Tag Archives: angin

Doa saat Angin Kencang, Bisa Dibaca ketika Cuaca Buruk



Jakarta

Doa saat angin kencang menjadi amalan yang bisa dikerjakan umat muslim. Angin merupakan fenomena alam sekaligus tentara Allah SWT.

Sama seperti hujan, angin juga diciptakan Allah SWT untuk membawa keberkahan. Namun ada kalanya angin bertiup dengan sangat kencang sehingga dikhawatirkan akan menjadi sebuah bencana.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Ia bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Jika kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya! Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya!” (HR Nasa’i)


Doa saat Angin Kencang

Dikutip dari laman NU Online, terdapat doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang bisa dibaca saat merasakan angin kencang. Doa ini semata-mata dibaca untuk mendapat perlindungan Allah SWT dari marabahaya.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلَا تَجْعَلْهَا عَذَابًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلَا تَجْعَلْهَا ضَرُوْرَةً.

Arab Latin: Allâhumma innî as’aluka khairahâ wa khairamâ fîhâ wa khairamâ ursilat bih, wa a’ûdzubika min syarrihâ wa syarrimâ fîhâ wa syarrimâ ursilat bih. Allâhummaj’alhâ rahmatan wa lâ taj’alhâ ‘adzâban. Allâhummaj’alhâ riyâhan wa lâ taj’alhâ dharûratan.

Artinya: “Wahai Tuhanku, aku minta kepada-Mu kebaikan ini angin, kebaikan barang yang ada di dalamnya, dan kebaikan barang yang diutus melaluinya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan ini angin, kejahatan barang yang ada di dalamnya, dan kejahatan barang yang diutus melaluinya. Wahai Tuhanku, jadikan ini sebagai angin rahmat dan jangan jadikan ini sebagai angin siksa. Wahai Tuhanku, jadikan ini sebagai angin manfaat dan jangan jadikan ini sebagai angin bahaya.”

Selain doa di atas, terdapat juga doa lainnya yang bisa diamalkan saat terjadi angin kencang, berikut bacaan doanya:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَمَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلَا تَجْعَلْهَا عَذَابًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلَا تَجْعَلْهَا رِيْحًا

Arab Latin: Allâhumma innî as’aluka khairahâ wa khairamâ fîha wa khairamâ ursilat bih, wa a’ûdzubika min syarrihâ wa syarrimâ fîha wa syarrimâ ursilat bih. Allâhummaj’alhâ rahmatan, wa lâ taj’alhâ ‘adzâban. Allâhummaj’alhâ riyâhan, wa lâ taj’alhâ rîhan.

Artinya: “Tuhanku, kepada-Mu aku mohon kebaikan angin ini, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dihembuskannya. Kepada-Mu aku berlindung dari unsur negatif angin ini, unsur negatif yang terkandung di dalamnya, dan unsur negatif tujuan dihembuskannya. Tuhanku, jadikan angin ini sebagai rahmat. Jangan jadikan ia sebagai azab. Tuhanku, jadikan angin ini sebagai angin baik, bukan angin yang membawa akibat negatif.”

Saat angin terlalu kencang dan diiringi dengan hujan lebat, bisa amalkan doa yang dikutip dari buku Tuntunan Doa & Zikir untuk Segala Situasi & Kebutuhan oleh Ali Akbar bin Aqil, berikut doanya:

Arab latin: Allohuma laqhan laa aqiiman, allohummaj’alhaa rahmatan wa laa taj’alhaa adzaaban, allohummaj’alhaa riyaahan wa laa taj’alhaa riihan.

Artinya: Ya Allah, jadikanlah angin ini pembawa hujan, bukan angin yang kosong dan tiada membawa kebaikan. Ya Allah, jadikanlah ia sebagai rahmat dan jangan Engkau jadikan sebagai azab. Ya Allah, jadikanlah ia riyah (angin yang membawa kebajikan), dan jangan Engkau jadikan dia riih (angin yang membawa keburukan).”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Hadits Angin yang Membawa Roh Orang-orang Beriman Jelang Kiamat



Jakarta

Kiamat adalah peristiwa kehancuran alam semesta dan seisinya. Tanda-tanda kiamat sendiri disebutkan dalam sejumlah riwayat, salah satunya terkait angin lembut yang diutus untuk mencabut roh para mukmin.

Terkait hal ini diceritakan dalam Kitab Kasyf al-Minan fi ‘Alamat as-Sa’ah wa al-Malahim wa al-Fitan susunan Mahmud Rajab Hamady yang diterjemahkan oleh Ibnu Tirmidzi. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Allah SWT akan mengirim dari arah Yaman, angin yang lebih halus dari sutra. Maka setiap orang yang di hatinya ada keimanan seberat sawi, rohnya akan dibawa oleh angin tersebut.” (HR Muslim)


Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa angin tersebut nantinya membawa roh orang-orang mukmin. Sementara itu, di dunia hanya tersisa manusia dengan perangai buruk, merekalah yang nanti akan merasakan mencekamnya hari kiamat.

Nabi SAW bersabda,

“…kemudian Allah SWT mengirimkan angin dingin dari arah Syam mencabut roh setiap orang yang berada di muka bumi yang memiliki iman walau sebiji sawi, sehingga sekalipun di antara kalian ada yang masuk ke dalam perut gunung, angin itu akan mengikutinya dan mengambil rohnya. Tinggallah di muka bumi manusia yang berperilaku jelek, bodoh seperti burung dan akalnya seperti binatang buas yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemunkaran.” (HR Muslim)

Berdasarkan pendapat Imam An-Nawawi, kemungkinan ada dua angin. Satunya berhembus dari Syam dan satunya dari Yaman.

Kemungkinan lainnya, angin tersebut mulai berhembus dari arah salah satu dari dua daerah tersebut lalu berakhir pada daerah yang lain dan dari sanalah angin menyebar. Pendapat tersebut didasarkan dari dua hadits yang menyebut perbedaan terkait dari mana angin itu berasal.

Melalui ‘Asyarah Yantazhiruhal ‘Aalam ‘Indal Muslimin wal Yahuud wan Nashaara susunan Mansur Abdul Hakim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dan Uniqu Attaqi, ada kemungkinan pengiriman angin tersebut akan terjadi setelah peristiwa diangkatnya Al-Qur’an dari hati manusia dan dari lembaran-lembaran mushaf.

Peristiwa angin lembut untuk membawa roh orang mukmin ini terjadi setelah berakhirnya masa kekuasaan Nabi Isa bin Maryam dan setelah keluarnya hewan melata. Keduanya adalah tanda-tanda menjelang datangnya kiamat yang disebutkan oleh sejumlah ulama dalam kitabnya, termasuk Imam Ibnu Katsir dalam An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim.

Pendapat lainnya yang menguatkan ialah yang menyebut pada masa keluarnya daabbah, manusia masih terbagi ke dalam dua kelompok, yakni mukmin dan kafir. Peristiwa tersebut menjadi tanda kecil kiamat yang terjadi setelah keluarnya hewan tersebut.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa saat Angin Bertiup Kencang dan Hujan Lebat



Jakarta

Ada doa yang bisa dibaca ketika melihat atau merasakan angin bertiup kencang disertai hujan yang lebat. Doa ini diajarkan Rasulullah SAW dan bisa dipanjatkan agar mendapat perlindungan Allah SWT dari bencana.

Angin dan hujan merupakan tanda kekuasaan Allah SWT yang dapat dirasakan langsung oleh seluruh makhluk di Bumi. Dalam Al-Qur’an, hujan dan angin disebutkan dalam beberapa ayat, salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 164,

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ


Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Angin dan hujan merupakan berkah yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai bentuk rahmat-Nya. Namun ada kalanya angin dan hujan juga bisa menjadi azab yang diturunkan Allah SWT kepada umat yang dzalim.

Sebagaimana yang ditimpakan Allah SWT kepada Kaum ‘Ad di masa Nabi Hud. Kaum ‘Ad yang sombong akhirnya binasa diterjang angin dan hujan badai.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Aḥqaf ayat 24, Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا رَاَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ اَوْدِيَتِهِمْ قَالُوْا هٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۗبَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهٖ ۗرِيْحٌ فِيْهَا عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ

“Maka, ketika melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (Bukan,) tetapi itu azab yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang sangat pedih.

Imam Abu Bakr al-Thuthusyi al-Andalusi dalam kitabnya, al-Du’a al-Ma’tsûr wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ityâ’nuhu wa Ijtinâbuhu menuliskan hadits yang diriwayatkaan Abu Daud, Ahmad dan Baihaqi, Rasulullah ketika melihat awan hitam yang kelam. Beliau akan meninggalkan semua pekerjannya dan langsung membaca doa.

Doa Ketika Angin Kencang dan Hujan Lebat

Merangkum buku Panduan Lengkap Shalat, Doa, Zikir & Shalawat karya Ust Enjang Burhanudin Yusuf, M.Pd, ada bacaan doa yang bisa dibaca ketika angin berhembus kencang dan hujan turun dengan lebat.

Doa ketika angin bertiup kencang diriwayatkan dalam hadits Abu Dawud dan Ibnu Majah. Rasulullah bersabda agar umat islam berdoa ketika melihat angin kencang

“Maka apabila kalian melihat angin kencang, jangan lah kalian memakinya, tetapi minta lah kepada Allah kebaikannya dan berlindung lah kepada Allah dari kejahatannya.”

Adapun, doa angin kencang sesuai sunnah sebagai berikut

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا

Latin: Allahumma innii as’aluka khairahaa wa a’uudzubika min syarriha

Artinya: Ya Allah, sungguh aku mohon kepadaMu kebaikan angin ini, serta aku berlindung kepadaMu dari keburukannya.

Selain itu, doa ketika angin kencang lainnya yang diriwayatkan dalam hadits riwayat Muslim dan At Tirmidzi

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ

Latin: Allahumma innii as’aluka khairahaa wa khaira maa fiiha wa khaira maa ursilat bihi wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa fiiha wa syarri maa ursilat bihi.

Artinya: Ya Allah, sungguh aku mohon kepadaMu kebaikan angin ini, kebaikan apa yang ada padanya, dan kebaikan pada tujuan angin ini dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan angin ini, keburukan apa yang ada padanya, dan keburukan tujuan angin ini dihembuskan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga berdoa ketika melihat awan gelap dan angin yang berhembus kencang.

عن أبي هريرة قال: سمعت النبي صلي الله عليه وسلم يقول: الريح من روح الله تعالي تأتي بالرحمة وتأتي بالعذاب, فإذا رأيتموها فلا تسبوها واسألوا الله خيرها واستعيذوا بالله من شرها

Artinya: “Dari Sayyidina Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Aku mendengar Nabi SAW bersabda: ‘Angin adalah bagian dari pemberian Allah, bisa membawa rahmat dan juga bisa membawa azab. Jika kalian melihatnya, jangan mencelanya, mohonlah kepada Allah kebaikannya dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya.”

Dari Sayyidah Aisyah ra. sesungguhnya Nabi SAW ketika melihat awan hitam di langit, beliau langsung meninggalkan pekerjaan, meskipun beliau sedang melakukan shalat, kemudian berucap: “Allahumma innî a’ûdzu bika min syarrihâ” (ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan awan ini).” Dan ketika turun hujan, beliau berucap: “Allahumma shayyiban nâfi’an (ya Allah turunkanlah hujan yang membawa manfaat dan kesenangan).”

Ibnul Qayyim mengatakan, “Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta Nabi SAW supaya berdoa agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca doa.” Berikut bacaan doa Rasulullah SAW saat hujan deras.

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Bacaan latin: Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkan lah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR Bukhari).

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Rasulullah Larang Mencela Hujan dan Angin, Ini Alasannya



Jakarta

Ada kalanya rencana kaum muslim tertunda karena cuaca, misalnya hujan lebat dan angin kencang. Tertundanya rencana kadang membuat kesal, hingga keluar celaan kepada cuaca ciptaan Allah SWT tersebut. Namun, ternyata terdapat larangan mencela hujan dan angin.

Hujan dan angin merupakan tanda kekuasaan yang diperlihatkan Allah SWT kepada setiap manusia. Hujan dan angin juga merupakan rahmat-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Asy-Syura ayat 28. Allah SWT berfirman,

وَهُوَ الَّذِيْ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوْا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهٗ ۗوَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيْد


Artinya: “Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan (Dia pula yang) menyebarkan rahmat-Nya. Dialah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.”

Larangan Mencela Hujan dan Angin

Menukil kitab Al Adzkar karya Imam an-Nawawi yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha, selain surah Asy-Syura ayat 28, hujan sebagai berkah juga dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Zaid bin Khalid RA. Ia berkata, “Rasulullah SAW salat Subuh bersama kami di Al-Hudaibiyah setelah turun hujan pada malam hari. Setelah salat, beliau menghadap jemaah dan bersabda,

‘Apakah kalian tahu apa yang difirmankan Tuhan kalian?’ Mereka menjawab, ‘Allah SWT dan utusan-Nya lebih tahu.’

Rasulullah pun bersabda, ‘Allah berfirman, di antara hamba-Ku ada yang beriman dan kafir. Orang yang mengatakan ‘Telah turun hujan kepada kami dengan karunia dan rahmat Allah’, demikian itu yang iman kepadaku dan kafir kepada bintang-bintang. Sedangkan orang-orang yang mengatakan, ‘Telah turun hujan kepada kami, hujan karena rasi bintang ini dan itu’, maka dia itu yang kafir kepadaku dan beriman kepada bintang-bintang’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kaum muslim dilarang mencela karunia dan rahmat Allah SWT. Selain itu, menurut penjelasan dalam al-Hadyu an-Nabawi fil-Fadhaail wal-Aadaab karya Ahmad Asy-Syaami yang diterjemahkan Abdul Hayyie Al Kattani dan Mujiburrahman Subadi, Rasulullah SAW melarang kaum muslim mencela sesuatu tidak pada tempatnya. Beliau bersabda,

“Allah SWT berfirman, ‘Anak keturunan Adam menyakiti-Ku karena mereka mencela masa, padahal Aku adalah Zat yang menciptakan dan menguasai masa, Aku yang mempergantikan malam dan siang’.” (HR Muttafaq’alaih, Bukhari, dan Muslim)

Selain itu, dalam hadits dijelaskan pula larangan mencela angin. Dikutip dari Shahih Adabul Mufrad karya Imam Bukhari yang diterjemahkan Abu Ahsan, dari Ubay, Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kamu mencela angin. Apabila kalian melihat angin yang tidak kalian sukai maka berdoalah, ‘Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan apa yang ada di dalamnya, serta kebaikan apa yang telah Engkau kirim. Saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini, serta apa yang ada di dalamnya dan apa yang telah Engkau kirim’.” (HR Bukhari)

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Angin itu termasuk ruh Allah yang dapat mendatangkan rahmat dan siksa, maka janganlah kamu mencelanya, tetapi mohonlah kebaikannya kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya.” (HR Bukhari)

Doa ketika Hujan Turun

Hendaknya kaum muslim mengucap doa ketika hujan turun. Masih dari kitab Al Adzkar, diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasulullah SAW membaca doa berikut ketika melihat hujan.

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

Allaahumma shayyiban naafi’a.

Artinya: “Ya Allah, semoga menjadi hujan yang manfaat.” (HR Bukhari)

Doa ketika Angin Kencang

Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, “Ketika angin berhembus kencang Rasulullah SAW membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
شَرَهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

Allaahumma innii as-aluka khairahaa wa khaira maa fiihaa wa khairaa maa ursilat bihii wa a’uudzubika min syarihaa wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bih.

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon kebaikan angin ini, kebaikan apa yang di dalamnya, kebaikan apa yang dikirimkan bersamanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan di dalamnya dan keburukan dari apa yang dikirim bersamanya.” (HR Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud dan Pusaran Angin yang Membinasakan Kaum Ad



Jakarta

Allah SWT melalui Al-Qur’an banyak menceritakan riwayat para nabi terdahulu yang mengajak suatu umat kepada kebenaran. Di antaranya ada kisah Nabi Hud AS yang menyeru kaum penyembah berhala yakni Ad.

Melansir buku Mutiara Hikmah Kisah 25 Rasul susunan Dhurorudin Mashad, Hud AS diperintah Allah SWT kepada kaum Ad yang merupakan penduduk kabilah Iram. Kaum Ad ini tinggal di sekitar Gunung Ram, 25 mil dari kota Aqabah yang berada di antara Yaman dan Oman, sampai Hadramaut dan As-Syajar.

Ibnu Katsir dalam kitabnya Qashash Al-Anbiyaa menyebut kaum Ad ini yang dimaksud Al-Qur’an sebagai generasi pertama penduduk Iram. Mereka ini juga yang pertama kali menyembah berhala setelah terjadinya peristiwa banjir besar di masa Nabi Nuh AS.


Adapun Hud AS adalah keturunan dari Nabi Nuh AS dari anaknya yaitu Sam dengan nasab Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berasal dari suku Ad bin Aush bin Sam bin Nuh. Sehingga Allah SWT mengutus Hud AS kepada saudaranya sendiri.

Riwayat mengenai Hud AS dan kaum Ad termuat dalam sejumlah ayat Al-Qur’an. Bahkan dalam Al-Qur’an sendiri terdapat satu surat bernamakan Hud, yang isinya juga menceritakan tentang dakwah Hud AS kepada kaum penyembah berhala itu. Bagaimana kisahnya?

Dakwah Nabi Hud AS

Hud AS diutus oleh Allah SWT kepada kaum Ad yang merupakan bangsa Arab kafir dan ingkar. Lantaran mereka menyembah dan memuja tiga berhala yakni, Shamda, Shamud, dan Hira.

Hud AS diamanahkan untuk menyeru kaum Ad ke jalan-Nya, mengesakan-Nya serta menyembah-Nya dengan penuh keikhlasan. Namun, mereka mendustakan, menentang, dan menolaknya. Padahal Hud AS mengajak mereka dengan cara yang baik.

Di mana beliau menyuruh agar taat dan memohon ampunan kepada Allah SWT, menyampaikan kabar gembira berupa janji-Nya tentang kebaikan dunia dan akhirat. Di sisi lain, beliau memperingatkan akan adanya ancaman berupa azab di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang menolak dan melawan-Nya.

Tapi, kaum Ad malah bereaksi pada dakwah Hud AS bahwa beliau adalah seorang pembohong dan kehilangan akal seperti tercatat dalam Surat Al-A’raf ayat 66. Kemudian Hud AS menjawab bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT yang menyampaikan amanah serta nasihat.

Kaum Ad berkata kepada Hud AS bahwa mereka tidak mempercayainya karena beliau tidak membawa bukti keajaiban maupun kebenaran. Sehingga kaum Ad menganggap Hud AS adalah orang gila yang dimurkai oleh berhala mereka.

Lalu Nabi Hud menjawab umatnya itu dengan menjelaskan bahwa berhala yang dijadikan Tuhan oleh mereka tidak memberikan manfaat dan mudharat sedikit pun, dan berhala itu hanyalah benda mati yang tak bisa melakukan apa pun.

Hud AS juga mengatakan bahwa dirinya hanya bertawakal, menyembah dan menyandarkan segala urusannya kepada Allah SWT semata, sehingga beliau tidak pernah takut kepada makhluk ciptaan-Nya.

Kaum Ad tetap tidak meyakini Hud AS sebagai nabi mereka, lantaran mereka menganggap bahwa Tuhan tak akan mengutus seorang rasul dari kalangan manusia biasa seperti mereka. Mereka juga tak percaya dengan apa yang dikatakan Nabi Hud bahwa manusia akan menghadapi hari kebangkitan kelak. Kaum Ad meyakini bahwa mereka akan kekal di dunia.

Mengetahui kesesatan dan kebodohan umatnya itu, Nabi Hud tetap menasihati dan mendakwahkan kebenaran kepada kaum Ad sesuai yang diajarkan Allah SWT.

Setelah terus-terusan berdakwah, kaum Ad bertanya kepada Hud AS apakah ia diutus untuk mengajak menyembah Allah SWT yang merupakan hal baru, sedangkan mereka harus menentang dan meninggalkan sesembahan leluhur mereka, sebagaimana dalam Surat Al-A’raf ayat 70.

Kemudian mereka menantang Nabi Hud, dengan menyegerakan datangnya azab apabila ajaran yang dibawanya memang benar yang seperti Hud AS pernah katakan dan beritakan. Kaum Ad mengatakan pula bahwa mereka yakin tidak akan terkena azab karena mengikuti agama nenek moyangnya.

Sekali lagi Nabi Hud memperingatkan bahwa azab dan murkanya Allah SWT sangat layak diberikan kepada mereka. Karena kaum Ad telah menyekutukan-Nya, enggan meninggalkan sesembahan mereka, hingga menentang dan menolak ajaran kebenaran yang dibawa Hud AS.

Sebab tak tahan dengan perlakuan, kebodohan dan kesesatan umatnya itu, Nabi Hud kemudian memohon pertolongan Allah SWT. Dan Dia menjawab doa utusan-Nya itu, sesuai dalam Surat Al-Mu’minun ayat 39-41.

Binasanya Kaum Ad

Setelah Hud AS berdoa, Allah SWT lalu berjanji akan menurunkan azab-Nya kepada kaum Ad. Sebelum itu, Dia menyelamatkan Nabi Hud beserta sejumlah umatnya yang beriman bersamanya.

Azab kaum Ad ditandai dengan adanya kekeringan dan kemarau panjang selama tiga tahun yang membuat menderita, kemudian mereka memohon turunnya hujan. Setelah melihat gumpalan awan hitam pekat di langit, mereka menyangka bahwa itu merupakan mendung yang akan menurunkan hujan sebagai rahmat.

Padahal, itu merupakan azab yang akan menimpa mereka sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 24.

Awan hitam yang menuju kawasan tempat tinggal kaum Ad itu membuat mereka kesenangan dan berarak sambil berkata, “Inilah awan yang kami tunggu-tunggu, yang akan menurunkan hujan kepada kami.”

Kemudian ada seorang dari mereka yang menyaksikan azab apa yang terkandung di dalam awan hitam itu. Ia menjerit dan pingsan sesudah melihatnya.

Setelah tersadar, penduduk Ad yang lain bertanya tentang apa yang dia lihat. Dan ia menjawab bahwa itu adalah pusaran angin besar yang di dalamnya terdapat gejolak api, sementara di hadapannya ada beberapa orang yang menariknya untuk masuk ke dalam.

Saat itulah Allah SWT menimpakan azab kepada kaum Ad selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Peristiwa itu berlangsung hingga seluruh kaum Ad yang kafir binasa.

Riwayat lain menyebut, azab pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Hud AS dan pengikutnya yang beriman. Mereka hanya merasa angin segar dan nyaman saja yang menyentuh kulit.

Namun bagi kaum Ad yang durhaka, awan berisi pusaran angin itu adalah bahaya yang mengancam, sehingga mereka dilempari batu hingga binasa.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com