Tag Archives: ali ibn

Pesan Khusus Ali bin Abi Thalib RA kepada Pemungut Pajak


Jakarta

Ali bin Abi Thalib RA merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Semasa peninggalan sang rasul, beliau termasuk satu dari empat Khulafaur Rasyidin atau Khalifah yang memimpin umat Islam.

Menurut buku ‘Ali ibn Abi Thalib susunan Musthafa Murad yang diterjemahkan Dedi Slamet Riyadi, nama lengkap Ali bin Abi Thalib RA adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ia merupakan sosok yang cerdas dan mementingkan ilmu pengetahuan ketimbang harta.


Ali bin Abi Thalib RA menjadi khalifah menggantikan kedudukan Utsman bin Affan. Ia meneruskan cita-cita Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA serta mengembalikan kekayaan yang diperoleh dari para pejabat melalui cara yang tidak baik.

Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga bertekad mengganti seluruh gubernur yang dianggap tidak mampu memimpin dan tidak disenangi masyarakat. Ali mencopot jabatan Gubernur Basrah dari tangan Abu Bakar bin Muhammad bin Amr dan digantikan oleh Utsman bin Hanif.

Mengutip buku Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam susunan Nurdila Oktia Risanti dan Desi Isnaini, Ali bin Abi Thalib RA sebagai khalifah juga mendistribusikan pendapatan pajak per tahun sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan Umar bin Khattab RA. Pada masa pemerintahannya, Ali menentukan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4.000 dirham serta mengizinkan Ibnu Abbas RA yang kala itu menjadi Gubernur Kufah untuk mengumpulkan zakat pada sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan.

Semasa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib RA, prinsip yang paling utama dari pemerataan distribusi uang rakyat sudah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya dilakukan.

Hari pendistribusian atau hari pembayaran adalah hari Kamis. Pada hari itu, seluruh perhitungan harus diselesaikan dan pada Sabtu dimulai perhitungan yang baru.

Bahkan Ali bin Abi Thalib RA memiliki pesan khusus bagi para pemungut pajak, zakat dan sejenisnya. Menukil dari buku Sejarah Hidup Imam Ali RA susunan H M H Al Hamid Al Husaini terbitan Lembaga Penyelidikan Islam, seperti apa pesannya?

Pesan Khusus Ali bin Abi Thalib RA kepada Pemungut Pajak

“Datangilah mereka dengan tenang dan sopan. Jika engkau sudah berhadapan dengan mereka, ucapkanlah salam. Hormatilah mereka itu dan katakanlah: ‘Hai para hamba Allah, penguasa Allah dan Khalifah-Nya mengutus aku datang kepada kalian untuk mengambil hak Allah yang ada pada kekayaan kalian. Apakah ada bagian yang menjadi hak Allah itu dalam harta kekayaan kalian? Jika ada, hendaknya hak Allah itu kalian tunaikan kepada Khalifah-Nya.”

Selain itu, Ali bin Abi Thalib RA juga berpesan agar pemungut pajak, zakat dan semacamnya tidak memaksa ketika orang tersebut mengatakan tidak ada.

“Jika orang yang bersangkutan menjawab ‘tidak’, janganlah kalian ulangi lagi. Tetapi jika orang itu menjawab ‘ya’, pergilah engkau bersama-sama untuk memungut hak Allah itu.”

Ali RA berpesan pula pada para pemungut pajak untuk tidak menakut-nakuti orang yang ingin diambil pajaknya atau mengancam. Ia melarang mereka untuk membentak dan bersikap kasar.

Bahkan, khalifah Ali bin Abi Thalib RA melarang mereka untuk masuk memeriksa tanpa seizin yang punya. Meskipun orang tersebut memiliki ternak yang banyak.

“Janganlah kalian menakut-nakuti dia, janganlah mengancam-ancam dia, dan jangan pula membentak atau bersikap kasar. Ambillah apa yang diserahkan olehnya kepada kalian, emas atau pun perak. Jika orang yang bersangkutan mempunyai ternak berupa unta atau lainnya, janganlah kalian masuk untuk memeriksa tanpa seizin dia, walaupun orang itu benar-benar mempunyai banyak ternak.”

Apabila orang tersebut memberi izin, barulah mereka diperkenankan memeriksanya.

“Jika orang itu memberi izin kepada kalian untuk memeriksanya, janganlah kalian masuk dengan lagak seperti orang yang berkuasa. Jangan berlaku kasar, jangan menakut-nakuti dan jangan sekali-kali menghardik binatang-binatang itu. Jangan kalian berbuat sesuatu yang akan menyusahkan pemiliknya.”

Selain itu, Ali bin Abi Thalib RA juga berpesan agar mereka menentukan sendiri harta kekayaan yang ingin diberikan.

“Kemudian apabila harta kekayaan diperlihatkan kepada kalian, persilakan pemiliknya memilih dan menentukan sendiri mana yang menjadi hak Allah. Jika ia sudah menentukan pilihannya, janganlah kalian menghalang-halangi dia mengambil bagian yang menjadi haknya. Hendaknya kalian tetap bersikap seperti itu, sampai orang yang bersangkutan menetapkan mana yang menjadi hak Allah yang akan ditunaikan. Tetapi ingat, jika kalian diminta supaya meninggalkan orang itu, tinggalkanlah dia!”

Ali bin Abi Thalib RA juga berpesan kepada penguasa daerah setempat agar berlaku adil terhadap rakyatnya. Jangan sampai mereka terpaksa melunasi pajak dengan menjual ternak atau hamba sahaya yang dimilikinya.

“Berlakulah adil terhadap semua orang. Sabarlah dalam menghadapi orang-orang yang hidup
kekurangan, sebab mereka itu sesungguhnya adalah juru bicara rakyat. Janganlah kalian menahan-nahan kebutuhan seseorang dan jangan pula sampai menunda-nunda permintaannya. Untuk keperluan melunasi pajak janganlah sampai ada orang yang terpaksa menjual ternak atau hamba sahaya yang diperlukan sebagai pembantu dalam pekerjaan. Janganlah sekali-kali kalian mencambuk seseorang hanya karena dirham!”

Pesan dan amanah dari Ali bin Abi Thalib RA itu menunjukkan secara jelas keadilan yang dijunjung tinggi oleh sang khalifah. Bahkan, pernah suatu ketika Ali menerima setoran pajak dari penduduk Isfahan, ditemukan sepotong roti kering terselip dalam wadah.

Roti tersebut lalu dipotong-potong oleh Ali bin Abi Thalib RA menjadi tujuh keping, sama seperti uang setoran itu juga yang dibagi menjadi tujuh bagian. Setiap bagian dari uang itu ditaruh sekeping roti kering.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Watak Pemimpin jadi Panutan



Jakarta

Dzul Qarnain ditanya, “Apa yang paling membuat anda senang?

Jawabnya,”Dua hal. Pertama, adil dan jujur. Kedua, membalas kebaikan seseorang lebih besar dari kebaikannya.”
Siapakah dia ? Dalam surat Al-Kahfi. Zulkarnain ( Dzul Qarnain ) adalah seorang raja Romawi dan Persia. Dirinya dinamai demikian sebab memiliki dua tanduk di kepalanya. Sebagian percaya, nama ini didapat karena ia sudah berhasil menguasai bumi bagian timur dan barat.

Jujur merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin, karena ia semestinya menjalankan amanah dengan kejujuran. Adapun sikap jujur ini menjadikan seorang pemimpin menuju adil. Kejujuran berarti memberikan bimbingan yang benar kepada orang yang memerlukannya. Islam memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk jujur kepada orang lain dan diri kita sendiri . Seorang muslim diperintahkan oleh Allah SWT. untuk jujur dalam perkataan dan perbuatannya, baik secara pribadi maupun di depan umum. Jujur pada diri sendiri tersirat dengan menaati hukum dan perintah-Nya.


Inilah perintah bersikap jujur sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Ahzab ayat 70 yang terjemahannya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”

Bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW, bertakwalah kepada-Nya dalam segala urusan kalian dan selalu berusahalah berkata benar, niscaya Allah SWT. akan memperbaiki dan menerima amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa yang senantiasa mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya maka dia akan meraih kemenangan yang besar.

Orang yang jujur pada dirinya ( yaitu menaati perintah dan larangan-Nya ) adalah orang-orang yang selalu berkata dalam hatinya, “Tiada Tuhan selain Allah SWT.” Ia telah menjadi orang yang ikhlas. Pemimpin yang akan membawa masyarakat menuju kebaikan adalah pemimpin yang adil. Keadilan itu tidak memandang tingkatan status sosial, kekerabatan dan golongan. Jika ikatan-ikatan itu lepas, maka pemimpin tersebut dengan mudahnya menerapkan keadilan dalam menjalankan amanah.

Adapun perintah adil dalam firman-Nya surah al-Maidah ayat 8 yang terjemahannya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Menurut orang bijak, “Watak dan perangai rakyat merupakan buah atau hasil dari watak dan perangai para pemimpinnya. Sebab kebaikan dan keburukan yang dilakukan orang awam hanyalah meniru dan mengikuti perbuatan para pemimpinnya. Orang awam belajar dari mereka dan meniru watak serta kebiasaan mereka.

Diceritakan bahwa Walid ibn Abdul Malik, salah seorang Khalifah Daulah Umawiyah, memusatkan perhatiannya dibidang pembangunan dan kemajuan pertanian. Sedangkan Sulaiman ibn Abdul Malik hanya mementingkan soal makan dan memenuhi segala kebutuhan dan kepentingan hawa nafsu. Sementara pusat perhatian Umar ibn Abdul Aziz adalah ibadah dan kehidupan zuhud.

Muhammad ibn Ali ibn Fadhal berkata,” Aku kurang yakin watak rakyat akan bekerja sama sebagaimana watak para pemimpinnya sampai aku melihat bahwa masa Walid orang yang begitu sibuk dengan persawahan dan perkebunan. Mereka juga mementingkan pembangunan gedung-gedung dan perumahan.”

“Sedang pada masa Sulaiman ibn Abdul Malik, aku melihat orang-orang hanya mementingkan soal makan, dan mencari makan yang paling lezat. Sampai-sampai seseorang bertanya-tanya kepada rekannya, jenis makanan apa yang harus aku buat dan makan. Sementara pada masa Umar ibn Abdul Aziz, kulihat orang-orang menyibukkan diri beribadah membaca Al-Qur’an hingga khatam, melakukan amal kebajikan dan memberikan sedekah. Dalam masa pemerintahannya yang relatif singkat telah menjadikan rakyatnya makmur, hingga tidak ditemukan orang meminta-minta ( miskin ).

Penulis berharap setiap ada pergantian Pemerintahan dijalankan dengan amanah dari rakyat dengan jujur dan adil. Dengan sikap tersebut, semoga Allah SWT. memberikan hidayah taufiq agar masa pemerintahan ke depan bisa memberikan kecukupan pangan melalui swasembada, ekonomi nasional tumbuh dg baik, orang miskin turun drastis dan kehidupan yang harmonis.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com