Tag Archives: Al-Quran

Dalil Tentang Saling Memaafkan Kesalahan Orang Lain



Jakarta

Memaafkan orang lain merupakan salah satu sifat muslim yang terpuji. Sebagai makhluk yang tidak sempurna, manusia kerap kali berbuat khilaf. Apabila seseorang yang khilaf memiliki kemauan untuk meminta maaf dan bertaubat, maka dianjurkan untuk memaafkan.

Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok yang lemah lembut, penyayang, lagi penyabar. Rasulullah SAW tidak pernah mengutamakan emosi sesaat dan tidak menuruti nafsu amarahnya.

Mengutip buku Mutiara Hadis Qudsi oleh Ahmad Abduh Iwadh, Aisyah RA pernah ditanya mengenai akhlak Rasulullah SAW, maka ia menjawab, “Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan, melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain.” (HR Ibnu Hibban).


Ayat Al-Qur’an Tentang Memaafkan Kesalahan Orang Lain

1. Surat Ali Imran ayat 134

Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 134 juga menyebut bahwa sikap memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa. Allah berfirman,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,”

2. Surat Al A’raf ayat 199

Selain itu, sikap pemaaf yang harus dimiliki umat muslim secara tegas dijelaskan dalam firmanNya surat Al A’raf ayat 199. Berikut bacaannya,

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”

3. Surat Al Hijr ayat 85

وَمَا خَلَقْنَا السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّۗ وَاِنَّ السَّاعَةَ لَاٰتِيَةٌ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيْلَ

Artinya: Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Sesungguhnya kiamat pasti akan datang. Maka, maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.

4. Surat As Syura ayat 40

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.

5. Surat As Syura ayat 43

وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ࣖ

Artinya: Akan tetapi, sungguh siapa yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.

Hadits Tentang Memaafkan Kesalahan Orang Lain

1. HR Muslim

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم قَالَ : مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. رواه مسلم وغيره

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).”

2. HR Al Anshari

“Orang yang paling penyantun di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya.” (HR Al Anshari)

Istilah memaafkan dalam bahasa Arab sendiri adalah Al ‘Afwu. Artinya secara bahasa adalah melewatkan, membebaskan, meninggalkan pemberian hukuman, menghapus, dan meninggalkan kekasaran perilaku.

Sementara itu, secara istilah Al ‘Afwu juga dapat bermakna menggugurkan (tidak mengambil) hak yang ada pada orang lain. Hal ini menjadi bukti mulianya sikap pemaaf, sebagaimana dilansir dari buku Berdakwah dengan Hati yang ditulis oleh Syaikh Ibrahim bin Shalih bin Shabir Al-Maghdzawi

3. HR Bukhari dan Ad Dailami

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( أفضل الإيمان الصبر و السماحة )) (صحيح) (فر،تخ،حم)

Artinya: Rasulullah SAW bersabda, “Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada.”

4. HR At Thabrani

اسمحوا يسمح لكم

Artinya: “Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah).”

Demikian dalil-dalil yang menjelaskan dan juga menganjurkan seorang muslim untuk menjadi sosok yang bersabar dan mau memaafkan kesalahan orang lain. Rasulullah SAW sebagai suri tauladan telah mencontohkan akhlak baik tersebut untuk diikuti oleh para umatnya.

Mumpung masih dalam suasana Idul Fitri, manfaatkan momen ini sebagai ajang meminta maaf dan juga memaafkan.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Doa Pembuka dan Penutup Acara dari Hadits dan Al-Qur’an



Jakarta

Acara atau majelis dalam Islam adalah ajang bertemunya orang-orang dengan tujuan suatu hal. Sama seperti kita yang harus selalu mengingat dan berdoa kepada Allah SWT dalam melaksanakan segala suatu hal. kita tentunya perlu membaca doa pembuka dan penutup acara.

Mengutip buku Doa Para Nabi dan Rosul oleh Nurul Huda, salah satu bacaan doa pembuka acara dapat diambil dari potongan ayat Al-Qur’an yakni surah Al A’raf ayat 43. Adapun beberapa doa pembuka acara yang dapat diamalkan sama seperti ketika membuka majelis adalah sebagai berikut.

Doa Pembuka Acara

1. Doa Pembuka Majelis

… الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَننَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِهْتَدِى لَوْلَا أَنْ هَدَيْنَا اللَّهُ …


Arab Latin: “Alḥamdu lillāhil-lażī hadānā lihāżā, wa mā kunnā linahtadiya lau lā an hadānallāh”

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (QS Al A’raf: 43)

2. Doa Pembuka Majelis Versi Panjang

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . أَمَّا بَعْدُ

Arab Latin: “Innal hamdalillaah, nahmaduhuu, wa nasta’iinuhu, wa nastagh-firuh. Wa na’uudzu billaahi min syuruuri anfusinaa, wa min sayyi-aati a’maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudh-lil falaa haadiya lah. Wa asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, wa anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Ammaa ba’du.”

Artinya: “Segala puji hanya kepada Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.”

Dijelaskan melalui sebuah hadits bahwa bacaan doa atau pengantar khutbah ini dapat dibaca saat ada hajat, melakukan akad nikah, membuka pengajian/majelis, atau menyampaikan khutbah Jumat. (HR Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majad, dan Nasa’i)

Setelah selesai acara atau majelis, bisa ditutup dengan doa penutup acara agar dimaafkan dari kekhilafan selama acara. Doa tersebut adalah sebagai berikut.

Doa Penutup Acara

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

Arab Latin: “Subhaanakallaahumma wa bi-ḥamdika, asyhadu allaa Ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilayka.”

Artinya: “Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (Yang berhak disembah) kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu.”

Penjelasan dari doa penutup majelis ini adalah berdasarkan sebuah hadits dimana Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang duduk di suatu majelis dan di dalamnya terdapat banyak perkataan yang hampa dan tidak berguna, kemudian ia membaca doa ini, maka keburukan yang ia lakukan di majelis tersebut diampuni.” (HR Tirmidzi)

Dalam sebuah acara, mungkin ada banyak perkataan, informasi, bahkan perbuatan yang mungkin kurang sesuai dengan kehendak orang lain atau dengan Allah SWT yang mungkin membuat-Nya tidak ridha. Dikutip dari arsip detikcom, ada etika dan tata cara yang perlu diperhatikan ketika sedang berdoa pembuka maupun penutup acara.

Etika dan Tata Cara Berdoa Penutup dan Pembuka Acara

1. Menghadap ke arah kiblat.

2. Mengangkat kedua tangan (sikap berdoa).

3. Memulai doa dengan memuji, mengagungkan asma Allah SWT, dan membaca shalawat atas Nabi.

4. Tadlarru’ (tunduk dan merendahkan diri) dan dengan suara sedang. Hal ini sesuai dengan surah Al A’raf ayat 55 yaitu,

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ – ٥٥

Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

5. Menggunakan kalimat yang pasti serta tidak mengandai-andai.

6. Menghindari kalimat yang menimbulkan kecelakaan atau bencana.

7. Mengulangi doa sampai tiga kali.

8. Merangkai kalimat dengan asmaul husna dan kalimat tauhid.

9. Menutup doa dengan sholawat dan tahmid.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa untuk Pengantin Baru Sesuai Sunnah Lengkap



Jakarta

Doa untuk pengantin baru adalah doa yang dimaksudkan untuk memohon kepada Allah SWT agar pernikahan pengantin baru tersebut menjadi berkah. Doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT juga diharapkan menjadi pemandu yang mengiringi langkah baru insan manusia yang baru menikah agar menjadi penopang ibadah yang lebih lagi dibandingkan semasa lajang.

Dengan membina rumah tangga, Allah SWT akan memberikan rezeki yang berkecukupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah An Nur ayat 32 yang berbunyi,

وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ


Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Kumpulan Doa untuk Pengantin Baru

Ada doa yang diucapkan kepada pengantin dengan beberapa peruntukan. Dikutip dari buku Doa dan Zikir Makbul karya Abu Hurairah Abdul Salam, berikut adalah beberapa di antaranya,

1. Doa untuk Pengantin

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Arab Latin: “Baarokalaahu laka wabaaroka ‘alaika wajama’a bainakumaa fii khoirin.”

Artinya: “Semoga Allah Memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, dan semoga Allah menyatukan kalian berdua dalam kebaikan.”

2. Doa Pengantin Pria kepada Pasangannya

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Arab Latin: “Alaahumma inni as-aluka khoirohaa, wakhoiro maa jabaltahaa ‘alaihi, wa-a’uuzubika min syarrihaa, wasyarrimaa jabaltahaa ‘alaihi.”

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan perempuan atau budak ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejelekan perempuan atau budak ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.”

Ada doa lain yang bisa diamalkan juga dijelaskan dalam Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi. Berikut beberapa di antaranya.

3. Doa untuk Pengantin Lainnya

Surah Ar Rum ayat 21 adalah salah satu doa yang bisa dipanjatkan oleh pasangan pengantin baru. Doa ini bisa dijadikan sebagai permohonan agar pasangan pengantin memiliki rumah tangga yang baik.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

4. Doa Memohon Berkah bagi Pengantin

Doa memohon berkah sekaligus menggapai ridha Allah SWT adalah termaktub dalam surah Al Mumtahanah ayat 12 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِذَا جَاۤءَكَ الْمُؤْمِنٰتُ يُبَايِعْنَكَ عَلٰٓى اَنْ لَّا يُشْرِكْنَ بِاللّٰهِ شَيْـًٔا وَّلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِيْنَ وَلَا يَقْتُلْنَ اَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِيْنَ بِبُهْتَانٍ يَّفْتَرِيْنَهٗ بَيْنَ اَيْدِيْهِنَّ وَاَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِيْنَكَ فِيْ مَعْرُوْفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Wahai Nabi, apabila perempuan-perempuan mukmin datang kepadamu untuk mengadakan baiat (janji setia) bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, terimalah baiat mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

5. Doa untuk Pengantin dari Rasulullah

Mengutip riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW mendoakan untuk pengantin yang baru menikah sebagai berikut.

بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Artinya: “Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan.” (HR Abu Dawud)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Hadits Sholat Tepat Waktu sebagai Amalan yang Dicintai Allah SWT



Jakarta

Sholat fardhu lima waktu dikerjakan pada waktu-yang ditetapkan Allah SWT. Untuk itu, ada sejumlah riwayat yang menekankan tentang pentingnya mengamalkan sholat lima waktu.

Dikutip dari buku Waktu Shalat karya Ahmad Sarwat, Lc, MA, sholat dianggap tidak sah bila dikerjakan di luar waktu yang ditetapkan. Sholat dikerjakan telat atau terlalu cepat dengan sengaja tanpa unsur syar’i.

Perintah melaksanakan sholat tepat waktu termaktub dalam firman Allah surah An Nisa ayat 103 yang berbunyi,


فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Hadits tentang Sholat Tepat Waktu

1. Hadits Pertama

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

Artinya: “Siapa saja yang menjaga sholat maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan pada hari kiamat. Sedangkan, siapa saja yang tidak menjaga sholat, dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan. Dan pada hari kiamat nanti, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad)

2. Hadits Kedua

Dari Abdullah bin Mas’ud RA,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ ؟ قَالَ : الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا . قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ , قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ , قَالَ : حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

Artinya: “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku (Abdullah bin Mas’ud) mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.” (HR Bukhari)

Keutamaan sholat tepat waktu turut dijelaskan Khalifah Usman bin Affan. Dikutip dari buku Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur penulis Anwar Sani, Tarmizi As-Shiddiq, dan Ahmad Jameel menjelaskan sembilan keutamaan sholat tepat waktu. Berikut keutamaan sholat tepat waktu:

  • Dicintai Allah SWT
  • Badannya senantiasa sehat
  • Dijaga oleh malaikat
  • Diturunkan berkah untuk rumahnya
  • Mukanya akan keliahtan tanda orang yang shaleh
  • Allah akan melembutkan hatinya
  • Dapat melalui jembatan Shiratal Mustaqim layaknya seperti kilat
  • Akan diselamatkan dari api neraka
  • Allah menempatkannya ke dalam golongan orang-orang yang tidak takut dan bersedih

Melansir dari buku Fikih Empat Madzhab Jilid 1 karya Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, sholat fardhu terdiri dari waktu Zuhur (tengah hari) dan menjadi sholat pertama yang dilakukan rasul, waktu Ashar (sore hari), waktu Maghrib (saat tenggelamnya matahari), waktu Isya (malam hari), dan waktu Subuh (pagi hari).

Perintah untuk melaksanakan sholat fardhu ini termaktub dalam surah Al-Isra ayat 78 yang berbunyi,

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Artinya: “Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula sholat) Subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”

Rasulullah SAW juga pernah menyebutkan bahwa melaksanakan sholat fardhu lima waktu diibaratkan sebagai pencuci dosa manusia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »

Artinya: “Jika seandainya ada aliran sungai mengetuk pintu kalian untuk mencuci rumah kalian lima kali dalam sehari, apakah mungkin masih ada kotoran yang tersisa?” Para sahabat menjawab, “Tidak mungkin ada kotoran yang tersisa.” Lalu Nabi bersabda, “Begitu juga halnya dengan sholat lima waktu, Allah akan menghapus dosa kalian dengan sholat-sholat tersebut,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan An-Nasa’i)

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits yang Menjelaskan Pentingnya Perilaku Toleransi dalam Islam



Jakarta

Toleransi secara bahasa dapat diartikan sebagai sikap menghargai pendirian orang lain. Dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai hadits yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi khususnya dalam Islam.

Sebelumnya, diketahui bahwa toleransi dalam Islam juga dikenal sebagai Tasamuh. Meskipun menghargai, namun bukan berarti membenarkan atau bahkan mengikuti pendirian orang lain.

Menurut buku Antologi Hadits Tarbawi tulisan Anjali Sriwijbant dkk, toleransi harus dideskripsikan secara tepat lantaran toleransi yang disalah artikan dapat merusak agama itu sendiri. Islam sebagai ajaran yang total atau kaffah sudah pasti mengatur dengan penuh mengenai batas antara muslim dan non muslim seperti Islam mengatur batas antara laki-laki dan perempuan.


Toleransi dalam Islam artinya adalah menghormati tanpa harus melewati aturan agama Islam itu sendiri. Hadits yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi sendiri termuat dalam sebuah riwayat yang mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang toleran.

Adapun bunyi dari hadits tersebut adalah sebagai berikut,

عَن ابْنِ عَبَّاس قَالَ قَبْلَ لرَسُول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمُ أَي الْأُذُونَ أَحَبُّ أَلى الله قَالَ الْحَنيفيَّة السَّفْحَة

Artinya: “Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu ia berkata, ditanyakan kepada Rasulullah SAW yaitu, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?”maka beliau bersabda: “Al-Hanafiyah As-Sambah (yang lurus lagi toleran).” (HR Bukhari)

Bahkan toleransi antar umat beragama ini juga termaktubkan dalam firman-Nya surah Al Kafirun ayat 5 yaitu,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

Arab Latin: Lakum dīnukum wa liya dīn

Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Selain toleransi dengan orang selain muslim, antar sesama muslim juga membutuhkan toleransi. Toleransi ini dapat memperkokoh umat muslim dan Islam itu sendiri.

Hadits mengenai keterangan ini terdapat pada sebuah ungkapan yang diriwayatkan oleh Abi Musa Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya: “Hubungan orang mukmin dengan orang mukmin yang lain bagaikan satu bangunan yang saling memperkokoh satu sama lain.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sedangkan, secara umum setiap manusia yang berbuat sesuatu itu sudah diketahui Allah SWT akan apa maksud dari tindakannya tersebut. Allah SWT telah mewanti-wanti kita sebagai umat yang beriman kepada-Nya untuk mengatakan kepada orang yang sekiranya berbeda prinsip yaitu, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu terlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku pun terlepas diri dari apa yang kamu kerjakan.”

Keterangan di atas didapatkan dari Al-Qur’an surah Yunus ayat 40-41 yang berbunyi sebagai berikut,

وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ(40 ࣖ

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ(41

Artinya: “Di antara mereka ada orang yang beriman padanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak beriman padanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.Jika mereka mendustakanmu (Nabi Muhammad), katakanlah, ‘Bagiku perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kamu berlepas diri dari apa yang aku perbuat dan aku pun berlepas diri dari apa yang kamu perbuat.'”

Begitulah sekilas pembahasan kali ini mengenai hadits yang menjelaskan pentingnya perilaku toleransi sekaligus beberapa ayat yang juga menjelaskannya. Semoga tulisan kali ini dapat menambah pemahaman kita mengenai toleransi sekaligus keimanan kita. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Ibrahim untuk Anaknya yang Terabadikan dalam Al-Qur’an



Jakarta

Nabi Ibrahim AS pernah memanjatkan doa kepada Allah SWT semasa menanti kehadiran anaknya. Doa Nabi Ibrahim kepada anaknya tersebut kemudian terabadikan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an.

Semasa hidupnya, Nabi Ibrahim diberikan ujian oleh Allah SWT dengan kesulitan mendapatkan keturunan. Dikisahkan dalam buku Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Quran karya Akmal Rizki Gunawan Hasibuan, Nabi Ibrahim dan Siti Sarah, istrinya, sudah lama mendambakan kehadiran seorang buah hati. Namun, tidak kunjung juga datang pada mereka.

Hingga tibalah waktunya saat Sarah sudah merasa tua serta dalam kondisi usia yang tidak mungkin untuk hamil dan beranak. Ia memberi saran pada suaminya untuk menikahi Siti Hajar, seorang wanita yang jujur, setia, dan baik hati.


Hal itu dengan tujuan semata-mata agar Hajar melahirkan seorang keturunan yang akan melanjutkan tugas sang suami sebagai Nabi. Sebaliknya, Nabi Ibrahim justru memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan tujuan agar memiliki keturunan yang tumbuh menjadi seorang yang saleh, taat, sekaligus membantunya dalam menyiarkan dakwah.

2 Doa Nabi Ibrahim untuk Anaknya dalam Al-Qur’an

1. Surah As Saffat Ayat 100

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Bacaan latin: Rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang sholeh.”

2. Surah Ibrahim Ayat 35 dan 40

(35) رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
(40) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Bacaan latin: …Rabbij’al hāżal-balada āminaw wajnubnī wa baniyya an na’budal-aṣnām. Rabbij’alnī muqīmaṣ-ṣalāti wa min żurriyyatī rabbanā wa taqabbal du’ā

Artinya: “…Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”

Mengutip buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Allah SWT memenuhi keinginan Nabi Ibrahim AS tersebut. Atas izinNya, Nabi Ibrahim dianugerahi keturunan yang sholeh untuk mewariskan kenabian dan menyebarkan dakwah.

Anak-anak Nabi Ibrahim tersebut yang kini dikenal sebagai Nabi Ismail AS dan Nabi Ishak AS. Nabi Ibrahim pun ucapkan syukur kepada Allah atas terkabulnya doanya.

Nabi Ishak AS lahir dari istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah. Sementara Nabi Ismail AS lahir dari istri keduanya yang dari seorang budak yakni Siti Hajar.

Mengutip buku Fikih Pendidikan Anak: Membentuk Kesalehan Anak Sejak Dini karya Musthafa al-‘Adawy dan Faisal Saleh, Rasulullah SAW dalam haditsnya juga melarang orang tua untuk mendoakan keburukan kepada anaknya. Doa buruk tersebut dikhawatirkan terkabul dibandingkan doa tentang kebaikannya.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Begini Ciri Rezeki yang Mendatangkan Azab, Hati-hati Ya!



Jakarta

Rezeki adalah titipan Allah SWT kepada manusia, tidak hanya kepada yang beriman tapi juga kepada mereka lalai dan berbuat ingkar kepada-Nya. Untuk itu, ada sejumlah ciri rezeki yang justru mendatangkan azab.

Sejatinya, rezeki yang Allah SWT berikan adalah ditujukan kepada setiap siapa pun yang Dia kehendaki. Kenikmatan rezeki ini bisa menjadi azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering lalai dalam ibadah dan bersenang-senang dalam kemaksiatannya.

Dalam Islam, rezeki yang bisa mendatangkan azab ini bisa dikatakan sebagai istidraj. Mengenai istidraj ini disinggung Allah SWT dalam firman-Nya yaitu Al-Qur’an tepatnya surah Al Qalam ayat 44 yang berbunyi,


فَذَرْنِيْ وَمَنْ يُّكَذِّبُ بِهٰذَا الْحَدِيْثِۗ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Arab Latin: “Fażarnī wa may yukażżibu bihāżal-ḥadīṡi sanastadrijuhum min ḥaiṡu lā ya’lamūn(a).”

Artinya: “Biarkan Aku bersama orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Kelak akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (menuju kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.”

Selain itu, dijelaskan juga dalam Surah Al-An’am ayat 44 yang berbunyi,

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ

Arab Latin: “Falammā nasū mā żukkirū bihī fataḥnā ‘alaihim abwāba kulli syai'(in), ḥattā iżā fariḥū bimā ūtū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisūn(a).”

Artinya: “Maka, ketika mereka melupakan peringatan yang sudah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan pintu-pintu segala sesuatu (kesenangan) untuk mereka, sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.”

Ciri Rezeki yang Mendatangkan Azab

Dikutip dari buku Tasawuf Akhlaki: Ilmu Tasawuf yang Berkonsentrasi dalam Perbaikan Akhlak oleh Dr. H. Abd. Rahman, dijelaskan bahwa pemilik istidraj ini biasanya merasa selalu bahagia meskipun diterpa kejadian-kejadian aneh yang terjadi kepadanya. Orang-orang ini mengira bahwa ia mendapatkan rezeki atau karamah karena ia berhak untuk memilikinya.

Lantaran dari sifat ini, Dr. H. Abd. Rahman menjelaskan, mereka biasa untuk merendahkan sesama, sombong, selalu merasa aman dari azab Allah SWT, tidak merasa takut akan kemungkinan hukuman Allah yang bisa menimpanya.

Ciri lain yang dapat diperhatikan adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Quraish Shihab dalam buku Hidup Bersama Al Quran 1, jika seseorang semakin buruk kualitas dan kuantitas ibadahnya karena tidak ikhlas, banyak berbuat maksiat baik kepada Allah SWT maupun sesama manusia. Namun, ia mendapatkan rezeki yang banyak, kesenangan hidup, sehat dan tidak pernah celaka, maka bisa jadi itu adalah sebuah istidraj baginya.

Allah SWT juga berjanji akan menariknya dalam kebinasaan seperti dijelaskan dalam firman-Nya surah Al Mu’minun ayat 55-56:

اَيَحْسَبُوْنَ اَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهٖ مِنْ مَّالٍ وَّبَنِيْنَ ۙ نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِۗ بَلْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

Artinya: “Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.”

Begitulah sekilas pembahasan kali ini mengenai ciri rezeki yang mendatangkan azab. Semoga pembahasan kali ini dapat menambah wawasan kita dan membuat kita dapat terhindar dari istidraj. Naudzubillah min dzalik.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

9 Doa untuk Anak dari Orang Tua, Singkat dan Mudah Dihapalkan


Jakarta

Doa untuk anak adalah bentuk kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Doa dari orang tua yang dipanjatkan pada Allah SWT ini didengar dan Insya Allah dikabulkan.

Ada berbagai bentuk doa untuk anak seiring banyaknya harapan orang tua. Berikut beberapa contohnya dikutip dari buku Indahnya Pernikahan dan Rumahku, Surgaku oleh Ade Saroni dan Kitab Doa Mustajab karya Ustadz Amrin Ali Al-Kasya.

9 Doa untuk Anak dari Orang Tua

Dikutip dari buku Doa-doa Mustajab Orang Tua untuk Anaknya oleh Aulia Fadhil, orang tua dianjurkan mendoakan semua hal yang baik. Karena, doa untuk anak dari orang tua hampir pasti dikabulkan Allah SWT.


1. Doa untuk Anak Menjadi Sholeh dan Sholeha

Doa untuk anak agar menjadi sholeh dan sholeha ini sering dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim dalam QS Ash Shaffaat ayat 100, yaitu:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Robbi hablii minash shoolihiin.
Artinya: Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.

Ada juga jenis doa untuk anak agar menjadi sholeh dan sholeha versi lebih panjang dan lengkap, yaitu:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ أَوْلَادَنَا أَوْلَادًا صَالِحِيْنَ حَافِظِيْنَ لِلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ فُقَهَاءَ فِى الدِّيْنِ مُبَارَكًا حَيَاتُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

Allahummaj’al auladana auladan sholihin haafizhiina lil qur’ani wa sunnati fuqaha fiddiin mubarokan hayatuhum fiddunya wal akhirah.
Artinya: Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang sholeh lagi sholeha, orang yang hafal Al Quran dan sunnah, orang yang paham agama, diberkahi kehidupannya di dunia dan di akhirat.

2. Doa untuk Anak yang Baru Lahir

أُعِيْذُهُ بِالوَاحِدِ الصَّمَدِ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِى حَسَدٍ

A’uudzuhu (haa) bilwaahidish shamadi min syarri kulli dzii hasadin.
Artinya: Ya Allah Yang Maha Esa, tempat semua orang meminta, aku mohon perlindunganMu untuk anakku dari segala kejahatan orang yang dengki.

3. Doa untuk Anak Sukses Dunia dan Akhirat

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Rabbana waj’alna muslimaini laka wa min dzurriyyatinaa ummatan muslimatan laka wa arina manasikana watub alaina, innaka antat-tawwabur-rahim.
Artinya: Ya Tuhan kami, jadikanlah kamu berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kami cara dan tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al Baqarah: 128).

4. Doa untuk Anak Dijauhkan dari Segala Bentuk Penyakit

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شَافِىَ إِلاَّ أَنْتَ ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا

Allahumma rabban naas mudzhibal ba’si isyfi antasy-syaafii laa syafiya illa anta syifaa an laa yughaadiru saqaman.
Artinya: Ya Allah Ya Tuhanku, Tuhan seluruh manusia. Hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan sebab Engkau adalah penyembuh. Tak ada yang mampu menyembuhkan penyakit kecuali Engkau dengan kesembuhan tanpa menyisakan rasa sakit.

5. Doa untuk Anak Kecil Supaya Patuh

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Wallazina yaquluna rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun waj’alna lil-muttaqina imama.
Artinya: Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,”. (QS Al Furqan: 74).

6. Doa untuk Anak yang Beranjak Dewasa

اَللَّهُمَّ امْلَأْ قُلُوْبَ أَوْلَادِنَا نُوْرًا وَحِكْمَةً وَأَهْلِهِمْ لِقَبُوْلِ نِعْمَةٍ وَاَصْلِحْهُمْ وَاَصْلِحْ بِهِمُ الْأُمَّةَ

Allahumma-la’ quluuba aulaadinaa nuuron wa hikmatan wa ahlihim liqobuli ni’matin wa ashlih-hum wa ashlih bihimul ummah.
Artinya: Ya Allah, isilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-hamba-Mu yang layak untuk menerima nikmat-Mu, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka.

7. Doa untuk Anak Menjadi Patuh pada Ibu

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَوْلَادِي وَلَا تَضُرَّهُمْ وَوَفِّقْهُمْ لِطَاعَتِكَ وَارْزُقْنِي بِرَّهُمْ

Allahumma barikli fii auladi, wa la tadhuurhum, wa waffiqhum li tho’atika, warzuqna birrohum.
Artinya: Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepada-Mu dan karuniakanlah hamba rejeki berupa bakti mereka.

8. Doa untuk Anak dalam Kelancaran Berbicara

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Rabbisyrahli shadrii, wayassirlii amrii, wahlul ‘uqdatammillisaanii, yafqohuu qoulii.
Artinya: Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku. (QS Thaha: 25-28).

9. Doa untuk Anak Bayi Baru Lahir agar Diberi Pemahaman Agama yang Baik

اَللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ

Allahumma faqqih hu fid diini wa ‘allimhu ta’wiila.
Artinya: Ya Allah berikanlah kepahaman baginya dalam urusan agama dan ajarkanlah dia takwil (tafsir ayat-ayat Al Quran).

Itulah beberapa macam doa untuk anak yang bisa dipanjatkan oleh setiap orang tua kepada Allah SWT. Seperti yang sudah dijelaskan, doa orang tua sangat mudah dimustajab Allah SWT. Karena itu, doa untuk anak harus dipanjatkan dengan niat baik.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Hadits Orang yang Enggan Masuk Surga, Siapa Mereka?



Jakarta

Rasulullah SAW dalam haditsnya pernah menyebutkan kelompok orang-orang yang enggan masuk ke surga milik Allah SWT. Siapakah orang-orang tersebut?

Hadits yang dimaksud bersumber dari Abu Hurairah RA yang pernah mengutip sabda Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Bukhari dengan sanad shahih dalam Kitab Al I’tisham bil Kitab wa As Sunnah berikut bunyinya.

أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أَبَى». قيل: ومَنْ يَأْبَى يا رسول الله؟ قال: «من أطاعني دخل الجنة، ومن عصاني فقد أَبَى»


Artinya: “Seluruh umatku masuk surga, kecuali orang yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang enggan itu?” Beliau bersabda, “Barang siapa yang taat kepadaku ia pasti masuk surga, dan barang siapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah enggan masuk surga.” (HR Bukhari)

Orang-orang yang enggan masuk surga adalah mereka yang enggan menaati perintah rasul. Menurut Kitab Fathul Bari, orang-orang yang enggan masuk surga dalam hadits tersebut dapat terdiri dari golongan kafir maupun muslim.

Golongan kafir yang enggan masuk surga disebutkan tidak akan masuk surga sama sekali. Sementara, bagi muslim disebutkan akan melalui proses yang lama terlebih dahulu sebelum masuk surga.

“Jika dia itu muslim maka maksudnya dia tidak akan masuk surga beserta orang-orang yang pertama memasukinya. Jadi dia bakal masuk tapi ada proses dulu yang membuat masuknya lambat,” demikian penjelasannya yang diterjemahkan oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah (PISS) KTB dalam buku Tanya Jawab Islam.

Mengenai perintah taat kepada rasul sejatinya sudah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Salah satunya dalam surah Ali Imran ayat 32,

قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْكَٰفِرِينَ

Artinya: Katakanlah: “Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”

Selain itu, disebutkan pula dalam surah An Nisa ayat 80. Allah SWT berfirman,

مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ

Artinya: “Siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai pemelihara mereka.”

Disebutkan dalam Tafsir Tahlili terbitan Kemenag, menaati rasul tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan syirik atau mempersekutukan Allah SWT. Sebab, rasul adalah utusan Allah SWT yang mengemban perintah-Nya.

Taat kepada Rasulullah SAW

Menurut surat Al Hasyr ayat 7, taat kepada rasul adalah mengikuti apa yang diajarkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Allah SWT berfirman,

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟

Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.”

Menaati Rasulullah dapat dilakukan dengan menjalankan apa yang menjadi syariatnya. Dalam Islam, ada banyak ibadah yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan rasul.

Ibadah ini bisa dilakukan dalam usaha menjadi salah satu umat Rasulullah SAW yang pasti masuk surga. Tentunya saat melakukan ibadah, tiap muslim harus taat pada rukun dan syaratnya.

Berikut beberapa amalan yang diperintahkan Rasulullah SAW adalah salat, puasa, zakat, membaca Al-Qur’an, mengingat Allah SWT baik di waktu lapang maupun sempit, hingga membaca sholawat sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Ahzab ayat 56 sebagai berikut.

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Artinya:”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Hadits Sedekah Jumat, Ganjaran Pahala Berlipat Ganda



Jakarta

Amalan sedekah dianjurkan untuk diamalkan pada hari Jumat. Sebab, hari Jumat disebut dalam hadits sedekah Jumat sebagai momen pelipatgandaan pahala.

Hadits tersebut bersumber dari Kitab Al Umm Juz 1 karangan Imam Syafi’i. Dalam kitab tersebut disebutkan hadits dari Abdillah bin Abi Aufa yang berbunyi sebagai berikut.

بَلَغَنَا عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى أَنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِنِّي أُبَلَّغُ وَأَسْمَعُ قَالَ وَيُضَعَّفُ فِيهِ الصَّدَقَةُ


Artinya: Telah sampai kepadaku dari Abdillah bin Abi Aufa bahwa Rasulullah bersabda, “Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku di hari Jumat sesungguhnya sholawat itu tersampaikan dan aku dengar.” Rasulullah bersabda, “Dan di hari Jumat pahala bersedekah dilipatgandakan.”

Dalam riwayat lain disebutkan keutamaan melakukan sedekah pada hari Jumat. Salah satunya, “Dan sedekah pada hari itu (Jumat) lebih mulia dibanding hari-hari selainnya.” (HR Ibnu Khuzaimah)

Hadits lainnya menyebutkan, “Dan tidak ada matahari yang terbit dan terbenam pada suatu hari yang lebih utama dibanding hari Jumat. Bersedekah pada hari Jumat lebih besar pahalanya daripada semua hari lainnya.” (HR Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf)

Hari Jumat merupakan hari yang istimewa dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam Islam. Hal ini terbukti dari banyak hadits yang menganjurkan amalan di hari Jumat termasuk sedekah.

Bersedekah pada Jumat di pagi hari dan hari-hari lainnya, maka akan mendapatkan doa dari para malaikat. Dari Abu Hurairah RA, berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Artinya: Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua Malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak.” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sedekah berasal dari bahasa Arab shadaqah yang diambil dari kata sidq (sidiq) dengan makna kebenaran. Menurut peraturan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) No 2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

Adapun keutamaan sedekah sudah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan sabda Rasulullah SAW, salah satunya dalam surah Al Hadid ayat 18. Allah SWT menjanjikan pelipatgandaan balasan bagi mereka yang bersedekah.

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.”

Dalam surat Al Baqarah ayat 254 disebutkan bahwa sedekah termasuk bagian dari ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman,

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَا عَةٌ ۗ وَا لْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim.”

Disebutkan pula dalam sebuah riwayat hadits Bukhari, salah satu keutamaan sedekah adalah dapat menjaga dari siksa api neraka. Berikut bunyi haditsnya,

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقُوا النَّارَ ثُمَّ أَعْرَضَ وَأَشَاحَ ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ ثُمَّ أَعْرَضَ وَأَشَاحَ ثَلَاثًا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Artinya: “Dari Adi bin Hatim mengatakan, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jagalah diri kalian dari api neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma.” Kemudian beliau berpaling dan menyingkir, kemudian beliau bersabda lagi: “Jagalah diri kalian dari neraka”, kemudian beliau berpaling dan menyingkir (tiga kali) hingga kami beranggapan bahwa beliau melihat neraka itu sendiri, selanjutnya beliau bersabda: “Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma, kalaulah tidak bisa, lakukanlah dengan ucapan yang baik.”

Mengutip buku Amalan-amalan Saleh yang Paling Dicintai Allah karangan Abdillah F. Hasan, sedekah juga dapat diberikan kepada orang miskin atau kerabat. Meski demikian, Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan, derajat bersedekah untuk kerabat lebih utama (HR An-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

(rah/dvs)



Sumber : www.detik.com