Tag Archives: anas

5 Manfaat Membaca Surat Al-Fatihah Secara Rutin, Muslim Wajib Tahu


Jakarta

Al-Qur’an menjadi kitab suci yang paling istimewa karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT, Dzat yang menciptakan manusia dan seluruh isi alam raya. Al-Qur’an dapat menyelamatkan manusia dari kesengsaraan dunia dan akhirat.

Surat Al-Fatihah adalah bagian dari Al-Qur’an. Surat ini jadi salah satu surat yang wajib dihafalkan umat Islam karena jadi salah satu rukun dalam salat fardhu. Meskipun begitu, tidak semua orang memahami tentang keistimewaan Al-Fatihah.

Sesungguhnya, Allah menurunkan wahyu melalui surat Al-Fatihah itu tidak sekedar untuk dilantunkan bacaannya. Tidak pula hanya untuk pelengkap salat. Namun sesungguhnya, di dalam setiap ayat tersebut menyimpan makna yang dalam, yang agung dan istimewa.


Jika seseorang mampu mempelajari dan memahami maknanya, tentu akan menjadi takjub. Ia akan mendapatkan ilmu yang mulia karena di dalam surat Al-Fatihah terdapat kemuliaan. Inilah yang jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Jarang pula dipahami oleh mereka.

Al-Fatihah Surat Paling Agung

Melansir buku Mutiara di Samudra Al-Fatihah tulisan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Surat al-Fatihah mempunyai beberapa keistimewaan. Salah satu dari beberapa keistimewaannya adalah bahwa Al-Fatihah itu dianggap sebagai surat yang paling agung di antara surat-surat di dalam Al-Qur’an. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa ia berkata: Yahya menyampaikan riwayat dari Syu’bah dari Hubaib bin Abdurrahman dari Hafisz bin Ashim dari Abu Said al-Ma’alli, katanya:

كُنْتُ أَصَلِّي فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمْ أَجِبَهُ حَتَّى صَلَّيْتُ قَالَ فَأَتَيْتُهُ فَقَالَ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَا تِينِي قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولُ إِنِّي كُنتُ أَصَلِّي قَالَ أَلَمْ يَقُلِ اللَّهُ تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحِينَكُمْ ، ثُمَّ قَالَ لَا عَلَمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي القُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخرج مِنَ الْمَسْجِدِ ، قَالَ فَأَخَذَ بِيَدَيَّ فَلَمَّا أَرَادَ انْ يخرجَ مِنَ الْمَسْجِدِ، قُلْتُ يَا رَسُولَ إِنَّكَ قُلْتُ لَا عَلَمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي القُرْآنِ قَالَ نَعَمْ الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالِمِينَ ، هِوَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ أُوتِيتُهُ .

Artinya: Aku sedang melakukan shalat, lalu dipanggil oleh Rasulullah saw, sehingga aku tidak menyahutnya. Sesudah selesai shalat aku mendatangi beliau. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Mengapa engkau tidak segera mendatangiku? Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Wahai orang-orang beriman, sahutilah seruan Allah dan rasul bila menyeru kamu kepada apa yang menghidupkan kamu.” Beliau berkata lagi, “Sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu sebesar-besar surah di dalam al-Quran sebelum engkau keluar dari masjid ini.” Ketika Rasulullah saw. hendak keluar dari masjid, ia memegang tanganku, lalu aku berkata, “Wahai Rasul, engkau mengatakan hendak mengajarkan kepadaku sebesar-besar surah dalam al-Quran?” Maka Rasulullah saw, berkata, “Ya, surat (yang kumaksudkan itu) adalah alhamdulillahi rabbil ‘alaamiin (dan seterusnya hingga tujuh ayat yang berulang-ulang), dan itulah al-Quran al-Adhim yang telah disampaikan kepadaku. HR.

5 Manfaat Membaca Surat Al-Fatihah

Dilansir dari buku Syaifurrahman El-Fati dalam buku Manfaat Dahsyat Dzikir Asmaul Husna dan buku Tafsir Al-Asas tulisan Darwis Abu Ubaidah berikut manfaat membaca surat Al-Fatihah:

1. Sebagai Obat dan Penawar

Darwis Abu Ubaidah dalam Tafsir Al-Asas menuliskan, Utsman bin Abi Al-‘Ash Ats-Tsaqafi mengatakan bahwa dia mengadukan kepada Rasulullah suatu penyakit yang dideritanya sejak ia masuk Islam. Maka Rasulullah bersabda kepadanya, ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ. وَقُلْ: بِاسْمِ اللَّهُ، ثَلَاثَاً. وَقُلْ، سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ.

Artinya: “Letakkan tanganmu di tubuhmu yang terasa sakit, kemudian ucapkan Bismillah tiga kali, sesudah itu baca tujuh kali: A’udzu billahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa ubadziru.” (Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari penyakit yang aku derita dan aku cemaskan).” (HR. Muslim)

2. Dilindungi Allah SWT

Barangsiapa yang membaca surat Al-Fatihah maka ia akan aman (selamat) dari segala bahaya yang datang menimpanya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al Buzar yang bersumber dari Anas, ia berkata bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, “Bila engkau membaca Al-Fatihah dan Qul Huwal loohu Ahad (surat Al-Ikhlas) maka amanlah engkau dari segala sesuatu, kecuali dari maut.”

3. Diberikan Pengampunan

Diriwayatkan oleh Muhyiddin Ibn al Arabi dalam Futuhat al Makkiyyah dengan sanadnya yang bersambung kepada Nabi, Allah berfirman, “Hai Israfil, demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan- Ku dan kemuliaan-Ku, siapa yang membaca bismillaa-hirrahmaanirrahiim bersambung dengan Al-Fatihah satu kali, saksikanlah bahwa Aku ampuni dosa-dosanya, Aku terima kebaikannya, Aku maafkan kesalahannya. Aku tidak akan membakar lidahnya dengan api dan siksa pada hari kiamat, pada hari ketakutan yang besar. la akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan para auliya.”

Al Thabrani meriwayatkan dengan sanad dari al-Saib bin Yazid, “Nabi memohonkan perlindungan bagiku dengan Fatihat al-Kitab.”

4. Mendapatkan Pahala

Dari Ali bin Abi Thalib, Nabi bersabda, “Pada malam Isra, aku berhenti di bawah ‘Arasy. Aku melihat ke atasku dan kulihat dua papan bergantung terbuat dari mutiara dan yakut. Pada papan yang satu tertulis Al-Fatihah, dan pada papan yang lain seluruh Al-Quran. Aku berkata, “Tuhanku, muliakanlah umatku dengan dua papan ini. Tuhan yang Mahatinggi berfirman, ‘Aku sudah memuliakan kamu dan umatmu dengan keduanya (yakni firman Tuhan: Sudah Aku berikan kepadamu tujuh yang diulang dan Al-Quran yang agung).’ Aku berkata, “Tuhanku, apa pahala orang berfirman, ‘Ya yang membaca Al-Fatihah? Allah Muhammad, barangsiapa yang membaca tujuh ayat itu satu kali, haram baginya tujuh pintu jahanam (seperti firman Allah: Baginya ada tujuh pintu)’. Aku berkata, “Tuhanku, apa pahala orang yang membaca Al Quran satu kali?” Allah berfirman, “Ya Muhammad, untuk setiap huruf Aku beri kepadanya satu pohon di surga.”

5. Melancarkan Rezeki

Barang siapa istiqamah membaca surah Al Fatihah setiap selesai salat fardhu 20 kali, sehingga sehari semalam ia membacanya 100 kali, maka Allah SWT akan meluaskan rezekinya, dibaguskan semua tingkahnya, terang wajah dan hatinya, serta dimudahkan segala urusannya.

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

Arti Bismika Allahumma Ahya Wabismika Amut dan Amalan Sebelum Tidur


Jakarta

Bismika Allahumma Ahya Wabismika Amut adalah doa sebelum tidur yang sering diucapkan oleh umat Muslim. Memang, sejatinya segala aktivitas hidup seorang muslim tidak lepas dari doa.

Hal tersebut sebagai salah satu menghadirkan Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk sejak bangun hingga hendak tidur lagi. Bahkan, hal ini juga diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Doa Sebelum Tidur

Berikut adalah kalimat “bismika allahumma ahya wabismika amut” tulisan Arab dan artinya:


بِاسْمِكَ اللّهُمَّ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوتُ

Bismika allahumma ahya wabismika amut.

Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang menghidupkan dan mematikan.

Anjuran doa saat hendak tidur juga bertujuan agar Allah SWT memberi perlindungan, serta menambahkan kebaikan setelah kita bangun nantinya.

Mengucapkan doa ketika hendak tidur adalah salah satu hal yang di ajarkan Rasulullah SAW. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Abi Dzar RA:

وَرَوَيْنَا فِي ” صَحِيْحِ الْبُخَارِي ” رَحِمَهُ اللهُ ، ِمنْ رِوِايَةِ حُذَيْفَةَ ، وَأَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ : ” بِاسْمِكَ اللُّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوْتُ “.

Artinya:
“Kami meriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari RA. dari riwayat Hudzaifah dan Abi Dzar RA bahwasanya Rasulullah SAW apabila beranjak ke tempat tidurnya, berdoa: ‘Dengan menyebut nama Allah yang menghidupkan dan mematikan.'”

Pada riwayat lain dari hadits dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW juga mengajarkan amalan doa sebelum tidur dengan cara berikut.

  • Membaca takbir (اَللهُ اَكْبَرُ) sebanyak 33 x.
  • Membaca tasbih (سُبْحَانَ اللهِ) sebanyak 33 x.
  • Membaca tahmid (اَلْحَمْدُ لِلّهِ) sebanyak 33 x.

Ada juga doa sebelum tidur versi panjangnya:

للَّهُمَّ أَسْلَمْتُ إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِى إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرى إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلَا مَنْحَى مِنْكَ إِلا إِلَيْكَ، أَمَنْتُ بكتابكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Allahuma aslamtuilaika wawajjahtuwajhii ilaika, wafawwadhtuamrii ilaika waalja’tudzahrii ilaika raghbatan waraghbatan ilaika laa maljaawalaa manjaa minka illa ilaika amantu bikitaabikalladzii anzaita wabinabiyyikalladzi arsalta

Artinya: “Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu. Aku menghadapkan wajahku kepada-Mu. Aku menyerahkan segala urusanku kepada-Mu. Aku menyandarkan punggungku kepadaMu lantaran mengharap dan takut kepadaMu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari ancamanMu kecuali hanya kepadaMu. Aku beriman kepada kitabMu yang Kau turunkan juga (aku beriman) kepada nabiMu yang Kau utus.” (HR, Muslim, Bukhari dan Abu Dawud).

Selain doa-doa tadi, diriwayatkan oleh Anas RA, Rasulullah SAW juga memanjatkan doa sebelum tidur berikut ini:

Alhamdulillahilladzi ath ‘amana wasaqona wakafana wa awana fakammimman lakafiya lahu walamu’wiya.

Artinya: “Segala puji bagi Allah zat yang telah memberi makan dan minum kepada kami, serta telah mencukupi dan memberi tempat tinggal kepada kami. Betapa banyak orang yang tak ada yang mencukupi dan tak memberi tempat kepadanya.” (HR Muslim)

Amalan Sebelum Tidur yang Diajarkan Rasulullah

Sebelum membaca doa ketika ingin tidur, Rasulullah SAW juga biasa melakukan beberapa. Berikut di antara sunnahnya:

  • Berwudu
  • Mengibaskan tempat tidur
  • Memanjatkan doa.

Amalan sebelum tersebut dijelaskan dalam hadits berikut.

“Jika seseorang di antara kalian hendak tidur, ambillah potongan kain dan kibaslah tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucap ‘Bismillah,’. Karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714, at-Tirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050.)

“Jika kamu ingin tidur maka berwudhulah lebih dulu sebagaimana wudhu untuk sholat, kemudian berbaringlah ke kanan dan bacalah doa doa sebelum tidur. Rasulullah SAW bersabda: ‘Jadikanlah doa itu sebagai akhir dari semua perkataanmu,” (HR Bukhari Muslim).

Doa Bangun Tidur

Dikutip dari buku Penuntun Doa, Yuk! karya Abu Ihsan, berikut adalah bacaan doa bangun tidur:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Alhamdulillahilladhi ahyana ba’dama amatana wa ilaihinnushur.

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan kehidupan, mematikan kami, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali.”

Masih mengutip buku yang sama, berikut adalah amalan atau adab setelah bangun tidur yang bisa dilakukan umat muslim:

  • Membaca istighfar 3 x.
  • Membaca syahadat.
  • Membaca doa bangun tidur.
  • Jangan mengusap tangan ke mata, dikhawatirkan tangan kita kurang bersih sehingga bisa menjadikan mata kita gatal atau sakit.
  • Bergegas bangun agar tidak bermalas-malasan.
  • Salat subuh tepat waktu.
  • Merapikan tempat tidur dan kamar.

(khq/fds)



Sumber : www.detik.com

Doa agar Terhindar Dari Fitnah Dajjal, Yuk Baca Setiap Hari


Jakarta

Doa agar terhindar dari fitnah dajjal dapat diamalkan ketika Allah menghendaki kemunculan dajjal. Karena salah satu tanda-tanda kiamat adalah kemunculan dajjal.

Mengutip buku Fitnah Dajjal dan Ya’juj Ma’juj karya Lilik Agus Saputro, hampir semua orang tidak dapat menghindari dahsyatnya fitnah dajjal. Tetapi ada satu pegangan yang mampu dimiliki seorang muslim yaitu iman.

Disaat tersebut, hanya imanlah satu-satunya jimat untuk menangkal dajjal. Allah pun menjamin bahwa seseorang yang meninggal dengan membawa iman, berarti ia mendapat pahala yang tidak bisa diukur oleh apapun.


Masih mengutip buku yang sama, mengenai wujud dajjal, beberapa ulama memiliki perbedaan pendapat. Walaupun banyak yang mengatakan dajjal masih keturunan Nabi Adam AS, tapi ada juga yang berpendapat dajjal bentuk simbolis akhir zaman.

Dajjal menjadi salah satu tanda bahwa kiamat akan datang. Rasulullah Saw dalam hadits mengatakan,

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

Artinya: “Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka,” (HR Muslim)

Doa Terhindar Dari Fitnah Dajjal

Adapun Doa-doa yang dapat dipanjatkan agar terhindar dari fitnah dajjal. Berikut ini beberapa doanya dikutip dari berbagai sumber:

Doa agar Terhindar Fitnah Dajjal 1

Mengutip buku Fitnah Dajjal dan Ya’juj Ma’juj karya Lilik Agus Saputro kembali, untuk mengantisipasi datangnya fitnah dajjal, Rasulullah mengajarkan agar senantiasa berdoa kepada Allah. Sebagaimana Abu Hurairah telah mengingatkan seluruh umat Islam agar membaca doa dipenghujung sholat, yaitu saat tasyahud akhir sebelum salam:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Arab latin: Allahumma inni audzubika min ‘adzabi jahannama wamin adzabilqabri wamin fitnatil mahya walmamati, wamin syarri fitnatil masihid-dajjal.

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah al-masikh ad-Dajjal” (Hadits riwayat Imam Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).

2. Membaca Surat Al-Kahfi

Mengutip Doa Dzikir Mohon Perlindungan dan Ketenangan Hati karya Darul Insan, surat Al-Kahfi atau Ashabul Kahfi adalah adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang ada dalam juz 15 dan awal juz 16. Surat Al-Kahfi termasuk dalam golongan surat Makkiyah, terdiri dari 110 ayat.

Selain doa yang sebelumnya, umat Islam dapat membaca 10 ayat pertama surat Al-Kahfi agar terhindar dari fitnah dajjal. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa di antara kalian yang mendapati zamannya Dajjal, maka bacalah awal-awal surat Al-Kahfi.” (HR. Muslim)

Berikut bacaan surat Al-Kahfi ayat 1-10:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (1) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (2) مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا (3) وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا (4) مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآَبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا (5) فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آَثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا (6) إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا (7) وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا (8) أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آَيَاتِنَا عَجَبًا (9) إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10)

Bacaan latin: al-ḫamdu lillâhilladzî anzala ‘alâ ‘abdihil-kitâba wa lam yaj’al lahû ‘iwajâ. Qayyimal liyundzira ba’san syadîdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu’minînalladzîna ya’malûnash-shâliḫâti anna lahum ajran ḫasanâ. Mâkitsîna fîhi abadâ. Wa yundziralladzîna qâluttakhadzallâhu waladâ. Mâ lahum bihî min ‘ilmiw wa lâ li’âbâ’ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwâhihim, iy yaqûlûna illâ kadzibâ. Fa la’allaka bâkhi’un nafsaka ‘alâ âtsârihim il lam yu’minû bihâdzal-ḫadîtsi asafâ. Innâ ja’alnâ mâ ‘alal-ardli zînatal lahâ linabluwahum ayyuhum aḫsanu ‘amalâ. Wa innâ lajâ’ilûna mâ ‘alaihâ sha’îdan juruzâ. Am ḫasibta anna ash-ḫâbal-kahfi war-raqîmi kânû min âyâtinâ ‘ajabâ. Idz awal-fityatu ilal-kahfi fa qâlû rabbanâ âtinâ mil ladungka raḫmataw wa hayyi’ lanâ min amrinâ rasyadâ.

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-nya al kitab (Al-Quran) dan dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Doa Setelah Sholat Fardhu Singkat Sesuai Sunnah Rasul SAW


Jakarta

Usai mendirikan sholat wajib 5 waktu, muslim sebaiknya tidak tergesa-gesa meninggalkan tempat. Hendaknya ia duduk sebentar untuk berdzikir dan membaca doa setelah sholat fardhu.

Para ulama menyepakati hukumnya sunnah berdzikir usai sholat. Bukan tanpa sebab, melainkan terdapat keutamaan pada waktu tersebut.

عن أَبي أمامة رضي الله عنه قَالَ : قيل لِرسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أيُّ الدُّعاءِ أَسْمَعُ ؟ قَالَ : ((جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَواتِ المَكْتُوباتِ))


Artinya: Abu Umamah RA mengatakan: Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah doa yang berpotensi dikabulkan?” Maka Rasulullah SAW menjawab, “Doa di akhir malam, dan doa setelah salat wajib.” (HR Tirmizi).

Dalam berbagai riwayat disebutkan Nabi SAW senantiasa berdzikir dan berdoa usai sholat wajib. Dzikir dan doa apa yang Rasul SAW baca?

Doa Setelah Sholat Fardhu Sesuai Sunnah

Mengutip buku Fiqih Doa dan Dzikir Jilid 2 karya Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr dan Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab Al-Adzkar Imam Nawawi oleh Ulin Nuha, berikut sejumlah doa selesai sholat fardhu yang diajarkan Rasulullah SAW:

1. Istighfar 3X

أَسْتَغْفِرُ اللهَ

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Arab latin: Astaghfirullah (3X). Allahumma anta assalaam, wa minka assalaam, tabaarakta ya dzal jalaali wal ikraam.

Artinya: “‘Aku memohon ampunan kepada Allah (3X). Ya Allah, Engkaulah Maha memberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan, Engkau Maha memberi berkah, Wahai Dzat yang Maha Mulia.” (HR Muslim dari Tsauban)

2. Tahlil

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Arab latin: Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir, Allahumma laa maani’a limaa a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu.

Artinya: “Tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada pencegah terhadap apa yang Engkau beri, tidak ada pemberi apa yang Engkau cegah, dan tidak di sisi-Mu kedudukan orang yang memiliki kedudukan.” (HR Bukhari dan Muslim dari Warrad Maula Al-Mughirah bin Syu’bah)

3. Tasbih, Tahmid, dan Takbir 33X

سُبْحَانَ الله
اَلْحَمْدُ لِلَّه
اللهُ أَكْبَرُ

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Arab latin: Subhaanallah (33X), Alhamdulillah (33X), Allahu akbar (33X). Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir.

Artinya: “Maha Suci Allah, (33X), Segala puji bagi Allah (33X), Allah Maha Besar (33X). Tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)

4. Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – 1 اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – 2 لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – 3 وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ – 4

Arab latin: Qul huwallāhu aḥad(un). Allāhuṣ-ṣamad(u). Lam yalid wa lam yūlad. Wa lam yakul lahū kufuwan aḥad(un).

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ – 1 مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ – 2 وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ – 3 وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ – 4 وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ – 5

Arab latin: Qul a’ūżu birabbil-falaq(i). Min syarri mā khalaq(a). Wa min syarri gāsiqin iżā waqab(a). Wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad(i). Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad(a).

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ – 1 مَلِكِ النَّاسِۙ – 2 اِلٰهِ النَّاسِۙ – 3 مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ – 4 لَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ – 5 مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ – 6

Arab latin: Qul a’ūżu birabbin-nās(i). Malikin-nās(i). Ilāhin-nās(i). Min syarril-waswāsil-khannās(i). Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās(i). Minal jinnati wan-nās(i).”

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

5. Ayat Kursi

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ – 255

Arab latin: Allāhu lā ilāha illā huw(a), al-ḥayyul-qayyūm(u), lā ta’khużuhū sinatuw wa lā naum(un), lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), man żal-lażī yasyfa’u ‘indahū illā bi’iżnih(ī), ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭūna bisyai’im min ‘ilmihī illā bimā syā'(a), wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ(a), wa lā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm(u).

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

6. Doa Memohon Perlindungan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ . وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzubika minal jubni, wa a’uudzubika an uradda ilaa ardzalil ‘umuri, wa a’uudzubika min fitnatid dun-yaa wa a’uudzubika min ‘azabil qabri.

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari sifat pelit, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pada usia tua, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari pedihnya siksa kubur.”

7. Doa Memohon Diperbagus Ibadah

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Arab latin: Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik.

Artinya: “Ya Allah, tolonglah diriku agar berzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan agar membaguskan ibadah kepada-Mu.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai dari Mu’adz bin Jabal)

8. Doa Mohon Dihilangkan Kesedihan Hati

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ ، اَللَّهُمَّ أذْهِبْعَنِّي الْهَمَّ وَالْحَزَنَ

Arab latin: Asyhadu an laa ilaaha illallaahur rahmaanur rahiim, allaahummadzhib ‘annil hamma wal hazan.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ya Allah, semoga Engkau hilangkan dari kami keresahan dan kesedihan.” (HR Ibnu Sunni dari Anas RA)

9. Doa Memohon Ampunan

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَخَطَايَايَ كُلَّهَا، اللَّهُمَّ انْعِشْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي لِصَالِحِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ إِنَّهُ لَا يَهْدِي لِصَالِحِهَا وَلَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

Arab latin: Allaahummaghfir lii dzunuubii wa khathaayaaya kullahaa, allaahumman ‘isynii wajbur nii wahdinii lishalihil a’maali wal akhlaaq, innahuu laa yahdii lishaalihihaa wa laa yashrifu sayyii-ahaa illaa anta.

Artinya: ‘Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosa dan kesalahanku, ya Allah, bimbinglah aku dan cukupkanlah aku, dan tunjukkanlah aku pada amal-amal yang sholeh dan akhlak yang mulia, sungguh tidak ada yang bisa menunjukkan amal-amal yang sholeh dan menolak amal-amal buruk, kecuali Engkau.” (HR Ibnu Sunni dari Umamah RA)

10. Doa Berlindung dari Kekufuran

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالفَقْرِ وَعَذَابِ القَبْرِ

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzubika minal kufri wal faqri wa ‘adzaabal qabri.

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefakiran, dan dari pedihnya siksaan kubur.” (HR Ibnu Sunni dari Abu Bakar RA)

Demikian doa-doa setelah sholat fardhu singkat yang dicontohkan Rasulullah SAW dan bisa muslim amalkan. Semoga tiap muslim selalu memperoleh pengampunan dan ridho Allah SWT.

(azn/row)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Yunus AS, Muslim Bisa Baca Saat Merasa Kesulitan


Jakarta

Ada doa yang dibaca Nabi Yunus AS ketika ia mengalami kesulitan. Doa ini dipanjatkan agar Allah SWT menolong dirinya yang sedang berada di dalam perut ikan hiu.

Keimanan dan kesabaran Nabi Yunus AS menjadikan dirinya bisa selamat keluar dari perut ikan hiu. Mengutip buku Doa Andalan Para Nabi karya Musthafa Murad disebutkan, pertolongan Allah SWT ini berkat keimanan, ketaatan, zikir dan ketulusan Nabi Yunus AS dalam meminta pertolongan.

Rasulullah SAW melalui sabdanya menjelaskan keutamaan membaca doa Nabi Yunus AS. Dari Sa’ad ibn Abi Waqash RA mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Nama Allah yang paling agung -bila Dia diseru dengannya pasti mengabulkan- adalah doa Nabi Yunus ibn Matta.”


Sa’ad ibn Abi Waqash bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah doa tersebut hanya milik Yunus, atau untuk seluruh kaum muslim?” Beliau menjawab, “Secara khusus ia milik Yunus, dan secara umum ia milik kaum muslim. Karena itu, berdoalah dengannya. Bukankah Allah berfirman, ‘Kemudian ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim.” Maka, Kami perkenankan doanya dan Kami selamatkan ia dari kedukaan. Demikian pula Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman: Doa ini merupakan syarat dari Allah bagi orang yang ingin berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut.”

Mengutip buku Kaya Melimpah Dengan Doa Para Nabi karya Ustaz Ali Amrin al-Qurawy disebutkan bahwa doa ini mustajab apabila dipanjatkan dengan segala kerendahan diri dan pengharapan yang tinggi.

Bacaan Doa Nabi Yunus: Arab, Latin dan Artinya

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Arab latin: Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minaz-zaalimiin

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Bacaan doa Nabi Yunus tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surah Al Anbiya’ ayat 87. Berikut ayat lengkapnya,

Surat Al-Anbiya Ayat 87

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Arab-Latin: Wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira ‘alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn

Artinya: Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.

Keutamaan Doa Nabi Yunus AS

Doa Nabi Yunus AS termasuk doa yang memiliki banyak keutamaan. Merangkum buku Dahsyatnya Doa Para Nabi oleh Syamsuddin Noor, S.Ag. berikut beberapa keutamaan doa Nabi Yunus AS berdasar hadits.

1. Dikabulkan Doa

Diriwayatkan oleh Imam Nasa’i, dari Abi Said bin Abi Waqash RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Doa ikan paus Nun, yaitu doanya Nabi Yunus AS ketika ia berada dalam perutnya, ‘Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhoolimiin.’ Maka, tiada seorang muslim pun yang berdoa dengannya dalam meminta sesuatu perkara, selain dijabah (dikabulkan) apa yang dimintanya.”(Dinukil dari Tafsir Qurtubi, 8/314)

2. Dijauhkan dari Kesusahan

Disebutkan riwayat dari Sa’id bin Musayyab RA, ia berkata, “Aku mendengar dari Said bin Malik RA berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Asma Allah yang apabila berdoa dengan membacanya maka pastilah Allah mengabulkannya. Apabila meminta pasti Dia pun memberi, yaitu doa Nabi Yunus AS bin Mata.’

Maka aku pun berkata, ‘Ya Rasulullah, apakah doa itu khusus bagi Nabi Yunus AS bin Mata atau untuk sekalian kaum muslimin?’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Benar, ia adalah doa khusus Nabi Yunus AS bin Mata dan umumnya juga untuk sekalian kaum muslimin. Apabila salah seorang di antara kamu berdoa dengannya, maka apakah kamu tidak mendengar firman Allah SWT, ‘Maka berserulah (berdoa) Yunus di dalam kegelapan (dalam perut ikan), Laa ilaaha illaa anta, maka Kami kabulkan ia dan Kami angkat ia dari kesusahannya.’

Maka demikian pula Allah akan menyelamatkan kaum mukminin. Demikian itulah Allah memastikan bagi siapa yang berdoa dengannya.” (Dinukil dari Tafsir Thabari, 17/82)

3. Amalan yang Ganjarannya Syahid

Al Imam Zainuddin bin Abdul Aziz, di dalam kitabnya Fathul Mu’in, diriwayatkan, “Barangsiapa yang membaca doa, Laa ilaaha illaa anta.. (doa Nabi Yunus AS) sebanyak empat puluh kali ketika ia sedang sakit, maka apabila ia meninggal dunia karena sakitnya itu, ia akan diberi ganjaran oleh Allah SWT seperti ganjarannya para syuhada. Dan apabila ia sembuh dari sakitnya itu, maka ia akan mendapat ampunan Allah SWT Semoga Allah SWT mengampuni kita semua dan menyelamatkan dari azab neraka.” (Dinukil dari Kitab Fathul Mu’in, h.144)

4. Selamat dari Kesulitan Hidup

Syekh Salim An Nafarowi dalam kitabnya Al Fawaakihud Dawaani, menerangkan, bahwa siapa yang membaca, “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka inni kuntu minazh zhoolimiin” (doa Nabi Yunus AS), maka ia aman dari kesulitan atau kesusahan hidupnya.

5. Dijauhkan dari Perasaan Sedih

Syekh Salim juga mengutip pendapat lain, bahwa pengarang kitab Jauharoh mengatakan, “Sesungguhnya doa itu memberi banyak manfaat, sebagaimana Al-Qur’an memberi janji-janji bagi siapa yang mendengarnya dan mengamalkan isinya.

Siapa yang dalam keadaan bingung, susah, bersedih hati atau stres, maka bacalah doa karena hakikat doa itu, ialah mengajukan permohonan kepada Dzat yang Membukakan segala kesulitan dan menolak segala macam bala (malapetaka, azab).

Doa itu bermanfaat bagi orang yang masih hidup dan bagi mereka yang sudah meninggal dunia. Doa pula yang menjadi perantara untuk menyampaikan suatu permintaan, sekalipun permintaannya datang dari dada kaum kafir, Allah pasti mengabulkannya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi SAW, dari Anas RA: “Sesungguhnya doanya orang yang dizhalimi itu makbul (terkabul).” (HR. Ahmad)

Wallahua’lam

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Apakah Nabi Muhammad Melihat Allah ketika Isra Miraj?


Jakarta

Nabi Muhammad SAW diperjalankan Allah SWT dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dinaikkan ke langit menuju Sidratul Muntaha untuk menerima perintah salat lima waktu. Perjalanan agung ini dikenal dengan Isra Miraj.

Ibnu Hajar al-Asqalani dan Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj yang diterjemahkan Arya Noor Amarsyah, memaparkan hadits tentang peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW tersebut. Hadits yang paling kuat dan bebas dari perselisihan dikeluarkan Imam Muslim dari Hamad ibn Salamah dari Tsabit dari Anas RA.

Dalam hadits tersebut dikatakan Rasulullah SAW dibersamai Malaikat Jibril saat Isra Miraj. Beliau naik kendaraan bernama buraq, sejenis hewan berwarna putih yang lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal.


Saat dinaikkan ke langit, Jibril-lah yang meminta para penjaga langit membukakan pintu. Setelah dibukakan, ada para nabi terdahulu yang menyambut dan mendoakan kebaikan untuk Rasulullah SAW.

Begitu sampai di langit ketujuh, Jibril membawa Nabi Muhammad SAW ke (pohon) Sidratul Muntaha yang daun-daunnya selebar telinga gajah dan buah-buahnya sebesar kendi.

“Tatkala Allah menitahkan perintah-Nya, (pohon) Sidratul Muntaha langsung berubah sehingga tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggambarkannya karena sangat indah,” demikian sabda Rasulullah SAW menggambarkan keindahan Sidratul Muntaha.

Setelah itu, Allah SWT memberikan wahyu dan mewajibkan salat lima puluh kali kepada Nabi Muhammad SAW dalam sehari semalam. Rasulullah SAW kemudian turun dan bertemu Nabi Musa AS. Nabi Musa AS pun bertanya apa yang Allah SWT wajibkan kepada umat Rasulullah SAW.

Setelah mendengar jawaban Rasulullah SAW, Nabi Musa AS menyarankan agar meminta keringanan kepada Allah SWT, “Kembalilah menemui Tuhanmu dan mintalah keringanan kepada-Nya. Sebab, umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Aku telah menguji bani Israil.”

Setelah beberapa kali mondar-mandir menghadap Allah SWT dan menemui Nabi Musa AS, akhirnya Allah SWT memberi keringanan dengan mewajibkan salat lima kali sehari semalam. Pahala setiap salat bernilai sepuluh kali kebaikan.

Apakah Nabi Muhammad Melihat Allah?

Pertanyaan apakah Nabi Muhammad SAW melihat Allah ketika Miraj kemudian muncul. Dalam Shahih Bukhari terdapat hadits bahwa hal ini pernah ditanyakan kepada Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW.

Masruq berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah RA, ‘Hai ibu, apakah Nabi Muhammad SAW telah melihat Tuhan?’ Aisyah RA menjawab, ‘Sungguh bulu romaku berdiri karena pertanyaanmu itu, di manakah (pemahamanmu) dari tiga hal berikut ini: 1) Siapa yang menerangkan kepadamu bahwa Nabi Muhammad SAW melihat Tuhan, maka ia dusta.

Lalu ‘Aisyah membaca ayat: Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, dan Dia yang mencapai semua penglihatan, dan Dia Maha Halus kekuasaan-Nya yang Maha Mengetahui sedalam-dalamnya. Juga membaca ayat: Tiada seorang yang berkata-kata dengan Allah melainkan dengan wahyu atau dari balik tabir (hijab).”

2) Dan siapa yang mengatakan bahwa ia mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, maka itu pun sungguh dusta, lalu dibacakan ayat: Dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi (atau dikerjakan) esok hari.

3) Dan siapa yang berkata bahwa Nabi Muhammad menyembunyikan apa yang diwahyukan oleh Allah maka sungguh orang itu dusta. Siti Aisyah membaca: Hai utusan Allah sampaikanlah apa yang diturunkan oleh Tuhan kepadamu.” Tetapi Nabi Muhammad SAW telah melihat Jibril dalam bentuk yang sebenarnya dua kali.

Imam Bukhari mengeluarkan hadits tersebut pada Kitab ke-65, Kitab Tafsir 53.

Ada juga hadits lain yang menerangkan Nabi Muhammad SAW tidak melihat Allah tetapi beliau telah melihat Malaikat Jibril. Berikut bunyi haditsnya,

. حَدِيْثُ عَائِشَةَ قَالَتْ مَنْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ أَعْظَمَ ولَكِنْ قد رَأَى جِبْرِيلَ فِي صُورَتِهِ وَخَلْقُهُ سَادٌ مَا بَيْنَ الأُفُقِ أخرجه البخاري في: ٥٩ كتاب بدء الخلق: ۷ باب إذا قال أحدكم آمين والملائكة في السماء

Artinya: ‘Aisyah berkata: “Siapa yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad telah melihat Tuhannya, maka sungguh besar bahayanya, tetapi Nabi Muhammad telah melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang bisa menutupi ufuk.” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-59, Kitab Awal Mula Penciptaan bab ke-7, apabila salah seorang kalian berkata ‘amin’ bersamaan dengan ucapan Malaikat yang berada di langit)

Orang Mukmin Akan Melihat Allah di Akhirat

Dalam Shahih Bukhari juga terdapat hadits bahwa orang-orang mukmin bisa melihat Allah SWT di akhirat. Tak ada hijab antara manusia dengan tuhannya.

Diriwayatkan dari Abu Musa RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua surga yang semua perabot dan bejananya terbuat dari perak, lalu dua surga lagi bejana dan peralatannya terbuat dari emas, dan tidak ada hijab antara mereka dengan Tuhan agar mereka dapat melihatnya kecuali tabir kebesaran Allah dalam jannatu ‘adn.”

Hadits tersebut dikeluarkan Bukhari pada Kitab ke-65, Kitab Tafsir: 55 Surat Ar-Rahman.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ayyub Lengkap yang Sabar Hadapi Ujian Hidup


Jakarta

Nabi Ayyub AS adalah seorang nabi yang dikaruniai harta berlimpah oleh Allah SWT. Namun, dengan harta yang berlimpah, Nabi Ayyub AS tidak pernah sekali saja merasa sombong.

Merangkum Kisah Nabi Ayyub oleh Yayat Sri Hayati, alkisah sekitar 1420-1540 SM, hiduplah Nabi Ayyub AS. Beliau ditugaskan Allah SWT untuk berdakwah di Haran, Syam.

Nabi Ayyub AS masih keturunan dari Nabi Ishaq AS dan ayahnya adalah seseorang yang kaya raya. Ayahnya memiliki peternakan serta perkebunan yang luas, dan saat ayahnya wafat, semua itu diwariskan ke Nabi Ayyub AS.


Meskipun hidup dengan limpahan karunia dari Allah SWT, tidak membuat Nabi Ayyub AS luput dari ujian dan cobaan. Merangkum buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul karya Iip Syarifah, berikut kisahnya.

Diuji Kekayaan Harta

Nabi Ayyub AS adalah keturunan orang kaya yang diwariskan ayahnya setelah wafat. Nabi Ayyub AS menikah dengan cucu Nabi Yusuf AS, Rahmah, mereka hidup bahagia dan dikaruniai banyak anak.

Karunia lainnya yang dianugerahi Allah SWT kepada Nabi Ayyub AS adalah hewan ternak yang banyak, kebun yang luas, taman-taman yang indah dan harta lainnya yang semakin melimpah. Selain harta, Nabi Yusuf AS juga dikaruniai kesehatan, istri yang salihah dan cantik, serta keturunan yang taat.

Hidup dengan harta yang banyak justru tidak membuat Nabi Ayyub AS lalai dan sombong, melainkan semakin banyak hartanya semakin dermawan beliau kepada orang lain. Semakin banyak karunia Allah SWT kepadanya, semakin taat Nabi Ayyub AS dan keluarganya kepada Allah SWT.

Akhlak mulia menghiasi diri Nabi Ayyub AS, sehingga Nabi Ayyub dihormati dan disukai banyak orang. Nabi Ayyub AS sangat paham jika kekayaan yang dititipkan Allah SWT kepadanya harus dipergunakan sesuai dengan ketentuan-Nya.

Diuji Kehilangan Anak dan Kesehatan

Iblis mulai mengancam Nabi Ayyub AS. Mulai dari ketika anak-anak Nabi Ayyub AS sedang berada di rumah saudaranya, iblis merobohkan rumah itu sehingga semua anak Nabi Ayyub AS meninggal.

Nabi Ayyub AS yang mendapat kabar jika semua anaknya sudah meninggal, menerimanya dengan sabar tenang. Beliau sangat yakin bahwa anak-anaknya adalah milik Allah SWT, jadi kapan pun Allah SWT dapat mengambilnya.

Iblis yang merasa gagal pada percobaan pertamanya kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menaburkan benih-benih penyakit ke dalam tubuh Nabi Ayyub AS. Akibatnya, Nabi Ayyub AS menderita berbagai jenis penyakit hingga tubuhnya tampak semakin kurus, tenaganya semakin lemah dan wajahnya menjadi pucat.

Karena penyakit yang dideritanya, Nabi Ayyub AS dijauhi oleh orang-orang karena penyakit yang dideritanya dapat menular dengan cepat lewat sentuhan. Beliau terasingkan dan hanya istrinya yang menemani.

Iblis berencana menghasut istri Nabi Ayyub AS dengan menyamar sebagai teman dekat Nabi Ayyub AS. Iblis membanding-bandingkan kehidupan Nabi Ayyub AS yang lampau ketika masih kaya raya, sehat dan dihormati banyak orang dengan kondisi saat ini.

Setelahnya, Rahmah mendekati sang suami yang tengah kesakitan kemudian meminta Nabi Ayyub AS berdoa kepada Allah SWT agar dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang mereka alami. Dan Nabi Ayyub menjawab,

“Aku malu memohon kepada Allah untuk membebaskan kita dari kesengsaraan dan penderitaan ini. Padahal, kebahagiaan yang telah Allah berikan lebih lama. Jika engkau telah termakan hasutan dan bujukan iblis sehingga imanmu mulai menipis dan merasa kesal menerima takdir dan ketentuan Allah ini, tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dan kekuatan badanku pulih kembali. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan takdir-Nya.”

Doa Nabi Ayyub

Setelah ditinggalkan oleh istrinya, Nabi Ayyub AS tinggal seorang diri di rumahnya tidak ada yang menemani. Cobaan tersebut justru membuat kesabaran dan keimanan Nabi Ayyub AS semakin bertambah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Anas disebutkan bahwa Nabi Ayyub AS menjalani ujian tersebut selama 18 tahun.

Pada suatu hari, singgahlah pemikiran setan dibenaknya yang membisikkan untuk berhenti bersabar dan terus membisikkan keputusasaan. Pada akhirnya, Nabi Ayyub AS berhasil menghalau pikiran setan tersebut. Nabi Ayyub AS kemudian mengadu dan berdoa kepada Allah SWT:

وَاذْكُرْ عَبْدَنَآ اَيُّوْبَۘ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَابٍۗ

Artiya: Ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah diganggu setan dengan penderitaan dan siksaan (rasa sakit).” (QS Sad: 41)

Setelah melewati masa-masa sulit, akhirnya Allah SWT menerima doa Nabi Ayyub AS yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman. Allah SWT berfirman:

اُرْكُضْ بِرِجْلِكَۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّشَرَابٌ

Artinya: “Entakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (QS Sad: 42)

Nabi AS Ayyub bergegas mandi dan minum dari air tersebut. Dengan izin Allah SWT, Nabi Ayyub langsung sembuh dari penyakitnya dan beliau terlihat lebih sehat serta kuat dari sebelumnya.

Pada saat yang sama, istri yang telah diusir dan meninggalkan beliau seorang diri merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya. Namun, ia hampir tidak mengenali Nabi Ayyub AS yang kini ada di hadapannya dengan Nabi Ayyub AS yang terakhir kali ia lihat sebelum pergi.

Rahmah langsung memeluk sang suami dan bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya. Allah SWT telah mengembalikan kesehatan suaminya, bahkan lebih baik dari sebelumnya.

Nabi Ayyub AS saat sakit telah bersumpah akan mencambuk istrinya 100 kali jika telah sembuh. Ia merasa wajib untuk melaksanakan sumpahnya, tetapi ia merasa kasihan kepada istrinya yang telah menunjukkan kesetiaan dan menemani dalam keadaan suka maupun duka.

Akhirnya, Allah SWT berfirman kepada Nabi Ayyub AS untuk memberikan jalan keluar terbaik,

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْۗ اِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًاۗ نِعْمَ الْعَبْدُۗ اِنَّهٗٓ اَوَّابٌ

Artinya: Ambillah dengan tanganmu seikat rumput, lalu pukullah (istrimu) dengannya dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia selalu kembali (kepada Allah dan sangat taat kepadanya). (QS Sad: 44)

Allah membalas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayyub AS dengan memulihkan kesehatannya, mengembalikan kekayaan dan harta bendanya, kesabaran serta anak yang jumlahnya lebih banyak.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ali bin Abi Thalib Masuk Islam, Tertarik saat Melihat Rasulullah SAW Salat



Jakarta

Ali bin Abi Thalib adalah satu di antara orang yang pertama memeluk Islam. Ia termasuk dalam sepuluh sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT.

Dalam buku Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi, Ali bin Abi Thalib adalah satu di antara orang-orang yang masuk Islam pada awal hadirnya Islam. Ia dikenal sebagai ulama Rabbaniyyin, seorang pejuang yang gagah berani, seorang zuhud yang terkenal, dan seorang orator ulung.

Menurut keterangan dari Ibnu Abbas, Anas, Zaid bin Arqam, dan Salman al-Farisi, Ali bin Abi Thalib dinyatakan sebagai orang yang pertama kali masuk Islam.


Abu Ya’la meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata,

“Rasulullah diangkat menjadi Rasul pada hari Senin, sedangkan aku masuk Islam pada hari Selasa.”

Saat Ali bin Abi Thalib masuk Islam, usianya baru sepuluh tahun. Namun, ada yang berpendapat bahwa ia berusia sembilan tahun, delapan tahun, atau bahkan lebih muda dari itu. Berikut adalah kisah Ali bin Abi Thalib masuk Islam yang dikutip dari buku 150 Kisah Ali bin Abi Thalib karya Ahmad Abdul ‘Al Al-Thahtawi.

Ali bin Abi Thalib dalam Pengasuhan Rasulullah SAW

Kisah Ali bin Abi Thalib masuk Islam dimulai saat ayahnya, Abu Thalib, memiliki banyak tanggungan di tengah masa paceklik. Untuk meringankan beban keluarga Abu Thalib, Rasulullah SAW mengambil Ali untuk diasuh.

Rasulullah SAW berkata kepada ‘Abbas ibn ‘Abdul Muththalib, seorang keturunan Bani Hasyim yang paling berkecukupan, “Wahai ‘Abbas, sesungguhnya saudaramu, Abu Thalib, banyak keluarganya, sedang orang-orang sedang ditimpa paceklik sebagaimana yang engkau ketahui. Karenanya, berangkatlah bersama kami untuk meringankan beban keluarganya! Aku mengambil seorang anaknya dan engkau juga mengambil seorang.”

“Baiklah,” jawab Abbas. Kemudian mereka berangkat hingga keduanya bertemu Abu Thalib, lalu berkata, “Kami ingin meringankan sebagian bebanmu hingga masa-masa sulit yang sedang menimpa manusia ini berlalu.” Abu Thalib menjawab, “Kalau kalian berdua mau meninggalkan Aqil untukku, silakan kalian lakukan apa yang kalian inginkan.”

Maka, Rasulullah SAW mengambil Ali, sedangkan Abbas mengambil Ja’far dan mengurusnya. Ali bin Abi Thalib tetap berada dalam asuhan Rasulullah SAW hingga beliau diutus sebagai nabi. Ali pun segera mengikuti, mengakui, dan membenarkan kenabian beliau.

Demikian pula Ja’far yang terus berada dalam asuhan Abbas hingga memeluk Islam dan bisa mengurus diri sendiri.

Awal Ali bin Thalib Masuk Islam

Keinginan Ali bin Abi Thalib masuk Islam bermula ketika ia melihat ibadah salat yang dilakukan Rasulullah SAW.

Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib datang kerumah Nabi Muhammad SAW ketika beliau dan istrinya, Khadijah, sedang salat. Seusai salat, ‘Ali bertanya, “Muhammad, apakah yang engkau lakukan itu?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Inilah agama Allah dan untuk itu Dia mengutus utusan-Nya. Aku mengajak engkau untuk masuk ke jalan Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hendaklah engkau kafir kepada patung Latta dan Uzza.”

‘Ali berkata, “Sesungguhnya ajakan ini sama sekali belum pernah aku dengar sampai hari ini. Karena itu, aku harus berunding dengan ayahku, Abu Thalib. Sebab, aku tidak dapat memutuskan sesuatu tanpa dia.”

Namun, Nabi Muhammad SAW mencegahnya karena khawatir kabar ajarannya akan menyebar sebelum diperintahkan Allah SWT untuk disiarkan. Beliau berkata, “Ali, jika engkau belum mau masuk Islam, sembunyikanlah dahulu kabar ini!”

Suatu malam, Allah SWT membukakan pintu hati Ali untuk masuk Islam. Dia segera menemui Nabi SAW dan berkata, “Bagaimanakah ajakan yang engkau tawarkan itu, Muhammad?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Hendaklah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan hendaklah engkau kafir terhadap patung Latta dan ‘Uzza.” Ali pun menerima Islam, tetapi masih merahasiakan kepada ayahnya.

Keislaman Ali bin Abi Thalib Diketahui oleh Ayahnya

Sebagian ulama menyatakan apabila telah datang waktu salat, Rasulullah SAW keluar menuju syi’ib kota Makkah. Ali bin Abi Thalib pun turut ikut bersama beliau. Dia keluar dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir diketahui oleh ayahnya, Abu Thalib, paman-pamannya, dan warga lainnya.

Di sana, mereka berdua melakukan salat. Jika waktu petang tiba, mereka kembali ke sana dan berdiam selama beberapa waktu.

Suatu hari, Abu Thalib memergoki mereka tengah melakukan salat. Lalu Abu Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW “Wahai anak saudaraku, agama apa yang engkau berpegang dengannya?”

Beliau menjawab, “Wahai Pamanku, ini adalah agama Allah, para malaikat-Nya, rasul-rasulNya, dan agama bapak kita, Ibrahim.” dan sabda beliau, “Allah mengutusku sebagai rasul-Nya membawa agama ini kepada para hamba. Dan engkau, wahai Pamanku, yang paling berhak untuk aku beri nasihat dan aku ajak menuju petunjuk. Engkaulah yang paling wajib untuk mengikutiku dan menolongku atas dakwah ini.”

Abu Thalib menjawab, “Wahai anak saudaraku, aku tidak bisa meninggalkan agama nenek moyangku dan adat istiadat yang sudah berlaku. Namun, demi Allah! Tidak akan kubiarkan sesuatu yang tidak kau sukai menimpa dirimu selama aku hidup!”

Para ulama lainnya menyebutkan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali, “Anakku, agama apa yang engkau anut ini?” Ali menjawab, “Wahai Ayah, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku telah membenarkan apa yang dibawanya. Aku telah mengikutinya dan shalat bersamanya.”

Mendengar itu, Abu Thalib berkata, “Wahai Anakku, Muhammad tidak akan mengajakmu, kecuali pada kebaikan. Maka ikutlah dengan-nya.”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kala Rasulullah Mengimami Para Nabi Salat di Baitul Maqdis



Jakarta

Ada banyak kisah gaib yang diceritakan dalam hadits shahih. Salah satunya saat Rasulullah SAW mengimami para nabi terdahulu di Baitul Maqdis.

Kisah ini diceritakan Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam Qashash al Ghaib fii Shahih Al Hadits An-Nabawi yang diterjemahkan Asmuni dengan bersandar hadits riwayat Muslim dan lainnya.

Diceritakan, peristiwa Rasulullah SAW mengimami para nabi terjadi pada malam Isra Miraj, perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis) dan berlanjut ke Sidratul Muntaha melewati setiap lapisan langit. Dalam perjalanan itu, Rasulullah SAW menunggangi Buraq yang memiliki kecepatan luar biasa.


Ketika tiba di Baitul Maqdis, Rasulullah SAW menambatkan Buraqnya di tempat yang biasa digunakan para nabi terdahulu. Kemudian beliau masuk masjid dan menunaikan salat dua rakaat.

فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ، قَالَ: فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبُطُ بِهَا الْأَنْبِيَاءُ، قَالَ: ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ

Artinya: “Aku menungganginya hingga aku sampai di Baitul Maqdis.” Beliau bersabda, “Lalu aku menambatkannya pada tambatan yang sering dijadikan tempat tambatan oleh para nabi.” Beliau bersabda, “Kemudian aku masuk masjid dan menunaikan salat dua rakaat di dalamnya.” (HR Muslim dari Anas)

Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari mengatakan, Allah SWT mengumpulkan para nabi dan Rasulullah SAW salat bersama mereka sebagai imam di sana. Hal ini mengacu pada riwayat Abu Sa’id yang dikeluarkan Al-Baihaqi,

حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ، فَأَوْتَقْتُ دَابَّتِي بِالْحَلْقَةِ الَّتِي كَانَتِ الْأَنْبِيَاء ترْبُطُ وَفِيْهِ – فَدَخَلْتُ أَنَا وَجِبْرِيلُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَصَلَّى كَلُّ وَاحِدٍ مِنَّا رَكْعَتَيْنِ

Artinya: “Sehingga aku tiba di Baitul Maqdis. Aku ikat binatang tungganganku pada kaitan di mana para nabi mengikat (binatang tunggangannya), di dalamnya aku bersama Jibril masuk ke dalam Baitul Maqdis dan masing-masing kami menunaikan salat dua rakaat.”

Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ud turut meriwayatkan hal serupa dari ayahnya namun ditambah redaksi berikut,

ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَعَرَفْتُ النَّبِيِّينَ مِنْ بَيْنِ قَائِمٍ وَرَاكِعِ وَسَاحِدٍ، ثُمَّ أَقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَأَمَّمْتُهُمْ

Artinya: “Kemudian aku masuk ke dalam masjid sehingga aku mengetahui para nabi yang sedang berdiri, yang sedang ruku’ dan yang sedang sujud. Kemudian dikumandangkan iqamah untuk menunaikan shalat lalu aku jadi imam mereka.”

Sedangkan dalam riwayat yang dikeluarkan Ibnu Abi Hatim dari Yazid bin Abu Malik dari Anas dikatakan saat muazin mengumandangkan azan dan iqamah salat, para jemaah berdiri bershaf-shaf menunggu siapa yang akan menjadi imam. Tiba-tiba Malaikat Jibril menarik tangan Rasulullah SAW dan menjadikan beliau berada paling depan dan salat bersama mereka.

Imam Muslim turut mengeluarkan hadits dari riwayat Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tibalah waktu salat sehingga aku menjadi imam mereka.”

Ibnu Abbas turut meriwayatkan dengan redaksi, “Ketika Nabi SAW tiba di Masjid Aqsa beliau langsung menunaikan salat. Tiba-tiba para nabi seluruhnya menunaikan salat bersama beliau.” (HR Ahmad)

Setelah Rasulullah SAW menunaikan salat, beliau keluar masjid.

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com