Tag Archives: Al-Quran

AlQuran Adalah Cermin, alFurqan dan Shafa’ah



Jakarta

Cermin, ‘pasti’ selalu bersama para kaum hawa. Sulit para mereka hidup tanpa cermin. Di kamar mandi, kamar rias, kamar tidur, dalam mobil, kaca spion. Bahkan kaca spion mobil orang yang belum tentu ia kenal, entah mobil siapa. Satu fungsi utamanya agar bisa tampil prima.

Dalam bahasa Inggris cermin adalah mirror. Bahasa Arab cermin adalah mir-ah. Dan bahasa Arab nya kaum hawa adalah mar-ah. Dalam bahasa Arab, cermin dan wanita memiliki kesamaan huruf penyusunnya, mim, ra, alif, ta’.

Cermin membuat seseorang bisa mengevaluasi dirinya secara mandiri. Tidak harus di depan umum. Bahkan cermin lebih baik dilihat di kala sendiri. Tampil menawan adalah harapan setiap insan. Lega rasanya bisa tampil percaya diri di mana pun.


Jika raga kita butuh cermin untuk evaluasi. Maka jiwa pun butuh. Bahkan jiwa ini lebih butuh dievaluasi untuk bisa tampil menawan. Iya, karena jiwa yang menawan melahirkan raga yang menarik.

Bertebaran informasi di media sosial yang menghubungkan kekuatan hafalan alQuran para penghafal dengan perilakunya. Perilaku taat mengokohkan hafalan, perilaku keliru memudarkannya. Jangankan keliru besar seperti ghibah dengan mulut. Bahkan baru terlintas ghibah (menduga orang lain buruk) dalam hati saja sudah bisa membuat penghafal alQuran luntur hafalannya, sedikit atau banyak.

Jika dikaitkan dengan cermin, maka alQuran berfungsi mirip dengan cermin, yang segera akan memberitahu para penghafalnya jika wajah batinnya keliru. Ialah berbuat dosa.

Tidak hanya bagi penghafal alQuran, bagi Muslim yang biasa membaca alQuran, kekeliruan atau dosa akan segera membuatnya merasa malas membacanya.

Ibnu Abbas pernah berkata: “Sesungguhnya pada kebaikan terdapat sinar pada wajah, cahaya dalam hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan pada badan, dan kecintaan pada hati makhluk. Sesungguhnya pada keburukan terdapat kegelapan pada wajah, gulita pada hati, gulita di alam kubur, dan kelemahan pada badan (malas membaca alQuran), kekurangan dalam rezeki, dan kebencian pada hati makhluk.”

AlQuran sebagai cermin jiwa mengevaluasi wajah batin. Demi peran alQuran yang demikian itu, maka alQuran menjadi petunjuk, penerang agar pembacanya tidak keliru jalan. Gelapnya keadaan membuat siapa pun kesulitan memilih, yang mana pisau yang mana penggaris. Bahkan kegelapan yang sangat, menyebakan orang tidak hanya kesulitan memilih, bergerak pun sulit.

Fungsi alQuran sebagai nur, penerang membuat orang mudah memilah mana yang manfaat dan mana yang membahayakan. Kemampuan demikian adalah kemampuan cerdas untuk tepat memilih mana yang benar, mana mana yang keliru.

Kemampuan cerdas alQuran agar si pembaca mampu membedakan yang benar dan yang keliru dengan jelas adalah fungsi alQuran sebagai alFurqan. Pembeda dengan jelas mana yang diperlukan dan mana yang membahayakan.

Kemampuan ini antara lain penting bagi para hakim. Pada waktu kesulitan memutuskan kasus hukum karena berbagai keadaan.

Pada saat Nabi Daud as. menjadi raja, datang dua perempuan yang sedang berperkara. Satu orang bayi diakui oleh dua orang ibu. Masing-masing tidak mau mengalah. ”Itu adalah bayiku, seorang ibu selalu tahu dan mengenal bayinya,” ujar perempuan muda.
”Tidak! Ini bayiku. Bayimu telah tewas dimakan serigala,” ujar yang lain.

Nabi Daud pun kesulitan memutuskan. Hampir saja Nabi Daud as. percaya bahwa Ibu yang kedua adalah orang tua asli bayi itu. Nabi Sulaiman as. putra beliau yang masih sangat belia mencoba membantu sang ayah. ”Ambilkan aku pedang untuk membelah dua bayi ini untuk kalian berdua,” ujar Sulaiman.

Sontak perempuan muda berteriak, ”Tidak jangan, tolong jangan lakukan itu. Kau akan membunuhnya. Oh rajaku, berikan saja bayi itu padanya,” teriak sang ibu muda dengan deraian air mata.

Teriakan tersebut mengantar Nabi Sulaiman mengerti bahwa pemilik bayi sebenarnya adalah Ibu muda itu.

Nabi Daud as. adalah seorang raja yang juga hakim agung. Masih kesulitan memutuskan perkara yang pelik, samar, dan tidak bisa diselesaikan hanya berdasar perasaan dan hasil rekayasa perdebatan.

Inilah contoh kasus di bidang hukum. Kasus ini memerlukan kecerdasan dan ketelitian yang tinggi, agar hakim mampu membedakan dengan tegas mana yang ibu asli, mana yang sekedar mengaku-ngaku.

Kebijakan metode Sulaiman as. memintas jalan adil. Itulah makna furqan. Memisah mana yang benar dan mana yang keliru betapa pun tipisnya perbedaan.

Bagi dosen, alFurqan adalah kemampuan untuk menuntun mahasiswa kepada obyektifitas ilmu. Bagi para ibu-ibu yang sedang bereblanja di mall, adalah kemampuan mudah menentukan pilihan baju kesayangan. Sehingga para suami yang mengantarnya bisa senang, karena baju lekas terbeli, bisa segera pulang. Bagi para remaja, mudah memilih pasangan yang ‘pasti’ membahagiakan.

AlQuran sebagai alFurqan pasti sangat diperlukan para mahasiswa terutama untuk menggapai nilai tinggi dalam evaluasi ujian.
Pernah ketika masih di Jerman, pak Habibie merasa kewalahan mengejar prestasi kawannya yang keturunan Yahudi. Laki dan perempuan. Mereka selalu berada di peringkat atas. Habibie ingin sekali menempati prestasi puncak.
Lalu Habibie dengan rasa kepo bertanya,”Dengan cara apa kalian belajar sehingga sulit bagi saya untuk menduduki posisi kalian?”
Mereka berdua menjawab singkat,”kami membaca alQuran”.

Jawaban mereka seolah menampar wajah Habibie. Bagaimana tidak, bukankah alQuran merupakan kitab suci Muslim. Mengapa teman Yahudi yang justru memilihnya sebagai jalan menuju puncak? Serentak dia mencontoh laku mereka itu. Terbukti setelah ia membaca alQuran, dia benar-benar menggapai puncak teratas prestasi mahasiswa, menggeser dua orang kawan Yahudinya.

Keunggulan Habibie di peringkat tertinggi ini, membawanya pada prestasi fenomenal. Dia mampu mengatasi masalah retaknya ekor pesawat Boeing ketika naik pada ketinggian tertentu. Belakangan, atas keberhasilannya itu ia sangat terkenal dengan sebutan Mr. Crack, berkat alQuran.

Itulah sekelumit syafa’ah alQuran!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW, Berisi Pesan untuk Umat Islam



Jakarta

Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhir di Arafah pada 632 Masehi. Khutbah dilakukan ketika Nabi Muhammad SAW menjalani ibadah haji pertama dan terakhir yang dikenal dengan haji wada atau haji perpisahan.

Nabi Muhammad SAW mengerjakan ibadah haji satu kali dalam seumur hidupnya. Tiga bulan setelah ibadah haji ini, beliau wafat di usianya yang 63 tahun.

Mengutip buku Khutbah Nabi: Terlengkap dan Terpilih karya Muhammad Khalil Khathib, sebelum wafat, Rasulullah SAW telah banyak menunjukkan tanda bahwa dirinya menyampaikan tanda perpisahan. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,


“Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman-Nya, pastilah akan datang suatu hari pada salah seorang di antara kalian, dan pada hari itu orang tersebut tidak dapat melihat diriku, sehingga seandainya ia melihat diriku pastilah akan lebih ia sukai melebihi kesukaannya kepada keluarga dan harta yang miliknya.” (HR Bukhari Muslim)

Dari ucapan ini, orang-orang menakwilkan bahwa dengan ucapannya itu, Rasulullah SAW sedang mengabarkan berita kematian beliau dengan memberitahukan kepada para sahabat tentang apa yang akan terjadi setelah beliau wafat. Yaitu kabar ketika muncul begitu banyak orang amat mendambakan perjumpaan dengan Rasulullah SAW di saat beliau sudah tiada, karena sebelumnya mereka dapat menyaksikan sebagian keberkahan Rasulullah SAW.

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW

Melansir laman Kementerian Agama (Kemenag), Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji bersama para sahabat dan sekitar 114.000 umat Islam. Setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan umat Islam di Arafah.

Beliau melakukan seruan dari atas punggung untanya yang bernama al-Qushwa. Di atas punggung unta inilah Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya.

Prof. Osman Raliby dalam tulisannya di Majalah Suara Masjid mengatakan khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW berisi pesan untuk seluruh umat Islam.

“Segala puji adalah bagi Allah. Kita memuja dan memuji Dia dan memohon pertolongan kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung pada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan dari segala perbuatan yang buruk. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka takkan ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tak ada siapa pun yang dapat menunjukkan jalan baginya.

Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Maha Esa Ia, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku naik saksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.

Wahai manusia, dengarkanlah pesanku baik-baik.

Aku akan menyampaikan kepadamu satu keterangan (sebagai wasiat), karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan kamu sesudah tahun ini di tempat aku berdiri (sekarang) ini.

Wahai manusia, Sesungguhnya darahmu (jiwamu), harta bendamu dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilarang diganggu), sebagaimana suci dan haramnya bulan ini (bulan haji), sampai kamu kelak menghadap Tuhan. Sungguh kamu pasti akan menemui (menghadap) Tuhan, di mana Ia pasti akan menanyakan tentang segala amal perbuatanmu.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)

Maka barangsiapa ada amanat di tangannya, hendaklah disampaikannya kepada orang yang memberikan amanat itu kepadanya.

Ingatlah, tak seorang pun yang melakukan tindak pidana melainkan ia sendiri yang bertanggungjawab atasnya. Tidak ada anak bertanggungjawab terhadap tindak pidana ayahnya, pun juga tidak seorang ayah bertanggungjawab terhadap tindak pidana anaknya.

Wahai manusia, dengarkanlah kata-kataku ini dan pahamkan semuanya.

Sesungguhnya seorang muslim dan muslim lainnya adalah umat yang bersaudara. Tidak ada sesuatu yang halal bagi seorang muslim dari saudaranya melainkan apa yang telah direlakan kepadanya. Maka janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).”

Khutbah Wada’ mendeklarasikan prinsip-prinsip Islam tentang persamaan hak dan martabat manusia tanpa memandang ras, suku bangsa dan warna kulit. Pada bagian lain khutbah yang monumental itu ditekankan beberapa hal, yaitu:

“Sesungguhnya riba sudah dihapuskan. Tapi kamu akan memperoleh modal saham kamu. Maka janganlah kamu berlaku zalim agar kamu pun tidak dizalimi orang.

Wahai segenap manusia! Sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa (Satu), dan nenek moyangmu adalah satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang yang bukan Arab melainkan dengan takwa itulah. Dan jika seorang budak hitam Abyssinia sekalipun menjadi pemimpinmu, dengarkanlah dia dan patuhlah padanya selama ia tetap menegakkan Kitabullah.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).

Wahai manusia, takutlah kepada Allah. Kerjakanlah shalat yang lima waktu, lakukanlah puasa, berhajilah ke Baitullah dan tunaikanlah zakat hartamu dengan sukarela serta patuhlah atas apa yang aku perintahkan. Kamu pasti kelak akan bertemu dengan Tuhanmu, dan Ia pasti akan menanyakan kepadamu tentang segala perbuatanmu.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)

Sesungguhnya zaman itu beredar, musim berganti.

Wahai segenap manusia! Sesungguhnya setan itu sudah putus harapan akan (terus) disembah-sembah di negerimu ini. Akan tetapi sesungguhnya dia puas dengan ditaati dalam hal-hal selain daripada itu (disembah), yakni dalam perbuatan-perbuatan yang kamu (sebenarnya) benci, maka waspadalah terhadap tipu daya (setan) yang akan merugikan agamamu.”

“Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia! Sesungguhnya telah kusampaikan kepadamu, dan sesungguhnya aku sudah meninggalkan untuk kamu sekalian sesuatu, yang bila kamu berpegang teguh kepadanya, pasti kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni sesuatu yang terang dan nyata, Kitabullah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.”

Rasulullah menutup Khutbah Wada’ dengan pernyataan dan pertanggungjawaban terbuka kepada Allah SWT,

“Wahai Tuhanku! Persaksikanlah, persaksikanlah wahai Tuhanku.

Maka hendaklah yang telah menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Semoga barang siapa yang menyampaikan akan lebih mendalam memperhatikannya daripada sebagian yang mendengarkannya. Mudah-mudahan bercucuranlah rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu sekalian!”

Setelah mengucapkan khutbah perpisahan, beliau turun dari untanya Alqashwa. Usai menunaikan salat Zuhur dan Ashar yang dijama’ secara berjamaah, Rasulullah menuju suatu tempat yang bernama Sakhrat. Di sana disampaikannya ayat Al-Quran yang baru saja diwahyukan Allah untuk penghabisan kali sebagai penutup risalah kenabian yakni surat Al Maidah ayat 3,

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحْمُ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلْمُنْخَنِقَةُ وَٱلْمَوْقُوذَةُ وَٱلْمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا۟ بِٱلْأَزْلَٰمِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِ ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Pengertian, Hukum, Unsur-unsur dan Keutamaannya



Jakarta

Dakwah umumnya digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam kepada orang lain, dan bertujuan untuk mengajak mereka memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama. Namun, apa sebenarnya arti dakwah?

Pengertian Dakwah

Dikutip dari buku Sejarah Dakwah karya Jamaluddin secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa arab دَعَا يَدْعُوا دَعْوَةً (da’a yad’u da’watan) yang berarti memanggil, mengajak, menyeru, dan meminta.

Menurut istilah, pengertian dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana menuju jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT demi kebahagiaan dunia dan akhirat.


Salah satu pengertian dakwah secara etimologi adalah menyeruh manusia kejalan keselamatan, ini sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 25,

وَ اللَّهُ يَدْعُوْا إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Arab Latin: wallâhu yad’û ilâ dâris-salâm, wa yahdî may yasyâ’u ilâ shirâthim mustaqîm

Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”

Menurut buku Pengantar Studi Ilmu Dakwah karya Abu Al-Fath Al -Bayanuni, para ulama bersepakat tentang kewajiban berdakwah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka dengan lisannya. Apabila tidak mampu, maka dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah.”

Dikutip dari buku pengantar Ilmu Retorika Dakwah karya Ahmad Hawassy, tujuan utama dan satu-satunya dakwah adalah agar umat manusia beribadah hanya kepada Allah SWT semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya, dengan meniti syariat sesuai perintah Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup mereka.

Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Sufyan bin Harb kepada Kaisar,

“Dia (Nabi Muhammad SAW) memerintahkan kami untuk menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan ia melarang kami menyembah apa-apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami….”

Unsur-unsur Dakwah

Adapun unsur-unsur dakwah yang dikutip dari sumber sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Dai: Juru dakwah yang berperan sebagai penyampai ajaran, pemimpin, dan penasihat yang memberikan nasihat dengan baik.

2. Maddatu Al Dakwah (Pesan Ilahi): Ajaran Islam yang diambil dari Al-Quran dan hadits, serta rumusan para ulama, yang harus disampaikan oleh dai.

3. Tariqatu Al Dakwah (Metode): Cara-cara yang digunakan dai untuk berdakwah, yang berlandaskan hikmah dan kasih sayang.

4. Wasilah (Media): Sarana yang digunakan untuk berdakwah, baik langsung (tatap muka) maupun jarak jauh (telepon, televisi, radio, dan sebagainya.)

5. Mad’u (Sasaran Dakwah): Individu atau kelompok yang menjadi target dakwah.

6. Atsar (Efek): Dampak yang ditimbulkan pada mad’u setelah menerima dakwah.

Keutamaan Berdakwah

Masih merujuk pada buku Pengantar Ilmu Retorika Dakwah, dakwah memiliki berbagai keutamaan, di antaranya adalah:

1. Dakwah Adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul)

Para rasul adalah orang yang diutus oleh Allah SWT untuk melakukan tugas utama mereka yakni berdakwah. Keutamaan dakwah terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini pada manusia yang paling utama dan mulia yaitu Rasulullah SAW dan saudara-saudara beliau para nabi dan rasul.

2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang terbaik)

Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dakwah memelihara amal islami dalam pribadi dan masyarakat.

Membangun potensi dan memelihara amal saleh adalah amal dakwah, sehingga dakwah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa dakwah ini maka amal saleh tidak akan berlangsung.

3. Para Dai Akan Memperoleh Balasan Yang Besar Dan Berlipat Ganda

Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib,

“Demi Allah, sesungguhnya Allah SWT menunjuki seseorang dengan (dakwah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah”. (Bukhari, Muslim & Ahmad)

Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’ï menyampaikan hidayah kepada seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah SWT, lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan merah miliknya.

4. Dakwah Dapat Menyelamatkan Manusia dari Azab Allah (An-Najatu Minal ‘Adzab)

Dakwah yang dilakukan oleh seorang dai akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwah. Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya dihadapan Allah SWT sehingga ia terhindar dari azab Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Materi Kultum Singkat yang Menarik Sebagai Renungan Kehidupan


Jakarta

Kultum merupakan singkatan dari “kuliah tujuh menit”. Setiap kegiatan ceramah yang dilakukan dengan durasi relatif sebentar dianggap sebagai kultum.

Dalam perkembangannya, kultum bukan hanya dilakukan saat bulan Ramadhan saja, tetapi juga dalam banyak acara keagamaan dengan durasi yang tidak membutuhkan waktu panjang.

Kultum merupakan salah satu variasi dalam menyampaikan dakwah atau bentuk ajakan kepada orang lain dalam hal kebaikan, seperti untuk mempelajari agama Islam. Allah SWT berfirman dalam surah Fussilat ayat 33,


وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

Maka, untuk mengamalkannya, ada baiknya jika kita mampu menyebarkan secara lisan melalui beberapa kultum singkat berikut ini, baik pada sebuah pertemuan secara langsung ataupun kita sebarkan melalui media-media digital saat ini.

5 Materi Kultum Singkat Menarik untuk Renungan

Berikut adalah beberapa kultum singkat yang bisa dijadikan renungan untuk kehidupan. Kultum singkat ini dirujuk dari buku Materi Kultum Ustadz Milenial yang disusun oleh Ust. Haidar Musthofa, dan buku Berkaca Pada Jiwa yang disusun oleh Prito Windiarto dkk.

1. Kekurangan Adalah Anugerah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah rabbil ‘alamin, wassalatu wassalamu ‘ala ashrafil anbiya’i wal mursalin, sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Hadirin yang dirahmati Allah, kali ini saya akan mengajak Anda belajar bersama-sama tentang kekurangan yang kita miliki yang sebenarnya adalah anugerah.

Alkisah, suatu hari, sebuah toko hewan peliharaan memasang iklan yang menarik perhatian anak-anak, bertuliskan “Dijual Anak Anjing.” Seorang anak laki-laki pun datang ke toko dan bertanya, “Berapa harga anak anjing yang dijual?”

Pemilik toko menjawab, “Harganya antara Rp 300.000 hingga Rp 500.000.”

Anak itu merogoh saku dan mengeluarkan uang, “Aku hanya punya Rp 275.000. Bolehkah aku melihat anak anjing-anjing itu?”

Pemilik toko tersenyum dan memanggil anjing-anjingnya. Tak lama kemudian, muncul anjing bernama Lady dengan lima anak anjing yang berlari-lari di toko. Namun, ada satu anak anjing yang tampak tertinggal, berlari pelan.

Anak itu menunjuk anak anjing yang berbeda dari yang lain dan bertanya, “Kenapa anak anjing itu lambat?”

Pemilik toko menjelaskan bahwa anak anjing itu memiliki kelainan di pinggulnya dan akan tetap cacat seumur hidupnya.

Anak lelaki itu kemudian berkata, “Aku ingin membeli anak anjing yang cacat itu.”

Namun, pemilik toko mencoba menasehati, “Jangan beli anak anjing itu. Dia tidak bisa berlari cepat dan tidak bisa bermain seperti anak anjing lainnya.”

Tetapi anak laki-laki itu tetap teguh, “Aku tetap ingin membeli anak anjing itu. Saya akan bayar penuh. Saat ini saya hanya punya Rp 275.000, tapi setiap hari saya akan mengangsur Rp 5.000 sampai lunas.”

Pemilik toko menolak, “Aku rasa kamu tak perlu membeli anak anjing yang cacat itu. Dia tidak bisa bergerak seperti anak anjing lain.”

Anak itu terdiam, lalu ia menarik celana panjangnya. Ternyata, ia juga memiliki kaki yang cacat. Ia berkata, “Tuan, aku pun tidak bisa berlari cepat atau bermain seperti anak laki-laki lain. Jadi, aku tahu anak anjing ini membutuhkan seseorang yang memahami dan peduli terhadap keadaannya.”

Hadirin, Allah SWT tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya, laa yukallifullahau nafsan illaa wu’ahaa.

Jika kita diciptakan dengan kekurangan, itu berarti kita dipercaya oleh Allah untuk menghadapi tantangan tersebut. Karena pada hakikatnya, setiap manusia tentu menginginkan kesempurnaan, bukan?

Namun, ketika kita memiliki kekurangan, Allah pasti juga memberikan kelebihan lain kepada kita, meskipun mungkin kita belum menyadarinya. Terkadang, ada cara-cara yang mungkin terlihat aneh bagi akal manusia, tetapi ternyata bisa terbukti dan bermanfaat.

Jika kita belum menemukan kelebihan itu, mari terus menggali potensi yang ada dalam diri kita. Ingatlah, kekurangan yang kita miliki sebenarnya adalah bagian dari anugerah Allah yang harus kita syukuri.

2. Awas, Mulutmu Harimaumu!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Innalhamdalillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu wa nastahdihi wa na’udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyi’ati a’malina, man yahdihi Allahu fa la mudhilla lahu wa man yudhlil fa la haadiya lah. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh. Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala muhammad wa ‘ala aalihi wa sahbihi wa man iqtada bi hudaahu ila yawmil qiyamah. Amma ba’du.

Hadirin yang dirahmati Allah, kadang kala malapetaka bersumber dari lisan. Gara-gara mulut blak-blakan, bisa membuat orang nginep di penjara. Gara-gara mulut blak-blakan, bisa membuat muka hancur tidak karuan.

Gara-gara mulut blak-blakan, keluarga malah jadi taruhan. Makanya ada istilah “mulutmu harimaumu”, “lidah lebih tajam daripada pedang”, “lidah memang tak bertulang”, dan lain sebagainya.

Namun kalau dipikir-pikir, memang begitu kenyataannya. Lidah kita keseleo sedikit saja, bisa jadi urusan serius. Oleh karena itu, kita perlu menjaga lisan, kalau memang kita mengaku umat Nabi Muhammad SAW, kita harus ingat pesan Beliau,

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berbicara hal-hal yang baik, yaitu menjaga lisan, atau kalau memang tidak bisa, lebih baik diam saja.”

Alat komunikasi yang satu ini memang harus dijaga dengan baik. Kalau tidak, bisa jadi rumit. Tapi kadang orang sering lupa, termasuk kita, kalau bicara asal saja, tidak dipikir dulu.

Padahal Islam telah mengajarkan etika bicara. Jika seseorang hendak berbicara, hendaklah dipikir terlebih dulu.

Kalau kita perhatikan, banyak hal yang berhasil tidaknya dan berjalan tidaknya, diukur oleh lisan dan kualitas komunikasi kita. Seorang marketer bisa mendapatkan nasabah, umumnya ditentukan oleh kualitas komunikasinya.

Semakin bagus kualitas komunikasi si marketer, semakin besar peluang keberhasilannya. Sebaliknya, jika kualitas komunikasi si marketer buruk, jangan harap ia akan mendapatkan nasabah.

Jika ada orang yang sakit hati karena lisan kita, sungguh kita telah berdosa. Untuk mendapatkan ampunan dosa tersebut, tidak cukup hanya memohon ampun kepada Allah SWT, karena selain berdosa kepada Allah SWT, kita juga berdosa kepada orang yang sudah disakiti hatinya.

Makanya jangan menganggap hal ini sepele. Lisan liar bisa membuat kebaikan terbakar. Lisan kotor bisa membuat hati juga gersang. Ingat pesan Nabi SAW, seorang hamba yang beriman hendaknya berkata/berbicara yang baik-baik, yang diridai oleh Allah SWT, karena dengan hal tersebut ia akan ditinggikan derajatnya.

Sebaliknya, seorang hamba yang suka berbicara dengan perkataan yang sangat dibenci oleh Allah, maka ia akan ditempatkan di neraka Jahanam. Terlebih lagi kalau orang sudah kebiasaan bicara yang kurang elok, seperti **lol, b***, dan lain sebagainya.

Perlu diketahui, bahwa alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, merespon apa pun yang dilakukan oleh manusia, termasuk ucapannya. Misalnya ada seseorang yang di halaman depan rumahnya ada satu pohon mangga, mangganya tidak pernah berbuah dan setiap hari hanya berhasil merontokkan daun-daunnya.

Oleh karena itu, orang tersebut setiap hari harus membersihkan rontokan daunnya. Sambil menyapu dia selalu mengumpat, “Kau ini tidak mau berbuah, bisanya cuma bikin cape saja.” Terus-terusan dia melancarkan umpatan-umpatannya.

Sampai akhirnya pohon tersebut malah lebih sering dan lebih banyak rontok daun-daunnya. Selanjutnya, rontoklah ranting-rantingnya dan satu cabang besarnya patah menimpa rumahnya.

Oleh karena itu, kita harus selalu ingat, bahwa “mulutmu harimaumu!”

3. Mencari Solusi dengan Memberi

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi hamdan kasiran kama amar, fantahuu ‘amma naha ‘anhu wa hazzara. Asyhadu alla ilaha illallahal wahid al-Qahhar, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu sayyidu al-abrar. Fasalawatu allahi wa salamuhu ‘alayhi wa ‘ala aalihi wa sahbihi wa man tabi’a hudahuu ila yawmil ba’thi wal nusyuuri. Amma ba’du.

Hadirin yang dimuliakan Allah, ternyata untuk mencari solusi dari rumitnya masalah yang menyelimuti kehidupan kita, tidak harus selalu dengan upaya dan kerja keras untuk mendapatkan semua yang kita inginkan untuk keluar dari masalah tersebut, tetapi juga bisa dengan memberikan sebagian dari apa yang dikaruniakan kepada kita.

Suatu hari, dua anak kecil yang bersaudara tampak sibuk di pojok halaman rumah. Salah satu dari mereka tampak membungkuk, seolah sedang mencoba mengambil sesuatu dari dalam sebuah lubang kecil, sementara adiknya tampak serius memperhatikan sambil sesekali menengok ke arah lubang itu. Tangan kanannya erat memegang ranting kecil.

“Dapat, Kak?” tanya sang adik dengan penuh rasa ingin tahu.

“Belum, Dik. Lubangnya dalam sekali,” jawab sang kakak, yang masih mencoba memasukkan tangannya lebih dalam ke dalam lubang.

Ternyata, kedua anak itu sedang berusaha mengambil bola pingpong yang terjatuh ke dalam lubang. Kini giliran sang adik yang mencoba mencari-cari dengan rantingnya, berharap bola pingpong itu bisa tersangkut di ujung ranting dan keluar dari lubang. Namun, selalu saja ia gagal.

Melihat kebingungan anak-anaknya, sang ibu mendekat dan bertanya dengan penuh perhatian. Setelah melihat mereka, sang ibu mengangguk pelan.

“Belum berhasil, Nak?” tanya sang ibu dengan lembut, memberikan isyarat kehadirannya.

“Belum, Bu. Lubangnya dalam sekali,” jawab kedua anak itu, tampak kecewa.

Dengan bijak, sang ibu berkata, “Nak, coba isikan air ke dalam lubang itu! Nanti bola itu akan keluar dengan sendirinya.”

Hadirin yang dirahmati Allah, dalam hidup kita, sering kali kita menghadapi masalah yang terasa seperti mencoba mengeluarkan sesuatu dari lubang yang dalam dan gelap. Dalam menghadapi masalah tersebut, kita memerlukan cara yang bijaksana agar apa yang kita inginkan bisa tercapai dengan lebih mudah.

Namun, tidak semua orang memahami bahwa solusi untuk masalah hidup tidak selalu terletak pada upaya kita untuk “mengambil” sesuatu, tetapi lebih kepada semangat untuk memberi.

Ketika kita memberikan sesuatu, baik itu waktu, perhatian, atau usaha, maka kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Dengan memberi, kita malah bisa memperoleh solusi yang lebih baik untuk masalah yang kita hadapi.

Tepat sekali apa yang diucapkan oleh sang ibu kepada kedua anaknya, “Penuhi lubang dengan air, maka ia akan memberimu bola!” Oleh karena itu, jangan pernah letih dengan pekerjaan memberi, karena dengan memberi, setiap langkah kita selalu diringi dengan solusi. Ingat sabda Nabi SAW:

“Salah satu hamba Allah yang akan diberikan keberkahan dan kebahagiaan hidup adalah mereka yang dermawan.” (HR. Ad-Darimi)

4. Jangan Pernah Abaikan Peran Orang Lain

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahilladzi khalaqal mawta wal-hayatal liyabluwakum ayyukum ahsanu’amala. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu la nabiyya ba’dahu. Allahumma salli wa sallim ‘alannabiyal alamiin sayyidina muhammad rasulin kariim wa ‘ala aalihi wa sahabatihi ajma’in, wa man ittaba’a hudahu ilayawmiddin. Amma ba’du.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Alkisah, ada dua orang lelaki yang selamat dari kapal karam dan terdampar di sebuah pulau kecil yang sepi setelah terjebak dalam badai besar. Mereka hanya memiliki satu cara untuk bertahan hidup, berdoa kepada Allah SWT. Mereka sepakat untuk tinggal terpisah di dua sisi pulau dan masing-masing akan berdoa untuk kebutuhan mereka sendiri.

Lelaki pertama mulai memanjatkan doa agar diberikan makanan, dan keesokan harinya ia mendapati sebuah pohon buah-buahan tumbuh di dekat tempat tinggalnya. Sementara itu, di sisi pulau tempat lelaki kedua tinggal, tidak ada perubahan sama sekali.

Beberapa hari kemudian, lelaki pertama berdoa agar diberikan seorang istri. Tak lama setelah itu, sebuah kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi tempat lelaki pertama tinggal. Sedangkan lelaki kedua, meski telah berdoa, tidak merasakan adanya perubahan dalam hidupnya.

Begitu seterusnya, lelaki pertama terus berdoa dan menerima beragam kenikmatan, mulai dari rumah, pakaian, hingga makanan. Semua doanya dikabulkan Allah SWT, sementara lelaki kedua tetap tidak mendapatkan apa-apa.

Pada akhirnya, lelaki pertama memutuskan untuk berdoa agar diberikan sebuah kapal, agar ia dan istrinya bisa meninggalkan pulau tersebut. Tidak lama kemudian, kapal tersebut memang muncul dan siap untuk mengantarkan mereka pergi.

Namun, ada sebuah rahasia yang belum diketahui oleh lelaki pertama. Anda tahu? Ternyata, doa yang dipanjatkan oleh lelaki kedua bukanlah doa untuk dirinya sendiri, melainkan doa untuk kebaikan lelaki pertama. Ia berdoa agar segala permintaan lelaki pertama dikabulkan.

Itulah kebanyakan dari kita, setelah kita telah meraih kesusksesan, kita kadang lupa bahwa ada peran orang lain yang mungkin tidak pernah kita sangka ternyata sangat berperan dalam langkah kita menuju kesuksesan.

Allah SWT telah mengajarkan kepada kita di dalam Al-Qur’an untuk berdoa, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk orang lain dan orang-orang terdahulu dari kita.

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh Engkau Maha Penyantun dan Maha Penyayang.” (Al Hasyr: 10)

Hadirin yang dirahmati Allah, begitu indah dan dalam makna doa yang kita panjatkan. Jika kita teliti, doa untuk diri sendiri biasanya hanya berisi permohonan ampunan dari Allah SWT, sementara doa untuk orang lain, terutama bagi mereka yang lebih dahulu beriman, menunjukkan sebuah kedalaman hati yang luar biasa.

Dalam doa tersebut, kita juga meminta agar hati kita disatukan dalam kebersihan dan ketulusan, tanpa ada perasaan kedengkian atau iri hati terhadap sesama. Kebersihan hati ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kebaikan bersama.

Rasulullah SAW pun mengajarkan kepada kita untuk mendoakan saudara kita di saat tidak diketahui oleh orang lain, terutama untuk orang yang kita doakan. Lisan orang berdoa untuk saudaranya adalah wasilah agar doa tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

“Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya dalam kondisi tidak ada orang yang mengetahuinya, kecuali malaikat yang diutus mengatakan kepadanya, ‘Dan bagimu apa yang engkau minta untuk saudaramu.” (HR. Muslim)

Kehadiran malaikat yang mengaminkan permohonan seseorang sebagaimana permohonan orang tersebut kepada saudaranya, mengandung makna lain, bahwa doa tersebut diucapkan kembali kepada diri sendiri. Mendoakan orang lain, menunjukkan perhatian kita kepada orang lain.

Sikap kepedulian dan empati ini yang dianjurkan oleh Islam. Maka, mendoakan orang lain secara tidak langsung menghilangkan perasaan keegoisan dalam diri.

Seseorang yang kerap mendoakan orang lain akan lebih dekat dengan realita hidup dan lebih sadar dengan keterbatasan sebagai hamba-Nya. Mereka lebih merasakan syukur yang lebih dalam daripada kondisi diri yang dialami, karena melihat kondisi orang lain yang lebih berat.

5. Hargailah Waktu, Maka Waktu pun akan Memberi Penghargaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ya nabi salam alaika,
Ya Rasul salam alaika,
Ya habib salam alaika,
Shalawatullah alaika.

Sungguh sangat singkat Allah mengutus Rasul kita tercinta di muka bumi, baginda Nabi Muhammad SAW, tapi betapa luar biasanya yang beliau kerjakan dalam waktu yang sangat singkat itu, memberikan dampak perubahan yang besar bagi umat manusia.

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat menghargai waktu. Setiap detik dalam hidup beliau digunakan dengan penuh makna, tidak ada yang sia-sia. Setiap langkah dan perbuatan beliau bernilai ibadah, yang layak mendapatkan cinta dan penghargaan dari Allah SWT.

Sebagai umat yang mencintai Rasulullah, kita diajak untuk meneladani sikap beliau dalam mengelola waktu. Hidup di dunia ini sangat singkat, bahkan usia kita lebih singkat lagi.

Pernahkah kita merenung sejenak, untuk apa saja waktu yang telah berlalu? Apakah kita menggunakannya untuk beribadah kepada Allah, ataukah hanya untuk memuaskan keinginan duniawi semata?

Hidup kita di dunia ini hanya sementara, sebuah tempat persinggahan untuk mempersiapkan bekal menuju kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Jika kita diberi umur 63 tahun, dan dalam waktu itu kita mengisinya dengan amal kebaikan dan ibadah kepada Allah, maka nikmatilah surga yang penuh dengan kenikmatan sebagai ganjaran atas setiap amal yang kita kerjakan.

Ibadah kita di dunia ini mungkin terasa singkat, namun balasannya sangat luar biasa, berlipat ganda. Sebaliknya, jika kita menghabiskan waktu hidup dengan kemaksiatan, meskipun hanya dalam waktu yang singkat, itu bisa menjadi sebab kita terjerumus ke dalam azab neraka yang kekal.

Oleh karena itu, marilah kita bijak dalam memanfaatkan waktu yang telah diberikan Allah SWT, agar kita tidak termasuk dalam golongan yang merugi.

Benarlah firman Allah SWT dalam surat Al-Ashr,

وَالْعَصْرِۙ ۝١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ۝٣

Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali bagi orang- orang yang beriman dan beramal sholeh, dan nasihat menasihati dalam hal kebaikan, serta nasihat menasihati dalam kesabaran.”

Orang-orang yang merugi adalah mereka yang menyia-nyiakan waktu hidupnya dengan hal-hal yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka. Mereka seringkali tidak percaya bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan balasan, atau bahkan lebih parah lagi, mereka yang menganggap bahwa tidak ada kehidupan setelah mati.

Banyak di antara kita yang terpedaya oleh kehidupan duniawi, menganggapnya sebagai tujuan utama, dan menghalalkan segala cara untuk meraih kesenangan sesaat. Dalam pengejaran kenikmatan dunia, mereka melupakan kematian dan kehidupan setelahnya.

Tidak sedikit pula yang merasa waktu mereka masih panjang, dengan alasan usia muda, sehingga menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Padahal, siapa yang bisa menjamin bahwa umur kita masih panjang? Kita mungkin merasa sehat dan bahagia saat ini, tetapi kematian bisa datang kapan saja, bahkan dalam keadaan yang tak terduga.

Seseorang bisa saja meninggal di usia muda, meskipun tampak sehat dan penuh energi. Ajal tidak mengenal usia atau kondisi fisik; ia bisa datang kapan saja, di mana saja, dan dengan cara apa saja. Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu, karena setiap detik yang berlalu begitu berharga.

Jika kita benar-benar memahami betapa berharganya waktu, tentu kita tidak akan menyia-nyiakannya. Harta bisa dicari, emas bisa dibeli, namun waktu yang telah terlewat tidak akan pernah bisa kembali. Kita tidak bisa mengulang waktu yang telah hilang, dan meskipun kita menangis dan memohon, masa lalu tidak akan terulang.

Oleh karena itu, mari kita renungkan betapa pentingnya untuk memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya, dengan beribadah kepada Allah SWT, dan mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Jangan tunda kebaikan, karena waktu yang telah berlalu tidak akan bisa kembali.

Dunia itu alam fana, janganlah terlena dengan gemerlapnya. Ada alam yang lebih gemerlap yang sedang menanti kita, yang kekal abadi. Allah SWT akan memanggil hamba yang dicintainya dengan kalimat cintanya,

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ۝٢٧ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًۚ ۝٢٨ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ ۝٢٩ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Arab Latin: “Ya ayyatuhannafsul muthmainnah irji’i ilaa rabbiki radiyatammardiyyah fadkhuli fii ‘ibadii wadkhuli janntii!”

Artinya: “Wahai jiwa-jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati ridho dan diridhoi-Nya. Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (Al-Fajr: 27-30)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

5 Kultum Singkat tentang Bersyukur beserta Dalilnya


Jakarta

Saat digelar kegiatan keagamaan, kultum singkat seringkali disampaikan. Salah satu topik kultum yang kerap dipilih yaitu tentang bersyukur.

Kultum perlu disampaikan dengan benar, karena umumnya menyertakan dalil Al-Qur’an maupun hadits. Hal itu agar mendukung topik yang dibahas sehingga pendengar bisa memahami isi kultum dengan baik.

Sebagian orang yang tidak biasa memberikan kultum mungkin akan kesulitan untuk membuat materi yang pas. Namun tenang saja, detikers dapat temukan contoh teks kultum singkat tentang bersyukur di bawah ini.


Kultum Singkat tentang Bersyukur

Berikut sejumlah ceramah singkat tentang bersyukur yang dapat dijadikan referensi:

1. Bersyukur

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul pada pagi hari ini ditempat yang Insyaallah dirahmati Allah dalam keadaan tak kurang suatu apapun sehat jasmani maupun rohani.

Tak lupa sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan atau jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mendapat syafaatnya di yaumul akhir.

Teman-teman semua marilah kita selalu bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah kepada kita semua. Banyak sekali nikmat yang sering tidak kita sadari yang telah Allah berikan kepada kita seperti nikmat makan, nikmat bernafas, nikmat berjalan, bahkan nikmat bias menggerakkan anggota tubuh pun termasuk nikmat yang begitu besar yang perlu kita syukuri. Jika dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang sedang sakit saat ini untuk makan pun susah, ada juga yang tidak bisa berjalan semudah kita bahkan menggerakkan anggota badan seperti tangan saja susah.

Dengan demikian masihkah kita tidak bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan kepada kita? Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 152, yang berbunyi:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Bagaimana cara bersyukur? bersyukur dapat dilakukan dengan cara:

1. Dengan Niat
Meyakini dengan sungguh-sungguh di dalam hati bahwa semua nikmat yang kita peroleh semua dari Allah SWT. Baik itu nikmat kesehatan, harta benda, jabatan, atau pangkat, semuanya dari Allah SWT.

2. Dengan Lisan
Setelah kita meyakini dalam hati kita sebaiknya selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan alhamdulillah dimana saja dan kapan saja atas nikmat yang sudah diberikan kepada kita.

3. Dengan Menjaga dan Mengamalkan
Nikmat Allah sangat banyak sekali kami tidak mampu untuk menghitungnya. Semuanya hanya titipan saja yang suatu saat pasti akan kembali kepada-Nya. Misalnya, nikmat berupa kesehatan, Suatu saat kita pasti akan mati, kembali kepada Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk apa saja kesehatan yang sudah kita peroleh apakah untuk melakukan hal-hal yang baik atau sebaliknya.

Jangan sampai kita menjadi orang yang mengingkari nikmat karena kurang bersyukur. Semoga kita semua termasuk mereka yang pandai mensyukuri segala nikmat yang ada Tuhan telah memberi kita.

Demikian kultum yang dapat saya sampaikan, jika ada kekurangan yang datang dari dalam diri saya karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga bermanfaat Wassalamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh

(Dikutip dari publikasi Scribd yang diunggah oleh karindayd).

2. Bersyukur

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya kita dapat berkumpul di tempat yang Insyaallah mulia ini.

Kedua kalinya tak lupa sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah seperti yang sekarang ini. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan kultum tentang Bersyukur.

Syukur yang sebagaimana telah dijabarkan oleh Ibnu Qayyim: Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.

Kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT harus selalu senantiasa mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT baik itu berupa nikmat yang kecil maupun nikmat yang besar.

Tanpa kita sadari setiap harinya kita selalu menerima nikmat dari Allah SWT seperti nikmat berupa nikmat islam, nikmat kesehatan, dan nikmat kita telah diberikan anggota tubuh yang lengkap dan sempurna seperti yang dijelaskan dalam Surat An Nahl ayat 78, yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur.”

Adapun cara agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT adalah seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut: “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Selain itu Syukur juga memiliki berbagai macam manfaat yaitu:
1. Kita dapat dijauhkan dari azab Allah SWT.
2. Dengan bersyukur Allah SWT dapat memberikan ridhonya kepada kita.
3. Dengan bersyukur kita dapat mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Kesimpulan dari kultum ini adalah syukur merupakan suatu bentuk ibadah dan sekaligus bentuk ketaatan kita atas perintah Allah SWT.

(Dikutip dari publikasi Scribd yang diunggah oleh tiasrifebr098).

3. Bersyukur

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Nikmat Allah yang diberikan kepada kita sangat berlimpah ruah. Bahkan kadang-kadang tanpa kita pinta pun Allah dengan Rahman Rahim-Nya menganugerahkan semua nikmat itu kepada kita tanpa syarat. Untuk semuanya itu tidak ada kata yang patut diucapkan selain memuji kepada Allah SWT. Shalawat beserta salam selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan para sahabatnya.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Sebutkan saja nikmat Allah yang kita dapatkan. Nikmat sehat, nikmat bisa makan minum, nikmat pancaindera, nikmat akal, nikmat iman, nikmat Islam, dan masih banyak lagi. Pasti kita tidak akan pernah bisa menghitungnya.

Dapat dipastikan manusia tidak akan bisa menentukan jumlah nikmat Allah, apalagi membalas semuanya. Jika kita telisik lebih mendalam, kenikmatan yang telah Allah berikan kepada kita semua tidaklah akan mampu kita balas, meskipun hanya sebagian kecilnya. Bahkan mungkin semua yang kita miliki tidak akan pernah cukup untuk menebus satu nikmat saja dari Allah.

Namun, betapa banyak dari kita yang tidak menyadari hal itu sehingga lupa atas nikmat-nikmat-Nya. Kadang, ketika nikmat itu hilang dari kita, baru kita merasakan betapa bernilainya kenikmatan tersebut. Yang ada kemudian hanyalah keluh kesah yang menjadi-jadi.

Jika kita masih menjadi pribadi demikian, kita diperintahkan untuk memohon ampun; bertaubat kepada Allah.

Jadi sikap kita terhadap semua nikmat Allah adalah tetap bersyukur kepada-Nya. Karena bisa jadi, satu saja nikmat Allah dicabut dari diri kita, kita langsung mengadu, keluh kesah, dan bahkan memaki Allah. Kita lupa masih ada jutaan, miliaran, bahkan triliunan nikmat Allah yang masih kita rasakan dan nikmati.

Padahal sudah sangat jelas Allah terangkan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)

Rasulullah SAW menjelaskan tentang kriteria mukmin sejati, yang salah satunya adalah mereka orang-orang yang pandai bersyukur atas nikmat Allah. Dan Rasulullah sangat memuji sikap tersebut.

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mukmin sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR Muslim)

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menyatakan kekagumannya terhadap seorang muslim yang mampu bersyukur ketika ia mendapat nikmat dari Allah SWT, dan mampu bersabar kala musibah menimpanya. Rasulullah SAW juga menyebut mereka yang pandai bersyukur sebagai mukmin sejati. Seorang mukmin sejati adalah seseorang yang benar-benar memasrahkan kehidupannya kepada Allah SWT dan bisa memposisikan dirinya layaknya seorang budak yang bisa menghargai perlakuan majikannya. la akan menerima dengan ikhlas segala perlakuan yang diberikan oleh majikan (dalam hal ini Allah SWT) kepadanya.

Syukur dalam Islam memang memiliki peranan penting dalam kaitannya dengan interaksi antara seorang muslim dengan Tuhannya. Allah SWT berfirman, “Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.(Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.” (QS Luqman : 14)

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan proses kelahiran manusia sebelum memerintahkannya untuk bersyukur. Ini berarti bahwa ketika manusia telah dapat berpikir dan mengenal Tuhannya, yang diperintahkan pertama kali adalah mengungkapkan rasa syukur dan rasa terima kasih kepada Allah dan kemudian orangtua sebagai perantara ia hadir di dunia. Pada dasarnya, semua bentuk syukur ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Inilah yang bisa dipahami dari perintah Allah pada ayat di atas.

Masih terkait dengan ayat 14 surat Luqman di atas, Allah memerintahkan bersyukur sebagai wasiat pertama kepada manusia adalah semata karena kasih dan rahmat-Nya. Dia menginginkan kebaikan buat hamba-hamba-Nya, sedangkan kinerja berkesinambungan kebaikan itu ada terletak pada sikap manusia itu sendiri. Mau bersyukur atau tidak? Jika mau bersyukur nikmat Allah tersebut akan semakin bertambah sebagaimana disinggung pada ayat tujuh surat Ibrahim tersebut di atas.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Lantas, bagaimana cara kita bersyukur kepada Allah? Ada banyak cara kita bersyukur kepada Allah SWT. Pada dasarnya, syukur kepada Allah harus terejawantahkan dalam hati, lisan, dan perbuatan kita.

Pertama, syukur dengan hati adalah mengakui dan meyakini dengan sebenar-benarnya di dalam hati bahwa segala bentuk nikmat yang telah ia dapatkan hanya berasal dari Allah SWT.

Syukur hati dan keyakinan mereka adalah bahwa Allah SWT telah menjadikan segalanya sesuai dengan kadar (ukuran)nya masing- masing, termasuk pembagian rezeki.

Kedua, syukur dengan lisan adalah dengan selalu memuji pemberi nikmat Allah SWT menyebut nikmat itu serta menampakkan nikmat tersebut atau para ulama menyebutnya tahadduts bin ni’mah.

Tahadduts ni’mah (menyebut-nyebut nikmat Allah) adalah dengan ditampakkan yaitu dilakukan dalam rangka syukur kepada pemberi nikmat (yaitu Allah), bukan dalam rangka menyombongkan diri pada yang lain.

Ketiga adalah bersyukur dengan perbuatan. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat cara Rasulullah SAW dalam mengungkapkan syukurnya kepada Allah, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah RA:

“Rasulullah SAW biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankah dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang?” Rasulullah menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Bukhari dan Muslim).

Kita lihat! Rasulullah yang telah ma’shum, senantiasa dijaga Allah dari perbuatan tercela dan diampuni dosanya saja, beliau beribadah dengan penuh penghambaan dan keseriusan. Hal itu hanya beliau jadikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Apalagi diri kita yang berlumuran dosa dan kesalahan?

Di samping itu, syukur dengan perbuatan adalah ketika kita bisa menggunakan segala anugerah Allah SWT yang telah diberikan kepada kita untuk kerja-kerja nyata; digunakan sebagaimana mestinya; untuk tujuan positif dan memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang banyak. Syukur pada tahapan ini adalah bentuk kesyukuran yang paling tinggi derajatnya.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Demikianlah sedikit penjelasan mengenai hakikat syukur kepada Allah SWT. Doa kita semoga kita bukan termasuk orang-orang yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah SWT. Bukan orang-orang yang melupakan dan melalaikan nikmat Allah SWT. Bukan orang-orang yang hanya bisa berkeluh kesah. Bukan orang-orang yang iri dengki terhadap nikmat yang diterima orang lain.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari buku Panduan Lengkap Khotbah Sepanjang Masa & Kultum Penuh Inspirasi karya Ibnu Abi Nashir).

4. Rezeki yang Terlupakan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan kita beribu-ribu kenikmatan, baik Nikmat Iman dan Islam ataupun nikmat sehat walafiat, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul tanpa satu halangan apa pun dan tidak kurang satu pun untuk hadir di acara yang Insyaallah dimuliakan oleh Allah SWT.

Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad SAW yang telah yang telah menuntun kita dari zaman jahiliah menuju zaman penuh pengetahuan agama. Nabi Muhammad Saw., mengajarkan kepada kita akan selalu mengingat Allah SWT, terutama karena kita sebagai hamba yang lemah, yang bahkan tak mampu menghitung nikmat Allah SWT, yang terlihat saja, belum lagi yang tidak terlihat atau terlupakan.

Ya, sebagian kita, bapak ibu sekalian yang saya hormati, kerap menganggap bahwa nikmat atau rezeki yang kita dapatkan hanya secara fisik. Artinya yang dapat dilihat oleh mata. Misalnya uang, rumah, kendaraan, benda-benda berharga, dan lain sebagainya. Bapak ibu juga demikian?

Saya berharap tidak. Rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Coba kita bayangkan, siapa yang bisa menanam rambut di kepala kita? Menanamnya satu per satu, dipotong tumbuh lagi, dipotong tumbuh lagi. Lalu berubah menjadi putih. Salon mana yang bisa, Bu? Kalau ada salon yang bisa seperti itu, itu pasti peluang bisnis yang besar.

Apalagi rezeki yang sering kita lupakan. Rezeki melihat, misalnya. Kita diberi mata, mata bisa melihat, bisa membedakan warna, bisa membedakan benda baik dan buruk, bisa membedakan cantik dan buruk. Ini rezeki, Bapak Ibu sekalian. Ada yang diberi mata tapi tidak bisa melihat? Ada. Rezekinya berupa mata saja.

Ada yang punya mata, bisa melihat tapi tidak bisa membedakan warna? Ada. Itu rezekinya sampa melihat saja. Ada yang punya mata tapi tak bisa membedakan bidang benda? Ada. Dan lain sebagainya.

Itu adalah sebagian rezeki yang tidak terhitung harganya. Bahkan jika rezeki itu berkurang, betapa kita bingung, betapa kita akan menghabiskan seluruh harta benda untuk mengobatinya. Misalnya tiba-tiba mata kita kena katarak (naudzubillah min dzalik). Kita kemudian tanpa pikir panjang akan mencari jalan keluarnya dengan cara melakukan pengobatan. Berapapun biayanya akan ditempuh.

Bahkan ketika ada orang yang meminta mata kita, diberi imbalan miliaran, tetap tidak diberikan. Artinya, rezeki berupa mata tidak akan tergantikan oleh rezeki-rezeki bendawi yang telah dimiliki.

Sekarang telinga. Semua orang punya telinga, betul? Ada yang punya telinga tapi tak bisa mendengar? Ada. Orang-orang kemudian mencari alat bantu pendengaran. Berapa harganya? Mahal!

Justru, rezeki yang kerap kita lupakan adalah rezeki-rezeki yang harganya sangat mahal, bahkan tidak ternilai harganya. Kita justru sibuk menghitung rezeki-rezeki yang kecil. Misalnya gaji bulanan. Andaikan gaji bulanan Anda kurang 100 ribu dari gaji yang seharusnya Anda terima, pastilah ribut. Gajinya 3 juta, kok dipotong 100 ribu. Tentu sudah ribut.

Kita ini, manusia, selalu meributkan hal-hal yang tampak. Sementara yang tak tampak dianggap biasa. Kita dikasih orang uang satu juta dengan cuma-cuma, berapa banyak terima kasih yang kita ucapkan? Bahkan diterima sampai menangis- nangis. Kita bisa menontonnya di televisi, ada uang kaget, ada bedah rumah, dan lain sebagainya.

Lihatlah sikap penerimanya? Pasti menangis-nangis, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Sementara ia lupa, ada rezeki yang tidak terhitung harganya. Kita ini kerap terbalik cara berpikirnya.

Nah, sekarang bapak ibu sudah tahu, mana rezeki yang receh, mana rezeki yang besar. Dengan rezeki yang besar, yang setiap hari kita rasakan, mestinya kita sadari dan selalu bersyukur. Setiap kali bangun tidur, kita bersyukur. Kita bisa melakukan apa, bersyukur. Dan jika sudah demikian, kita akan menjadi hamba yang pandai bersyukur. Bersyukur tidak hanya sebatas ucapan, melainkan juga berimbas pada peningkatan ibadah kita kepada Allah.

Demikian yang bisa saya sampaikan semoga ada manfaat yang bisa kita ambil untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahul muafiq ila aqwamith thariq. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari buku Materi Tausiyah Ustadz Gaul oleh Ibnu Mas’ad Masjhur).

5. Dengan Syukur, Bahagia Bertabur

Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah, karena telah memberi karunia dan nikmat yang sangat besar kepada kita semua. Semoga keselamatan dan kesejahteraan juga senantiasa dilimpahkan kepada panutan kita, yakni Rasulullah SAW.

Syukur adalah kata yang berasal dari bahasa Arab; syakara, yasykuru, syukran, dan tasyakkara, yang berarti “mensyukuri-Nya, memuji-Nya”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur diartikan sebagai rasa terima kasih kepada Allah SWT. Syukur juga berarti mengingat akan segala nikmat-Nya.

Syukur adalah pengakuan spiritual atas segala karunia dari Tuhan. Sehingga orang yang bersyukur, akan secara totalitas mengakui segala hal kenikmatan yang dirasakan adalah semata-mata sebagai bentuk ke-Maha Kasih dan Sayang-Nya Allah SWT pada hamba-Nya.

Dengan demikian syukur adalah pengakuan penuh bahwa segala yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita, sepenuhnya merupakan kebaikan untuk kita. Maka segala apa yang Allah SWT berikan, akan diterima dengan rela hati, tanpa kecuali. Karena semua yang diberikan-Nya akan selalu ditemukan hikmah.

Satu contoh ilustrasi sederhana, seorang yang tertinggal pesawat, pasti akan sedih dan kecewa. la merasa waktu terbuang percuma, pun tiket hilang tak bisa digunakan, dan kesempatan di depan mata terbang melayang.

Akan tetapi begitu mengetahui pesawat tersebut jatuh, bersyukurlah ia. Tetiba ia merasa menjadi orang yang terpilih, diselamatkan Allah SWT dari peristiwa tersebut. Nah, mestinya kebersyukuran itu telah terungkap sejak awal. Telah yakin sepenuhnya bahwa apapun kejadiannya, Allah SWT hadirkan kebaikan di sana.

Bersyukur adalah perintah Allah SWT. Perintah ini tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 152, Dia berfirman: “Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.

Ayat tersebut merupakan perintah Allah agar kita bersyukur atas segala nikmat karunia yang telah Allah berikan, dan melarang kita untuk mengkufuri nikmat.

Demikian juga dalam QS Ibrahim ayat 7: “Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih”.

Dua ayat tersebut menunjukkan dua keadaan manusia, bersyukur atau kufur. Keadaan yang memaksa setiap orang dipastikan ada pada salah satunya. Artinya, bila seseorang bersyukur, maka tentu dia tidak kufur, sebaliknya bila seseorang kufur, maka pasti ia tidak bersyukur. Tentu kita berharap menjadi bagian dari hamba-hamba Allah yang bersyukur.

M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur mencakup tiga dimensi. Pertama, syukur dengan hati, yakni dengan mengakui sepenuh hati bahwa segala kenikmatan yang diterima semata-mata berasal dari Allah SWT.

Kedua, syukur dengan lisan, yakni dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya dengan menggunakan lisan. Caranya bisa dengan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan itu jika nikmat yang diberi lewat perantara manusia. Atau mengucap hamdalah “Alhamdulillaahi rabbil aalamiin” juga cara bersyukur atas nikmat Allah melalui lisan.

Ketiga, syukur dengan perbuatan, yakni dengan melakukan segala amal saleh yang Allah perintahkan, dan menjauhkan diri dari segala amal buruk yang dilarang dilakukan.

Marilah kita latih diri kita dan bangun kebiasaan baik untuk mensyukuri segala nikmat dan takdir yang telah Allah SWT beri dengan hati, lisan, dan perbuatan kita. Mari luruskan niat agar syukur kita bukan karena ingin bahagia melainkan mengharap ridha dan kedekatan dengan Allah.

Sekian pidato saya, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Dikutip dari Diorama: Kumpulan Naskah Ceramah dan Khutbah susunan Pajar Hatma Indra Jaya, dkk).

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

3 Naskah Khutbah Jumat tentang Akhir Tahun untuk Muhasabah


Jakarta

Akhir tahun sering menjadi waktu yang tepat untuk merenung, melakukan muhasabah, dan mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan selama setahun terakhir. Momen ini relevan diingatkan melalui khutbah Jumat pekan ini.

Naskah khutbah Jumat tentang akhir tahun sering kali berfokus pada tema ajakan untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT, dan menjauhi dosa.

Khutbah yang disampaikan di akhir tahun dapat mengingatkan jamaah tentang pentingnya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkan bahwa waktu adalah salah satu nikmat yang sering dilalaikan.


Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai (tertipu) karenanya adalah nikmat sehat dan waktu yang luang.” (HR Bukhari)

Tidak hanya itu, khutbah Jumat juga bisa menjadi inspirasi untuk menjadikan tahun yang akan datang sebagai peluang memperbaiki amal dan mempertebal keimanan.

Kumpulan Naskah Khutbah Jumat tentang Akhir Tahun

Berikut ini adalah kumpulan naskah Khutbah Jumat tentang akhir tahun yang dikutip dari situs Kemenag RI, buku Pergantian Tahun, Mengingat Umur Dan Waktu yang diterbitkan oleh Badan Pengelola Masjid Istiqlal dan buku Kumpulan Naskah Khutbah Jum’at terbitan Dirjen Bimas Kemenag RI.

1. Khutbah Jumat Manfaat Introspeksi Diri di Akhir Tahun

Khutbah pertama,

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ بِأَنْوَارِ الْوِفَاقِ، وَرَفَعَ قَدْرَ أَصْفِيَائِهِ فِيْ الْأَفَاقِ، وَطَيَّبَ أَسْرَارَ الْقَاصِدِيْنَ بِطِيْبِ ثَنَائِهِ فِيْ الدِّيْنِ وَفَاقَ، وَسَقَى أَرْبَابَ مُعَامَلَاتِهِ مِنْ لَذِيْذِ مُنَاجَتِهِ شَرَابًا عَذْبَ الْمَذَاقِ، فَأَقْبَلُوْا لِطَلَبِ مَرَاضِيْهِ عَلَى أَقْدَامِ السَّبَاقِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ السَّبَاقِ، صَلَاةً وَسَلَامًا اِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً صَفَا مَوْرِدُهَا وَرَاقَ، نَرْجُوْ بِهَا النَّجَاَةَ مِنْ نَارٍ شَدِيْدَةِ الْإِحْرَاقِ، وَأَنْ يَهُوْنَ بِهَا عَلَيْنَا كُرْبُ السِّيَاقِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ الْخَلْقِ عَلَى الْاِطْلَاقِ، اَلَّذِيْ أُسْرِيَ بِهِ عَلَى الْبُرَاقِ، حَتَّى جَاوَزَ السَّبْعَ الطِبَاقَ

أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memanjatkan puji syukur kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan kewajiban yang harus disampaikan oleh setiap khatib dalam khutbahnya. Selain itu khatib juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan dan mengingatkan jamaah tentang wasiat ketakwaan. Oleh karenanya pada momentum khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat pada Rasulullah sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Bagaimana cara meningkatkan takwa? Yakni dengan senantiasa lebih semangat lagi menjalankan segala perintah Allah dan sekuat tenaga meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya. Dengan upaya inilah, kita akan mampu terus berada pada jalur yang telah ditentukan oleh agama sehingga tidak melenceng dan tersesat ke jalan yang tidak benar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memang kehidupan kita di dunia ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan dinamika dan tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan menurun dan mendatar, tak boleh membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa lalu sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa yang akan datang sebagai harapan. Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa lancar dan selamat sampai ke tujuan dan ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu kita berada pada jalan yang benar dan bekal yang paling baik dalam perjalanan.

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah perjalanan panjang, kita haruslah menyempatkan diri berhenti istirahat untuk mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan. Begitu juga dalam kehidupan di dunia, kita mesti harus menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi, evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam bahwa Arab disebut dengan muhasabah. Pentingnya muhasabah ini, Sayyidina Umar bin Khattab pernah bertutur:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”

Sementara dalam Al-Qur’an Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hasyr ayat 18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari perintah Allah dan Rasul serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa catatan penting tentang manfaat dari introspeksi diri ini. Setidaknya, ada 5 manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan ‘charging’ (mengecas) semangat hidup melalui introspeksi diri ini.

Pertama, sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari perjalanan selama ini. Apakah kebaikan atau keburukan, apakah manfaat atau mudarat, atau apakah semakin mendekat atau malah menjauh dari Allah swt. Kita harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan ini harus dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (Q.S. Yasin: 65)

Kedua, upaya memperbaiki diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kelebihan dan kekurangan diri yang kemudian harus diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan memperbaiki diri, maka kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan senantiasa penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.

Ketiga, momentum mawas diri. Diibaratkan ketika kita pernah memiliki pengalaman melewati jalan yang penuh lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi. Mawas diri akan mampu menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang dalam sepanjang jalan. Allah berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْاۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

“Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah) dengan jelas.”

Keempat, memperkuat komitmen diri. Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Oleh karenanya, introspeksi diri menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang yang sama. Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan datang. Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

Kelima, sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh karenanya, introspeksi diri akan membawa kita mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu. Jangan sampai kita menjagi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan kufur kepada nikmat Allah. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 7:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini, mari kita senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita berada di penghujung tahun 2024 dan akan memasuki tahun baru 2025 yang menjadi waktu ideal untuk melakukan introspeksi diri. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk yang terbaik dari Allah dan mampu melihat perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan datang. Amiin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah kedua,

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

2. Khutbah Jumat Pergantian Tahun, Mengingat Umur dan Waktu

Khutbah pertama,

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah.

Kita telah menjalani hidup, tahun demi tahun, 12 bulan satu tahun, bulan demi bulan, 30 hari satu bulan, hari demi hari, 24 jam sehari semalam.

Esok kita akan memasuki tahun baru 2025 Masehi. Tentu setiap akhir dan pergantian tahun memiliki makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia. Kedalaman makna itu dapat dirasakan oleh setiap manusia itu sendiri, di mana pada satu sisi di awal tahun baru sebagai tempat harapan untuk mencapai kesuksesan ke depannya, pada sisi lain kegagalan yang terjadi di tahun sebelumnya janganlah terjadi di tahun yang akan datang.

Oleh karena itulah, manusia sangat perlu melakukan perenungan (tafakur) terhadap diri sendiri. Di samping itu juga sebaiknya manusia melakukan muhasabah yaitu melakukan evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan dalam segala hal baik dan ada hubungannya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala dan manusia, sebagai hubungan sosial.

Berbicara umur, berbicara waktu, berbicara kesempatan, banyak diantara kita yang lalai menggunakan waktu dengan baik, waktu mengalir seperti air, celupkan jari kita pada air yang mengalir, angkat dan celupkan lagi ke air, celupan jari kita ke air yang kedua sudah berada pada air yang tidak sama. Itulah kehidupan kita saat ini, sekarang gagal besok ada kemungkinan, kemarin hilang kesempatan esok mungkin mendapatkan, tahun ke belakang susah waktu untuk beribadah, detik ini kita mulai.

Itulah waktu yang mudah sekali disepelekan orang, karenanya Allah menyampaikan :

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-Ashr: 1-3).

Banyak orang rugi karena waktunya tercuri tidak terasa, banyak orang rugi karena umurnya hilang tanpa bekas, banyak orang rugi karena kesempatannya kurang dimanfaatkan, banyak orang rugi karena lalai memenej waktunya, mengatur umurnya, mengatur jadwalnya, mengatur seberapa panjang waktu untuk santai dan seberapa panjang untuk sibuk dan seberapa panjang untuk Ibadah mendekatkan diri pada Allah.

Salah satu Ulama berkata:

أحد علماء المسلمين وهو الحسن البصري قال ذات يوم : يا بن آدم ، إنما أنت أيام ، فإذا ذهب يومك فإنها ذهب بعضك) ، إلا إننا نجد أن كثيرا من البشر يقولون لبعضهم البعض في مرح : تعال نضيع وقتنا )

Artinya: Salah seorang ulama, Al-Hassan Al-Bashri, berkata pada suatu hari: (Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu adalah hari-hari, dan jika harimu berlalu, maka sebagian dari kamu hilang), namun kami menemukan bahwa banyak orang mengatakan satu sama lain dengan gembira: “Ayo, mari kita buang waktu kita”.

Waktu yang tidak produktif adalah waktu yang hilang, waktu yang hilang adalah waktu yang tercuri, waktu hilang karena tercuri oleh pencuri waktu. Pencuri-pencuri waktu itu dijelaskan dalam kitab Sichrul Qiyadah:

الصوص الوقت !

هناك لصوص للوقت ، ومملكات للزمن ، ومضيعات للدقائق والثواني . المماطلة والتأجيل : وهو اللص الأكثر شهرة وتأثيرا . ومعظم البشر (۱) يعشق التأجيل والماطلة واختلاق الأعذار لتأجيل عمل اليوم إلى الغد !

Pencuri waktu!

Ada pencuri waktu, pembuang waktu, dan pemborosan menit dan detik.

1) Penundaan-penundaan

Dia adalah pencuri paling terkenal dan berpengaruh, dan kebanyakan orang menyukai penundaan-penundaan, dan membuat alasan untuk menunda pekerjaan hari ini sampai besok!

(۲) الخلط بين أهمية الأمور:

كثير من البشر لا يعرف أولوياتهم ، ماذا يقدمون ، وماذا يؤخرون ، بأي الأمور يبدءون ، ما الذي يودون عمله ، وما الذي ينبغي تأجيله

2) Bingung antara hal-hal penting

Banyak orang tidak tahu prioritas mereka, apa yang harus mereka dahulukan, dan apa yang mereka harus akhirkan, hal apa yang mereka harus mulai, apa yang ingin mereka lakukan, dan apa yang harus ditunda.

(۳) عدم التركيز :

فقد تبدأ في عمل شيء ثم توقف للقيام بمكالمة ، أو لعمل شيء آخر ، هذا من شأنه أن يضيع الكثير من الوقت

3) Kurang fokus

Dia mungkin mulai melakukan sesuatu dan kemudian berhenti untuk mengobrol, atau melakukan sesuatu yang lain, ini akan membuang banyak waktu.

(٤) عدم قدرتك على قول لا :

الشخص الذي يستحي من رفض الزيارات ، والدعوات والمحادثات التي ليس لها موعد سابق يجد نفسه ضائعا ، غير قادر على امتلاك زمام وقته

4) Ketidakmampuan Anda untuk mengatakan tidak

Seseorang yang malu menolak kunjungan, undangan, dan percakapan yang tidak memiliki janji sebelumnya menemukan dirinya kehilangan waktu, tidak dapat mengendalikan waktunya.

(٥) المقاطعات المفاجئة :

مكالمة طارئة ، صديق على غير موعد ، هذه المقاطعات تقطع تفكيرك الذهني ، وتأخذ من وقتك الكثير

5) Gangguan mendadak: panggilan darurat, teman yang tidak dijadwalkan, gangguan ini mengganggu pemikiran mental Anda, dan menyita banyak waktu Anda.

(٦) المجهود المكرر

بأن تكون منهمكا في شيء ما ، ثم تتركه لتفعل شيء آخر ، ثم تعود مرة أخرى لما كنت تقوم به ابتداء ، هذا الأمر يجعلك تبذل جهدا مضاعفا ، لما يجب أن تبذله

6) Upaya berulang

Dengan asyik pada sesuatu, kemudian meninggalkannya untuk melakukan sesuatu yang lain, dan kemudian kembali ke apa yang Anda lakukan di awal, hal ini membuat Anda melakukan upaya ganda, untuk apa yang seharusnya Anda lakukan.

(۷) التخطيط غير الواقعي:

بأن نخطط وننظم أمورنا بشكل غير منضبط ، فالأمر الذي والمهمة التي يستهلك خمسة أيام نعطيه يوم أو يومين تستوجب يومين نعطيها أربعة أو خمسة ، فهذا من شأنه أن يشيع الفوضى في حياتك ويستهلك

7) Perencanaan yang tidak realistis

Bahwa kita merencanakan dan mengatur urusan kita secara tidak teratur. Hal yang menghabiskan lima hari kita berikan satu atau dua hari, dan tugas yang membutuhkan dua hari kita berikan empat atau lima, ini akan menyebarkan kekacauan dalam hidup Anda.

(۸) عدم النظام :

أوراقك مبعثرة ، حاجياتك مهملة ، دائم البحث عن هاتفك ومفاتيحك وحقيبة عملك ، هذه كلها أشياء بسيطة تضيع وقتك وتهلكه

8) Kekacauan

Kertas-kertasmu berserakan, keperluanmu terbengkalai, kamu terus-menerus mencari ponsel, kunci, dan tas kerjamu. Ini semua adalah hal sederhana yang membuang buang waktu.

(۹) الاجتماعات :

الدراسات والأبحاث المختلفة أثبتت أن الشخص الذي يحتل موقعا قياديا يقضي في المتوسط ما يقرب من ٢٨ ٪ من وقته في اجتماعات ، هذه الاجتماعات التي تسطو على وقته بشكل مخيف وتلتهمه بشراهة

9) Rapat-rapat

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa orang yang menduduki posisi kepemimpinan menghabiskan rata-rata sekitar 28% waktunya untuk rapat, rapat-rapat inilah yang membajak waktunya secara menakutkan dan memakannya dengan rakus.

(۱۰) قراءة التقارير والمراسلات والبريد الإلكتروني:

هذه الأعمال تلتهم الوقت بالرغم من استطاعتنا تفويض أحد بالقيام بها ، فهي تحتاج إلى تركيز ، وفي النفس الوقت يستطيع شخص آخر أن ينظمها ويرتب الهام منها ويعرضها عليك ، بدلاً من الاستغراق الكامل فيها

10) Baca laporan, korespondensi, dan email

Tindakan ini memakan waktu, meskipun kita dapat mendelegasikan seseorang untuk melakukannya, mereka membutuhkan konsentrasi, dan saat yang sama, orang lain dapat mengaturnya dan mengatur inspirasi dari mereka dan menyajikannya kepada Anda, sebagai ganti serapan sepenuhnya di dalamnya.

11)) الاجتماعيات

الدعوات التي قد تقدم للمرء من الممكن أن تلتهم جل وقته ، فإذا ما ترك لنفسه العنان في قبول كل الدعوات المقدمة اليه، فسيقع في دائره من التشتت

11) Sosial

Undangan yang mungkin diberikan kepada seseorang mungkin menghabiskan sebagian besar waktunya.

Pencuri-pencuri waktu itulah yang dapat mengakibatkan orang bisa berbeda produktivitasnya, karyanya, pengalamannya, sosialnya, legesinya, bahkan ilmunya. Padahal Allah telah mendorong kita untuk mempunyai kinerja yang baik etos kerja yang unggul, selesai satu amal usaha cepat-cepat lakukan yang lainnya, jangan nanti-nanti, jangan di tunda-tunda, insyaallah hari yang akan datang kita akan lebih optimis dan tahun yang akan datang kita akan lebih bagus baik urusan duniawi dan urusan ukhrawi, sebagaimana Allah berfirman:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ (2)

Artinya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”.

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَب

Artinya: “dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”.

Demikian khutbah singkat kali ini, tentang bagaimana kita menghormati waktu dan mentasarufkan serta memenejnya, untuk hal-hal yang produktif, positif, baik dan tidak merugi di dunia, dan di akhirat. Aamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرَ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ وَأَقْوْلُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ

Khutbah kedua,

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ, وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ .

اللهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمٌ تَسْلِيمًا كثيرًا أَمَّا بَعْدُ. فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ فِيْمَا أَمَرَ, وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى وزجر, وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلا يُكَتِهِ بِقُدْسِهِ, وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَانِ وَعَلَى, وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ, وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِدِينِ, وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ, وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ, وَ دَمِرُ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّينِ .

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاء وَالوَبَاءِ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ, عَنْ بَلَدِنَا انْدُونِيسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِ البُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً, يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ

ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَتَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِينَ سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين. والحمد لله رب العالمين

عِبَادَ اللَّهِ. إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

3. Khutbah Jumat Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin

Khutbah pertama,

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَرَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِينُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ الَّذِي قَدْ أَدَّى الْأَمَانَةَ وَبَلْغَ الرِّسَالَةَ إِلَى جَمِيعِ الثَّقَلَيْنِ الْإِنْسِ وَالْجَانِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ اتَّبَعُوْهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهُ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَقَالَ أَيْضًا وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.

Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah

Hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah karena berkat rahmat-Nya kita dapat melaksanakan sholat Ju’mat di masjid yang mulia ini. Karena masjid ini didirikan dan disadari atas dasar taqwa kepada Allah SWT dan saya ingin mengajak kepada para jamaah untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita merefleksikan diri, tentang hidup dan kehidupan, termasuk kehidupan beragama, mewujudkan Islam sebagai agama yang membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi sekalian alam, manusia dari berbagai suku, ras, adat istiadat dan antar golongan. Islam yang kita peluk harus menjadi perekat, penguat dan sumber motivasi kita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Muhammad Syalthut, kata Islam berasal dari bahasa Arab, aslama-yuslimu-Islaaman yang berarti: bebas dan bersih dari penyakit lahir bathin, damai dan tentram, taat dan patuh juga berarti selamat dari kecacatan-kecacatan, perdamain dan keamanan.

Dalam Al-Quran Islam mempunyai beberapa arti yaitu sebagai lawan dari syirik (6:14) sebagai lawan dari kufur (3:80), sama dengan ikhlas pada Allah (5:125), tunduk dan patuh kepada Allah (39:54). Dengan demikian kata kunci dari Islam adalah tunduk dan patuh terhadap segala apa yang diperintahkan dan menjauhi atas segala apa yang dilarang-Nya.

Dapat disimpulkan bahwa Islam bisa bermakna nama bagi agama yaitu: “Islam”, Pada sisi lain bermakna pesan moral, ajaran, yang akan mengantar kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.

Islam melalui Al-Quran telah mendeklarasikan diri sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamin. “Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT tidak lain untuk menyebarkan rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam.” (QS. 21:107). Hal ini berarti Islam tempat bernaung manusia dari berbagai etnis, suku agama, bangsa. Semuanya merasa aman, damai, sejahtera, di dalamnya. Dengan demikian Islam yang rahmatan lil alamin adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW dengan membawa pesan-pesan perdamaian, kesejahteraan, kerukunan dan persatuan, tidak hanya pada umat manusia tetapi juga untuk segala apa yang ada di alam raya.

Inti dari Islam adalah cinta kasih dan perdamaian, dengan demikian ia akan selalu menjauhkan diri dari penindasan (dzulm) justru akan membangkitkan manusia untuk mempunyai martabat. Oleh karena itu Islam melalui Al- Quran dan Hadist melarang praktek-praktek penindasan dan ketidakadilan. Sebaliknya memberi ruang bagi terciptanya kebebasan kepada manusia, sehingga Islam disebut sebagai agama pembebas kaum mustadhafin. Baik lemah secara material, pemikiran maupun mentalitas serta kreatifitas. Oleh karena banyak penulis sejarah, Islam bukan saja dianggap sebagai agama baru, melainkan juga liberating force -sesuatu kekuatan pembebas umat manusia. Hal inilah yang menyebabkan agama Islam cepat menyebar di Jazirah Arab dan juga Indonesia, termasuk Aceh yang dikenal sebagai Serambi Makkah.

Islam dengan berbagai ajaran telah sanggup mempersatukan umat manusia di seluruh dunia dan juga mengajarkan rasa cinta tanah air dan pengorbanan yang sebesar-besarnya untuk kejayaan bangsa dan Negara.

Menurut C.Y Glok dan R. Start, dalam Religion and Society in Tension sebagaimana setiap agama setidaknya memiliki lima dimensi ritual, mistikal, idiologikal, intelektual dan sosial. Dimensi ritual berkenaan dengan upacara-upacara keagamaan, ritus-ritus religius, seperti shalat, misa dan kebaktian. Dimensi mistikal menunjukkan pengalaman keagamaan. Keinginan untuk mencari makna hidup, kesadaran akan kehadiran yang Maha Kuasa, tawakal dan taqwa, dimensi idiologikal adalah mengacu pada serangkaian kepercayaan yang menjelaskan eksistensi manusia vis-a-vis Tuhan dan makhluk lain. Pada dimensi inilah misalnya, orang Islam memandang manusia sebagai khalifatullah fil ard dan orang Islam dipandang mengemban tugas luhur untuk mewujudkan amar ma’ruf Allah dib umi. Dimensi intelektual menunjukkan tingkat pemahaman orang terhadap doktrin-doktrin kedalamannya tentang ajaran-ajaran yang dipeluknya. Dimensi sosial disebut sebagai consequental dimensions adalah manifestasi ajaran agama dalam masyarakat. Ini meliputi seluruh perilaku yang didefinisikan oleh agama.

Termasuk memperkuat dimensi sosial adalah mengatur hubungan manusia, masyarakat satu dengan masyarakat lain. Yang di dalamnya juga berisi tentang memperkuat semangat ukhuwah, solidaritas kaum muslimin dan juga mempertahankan bangsa dan Negara adalah bagian dari tugas sosial umat beragama. Yang tentu akan mendapat pahala dari Allah SWT, karena bernilai ibadah.

Setiap agama memiliki kelima dimensi tersebut hanya saja bobotnya berlainan. Ada yang menekankan dimensi ritual lebih menonjol daripada dimensi sosial. Menurut Edward Mortiner, Islam lebih banyak menekankan dimensi sosial daripada ritual, sehingga ia melihat Islam sebagai a political cultur.

Dalam praktiknya dimensi-dimensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, satu sama lain saling melengkapi sehingga menjadi satu keutuhan sikap seorang muslim (Islam kaffah). Upaya untuk mewujudkan Islam yang mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi sekalian umat tentu dengan cara mengaplikasikan seluruh ajaran Islam diatas. Terutama pada dimensi sosial yang akan menggerakkan umat untuk melakukan perubahan (taghyir). Termasuk perubahan tatanan sosial masyarakat, berbangsa dan bernegara di Nangro Aceh Darussalam umpamanya.

Telah diuraikan dimuka bahwa inti dari Islam rahmatan lil ‘aalamiin adalah upayanya untuk menciptakan kesejahteraan, kebahagiaan dan kedamaian hidup dunia dan akhirat. Agar mencapai semua itu tentu harus adanya kehidupan yang egaliter, inklusif dan anti penindasan. Untuk mewujudkan kita harus menjadikan Islam sebagai solusi bagi upaya pembebasan manusia dari kekuasaan tirani, pemikiran yang membelenggu dan kekuatan yang menindas kaum mustad ‘afin (lemah).

Pusat ajaran Islam adalah bermuara pada teologi (ketuhanan). Kita mempunyai landasan pijak yang kuat untuk mewujudkan teologi pembebasan. Teologi pembebasan adalah suatu teologi yang menekankan pada arti kebebasan, persamaan dan keadilan distribusi dan menolak penindasan, penganiayaan dan eksploitasi manusia. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, kedamaian, rasa persatuan diantara kita menjadi keharusan dalam rangka menciptakan TRI KERUKUNAN BERAGAMA :

Kerukunan antar umat beragama Kerukunan intern umat beragama Kerukunan dengan pemerintah

Demikianlah sebagai khutbah Jum’at ini kami sampaikan, sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT. Marilah kita bina kerukunan, semangat persaudaraan, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini dari unsur-unsur pemecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah 126: “Semoga Negara ini terbebas dari rasa kebencian dan tumbuh suburnya kekuatan sehingga menjadi negeri yang baldatun, tayyibatun, warrabun ghofur.” Amin.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah kedua,

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.

يَأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّاتِ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، فَاجِيبُوا اللَّهَ عِبَادَ اللَّهِ إِلَى مَا دَعَاكُمْ وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ بِهِ اللَّهُ هَدَاكُمْ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلَى التَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُحِيبُ الدَّعَوَاتِ. اللهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ اللهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

اللهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينِ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا انْدُوْنِيْسِيَا هَذِهِ بَلْدَةٌ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةٌ وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ وَالْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ وَالْفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةٌ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَابْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللَّهُ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْله يُعْطكُمْ وَيَهْدِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.

أَقِمِ الصَّلاةَ

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

7 Kultum tentang Isra Miraj Singkat Beserta Dalilnya


Jakarta

Kultum tentang Isra Miraj bisa dijadikan referensi jelang peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam tersebut. Kultum bisa disampaikan ketika khutbah Jumat atau acara-acara lainnya jelang Isra Miraj.

Menukil dari buku 52 Kultum Favorit untuk Muslimah oleh Zakiah Nur Jannah dan Noor Hafid, kultum merupakan singkatan dari kuliah tujuh menit. Biasanya, kultum banyak dilakukan dalam kegiatan dakwah atau ceramah yang relatif singkat.

Berikut beberapa kultum tentang Isra Miraj sebagaimana merujuk pada sumber yang sama, laman Kementerian Agama, dan buku Kitab Kultum Kuliah Tujuh Menit karya A R Shohibul Ulum.


Kumpulan Kultum tentang Isra Miraj

1. Kultum tentang Isra Miraj Versi Pertama

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kita sebagai umat Islam memiliki kekayaan spiritual yang luar biasa dalam peristiwa Isra Miraj. Ketika Rasulullah saw melakukan perjalanan ke langit ketujuh, kita diajarkan untuk menyadari keagungan dan kebesaran Allah SWT. Isra Miraj mengajarkan kepada kita betapa besar dan luar biasanya kekuasaan-Nya. Dari peristiwa ini, kita dapat belajar untuk selalu merenungkan kebesaran Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita, serta selalu mengingat dan mengagungkan Allah swt dalam setiap langkah hidup kita.

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari peristiwa Isra Miraj ini untuk meningkatkan keimanan dan kualitas hidup kita. Amin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2. Kultum tentang Isra Miraj Versi Kedua

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah, pada hari ini kita bisa bersama sama hadir dalam majlis yang mulia ini untuk memperingati suatu peristiwa yang sangat bersejarah, yaitu Isra dan Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW. Tema yang akan saya sampaikan dalam acara peringatan Isra dan Mi’raj ini adalah: Isra dan Mi’raj dalam perspektif keimanan dan ilmu pengetahuan.

Kisah Isra dan Mi’raj merupakan kisah yang sangat inspiratif sepanjang masa, sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai saat ini. Selain inspiratif, kisah Isra dan Mi’raj juga merupakan “tantangan” bagi para Ahli Tafsir maupun Ilmuwan, utamanya dalam usaha untuk mengerti dan menyingkap fakta fakta ilmiah dibalik fenomena Isra dan Mi’raj itu.

Peristiwa Isra terekam di dalam Kitab Suci AI-Qur’an, yaitu pada surat Al-Isra ayat 1:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Sedangkan peristiwa Miraj terekam dalam surah An-Najm ayat 13-18:

وَلَقَدْ رَآهُ نزلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18

Artinya: “Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat fibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat fibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”

Hadirin yang berbahagia,

Peristiwa Isra dan Mi’raj yang berlangsung pada diri junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW 15 abad yang lalu, telah memperkuat keimanan Rasulullah SAW maupun kita semua umat Islam, akan ke-Maha-Kuasaan Allah SWT.

Apapun yang dikehendaki-Nya, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk terjadi; karena memang ilmu Allah sangat luas dibanding kekuatan nalar manusia untuk memahaminya. Bandingan ilmu Allah dengan ilmu yang telah dikuasai oleh peradaban manusia sampai saat ini, hanya seperti perbandingan samudera dengan setetes air di ujung jari.

Namun demikian, peristiwa Isra dan Mi’raj memberikan tantangan sekaligus inspirasi kepada para ilmuwan, untuk melakukan “penalaran/pemahaman” tentang peristiwa itu. Khazanah ilmu pengetahuan telah terakumulasi begitu banyak, tidak ada salahnya para ilmuwan menambah dan memperkuat keimanannya dengan mencoba menalar secara saintifik semua fenomena-fenomena alam ciptaan Allah SWT ini, termasuk fenomena-fenomena yang ada di balik Peristiwa Isra-Miraj ini.

Akhir kata mohon maaf jika ada kesalahan dan tutur kata yang salah dan tidak menjadi perkenan hadirin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

3. Kultum tentang Isra Miraj Versi Ketiga

Alhamdulillah, pada kesempatan yang penuh berkah ini, kita akan mengulas tentang peristiwa Isra Miraj, suatu mukjizat besar yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Peristiwa Isra Miraj terjadi pada malam yang penuh berkah, di mana Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke langit ketujuh. Ini adalah hadiah dari Allah untuk menghibur hati Rasul-Nya yang sedang dilanda kesedihan setelah kehilangan Khadijah dan Abu Thalib.

Isra Miraj terbagi menjadi dua peristiwa utama, yaitu Isra (perjalanan malam) dan Miraj (kenaikan). Isra melibatkan perjalanan fisik Rasulullah dari Makkah ke Yerusalem, sementara Miraj adalah kenaikan beliau melewati langit-langit menuju Sidratul Muntaha. Peristiwa ini menjadi dasar dari kewajiban sholat lima waktu bagi umat Islam.

Kita juga dapat merasakan hikmah dari Isra Miraj ini. Pertama, kemukjizatan yang terjadi menunjukkan kuasa Allah atas waktu, mengingat Rasulullah melakukan perjalanan hingga ke hari kiamat. Kedua, pentingnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan aktivitas spiritual. Isra Miraj menegaskan bahwa masjid bukan hanya tempat, tetapi ruh dan pusat aktivitas umat Islam. Ketiga, peristiwa ini memberi pengertian bahwa kehidupan umat Islam yang beriman seringkali dinistakan oleh mereka yang tidak percaya.

Selain itu, kita bisa mengambil hikmah bahwa dalam menghadapi kesulitan hidup, melakukan “safar” atau jalan-jalan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad dapat membantu menemukan ide-ide luar biasa. Safar yang dimaksud di sini adalah perjalanan kepada hal-hal yang baik.

Hikmah terakhir yang patut diambil adalah pentingnya iman sebagai modal utama dalam menjalani kehidupan. Sebagaimana Rasulullah yang mempercayai mukjizat ini, kita pun perlu memperkuat iman sebagai dasar utama hidup dalam naungan Islam.

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah Isra Miraj ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Kultum tentang Isra Miraj Versi Keempat

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan Islam kepada kita semua. Marilah kita mengingat kembali salah satu peristiwa luar biasa dalam sejarah agama kita, yakni Isra Miraj, perjalanan malam Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan ini, Nabi kita mendapat banyak pengajaran dan tuntunan yang menjadi pedoman bagi umat manusia. Isra Miraj mengajarkan kepada kita pentingnya keimanan, ketabahan dalam menghadapi cobaan, serta pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama. Mari kita ambil pelajaran dari peristiwa ini untuk memperkuat iman dan meningkatkan kualitas hidup kita sehari-hari.

Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Kultum tentang Isra Miraj Versi Kelima

Seandainya seorang muslim memahami secara hakiki peristiwa diterimanya wahyu salat, pastilah tak ada seorang pun dari umat Islam yang meremehkan dan melalaikan bahkan meninggalkan salat. Allah mengistimewakan dan meninggikan kedudukan syariat ini, karena itulah, Nabi SAW menerimanya dengan cara yang berbeda. Langsung berjumpa dengan-Nya tanpa perantara.

Wahyu ini tidak diterima di bumi sebagaimana syariat lainnya. Syariat ini pula satu-satunya syariat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta keringanan dalam penunaiannya. Awalnya diwajibkan 50 waktu dalam sehari.

Mengapa Nabi SAW menerimanya dengan cara yang berbeda. Langsung berjumpa dengan Allah SWT tanpa perantara malaikat Jibril?

Bagi umat Islam yang mentadabburi perjalanan Isra Miraj, mereka sadar semua kejadiannya dan tahapan peristiwanya adalah sebuah pengantar untuk berjumpa suatu yang lebih dahsyat lagi, yaitu perjumpaan Rasulullah SAW dengan Rabbnya. Terjadilah dialog yang begitu agung hingga beliau menerima perintah kewajiban salat untuk diri beliau dan umatnya. Inilah puncak perjalanan Isra Mi’raj.

Allah Ta’ala, dengan kasih sayang-Nya menganugerahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman sesuatu yang dapat menghubungkan mereka dengan Rabb mereka. Rasulullah SAW Mi’raj dengan ruh dan fisik beliau.

Dengan keadaan itulah beliau berdialog dengan Allah Ta’ala. Kemudian Allah SWT menyediakan bagi umat Islam sesuatu yang mampu membuat mereka bermunajat, dekat, tersambung, dan berdialog dengan Rabb mereka, yaitu ibadah salat. Inilah makna bahasa dari kata salat. Salat adalah alat penyambung yang menghubungkan seorang hamba dengan Rabbnya.

Semoga setiap orang muslim merenungkan dan memahami secara hakiki peristiwa diterimanya wahyu salat, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang meremehkan dan melalaikan salat. Aamiin.

6. Kultum tentang Isra Miraj Versi Keenam

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama, mari kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Hadirian yang berbahagia,

Hari ini, kita akan membahas sebuah peristiwa luar biasa, sebuah peristiwa yang penuh hikmah dan keajaiban, yaitu Isra Miraj.

Peristiwa ini terjadi pada suatu malam, di mana Rasulullah Muhammad SAW diangkat oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan dari sana beliau melanjutkan perjalanan ke langit.

Tema Isra Miraj adalah tema yang begitu memukau dan penuh dengan pelajaran berharga bagi umat Islam. Allah SWT sendiri mencatat peristiwa ini dalam Al-Quran, di Surat Al-Isra ayat 1:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Bapak ibu yang saya hormati,

Ayat ini menyiratkan keagungan dan kebesaran Allah, yang memilih hamba-Nya, Nabi Muhammad SAW, untuk mengalami perjalanan spiritual yang tiada tandingnya.

Dalam Isra Miraj, Rasulullah tidak hanya diberikan kesempatan untuk menghadap Allah, tetapi juga diperlihatkan berbagai mukjizat dan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Perjalanan Isra Miraj mengajarkan kita tentang kekuasaan Allah yang tak terhingga, kebesaran-Nya yang meliputi segala sesuatu. Ini menjadi pengingat bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, dan Dia Maha Mengetahui serta Maha Melihat segala sesuatu.

Sebagai umat Islam, kita dapat mengambil banyak pelajaran dari Isra Miraj. Antara lain, menguatkan iman kita kepada Allah, mengingatkan kita akan pentingnya menjalankan perintah-Nya, serta merenungkan makna hidup yang sejati.

Semoga ceramah singkat ini dapat memberikan pemahaman dan inspirasi bagi kita semua. Mari kita terus mendalami ajaran Islam, menjalankan perintah-Nya, dan mengharapkan ampunan serta rahmat-Nya.

Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

7. Kultum tentang Isra Miraj Versi Ketujuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah terindah kepada Rasulullah SAW melalui perintah sholat lima waktu dalam perjalanan Isra Miraj. Momentum ini mengajarkan kita untuk merefleksi kembali sejarah, merenungi pesan, dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai peringatan bagi umat Islam.

Dalam perjalanan Isra Miraj, Rasulullah SAW menyaksikan berbagai gambaran kehidupan umatnya di masa depan. Wabah-wabah seperti kurangnya sedekah, meninggalkan kewajiban sholat, hingga kecenderungan mengonsumsi hasil riba menjadi sorotan dalam visualisasi yang diperlihatkan Allah SWT.

Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga kewajiban sholat, mengeluarkan sedekah, dan menjauhi segala bentuk perbuatan yang dilarang. Refleksi ini diharapkan dapat membantu umat Islam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Mari jadikan peristiwa Isra Miraj sebagai landasan untuk meningkatkan ketaqwaan, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menyadari pentingnya menjaga nilai-nilai agama. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini dan menjadi umat yang taat serta bermanfaat bagi sesama.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Cara Mandi Junub Setelah Haid, Nifas, dan Berhubungan Intim



Jakarta

Dalam Islam, mandi junub adalah cara menghilangkan hadas besar dengan membasuh seluruh tubuh mulai dari atas kepala hingga ujung kaki. Kita perlu mengetahui doa cara mandi junub yang benar karena mandi junub atau mandi wajib termasuk syarat sahnya solat.

Jika terdapat kesalahan, baik dalam membaca doa ataupun tata caranya, ibadah kita akan dianggap tidak sah karena belum dalam keadaan bersih dan suci. Apa doa cara mandi junub? Apa penyebab seseorang wajib mandi junub? Simak penjelasannya berikut ini.

Penyebab Seseorang Wajib Mandi Junub

Dikutip dari buku Pendidikan Islam Informal oleh Romlah, ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang harus mandi junub, yaitu sebagai berikut


1. Keluarnya Mani

Salah satu alasan seseorang harus mandi junub adalah karena keluarnya mani. Keluarnya air mani dengan syahwat, baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar (tidur) wajib untuk melakukan mandi junub atau mandi wajib.

2. Berhubungan Intim

Pasangan suami istri yang melakukan hubungan intim wajib melakukan mandi junub setelahnya. Bahkan, jika keduanya hanya bermesraan tanpa keluar mani, tetap diwajibkan untuk mandi wajib.

3. Berhentinya Darah Haid dan Nifas

Setelah seorang wanita berhenti menstruasi atau nifas, maka mereka diwajibkan untuk melakukan mandi junub. Apabila seorang wanita tidak mandi junub setelah haid, ibadah dari wanita tersebut tidak sah karena belum dalam keadaan bersuci.

4. Meninggal dalam Keadaan Islam

Seorang muslim yang meninggal wajib untuk dimandikan. Dalam hal ini, sebelum jenazah dishalatkan dan dikubur, jenazah tersebut wajib untuk dimandikan terlebih dahulu. Namun, untuk jenazah yang meninggal dalam keadaan mati syahid tidak diwajibkan diberikan mandi wajib.

Doa Cara Mandi Junub

Setelah mengetahui penyebab seseorang harus mandi junub, selanjutnya adalah memahami doa cara mandi junub. Hal ini penting karena niat atau doa merupakan salah satu syarat sahnya mandi junub. Berikut ini beberapa doa cara mandi junub yang perlu diketahui.

1. Doa Cara Mandi Junub untuk Laki-Laki dan Perempuan

Niat dan doa ini dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan untuk menghilangkan hadas besar.

Berikut niat dan doa mandi junub:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla liraf ‘il hadatsil akbari fardhal lillaahi ta’aala

Artinya: Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah.

2. Doa Cara Mandi Junub Setelah Haid

Menstruasi atau haid merupakan proses keluarnya darah akibat luruhnya lapisan rahim karena sel telur tidak berhasil dibuahi. Hal ini adalah hal yang normal terjadi pada wanita setiap bulannya hingga masa menopause.

Setelah masa haid atau menstruasi berakhir, seorang wanita diwajibkan untuk melakukan mandi wajib agar dapat beribadah kembali.

Berikut ini niat dan doa mandi junub setelah haid:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْحَيْضِ ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsil haidil lillahi ta’ala.

Artinya: Aku berniat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah.

3. Doa Cara Mandi Junub Setelah Nifas

Nifas adalah proses keluarnya darah dari rahim seorang wanita setelah melahirkan. Umumnya, darah nifas akan keluar kurang lebih selama 40 hari. Setelah masa nifas selesai, seorang wanita diwajibkan untuk mensucikan diri dengan mandi junub.

Berikut ini niat dan doa mandi junub setelah nifas:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ النِّفَاسِ ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsin nifaasi lillahi ta’aala.

Artinya: Aku berniat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah Ta’ala.

Tata Cara Mandi Junub

Seorang muslim diharuskan untuk mensucikan diri setelah melakukan hadas besar, yaitu dengan mandi junub.

Jika seseorang tidak melakukan mandi junub selama hadas besar, maka ibadah yang dilakukannya, seperti shalat, membaca Al-Quran, puasa, hingga thawaf akan dianggap tidak sah.

Oleh karena itu, seorang muslim perlu mengetahui tata cara mandi junub yang benar. Adapun tata cara mandi junub, yakni sebagai berikut.

  1. Membaca niat doa cara mandi junub.
  2. Mencuci tangan sebanyak 3 kali untuk membersihkan tangan dari najis.
  3. Membersihkan bagian tubuh yang dianggap kotor, termasuk pada bagian kemaluan.
  4. Mencuci kembali tangan yang kotor dengan menggunakan sabun.
  5. Berwudhu.
  6. Membasahi kepala dengan air sebanyak 3 kali hingga ke pangkal rambut.
  7. Menyela-nyela rambut dengan menggunakan jari-jari tangan.
  8. Mengguyur air ke seluruh tubuh dimulai dari sisi kanan hingga dilanjutkan dengan sisi kiri.
  9. Mandi wajib telah selesai.

Demikian pembahasan mengenai doa cara mandi junub, penyebab mandi junub, hingga tata cara melakukan mandi junub.

Pastikan untuk melakukan tata cara mandi junub dengan benar agar tubuh suci dari hadas dan ibadah kita bisa diterima oleh Allah. Semoga informasi ini bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Sholat Tahajud: Arab, Latin dan Artinya



Jakarta

Sholat tahajud menjadi salah satu amalan sholat malam yang dianjurkan Rasulullah SAW. Usai mendirikan sholat tahajud, sempatkan diri untuk membaca doa yang diajarkan Rasulullah SAW.

Sholat tahajud merupakan amalan yang dapat ditunaikan sebagai ungkapan rasa syukur, mempertebal keimanan ataupun sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Anjuran sholat tahajud bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra Ayat 79


وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

Doa Sholat Tahajud

Dalam Kitab Super Lengkap Panduan Belajar Shalat, Doa & Zikir oleh Ustaz A Solihin As Suhaili, dijelaskan doa yang bisa dibaca usai sholat tahajud. Doa ini rutin dibaca Rasulullah SAW.

اَللّٰهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَالِكُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

اَللّٰهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Arab latin: Allahumma lakal hamdu Anta qayyimus sawamati wal ardhi wa man fihinn. Wa lakal hamdu anta malikus samawati wal ardhi wa man fihin. Wa lakal hamdu anta nurussamawati wal ardhi wa man fahihin wa lakal hamdu antal haqq wa wa’dukal haq, wa liqauka haqq, wa qauluka haq, wal jannatu haqq, wan naru haqq, wannabiyyuna haqq, Muhammadun shallalahu ‘alahi wa sallama haqq, wassa’atu haqq.

Allahuma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khashamtu wa ilaikan hakamtu, faghfirli, ma qaddamtu, wama akkhartu, wama asrartu, wama a’lantu, wama anta a’lamu bihi minni, antal muqaddimu wa antal muakhiru, la ilaha illa anta, wala hawla wala quwwata illa billah.

Artinya: “Ya Allah! Bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala segala puji, Engkau yang mengurusi langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji Bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta seisi-nya.

Bagi-Mu segala puji Engkau (Allah) benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, bertemu dengan-Mu benar, surga adalah benar, neraka adalah benar, para nabi adalah benar, Muhammad adalah benar, hari kiamat adalah benar.

Ya Allah, kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal, Kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku kembali (bertaubat), dengan pertolongan-Mu aku berdebat (kepada orang-orang kafir), kepada-Mu (dan dengan ajaran-Mu), aku menjatuhkan hukum.

Ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Engkau.”

Pada dasarnya sholat malam, termasuk sholat tahajud boleh dikerjakan pada awal malam yaitu setelah salat isya, atau pertengahan atau akhir malam sesuai dengan kesanggupan dan kondisi setiap muslim. Akan tetapi yang lebih utama adalah dilakukan pada
sepertiga akhir malam.

Manfaatkan momen ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niatkan secara ikhlas semata-mata hanya mengharapkan ridho Allah SWT.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sholawat Jibril, Salah Satu Amalan Penarik Rezeki



Jakarta

Sholawat Jibril adalah salah satu amalan yang disebut bisa mendatangkan rezeki. Sholawat ini pertama kali diucapkan langsung oleh Malaikat Jibril.

Disebutkan dalam buku Kita Harus Bershalawat karya Dian Erwanto, Malaikat Jibril awalnya mengajarkan sholawat ini kepada Nabi Adam AS. Beberapa pendapat menyebut, sholawat ini dijadikan mahar Nabi Adam AS untuk menikahi Hawa. Namun, detikHikmah belum menemukan hadits shahih tentang hal ini.

Beberapa keutamaan membaca sholawat Jibril antara lain akan dicintai semua orang dan dibukakan 70 pintu rahmat. Hal ini bersandar pada riwayat Imam Sya’rani bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,


“Barang siapa membaca sholawat ini (shallallaahu ‘alaa Muhammad), maka ia telah membuka 70 pintu rahmat untuk dirinya dan Allah akan menitipkan cinta-Nya pada hati manusia sehingga mereka tidak akan marah kepadanya, kecuali orang yang menyimpan kemunafikan di dalam hatinya.”

Selain itu, menurut M. Syukron Maksum dan A Fathoni el Kaysi dalam buku Rahasia Sehat Berkah Shalawat, membaca sholawat Jibril diiringi dengan banyak istighfar pada pagi dan siang juga dapat menjadi zikir untuk memohon kelancaran rezeki.

Berikut bacaan sholawat Jibril sebagai salah satu amalan untuk mendatangkan rezeki sebagaimana tercantum dalam buku tersebut dan arsip detikHikmah.

Bacaan Sholawat Jibril

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد

Bacaan latin: Shallallaahu ‘alaa Muhammad

Artinya: “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad.”

Adapun, untuk versi panjang sebagai berikut,

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Bacaan latin: Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad wa’alaa aali sayyidinaa muhammad wasallim tasliima

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan atas Nabi Muhammad dan keluarganya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Anjuran Bersholawat kepada Nabi

Anjuran untuk bersholawat sendiri telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al Ahzab: 56)

Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, yang dimaksud sholawat dari Allah SWT dalam ayat di atas adalah pujian-Nya kepada Nabi SAW di kalangan para malaikat, sedangkan sholawat dari para malaikat adalah doa mereka untuknya. Pendapat ini mengacu pada riwayat Imam Bukhari.

Imam Bukhari turut meriwayatkan bacaan sholawat Nabi Muhammad SAW dari Ka’b ibnu Ujrah yang menanyakannya kepada Rasulullah SAW. Sholawat ini dikenal dengan sholawat Ibrahimiyah. Berikut bacaannya,

اللَّهُمَّ، صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، [كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ، بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ] كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan sholawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung”

Imam an-Nawawi mengatakan dalam Kitab al-Adzkar, sholawat yang harus dibaca adalah Allahumma shalli ala Muhammad (Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad) atau bisa juga membaca bacaan sholawat Jibril (Shallallaahu ‘alaa Muhammad). Selain itu, bisa juga mengucapkan Shallallah ala Rasulih (Semoga Allah melimpahkan sholawat kepada utusan-Nya) atau Shallallah ala An-Nabi (Semoga Allah melimpahkan sholawat kepada Sang Nabi).

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com