaknya. Anak Nabi Nuh juga dikisahkan dalam Al-Qur’an tidak mau naik ke bahtera Nuh yang membuatnya hanyut dalam banjir besar.

Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surah Hud:

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: “Anaknya menjawab ‘Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!’, Nuh berkata ‘Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang’. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 43).

2. Istri Nabi Luth

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Surah At-Tahrim ayat 10 juga menceritakan tentang istri Nabi Luth yang durhaka kepada suaminya dan menolak untuk beriman. Istri Nabi Luth justru menjadi perantara bagi kaum Sodom dalam usaha mereka menggagalkan dakwah suaminya.

Allah pun menimpakan azab kepada kaum Sodom berupa gempa bumi, tanah longsor, dan hujan batu. Sebelum azab tersebut turun, Nabi Luth diminta untuk membawa orang-orang yang beriman bersamanya, tetapi Allah melarangnya untuk mengajak istrinya yang durhaka.

Kisah pembangkangan istri Nabi Luth termaktub dalam Al-Quran Surah Hud ayat 81. Allah SWT berfirman,

قَالُوا۟ يَٰلُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوٓا۟ إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ ٱلَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلَّا ٱمْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُۥ مُصِيبُهَا مَآ أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ ٱلصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ ٱلصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

Artinya: “Para utusan (malaikat) berkata: ‘Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?'” (QS. Hud: 81)

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

11 Manfaat Puasa Senin Kamis bagi Wanita untuk Kesehatan dan Spiritual


Jakarta

Puasa Senin Kamis adalah salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW rutin melaksanakannya pada hari Senin dan Kamis, serta menganjurkan umatnya untuk mengikuti sunnah tersebut.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ، وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ بِغَيْرِ ذِكْرِ الصوم


Artinya: “Amal-amal perbuatan itu diajukan ke hadapan Allah pada hari Senin dan Kamis. Oleh karenanya, aku ingin agar amal-amal perbuatanku itu diajukan saat aku sedang berpuasa.” (HR At-Tirmidzi dan ia mengatakan hadits ini hasan. Muslim juga meriwayatkannya tapi tanpa menyebutkan puasa)

Manfaat puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis memberikan banyak manfaat. Selain mendekatkan diri kepada Allah SWT, puasa ini juga membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan, mulai dari pencernaan, jantung, hingga kulit.

Menjalankan puasa sunnah ini secara rutin dapat menjadi salah satu langkah dalam mencapai kehidupan yang lebih seimbang, sehat, dan penuh keberkahan. Bagi wanita, puasa Senin Kamis juga bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.

Mengutip WebMD, Journal of Fasting and Health, dan Maqaashidul Mukallafin: An-Niyyat fil ibadaat karya Umar Sulaiman al-Asyqar yang diterjemahkan oleh Faisal Saleh, berikut berbagai manfaat puasa Senin Kamis bagi wanita, baik dari sisi agama maupun kesehatan.

1. Mendekatkan Diri kepada Allah

Salah satu manfaat utama puasa Senin Kamis bagi wanita adalah meningkatkan kualitas ibadah serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa ini termasuk dalam amalan sunnah yang sangat dicintai Allah SWT.

Melaksanakan puasa sunnah ini bisa menjadi sarana untuk memperoleh keberkahan dan pahala tambahan di luar puasa wajib pada bulan Ramadan.

Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka diampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya ada permusuhan.” (HR Muslim)

2. Menjaga Kesehatan Sistem Pencernaan

Manfaat lain dari puasa Senin Kamis yang signifikan adalah menjaga kesehatan sistem pencernaan. Ketika tubuh berpuasa, organ-organ pencernaan seperti lambung dan usus dapat beristirahat dari aktivitas mengolah makanan.

Ini membantu meningkatkan fungsi pencernaan dan memperbaiki masalah seperti sembelit, perut kembung, atau gangguan pencernaan lainnya. Puasa juga dikenal dapat membantu menstabilkan flora usus, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh.

Puasa Senin Kamis bisa menjadi salah satu metode yang efektif bagi wanita yang ingin menurunkan berat badan. Dengan berpuasa secara rutin, tubuh akan mengurangi asupan kalori selama beberapa jam, yang pada akhirnya membantu membakar lemak yang tersimpan dalam tubuh.

Selain itu, puasa dapat meningkatkan metabolisme dan membantu mengatur nafsu makan sehingga lebih terkontrol. Namun, penting untuk memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi saat berbuka dan sahur tetap seimbang, bergizi, dan tidak berlebihan.

4. Meningkatkan Kesehatan Jantung dan Sistem Peredaran Darah

Puasa Senin Kamis juga diketahui dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan meningkatkan sirkulasi darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa bisa menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah, yang berperan penting dalam mencegah penyakit jantung.

Selain itu, puasa juga membantu mengatur tekanan darah dan menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular.

5. Mengelola Stres dan Meningkatkan Kesehatan Mental

Puasa tidak hanya berfokus pada menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih kesabaran dan pengendalian diri. Bagi wanita, terutama mereka yang menghadapi berbagai tantangan hidup sehari-hari, puasa Senin Kamis bisa membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan.

Dengan berpuasa, muslimah diajarkan untuk lebih sabar dan bersyukur, yang secara langsung berdampak pada kesehatan mental. Penelitian juga menunjukkan bahwa puasa dapat merangsang produksi hormon serotonin, yang berfungsi untuk meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi ringan.

6. Detoksifikasi Tubuh

Saat puasa, tubuh memulai proses detoksifikasi alami, di mana racun dan zat-zat berbahaya yang menumpuk di dalam tubuh mulai dihilangkan. Proses ini membantu memperbaiki fungsi organ-organ tubuh, seperti hati dan ginjal, yang bertugas membersihkan darah dari racun.

Detoksifikasi juga membantu meningkatkan energi, mengurangi rasa lelah, dan membuat tubuh terasa lebih ringan dan sehat.

7. Menjaga Kesehatan Kulit

Salah satu manfaat tak terduga dari puasa Senin Kamis bagi wanita adalah perbaikan kesehatan kulit. Dengan menjalani puasa, tubuh berkesempatan untuk melakukan detoksifikasi yang dapat membantu membersihkan kulit dari dalam.

Selain itu, ketika pencernaan bekerja lebih baik, efek positifnya juga tercermin pada kulit yang lebih sehat, cerah, dan bebas dari jerawat.

8. Mengatur Siklus Menstruasi

Bagi sebagian wanita, puasa Senin Kamis juga dapat membantu dalam mengatur siklus menstruasi. Pola makan yang lebih teratur dan pencernaan yang lebih sehat dapat memberikan dampak positif pada sistem hormon.

Namun, perlu diingat bahwa setiap wanita memiliki kondisi tubuh yang berbeda, sehingga hasilnya dapat bervariasi.

9. Meningkatkan Kualitas Ibadah

Selain memberikan manfaat kesehatan, puasa Senin Kamis juga memperkuat spiritualitas. Melalui pelaksanaan puasa sunnah ini, wanita dapat lebih fokus pada ibadah dan memperdalam hubungan mereka dengan Allah SWT.

Puasa juga menjadi momen yang tepat untuk berdoa dan meminta ampunan kepada Allah SWT, serta memperbaiki akhlak dan kebiasaan buruk.

10. Dijauhkan dari Api Neraka

Manfaat ini dijelaskan dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap hamba yang berpuasa satu hari karena Allah, Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh ribu musim.” (HR Muslim)

11. Mendapat Syafaat Rasulullah SAW

Orang Muslim yang berpuasa akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau yang berbunyi,

“Pada hari kiamat, puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba. Puasa akan berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah menahannya dari makanan dan hawa nafsu di siang hari, izinkanlah aku memberikan syafaat kepadanya.’

Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Aku telah menahannya dari tidur di malam hari, izinkanlah aku memberikan syafaat kepadanya.’ Selanjutnya, Rasulullah melanjutkan, ‘Maka keduanya, puasa dan Al-Qur’an, akhirnya memberikan syafaat kepada hamba tersebut.” (HR Ahmad)

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com