Tag Archives: bentuk doa

Antri, Lama, Tahunan, Mahal, Itulah Berhaji!



Jakarta

Berhaji, antri, lama tahunan, dan mahal. Betapa pun, masyarakat Muslim Indonesia tidak surut untuk melakukan ibadah yang waktunya hanya setahun sekali. Jika berhasil mabrur, maka sabarnya pasti mendaki (baca: meningkat tajam) dan berpahala surga. Apa maksudnya?

Kehidupannya menjadi selalu bahagia, walau masih di dunia. Bicaranya tak ke mana-mana. Arahnya kepada memuji, mengajak mengasihi, menyayangi. Kesenangannya, memberi walau pun tak harus meminta bukti. Baik kuitansi atau publikasi. Indahnya kehidupan setelah berhaji. Semoga setiap siapa pun yang berhaji, mampu menjadi haji mabrur yang sejati, aamiin.

Haji yang mabrur, menghadirkan perilaku individu yang bertambah santun. Santun dalam bertutur. Baik di lisan maupun di jari-jari (melalui media sosial pribadi, WA dll). Tidak hobi menyakiti, tidak hobi menghina, tidak hobi memaki-maki. Tidak bisa mencaci. Tidak juga senang menghakimi. Hobinya memuji.


Sombong angkuh perlahan dijauhi. Memang sebagian yang baru pulang haji. Senang ‘pamer’ emas, atau apa saja yang baru dibeli. Namun itu bukan termasuk sombong diri. Sombong di sini adalah merasa diri lebih baik, lebih suci. Itu dirasakan karena upaya dirinya sendiri. Bukan karena anugerah rahmat Allah Yang Maha Terpuji. Kalau begitu itulah sombong sejati. Menduakan Tuhan dengan diri sendiri.

Haji mabrur menjauhi sangka buruk karena sangat merugikan diri sendiri. Perilaku yang mudah mengundang sakit ulu hati, kencing manis, dan darah tinggi.

Ia yang mabrur tidak hobi berdusta atau membohongi. Setia kepada janji. Melaksanakan amanah yang diberi. Baik amanah pribadi, masyarakat atau pun amanah negeri. Agar menjadi negeri yang makmur sejati.

Kepada orang tua taat dan penuh bakti. Menyempurnakan hormat, melayani, dan menyantuni. Kepada yang lebih tua menghormati. Kepada yang lebih muda menyayangi. Menyayangi istri atau suami sendiri. Menyayangi keluarga, putra-putri. Kepada yatim, fakir dan miskin menyantuni. Kepada seluruh umat manusia dan semesta meneladani akhlak Nabi.

Andai setiap yang berhaji mabrur, mampu menggapai mabrur sejati. Betapa surganya negeri kita ini.

Tapi jangan dulu segera berkecil hati. Karena tingkatan mabrur bisa berseri. Dari mabrur sedikit sampai tingkat mabrur setinggi langit.

Haji pun bisa di-‘kredit’. Sedikit-sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Hayo semua, setiap kita bangkit. Caranya?

Ada salah satu hadits dari Nabi yang bisa kita praktikkan setiap hari.

Untuk doa menjelang tidur malam Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada ‘Aisyah binti Abu Bakar RA.

“Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau tidur sebelum engkau lakukan empat hal: mengkhatamkan al-Qur’an, memperoleh syafaat dari para nabi, membuat hati kaum mukminin dan mukminat senang dan ridha kepadamu, serta melakukan haji dan umrah.”

‘Aisyah bertanya, “Ya Rasul, bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?”

Rasulullah menjawab, “Sebelum tidur, bacalah Qul huwa Allahu ahad (al-Ikhlas lengkap) tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatamkan Al Qur’an.”

“Kemudian supaya engkau mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku, bacalah shalawat: Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kama shalayta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim fil ‘alamina innaka hamidun majid.”

Memohonkan ampunan bagi mukminin dan mukminaat, bisa menggunakan kalimat doa, “Rabbanaa ighfirlanaa dzunuubanaa wa lil mukminiina wal mukminaat, al-ahyaa-i min hum wal amwaat.”

Rasulullah melanjutkan, “Sebelum tidur, hendaknya engkau lakukan haji dan umrah.”

Bagaimana caranya? Beliau bersabda, “Siapa yang membaca subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha ilallah huwa Allahu akbar, ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”

Jika sesuai jumlah bilangan membaca subhaanallah, alhamdulillah dan Allahu akbar setelah shalat fardlu, bilangannya masing-masing 33 kali.

Terbaca dari untaian kalimat doa bimbingan Nabi:

Al-Ikhlash, merupakan bacaan sekaligus doa agar muslim memiliki keyakinan tauhid yang kuat. Dari sini setiap muslim dibimbing untuk meyakini, bahwa pasti yang dimaksud Tuhan hanya Allah saja. Dirinya hanyalah hamba yang tidak punya apa-apa. Fisik, tampan-cantik bukan miliknya tapi milik Tuhannya. Kepandaian jika ada, kekayaan, termasuk seluruh kebaikan jika pernah ada, bukan miliknya. Semua itu hanya anugerah rahmat-Nya semata.

Pemahaman tauhid model demikian, pastilah menyucikan orang dari sombong (merasa lebih baik dari yang lain). Bagaimana bisa sombong sedangkan dirinya hanyalah hamba yang tidak punya apa-apa.

Shalawat kepada Nabi dan para nabi, merupakan doa agar dirinya selalu ditolong Tuhan untuk selalu berusaha optimal meneladani akhlak para beliau. Selalu shilah, connect, sambung kepada para beliau.

Mendoakan orang-orang mukmin bisa bermakna memohon Tuhan untuk melepaskan seluruh kondisi buruk mereka. Termasuk memaafkan seluruh kekeliruan mereka, mendoakan mereka agar mulia dunia-akhiratnya.

Jiwa yang diingatkan agar setiap akan tidur melakukan itu dalam bentuk doa, ‘pastilah’ semakin hari menjadi semakin terpuji. Dalam hatinya tidaklah ada sisa iri, dengki, egois mau menang sendiri. Tapi justru altruist, senang memaafkan dan senang berbagi.

Selanjutnya tasbih sebagian maknanya adalah memohon kepada-Nya agar menyucikannya dari seluruh sangka buruk dalam hati.

Tahmid adalah doa agar Tuhan selalu membuat dirinya senang, gemar memuji, menghindar dari kecewa, dan selalu mensyukuri.

Takbir bisa menjadi doa agar dirinya dikuatkan Tuhan untuk mendaki menuju akhlak lebih tinggi sesuai akhlak para Nabi.

Bukankah sebagian makna tasbih, tahmid dan takbir ini merupakan esensi. Tujuan utama yang diharapkan bisa diperoleh setiap orang yang melakukan ibadah haji?

Semoga setiap kita berkenan menjalani. Salah satu upaya kredit melakukan ibadah haji. Agar segera mampu berhaji betulan dan mabrur sungguhan. Untuk menggapai peringkat akhlak mendekati akhlak Nabi, aamiin!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih-Redaksi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Arti Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa Fii Khoir


Jakarta

Pernikahan dalam Islam adalah ikatan yang sangat sakral, sebagaimana disebutkan dalam buku Panduan Lengkap Pernikahan Islami tulisan Abduh Al-Barraq, pernikahan adalah pernjanjian yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai “mitsaqan ghaliza” atau perjanjian yang kuat.

Hal ini ditegaskan dalam surah An-Nisa ayat 21, di mana Allah SWT berfirman,

وَكَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًا


Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya (kembali), padahal kamu telah menggauli satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka pun (istri-istrimu) telah membuat perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) denganmu?”

Ayat ini menunjukkan betapa seriusnya pernikahan dalam pandangan Islam, yang dipandang sebagai amanah besar yang tidak boleh dipermainkan.

Sunnah Rasulullah SAW dalam pernikahan termasuk membaca doa setelah akad nikah, sebagai ungkapan harapan keberkahan bagi pasangan yang baru menikah. Doa “barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir” adalah bentuk permohonan kepada Allah SWT agar pernikahan ini menjadi jalan menuju keberkahan.

Barakallahu Laka Wa Baarakaa Alaika Wa Jamaa Bainakumaa Fii Khoir Arab, Latin, dan Artinya

Untuk mempelai pengantin yang baru saja melangsungkan akad nikah, doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir sering kali disampaikan sebagai doa setelah akad nikah yang berbentuk doa keberkahan. Doa ini mengandung harapan agar pernikahan yang telah mereka ikrarkan membawa berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Berikut bacaan dari doa tersebut yang dikutip dari buku Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha:

بَارَكَ اللهُ لَكَ أَوْ بَارَكَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Latinnya: Baarakallaahu laka, atau baarakallaahu ‘alaika wa jama’a baina- kumaa fii khair.

Artinya: “Semoga keberkahan Allah untukmu, atau semoga keberkahan Allah untukmu dan semoga Dia mengumpulkan antara kalian berdua dalam ke- baikan.”

Doa ini didasarkan pada riwayat dari kitab Shahih Bukhari-Muslim, di mana Rasulullah SAW pernah mengucapkannya kepada sahabatnya yang baru menikah. Rasulullah SAW juga menganjurkan doa ini diucapkan kepada pengantin pria setelah akad nikah.

Diriwayatkan Anas RA menuturkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mendoakan Abdurrahman bin Auf RA ketika ia menikah dengan mengucapkan doa ini. Rasulullah SAW juga menyampaikan doa serupa kepada Jabir RA.

Doa-doa ini menunjukkan betapa pentingnya keberkahan dalam pernikahan, di mana Rasulullah SAW menganjurkan untuk memohon kebaikan bagi pasangan yang baru menikah. Imam Tirmidzi mengategorikan hadits ini sebagai hadits hasan dan sahih.

Waktu Sunnah Mengucapkan Barakallahu Laka

Karena doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir disebut dengan doa setelah akad nikah, waktu terbaik untuk mengucapkannya adalah saat menghadiri acara pernikahan atau ketika baru saja selesai prosesi akad.

Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai waktu-waktu sunnah mengucapkan doa ini, simak uraian di bawah ini.

1. Setelah Akad Nikah Selesai

Waktu sunnah pertama untuk mengucapkan doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir adalah segera setelah akad nikah selesai. Momen ini dianggap paling tepat karena doa tersebut menjadi bentuk ucapan selamat yang mengandung harapan kebaikan bagi kedua mempelai.

Saat akad nikah selesai, suasana khidmat dan sakral masih terasa, sehingga doa yang diucapkan akan lebih bermakna. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan seperti hadits sebelumnya bahwa beliau mengucapkan doa keberkahan ini untuk sahabat-sahabat yang baru saja menikah.

2. Ketika Sedang Resepsi Pernikahan

Di Indonesia, prosesi akad nikah umumnya hanya dihadiri oleh keluarga inti, sementara tamu undangan hadir saat resepsi pernikahan. Bagi tamu yang baru hadir di acara resepsi, masih dianjurkan untuk mengucapkan doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir sebagai bentuk doa dan harapan baik untuk pasangan pengantin walaupun akad nikah sudah selesai.

3. Ketika Sedang Menghadiri Pengantin yang Baru Menikah

Mengucapkan doa barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir sangat dianjurkan ketika kita mengunjungi atau bertemu dengan pengantin yang baru saja menikah, meskipun tidak di hari yang sama dengan akad atau resepsi. Momen ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mendoakan keberkahan bagi pasangan pengantin.

Tujuan Disyariatkannya Pernikahan

Pernikahan bukan sekadar seremonial yang mempertemukan dua orang di depan keluarga dan teman-teman. Di balik sakralnya ikatan tersebut, ada makna dan tujuan mendalam yang menjadikan pernikahan sebagai bagian penting dalam kehidupan. Simak penjelasannya berikut ini.

Manusia memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi. Namun, pemenuhan kebutuhan ini harus dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai aturan. Karena itu, pernikahan hadir sebagai sarana yang sah untuk menyalurkan kebutuhan biologis manusia secara halal dan benar.

2. Menjaga Akhlak dan Moral

Allah SWT mengetahui bahwa solusi terbaik bagi manusia untuk menjaga akhlaknya adalah melalui pernikahan. Pernikahan berperan sebagai pelindung bagi manusia dari berbagai fitnah dan bahaya. Dengan menikah, manusia terjaga dari perilaku buruk dan tindakan yang tidak pantas.

3. Membangun Rumah Tangga Islami

Setelah menikah, setiap pasangan memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengatur rumah tangga dengan baik. Allah SWT menugaskan setiap muslim untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berumah tangga.

4. Memperkuat Ibadah kepada Allah SWT Melalui Pernikahan

Manusia diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah SWT, yang mencakup seluruh aspek kehidupan, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.

Pernikahan menjadi salah satu bentuk ibadah yang mulia, di mana melalui pernikahan, seseorang bisa menjalankan perintah Allah SWT dan menjalani kehidupan yang penuh berkah bersama pasangan.

5. Mengharapkan Keturunan yang Beriman

Salah satu tujuan utama dari pernikahan adalah untuk melahirkan generasi penerus yang beriman dan berakhlak baik. Keturunan yang diharapkan akan menjadi pembawa risalah Islam dan dapat meneruskan ajaran yang telah diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

6. Meningkatkan Kedewasaan dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Pernikahan adalah sebuah perjalanan penuh pembelajaran yang tidak akan ditemui sebelum menikah. Karena membangun rumah tangga bisa diibaratkan seperti mengelola organisasi, di mana setiap anggotanya memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda.

Perbedaan ini sering kali memunculkan berbagai pendapat yang mungkin saling bertentangan di antara anggota keluarga. Namun, proses menghadapi dan menyelesaikan perbedaan ini justru menjadi ajang untuk meningkatkan kedewasaan dan kemampuan dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com