Tag Archives: babah alun

Kisah Jusuf Hamka Naik Haji, Kelaparan di Pesawat



Jakarta

Tiga tahun setelah mengucap syahadat sebagai tanda menjadi muslim, Jusuf Hamka alias Babah Alun menunaikan ibadah haji pada 1984. Ia menuangkan pengetahuan dan pengalamannya hampir 40 tahun lalu itu ke dalam buku bertajuk, “Babah Alun Naik Haji”.

Membaca buku setebal 136 halaman yang diterbitkan Gramedia pada 2020 ini kita akan mendapat gambaran apa dan bagaimana perubahan ibadah haji ke Tanah Suci sejak 1984.

Babah Alun Naik Haji karya HM Jusuf Hamka, terbitan Gramedia, 2020Babah Alun Naik Haji karya HM Jusuf Hamka, terbitan Gramedia, 2020 Foto: Sudrajat / detikcom

Dalam hal layanan selama penerbangan di pesawat, misalnya. Dalam buku ini Jusuf Hamka menyebut menumpang pesawat Boeing 747 berkapasitas 500 orang. Dengan jumlah penumpang sebanyak itu ditambah pemahaman yang terbatas terkait penggunaan toilet membuat ‘kekacauan’ tersendiri. Belum lagi kebiasaan membuang sampah sembarangan di dalam kabin membuat kesibukan para pramugara dan pramugari bertambah. Akibatnya, tugas mereka untuk membagikan jatah makan siang untuk para penumpang terlambat.


“Sudah terlambat dari waktunya, eh kotak-kotak yang disajikan ternyata cuma berisi kue-kue ringan,” keluh Jusuf Hamka.

Tak cuma dia yang mengeluh, banyak penumpang lain pun demikian. Beberapa di antaranya malah ada yang mengecam pelayanan Garuda seolah tega menyengsarakan perut penumpang.

“Maklum, perut orang Indonesia walau dijejali kue segerobak, kalau belum terisi nasi namanya belum makan,” imbuhnya.

Ada seorang ibu yang menyesalkan kenapa suguhan beberapa potong lemper yang disajikan saat di Asrama Haji Pondok Gede tak dibawa serta. Tapi si suami buru-buru mengingatkan bahwa apa yang terjadi boleh jadi merupakan bagian dari ujian ibadah haji.

Beruntung ketika petang tiba, jatah makan siang akhirnya tiba. Menunya, sejumput nasi berikut lauk-pauk, sayuran, sambal, kerpuk, dan buah. “Kami pun sigap menyantap. Suasana suram di pesawat selama berjam-jam berubah menjadi cerah. Alhamdulillah,” tulis Jusuf Hamka.

Selepas makan siang di petang itu, azan magrib berkumandang di dalam kabin pesawat. Mereka semua bertayamum. “Ini pengalaman baru, mendengarkan suara azan dengan khusuk dan tawakal di pesawat. “Jiwa relijus saya terasa bangkit. Kami menjamak salat magrib dan isya,” imbuhnya.

Dibandingkan dengan peristiwa 40 tahun lalu, Jusuf Hamka menilai pelayanan ibadah haji saat ini pasti jauh lebih baik. “Saya pribadi cuma sekali haji kala itu saja. Selebihnya saya beberapa kali umrah,” kata Jusuf Hamka kepada detikhikmah.

(dvs/jat)



Sumber : www.detik.com

Bermata Sipit, Askar Izinkan Jusuf Hamka Jenguk Makam Nabi dan Sahabat



Jakarta

“Hanya mereka yang tidak berperasaan bersusah payah menunaikan ibadah haji ke Mekah tapi tega tidak berziarah ke makam kekasihnya di Madinah.” Kalimat Buya Hamka itu terus terngiang di telinga Babah Alun alias Jusuf Hamka saat berhaji pada 1984. Atau tiga tahun setelah dia mengucap syahadat.

Kekasih yang dimaksud Buya Hamka adalah Rasulullah Muhammad SAW. Hal itu tertuang dalam buku “Babah Alun Naik Haji” terbitan Gramedia, 2020.

Begitu tiba di Madinah, dia pun bergegas menuju Masjid Nabawi. Sahabatnya, Mochtar Sum (aktor dan pengurus Himpunan Seni Budaya Indonesia), menjadi pembimbing pribadinya.


Masjid ini didirikan Nabi Muhammad SAW di atas lahan yang sebagian milik dua anak yatim, Sahal dan Suhail putra Amr bin Amarah. Keduanya sejak kecil diasuh oleh Mu’adz bin Afra. Sebagian lahan merupakan area pekuburan yang telah rusak dan terbengkalai yang diwakafkan oleh Asád bin Zurarah.

Nabi berpatungan dengan sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq membeli lahan seharga sepuluh dinar. Saat pembangunan, turut meletakan batu pertama masjid adalah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Masjid terbuat dari batu tanah setinggi setengah meter. Tiang-tiangnya dari batang pohon kurma, atapnya dari pelepah daun kurma. Lantainya ditutup dengan batu-batu halus. Dengan luas 70×60 meter, masjid yang semula menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem itu diberi tiga pintu. Satu di belakang, dan dua di samping.

Di bagian sisi masjid itulah dibangun kediaman Nabi Muhammad, yang kemudian di sana pula dimakamkan.
Kompleks pemakaman Nabi disebut Maqshurah, berada di sebelah timur. Di sana juga ada dua makam sahabat Nabi, yakni Abu Bakar Ashiddiq dan Umar bin Khattab.

Haji Jusuf Hamka, 28 Oktober 1982Haji Jusuf Hamka, 28 Oktober 1982 Foto: Repro buku “Babah Alun Naik Haji”

Butuh perjuangan tersendiri untuk bisa mendekati makam. Ribuan orang berdesakan, beberapa di antaranya bersikap berlebihan. Penjagaan oleh Askar (tentara) sangat ketat, dan akan langsung mengusir mereka yang meratap-ratap di muka makam. Toh begitu ada saja Jemaah yang mencuri-curi kesempatan untuk sekedar mencium pagar atau menggosokan sorban ke dinding makam.

Selesai berdoa, Jusuf memohon kepada Askar agar diizinkan lebih dekat ke makam. Tapi si Askar malah menanggapinya dengan bertanya, “Shin (maksudnya, kamu orang Cina)?” Jusuf tegas menggeleng. Ketika menyebut dirinya orang Indonesia, si Askar yang tak percaya. “Your eyes man, your eyes, like Chinese or Japanese,” ujarnya dengan kedua tangan menarik pelipis sehingga matanya yang liar menjadi sipit.

Jusuf dan Mochtar Sum pun tertawa melihat tingkah si Askar. “Terserah Anda saja, mau bilang Cina atau Jepang. Kami datang sebagai muslim, tamu Allah. Tak ada yang berbeda di antara kita,” balas Jusuf disambut pelukan erat si Askar.

“Mabrur ya akhir! Mabrur, insya Allah,” ujarnya kemudian dan membolehkan Jusuf menjenguk ketiga makam dengan leluasa. “Tapi jangan lama-lama,” ujarnya mengingatkan.

Dari tahun ke tahun, zaman ke zaman, Masjid Nabawi diperbaiki, diperluas, diperindah. Sekarang luas keseluruhan sekitar 16.326 m2. Tiangnya berjumlah 232 buah dengan tinggi lima meter. Pintunya terbuat dari kayu dengan ukiran tembaga kuning model Arab. Di keempat sudut bangunan tegak menjulang empat menara dan sebuah kubah hijau yang menambah cantiknya masjid ini.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com