Tag Archives: ashar

Lengkap Arab, Latin, dan Tata Caranya


Jakarta

Dalam kondisi tertentu, Islam memberikan keringanan (rukhshah) kepada umatnya untuk menjamak sholat, yakni menggabungkan dua waktu sholat dalam satu waktu pelaksanaan. Salah satu kombinasi yang dibolehkan adalah sholat Zuhur dan Ashar.

Penggabungan ini dibolehkan dalam kondisi tertentu seperti safar (perjalanan jauh), hujan, sakit, atau keadaan darurat lainnya. Rasulullah SAW sendiri pernah menjamak sholat saat safar sebagai bentuk kemudahan dari Allah SWT kepada hamba-Nya.


Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, ia mengatakan,

“Rasulullah SAW jika bepergian sebelum matahari tergelincir menangguhkan sholat Zuhur sampai tiba waktu sholat Ashar, kemudian beliau menjamak keduanya. Lalu, jika matahari telah tergelincir sebelum beliau berangkat, beliau menunaikan sholat Zuhur (terlebih dahulu), kemudian beliau menaiki (hewan tunggangannya).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain dari Muadz RA, diriwayatkan,

“Kami pernah pergi bersama Rasulullah SAW dalam Perang Tabuk. Beliau sholat Dzuhur dan Ashar dengan jamak serta Maghrib dan Isya dengan jamak.” (HR Muslim)

Jenis-jenis Jamak Sholat

Dikutip dari buku Fiqh Bersuci dan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi karya Abu Utsman Kharisman, jamak dibagi menjadi dua jenis:

1. Jamak Taqdim

Menggabungkan dua sholat dan dikerjakan pada waktu sholat pertama, yaitu Zuhur dan Ashar dilakukan di waktu Zuhur.

2. Jamak Ta’khir

Menggabungkan dua sholat dan dikerjakan pada waktu sholat kedua, yaitu Zuhur dan Ashar dilakukan di waktu Ashar.

Niat Sholat Jamak Zuhur dan Ashar

Mengutip buku Panduan Sholat Rosulullah 2 karya Imam Abu Wafa, berikut bacaan niat sholat jamak Zuhur dan Ashar.

أُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِأربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع العَصْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى

Latin: Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku sengaja sholat fardhu Dzuhur 4 rakaat yang dijamak dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.”

Setelah melakukan sholat Zuhur dapat dilanjutkan dengan sholat Ashar dengan membaca niat sholat jamak Zuhur dan Ashar berikut,

أُصَلِّي فَرْضَ العَصْرِ أربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع الظُّهْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى

Latin: Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku sengaja sholat fardu Ashar 4 rakaat yang dijamak dengan Dzuhur, fardu karena Allah Ta’aala”

Tata Cara Sholat Jamak Zuhur dan Ashar

Disebutkan dalam Ahkam Ash-Sholah karya Syaikh Ali Raghib, saat mengawali sholat jamak, seseorang diwajibkan untuk berniat mendirikan sholat jamak. Apabila, sholat jamak itu adalah jamak taqdim, maka antara keduanya harus dikerjakan secara berurutan.

“Jika seseorang melakukan sholat dengan cara jamak taqdim dan ia lebih dulu sampai ke tempat tujuan, lalu ia bermaksud hendak tinggal di sana sebelum waktu kedua tiba, maka jika sholat tersebut telah usai didirikan, tetaplah sholat jamak tersebut dipandang sah,” kata Syaikh Ali Raghib sebagaimana diterjemahkan oleh M. Abdillah al-Faqih dan M. al-Mu’tashim Billah.

Berikut tata cara sholat jamak Zuhur dan Ashar selengkapnya:

1. Membaca niat jamak Zuhur dan Ashar

2. Takbiratul ihram

3. Membaca doa iftitah

4. Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat pendek

5. Rukuk

6. I’tidal

7. Sujud

8. Duduk di antara dua sujud

9. Sujud kedua

10. Berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua dan seterusnya hingga rakaat keempat

11. Tasyahud awal

12. Tasyahud akhir

13. Salam

14. Berdiri dan berniat sholat Ashar

15. Mengerjakan sholat Ashar 4 rakaat seperti pada umumnya dan diakhiri dengan salam.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Larangan Salat setelah Subuh dan Ashar, Ini Haditsnya


Jakarta

Mendirikan salat setelah salat Subuh dan Ashar termasuk perkara yang dilarang. Larangan ini bersifat mutlak.

Larangan salat setelah Subuh dan Ashar disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri sebagaimana dihimpun dalam kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang diterjemahkan Irfan Maulana Hakim. Diriwayatkan, Abu Said Al Khudri mendengar Rasulullah SAW bersabda,

لا صَلَاةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَلَا صَلَاةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ


Artinya: “Tidak ada salat (sunnah) setelah salat Subuh hingga matahari terbit, dan tidak ada salat (sunnah) setelah salat Ashar hingga matahari terbenam. (HR Bukhari dan Muslim. Dalam redaksi Muslim dikatakan, “Tidak ada salat (sunnah) setelah salat Fajar.”)

Menurut penjelasan dalam At-Tadzhib fi Adillati Matnil Ghaya wa Taqrib karya Al-Qadhi Abu Syuja’ Ahmad bin Al Husain Al-Ashfahani yang diterjemahkan Abu Firly Bassam Taqiy, maksud “tidak ada salat” dalam hadits tersebut adalah dilarang salat atau dengan kata lain redaksinya, “Janganlah kalian salat pada waktu-waktu itu.”

Muhyidin Ibnu Arabi mengatakan dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah yang diterjemahkan Harun Nur Rosyid, waktu setelah salat Subuh hingga matahari adalah waktu keluarnya manusia dari alam barzakh menuju alam tampak, sedangkan salat hanya ditentukan waktunya di alam indrawi. Begitu pula dengan waktu setelah salat Ashar.

Disebutkan dalam Mausu’ah Masa’Il Al Jumhur Fi Al-Fiqh Al-Islamiy karya Muhammad Na’im Muhammad Hani Sa’i yang diterjemahkan Masturi Irham dan Asmui Taman, jumhur ulama berpendapat bahwa larangan salat sunnah setelah salat Ashar bersifat mutlak tanpa batasan matahari berwarna kuning atau terbenamnya.

Sementara itu, minoritas ulama, seperti dikatakan Ibnu Mundzir yang menukil pendapat para ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in, ada yang memperbolehkan salat sunnah setelah Ashar. Dalam pendapat ini, waktu larangan hanya terbatas pada terbit matahari dan terbenamnya.

Pendapat Imam Syafi’i

Imam Syafi’i juga menyampaikan pendapatnya terkait larangan salat setelah salat Subuh dan Ashar. Dijelaskan dalam buku Fatwa-Fatwa Imam Asy-Syafi’i karya Asmaji Muchtar, Imam Syafi’i mengatakan larangan tersebut berlaku bagi salat yang tidak seharusnya dilakukan pada saat itu.

“Barang siapa mengetahui bahwa Rasulullah SAW melarang salat sesudah Subuh dan Ashar, sebagaimana beliau melarang salat saat matahari terbit dan terbenam, hendaklah ia mengetahui apa yang kami katakan bahwa larangan tersebut berlaku bagi salat yang tidak seharusnya dilakukan pada saat itu,” jelas Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i juga mengatakan adanya perbedaan pendapat dalam hal ini. Sebagian penduduk di daerahnya mengatakan salat jenazah setelah Ashar bisa dikerjakan selama matahari belum berubah dan sesudah salat Subuh sebelum matahari mendekati waktu terbitnya. Kelompok ini berpegang pada riwayat Ibnu Umar.

Imam Syafi’i menyampaikan ada tiga waktu yang diharamkan untuk salat. Di antaranya sejak mengerjakan salat Subuh sampai matahari terbit, sejak mengerjakan salat Ashar sampai matahari terbenam secara sempurna, dan ketika tengah hari sampai matahari tergelincir.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kapan Waktu yang Tepat untuk Membaca Doa Akhir Tahun? Ini Bacaan Doanya


Jakarta

Sebentar lagi tahun 2024 akan segera berakhir dan kita akan menyambut tahun baru 2025. Pergantian tahun ini menjadi momen istimewa untuk merefleksikan perjalanan hidup selama setahun terakhir, mengingat pencapaian, mengevaluasi kekurangan, dan merancang harapan baru untuk masa depan.

Tak hanya itu, pergantian tahun juga menjadi waktu yang tepat bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui doa akhir tahun. Membaca doa akhir tahun adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam menyambut pergantian tahun.

Doa ini berisikan permohonan ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Selain itu, doa ini juga menjadi permohonan kepada Allah SWT untuk menerima seluruh amal kebaikan kita pada tahun ini.


Namun, kapan waktu yang tepat untuk membaca doa akhir tahun? Simak jawabannya berikut ini.

Waktu yang Tepat untuk Membaca Doa Akhir Tahun

Mengutip dari buku La Tahzan Innallaha Ma’ana oleh KH Choer Affandi, waktu yang tepat untuk membaca doa akhir tahun adalah menjelang pergantian tahun, tepatnya sebelum waktu Magrib tiba dan biasanya dibaca setelah sholat Ashar.

Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk membaca doa akhir tahun sebagai wujud ketakwaan kepada Allah, alih-alih berpesta pora yang hanya berisi kesia-siaan bahkan maksiat.

Setelah membaca doa akhir tahun, umat Islam dianjurkan untuk melanjutkan dengan membaca doa awal tahun setelah melaksanakan sholat Magrib. Kedua doa ini menjadi rangkaian yang saling melengkapi untuk memulai tahun baru dengan keberkahan dan niat yang lebih baik.

Dengan meluangkan waktu sejenak untuk berdoa di saat-saat tersebut, kita tidak hanya mengingat Allah SWT, tetapi juga memanfaatkan momen pergantian tahun untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Bacaan Doa Akhir Tahun: Arab, Latin, dan Artinya

Berikut adalah bacaan doa akhir tahun yang dilansir dari arsip detikHikmah.

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Latin: Allahumma ma ‘amiltu min ‘amalin fi hadzihis sanati ma nahaitani ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîha ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘ala ‘uqubati, wa da’autani ilattaubati min ba’di jara’ati ‘ala ma’shiyatik. Fa inni astaghfiruka, faghfirli wa ma ‘amiltu fiha mimma tardha, wa wa’attani ‘alaihits tsawaba, fa’as’aluka an tataqabbala minni wa la taqtha’ raja’i minka ya karim.

Artinya: “Ya Allah, segala perbuatan yang telah aku lakukan pada tahun ini yang Engkau larang dan aku belum bertaubat darinya, sementara Engkau masih bersabar terhadapku dengan karunia-Mu padahal Engkau berkuasa untuk menghukumku, dan Engkau mengajakku untuk bertaubat setelah aku berani berbuat maksiat kepada-Mu, maka aku memohon ampunan-Mu, ampunilah aku. Dan segala perbuatan yang aku lakukan tahun ini yang Engkau ridai dan Engkau janjikan pahala atasnya, aku memohon kepada-Mu untuk menerimanya dariku. Janganlah Engkau memutuskan harapanku kepada-Mu, wahai Yang Maha Mulia.”

Keutamaan Membaca Doa Akhir Tahun

Membaca Doa Akhir Tahun memiliki keutamaan yang luar biasa bagi umat Islam. Doa ini tidak hanya menjadi bentuk introspeksi diri, tetapi juga memberikan perlindungan dari godaan setan serta pengampunan atas dosa-dosa yang dilakukan selama setahun terakhir.

Menurut buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun tulisan Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, barang siapa yang membaca doa di akhir tahun, maka ia akan dijauhkan dari tipu daya setan.

Bahkan, setan sendiri mengakui kekalahannya dengan berkata, “Hampa usaha kami di sepanjang tahun ini. Susah bagiku dan sia-sia pekerjaanku menggoda anak Adam (manusia) pada tahun ini, dan Allah membinasakanku saat ini juga. Dengan sebab membaca doa ini, Allah akan mengampuni dosanya selama setahun.”

Keutamaan lain dari membaca doa ini adalah pengampunan dosa selama satu tahun penuh. Dengan melafalkan doa akhir tahun, seorang muslim diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, menghapus kesalahan, dan memulai tahun baru dengan lembaran yang lebih bersih.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Hari Jumat Mustajab dan Tidak Ditolak, Cari Waktunya setelah Ashar


Jakarta

Doa di hari Jumat disebut sebagai waktu yang mustajab. Ada beberapa dalil yang menyebutkan bahwa memanjatkan doa di hari Jumat memiliki keutamaan dibandingkan hari lainnya.

Hari Jumat menjadi hari yang istimewa bagi umat Islam. Rasulullah SAW menyebut dalam hadits bahwa Jumat menjadi rajanya hari.

Dalam buku Doa dan Zikir Mustajab (Dibaca Sehari-hari Sepanjang Masa) karya Wira Kautsari Wijaya, disebutkan hari Jumat menjadi waktu yang sangat tepat untuk berdoa. Sebuah hadits dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW menyebut Allah SWT mengabulkan doa-doa hamba-Nya pada hari Jumat.


Rasulullah SAW menyebutkan tentang hari Jumat, kemudian beliau bersabda, “Pada hari itu terdapat suatu saat yang apabila tepat pada waktu itu seorang muslim berdiri salat dan memohon sesuatu kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya.” Beliau mengisyaratkan dengan tangan menunjukkan sedikitnya kesempatan itu. (HR Bukhari)

Dalam hadits lain disebutkan, Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan berdoa di hari Jumat.

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

Artinya: Pada hari Jumat terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.’ (HR Abu Dawud)

Mengutip buku Rahasia Doa Mustajab karya Ibnu Qayyim, pada hari Jumat terdapat satu waktu yang apabila seorang hamba membaca istighfar tepat di waktu itu, pasti ia akan mendapat ampunan.

Setiap kali Rasulullah SAW akan masuk ke masjid pada hari Jumat, beliau memegang tiang pintu masjid kemudian berdoa, “Ya Allah, jadikanlah aku sebagai orang yang paling menghadap di antara mereka yang menghadap kepada-Mu, orang yang paling dekat di antara mereka yang beribadah kepada-Mu, dan orang yang paling mulia di antara mereka yang meminta dan mencintai-Mu.”

Doa Hari Jumat

Mengutip buku Agar Hidup Selalu Berkah karya Habib Syarief Muhammad Alaydrus, berikut doa yang dapat dibaca di hari Jumat,

أدام الله لكم بركة الجمعة دهوراً، وألبسكم من تقواه نوراً، جمعة مباركة

Arab latin: Adamallahu lakum barakatal Jumat duhuran, wa albasakum min taqwahu nuron, jumatan mubarakah

Artinya : “Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kalimat pada hari Jumat ini, serta Allah mengenakan cahaya dari kesalehan hari ini, Jumat yang diberkahi.”

Umat Islam juga dapat mengamalkan doa Jumat lain sebagaimana tercatat dalam Kitab Syuabul Iman dan Kitab Nurul Lum’ah. Berikut bacaan doa yang bisa dipanjatkan di hari Jumat:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ خَلَقْتَنِي ، وَأَنَا عَبْدُكَ وَابْنُ أَمَتِكَ ، وَفِي قَبْضَتِكَ ، وَناصِيَتِي بِيَدِكَ ، أَمْسَيْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ بِنِعْمَتِكَ ، وَأَبُوءُ بِذَنْبِي ، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبُ إِلا أَنْتَ

Arab latin: Allahumma Anta Rabbi laa ilaaha illa Anta khalaqtani, wa ana abduka wabnu amatika wafi qabdhotika wa nasiyati bi yadika. Amsaitu ala ahdika wa wa’dika mastatho’tu a’udzu bika min syarri ma shona’tu. Abu’u bi ni’matika wa abu’u bidzanbi faghfirly dzunubi. Innahu la yaghfirudz dzunuba illa Anta.

Artinya: “Ya Allah, Engkau Tuhanku, tidak ada tuhan yang aku sembah kecuali Engkau yang telah menciptakanku. Menciptakanku sebagai hamba-Mu dan anak dari hamba sahaya-Mu. Hidupku ada dalam genggaman-Mu. Aku hidup atas janji dan ancaman-Mu. Selama aku bisa, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku perbuat,. Aku telah menyia-nyiakan nikmat-Mu. Dan aku berbuat dosa. Maka ampunilah dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Hari Jumat juga menjadi momen yang bisa dimanfaatkan untuk memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Berikut doa yang dapat dibaca:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Arab latin: Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, Shahih Ibnu Majah)

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com