Tag Archives: arafah

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad Saat Haji di Arafah, Ini Pesannya



Jakarta

Khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW sebelum wafat diserukan pada tahun ke-10 Hijriyah di Padang Arafah. Pada saat itu, beliau sedang menjalani ibadah haji yang disebut sebagai Haji Wada yang artinya perpisahan.

Haji Wada menjadi ibadah haji satu-satunya sekaligus terakhir kalinya yang beliau laksanakan pada tahun 10 H atau 632 M. Tiga bulan setelah melaksanakan haji tersebut, beliau dinyatakan wafat.

Diceritakan dalam buku Samudra Keteladanan Muhammad karya Nurul H. Maarif, Rasulullah SAW pada saat melaksanakan Haji Wada menyampaikan khutbah terakhirnya, yaitu berisi wasiat yang menggetarkan jiwa umat muslim.


Kala itu, Rasulullah SAW memanggil segenap kaum muslim setelah mengerjaan wukuf di Padang Arafah. Ia menyerukan kepada kaum muslimin yang hadir untuk berkumpul mengelilinginya.

Beliau menyerukan khotbahnya dari atas punggung untanya yang bernama Qashwa dan diulangi oleh Rabi’ah bin Umayyah bin Ghalaf dengan keras. Khotbah terakhir ini kemudian disebut sebagai khutbah wada’.

Lantas seperti apa isi khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW?

Isi Khutbah Terakhir Nabi Muhammad

Dilansir dari buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Khalil, berikut isi khutbah terakhir Nabi Muhammad yang diriwayatkan dalam kitab-kitab tarikh.

“Segala puji bagi Allah, kami memuji kepada-Nya, kami memohon pertolongan kepada-Nya, kami memohon ampun kepada-Nya dan kami bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari segala kejahatan diri kami dan dari kejelekan-kejelekan perbuatan kami. Siapa-siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada orang yang dapat menunjukinya. Aku mengaku bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah sendirinya, tidak ada orang yang menyekutui-Nya, dan aku mengaku bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan pesuruh-Nya.”

“Aku berpesan kepada kalian, wahai hamba Allah, supaya berbakti kepada Allah dan aku menganjurkan kepadamu supaya menaati-Nya. Aku memulai pembicaraanku ini dengan yang baik.”

“Aku akan menerangkan kepadamu karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, barangkali aku tidak akan bertemu lagi dengan kamu sesudah tahun ini di tempatku berdiri.”

“Hai manusia, sesungguhnya segala darahmu dan segenap hartamu haram atas mu sampai kamu datang menghadap Tuhanmu, seperti haramnya harimu ini, dalam bulan mu ini, di negerimu ini, sesungguhnya kelak kamu akan menghadap Tuhanmu, kemudian Dia akan menanyakan kepadamu tentang amal-amal perbuatanmu. Adakah sudah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Siapa pun yang diamanati dengan suatu amanat, hendaklah ia menyampaikan amanat itu kepada orang yang bersangkutan. Semua riba telah dihapuskan, tetapi kamu berhak menerima modal-modalnya kembali. Janganlah kamu menganiaya dan jangan pula lah kamu dianiaya. Allah telah memutuskan, riba tidak ada lagi, dan riba Abbas bin Abdul Muthalib telah dihapuskan semuanya. Semua darah yang tumpah pada masa jahiliah telah dihapuskan. Permulaan darah yang kuhapuskan itu ialah darah Ibnu Rabi’ah bin al-Harits bin Abdul Muthalib.”

“Semua bekas peninggalan masa jahiliah telah dihapuskan kecuali sidanah (urusan menjaga keamanan Ka’bah) dan siqayah (urusan perairan di Mekah). Pembunuhan jiwa yang dilakukan dengan sengaja ada tuntutan balas (hukum bunuh), sedangkan pembunuhan seperti disengaja, yaitu terbunuh dengan tongkat atau batu, maka padanya didenda seratus ekor unta. Oleh sebab itu, siapa-siapa yang menambah, ia termasuk golongan orang jahiliah.”

“Hai manusia, setan itu telah putus asa, ia akan disembah di negeri kamu ini untuk selama-lamanya, tetapi jika ia diikuti selain yang demikian, ia suka dengan amalan yang demikian, yaitu amalan-amalan yang kamu pandang remeh atau amalan-amalan yang kamu pandang rendah. Oleh sebab itu, hendaklah kamu berhati-hati terhadap agamamu, agar kamu jangan mengikut kemauan setan.”

“Hai manusia, an-nasi (melambatkan waktu) menambah kepada kekufuran, dengan an-nasi itulah orang-orang kafir tersesat. Mereka menghalalkan satu tahun dan mereka mengharamkan pada tahun yang lain, untuk menginjak-injak apa-apa yang telah diharamkan Allah. Mereka halalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan mereka haramkan apa-apa yang dihalalkan Allah. Masa itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi, dan bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan yang tersebut dalam Kitab Allah, sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Di antara dua belas bulan itu ada empat bulan yang diharamkan (yang mempunyai kehormatan), tiga yang berturut-turut dan satu yang tunggal, yaitu Dzulqa’idah, Dzulhijjah, dan Muharram, dan Rajab yang terletak di antara bulan Jumadil akhir dan Sya’ban. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Hai manusia, bagimu ada hak atas istri-istrimu dan bagi mereka ada hak atas dirimu. Hak kamu atas mereka ialah bahwa mereka tidak mengizinkan seseorang yang tidak engkau sukai menginjak kakinya di atas tikar-tikar mu dan mereka tidak mempersilahkan seseorang yang tidak kamu sukai masuk ke dalam rumahmu, melainkan dengan izinmu, dan mereka tidak boleh berbuat serong dengan laki-laki lain secara terang-terangan. Jika tetap dilakukan, Allah telah mengizinkan kamu meninggalkan mereka di tempat tidur dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan.”

“Jika mereka telah berhenti berbuat demikian, kewajibanmulah memberi mereka makanan dan pakaian dengan segala sopan santun. Berilah pelajaran-pelajaran yang baik kepada perempuan-perempuan itu karena mereka adalah pembantu-pembantumu. Mereka tidak mempunyai sesuatu untuk diri mereka, kamu telah mengambil mereka sebagai amanah dari Allah, dan telah kamu halalkan kehormatan mereka dengan nama Allah. Oleh sebab itu, takutlah kamu kepada Allah tentang perempuan-perempuan itu dan hendaklah kamu memberi pelajaran yang baik kepada mereka. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Perhatikanlah perkataanku ini, wahai manusia, karena telah kusampaikan. Sesungguhnya, telah aku tinggalkan kepadamu sesuatu yang jika engkau berpegang dengannya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, suatu urusan yang terang nyata, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”

“Hai manusia, dengarlah apa yang kukatakan agar kamu hidup bahagia.”

“Hai manusia, dengarlah apa yang akan kukatakan kepadamu dan kamu perhatikanlah ia, kamu akan mengerti bahwa tiap-tiap orang Islam bersaudara dengan orang Islam yang lain dan setiap orang Islam itu bersaudara, tidaklah halal bagi seseorang dari saudaranya kecuali apa-apa yang telah diberikan kepadanya, yang timbul dari hati yang baik dari saudaranya itu. Janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Hai manusia, janganlah kamu kembali menjadi kafir sesudahku, yang segolongan memerangi golongan yang lain. Ketahuilah, yang datang hendaklah menyampaikan kepada yang tidak datang. Mungkin saja orang yang menyampaikannya lebih memelihara dirinya daripada orang yang mendengarkannya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Hai manusia, Tuhanmu satu dan orang tuamu satu, kamu semua dari Adam, sedang Adam itu dari tanah. Semulia-mulia kamu pada sisi Allah ialah yang paling takwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang-orang yang bukan Arab, melainkan karena takwa kepada-Nya. Bukankah sudah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah. Hendaklah yang datang menyampaikan kepada yang tidak datang.”

“Hai manusia, Allah telah membagikan kepada masing-masing waris bagian-bagian yang diwarisinya, maka tidak boleh bagi ahli waris menuntut wasiatnya dan tidak boleh berwasiat lebih dari sepertiga. Bagi anak hasil dari zina adalah milik ayahnya dan yang berzina dikenakan hukum rajam. Barangsiapa yang mendakwahkan atau mengaku orang lain yang bukan bapaknya sebagai bapaknya atau menetapkan majikan yang bukan majikannya, ia berhak menerima laknat Allah, laknat malaikat, dan laknat manusia seluruhnya, tidak akan diterima dari padanya tebusan darinya dan tidak pula penggantian. Kesejahteraan dan rahmat Allah serta berkah-Nya semoga dilimpahkan kepadamu.”

Demikianlah isi khutbah Nabi Muhammad SAW di hadapan kurang lebih 140.000 kaum muslimin. Rabi’ah berulang kali mengulangi khutbah beliau sehingga segenap umat muslim yang hadir dapat mendengar dan mengerti.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kusembah Engkau Karena Kucinta



Jakarta

Cerita cinta. Cerita yang tak pernah ditutup bukunya. Ia dinovelkan, ia dilagukan, ia disyairkan.

Tak terhitung jumlah judul lagu yang selalu hits, jika bertemakan cinta. Begitu juga judul film, judul novel, termasuk judul-judul puisi. Bahkan, berbagai perusahaan jasa, termasuk layanan perbankan dan perhotelan. Meninggikan kalimat cinta. Kalimat umum sebagai isyarat pelayanan unggulan. Kalimat itu bisa berujar, “Kami melayani dengan cinta”.

Cinta, menguatkan siapa saja. Kekuatan yang bahkan di luar logika. Cinta, sulit dinarasikan dengan kata-kata!


Orang yang sedang dimabuk cinta, tampak baginya keindahan dalam segala. Jika yang dicinta seorang wanita atau pria, maka dari seluruh detailnya, semuanya tampak memesona. Dari rasa cinta, muncul ungkapan kekaguman, pujian, ingatan tak berkesudahan, kerinduan, dan perasaan berbunga-bunga ketika berjumpa.
Bukankah setiap kita pernah merasakannya?

Rabi’ah al-Adawiyah. Siang itu Rabi’ah al-Adawiyah berlari-lari di Kota Baghdad. Di tangan kanannya ada setimba air. Tangan kirinya memegang obor api. Melihat yang tak biasa masyarakat betanya-tanya, ada apa?

Tak mereka duga, Rabi’ah menjawab ‘sekenanya’, “mau membakar surga dan menyiram neraka”.
Andai saja kita di sana, boleh jadi kita menduga Rabi’ah berbicara tanpa logika?

Rupanya Rabi’ah mengikuti kata hatinya. Agar siapa pun yang menyembahNya bukan mengharap surga, atau sekedar takut dari siksa neraka. Menurutnya, karena itu membuat umat Islam menyembahNya tanpa dasar cinta.

Menyembah demi cinta, pasti tak kan pernah dibutakan atas keinginan surga, atau ketakutan akan neraka.

Sangat mungkin suasana hati Rabi’ah sesuai dengan informasi dalam Zabur, kitab yang diwahyukan Allah swt. kepada Nabi Daud as. “Siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahKu karena surga atau neraka. Apakah jika Aku tidak membuat surga dan neraka, maka Aku tidak berhak untuk disembah.”

Cinta hamba, dalam lirik lagu. “Jika surga dan neraka tak pernah ada”.
Lebih sepuluh tahun lalu. Lagu tentang cinta tulus hamba kepada Tuhannya menempati papan atas tangga lagu hits di Indonesia. Perhatikanlah sebagian liriknya:

“Apakah kita semua
Benar-benar tulus
Menyembah padaNya
Atau mungkin kita hanya
Takut pada neraka
Dan inginkan surga

Jika surga dan neraka tak pernah ada

Masihkan kau bersujud kepadaNya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut namaNya”.

Di hati seorang hamba. “Sungguh tak peduli aku. Ke manakah yang Engkau rela. Yang kuberatkan jika aku masuk neraka, karena aku durhaka. Betapa nestapanya?

Bukankah perintahMu adalah nikmat. Bukankah melanggarmu adalah kerugian yang fakta. Bagaimana bisa memilih celaka daripada bahagia, jika aku memiliki logika.

Betapa maksiyat kepadaMu adalah pengkhianatan kasat mata. Atas sejati cintaMu kepadaku. Tidak tahu malu, jauh dari kata setia. Tak pantas menjadi manusia!

Andai memilih taat daripada durhaka tak pernah ada pahalanya. Logika sehatku pasti memaksa untuk memilih taat kepadaMu. Betapa tidak, karena taat itu keuntungan yang sangatlah berbukti fakta.

Maha Suci Engkau dari memerintahkan untuk celaka. Pastilah perintahMu untuk selamat dan bahagia. Maha Suci Engkau dari melarang untuk bahagia. Pastilah laranganMu untuk menghindar dari bahaya nyata. Celaka tak ada duanya.

Lalu apa kepentinganku terhadap pahala. Kecuali itu hanya karena anugerah rahmatMu saja kepada siapa pun hambaMu. Duh, hanyalah Dia yang benar-benar haq untuk dicinta, dengan segala puja.

Kalimat Maha Puja Menandai Puncaknya Cinta. Kalimat puja

dan puji untuk hamba-hambaNya. Diuntai berjalin dalam kekaguman tak berhingga. Inikah dia?

1. Bismillaahirrahmaanirraahiim
Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
2. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin
Segala puji hanya bagi Engkau Tuhan seru sekalian alam
3. Ar-Rahmaanirraahiim
Yang Maha Pengasih Maha Penyayang
4. Maaliki yaumiddiin
Maha Raja di hari pembalasan

Nabi Daud as. menerima wahyu dalam Zabur, “Sesungguhnya orang yang sangat Aku kasihi adalah orang yang beribadah bukan karena imbalan. Tapi semata, karena Aku berhak untuk disembah.”

Duhai Allah. Hamba berdoa dan berdoa. Agar setiap masa yang sedang dan akan tiba. Tak ada secelah pun padanya. Kecuali hamba menyembahMu sedang hati selalu dimabuk cinta. Cinta hanya kepadaMu saja.
Kabulkanlah Rabb!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Menuju Arafah, KepadaNya Kita Berpasrah



Jakarta

Ramai menjadi bahan perbincangan. Di sebuah group WhatsApp masyarakat terpandang. Terpandang dari tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pemahan agama. Maklum, para mereka golongan masyarakat yang strata pendidikannya memerlukan kualitas logika yang menantang.

“Kalau saya lebih baik duit digunakan untuk membantu masyarakat Palestina, atau masyarakat kurang mampu yang masih membutuhkan”, ujar salah seorang mengomentari anggota group yang berulang ke tanah haram. “Daripada mengunjungi tanah haram berulang-ulang. Bukankah kewajiban haji hanya sekali seumur hidup?” lanjutnya meminta persetujuan para anggota group sekalian.

“Ia, padahal masyarakat kita masih banyak yang membutuhkan. Bukankah uang segitu banyak, lumayan untuk memberi para mereka makan. Menutup berbagai kebutuhan?” sambut yang lain.


Rupanya yang ditujukan kepadanya komentar tak beranjak dari diam. Ia seolah pasrah dijadikan pesakitan. Menundukkan pandangan. Terus fokus memohon ridlo Tuhan. Agar ibadahnya bisa terus mudah, lancar. Tak bermaksud menuai pujian. Juga tidak menghindar dari olokan teman.

Satu, dua, tiga, lagi dan lagi. Kok bisa? Sekian banyak sudah komentar para kawan agar menggeser saja dana untuk ibadah ke tanah haram untuk membantu saudara-saudara di Palestina. Atau untuk kemanfaatan yang lebih besar. Di

dalam negeri kan lebih utama. Terlebih bagi keluarga dekat, tetangga, para masyarakat yang terhadap kebutuhan masih sangat berminat.

Logika simple yang sederhananya harus dibenarkan. Tapi eh tunggu dulu. Coba kita simak pengalaman salah seorang jemaah. Begini kisahnya.

Ia merasa berulang terheran-heran. Mengapa dirinya sering memandang dari arah belakang. Terhadap sekian orang dalam sekian kali pengamatan. Orang-orang yang tidak asing karena menggunakan atribut merah putih. Masyarakat negara asalnya. Bukan negara tetangga.

Terlihat padanya, entah di ujung escalator, entah selama berjalan menuju lokasi shalat di dalam masjid. Entah juga di beberapa lokasi yang padat lalu-lalang orang.
Tak sengaja dilihatnya tangan-tangan mereka lincah menyampaikan uang real. Yang terbanyak receh 10an real. Konversi rupiahnya hampir 50 ribuan.

Mereka sisipkan kepada cleaning service, atau kepada siapa pun yang mereka pandang berpeluang memperoleh sumbangan pendapatan.
Baju sederhana, tampilan bukan orang berada, tapi soal menyodorkan uang, mereka tidak kesulitan.

Timbul gumam dalam hatinya. Jangan-jangan para jemaah yang seperti ini yang sering berulang beribadah ke tanah haram. Kedermawanannyakah yang mengantar mereka berpeluang datang berulang-ulang. Ke Madinah, Makkah,

Arafah dan Mina? Boleh jadi ibadah bagi-bagi uang, sambil sembunyi tangan itu. Merupakan bukti mereka benar-benar rajin sembahyang. Betapa tidak, bukankah shalat, atau sembahyang harus menghasilkan bukti jiwa yang gemar menyenangkan orang di jalan Tuhan?

Kepo atas kedermawanan orang. Ia mendekatinya dengan sopan, sambil bertanya. Tentang apa yang telah diperhatikannya sejak tadi.
Alhamdulillah, kepo-nya ternyata bisa dibuang. Ketika yang ditanya berkenan menerangkan.
Bahwa, upaya untuk menghadirkan kedermawanan. Memang sudah diniatkannya sejak dari tanah air. Semenjak dirinya meniatkan untuk memenuhi undangan Tuhan.

Uang yang dia bagikan itu, adalah bagian yang akan ditebarkannya di tanah haram.
Untuk di Indonesia. Hasil usahanya dibaginya begini. Separuh lebih untuk berbagai keperluan di jalan Tuhan. Membantu saudara, kerabat, tetangga, yatim, piatu, orang-orang miskin, dan kegiatan yang semacam. Selebihnya ia kumpulkan untuk keperluan keluarganya. Sebagian dari itu diupayakannya untuk menghadirkan dirinya, saudara-saudarannya, karyawannya, bahkan tetangganya, beribadah ke tanah haram. Makkah dan Madinah.

Oh, ternyata dia bukan orang yang seringkali disangka tak memiliki perhatian. Terhadap kepentingan orang-orang yang membutuhkan.

Ia meneruskan lamunan bayangnya sambil menyimpan kekaguman mendalam.”

Duhai saudaraku yang sama memiliki pandangan. Boleh jadi karena kegigihannya membelanjakan uang di jalan Tuhan. Yang Maha Pemurah mengundangnya berulang ke tanah haram. Dengan gampang.
Bukankah ini satu pilihan dalam memandang kawan yang berulang beribadah di tanah haram?

Boleh jadi sejak sekarang, mari kita kembangkan. Perilaku dermawan yang tak perlu dipublikasikan. Agar para kita pun sama berpeluang. Mudah menunaikan ibadah ke tanah haram. Sedang Tuhan terus melimpahkan ridloNya kepada setiap kita. Karena semuanya berpacu di dalam kebaikan.

Rabb, hari Arafah ini dekat. Hanya kepada Engkau kami berpasrah dan memohon selamat. Jauhkan kami dari simpulan yang belum tentu tepat.

Semoga setiap siapa pun yang beribadah haji di tahun 1445 H. ini, mampu menempuh Jalan Cerah Menuju Arafah. Memperoleh predikat haji mabrur di dalam ridloi Allah SWT., aamiin.

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW, Berisi Pesan untuk Umat Islam



Jakarta

Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhir di Arafah pada 632 Masehi. Khutbah dilakukan ketika Nabi Muhammad SAW menjalani ibadah haji pertama dan terakhir yang dikenal dengan haji wada atau haji perpisahan.

Nabi Muhammad SAW mengerjakan ibadah haji satu kali dalam seumur hidupnya. Tiga bulan setelah ibadah haji ini, beliau wafat di usianya yang 63 tahun.

Mengutip buku Khutbah Nabi: Terlengkap dan Terpilih karya Muhammad Khalil Khathib, sebelum wafat, Rasulullah SAW telah banyak menunjukkan tanda bahwa dirinya menyampaikan tanda perpisahan. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,


“Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman-Nya, pastilah akan datang suatu hari pada salah seorang di antara kalian, dan pada hari itu orang tersebut tidak dapat melihat diriku, sehingga seandainya ia melihat diriku pastilah akan lebih ia sukai melebihi kesukaannya kepada keluarga dan harta yang miliknya.” (HR Bukhari Muslim)

Dari ucapan ini, orang-orang menakwilkan bahwa dengan ucapannya itu, Rasulullah SAW sedang mengabarkan berita kematian beliau dengan memberitahukan kepada para sahabat tentang apa yang akan terjadi setelah beliau wafat. Yaitu kabar ketika muncul begitu banyak orang amat mendambakan perjumpaan dengan Rasulullah SAW di saat beliau sudah tiada, karena sebelumnya mereka dapat menyaksikan sebagian keberkahan Rasulullah SAW.

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW

Melansir laman Kementerian Agama (Kemenag), Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji bersama para sahabat dan sekitar 114.000 umat Islam. Setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan umat Islam di Arafah.

Beliau melakukan seruan dari atas punggung untanya yang bernama al-Qushwa. Di atas punggung unta inilah Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya.

Prof. Osman Raliby dalam tulisannya di Majalah Suara Masjid mengatakan khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW berisi pesan untuk seluruh umat Islam.

“Segala puji adalah bagi Allah. Kita memuja dan memuji Dia dan memohon pertolongan kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung pada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan dari segala perbuatan yang buruk. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka takkan ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tak ada siapa pun yang dapat menunjukkan jalan baginya.

Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Maha Esa Ia, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku naik saksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.

Wahai manusia, dengarkanlah pesanku baik-baik.

Aku akan menyampaikan kepadamu satu keterangan (sebagai wasiat), karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan kamu sesudah tahun ini di tempat aku berdiri (sekarang) ini.

Wahai manusia, Sesungguhnya darahmu (jiwamu), harta bendamu dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilarang diganggu), sebagaimana suci dan haramnya bulan ini (bulan haji), sampai kamu kelak menghadap Tuhan. Sungguh kamu pasti akan menemui (menghadap) Tuhan, di mana Ia pasti akan menanyakan tentang segala amal perbuatanmu.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)

Maka barangsiapa ada amanat di tangannya, hendaklah disampaikannya kepada orang yang memberikan amanat itu kepadanya.

Ingatlah, tak seorang pun yang melakukan tindak pidana melainkan ia sendiri yang bertanggungjawab atasnya. Tidak ada anak bertanggungjawab terhadap tindak pidana ayahnya, pun juga tidak seorang ayah bertanggungjawab terhadap tindak pidana anaknya.

Wahai manusia, dengarkanlah kata-kataku ini dan pahamkan semuanya.

Sesungguhnya seorang muslim dan muslim lainnya adalah umat yang bersaudara. Tidak ada sesuatu yang halal bagi seorang muslim dari saudaranya melainkan apa yang telah direlakan kepadanya. Maka janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).”

Khutbah Wada’ mendeklarasikan prinsip-prinsip Islam tentang persamaan hak dan martabat manusia tanpa memandang ras, suku bangsa dan warna kulit. Pada bagian lain khutbah yang monumental itu ditekankan beberapa hal, yaitu:

“Sesungguhnya riba sudah dihapuskan. Tapi kamu akan memperoleh modal saham kamu. Maka janganlah kamu berlaku zalim agar kamu pun tidak dizalimi orang.

Wahai segenap manusia! Sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa (Satu), dan nenek moyangmu adalah satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang yang bukan Arab melainkan dengan takwa itulah. Dan jika seorang budak hitam Abyssinia sekalipun menjadi pemimpinmu, dengarkanlah dia dan patuhlah padanya selama ia tetap menegakkan Kitabullah.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).

Wahai manusia, takutlah kepada Allah. Kerjakanlah shalat yang lima waktu, lakukanlah puasa, berhajilah ke Baitullah dan tunaikanlah zakat hartamu dengan sukarela serta patuhlah atas apa yang aku perintahkan. Kamu pasti kelak akan bertemu dengan Tuhanmu, dan Ia pasti akan menanyakan kepadamu tentang segala perbuatanmu.

Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)

Sesungguhnya zaman itu beredar, musim berganti.

Wahai segenap manusia! Sesungguhnya setan itu sudah putus harapan akan (terus) disembah-sembah di negerimu ini. Akan tetapi sesungguhnya dia puas dengan ditaati dalam hal-hal selain daripada itu (disembah), yakni dalam perbuatan-perbuatan yang kamu (sebenarnya) benci, maka waspadalah terhadap tipu daya (setan) yang akan merugikan agamamu.”

“Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia! Sesungguhnya telah kusampaikan kepadamu, dan sesungguhnya aku sudah meninggalkan untuk kamu sekalian sesuatu, yang bila kamu berpegang teguh kepadanya, pasti kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni sesuatu yang terang dan nyata, Kitabullah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.”

Rasulullah menutup Khutbah Wada’ dengan pernyataan dan pertanggungjawaban terbuka kepada Allah SWT,

“Wahai Tuhanku! Persaksikanlah, persaksikanlah wahai Tuhanku.

Maka hendaklah yang telah menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Semoga barang siapa yang menyampaikan akan lebih mendalam memperhatikannya daripada sebagian yang mendengarkannya. Mudah-mudahan bercucuranlah rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu sekalian!”

Setelah mengucapkan khutbah perpisahan, beliau turun dari untanya Alqashwa. Usai menunaikan salat Zuhur dan Ashar yang dijama’ secara berjamaah, Rasulullah menuju suatu tempat yang bernama Sakhrat. Di sana disampaikannya ayat Al-Quran yang baru saja diwahyukan Allah untuk penghabisan kali sebagai penutup risalah kenabian yakni surat Al Maidah ayat 3,

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحْمُ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلْمُنْخَنِقَةُ وَٱلْمَوْقُوذَةُ وَٱلْمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا۟ بِٱلْأَزْلَٰمِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِ ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Perkiraan Lebaran Haji 2025 dan Ibadah yang Bisa Diamalkan


Jakarta

Lebaran Haji atau Idul Adha merupakan salah satu hari raya terpenting bagi umat Islam di seluruh dunia. Kapan perkiraan Lebaran Haji 2025?

Bagi umat Islam di Indonesia, Lebaran Haji bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang refleksi diri dan pengabdian kepada Allah SWT. Momen ini menjadi kesempatan untuk meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, serta untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Perayaan Lebaran Haji di Indonesia biasanya diwarnai dengan berbagai tradisi dan budaya, seperti menyembelih hewan kurban, salat Idul Adha, dan saling mengunjungi keluarga dan kerabat. Lebaran Haji juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dan saling berbagi kebahagiaan dengan sesama.


Perkiraan Lebaran Haji 2025

Kalender Hijriah memang menjadi acuan penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Kalender ini tak hanya menandai pergantian tahun, tetapi juga memiliki peran penting dalam menentukan berbagai ibadah dan hari-hari besar Islam.

Mengacu pada Kalender Islam (Hijriah) Tahun 2025 yang didasarkan dari sistem Ummul Qura Arab Saudi oleh Alhabib, Lebaran Haji 2025 diperkirakan bertepatan dengan bulan Juni, sama seperti tahun ini. Berdasarkan kalender tersebut, Lebaran Haji 10 Dzulhijjah jatuh pada 6 Juni 2025.

Namun, tanggal pasti jatuhnya Lebaran Haji tahun 2025 masih bisa berubah tergantung dengan keputusan sidang isbat penentuan awal bulan Dzulhijjah.

Meskipun tanggal pastinya masih bisa berubah, perkiraan ini memberikan gambaran awal bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri menyambut Hari Raya Idul Adha. Momen penuh makna ini menjadi waktu untuk melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu, serta merayakannya bersama keluarga dan kerabat.

Amalan Lebaran Haji 2025

Dalam menjalankan Lebaran Haji tahun 2025 atau 1446 H, tentunya kita harus mengisinya dengan kegiatan ibadah kepada Allah. Terdapat beberapa amalan yang bisa dilakukan saat Lebaran Haji, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Haji

Dikutip dari buku Ibadah Haji oleh Abbas Jumadi, dkk, haji adalah berkunjung ke Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan beberapa amalan. Berbagai amalan tersebut terdiri dari wukuf, mabit, melontar jumrah, thawaf, sa’i, dan amalan lainnya pada waktu tertentu demi memenuhi panggilan Allah SWT.

Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu, setidaknya sekali seumur hidup. Bagi umat Islam yang memiliki kemampuan finansial, fisik, dan mental yang kuat, maka dapat menjalankan ibadah Haji di tahun 2025 mendatang.

2. Kurban

Menukil buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas IX oleh H. Ahmad Ahyar dan Ahmad Najibullah, kurban adalah penyembelihan hewan pada Hari Raya Idul Adha dan hari tasyrik tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Hukum kurban adalah sunah muakkad.

Ibadah kurban meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS. Kesediaan beliau untuk mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah Allah SWT menjadi contoh ketaatan dan keikhlasan bagi umat Islam.

Kurban juga menunjukkan ketaatan dan pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT. Dengan kerelaan mengorbankan harta benda terbaiknya, seorang muslim menunjukkan rasa cinta dan ketundukannya kepada Allah SWT.

3. Salat Idul Adha

Dilansir dari Buku Panduan Sholat Lengkap (Wajib & Sunah) oleh Saiful Hadi El Sutha, salat Idul Adha merupakan salat sunah yang dikerjakan untuk menandai datangnya hari raya kurban.

Hukum dari salat Idul Adha adalah sunah muakkad yang berarti sangat dianjurkan mendekati wajib.

4. Puasa Sunah

Menjalankan ibadah puasa sunah juga bisa menjadi salah satu amalan dalam rangkaian Lebaran Haji 2025. Dilansir dari buku Cinta Shaum, Zaakat, dan Haji oleh Miftahul Achyar Kertamuda, puasa Dzulhijjah merupakan puasa sunah di 9 hari pertama Dzulhijjah yang dapat dijalankan umat Islam.

Pada hari ke-8 Dzulhijjah, puasa sunah disebut dengan puasa tarwiyah. Sementara itu, pada tanggal 9 Dzulhijjah, puasa sunah disebut dengan puasa arafah yang berbarengan dengan waktu wukuf di Arafah bagi yang sedang berhaji.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 Sukses



Jakarta

Seluruh fase penyelenggaraan ibadah haji telah selesai mulai dari pemberangkatan, puncak haji hingga pemulangan. Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyatakan haji 2024 sukses dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Dari 213.320 kuota, ada 213.275 jemaah haji reguler yang berangkat ke Arab Saudi dari 12 Mei hingga 11 Juni 2024. Hanya 45 kuota tidak terserap.

Puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang dilaksanakan pada 14-19 Juni 2024 berjalan lancar. Skema baru murur berjalan sukses hingga peristiwa 2023 di Muzdalifah tidak terulang.


Dari 21 Juni hingga 22 Juli 2024, ada 212.720 jemaah yang dipulangkan ke Tanah Air dalam 553 kloter. Hingga akhir operasional, ada 46 jemaah masih dirawat di Arab Saudi. Jemaah yang sakit tersebut akan terus dipantau oleh Kantor Urusan Haji (KUH) di Jeddah. Selama perawatan, jemaah tidak dikenakan biaya.

“Tidak berlebihan, jika disebut haji 2024 sukses dan jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ada sejumlah indikator dan kita formulasikan dengan skema 4 – 3 – 5,” jelas Menag Yaqut dalam acara Closing Statement Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Skema 4-3-5 ini ialah empat perdana di haji 2024, tiga pengembangan ekosistem potensi ekonomi haji dan lima inovasi haji 2024. Berikut pemaparannya:

Empat Hal yang Serba Perdana pada Haji 2024, yakni:

1. Pertama layanan fast track diterapkan pada tiga embarkasi. Selain Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), juga di Adi Soemarmo Solo dan Djuanda Surabaya.

2. Pertama dalam kuota normal (dan ada kuota tambahan), layanan katering diberikan secara penuh selama jemaah berada di Makkah.

3. Pertama dalam sejarah, Indonesia mendapat kuota tambahan hingga 20.000 jemaah. Ini bagian dari upaya lobi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo kepada Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.

4. Pertama kebijakan murur diterapkan secara terencana dan sistematis. Murur adalah skema pergerakan jemaah dari Arafah (usai wukuf) menuju Muzdalifah (melintas tanpa turun), lalu menuju ke Mina. Ini sebagai ikhtiar agar kepadatan di Muzdalifah yang terjadi pada 2023 tidak terulang.

Tiga Pengembangan Ekosistem Potensi Ekonomi Haji, yakni:

1. Ekspor bumbu Nusantara. Pada 2023, baru 16 ton bumbu Nusantara yang diekspor untuk memenuhi kebutuhan dapur penyedia katering jemaah haji Indonesia. Tahun ini jumlahnya meningkat lebih dari 70 ton. Potensi ke depan masih terbuka lebar karena kebutuhannya mencapai 300 ton.

2. Pengiriman daging dam petugas dan jemaah dalam bentuk kemasan daging olahan.

3. Tahun ini, Indonesia mulai menggunakan makanan siap saji dalam layanan katering jemaah. Makanan itu didatangkan dari Indonesia.

Lima Inovasi Haji 2024, yakni:

1. Transformasi digital dalam rekrutmen petugas.

2. Aplikasi Kawal Haji memberi ruang bagi jemaah dan keluarga jemaah, bahkan masyarakat umum, untuk menyampaikan keluhan dan aduan jika mengalami masalah. Hasilnya, beragam masalah lebih cepat teridentifikasi dan tertangani.

3. Safari wukuf lansia nonmandiri dan disabilitas dengan persiapan yang lebih matang, baik dari aspek akomodasi, petugas, maupun layanan konsumsi.

4. Penggunaan IPS (International Patient Summary) atau riwayat kesehatan jemaah haji pada kartu jemaah haji.

5. Penyederhanaan proses tunda/batal visa untuk optimalisasi penggunaan kuota haji.

“Alhamdulillah, seluruh tahapan sudah selesai dan saya nyatakan operasional haji 1445 H/2024 M berakhir,” ungkap Gus Yaqut.

Dalam waktu dekat Kemenag juga akan menggelar evaluasi sekaligus memulai persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/2025 M. Arab Saudi sudah mengumumkan bahwa kuota haji Indonesia tahun 2025 sebanyak 221.000. Pada awal September 2024, sudah akan dimulai pertemuan persiapan dan rapat dengan perusahaan penyedia layanan (paket, akomodasi, konsumsi).

Menag juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas arahan dan dukungannya hingga ibadah haji tahun ini berjalan dengan sukses dan lancar. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan untuk Komisi VIII DPT yang terus memberikan saran serta masukan bagi perbaikan penyelenggaraan haji di masa mendatang.

Tak lupa ucapan terima kasih kepada jajaran Kementerian/Lembaga terkait, serta TNI/Polri atas kerja sama dan kontribusinya dalam ikut menyukseskan penyelenggaraan haji 2024 dan Pemerintah Arab Saudi atas kerja samanya yang baik sehingga penyelenggaraan ibadah haji dapat berjalan lancar.

“Secara khusus, rasa terima kasih saya sampaikan kepada Petugas Haji Indonesia atas dedikasi dan ketulusannya dalam memberikan layanan kepada jemaah,” tambah Gus Yaqut.

Terakhir Gus Yaqut juga menyampaikan apresiasi kepada jemaah haji 2024.

“Apresiasi saya sampaikan kepada seluruh jemaah haji Indonesia yang tertib sehingga penyelenggaraan ibadah haji berjalan lancar. Semoga semua jemaah memperoleh haji mabrur mabruroh. Saya berharap jemaah haji bisa memberi warna dalam kehidupan masyarakat yang lebih baik,” kata Gus Yaqut.

“Kepada jemaah yang wafat, kita doakan semoga husnul khotimah dan keluarganya diberi ketabahan dan kesabaran,” tutup Menag yang akrab disapa Gus Men itu.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Inovasi Kemenag di Balik Kesuksesan Haji 2024



Jakarta

Operasional penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M telah selesai. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan penyelenggaraan haji tahun ini berjalan dengan sukses dan lancar.

“Alhamdulillah, seluruh fase penyelenggaraan ibadah haji sudah berjalan dengan baik. Mulai dari pemberangkatan, puncak haji hingga pemulangan,” jelas Menag dalam Closing Statement Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji 2024 ini tidak terlepas dari skema 4-3-5. “Selain empat perdana di haji 2024, tiga pengembangan ekosistem potensi ekonomi haji, dan lima inovasi haji 2024,” ujar Gus Men, sapaan Menag.


Lima inovasi haji 2024 ini meliputi perekrutan petugas, aplikasi Kawal Haji, safari wukuf lansia nonmandiri dan disabilitas, penggunaan IPS (International Patient Summary) dan penyederhanaan proses tunda atau batal visa untuk optimalisasi kuota haji.

Pertama ada transformasi digital dalam rekrutmen petugas haji. “Pendaftaran petugas haji terbuka dan dilakukan secara online. CAT untuk semua petugas termasuk tenaga pendukung PPIH di Arab Saudi dan mahasiswa Timur Tengah,” jelas Gus Men.

Selain itu, yang kedua Kemenag juga berinovasi dengan membuat aplikasi Kawal Haji. Aplikasi ini memberi ruang bagi jemaah dan keluarga jemaah, bahkan masyarakat umum. “Masyarakat dapat menyampaikan keluhan dan aduan jika mengalami masalah. Hasilnya beragam masalah lebih cepat teridentifikasi dan tertangani,” tambah Gus Men.

Untuk inovasi ketiga ada safari wukuf lansia nonmandiri dan disabilitas dengan persiapan yang lebih matang, baik dari aspek akomodasi, petugas, maupun layanan konsumsi.

“Total tahun ini ada 293 jemaah haji lansia nonmandiri dan disabilitas yang terfasilitasi dan merasa bersyukur bisa tetap menjalankan wukuf di Arafah di tengah keterbatasan jemaah,” ujar Gus Men.

Keempat, Penggunaan IPS (International Patient Summary) atau riwayat kesehatan jemaah haji pada kartu jemaah haji. IPS ini berisikan resume kesehatan jemaah dari sisi demografi, alergi atau intoleransi, pengobatan, penyakit, dan imunisasi atau vaksinasi. Dengan informasi ini, layanan kesehatan di Arab Saudi dapat memberikan tindakan medis yang lebih tepat dan terukur.

Terakhir, penyederhanaan proses tunda atau batal visa untuk optimalisasi penggunaan kuota haji. Jemaah yang sudah terbit visanya namun karena sesuatu hal batal atau tunda, diinput oleh tim Kankemenag Kab/Kota ke Siskohat.

Sehingga, Kanwil Kemenag Provinsi dan Kemenag pusat dapat segera membatalkan dan mengajukan visa penggantinya. Pendekatan ini berhasil mengoptimalkan serapan kuota haji hingga tahun ini hanya tersisa 45 kuota.

Gus Men menyatakan kelima inovasi haji 2024 ini menambah deretan kesuksesan penyelenggaraan haji. Dalam waktu dekat, pihaknya akan menggelar evaluasi sekaligus memulai persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/2025 M.

Arab Saudi juga sudah mengumumkan bahwa kuota haji Indonesia tahun 2025 sebanyak 221.000. Awal September 2024, sudah akan dimulai pertemuan persiapan dan rapat dengan perusahaan penyedia layanan (paket, akomodasi, konsumsi).

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Apa Itu Haji Ifrad, Dalil, Tata Cara, Waktu dan Perbedaan dengan Jenis Haji Lainnya


Jakarta

Bagi umat Islam, melaksanakan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan bagi mereka yang mampu. Haji Ifrad adalah salah satu dari tiga jenis haji yang dikenal dalam ajaran Islam, selain Haji Tamattu’ dan Haji Qiran.

Haji Ifrad merupakan salah satu jenis ibadah haji di mana seseorang melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu, dan umrah dilakukan secara terpisah setelahnya di luar musim haji. Dengan kata lain, dalam Haji Ifrad, umrah tidak dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan haji.

Apa Itu Haji Ifrad

Dalam buku Ensiklopedia Fikih Indonesia: Haji & Umrah yang disusun oleh Ahmad Sarwat, dijelaskan bahwa ifrad berasal dari kata mashdar dengan akar kata ‘afrada’, yang artinya memisahkan sesuatu sehingga menjadi sendiri-sendiri, atau memisahkan sesuatu yang sebelumnya digabungkan.


Secara harfiah, ifrad memiliki makna yang berlawanan dengan qiran, yaitu menggabungkan.

Dalam konteks ibadah haji, ifrad merujuk pada pemisahan antara ibadah haji dan umrah. Dengan demikian, pelaksanaan haji tidak dilakukan bersamaan dengan umrah.

Orang yang melaksanakan haji ifrad hanya menunaikan ibadah haji tanpa melakukan umrah. Namun, mereka tetap diperbolehkan melakukan umrah, tetapi setelah seluruh rangkaian haji selesai.

Haji Ifrad adalah satu-satunya jenis haji yang tidak mengharuskan jemaah membayar denda berupa penyembelihan kambing sebagai dam. Berbeda dengan Haji Tamattu’ dan Qiran, yang mewajibkan jemaah untuk membayar dam.

Dalil Pelaksanaan Haji Ifrad

Haji Ifrad dilaksanakan berdasarkan dalil dari hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah memisahkan antara ibadah haji dan umrah saat menunaikan haji.

Dasar pelaksanaan Haji Ifrad bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Dia berkata,

“Kami keluar bersama Rasulullah SAW pada tahun ketika beliau melaksanakan haji Wada’. Di antara kami ada yang berihram untuk umrah, berihram untuk umrah dan haji (haji qiran), dan ada pula yang berihram untuk melaksanakan haji saja. Sementara Rasulullah berihram untuk haji. Adapun yang berihram untuk haji atau yang berihram dengan menggabungkan antara haji dan umrah, maka mereka tidak bertahallul hingga pada hari Nahar (tanggal 10 Zulhijah).” (HR Bukhari dan Muslim).

Tata Cara dan Rangkaian Haji Ifrad

Kembali mengacu pada buku Ensiklopedia Fikih Indonesia: Haji & Umrah yang disusun oleh Ahmad Sarwat, tata cara pelaksanaan Haji Ifrad adalah dengan menunaikan ibadah haji terlebih dahulu. Setelah menyelesaikan haji, jamaah kemudian mengenakan ihram untuk umrah dan melaksanakan rangkaian amalan umrah.

Secara ringkas, urutan pelaksanaan Haji Ifrad adalah menyelesaikan haji terlebih dahulu, kemudian melanjutkan dengan umrah. Menurut buku Fiqh As-Sunnah Jilid 3 karya Sayyid Sabiq, terjemahan Khairul Amru Harahap dan kawan-kawan, mereka yang menunaikan Haji Ifrad melafalkan talbiyah dengan lafaz sebagai berikut:

Labbaika bi-hajjin

Artinya: “Aku memenuhi panggilan-Mu untuk haji.”

Secara lebih rinci berikut ini adalah tata cara dan rangkaian kegiatan haji Ifrad:

  1. Ihram di miqat untuk haji
  2. Tawaf qudum
  3. Sa’i haji
  4. Tanggal 8 Dzulhijjah, masih keadaan ihram
  5. Tanggal 9 Dzulhijjah, wukuf di Arafah
  6. Tanggal 10 Dzulhijjah, mabit di Muzdalifah
  7. Lempar jumrah Aqabah
  8. Tahalul Awal
  9. Tawaf Ifadhah
  10. Tahalul Tsani
  11. Mabit di Mina
  12. Tanggal 11 Dzulhijjah, melempar tiga jumrah
  13. Tanggal 12 Dzulhijjah, melempar tiga jumrah
  14. Meninggalkan Mina untuk Nafar Awal
  15. Tanggal 13 Dzulhijjah, melempar tiga jumrah
  16. Meninggalkan Mina untuk Nafar Tsani

Waktu Pelaksanaan Haji Ifrad

Dikutip dari buku Tuntunan Lengkap Wajib & Sunnah Haji dan Umrah karya H. Halik Lubis, berikut ini adalah waktu pelaksanaan Haji Ifrad:

8 Zulhijah – Mekah (pagi)

Berangkat menuju Mina bila melakukan sunah Tarwiyah atau menuju Arafah setelah meninggalkan sunah Tarwiyah.

8 Zulhijah – Mina (siang-malam)

Bermalam/mabit di Mina sebelum berangkat ke Arafah seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

9 Zulhijah – Mina (pagi)

Berangkat menuju Arafah setelah matahari terbit atau setelah melakukan salat Subuh.

9 Zulhijah – Arafah (siang-sore)

Sembari menunggu wukuf pada tengah hari, jangan lupa berdoa, berzikir, dan bertasbih. Selanjutnya meng-qashar salat Dzuhur dan Ashar. Kedua salat ini dilakukan pada waktu Dzuhur. Setelah salat selesai, berlanjut dengan wukuf dan berdoa, berzikir, dan bertalbiah, dilakukan terus menerus hingga waktu Maghrib tiba.

9 Zulhijah – Arafah (sore-malam)

Setelah matahari terbenam, dilanjutkan menuju Muzdalifah. Melakukan salat Maghrib di Muzdalifah dengan jamak salah Isya seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

9 Zulhijah – Muzdalifah (malam)

Menjamak takhir Maghrib dan Isya. Bermalam sebentar hingga lewat tengah malam sembari mengumpulkan 7 kerikil yang bertujuan untuk melempar jumrah aqabah.

10 Zulhijah – Mina

Melontarkan jumrah aqabah sebanyak 7 kali, melakukan tahalul awal, kemudian melanjutkan tawaf ifadah, sa’i, dan sunah melakukan tahallul qubra dengan cara mencukur rambut kepala. Jemaah harus sudah tiba di Mina sebelum waktu Magrib kemudian bermalam di Mina hingga tengah malam.

11 Zulhijah – Mina

Melontarkan jumrah Ula, wusta, dan Aqabah sebanyak 7 kali. Kemudian bermalam di Mina paling tidak sebelum Maghrib hingga tengah malam.

12 Zulhijah – Mina

Melontar jumrah Ula, Wusta, dan Aqabah masing-masing 7 kali saat waktu subuh. Nafar awal, kembali ke Mekah sebelum Maghrib tiba. Hingga akhirnya dilanjutkan melakukan tawaf ifadah dan sa’i setelah tahallul qubra bagi yang belum melakukan.

13 Zulhijah – Mina (pagi)

Melontar jumrah Ula, Wusta, dan Aqabah sebanyak 7 kali.

13 Zulhijah – Mekah (siang-malam)

Melakukan tawaf iafadah, sa’i, dan melakukan tahallul qubra bagi yang belum melaksanakannya. Setelah ini, ibadah haji pun selesai.

Perbedaan Haji Ifrad dengan Haji Qiran dan Tamattu

Menurut buku Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali karya Mighniyah, Haji Ifrad adalah ibadah haji yang dilaksanakan secara terpisah dari umrah. Dalam praktiknya, Haji Ifrad dimulai dengan pelaksanaan haji terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan ibadah umrah setelahnya.

Sementara itu, Haji qiran adalah ibadah haji dan umrah yang dilakukan secara bersamaan. Dalam haji qiran, jamaah berihram dengan niat umrah dan haji sekaligus.

Jenis Haji yang terakhir, Haji Tamattu merupakan ibadah haji yang diawali dengan melakukan umrah terlebih dahulu.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Asosiasi Haji Khusus Seleksi Syarikah untuk Pelayanan Terbaik Jemaah Haji RI



Jakarta

Sejumlah pengusaha travel haji khusus yang tergabung dalam Konsorsium Berkah Bersama (KBB) melakukan beauty contest atau seleksi syarikah yang akan melayani jemaah haji khusus Indonesia selama di Mina dan Arafah. Syarikah adalah perusahaan yang mendapatkan izin operasional di Mina dan Arafah atas mandate dari badan pelayanan haji di Makkah (muassasah).

Adapun Konsorsium Berkah Bersama (KBB) anggotanya berasal dari Aliansi Pengusaha Haramain Seluruh Indonesia (Asphirasi), Kebersamaan Pengusaha Travel Haji dan Umrah (Bershatu), Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (Kesthuri), Asosiasi Penyelenggara Haji Umroh dan In-Bound Indonesia (Asphurindo), dan Afiliasi Penyelenggara Umrah dan Haji (Ampuh)

Satu persatu syarikah tersebut datang ke Indonesia untuk melakukan presentasi tentang pelayanan yang akan mereka tawarkan pada Jemaah haji Indonesia. Pada Senin malam kemarin satu syarikah juga melakukan presentasi di hadapan puluhan pengusaha travel haji khusus yang tergabung dalam KBB.


“Kami hari ini memperkenalkan salah satu layanan syarikah, di mana kita haji itu membutuhkan syarikah-syarikah. Syarikah syarikah ini kita undang untuk mempresentasikan bagaimana layanan-layanan mereka nanti di Arafah dan Mina,” kata Ketua Umum Aliansi Pengusaha Haramain Seluruh Indonesia (Asphirasi) Awaluddin Wahab kepada wartawan di Jakarta, Senin malam 18 November 2024.

Pada Senin malam kemarin adalah syarikah terakhir yang melakukan presentasi di hadapan anggota Konsorsium Berkah Bersama. Pihak KBB akan segera menentukan syarikah yang akan melayani Jemaah haji Indonesia selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).

Asrul Aziz Taba dari Kesthuri mengatakan saat ini KBB masih menunggu kebijakan pemerintah terkait kepastikan waktu kapan Jemaah haji khusus ini bisa melunasi biaya. “Sehingga kita tahu berapa jumlah yang kita miliki, sehingga kita bisa memilih syarikah mana yang akan kita pilih sebagai pihak yang akan melayani kita di sana (Saudi),” kata Asrul di tempat yang sama.

Salah satu syarikah yang melakukan presentasi di hadapan Konsorsium Berkah Bersama pada Senin malam adalah Ithraa Alkhair. Chairman of The Board of Directors Ithraa Alkhair Faisal Abdul Aziz mengatakan pihaknya menawarkan tenda dua lantai di Arafah dan Mina untuk Jemaah haji khusus Indonesia. Adanya tenda dua lantai di Mina dan Arafah ini memungkinkan setiap Jemaah haji khusus Indonesia memiliki space yang lebih luas, yakni sekitar 1,5 meter persegi setiap jemaahnya.

Selain space dan tenda dua lantai, Faisal juga menyebut bahwa lokasi jemaah dengan tempat untuk melontar jumroh di Jamarot cukup dekat. “Kami (Ithraa Alkhair) menawarkan tenda dua lantai di Arafah dan Mina. Untuk Mina, izin awalnya sudah ada,” kata Faisal.

Asrul menyambut baik tawaran dari Ithraa Alkhair tersebut, namun keputusan untuk menentukan Syarikah nantinya ada di anggota Konsorsium Berkah Bersama.”Dia (Ithraa Alkhair) menawarkan, tapi pilihan ada di tangan kami (KBB),” kata dia.

Yang pasti, kata Asrul, pilihan terhadap syarikah nantinya akan dilakuka dengan pertimbangan untuk pelayanan Jemaah haji khusus Indonesia yang lebih baik.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Niat dan Buka Puasa Lengkap


Jakarta

Puasa sebagai latihan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, yang merupakan bagian dari pelajaran mengendalikan diri. Puasa terbagi menjadi dua jenis, yakni puasa sunnah dan puasa wajib.

Salah satu puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah puasa Senin Kamis. Berikut ini adalah doa puasa Senin Kamis.

Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, beliau menjadikan hari Senin sebagai hari yang istimewa untuk berpuasa.


سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. وَسُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. وَسُئِلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاِثْنَيْنِ وَ الْخَمِيسَ فَقَالَ ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ. (رواه مسلم)

Artinya: “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, Beliau menjawab: Puasa itu menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang. Dan Beliau ditanya tentang puasa Asyura, Beliau menjawab: Puasa itu menghapus dosa tahun yang lalu. Beliau ditanya lagi tentang puasa senin kamis, lalu Beliau menjawab:Pada hari itu adalah hari dimana aku dilahirkan,aku dijadikan seorang utusan {Rasul}, dan pada hari itu juga aku menerima wahyu.” (HR. Muslim dari Abi Qatadah al-Anshariy RA).

Doa Puasa Senin Kamis

1. Niat Doa Puasa Senin Kamis

Adapun bacaan niatnya yaitu:

Niat Puasa Senin

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati yaumil itsnaini lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah hari Senin ini karena Allah ta’ala.”

Niat Puasa Kamis

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ الخَمِيْسِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati yaumil khamîsi lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah hari Kamis ini karena Allah ta’ala.”

2. Doa Menahan Lapar saat Puasa Senin Kamis

Mengutip buku Doa-doa Terbaik Sepanjang Masa karya Ust. Ahmad Zacky El-Syafa. Doa dibacakan ketika merasa lapar saat menunaikan ibadah puasa Senin Kamis.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُوعِ فَإِنَّهُ بِئْسَ الصَّجِيْعُ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخِيَانَةِ فَإِنَّهَا بِئْسَتِ الْبِطَانَةِ

Arab-latin: Allaahumma innni a’uudzubika minal juu’i fainnahu bi’sadh dhajii’u wa a’uudzubika minal khiyaanati fa- innahaa bi’satil bithaanati.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa lapar, sebab sesungguhnya rasa lapar adalah seburuk-buruknya teman tidur. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat khianat, sebab khianat merupakan seburuk-buruk pakaian.” (HR. Abu Dawud).

3. Doa Berbuka Puasa Senin Kamis

Doa berbuka puasa ada banyak macamnya, dilansir dari buku Magnet Rezeki Keluarga karya Ustadz Arifin Ibnu Jumani, terdapat doa berbuka puasa, sebelum makan, dan doa sesudah makan.

اللهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ ه وه و وَابْتَلَتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ.

Arab-latin: Allaahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu. Dzahabazh-zhama-u wab-tallatil ‘uruuqu watsabatal ajru insyaa-allaah.

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku berbuka. Telah hilang rasa haus dan telah basah urat-urat, serta telah ditetapkan pahala, insyaallah.”

4. Doa Sebelum Makan (Berbuka Puasa)

Doa selanjutnya dibaca ialah doa sebelum makan pada saat berbuka puasa Senin-Kamis.

اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، بِسْمِ اللَّهِ.

Arab-Latin: Allaahumma baarik lanaa fiimaa razaqtanaa wa qinaa adzaaban naar, bismillaah.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada apa yang telah Engkau karuniakan dan lindungilah kami dari siksa neraka. Dengan menyebut nama Allah.”

5. Doa Sesudah Makan (Berbuka Puasa)

الْمُسْلِمِينَ. الحمد لله الذي أطعمنا وسقانا وجعلنا من

Arab-latin: Alhamdulillaahilladzii ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa minal muslimiin.

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan telah memberi kami minum, dan menjadikan kami termasuk orang yang patuh.”

Demikianlah doa-doa yang dapat dibacakan ketika mengerjakan puasa Senin Kamis, supaya puasa diterima oleh Allah SWT.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com