Tag Archives: al – waqiah

Surat Al Waqiah Pembuka Rezeki, Kapan Sebaiknya Dibaca?


Jakarta

Surat Al Waqiah adalah bacaan yang jika diamalkan secara rutin dapat membuka pintu rezeki muslim. Bahkan, Al Waqiah disebut sebagai surat kekayaan.

Menurut buku Dahsyatnya Ayat-Ayat Pembuka Pintu Rezeki oleh Muhammad Hanafiyah, khasiat dan keajaiban mengamalkan surat Al Waqiah secara rutin adalah baik untuk kebutuhan duniawi maupun ukhrawi. Surat ini dibaca dengan tujuan meraih rezeki sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,

“Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kefakiran selama-lamanya.” (HR Imam Baihaqi)


Kemudian, Ibnu Katsir dalam mengawali penafsirannya tentang surat Al Waqiah mengatakan bahwa Abu Bakar RA berkata,

“Wahai Rasulullah SAW tampak dirimu telah berubah.” Beliau bersabda, “Yang (membuatku) berubah adalah surat Huud, Al Waqiah, Al Mursalat, An Naba dan Asy Syams.” (HR Tirmidzi)

Oleh karenanya, muslim sangat dianjurkan membaca ayat-ayat surat Al Waqiah agar dilancarkan rezekinya. Hal tersebut bahkan juga disebutkan Rasulullah SAW dalam haditsnya.

Waktu Terbaik Membaca Surat Al Waqiah untuk Membuka Rezeki

Dinukil dari kitab Al Adzkar Imam Nawawi yang disusun dan diterjemahkan Ulin Nuha serta buku Intisari Kitab Mujarobat karya Muhammad Ulin Nuha, berikut waktu terbaik membaca surat Al Waqiah bagi muslim.

1. Setiap Malam

Berdasarkan hadits yang disebutkan sebelumnya, membaca surat Al Waqiah setiap malam membuat muslim tidak akan tertimpa kefakiran. Dengan demikian, hendaknya surat Al Waqiah dibaca setiap malam.

Terkait hadits tersebut, Imam Nawawi juga mengatakan bahwa Ibnu Mas’ud menyuruh anak-anaknya membaca surat Al Waqiah setiap malam.

2. Setelah Salat Ashar

Selain itu, ada beberapa pendapat yang menganjurkan untuk membaca surat Al Waqiah 14 kali setelah salat Ashar. Semakin sering muslim membacanya, maka semakin terasa pula khasiat dari surat Al Waqiah.

3. Usai Salat Fardhu

Merujuk pada buku Dahsyatnya Ayat-Ayat Pembuka Pintu Rezeki, surat Al Waqiah bisa diamalkan setelah mengerjakan salat fardhu dan dijadikan doa usai salat fardhu. Pembacaannya harus disertai kekhusyukan dan kesucian hati serta bersungguh-sungguh menghadap Allah SWT.

Doa setelah Membaca Surat Al Waqiah

Setelah membaca surat Al Waqiah, ada doa yang dapat diamalkan muslim. Berikut bacaannya,

اَللَّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِاْليَسَارِ,وَلاَتُوهِنَّابِاْلاِقْتَارِ , فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِيْ رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَخَلْقِكَ وَنَشْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَاوَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَاوَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِذَلِكَ كُلِّهِ اَهْلُ اْلعَطَاءِ وَاْلمَنْعِ . اَللَّهُمَّ كَمَاصُنْتَ وُجْوُ هَنَاعَنِ السُّجُوْدِاِلاَّلَكَ فَصُنَّاعَنِ اْلحاَجَةِاِلاَّاِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ , يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (ثلاثا) اَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahumma shun wujuhana bil yasar wala tuhinna bil iqtar fanastarziqa tholibi rizqika wa nasta’thifa syiroro kholqika wa nasytaghila bihamdi man a’thona wa nubtala bi zammi man mana’ana wa anta min wara-i zalika ahlul ‘atho-i wal man-‘i.

Allahumma kama shunta wujuhana ‘anis sujudi illa laka fa shunna ‘anil hajati illa ilaika bijudika wa karomika wa fadhlika ya arhamar rohimin wa shollallohu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Artinya: “Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kekayaan, dan jangan hinakan kami dengan kemiskinan sehingga kami harus mencari rezeki dari para pencari rezeki-Mu, dan minta dikasihani oleh manusia ciptaan-Mu yang berbudi buruk dan sibuk memuji orang yang memberi kami dan tergoda untuk mengecam yang tidak mau memberi kami. Padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berwenang untuk memberi atau tidak memberi.

Ya Allah, sebagaimana Engkau menjaga wajah kami dari sujud kecuali kepada-Mu, maka jagalah kami dari keperluan selain kepada-Mu, dengan kedermawanan-Mu, kemurahan-Mu, dan karunia-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari siapa pun selain Engkau. Semoga Allah merahmati junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, juga semoga Allah memberi keselamatan.”

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Al-Waqiah Surat ke Berapa? Ini Penjelasannya


Jakarta

Surat Al-Waqiah adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki makna mendalam dan sering diamalkan oleh umat Islam. Isi surat ini mengingatkan tentang dahsyatnya peristiwa hari kiamat serta kebesaran Allah SWT yang tercermin dalam penciptaan manusia, api, dan tumbuhan.

Banyak umat Islam menjadikan Surat Al-Waqiah sebagai amalan harian karena diyakini memiliki berbagai keutamaan. Selain memberikan peringatan tentang kehidupan akhirat, surat ini juga mengajarkan pesan-pesan yang dapat menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia.


Al-Waqiah Surat ke Berapa?

Surat Al-Waqi’ah merupakan surat ke-56 dalam Al-Qur’an dan termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah. Surat ini memiliki kandungan yang kuat tentang keimanan dan kehidupan akhirat.

Terdiri dari 96 ayat, nama Al-Waqi’ah diambil dari kata pada ayat pertamanya yang berarti “Hari Kiamat”. Pemilihan nama ini sesuai dengan tema utama surat yang menggambarkan peristiwa besar tersebut.

Bacaan Surat Al-Waqiah

Bacaan Surat Al-Waqiah menjadi salah satu amalan yang sering dibaca oleh umat Islam, baik dalam rangka ibadah maupun sebagai doa memohon keberkahan. Membacanya dengan penuh penghayatan dapat membantu kita memahami pesan-pesan penting yang terkandung di dalamnya.

Berikut ini adalah bacaan surat Al-Waqiah lengkap dalam tulisan Arab, Latin, dan juga artinya.

إِذَا وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ

iżā waqa’atil-wāqi’ah

1. Apabila terjadi hari kiamat,

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ

laisa liwaq’atihā kāżibah

2. tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.

خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ

khāfiḍatur rāfi’ah

3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),

إِذَا رُجَّتِ ٱلْأَرْضُ رَجًّا

iżā rujjatil-arḍu rajjā

4. apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,

وَبُسَّتِ ٱلْجِبَالُ بَسًّا

wa bussatil-jibālu bassā

5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,

فَكَانَتْ هَبَآءً مُّنۢبَثًّا

fa kānat habā`am mumbaṡṡā

6. maka jadilah ia debu yang beterbangan,

وَكُنتُمْ أَزْوَٰجًا ثَلَٰثَةً

wa kuntum azwājan ṡalāṡah

7. dan kamu menjadi tiga golongan.

فَأَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ

fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah

8. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.

وَأَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ

wa aṣ-ḥābul-masy`amati mā aṣ-ḥābul-masy`amah

9. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ

was-sābiqụnas-sābiqụn

10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ

ulā`ikal-muqarrabụn

11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.

فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ

fī jannātin-na’īm

12. Berada dalam jannah kenikmatan.

ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ

ṡullatum minal-awwalīn

13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,

وَقَلِيلٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ

wa qalīlum minal-ākhirīn

14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian

عَلَىٰ سُرُرٍ مَّوْضُونَةٍ

‘alā sururim mauḍụnah

15. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,

مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيْهَا مُتَقَٰبِلِينَ

muttaki`īna ‘alaihā mutaqābilīn

16. seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.

يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَٰنٌ مُّخَلَّدُونَ

yaṭụfu ‘alaihim wildānum mukhalladụn

17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,

بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ

bi`akwābiw wa abārīqa wa ka`sim mim ma’īn

18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,

لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ

lā yuṣadda’ụna ‘an-hā wa lā yunzifụn

19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

وَفَٰكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ

wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn

20. dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُونَ

wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn

21. dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.

وَحُورٌ عِينٌ

wa ḥụrun ‘īn

22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,

كَأَمْثَٰلِ ٱللُّؤْلُؤِ ٱلْمَكْنُونِ

ka`amṡālil-lu`lu`il-maknụn

23. laksana mutiara yang tersimpan baik.

جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

jazā`am bimā kānụ ya’malụn

24. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا

lā yasma’ụna fīhā lagwaw wa lā ta`ṡīmā

25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,

إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا

illā qīlan salāman salāmā

26. akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.

وَأَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ

wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.

فِى سِدْرٍ مَّخْضُودٍ

fī sidrim makhḍụd

28. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,

وَطَلْحٍ مَّنضُودٍ

wa ṭal-ḥim manḍụd

29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),

وَظِلٍّ مَّمْدُودٍ

wa ẓillim mamdụd

30. dan naungan yang terbentang luas,

وَمَآءٍ مَّسْكُوبٍ

wa mā`im maskụb

31. dan air yang tercurah,

وَفَٰكِهَةٍ كَثِيرَةٍ

wa fākihating kaṡīrah

32. dan buah-buahan yang banyak,

لَّا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ

lā maqṭụ’atiw wa lā mamnụ’ah

33. yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.

وَفُرُشٍ مَّرْفُوعَةٍ

wa furusyim marfụ’ah

34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

إِنَّآ أَنشَأْنَٰهُنَّ إِنشَآءً

innā ansya`nāhunna insyā`ā

35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung

فَجَعَلْنَٰهُنَّ أَبْكَارًا

fa ja’alnāhunna abkārā

36. dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.

عُرُبًا أَتْرَابًا

‘uruban atrābā

37. penuh cinta lagi sebaya umurnya.

لِّأَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ

li`aṣ-ḥābil-yamīn

38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,

ثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ

ṡullatum minal-awwalīn

39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.

وَثُلَّةٌ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ

wa ṡullatum minal-ākhirīn

40. dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.

وَأَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ

wa aṣ-ḥābusy-syimāli mā aṣ-ḥābusy-syimāl

41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?

فِى سَمُومٍ وَحَمِيمٍ

fī samụmiw wa ḥamīm

42. Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,

وَظِلٍّ مِّن يَحْمُومٍ

wa ẓillim miy yaḥmụm

43. dan dalam naungan asap yang hitam.

لَّا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ

lā bāridiw wa lā karīm

44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ

innahum kānụ qabla żālika mutrafīn

45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.

وَكَانُوا۟ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلْحِنثِ ٱلْعَظِيمِ

wa kānụ yuṣirrụna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm

46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.

وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ

wa kānụ yaqụlụna a iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a innā lamab’ụṡụn

47. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?

أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ

a wa ābā`unal-awwalụn

48. apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?”

قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ

qul innal-awwalīna wal-ākhirīn

49. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,

لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ

lamajmụ’ụna ilā mīqāti yaumim ma’lụm

50. benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.

ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلْمُكَذِّبُونَ

ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllụnal-mukażżibụn

Artinya: 51. Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,

لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍ مِّن زَقُّومٍ

la`ākilụna min syajarim min zaqqụm

52. benar-benar akan memakan pohon zaqqum,

فَمَالِـُٔونَ مِنْهَا ٱلْبُطُونَ

fa māli`ụna min-hal-buṭụn

53. dan akan memenuhi perutmu dengannya.

فَشَٰرِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْحَمِيمِ

fa syāribụna ‘alaihi minal-ḥamīm

54. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.

فَشَٰرِبُونَ شُرْبَ ٱلْهِيمِ

fa syāribụna syurbal-hīm

55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.

هَٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ ٱلدِّينِ

hāżā nuzuluhum yaumad-dīn

56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan”.

نَحْنُ خَلَقْنَٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُونَ

naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn

57. Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?

أَفَرَءَيْتُم مَّا تُمْنُونَ

a fa ra`aitum mā tumnụn

58. Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.

ءَأَنتُمْ تَخْلُقُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلْخَٰلِقُونَ

a antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn

59. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ ٱلْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ

naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbụqīn

60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,

عَلَىٰٓ أَن نُّبَدِّلَ أَمْثَٰلَكُمْ وَنُنشِئَكُمْ فِى مَا لَا تَعْلَمُونَ

‘alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyi`akum fī mā lā ta’lamụn

Artinya: 61. untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْأُولَىٰ فَلَوْلَا تَذَكَّرُونَ

wa laqad ‘alimtumun-nasy`atal-ụlā falau lā tażakkarụn

62. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?

أَفَرَءَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ

a fa ra`aitum mā taḥruṡụn

63. Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.

ءَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلزَّٰرِعُونَ

a antum tazra’ụnahū am naḥnuz-zāri’ụn

64. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?

لَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنَٰهُ حُطَٰمًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ

lau nasyā`u laja’alnāhu huṭāman fa ẓaltum tafakkahụn

65. Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang.

إِنَّا لَمُغْرَمُونَ

innā lamugramụn

66. (Sambil berkata): “Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian”,

بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ

bal naḥnu mahrụmụn

67. bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.

أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ

a fa ra`aitumul-mā`allażī tasyrabụn

68. Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.

ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ ٱلْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنزِلُونَ

a antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn

69. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?

لَوْ نَشَآءُ جَعَلْنَٰهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ

lau nasyā`u ja’alnāhu ujājan falau lā tasykurụn

70. Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?

أَفَرَءَيْتُمُ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى تُورُونَ

a fa ra`aitumun-nārallatī tụrụn

Artinya: 71. Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu).

ءَأَنتُمْ أَنشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنشِـُٔونَ

a antum ansya`tum syajaratahā am naḥnul-munsyi`ụn

72. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?

نَحْنُ جَعَلْنَٰهَا تَذْكِرَةً وَمَتَٰعًا لِّلْمُقْوِينَ

naḥnu ja’alnāhā tażkirataw wa matā’al lil-muqwīn

73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.

فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ

fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm

74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.

فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوَٰقِعِ ٱلنُّجُومِ

fa lā uqsimu bimawāqi’in-nujụm

75. Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.

وَإِنَّهُۥ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ

wa innahụ laqasamul lau ta’lamụna ‘aẓīm

76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.

إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ

innahụ laqur`ānung karīm

77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,

فِى كِتَٰبٍ مَّكْنُونٍ

fī kitābim maknụn

78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),

لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا ٱلْمُطَهَّرُونَ

lā yamassuhū illal-muṭahharụn

79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn

80. Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.

أَفَبِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ

a fa bihāżal-ḥadīṡi antum mud-hinụn

81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?

وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ

wa taj’alụna rizqakum annakum tukażżibụn

82. kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.

فَلَوْلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلْحُلْقُومَ

falau lā iżā balagatil-ḥulqụm

83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,

وَأَنتُمْ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ

wa antum ḥīna`iżin tanẓurụn

84. padahal kamu ketika itu melihat,

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ

wa naḥnu aqrabu ilaihi mingkum wa lākil lā tubṣirụn

85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,

فَلَوْلَآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ

falau lā ing kuntum gaira madīnīn

86. maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?

تَرْجِعُونَهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

tarji’ụnahā ing kuntum ṣādiqīn

87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?

فَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ

fa ammā ing kāna minal-muqarrabīn

88. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),

فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّتُ نَعِيمٍ

fa rauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na’īm

89. maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan.

وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ

wa ammā ing kāna min aṣ-ḥābil-yamīn

90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,

فَسَلَٰمٌ لَّكَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِfa

salāmul laka min aṣ-ḥābil-yamīn

91. maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.

وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُكَذِّبِينَ ٱلضَّآلِّينَ

wa ammā ing kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn

92. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,

فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيمٍ

fa nuzulum min ḥamīm

93. maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,

وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ

wa taṣliyatu jaḥīm

94. dan dibakar di dalam jahannam.

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ ٱلْيَقِينِ

inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn

95. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.

فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ

fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm

96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.

Keutamaan Membaca Surat Al-Waqiah

Dalam buku Mau Hartamu Berlimpah? Yuk Baca Al-Waqiah (2020) dijelaskan bahwa Surat Al-Waqiah memiliki sejumlah keutamaan, di antaranya sebagai berikut:

1. Terhindar Dari Kemiskinan

Mengamalkan Surah Al-Waqiah diyakini dapat melindungi seseorang dari kemiskinan dan kesulitan hidup.

“Barang siapa membaca surah Al-Waqiah setiap malam, dia tidak akan mengalami kefakiran [kemelaratan].” HR Al- Baihaqi.

Berdasarkan hadis Rasulullah serta pandangan para ulama, dapat disimpulkan bahwa membaca Surah Al-Waqiah dengan memahami maknanya akan membuat seseorang terhindar dari kefakiran.

2. Lancar Rezekinya

Selain melindungi dari kemiskinan, Surah Al-Waqiah juga diyakini mampu menjadi wasilah untuk membuka pintu rezeki.

“Ajarkan surah Al-Waqiah kepada istri-istrimu, karena sesungguhnya Al-Waqiah merupakan surat kekayaan.” HR Ibnu Ady.

3. Dijauhkan dari Kesusahan

Surah Al-Waqiah diyakini mampu melindungi kita dari berbagai kesulitan dan kemelaratan dalam kehidupan.

“Barang siapa membaca Surah Al-Waqiah di malam Jum’at, dia akan dicintai oleh Allah dan manusia, dia tidak akan melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan serta penyakit dunia.” Imam Ja’far Al Shadiq.

4. Dimudahkan Pekerjaannya

Di samping tiga keutamaan tersebut, Surah Al-Waqiah juga memiliki manfaat lain, yaitu mempermudah urusan karier dalam kehidupan. Misalnya, bagi seorang pebisnis atau pedagang yang rutin mengamalkannya, urusan usahanya akan dipermudah dan bisnisnya berkembang dengan baik serta pesat.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Membaca Surat Al-Waqiah, Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Ada doa yang dapat dipanjatkan umat Islam ketika selesai membaca surat Al Waqiah. Doa ini berisi harapan agar Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan.

Al-Waqiah adalah surat ke-56 dalam Al-Qur’an. Surat yang terdiri dari 96 ayat ini termasuk dalam golongan surat Makkiyah.

Merujuk buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al Waqiah yang disusun Ustadz Ramadhan AM, dijelaskan nama Al Waqiah diambil dari lafal Al Waqiah yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya kiamat.


Surat ini dikenal sebagai surat penarik rezeki. Hal ini dijelaskan dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, maka orang itu akan jauh dari kefakiran selamanya.” (Sa’d al Mufti bahwa hadits ini shahih)

Doa setelah Membaca Surat Al Waqiah

Tercatat dalam kitab Khulashoh Nabawiy, berikut bacaan doa setelah membaca surat Al Waqiah:

اَللَّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِاْليَسَارِ,وَلاَتُوهِنَّابِاْلاِقْتَارِ , فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِيْ رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَخَلْقِكَ وَنَشْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَاوَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَاوَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِذَلِكَ كُلِّهِ اَهْلُ اْلعَطَاءِ وَاْلمَنْعِ . اَللَّهُمَّ كَمَاصُنْتَ وُجْوُ هَنَاعَنِ السُّجُوْدِاِلاَّلَكَ فَصُنَّاعَنِ اْلحاَجَةِاِلاَّاِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ , يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (ثلاثاء) اَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Arab latin: Allahumma shun wujuhana bil yasar wala tuhinna bil iqtar fanastarziqa tholibi rizqika wa nasta’thifa syiroro kholqika wa nasytaghila bihamdi man a’tho na wa nubtala bi zammi man mana ana wa anta min wara-i zalika kulihi ahlul ‘atho-i wal man-‘i. Allahumma kama shunta wujuhana ‘anis sujudi illa laka fa shunna ‘anil hajati illa ilaika bijudika wa karomika wa fadhlika ya arhamarrohimin aghninaa bifadhlika amman siwaaka wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam

Artinya: “Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kekayaan, dan jangan hinakan kami dengan kemiskinan sehingga kami harus mencari rezeki dari para pencari rezeki-Mu, dan minta dikasihani oleh manusia ciptaan-Mu yang berbudi buruk dan sibuk memuji orang yang memberi kami dan tergoda untuk mengecam yang tidak mau memberi kami. Padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berwenang untuk memberi atau tidak memberi.

Ya Allah, sebagaimana Engkau menjaga wajah kami dari sujud kecuali kepada-Mu, maka jagalah kami dari keperluan selain kepada-Mu, dengan kedermawanan-Mu, kemurahan-Mu, dan karunia-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari siapapun selain Engkau. Semoga Allah merahmati junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, juga semoga Allah memberi keselamatan.”

Kemudian dapat dilanjutkan dengan membaca doa berikut:

الّلهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِحَقِّ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَأَسْرَارِهَا أنْ تُيَسِّرَلِيْ رِزْقِي كَمَا يَسَّرْتَهُ لِكَثِيْرٍ مِن خَلْقِكَ يَا ألله يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allahumma inni as aluka bihaqqi suuratil waaqi’ah wa asroorihaa antu yassiroli rizki kamaa yassartahu li katsiirin min kholqika yaa Alloh yaa robbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan kebenaran surat Waqiah dan rahasia-rahasianya, agar Engkau berkenan memudahkan rezeki ku sebagaimana Engkau memudahkannya untuk kebanyakan makhluk-Mu, ya Allah, ya robbal ‘alamin.”

Keutamaan Membaca Surat Al Waqiah

Rasulullah SAW beberapa kali menjelaskan keutamaan membaca surat Al-Waqiah. Surat ini dapat diamalkan sebagai kunci lancarnya rezeki.

1. Mendatangkan Rezeki

Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah istri-istri kalian surat Al-Waqiah karena ia adalah suratul ghina (surat menjemput kekayaan).”

Dalam hadits lain yang diriwayatkan ad-Dailamiy dari Anas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Surat Al Waqiah adalah surat kekayaan maka bacalah dan ajarkanlah ia kepada anak-anakmu.”

2. Terhindar dari Golongan Orang Lalai

Ubay bin Ka’ab RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al Waqiah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.”

3. Dijauhkan dari Kefakiran

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqiah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” (HR Imam Baihaqi)

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Membaca Surat Al-Waqiah Pembuka Pintu Rezeki


Jakarta

Doa setelah membaca Al-Waqiah dapat diamalkan usai membaca surat Al-Waqiah. Doa ini diamalkan agar menambah esensi dari keutamaan surat yang dikenal sebagai pembuka rezeki tersebut.

Mengutip buku Mau Kaya? Yuk, Baca Al-Waqiah karya Sukron Abdilah, surat Al-Waqiah terdiri dari 96 ayat dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Al-Waqiah diambil dari perkataan Al-Wa’qiah di awal surat yang artinya “Hari Kiamat”.

Surat Al-Waqiah banyak dibaca dan diamalkan oleh umat Islam mengingat banyak keutamaan dan fadhillahnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membaca surah Al Waqiah setiap malam, maka tidak akan menimpa kepadanya kepapaan. Dan surah Al Waqiah adalah surat kaya, maka bacalah dan ajarkanlah kepada anak-anak kamu. (HR Abu Ubaid, Al-Harits, Abu Ya’la, Ibnu Murdaweh dan al-Baihaqi)


Doa setelah Membaca Surat Al-Waqiah

Usai membaca surat Al-Waqiah, umat muslim dapat mengamalkan doa setelah membaca surat Al-Waqiah. Merujuk pada buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al-Waqiah untuk Kesuksesan Karier karya Ustaz Ramadhan, berikut doa setelah membaca surat Al-Waqiah yang diambil dari Kitab Khulashoh Nabawiy:

اَللَّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِاْليَسَارِ,وَلاَتُوهِنَّابِاْلاِقْتَارِ , فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِيْ رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَخَلْقِكَ وَنَشْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَاوَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَاوَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِذَلِكَ كُلِّهِ اَهْلُ اْلعَطَاءِ وَاْلمَنْعِ . اَللَّهُمَّ كَمَاصُنْتَ وُجْوُ هَنَاعَنِ السُّجُوْدِاِلاَّلَكَ فَصُنَّاعَنِ اْلحاَجَةِاِلاَّاِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ , يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (ثلاثاء) اَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Arab latin: Allahumma shun wujuhana bil yasar wala tuhinna bil iqtar fanastarziqa tholibi rizqika wanasta’thifa syiroro kholqika wanasytaghila bihamdi man a’tho na wanubtala bizammi man mana ana wa anta min wara-i zalika kulihi ahlul ‘atho-i wal man-‘i. Allahumma kama shunta wujuhana ‘anis sujudi illa laka fashunna ‘anil hajati illa ilaika bijudika wakaromika wafadhlika ya arhamarrohimin aghninaa bifadhlika amman siwaaka washallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi washohbihi wasallam.

Artinya: “Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kekayaan, dan jangan hinakan kami dengan kemiskinan sehingga kami harus mencari rezeki dari para pencari rezeki-Mu, dan minta dikasihani oleh manusia ciptaan-Mu yang berbudi buruk dan sibuk memuji orang yang memberi kami dan tergoda untuk mengecam yang tidak mau memberi kami. Padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berwenang untuk memberi atau tidak memberi.

Ya Allah, sebagaimana Engkau menjaga wajah kami dari sujud kecuali kepada-Mu, maka jagalah kami dari keperluan selain kepada-Mu, dengan kedermawanan-Mu, kemurahan-Mu, dan karunia-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari siapapun selain Engkau. Semoga Allah merahmati junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, juga semoga Allah memberi keselamatan.”

Apabila telah selesai membaca doa di atas, umat Islam dapat melanjutkan dengan doa lainnya. Berikut bacaannya,

الّلهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِحَقِّ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَأَسْرَارِهَا أنْ تُيَسِّرَلِيْ رِزْقِي كَمَا يَسَّرْتَهُ لِكَثِيْرٍ مِن خَلْقِكَ يَا ألله يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allahumma inni as aluka bihaqqi suuratil waaqi’ah wa asroorihaa antuyassiroli rizki kamaa yassartahu likatsiirin mingkholqika yaa Alloh yaa robbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan kebenaran surat Waqiah dan rahasia-rahasianya, agar Engkau berkenan memudahkan rezeki ku sebagaimana Engkau memudahkannya untuk kebanyakan makhluk-Mu, ya Allah, ya robbal ‘alamin.”

Keutamaan Surat Al-Waqiah

Masih mengutip buku yang sama dengan sebelumnya, adapun keutamaan dari mengamalkan surat Al-Waqiah. Antara lain sebagai berikut:

  • Orang yang mengamalkannya akan dimudahkan rezekinya.
  • Orang yang mengamalkannya akan dijauhkan dari kemiskinan.
  • Orang yang mengamalkannya akan dijauhkan dari kesusahan dan kesengsaraan hidup.
  • Orang yang mengamalkannya dimudahkan dalam hal karir.
  • Orang yang mengamalkannya akan dipancarkan cahaya dalam dirinya.
  • Orang yang mengamalkannya akan menjadi orang yang beruntung di dunia maupun akhirat.
  • Orang yang mengamalkannya akan dikabulkan semua hajat yang diinginkannya.
  • Orang yang mengamalkannya akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT.
  • Orang yang mengamalkannya, kehidupan keluarganya akan diberi ketentraman dan kedamaian.
  • Orang yang mengamalkannya akan diberikan keluasan hati.

Waktu yang Pas Membaca Surat Al Waqiah

Dijelaskan dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha, waktu yang tepat membaca surat Al-Waqiah adalah setiap malam. Dalam hadits Ibnu Sunni, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Barang siapa yang membaca surat Al-Waqiah pada setiap malam hari, niscaya ia tidak akan tertimpa kemiskinan.”

Ada pula yang menganjurkan membaca surat Al-Waqiah setelah salat Ashar dan bisa membacanya sebanyak 14 kali. Kemudian, setelah salat Isya dan Subuh juga menjadi waktu mustajab membaca surat Al-Waqiah.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ayat Kursi, Ini Waktu yang Disunnahkan untuk Membacanya


Jakarta

Ayat Kursi adalah penggalan dari surah Al-Baqarah ayat 255. Sebagian besar umat Islam umumnya sudah hafal dengan Ayat Kursi karena banyak keutamaannya.

Tafsir Ibnu Katsir terjemahan M. Abdul Goffar dkk menjelaskan bahwa sebutan Ayat Kursi untuk Al-Baqarah 255 merujuk pada kedudukannya yang tinggi. Hadits shahih yang mendukung penafsiran ini semakin menguatkan pandangan bahwa ayat ini adalah yang paling utama dalam Al-Qur’an.

Imam Ahmad meriwayatkan:


حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعِيدٍ الْجَرِيرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أُبَيٍّ -هُوَ ابْنُ كَعْبٍ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ: “أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ”؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: “لِيَهْنك الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ”

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sa’id Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Abdullah ibnu Rabah, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Nabi SAW pernah bertanya kepadanya, “Ayat Kitabullah manakah yang paling agung?” Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, hai Abul Munzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya ayat Kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu menyucikan Tuhan Yang Mahakuasa di dekat pilar Arasy.”

Ayat Kursi: Arab, Latin dan Artinya

Berikut ini adalah bacaan ayat kursi:

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Arab latin: Allāhulaa ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm(u), lāta’khużuhū sinatuw walā naum(un), lahūmā fissamāwāti wamā fil-arḍ(i), mandżalladżī yasyfa’u ‘indahū illā bi’idżnih(ī), ya’lamumā baina aidīhim wamā khalfahum, walā yuḥīṭūna bisyai’im min ‘ilmihī illā bimāsyā'(a), wasi’a kursiyyuhussamāwāti wal-arḍ(a), walā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wahuwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).

Artinya: Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Waktu Disunnahkan Membaca Ayat Kursi

Sebenarnya, tidak ada larangan waktu bagi seseorang untuk membaca Ayat Kursi. Meski demikian, dalam buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al-Waqiah Untuk Kesuksesan Karier dan Bisnis karya Ustadz Ramadhan AM, ada beberapa waktu di mana kita disunnahkan membaca ayat kursi, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Usai Salat Fardhu

Hal ini bersandar pada hadits Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai mengerjakan salat, maka tidak ada yang akan menghalanginya memasuki surga kecuali kematian.” (HR an-Nasa’i)

2. Saat Akan Tidur

Hal ini dijelaskan secara eksplisit dalam hadits shahih yang berbunyi, “Jikalau engkau menghampiri tempat tidurmu, maka bacalah Ayat Kursi dari awalnya hingga akhir ayat, engkau akan selalu mendapat penjagaan dari Allah Ta’ala dan tidak akan didekati setan sampai pagi.” (HR Bukhari)

3. Menjelang Pagi dan Sore

Hal ini sesuai dengan hadits Ubay bin Ka’ab ra, bahwa ia memiliki kumpulan kurma dan jumlahnya terus berkurang karena diambil jin. Beliau berkata,

“Ayat ini yang terdapat dalam surah Al-Baqarah; Allahula ilaha illa huwalhayyul qoyyum. Barangsiapa yang mengucapkannya saat sore, maka ia akan mendapatkan pahala hingga pagi. Barang siapa yang mengucapkannya saat pagi, maka ia akan mendapatkan pahala hingga sore.” (HR an-Nasa’i)

Keutamaan Ayat Kursi

Ayat Kursi memiliki kedudukan yang agung dan tempat yang tinggi karena ia mengandung dzikir yang mulia dan pengetahuan yang utama berupa pengesahan Allah, keagungan dan sifat-sifat-Nya. Mengutip buku Fadhilah dan Tafsir Ayat Kursi karya Dr. Fadhl Ilahi, berikut keutamaan dari Ayat Kursi:

  • Ayat Kursi memiliki kedudukan yang sangat agung di antara seluruh ayat Al-Qur’an.
  • Di dalam Ayat Kursi terkandung nama-nama Allah yang maha indah dan agung.
  • Membaca Ayat Kursi secara rutin dapat melindungi diri dari gangguan dan godaan setan.
  • Allah SWT akan senantiasa melindungi orang yang membaca Ayat Kursi setelah salat fardhu hingga salat berikutnya.
  • Tidak ada jarak yang memisahkan antara orang yang membaca Ayat Kursi setelah salat fardhu dan surga kecuali kematian.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Ayat Kursi Lengkap dengan Teks Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya


Jakarta

Ayat Kursi adalah salah satu ayat yang sangat istimewa dalam Al-Qur’an dan kerap dibaca oleh umat Islam untuk mendapatkan perlindungan serta ketenangan batin. Ayat kursi terdapat dalam surah Al-Baqarah tepatnya pada ayat 255.

Ayat Kursi memuat pesan mendalam tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas. Ayat ini diyakini memiliki banyak keutamaan, mulai dari penjagaan diri dari gangguan setan hingga peningkatan keimanan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lengkap bacaan Ayat Kursi dalam teks Arab, latin, terjemahannya, serta keutamaan-keutamaannya yang luar biasa. Yuk, simak hingga akhir!


Bacaan Lengkap Ayat Kursi: Teks Arab, Latin, dan Artinya

Sebagai salah satu ayat paling mulia dalam Al-Qur’an, Ayat Kursi memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Untuk mempermudah dalam menghafal dan memahami, berikut ini kami sajikan bacaan lengkap Ayat Kursi dalam tulisan Arab, latin, beserta terjemahannya.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Latinnya: Allāhulaa ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyūm(u), lāta’khużuhū sinatuw walā naum(un), lahūmā fissamāwāti wamā fil-arḍ(i), mandżalladżī yasyfa’u ‘indahū illā bi’idżnih(ī), ya’lamumā baina aidīhim wamā khalfahum, walā yuḥīṭūna bisyai’im min ‘ilmihī illā bimāsyā'(a), wasi’a kursiyyuhussamāwāti wal-arḍ(a), walā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wahuwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”

Mengapa Dinamakan Ayat Kursi?

Tafsir Ibnu Katsir, dalam terjemahan oleh M. Abdul Goffar dkk., menjelaskan bahwa penyebab dinamakan Ayat Kursi untuk surah Al-Baqarah ayat 255 merujuk pada keagungan dan tingginya kedudukan ayat ini.

Pendapat ini didukung oleh hadits-hadits shahih, yang memperkuat pandangan bahwa Ayat Kursi merupakan ayat paling utama dalam Al-Qur’an.

Imam Ahmad meriwayatkan:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعِيدٍ الْجَرِيرِيِّ عَنْ أَبِي السَّلِيلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أُبَيٍّ -هُوَ ابْنُ كَعْبٍ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ: “أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ”؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: “لِيَهْنك الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ”

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sa’id Al-Jariri, dari Abus Salil, dari Abdullah ibnu Rabah, dari Ubay ibnu Ka’b, bahwa Nabi SAW pernah bertanya kepadanya, “Ayat Kitabullah manakah yang paling agung?” Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW mengulang-ulang pertanyaannya, maka Ubay menjawab, “Ayat Kursi.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Selamatlah dengan ilmu yang kamu miliki, hai Abul Munzir. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya ayat Kursi itu mempunyai lisan dan sepasang bibir yang selalu menyucikan Tuhan Yang Mahakuasa di dekat pilar Arasy.”

Keutamaan Membaca Ayat Kursi

Keutamaan Ayat Kursi memang tak diragukan lagi, terutama karena kandungan maknanya yang begitu dalam dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya.

Menurut buku Fadhilah dan Tafsir Ayat Kursi tulisan Dr. Fadhl Ilahi, Rasulullah SAW telah menjelaskan keistimewaan Ayat Kursi melalui berbagai hadits, yang dapat dikelompokkan ke dalam lima poin utama.

1. Ayat Paling Agung

Ayat Kursi disebut sebagai ayat paling agung di dalam Al-Qur’an.

2. Mengandung Nama Allah SWT yang Agung

Di dalam Ayat Kursi, terdapat asma Allah SWT yang sangat mulia, yakni Al-Hayyu dan Al-Qoyyum.

3. Setan Menjauh

Bagi yang rutin membaca Ayat Kursi, setan akan menghindarinya. Ayat ini menjadi tameng yang kuat dalam melindungi diri dari gangguan makhluk halus dan energi negatif.

4. Perlindungan setelah Shalat Fardhu

Membaca Ayat Kursi setelah shalat fardhu memberikan perlindungan yang luar biasa dari Allah SWT hingga waktu shalat berikutnya tiba. Hal ini seakan memberikan rasa aman dan ketenangan batin bagi yang mengamalkannya.

5. Dekat dengan Surga

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang yang membaca Ayat Kursi setelah shalat wajib tidak akan terhalang menuju surga kecuali oleh kematian. Artinya, amal ini mempererat kedekatan dengan surga dan menghindarkan dari halangan kecuali ajal.

Waktu Sunnah Mengamalkan Ayat Kursi

Pada dasarnya, tidak ada batasan waktu khusus untuk membaca Ayat Kursi, karena setiap waktu dianggap baik untuk melafalkan ayat yang mengandung firman Allah SWT ini. Mengingat bahwa membaca Ayat Kursi adalah perbuatan mulia, kapan pun dilaksanakan, tetap menjadi ibadah yang berpahala.

Namun, menurut pandangan para ulama, ada waktu-waktu tertentu yang lebih dianjurkan atau afdhal untuk mengamalkan Ayat Kursi, sehingga sangat disarankan bagi seorang Muslim untuk membaca Ayat Kursi pada saat-saat tersebut.

Berikut adalah waktu sunnah yang dianjurkan oleh para ulama mengutip buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan Al-Waqiah untuk Kesuksesan Karier dan Bisnis tulisan Ramadhan AM.

  1. Setelah shalat wajib. Dianjurkan untuk membaca Ayat Kursi setiap kali selesai melaksanakan shalat fardhu.
  2. Sebelum Tidur. Disarankan membaca Ayat Kursi ketika hendak beristirahat di malam hari.
  3. Saat pagi dan sore. Membaca Ayat Kursi menjelang pagi dan sore disunnahkan sama seperti dzikir di pagi dan petang.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kegunaan Daun Bidara yang Disebutkan dalam Hadits


Jakarta

Daun bidara merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki berbagai manfaat dan Rasulullah SAW pun telah banyak mengajurkan menggunakan daun ini untuk berbagai keperluan.

Dalam buku Tanaman Ajaib dalam Al-Qur’an dan Hadits yang ditulis oleh Wahyu Annisha dijelaskan bahwa bidara memiliki nama latin “ziziphus mauritiana”. Masyarakat Arab menyebutnya arz, syajarat ar-rabb, arz al-lubnan, atau sidr.

Daun bidara memiliki bentuk bulat dan kecil. Daun yang masih muda dapat dijadikan sayuran, daun yang tua digunakan untuk ternak. Bila daunnya ditumbuk dengan air, maka akan berbusa seperti sabun.


Daun ini juga dapat digunakan untuk memandikan orang demam. Di beberapa daerah, masyarakat memandikan jenazah dengan daun bidara.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Waqiah ayat 27-34, disebutkan bahwa pohon bidara adalah salah satu bentuk kenikmatan di surga yang Allah SWT berikan untuk orang-orang yang berbuat baik. Allah SWT berfirman:

وَاَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْ وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ

Artinya: “Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun, naungan yang terbentang luas, air yang tercurah, buah-buahan yang banyak yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.”

Dalam buku Hadits-hadits Tarbiyah yang ditulis oleh Wafi Marzuqi Ammar, Ibnu Dihyah berkata:

“Allah SWT memilih pohon bidara dibanding pohon lainnya karena memiliki tiga sifat. Pertama: ‘Dzillun mamdud’, yakni naungan yang terbentang luas. Kedua: ‘Tha’amun ladzidz’, yakni makanan yang lezat. Dan ketiga: ‘Ra’ihah zakiyyah’, yakni mempunyai aroma yang sangat harum.”

Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk menggunakan daun bidara dalam berbagai keperluan, karena daun ini memiliki manfaat yang baik. Sebagaimana dalam beberapa hadits tentang daun bidara dan kegunaannya berikut ini.

Hadits tentang Daun Bidara dan Kegunaannya

Berikut adalah beberapa hadits tentang daun bidara dan kegunaannya yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yang dirangkum dalam berbagai sumber.

1. Daun Bidara untuk Memandikan Jenazah

Dikutip dari Syarah Bulughul Maram 3 karya Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, hadits tentang daun bidara ini dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ada seseorang yang mati akibat jatuh dari untanya,

“Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dia dengan kedua bajunya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Dalam riwayat lain, dari Ummu Athiyyah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW masuk saat kami memandikan jenazah putrinya. Beliau SAW bersabda, ‘Siramlah tiga kali, atau lima kali, atau lebih banyak dari itu jika kalian pandang baik, dengan air bidara. Letakkan kamper pada siraman terakhir atau sedikit kamper.’ Ketika kami selesai (memandikannya), kami memberitahu beliau SAW. Lalu beliau memberikan sarungnya/pakaian penutup antara pusar hingga kaki dan bersabda, ‘Jadikanlah sarung ini sebagai bajunya.’ (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Rasulullah SAW memerintahkan untuk memandikan jenazah tersebut menggunakan daun bidara, dengan cara menumbuk daun bidara dan mencampurkannya dengan air. Busa dari daun bidara digunakan untuk membersihkan si jenazah, sedangkan endapannya digunakan untuk membersihkan tubuhnya.

Daun bidara ini sangat baik digunakan karena dapat membersihkan dan membuat jasad si jenazah menjadi keras, sehingga tidak mudah rusak.

2. Daun Bidara untuk Menyisir Rambut Wanita dalam Masa Iddah

Hadits tentang daun bidara ini dari Ummu Salamah, yang dikutip dari Bulughul Maram karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, beliau berkata

“Aku meletakkan ramuan pohon-pohon yang pahit di kedua mataku setelah Abu Salamah wafat. Maka Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya itu membuat wajah nampak lebih muda, maka janganlah kamu menggunakannya kecuali di malam hari, dan lepaskanlah ia di siang hari, jangan menyisir dengan minyak wangi, dan jangan pula dengan inai, karena ia termasuk kutek.’ Aku berkata, ‘Dengan apa aku menyisir?’ Beliau menjawab, ‘Dengan daun bidara.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)

3. Daun Bidara untuk Menyucikan Diri Wanita Haid

Mengutip buku Fiqih Sunnah 1 Sayyid Sabiq, hadits dari Aisyah RA, bahwasanya Asma’ binti Yazid pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang cara mandi wanita haid. Beliau menjawab,

“Ambillah air dan daun bidan lalu wudhulah dengan sebaik-baiknya. Kemudian siramkan air di atas kepala dan gosoklah dengan kuat sampai meresap ke akar-akar rambutnya. Setelah itu, tuangkan air sekali lagi di atasnya. Setelah itu, ambillah sepotong kapas yang sudah dibubuhi minyak wangi, lalu gosokkan pada bagian tempat keluarnya darah haid hingga suci dan wangi.”

Asma’ bertanya lagi. “Bagaimanakah cara menyucikannya?” Rasulullah SAW menjawab, “Maha Suci Allah! Bersucilah dengan kapas itu!” Aisyah berkata seakan-akan berbisik ke arah telinga Asma, “Gosokkanlah kapas yang telah kamu bubuhi dengan minyak wangi ke bagian keluarnya darah.” (HR. Bukhari)

4. Larangan Menebang Pohon Bidara

Hadits tentang daun bidara terakhir ini dikutip dalam buku Masuk Surga karena Memungut Sampah yang ditulis oleh Bahagia, dari Sa’id bin Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari Abdullah bin Hubsyi ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa menebang pohon bidara maka Allah akan membenamkan kepalanya dalam api neraka.” (HR. Abu Daud.)

Abu Daud menjelaskan secara ringkas bahwa makna hadits ini adalah, “Barang siapa menebang pohon bidara di padang bidara dengan sia-sia dan zalim, padahal itu adalah tempat untuk berteduh para musafir dan hewan-hewan ternak, maka Allah akan membenamkan kepalanya di neraka.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Surat Al-Waqiah untuk Rezeki Lengkap Latin dan Artinya


Jakarta

Surat Al-Waqiah biasa diamalkan untuk kekayaan. Umat Islam yang membacanya bisa menutup dengan doa surat Al-Waqiah untuk rezeki.

Surat Al-Waqiah adalah surat ke-56 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 96 ayat. Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah karena diturunkan di Makkah.

Al-Waqiah terletak pada juz ke-27. Nama “Al-Waqiah” diambil dari lafaz dalam ayat pertama surat ini, yang berarti “hari kiamat.”


Meski memiliki tema tentang akhir zaman, surat Al-Waqiah tidak hanya berbicara kejadian-kejadian di hari akhir. Surat ini mengandung penjelasan tentang pahala yang akan diterima oleh orang-orang beriman yang taat serta ancaman bagi mereka yang ingkar.

Selain itu, surat Al-Waqiah juga menguraikan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dalam penciptaan manusia, alam, tumbuhan, api, dan berbagai sumber rezeki lainnya.

Mengutip buku Agar Rizki Berlimpah dan Hidup Berkah tulisan Muhammad Fadlun, Rasulullah SAW menyebut surat Al-Waqiah sebagai “Surat Kekayaan” atau Surat Ghina, yang berarti surat kaya sehingga surat ini dapat membuka pintu rezeki bagi siapa pun yang membacanya.

Untuk memperoleh keutamaan tersebut, ada bacaan doa setelah membaca surat Al-Waqiah yang bisa diamalkan. Mengutip kitab Khulashoh Nabawiy, berikut bacaan doa surat Al-Waqiah untuk rezeki.

Doa Surat Al-Waqiah untuk Rezeki

اَللَّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِاْليَسَارِ,وَلاَتُوهِنَّابِاْلاِقْتَارِ , فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِيْ رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَخَلْقِكَ وَنَشْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَاوَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَاوَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِذَلِكَ كُلِّهِ اَهْلُ اْلعَطَاءِ وَاْلمَنْعِ . اَللَّهُمَّ كَمَاصُنْتَ وُجْوُ هَنَاعَنِ السُّجُوْدِاِلاَّلَكَ فَصُنَّاعَنِ اْلحاَجَةِاِلاَّاِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ , يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (ثلاثاء) اَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Arab latin: Allahumma shun wujuhana bil yasar wala tuhinna bil iqtar fanastarziqa tholibi rizqika wa nasta’thifa syiroro kholqika wa nasytaghila bihamdi man a’tho na wa nubtala bi zammi man man ana wa anta min wara-i zalika ahlul ‘atho-i wal man-‘i. Allahumma kama shunta wujuhana ‘anis sujudi illa laka fa shunna ‘anil hajati illa ilaika bijudika wa karomika wa fadhlika ya arhamarrohimin aghninii bifadhlika ‘amman siwaak. wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Artinya: “Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kekayaan, dan jangan hinakan kami dengan kemiskinan sehingga kami harus mencari rezeki dari para pencari rezeki-Mu, dan minta dikasihani oleh manusia ciptaan-Mu yang berbudi buruk dan sibuk memuji orang yang memberi kami dan tergoda untuk mengecam yang tidak mau memberi kami. Padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berwenang untuk memberi atau tidak memberi.

Ya Allah, sebagaimana Engkau menjaga wajah kami dari sujud kecuali kepada-Mu, maka jagalah kami dari keperluan selain kepada-Mu, dengan kedermawanan-Mu, kemurahan-Mu, dan karunia-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari siapapun selain Engkau. Semoga Allah merahmati junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, juga semoga Allah memberi keselamatan.”

Usai membaca doa tersebut, dapat melanjutkan dengan doa berikut:

الّلهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِحَقِّ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَأَسْرَارِهَا أنْ تُيَسِّرَلِيْ رِزْقِي كَمَا يَسَّرْتَهُ لِكَثِيْرٍ مِن خَلْقِكَ يَا ألله يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allahumma inni as aluka bihaqqi suuratil waaqi’ah wa asroorihaa antu yassiroli rizki kamaa yassartahu li katsiirin min kholqika yaa Alloh yaa robbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan kebenaran surat Waqiah dan rahasia-rahasianya, agar Engkau berkenan memudahkan rezeki ku sebagaimana Engkau memudahkannya untuk kebanyakan makhluk-Mu, ya Allah, ya robbal ‘alamin.”

Waktu Sunnah Membaca Surat Al-Waqiah

Membaca surat Al-Waqiah tidak hanya mendatangkan manfaat besar, tetapi juga dianjurkan untuk dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang dipercaya lebih afdhal. Berikut adalah beberapa waktu yang disunnahkan untuk membaca surat Al-Waqiah.

1. Malam Hari

Malam hari menjadi salah satu waktu yang dianjurkan untuk membaca surat Al-Waqiah. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Barang siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, maka orang tersebut tidak akan tertimpa kemiskinan. Surat Al-Waqiah adalah surat kaya, maka bacalah dan ajarkanlah kepada anak-anakmu.”

Senada dengan hadits tersebut, ada pula riwayat lain yang menyatakan, “Barang siapa yang membaca surat Al-Waqiah di setiap malam, niscaya ia tidak akan tertimpa oleh kemiskinan selamanya.”

Dengan membaca surat Al-Waqiah setiap malam, seorang muslim diharapkan dapat memperoleh perlindungan dari kesulitan ekonomi dan ketenangan dalam kehidupannya.

2. Pagi dan Sore Hari

Dalam kitab Khazinatul Asrar, Imam Ja’far menjelaskan, membaca surat Al-Waqiah di pagi hari sebelum memulai aktivitas, seperti berangkat bekerja atau mencari rezeki, Allah SWT akan melapangkan jalan rezekinya dan memenuhi kebutuhannya.

Tak hanya itu, bagi yang melafalkan surat Al-Waqiah di pagi dan sore hari, Allah SWT akan melindunginya dari kelaparan dan dahaga. Selain itu, ia akan diberi keteguhan hati, sehingga tidak perlu khawatir terhadap orang-orang yang hendak mencelakainya atau menyebarkan fitnah. Bahkan, setiap fitnah yang dilancarkan padanya akan berbalik kepada pihak yang memfitnah.

3. Membaca 41 Kali Setiap Hari

Dalam Khawashul Quran disebutkan bahwa membaca surat Al-Waqiah sebanyak 41 kali dalam satu majlis diyakini dapat mendatangkan berbagai kemudahan, terutama dalam urusan rezeki. Bagi siapa pun yang mengamalkan bacaan ini sebanyak 41 kali usai salat Ashar dalam satu majelis, Allah SWT akan memudahkan tercapainya kebutuhan dan keinginan, terutama yang berkaitan dengan kelapangan rezeki.

Selain itu, bagi yang menginginkan rezeki yang datangnya tak terduga, dianjurkan untuk membaca surat Al-Waqiah sebanyak 40 kali setiap hari selama 40 hari berturut-turut tanpa terputus. Amalan ini dipercaya dapat membuka pintu rezeki secara berkesinambungan dan memberi berkah pada kehidupan sehari-hari.

4. Membacanya Setiap Waktu

Dalam salah satu hadits, Nabi Muhammad SAW memberikan motivasi kepada umatnya untuk membiasakan membaca surat Al-Waqiah. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang (membiasakan) membaca surat Al-Waqiah, maka dia tidak akan miskin selamanya.”

Keutamaan Membaca Surat Al-Waqiah

Selain disebutkan dalam hadits di atas, ada banyak keutamaan lain yang terkandung dalam surat Al-Waqiah. Dirangkum dari buku Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al-Waqiah untuk Kesuksesan Karier dan Bisnis karya Ramadhan AM berikut di antaranya:

1. Rezeki menjadi lebih lancar dan dimudahkan oleh Allah SWT.

2. Terhindar dari kemiskinan dan segala bentuk kesulitan ekonomi.

3. Dijauhkan dari kesulitan serta kesengsaraan dalam hidup.

4. Diberi kelancaran dalam berbagai urusan karier.

5. Bagi pedagang atau pebisnis, usaha mereka akan dilapangkan dan berkembang pesat.

6. Hati mereka dipenuhi dengan cahaya keimanan dan ketenangan.

7. Menjadi pribadi yang beruntung di dunia dan akhirat.

8. Bagi pemimpin, mereka akan diberkahi dengan wibawa dan karisma yang kuat.

9. Semua harapan dan doa mereka diijabah oleh Allah SWT.

10. Mendapatkan derajat tinggi di hadapan Allah SWT.

11. Kehidupan keluarga mereka dipenuhi ketenteraman dan kedamaian.

12. Hati menjadi lapang dan tenang, dengan manfaat dan keberkahan lainnya yang masih banyak terdapat dalam surat Al-Waqiah.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Membaca Al-Waqiah, Amalan Penarik Rezeki


Jakarta

Al-Waqiah adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang dikenal sebagai surat penuh berkah. Memiliki khasiat yang besar.

Mengutip buku Mau Kaya? Yuk, Baca Al-Waqiah karya Sukron Abdilah, surat Al-Waqiah terdiri atas 96 ayat dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Al-Waqiah diambil dari perkataan Al-Wa’qiah yang terdapat pada awalan surat, yang berarti “Hari Kiamat”.

Surat Al-Waqiah banyak dibaca dan diamalkan oleh sebagian besar umat Islam, mengingat keutamaan dan fadhillahnya. Ada beberapa hadits Rasulullah mengenai keutamaan surat Al-Waqiah,


“Barangsiapa membaca surat Al-Waqiah setiap malam, dia tidak akan mengalami kefakiran (kemelaratan)”. (HR Al-Baihaqi)

Hal serupa juga dijelaskan Ustadz Ramadhan dalam buku yang ditulisnya Rahasia Dahsyat Al-Fatihah, Ayat Kursi dan Al-Waqiah untuk Kesuksesan Karier, bahwa surat Al-Waqiah memiliki keutamaan sebagai penarik rezeki. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa membaca surah Al Waqiah setiap malam, maka tidak akan menimpa kepadanya kemiskinan. Dan surah Al Waqiah adalah surat kaya, maka bacalah dan ajarkanlah kepada anak-anak kamu. (HR. Abu Ubaid, Al-Harits, Abu Ya’la, dan Ibnu Murdaweh)

Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya, “Ajarkanlah kepada istri-istri kalian surah Al Waqiah, karena ia surat kekayaan.”

Sedangkan dalam kitab Al-Adzkar yang disusun Imam Nawawi dan diterjemahkan oleh Ulin Nuha, diterangkan bahwa waktu yang tepat untuk membaca surat Al-Waqiah adalah setiap malam. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Sunni, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Barang siapa yang membaca surat Al Waqiah pada setiap malam hari, niscaya ia tidak akan tertimpa kemiskinan.”

Adapun yang menganjurkan membaca surat Al-Waqiah setelah sholat Ashar, biasanya dibaca sebanyak 14 kali. Adapun waktu lain yang mustajab untuk membaca surat Al-Waqiah yaitu setelah sholat Subuh dan Isya.

Lantas apa yang harus dilakukan setelah membaca surat Al-Waqiah? Dianjurkan untuk menutup dengan melantunkan doa kepada Allah. Berikut ini bacaan doa setelah membaca surat Al-Waqiah.

Doa Setelah Membaca Al-Waqiah

Membaca doa setelah melantunkan surat Al-Waqiah penting diamalkan umat Islam. Dalam kitab Khulashah Al-Madad An-Nabawi yang disusun oleh Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, berikut bacaannya:

اَللَّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِاْليَسَارِ,وَلاَتُوهِنَّابِاْلاِقْتَارِ , فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِيْ رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَخَلْقِكَ وَنَشْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَاوَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَاوَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِذَلِكَ كُلِّهِ اَهْلُ اْلعَطَاءِ وَاْلمَنْعِ . اَللَّهُمَّ كَمَاصُنْتَ وُجْوُ هَنَاعَنِ السُّجُوْدِاِلاَّلَكَ فَصُنَّاعَنِ اْلحاَجَةِاِلاَّاِلَيْكَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ , يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Arab latin: Allahummashun wujuu hanaa bil yasar, walatuuhinna bil iqtar, fanastarziqa thoo libii rizqika wanasta’thifa syiroro kholqika wanasy-tagila bihamdiman a’tho naa wanubtala bidzammi man mana ana wa anta min wara-i dzalika kullihi ahlul ‘atho-i wal man-‘i. Allahumma kama shunta wujuhana ‘anissujudi illa laka fashunna ‘anil haa jati illa ilaika bijudika wakaromika wafadhlika ya arhamarrohimin aghninaa bifadhlika amman siwaaka washallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi washohbihi wasallam.

Artinya: “Ya Allah, jagalah wajah kami dengan kekayaan, dan jangan hinakan kami dengan kemiskinan sehingga kami harus mencari rezeki dari para pencari rezeki-Mu, dan minta dikasihani oleh manusia ciptaan-Mu yang berbudi buruk dan sibuk memuji orang yang memberi kami dan tergoda untuk mengecam yang tidak mau memberi kami. Padahal Engkau di balik semua itu adalah yang berwenang untuk memberi atau tidak memberi.

Ya Allah, sebagaimana Engkau menjaga wajah kami dari sujud kecuali kepada-Mu, maka jagalah kami dari keperluan selain kepada-Mu, dengan kedermawanan-Mu, kemurahan-Mu, dan karunia-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara semua penyayang. Cukupkanlah kami dengan karunia-Mu dari siapapun selain Engkau. Semoga Allah merahmati junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, juga semoga Allah memberi keselamatan.”

Setelah membaca doa di atas, lanjutkan dengan doa berikut:

الّلهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِحَقِّ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَأَسْرَارِهَا أنْ تُيَسِّرَلِيْ رِزْقِي كَمَا يَسَّرْتَهُ لِكَثِيْرٍ مِن خَلْقِكَ يَا ألله يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allahumma inni as aluka bihaqqi suuratil waaqi’ah wa asroorihaa antuyassiroli rizkikamaa yassartahu likatsiirin minkholqika yaa Allah yaa robbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan kebenaran surat Waqiah dan rahasia-rahasianya, agar Engkau berkenan memudahkan rezekiku sebagaimana Engkau memudahkannya untuk kebanyakan makhluk-Mu, ya Allah, ya robbal ‘alamin.”

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com