Tag Archives: baitul maqdis

Ada Peran Cicak saat Terbakarnya Baitul Maqdis, Ini Haditsnya


Jakarta

Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsa adalah salah satu tempat suci bagi umat Islam yang bersejarah dengan dinamika yang panjang. Masjid ini pernah menjadi titik keberangkatan Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj bahkan pernah menjadi kiblat salat sebelum berpindah ke Makkah.

Tidak diketahui kapan tepatnya masjid ini dibangun karena ada beragam versi yang menyatakan pendapatnya. Namun, masjid ini pernah mengalami kehancuran hingga kebakaran di masa lalu yang menyebabkan dilakukan renovasi beberapa kali.

Terakhir, peristiwa tragis lagi-lagi terjadi di Baitul Maqdis pada 21 Agustus 1969. Saat itu, Yahudi melakukan kejahatan besar yakni membakar tempat ibadah bersejarah dalam Islam tersebut.


Dikutip dari buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsha dan Al-Quds oleh Mahdy Saied Rezk Karisem, seorang Yahudi bernama Dennis Michael Rohan menyalakan api di tiga tempat dengan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar hingga api pun berkobar dengan sangat besar. Insiden ini pun melenyapkan mimbar kuno bernama Shalahuddin Al Ayyubi’.

Peristiwa ini lalu mengundang murka umat Islam dunia hingga terlahir ide pembentukan organisasi negara-negara Islam atau negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam yakni Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Peran Cicak saat Baitul Maqdis Terbakar

Diriwayatkan dalam salah satu hadits, ada satu hewan yang turut membantu dalam berkobarnya peristiwa kebakaran di Baitul Maqdis. Hewan yang dimaksud adalah cicak.

Dikutip dari laman Organisasi Islam di Arab Saudi, Al Durar Al Sunni, keterangan hadits tersebut bersumber dari Kitab Al Sunan Al Kubra (9/318) dengan hadits mauquf yang rantai penyebarannya shahih. Dari Al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr yang mengutip perkataan Aisyah RA menyebutkan,

عن عائشةَ رضِيَ اللهُ عنها أنَّها قالتْ: كانتِ الأَوْزاغُ يَومَ أُحرِقتْ بَيتُ المَقدِسِ جعَلتْ تَنفُخُ النارَ بأفواهِها، والوَطواطُ تُطفِئُها بأجنِحَتِها

Artinya: Dari Aisyah RA, dia berkata: “Pada hari Tempat Suci terbakar, cicak mengobarkan api dengan mulutnya dan kelelawar memadamkannya dengan sayapnya.” (HR Al Baihaqi [19863])

Dijelaskan dalam laman tersebut, hadits di atas menjelaskan peran cicak meniup-niupkan api untuk memperbesar kobaran api tersebut. Riwayat ini pula yang menjadi landasan perintah untuk membunuh cicak dalam Islam.

Riwayat serupa juga bersumber dari bekas budak Al Fakih bin Al Mughirah yang saat itu menemui Aisyah RA dan melihat ada tombak tergeletak di rumahnya. Ia pun bertanya pada Aisyah, “Wahai ummul mukminin, apa yang engkau lakukan dengan tombak ini?”

Aisyah menjawab, “Kami menggunakannya untuk membunuh cicak. Karena Rasulullah SAW memberitahu kami bahwa tatkala Ibrahim RA dilemparkan ke dalam api, semua binatang di atas bumi berusaha memadamkan kobaran api kecuali cicak. Ia justru meniup-niupkan apinya supaya berkobar semakin besar. Maka Rasulullah pun memerintahkan untuk membunuhnya.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, Syaikh Syu’aib menyatakan bahwa sanadnya shahih)

Rasulullah SAW bahkan pernah menyebutkan dalam hadits keutamaan dari membunuh cicak. Dikisahkan oleh Abu Hurairah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِى الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ وَفِى الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ

Artinya: Barang siapa membunuh cicak dengan sekali pukulan, maka dia mendapat kebaikan sekian dan sekian. Barang siapa membunuh cicak dengan dua kali pukulan, maka dia memperoleh kebaikan sekian dan sekian, yang lebih sedikit daripada yang pertama. Jika dia membunuh cicak dengan tiga kali pukulan, maka dia memperoleh kebaikan sekian dan sekian, yang lebih sedikit daripada yang kedua. (HR Muslim)

Imam Nawawi dalam Syarh An Nawawi ‘ala Shahih Muslim menafsirkan, pahala kebaikan yang berbeda tingkatannya itu merupakan balasan Allah SWT pada kecermatan dalam kesulitan membunuh cicak. Tingkat kesulitan tersebut dimaknai sebagai perbuatan yang ikhlas mengerjakan karena Allah SWT.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

7 Hadits tentang Umat Muslim di Akhir Zaman, Bagaimana Keadaannya?



Jakarta

Tanda akhir zaman mungkin sudah mulai muncul beberapa. Tentunya hal ini sudah seharusnya menjadi pengingat bahwa dunia ini hanya sementara. Dalam sebuah hadits dijelaskan mengenai gambaran akhir zaman, seperti apa?

Salah satu tanda hari kiamat yakni adanya fitnah akhir zaman. Tanda-tanda hari kiamat terbagi menjadi dua yaitu tanda-tanda kecil dan besar. Dikutip dalam buku Fikih Akhir Zaman karya Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, Lc., M.A. Al Hafizh dijelaskan bahwa tanda-tanda kecil yang dimaksud adalah tanda-tannda yang terjadi setelah Rasulullah SAW wafat. Para ulama menyebutkan bahwa fitnah dimulai dengan terbunuhnya khalifah ke-2, Umar bi Khattab.

Sedangkan tanda-tanda besar hari kiamat adalah tanda-tanda yanng akan terjadi sanngat berdekatann dengan hari kiamat.


Hadits Tentang Umat Muslim di Akhir Zaman

1. Hilangnya Wibawa Umat Islam

Setiap umat memiliki masa kejayaan. Umat Islam berjaya ratusa tahun, menjadi umat yang disegani dalam banyak aspek oleh musuh-musuhnya sehingga datang zamanumat ini kehilangan wibawanya. Nabi bersabda:

Dari Tsauban berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Hampir saja umat-umat menyerang kalian sebagaimana para pemakan menyerbu piringnya”. Maka ada seorang yang mengatakan, “Apakah karena jumlah kami sedikit ketika itu wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “Akan tetapi kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi kalian seperti buih seperti buih-buih di air yang mengalir dengan deras. Dan sungguh Allah akan mencabut dari hati musuhmu rasa takut. Dan sungguh Allah akan melemparkan di dalam hatimu al-Wahn”. Maka ada seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu al-Wahn?” Rasulullah SAW menjawab, “Cinta dunia dan benci kematian.” (HR Abu Dawud)

2. Terjadinya fitnah Dajjal

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai diutus para dajjal (kecil), para pendusta, jumlahnya hampir 30 orang, seluruhnya mengaku dirinya utusan Allah.” (HR Muslim dan lainnya)

3. Umat muslim akan menguasai Baitul Maqdis

Auf bin Malik berkata, “Aku mendatangi Nabi SAW. Dalam perang Tasbuk beliau sedang berada di dalam tenda dari kulit, beliau bersabda:

“Hitunglah enam perkara sebelum terjadinya hari kiamat, kematianku, kemudian penaklukan Baitul Maqdis, kematian yang menimpa kalian seperti penyakit domba yang mematikan, berlimpahnya harta sehinga seorang diberikan 100 Dinar, ia menjadi marah, fitnah yang terjadi dimana tidak ada satu rumah dari orang Arab kecuali dimasuki fitnah itu. Kemudian perjanjian damai antara kalian dan Bani Ashfar (orang Romawi), kemudian mereka melanggar perjanjian itu dan mendatangimu dengan membawa 80 bendera (untuk memerangimu). Pada setiap bendera ada dua belas ribu orang”. (HR Bukhari)

4. Banyak Muslim yang Murtad

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Segerakanlah beramal sebelum terjadinya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap. Di pagi hari seorang lelaki beriman, namun di sore harinya menjadi kafir. Atau di sore harinya ia beriman, esok paginya ia menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan barang dunia.’ (HR Muslim)

5. Umat muslim akan kehilangan rasa malunya

Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda, “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya tidak hancur umat ini sehingga (datang satu masa) seorang lelaki mendatangi perempuan kemudian ia menghamparkan kasur untuknya di jalanan (untuk berzina). Kemudian datang seorang pilihan/mulia dari kaum itu mengatakan: Wahai fulan andai engkau menyembunyikannya di balik tembok ini”. (HR Ahmad)

6. Umat Muslim Mengikuti Kebiasaan Pemeluk Agama Lain

Dari Abu Said al-Kudri dari Nabi SAW bersabda, “Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa. Sehingga apabila mereka masuk lubang biawak kalian akan mengikutinya”. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka Yahudi dan Nasrani?” Nabi menjawab, “Siapa lagi?” (HR Bukhari)

7. Menghalalkan Zina dan Khamar

Rasulullah SAW bersabda, “Akan muncul dari umatku beberapa kaum, mereka menghalalkan zina, sutra, khamar, dan alat-alat musik. Dan sungguh akan tinggal beberapa kaum di samping gunung, datang di sore hari kepada mereka penggembala ternaknya dengan hewan piaraannya – yaitu orang fakir – karena ada hajat. Mereka mengatakan: Kembalilah engkau besok hari, maka Allah menyiksa mereka, meletakkan gunung di atas mereka. Dan merubah yang lainnya menjadi kera-kera dan babi-babi sampai hari kiamat.” (HR Bukhari)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

6 Peristiwa Besar yang Patut Diwaspadai Jelang Kiamat


Jakarta

Rasulullah SAW dalam sejumlah hadits telah menyebutkan banyak tanda-tanda kiamat. Beliau pernah minta agar umat Islam mewaspadai enam perkara menjelang datangnya kiamat.

Menurut hadits yang dipaparkan Imam Ibnu Katsir dalam kitab An Nihayah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan, enam perkara yang pertama sempat membuat Ibnu Umar, salah seorang sahabat nabi, kaget tiada terkira. Perkara itu adalah wafatnya Rasulullah SAW.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, dikatakan ada lima perkara besar lain yang bakal menimpa umat Islam. Keterangan tersebut bersandar pada hadits yang dikeluarkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari riwayat Abdullah bin ‘Amr.


Kala itu, Abdullah bin ‘Amr menemui Rasulullah SAW ketika beliau sedang berwudhu sambil menunduk. Kemudian, Rasulullah SAW mengangkat kepalanya dan membandang Abdullah bin ‘Amr lalu bersabda, “Ada enam perkara yang akan menimpa kamu sekalian, wahai umat: Kematian Nabimu SAW.”

Ibnu Umar berkata, “Mendengar itu) seakan-akan jantungku copot dari tempatnya. Lalu Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, ‘(Itu) yang pertama, lalu harta melimpah ruah di tengah kamu sekalian, sampai-sampai ada seorang lelaki diberi upah sepuluh ribu, namun dia belum juga rela menerimanya. (Itu) yang kedua.”

Lalu terjadilah huru-hara yang memasuki setiap rumahmu. (Itu) yang ketiga. Lalu, kematian bagaikan buduk kambing. (Itu) yang keempat. Lalu gencatan senjata antara kamu dan bani Ashfar. Lalu mereka menghimpun kekuatan untuk menyerang kamu selama sembilan bulan, seperti masa kehamilan wanita, kemudian mereka merasa lebih baik berkhianat terhadap kamu sekalian. (Itu) yang kelima. Lalu ditaklukkannya suatu kota. (Itu) yang keenam.”

Ibnu Umar bertanya, “Ya Rasulullah, kota manakah yang akan ditaklukkan, Konstantinopel atau Roma?”

Beliau menjawab, “Konstantinopel.”

Menurut catatan penerjemah, maksud buduk kambing dalam hadits tersebut adalah terjemahan dari Qushash atau Qu’ash Al-Ghanam yang keduanya memiliki arti penyakit kambing yang dapat membunuhnya dengan cepat.

Keenam peristiwa menjelang terjadinya kiamat tersebut turut dijelaskan dalam riwayat lain yang berasal dari ‘Auf bin Malik RA. Dia mengatakan menghadap Rasulullah SAW ketika Perang Tabuk. Kala itu beliau SAW berada di kemah berwarna sawo matang lalu bersabda,

اعْدُدْ سِرًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مَوْتِي ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقْعَاصِ الْغَنَمِ ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارِ فَيَظَلُّ سَاخِطًا ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الأَصْفَرِ فَيَغْدِرُونَ فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةٌ تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا.

Artinya: “Hitunglah enam peristiwa menjelang terjadinya kiamat: kematianku, kemudian ditaklukkannya Baitul Maqdis, kemudian yang menyergap kamu sekalian bagaikan buduk kambing, kemudian harta melimpah ruah sehingga seorang lelaki diberi upah seratus dinar namun masih tetap juga tidak rela menerimanya, kemudian terjadi huru-hara yang tidak membiarkan satu rumah pun dari bangsa Arab kecuali dimasukinya, kemudian gencatan senjata antara kamu sekalian dengan bani Ashfar (bangsa Eropa). Lalu mereka berkhianat. Mereka datang kepadamu dengan membawa delapan puluh bendera, di bawah tiap-tiap bendera ada dua belas ribu (tentara).”

Siapa Bani Ashfar yang Berkhianat pada Umat Islam?

Para penerjemah kitab-kitab kiamat menuliskan bani Ashfar adalah bangsa Eropa atau bangsa Romawi. Dalam buku Fitnah dan Petaka AKhir Zaman: Detik-detik Menuju Hari Kehancuran Alam Semesta karya Abu Fatiah Al-Adnani, Rasulullah SAW menyebut bangsa Rum sebagai bani Ashfar.

Dikatakan, sebagian dari mereka ada yang masuk Islam di zaman Al Mahdi sehingga membuat teman-temannya yang setanah air marah dan menginginkan kaum muslimin menyerahkan mereka kembali. Namun, kaum muslimin enggan menyerahkan sebagian bani Ashfar yang masuk Islam itu pada bangsa Rum.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Sulaiman Memohon Kekayaan Melimpah Ruah


Jakarta

Kekayaan umumnya menjadi dambaan banyak orang. Dalam sejarah Islam, terdapat seorang nabi yang terkenal dengan kekayaannya, yaitu Nabi Sulaiman AS.

Kekayaan Nabi Sulaiman AS bukan sekadar warisan atau hasil kerja kerasnya. Ada sebuah doa khusus yang dipanjatkan Nabi Sulaiman AS kepada Allah SWT untuk memohon kekayaan.

Merangkum buku 7 Kode Rahasia Al-Fatihah karya Miftahur Rahman, Raja Sulaiman atau Nabi Sulaiman AS adalah salah satu manusia yang paling beruntung.


Nabi Sulaiman AS dimuliakan sebagai seorang nabi, diberikan keluasan ilmu, menguasai ilmu para penghuni langit dan bumi, memiliki kekayaan melimpah, dan diangkat sebagai raja bagi seluruh kaum bani Israil. Ia juga memiliki istana megah, kendaraan angin, dan bala tentara yang terdiri dari manusia, hewan, dan bahkan jin yang kasat mata.

Dikatakan, belum ada orang yang mampu menandingi kekayaan Nabi Sulaiman AS. Konon, dibutuhkan ratusan unta hanya untuk membawa kunci-kunci perbendaharaan kekayaannya. Kekayaan Nabi Sulaiman AS ini berawal dari doanya.

Doa Nabi Sulaiman Minta Kekayaan

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

Arab Latin: Rabbighfir lii wahab lii mulkal laa yambaghii li-ahadim mim ba’dii innaka antal wahhaab.

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Doa yang dibaca Nabi Sulaiman AS memohon kekayaan tersebut tercantum dalam surah Sad ayat 35.

Waktu Nabi Sulaiman Memanjatkan Doa Kekayaan

Rasulullah SAW menyebutkan kapan Nabi Sulaiman AS berdoa dengan doa ini. Dalam buku Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an karya Syaikh Hamid Ahmad terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya Sulaiman ketika membangun Baitul Maqdis memohon kepada Tuhannya tiga perkara. Allah menganugerahkan dua perkara dan kita berharap semoga Allah memberikan perkara yang ketiga kepada kita. Sulaiman meminta hikmah, maka Allah pun memberikannya. Sulaiman meminta kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahnya, maka Allah pun mengabulkan doanya. Terakhir, Sulaiman meminta agar siapa pun yang keluar dari rumahnya dengan tujuan untuk shalat di masjid Baitul Maqdis ini, maka dia dibebaskan dari kesalahannya seperti hari dia dilahirkan ibunya. Kita berharap agar Allah telah mengaruniai permohonan yang ketiga ini kepada kita.”.

Allah SWT mengabulkan doa Nabi Sulaiman AS dengan memberinya kerajaan yang luar biasa. Semoga siapa pun yang mengamalkan doa tersebut juga mendapatkan keistimewaan seperti Nabi Sulaiman AS.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Adam yang Wafat & Dikafani Kain dari Surga



Jakarta

Ketika Nabi Adam AS yang merupakan manusia pertama ciptaan Allah SWT menemui ajalnya, beliau memperoleh perlakuan khusus dari para malaikat.

Ibnu Katsir dalam bukunya Qashash Al-Anbiya, mengemukakan bahwa Adam AS wafat pada hari Jumat. Di mana kemudian malaikat menemui beliau sambil membawa balsam (wewangian) dan kain kafan dari Allah SWT yang berasal dari surga.

Jumat adalah hari Adam AS menjemput ajal juga diketahui melalui sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Lubabah Al-Badri. Beliau SAW menuturkan: “Penghulu hari (Sayyidul Ayyam) adalah hari Jumat, dan ia adalah seagung-agungnya hari bagi Allah SWT, bahkan lebih agung bagi Allah daripada hari raya Fitri dan Adha.


Dan pada hari Jumat itu terdapat lima kejadian, yaitu; Allah menciptakan Adam AS, Allah menurunkan Adam ke dunia, Allah mewafatkan Adam, hari Jumat adalah saat yang tidaklah seseorang memohon kepada Allah melainkan pasti dikabulkan selama ia tidak meminta barang yang haram, dan pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidak ada malaikat yang dekat kepada Allah, langit, bumi, angin, gunung-gunung, lautan melainkan semuanya mencintai hari Jumat.” (HR Ahmad & Ibnu Majah)

Kisah Wafatnya Nabi Adam AS

Masih dari Qashash Al-Anbiya, Ubay bin Ka’ab meriwayatkan hadits mengenai kisah wafatnya Adam AS. Ia berkata:

“Sesungguhnya ketika menjelang wafatnya, Adam AS berkata kepada anak-anaknya, ‘Wahai anak-anakku, aku menginginkan buah-buahan dari surga.’

Ka’ab melanjutkan, “Kemudian anak-anak Adam AS pun segera mencari buah-buahan itu untuk ayah mereka. Mereka lalu ditemui oleh para malaikat yang membawa balsam dan kain kafan. Sementara itu, anak-anak Adam AS membawa kapak, pedang, dan golok.

Para malaikat berkata kepada mereka, ‘Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian inginkan dan apa yang kalian cari?’ Mereka menjawab: ‘Ayah kami sedang sakit dan beliau menginginkan buah-buahan dari surga.’

Para malaikat kembali berujar, ‘Kalian pulang lagi saja. Sesungguhnya, ayah kalian telah mendapatkannya.’

Setelahnya, para malaikat datang menemui Adam AS. Saat Hawa (istri Nabi Adam) melihat kedatangan mereka, ia mengetahui bahwa mereka adalah para malaikat. Hawa segera berlindung mendekati Adam AS.

Lalu Adam AS menuturkan, ‘Menjauhlah dariku, sesungguhnya aku datang sebelum kamu. Oleh sebab itu, menjauhlah dari hadapanku dan dari hadapan para malaikat Tuhanku.’

Tak lama, malaikat mencabut nyawa Adam AS. Kemudian memandikan, mengafani, dan mengolesi tubuhnya dengan wewangian. Selanjutnya, mereka mengubur jenazah beliau ke dalam liang kubur yang telah dipersiapkan.

Setelah itu, para malaikat berkata: ‘Wahai anak-anak Adam, inilah tata cara (mengurus jenazah) bagi kalian’.” (HR Ahmad dalam kitab Musnad-nya) Ibnu Katsir menyatakan hadits ini bersanad shahih.

Ibnu Abbas mengutip sumber yang sama, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Para malaikat bertakbir empat kali (saat mensholati jenazah) Adam AS. Abu Bakar bertakbir empat kali (saat mensholati jenazah) Fathimah. Umar bertakbir empat kali (saat mensholati jenazah) Abu Bakar, dan Shuhaib bertakbir empat kali (saat mensholati jenazah) Umar.” (Disebutkan As-Suyuthi dalam kitab Al-Fathul Kabir, 2/316)

Tempat Nabi Adam AS Dimakamkan

Dalam Qashash Al-Anbiya dijelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai lokasi makam Adam AS. Menurut pendapat yang masyhur, jenazah beliau dikebumikan di pegunungan yang juga menjadi tempat beliau diturunkan (dari surga), yaitu di Hindi.

Ada juga yang mengatakan jenazah Adam AS dikubur di Jabal Abu Qubais, sebuah gunung di kawasan Makkah.

Dikatakan dalam sumber lain, sebelum badai topan dan banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh AS, Nuh AS sempat memindahkan jasad Adam AS dan Hawa dalam sebuah peti. Kemudian, jenazah keduanya dimakamkan di Baitul Maqdis. Pandangan ini juga diceritakan oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Asakir meriwayatkan pula dari sebagian perawi, ia berkata, “Kepala (jenazah) Adam AS berada di Masjid Ibrahim, sementara kedua kakinya berada di bebatuan di Baitul Maqdis. Adapun Hawa wafat setahun setelah kematian Adam AS.” Wallahu a’lam.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Zakaria AS yang Terbunuh di Dalam Pohon


Jakarta

Ada dua perbedaan versi yang menceritakan tentang kisah wafatnya Nabi Zakaria AS. Salah satunya ada yang mengatakan bahwa Nabi Zakaria AS terbunuh oleh kaumnya.

Nabi Zakaria AS adalah ayah dari Nabi Yahya AS yang berasal dari Bani Israil. Al-Hafizh Abul Qasim Ibnu Asakir dalam kitabnya menyebutkan bahwa Nabi Zakaria AS bernama lengkap adalah Zakaria bin Berekhya. Ada juga yang mengatakan, Zakaria bin Dan.

Pendapat lainnya menyebutkan, Zakaria bin Ladun bin Muslim bin Shaduq bin Hasyban bin Dawud bin Sulaiman bin Shadiqah bin Balathah bin Nahor bin Solom bin Bahfasyat bin Inamen bin Rahiam bin Sulaiman bin Dawud.


Kisah Wafatnya Nabi Zakaria AS

Dikutip dari Qashash Al-Anbiyaa’ (Kisah Para Nabi) karya Ibnu Katsir yang menukil pendapat dari Wahab bin Munabbih, ada berbagai versi keterangan mengenai bagaimana Nabi Zakaria AS meninggal. Beberapa di antaranya menyebut, Nabi Zakaria AS meninggal secara wajar tetapi ada pula yang menyebut karena dibunuh.

Untuk pendapat pertama bersumber dari riwayat Abdul Mun’im bin Idris bin Sinan dari ayahnya yang meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih dari Mukhtashar Tarikh Dimasyqa. Wahab menceritakan, saat itu Nabi Zakaria AS tengah melarikan diri dari penganiayaan yang dilakukan kaumnya.

Dikutip dari buku Kisah Bapak & Anak dalam Al-Qur’an karya Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Zakaria AS melarikan diri ke sebuah kebun yang ditumbuhi pepohonan di Baitul Maqdis. Pepohonan yang ada di sana tersebut memanggilnya, “Wahai Nabi Allah, silakan datang ke dekatku.”

Ketika Nabi Zakaria AS mendekat, pepohonan tersebut membuka dirinya dan memungkinkan Nabi Zakaria AS bersembunyi di dalamnya. Setelahnya, Nabi Zakaria AS dikisahkan masuk ke dalam sebuah pohon.

Saksi mata, iblis, melihat ini dan mengambil sepotong kain dari pakaian Nabi Zakaria AS. Ia membawa kain tersebut keluar dari tumbuhan untuk membuktikan keberadaan Nabi Zakaria AS kepada kaum yang mencarinya.

Hingga pada akhirnya, kaumnya tersebut mengetahui keberadaan Nabi Zakaria AS. Mereka pun memutuskan untuk menebang pohon tersebut dengan menggergajinya.

“Setelah kaumnya mengetahui bahwa dia berada dalam pohon tersebut, mereka mengambil gergaji dan mulai menebang pohon itu,” demikian cerita dari Wahab.

Hingga saat gergaji tersebut hampir mengenai Nabi Zakaria AS, Allah SWT memberikan wahyu untuknya, “Apabila eranganmu tidak berhenti, maka Aku akan membalikkan negerimu dan semua orang yang ada di atasnya.”

Pada saat itulah, menurut riwayat dari Wahab, erangan Nabi Zakaria AS berhenti dan pohon pun terbelah menjadi dua bersamaan dengan Nabi Zakaria AS.

Sementara itu, pendapat lainnya berasal dari Ishaq bin Bisyr yang meriwayatkan dari Idris bin Sinan, dari Wahab bin Munabbih. Wahab mengatakan,

“Orang yang diselubungi oleh pohon tersebut adalah Yesaya, sementara Zakaria meninggal dunia secara wajar. Wallahu a’lam.”

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Musa yang Sempat Tampar Malaikat Maut


Jakarta

Kisah wafatnya Nabi Musa AS adalah salah satu peristiwa yang penting untuk dipelajari umat Islam. Nabi Musa AS wafat di usia 120 tahun. Sebelum wafatnya, Nabi Musa AS sempat menampar Malaikat Izrail hingga disebut matanya sampai terlepas.

Dikutip dari buku Etika Bisnis Islam oleh Dwi Santosa Pambudi, Nabi Musa AS merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim AS dari nasab ayahnya. Nabi Musa AS memiliki istri bernama Shafura yang juga merupakan putri seorang nabi, yakni Nabi Syuaib AS.

Nabi Musa AS adalah nabi yang hidup di zaman kekuasaan raja Mesir, Fir’aun, di mana masyarakatnya penuh dengan kesesatan. Nabi Musa AS diutus oleh Allah SWT untuk menegakkan ketauhidan dan mengajarkan kitab Taurat.


Namun, atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS berhasil mengalahkan Fir’aun yang sombong dan sesat dengan mukjizat yang Allah SWT berikan kepadanya yakni, tongkat yang mampu membelah laut merah.

Hingga ajalnya tiba, ada kisah menarik saat menjelang wafatnya Nabi Musa AS yang dipertemukan dengan Malaikat Maut. Seperti apa kisahnya?

Kisah Wafatnya Nabi Musa AS

Kisah wafatnya Nabi Musa AS ini diambil dari buku Kisah-Kisah dalam Hadis Nabi oleh Muhammad Nasrulloh. Saat itu, Nabi Musa AS telah tiba waktunya untuk menghadap Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Musa AS.

Malaikat Izrail lantas diubah bentuknya oleh Allah SWT menjadi sesosok manusia ketika hendak mendatangi Nabi Musa AS. Kedatangan Malaikat Izrail yang tiba-tiba ini mengagetkan Nabi Musa AS. Sebab keterkejutannya itu, Nabi Musa AS pun memukul Malaikat Izrail hingga matanya juling dan terlepas. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Malaikat maut diutus kepada Musa AS. Ketika ia menemuinya, Musa AS mencungkil matanya. Malaikat maut lantas kembali kepada Tuhannya dan berkata, “Engkau mengutusku kepada hamba yang tidak ingin mati.”

Rupanya, Nabi Musa AS mengira bahwa Malaikat Izrail yang menyamar sebagai manusia ini adalah seorang yang tidak dikenal yang hendak menyerangnya. Sehingga Nabi Musa AS berusaha melindungi diri.

Malaikat Izrail pun kembali untuk menghadap Allah SWT. Ia memberitakan bahwa Nabi Musa AS tidak ingin dicabut nyawanya. Kemudian Allah SWT mengutus Malaikat Izrail untuk turun kembali menemui Nabi Musa AS dan menanyakan perihal waktu kematiannya.

Lalu untuk kedua kalinya, Malaikat Izrail mendatangi Nabi Musa AS dalam wujud manusia lagi. Namun, kali ini Nabi Musa AS sudah mengenalinya.

Dalam pertemuan keduanya dengan Malaikat Maut, Nabi Musa AS dipersilakan Malaikat Izrail untuk memilih hidup lama atau dicabut nyawanya. Kemudian, Nabi Musa AS memilih untuk dicabut nyawanya saat itu juga.

Dikisahkan dari Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi, Nabi Musa AS kemudian bertanya kepada Malaikat Izrail. Nabi Musa AS bertanya, “Tanyakanlah kepada Tuhanku, apabila waktu itu telah habis bagaimana selanjutnya?”

Malaikat Izrail pun menjawab, “Kemudian ia harus mati.”

Maka Nabi Musa AS pun berkata, “Kalau begitu hari ini saja, karena waktu tersebut tidak terlalu lama.”

Begitulah kisah Nabi Musa AS wafat. Buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko menjelaskan bahwa Nabi Musa AS dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail ketika usianya 120 tahun.

Permintaan terakhir Nabi Musa AS sebelum meninggal adalah menginginkan untuk dimakamkan di dekat Baitul Maqdis. Nabi Musa AS pernah berdoa, “Ya Allah, dekatkanlah aku dengan tanah suci (Baitul Maqdis) hingga sampai sejauh lemparan batu saja.” Hingga Allah SWT mengabulkan permintaan Nabi Musa AS dengan memakamkan Nabi Musa AS tidak jauh dari Baitul Maqdis.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Berdirinya Masjid Al Aqsa, Disebut Tertua setelah Masjidil Haram


Jakarta

Masjid Al Aqsa disebut juga dengan Baitul Maqdis. Tempat suci umat Islam ini berdiri di kompleks Haram Al Sharif atau Temple Mount di Yerusalem ini memiliki sejarah dan dinamika yang panjang

Dikutip dari buku Kilau Mutiara Sejarah Nabi oleh Amandra Mustika Megarani, Masjid Al Aqsa dibangun di sebuah tempat yang berbentuk persegi dengan luas sekitar 144 ribu meter persegi. Kawasan ini mampu menampung kurang lebih 400 ribu jemaah, sedangkan bangunan masjidnya sebesar 83 meter dengan lebar 56 meter yang dapat menampung 5 ribu jemaah.

Kisah Masjid Al Aqsa tidak bisa lepas tentang bagaimana masjid ini menjadi perebutan antar dua negara, yakni Israel dan Palestina. Di tempat inilah banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam terjadi.


Kisah Berdirinya Masjid Al Aqsa di Yerusalem

Pada dasarnya, kapan tepatnya Masjid Al Aqsa berdiri belum dapat dipastikan. Berbagai sumber mengatakan hal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Namun, hal yang pasti Masjid Al Aqsa adalah masjid tertua kedua setelah Masjidil Haram. Hal ini disebutkan dalam buku Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh H. Dudi Rosyadi, Lc.

Abu Dzar pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali didirikan?”

Beliau menjawab, “Masjidil Haram.”

Lalu Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian setelah itu masjid apa?”

Beliau menjawab, “Masjid Baitul Maqdis.”

Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa tahunkah keduanya berselang?”

Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.”

Sebagaimana yang tertera dalam hadits tersebut, Masjid Al Aqsa adalah masjid yang sudah didirikan sejak lama bahkan sebelum kenabian Rasulullah SAW.

Ada yang berpendapat, menurut buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsha & Al-Quds karya Mahdy Saied Rezk Karisem, sosok yang benar-benar pertama kali mendirikan Masjid Al Aqsa adalah para malaikat berdasarkan sumber dari beberapa kitab tafsir.

Namun, ada pula yang berpendapat dari kesepakatan mayoritas ulama dan yang shahih, nabi pertama yang membangun Masjid Al Aqsa yaitu Nabi Adam AS atas wahyu yang diberikan oleh Allah SWT.

Selanjutnya, sekitar tahun 2.000 SM, Nabi Ibrahim AS merenovasi bangunan Masjid Al Aqsa serta meninggikan bangunannya. Setelah itu, diketahui bahwa Nabi Yaqub AS juga melangsungkan perbaikan pada bangunan Masjid Al Aqsa.

Selang waktu yang sangat lama, masjid itu kembali dibangun oleh ayah dan anak yang sangat mulia. Mereka adalah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS, sebagaimana dijelaskan Seni Bertuhan yang ditulis oleh Bambang Saputra.

Nabi Sulaiman AS mendirikan Masjid Al Aqsa dengan lebih besar, luas, dan indah. Sesuai sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash, beliau bersabda:

“Ketika Sulaiman bin Dawud selesai membangun Baitul Maqdis (dalam riwayat lain disebutkan: membangun masjid Baitul Maqdis), maka ia meminta tiga perkara kepada Allah SWT, yaitu; keputusan hukum yang sejalan berdasarkan keputusan Allah, kerajaan yang tidak selayaknya dimiliki seseorang sesudahnya, dan agar masjid ini tidak didatangi seseorang yang tidak menginginkan selain salat di dalamnya, melainkan ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya. Kedua perkara yang pertama telah diberikan kepada Sulaiman, dan aku berharap ia juga diberikan yang ketiga.” (HR Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Menurut para ahli tafsir dan sejarah, sekitar abad ke VI sebelum Masehi, Masjid Al Aqsa (Yerusalem) diserang oleh Nebukadnezar dari Babilonia. Hal ini menyebabkan Bani Israel tidak memiliki tanah suci.

Ratusan tahun berlalu, mendekati masa di mana Nabi Isa AS akan lahir ke dunia. Datanglah Raja Herodus (Khirudus) ke Yerusalem untuk membangun kembali Masjid Al Aqsa dengan sangat megah mengikuti rancangan Nabi Sulaiman AS.

Bertahun-tahun kemudian, tempat suci itu kembali dihancurkan oleh Kaisar Titus dari Roma. Kejadian ini diperkiraan terjadi pada tahun 70 Masehi ketika ia datang ke Palestina untuk menghukum orang-orang Yahudi.

Bekas Masjid Al Aqsa yang sudah hancur lalu diubah menjadi ladang oleh Raja Titus sebagaimana pendapat Ibn Khaldun. Akhirnya, Baitul Maqdis nyaris menjadi tidak tersisa dan terbengkalai keberadaannya.

Barulah ketika Baitul Maqdis berhasil dikuasai oleh umat Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, kaum muslimin berbondong-bondong membangun kembali Masjid Al Aqsa sebagai wujud laknat Allah SWT kepada orang-orang kafir di kalangan Bani Israil.

Pembangunannya kemudian dilanjutkan kembali pada masa khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya, Al Walid, pada 705 M. Bertahun-tahun setelahnya Masjid Al Aqsa terus mengalami renovasi, perbaikan, dan penambahan akibat gempa maupun perang.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kehancuran Kaum Saba’, Hidup Makmur Tanpa Rasa Syukur


Jakarta

Kaum Saba’ merupakan salah satu dari empat peradaban besar yang terdapat di Arab. Menurut buku Kisah Kota-kota Dalam Al Quran karya Rani Yulianty, diperkirakan kaum Saba’ hidup pada tahun 1000-750 SM. Kisah kaum ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Saba’ ayat 15-19.

Disebutkan dalam buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-makhluk Allah yang disadur oleh Kaserun AS Rahman, mereka disebut dengan Saba’ karena mereka adalah orang Arab pertama yang pernah menjadi tawanan. Mereka memiliki mahkota yang dikenakan bagi para penguasa.

Banyak rasul yang diutus kepada mereka untuk mengajak mereka kepada agama tauhid dan menyembah Allah SWT. Akan tetapi, mereka tetap hidup semau mereka dan tidak mau menyambut ajakan para rasul tersebut. Akhirnya, kaum Saba’ mendapat azab berupa banjir besar yang menghancurkan hidup mereka. Berikut kisah kehancuran kaum Saba’.


Kisah Kehancuran Kaum Saba’

Diceritakan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran yang ditulis oleh Ridwan Abqary, kaum Saba’ adalah kaum yang hidup makmur dan serba berkecukupan di wilayah Arab Selatan. Allah SWT sudah menurunkan rahmat-Nya kepada seluruh kaum Saba’ dengan hasil pertanian yang subur dan tempat yang sangat cocok untuk berdagang.

Kebun anggur tumbuh subur di mana-mana dengan hasil yang sangat melimpah. Mereka menjual anggur-anggur hasil panen dan mencukupi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Sebuah bendungan yang cukup kuat dan kokoh tampak berdiri tegak di wilayah Ma’rib, yang disebut sebagai Bendungan Ma’rib.

Bendungan Ma’rib ini menampung air yang mengalir dari Sungai Adhanah dan digunakan untuk mengairi kebun-kebun anggur milik kaum Saba’. Dengan pengairan yang baik dan tanah yang subur, mereka bisa menikmati hasil panen yang baik setiap tahunnya. Oleh karena itu, seluruh penduduk Saba’ tidak ada yang hidup kekurangan.

Kaum Saba’ adalah kaum yang lengkap, mereka hidup makmur dan bergelimang kemewahan. Selain kenikmatan hidup dari berbagai usaha yang mereka jalankan, mereka pun memiliki pasukan tentara yang sangat kuat.

Dengan keamanan yang kuat, mereka bisa menjaga kehidupan kaum mereka dengan aman. Mereka hidup dengan nikmat dan berkah dunia yang sangat tinggi.

Kaum Saba’ pun terkenal sebagai salah satu kaum yang hebat pada saat itu dan disegani oleh kaum-kaum yang lain. Namun ternyata, keberhasilan dan kehidupan mewah mereka tidak diikuti oleh iman dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Mahakuasa.

Kemakmuran yang merupakan limpahan nikmat dari Allah SWT tidak diiringi dengan rasa syukur. Mereka tenggelam dalam harta duniawi dan mulai melupakan Sang Pemberi Rezeki. Air mengalir terus ke kebun-kebun mereka, namun tidak ada ucapan pujian sedikit pun kepada Allah SWT.

Merujuk kembali pada buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-Makhluk Allah, kisah kehancuran kaum Saba’ ini terjadi ketika mereka tidak menjalankan perintah Allah SWT, maka Allah SWT mengirimkan pasukan tikus yang melubangi bendungan mereka yang begitu kokoh itu.

Bendungan yang kokoh itu pun runtuh hingga terjadi banjir yang sangat besar dan menghantam seluruh penduduk beserta taman-taman mereka yang bagaikan surga. Bumi yang subur dan indah itu pun rusak dan hancur. Batu-batu yang berasal dari bendungan membanjiri seluruh tanah mereka hingga tidak lagi subur dan tidak bisa ditanami.

Beberapa waktu kemudian, taman bunga dan buah-buahan mereka berganti dengan kebun yang ditumbuhi pohon-pohon berduri. Anggur, kurma, dan buah-buah segar lainnya telah musnah, berganti dengan pohon yang buruk dan berduri.

Mengutip kembali buku Kisah Kota-kota Dalam Al-Quran, hukuman yang dikirimkan kepada Kaum Saba’ dinamakan ‘Sail Al-Arim’ atau banjir Arim. Penamaan ini merupakan ungkapan yang menggambarkan datangnya banjir yang menimpa kaum Saba’ bersamaan dengan runtuhnya monumen penting Negeri Saba’, yaitu bendungan Arim.

Akibatnya, Negeri Saba’ hancur, baik dari segi perekonomian maupun bidang lainnya.

Disebutkan pula dalam buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-Makhluk Allah, bahwa hingga saat ini, penduduk Saba’ masih tinggal di desa dan rumah-rumah mereka. Namun, Allah SWT mempersulit dan mempersempit rezeki mereka. Kemakmuran dan nikmat yang mereka rasakan dahulu telah berganti dengan kemiskinan dan kekurangan.

Meski demikian, Allah SWT tidak sepenuhnya menghancurkan mereka dan tidak memecahbelahkan mereka. Wilayah mereka masih tetap terhubung dengan wilayah yang penuh berkah, Makkah Al-Mukarramah di Jazirah Arabia dan Baitul Maqdis di Syam.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kezaliman Firaun, Raja Mesir yang Bengis dan Diazab Allah SWT



Jakarta

Firaun era Nabi Musa AS adalah seorang penguasa zalim yang ingkar kepada Allah SWT. Kisah terkait Firaun disebutkan dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an.

Menukil Qashashul Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, penyebab kekejian Firaun dikarenakan bani Israil mempelajari satu hal yang mereka riwayatkan dari Ibrahim AS bahwa suatu saat nanti akan lahir seorang anak dari keturunannya yang akan menghancurkan kekuasaan raja Mesir. Berita tersebut sampai ke telinga Firaun sampai akhirnya ia memutuskan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki dari bani Israil.

Menurut riwayat Ibnu Mas’ud RA dan sejumlah sahabat, suatu ketika Firaun bermimpi seakan-akan api datang dari arah Baitul Maqdis dan membakar rumah-rumah Mesir, begitu pula kaum Qibhti. Namun, api tersebut tidak membahayakan bani Israil.


Ketika terbangun, Firaun merasa takut akan mimpinya. Ia lalu mengumpulkan seluruh paranormal dan tukang sihir.

Firaun kemudian bertanya kepada mereka terkait mimpi tersebut. Mereka lalu berkata, “Akan lahir seorang bayi lelaki dari kalangan mereka (bani Israil), ia akan menghancurkan penduduk Mesir.”

Karena itulah, Firaun memerintahkan untuk membunuh anak lelaki dan membiarkan anak perempuannya hidup. Firaun sangat mewaspadai akan hal ini, sampai-sampai ia menunjuk beberapa lelaki dan dukun beranak untuk berpatroli. Mereka akan memeriksa para wanita hamil dan mendata waktu kelahirannya.

Jika ada yang melahirkan anak laki-laki, bayi tersebut langsung disembelih oleh para algojo seketika itu juga. Meski demikian, takdir berkata lain.

Anak laki-laki yang sangat ditakuti Firaun justru tumbuh dewasa di kediamannya. Bahkan memakan makanan dan minuman yang ada di kerajaan Firaun.

Nabi Musa AS, anak angkat Firaun, sendirilah yang kemudian menghancurkan dan menumpas kezalimannya terhadap rakyatnya, terutama kepada Bani Israil.

Akhirnya, raja zalim tersebut diazab oleh Allah SWT dengan ditenggelamkan di Laut Merah bersama pengikutnya yang sama sesatnya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 50,

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ٥٠

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).”

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com