Tag Archives: beramal

Perintah Bertaubat, Bersedekah dan Beramal Saleh


Jakarta

Surah At-Taubah merupakan surah Madaniyah (diturunkan di Madinah). Terdapat 129 ayat dalam surah ini dan merupakan surah ke-9 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surat ini termasuk surah-surah akhir yang diturunkan.

Mengutip Tafsir Fii Zilalil Qur’an yang disusun oleh Sayyid Quthb, surah At-Taubah banyak membahas mengenai hukum-hukum syariat yang ditetapkan di antara kaum muslimin dan umat lain di dunia.

Pada artikel ini kita akan membahas secara khusus mengenai Surah At-Taubah ayat ke 105. Ayat ini membahas tentang perintah beramal saleh bagi umat manusia, serta menekankan bahwa amal perbuatan yang dikerjakan manusia selama di dunia disaksikan oleh Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.


Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan selengkapnya berikut ini.

Bacaan Surah At-Taubah Ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Arab-Latin: Wa quli’malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu’minūn(a), wa saturaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi’ukum bimā kuntum ta’malūn(a).

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Kandungan Surah At-Taubah Ayat 105

Menurut Tafsir Tahlili Kemenag RI, pada surah At-Taubah ayat 105, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada kaum Muslimin agar bertaubat, membersihkan diri dari dosa dengan bersedekah, menunaikan zakat, dan memperbanyak amal saleh.

Setelah melakukan semua itu, amal mereka akan dilihat dan dinilai oleh Allah, Rasul-Nya, serta orang-orang beriman. Pada akhirnya, mereka akan kembali kepada Allah di akhirat untuk menerima balasan atas perbuatan yang dilakukan di dunia.

Mengutip sumber sebelumnya, umat Islam tidak cukup hanya berhenti pada taubat, zakat, sedekah, dan salat, melainkan harus melaksanakan seluruh perintah Allah. Allah akan melihat amal mereka, membuat mereka semakin dekat kepada-Nya. Rasulullah dan kaum Muslimin pun akan menyaksikan kebaikan tersebut, sehingga terdorong untuk mencontohnya. Orang yang menjadi teladan akan mendapat pahala berlipat tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti jejaknya.

Kaum Muslimin kelak akan menjadi saksi di hadapan Allah pada Hari Kiamat terkait iman dan amal saudara seimannya. Persaksian berdasarkan penglihatan langsung akan menjadi bukti yang kuat dan dapat dipercaya. Karena itu, melihat amal kebaikan orang yang tulus bertaubat akan menjadi saksi yang menguatkan kebenaran iman dan amal mereka di akhirat.

Ayat ini juga menjadi peringatan keras bagi mereka yang melanggar perintah agama. Amal mereka akan diperlihatkan kepada Rasul dan kaum Muslimin di Hari Kiamat, sehingga aib mereka terbongkar-menampakkan sedikitnya amal baik dan banyaknya dosa. Bahkan di dunia, kurangnya amal saleh dan banyaknya keburukan pun akan terlihat. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa amal orang hidup dapat diperlihatkan kepada kerabat yang telah meninggal di alam barzakh.

Saat seseorang wafat, ia kembali ke alam akhirat. Di sanalah Allah akan memberitahukan hasil dari semua perbuatannya di dunia dengan memberi balasan yang setimpal-kebaikan dibalas dengan pahala, dan keburukan dibalas dengan siksa.

Kaitan Surah At-Taubah Ayat 105 dengan Ayat 104

Menurut Tafsir Al-Azhar yang disusun oleh Buya Hamka, surah At-Taubah ayat 105 merupakan kelanjutan dari apa yang dibahas pada ayat sebelumnya, yaitu 104.

Pada ayat 104, Allah SWT berfirman:

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Arab-Latin: Alam ya’lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata ‘an ‘ibādihī wa ya’khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm(u).

Artinya: Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(-nya), dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang?

Buya Hamka menjelaskan dalam kitab tafsirnya, ayat 104 bermakna Allah SWT meminta hamba-Nya untuk terus bertaubat, mengeluarkan zakat, dan tidak menunggu lama sebab pintu ampunan-Nya selalu terbuka.

Setelah bertaubat dengan sungguh-sungguh menyesali perbuatan, maka perlu diiringi dengan amal ibadah lainnya seperti sedekah dan zakat. Dengan begitu, cinta kasih Allah SWT akan semakin berlimpah dan jiwa akan menjadi semakin bersih.

Kemudian pada ayat ke 105, dijelaskan lanjutan tuntunan Allah SWT kepada orang yang telah bertaubat itu. Yaitu setelah bertaubat dilanjutkan dengan bersedekah. Lalu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan melanjutkannya dengan terus berbuat amal kebaikan.

Amal tersebut dapat diartikan pekerjaan, usaha, produktif, dan segala bentuk aktivitas yang positif.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Sedekah Paling Utama Adalah Dilakukan di Waktu Sempit, Ini Haditsnya


Jakarta

Sedekah termasuk amal saleh yang dianjurkan dalam Islam baik di waktu lapang maupun sempit. Menurut sebuah hadits, sedekah yang paling utama adalah yang dilakukan pada waktu sempit.

Dalil anjuran bersedekah tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 254,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ٢٥٤


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.”

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Hadid ayat 18,

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ ١٨

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga).”

Masih banyak ayat lain yang menjelaskan tentang perintah sedekah dan keutamaan di balik amalan itu, termasuk kapan waktu pelaksanaan sedekah. Dalam hadits disebutkan, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan pada waktu sempit. Hadits ini dinukil Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dalam Akhlaq Al-Islam.

“Sedekah paling utama adalah yang dilakukan susah payah oleh orang yang berkekurangan. Mulailah dari orang yang engkau nafkahi.” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan, sedekah yang disebutkan dalam hadits di atas berasal dari orang yang kekurangan harta, tidak memiliki harta yang berlimpah namun terbatas pemasukannya sedang ia memiliki banyak tanggungan namun tetap menyedekahkan hartanya. Itulah sebabnya, kata Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, sedekah di waktu tersebut diunggulkan daripada yang lain.

Bentuk-bentuk Sedekah, Tak Hanya Harta

Sedekah tidak melulu berupa harta benda. Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Jabir dari Nabi SAW, dikatakan bahwa semua perbuatan yang baik adalah sedekah.

Imam an-Nawawi turut menjelaskan hal ini dalam Syarah Riyadhus Shalihin. Ia menukil sebuah hadits yang berasal dari Abu Dzar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فكُل تشبيحة صَدَقَةٌ، وَكُل تَحْمِيدَة صَدَقَةٌ، وكل تهليله صَدَقَد وَكُل تكبيرة صَدَقَد وَأَمرٌ بالمعروف صَدَقَة ونهي عن المنكر صَدَقَةٌ ويُخرى من ذلك رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الصحي

Artinya: “Pada setiap ruas tulang seseorang di antara kalian di setiap pagi ada kewajiban sedekah. Setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Namun, semua itu dapat dicukupi dengan salat dua rakaat yang dikerjakan seseorang di waktu dhuha.” (HR Muslim)

Imam Muslim meriwayatkan hadits tersebut dalam Kitab Zakat, Bab Penjelasan Bahwa Kata Sedekah Digunakan untuk Setiap Jenis Kebaikan.

Menurut Imam an-Nawawi, mutiara dari hadits tersebut berisi anjuran untuk memperbanyak sedekah sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan dan sebagai penolak bencana. Apabila tidak mampu bersyukur dengan perbuatan, lanjut Imam an-Nawawi, maka bersyukurlah kepada Allah SWT dengan ucapan, yakni membaca zikir, menyucikan-Nya, mengagungkan-Nya, mengesakan-Nya, dan menjadi pemberi nasihat dalam agama-Nya.

Adab Bersedekah

Mengutip buku Ekonomi dan Manajemen Ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf) karya Tika Widiastuti dkk, berikut adab bersedekah yang bisa diperhatikan setiap muslim, terutama sedekah harta.

  • Bersedekah dengan ikhlas
  • Bersedekah dengan mendahulukan kerabat terdekat
  • Dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
  • Bersedekah dengan harta yang halal, baik, dan dicintai
  • Tidak mengungkit-ungkit dan menyakiti orang yang diberi sedekah
  • Menjaga sikap saat bersedekah
  • Bersedekah dengan tepat waktu jika itu wajib
  • Bersedekah di waktu lapang dan sempit

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Hal yang Dapat Menyebabkan Hilangnya Pahala Sedekah


Jakarta

Sedekah termasuk amalan yang mendatangkan berbagai pahala, sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadits nabi. Namun, ada hal-hal yang menyebabkan hilangnya pahala sedekah yang perlu umat Islam waspadai.

Dikutip dari buku Risalah Zakat, Infak, dan Sedekah karya Wawan Shofyan Sholehuddin, sedekah berarti ruang yang teramat luas untuk hamba beramal saleh dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki dalam bentuk kebaikan termasuk dengan mengeluarkan harta di jalan yang diridai Allah SWT.

Dalil Al-Qur’an tentang Sedekah

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk rajin bersedekah baik dalam keadaan longgar maupun sempit, baik ketika kaya maupun miskin. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Saba’ ayat 39, yang berbunyi:


قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ٣٩

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.”

Juga seperti yang difirmankan-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 274, yang berbunyi,

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٢٧٤

Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.”

Hal-hal yang Menyebabkan Hilangnya Pahala Sedekah

Orang yang mengeluarkan sedekah termasuk satu dari tujuh golongan yang mendapat naungan Allah SWT kelak di hari kiamat. Dalam sebuah hadist yang berasal dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah SWT dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya. Di antaranya, seorang yang mengeluarkan suatu sedekah, tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jika tidak mau pahala sedekah hilang, maka perlu menghindari perilaku tercela. Berikut merupakan hal-hal yang menyebabkan hilangnya pahala sedekah yang diambil dari buku Perintah & Larangan Dalam Surat Al-Baqarah Oleh dan Bagi Pemula karya Dede R.U Widodo Suryasoemirat dan buku 100 Kesalahan dalam Sedekah karya Reza Pahlevi Dalimuthe.

1. Menyebut-nyebut Sedekahnya

Allah SWT melarang menyebut-nyebut sedekah yang telah dikeluarkan agar tidak merusak sedekah. Larangan ini termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 264. Allah SWT berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

2. Menyakiti Hati Penerima Sedekah

Hal yang dapat merusak pahala sedekah lainnya adalah menyakiti hari si penerima sedekah. Hal ini turut dijelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 264 bersamaan dengan larangan menyebut-nyebut sedekah yang diberikan.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

3. Mengambil Kembali Sedekah yang Sudah Dikeluarkan

Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya, mengeluarkan hadits yang berisi larangan mengambil kembali sedekah yang telah diberikan kepada orang lain.

Hadits itu berbunyi,

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِالزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ حَمَلَ عَلَى فَرَسٍ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ، ثُمَّ رَآهَا تَبَاعُ، فَأَرَادَ أَنْ يَشْتَرِيَهَا ، فَقَالَ النَّبِيُّ : ((لَا تَعُدْ فِي صَدَقَتِكَ)). هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ

Artinya: Dari Harun bin Ishaq al- Hamdani, dari Abdurrazzaq, dari Ma`mar, dari az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, dari Umar, bahwa ia menyerahkan seekor kuda untuk ke- perluan jihad fi sabilillah. Lalu ia melihat kuda itu dijual, dan ia ingin membelinya. Kemudi- an Nabi saw. bersabda kepadanya, “Janganlah engkau mengambil kembali sesuatu yang telah engkau sedekahkan.” Ini adalah hadits hasan shahih.

4. Membesar-besarkan Sedekahnya

Dalam buku Sedekah Mahabisnis dengan Allah karya Amirulloh Syarbini mengungkapkan bahwa Sum’ah atau ‘mendengar’ merupakan perbuatan yang tercela. Dijelaskan, sum’ah berarti melakukan amal perbuatan agar orang lain mendengar apa yang diperbuat, lalu mereka memuji dan ia menjadi tenar

Sum’ah juga bisa diartikan sebagai “menceritakan dan membesar-besarkan amalan yang pernah dilakukan pada orang lain agar mendapat tempat di hati mereka serta mendapat perhatian dan keistimewaan.”

5. Bersedekah dengan Rezeki yang Haram

Bersedekah dengan harta yang haram sesungguhnya sia-sia. Ia tidak akan mendapat kebaikan, malah hanya akan menambah dosa. Seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, yang dikutip dari buku 100 Kesalahan dalam Sedekah karya Reza Pahlevi Dalimuthe.

Dari Ibnu Umar RA, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan diterima salat tanpa thaharah (bersuci), dan tidak akan diterima pula sedekah dari harta ghulul .” (HR Muslim)

Dijelaskan dalam Syarah Shahih Muslim, yang dimaksud dengan ghulul adalah mencuri harta ghanimah (rampasan perang) sebelum dibahagiakan. Ghulul dikategorikan sebagai merupakan harta yang tidak halal.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Beramal tapi Tak Ikhlas, Apa Akibatnya?



Jakarta

Ikhlas salah satu sifat yang mesti dimiliki oleh umat Islam, dalam melakukan kebaikannya apapun harus disertai ikhlas kepada Allah SWT. Lantas bagaimana jadinya bila seseorang beramal tidak ikhlas, dan hanya menginginkan pujian dari manusia?

Mengutip buku Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas Muhammad SAW karya Amirulloh Syarbini, Jumari Haryadi Ikhlas berasa dari bahasa Arab “Khalasha” berarti murnis, bersih, suci, hingga terbebas dari segala sesuatu yang kotor.

Secara istilah para ulama mendefinisikan ikhlas dalam beberapa macam, seperti menjadikan tujuan hanya untuk Allah tatkala beribadah, membersihkan amalan dari penilaian manusia, dan kesamaan amalan-amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang ada di batin.


Sementara itu, mengutip buku Ikhlas Tanpa Batas karya 10 Ulama Psikologi Klasik mereka berpendapat bahwa orang yang ikhlas adalah mereka yang menyembunyikan amal kebaikannya sebagaimana menutupi amal keburukannya.

Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Ada empat tanda orang yang riya dalam beramal, yaitu malas beramal jika sendirian, rajin beramal jika banyak orang, semakin rajin beramal jika mendapat pujian, dan semakin malas beramal jika mendapat celaan.”

Diriwayatkan dari seorang ahli hikmah: sesungguhnya perumpamaan orang yang beramal karena riya dan sum’ah adalah seperti orang yang pergi ke pasar, namun memenuhi saku bajunya dengan kerikil.

Orang-orang mengatakan, kerikil itu tak dapat memenuhi kebutuhan orang itu. Ia tidak mendapatkan manfaat apa-apa selain ocehan dari orang lain. Jika ia ingin membeli sesuatu, maka ia tidak bisa membelinya dengan kerikil.

Demikian pula halnya dengan amalan yang dilakukan karena riya dan sum’ah, tidak ada manfaat amalnya, kecuali sanjungan dari manusia, dan tidak ada pahala sedikitpun baginya di akhirat nanti.

Ini ditegaskan dalam firman Allah. Al-Furqan ayat 23:

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا ٢٣

Artinya: “Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.”

Selain itu, Rois Mahfud dalam buku Mimbar Agama Islam menjelaskan dampak dari tidak ikhlas saat beramal baik.

Akibat banyak orang beramal hanya untuk mencari pengakuan dan persetujuan dari sesama manusia, tanpa memikirkan pahala dan balasan dari Allah. Tanpa disadari, mereka sebenarnya sedang mengejar sesuatu yang sia-sia.

Setiap perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil, pasti akan mendapatkan balasan yang sesuai. Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah telah menjanjikan pahala dan balasannya. Namun, bagaimana dengan mereka yang beramal tanpa keikhlasan?

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah meskipun ia memperoleh kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan kepada manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkannya kepada manusia.” (HR. Tirmidzi).

Rasulullah menyebut riya’ sebagai “syirik kecil” karena sebenarnya, pelaku riya’ tidak sepenuhnya menjadikan amalannya sebagai bentuk ibadah kepada manusia atau sarana untuk mendekatkan diri kepada mereka. Meskipun demikian, bahayanya tidak boleh diremehkan.

Jauh-jauh hari Rasulullah sudah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya “syirik kecil” ini. Beliau bersabda,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشَّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشَّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ

عِنْدَهُمْ جَزَاءً

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Riya’, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat semua manusia diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihatkan amalmu kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?” (HR. Ahmad).

Demikianlah uraian tentang ganjaran atau konsekuensi bagi orang yang beramal dengan tidak ikhlas, maka sebaiknya kita berupaya untuk beramal semata-mata untuk meraih ridha dan kasih sayang Allah SWT.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Niat Sedekah Subuh agar Mendapatkan Rezeki dan Pahala


Jakarta

Sedekah subuh merupakan salah satu amalan yang di dalamnya terdapat keutamaan besar. Dengan bersedekah, insyaAllah akan menjadi pembuka pintu rezeki sekaligus ladang pahala.

Sebelum bersedekah, ada bacaan niat sedekah subuh yang dianjurkan untuk dibaca. Selain itu, ketahui juga sejumlah adab saat bersedekah untuk orang lain.

Simak bacaan niat sedekah subuh beserta keutamaan bersedekah dalam artikel ini.


Memahami Makna Sedekah Subuh

Dalam buku Sapu Jagat Keberuntungan oleh Ahmad Mudzakir, sedekah subuh adalah kegiatan berbagi atau mengeluarkan harta untuk kebaikan kepada mereka yang membutuhkan. Sedekah subuh dapat dilakukan di waktu setelah melaksanakan salat Subuh.

Melaksanakan sedekah di waktu subuh sangat dianjurkan. Dalam sebuah hadits, pada waktu tersebut Allah SWT menurunkan dua malaikat yang akan mendoakan siapa pun yang mau menyisihkan hartanya untuk disedekahkan kepada orang lain.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Bacaan Niat Sedekah Subuh dengan Arab, Latin, dan Artinya

Sebelum bersedekah, sebaiknya kamu membaca niat terlebih dahulu. Dilansir dari arsip detikHikmah, berikut bacaan niat sedekah subuh yang bisa diamalkan:

نَوَيْتُ التَّقَرُّبَ اِلَى اللهِ تَعَالَى وَاتِّقَاءَ غَضَبِ الرَّبِّ جل جلاله وَاتِّقَاءَ نَارِ جَهَنَّمَ وّالتَّرَحُّمَ عَلَى الاخْوَانِ وَصِلَةَ الرَّحِمِ وَمُعَاوَنَةَ الضُّعَفَاءِ وَمُتَابَعَةَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَاِدْخَالَ السُّرُوْرِ عَلَى اْلاِخْوَانِ وَدَفْعِ البَلاَءِ عَنْهُ وَعَنْ سَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلاِنْفاَقَ مِمَّا رَزَقَهُ الله وَقَهْرَ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ

Latin: Nawaitut taqoruba ilallahi ta’ala wattiqoaa ghadlabir rabbi jalla jalaluhu wattiqoa nari jahannama wattarakhkhuma ‘ala ikhwani wa shilatur rahimi wa mu’awanatadh dlu’afai wa mutaba’atan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallama wa idkholas sururi ‘alal ikhwani wa daf’il balai ‘anhu wa ‘an sairil muslimina wal infaqo mimma razaqohullahu wa qohran nafsi wasy syaithoni.

Artinya: “Aku niat (bersedekah) untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghindari murka Tuhan, menghindari api neraka jahannam, berbelas kasih kepada saudara dan menyambung silaturahmi, membantu orang-orang yang lemah, mengikuti Nabi SAW, memasukkan kebahagiaan pada saudara, menolak turunnya dari mereka dan semua kaum muslimin, menafkahkan rizki yang diberikan oleh Allah, dan untuk mengalahkan nafsu dan setan.”

Setelah berniat dan melakukan sedekah subuh, kemudian dapat dilanjutkan untuk berdoa dengan bacaan berikut:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Latin: Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim.

Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Cara Mengamalkan Sedekah Subuh

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengamalkan sedekah subuh. Sebagai informasi, sedekah subuh dapat dilakukan pada waktu setelah salat Subuh hingga sebelum matahari keluar.

Berikut cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengamalkan sedekah subuh:

  • Bersedekah di kotak amal masjid/mushola setelah melaksanakan salat Subuh berjamaah. Bagi para istri boleh menitipkan sedekahnya kepada suami atau anak yang beribadah di masjid/mushola.
  • Mengirim uang melalui rekening bank atau dompet digital di waktu subuh kepada orang tua, saudara, lembaga sosial, atau kerabat yang sedang membutuhkan bantuan.
  • Memberi makanan kepada tetangga, pondok pesantren, panti asuhan, atau ke tempat-tempat yang memungkinkan disedekahi dalam bentuk makanan. Waktu membagikannya persis setelah subuh atau sebelum matahari muncul.

Selain dengan membagikan rezeki, sedekah subuh juga bisa dilakukan dengan berdzikir atau berbuat baik kepada orang lain. Contohnya seperti memberi salam, menyapa, dan tersenyum kepada tetangga, membantu orang lain, serta mengucapkan hal-hal baik.

Adab saat Bersedekah

Perlu diketahui, ada sejumlah adab ketika seseorang ingin bersedekah, terutama saat sedekah subuh. Mengutip buku 100 Kesalahan dalam Sedekah karya Reza Pahlevi Dalimuthe, berikut adab-adabnya:

  • Diniatkan dengan tulus semata-mata mengharap ridha Allah, bukan karena haus pujian
  • Sedekah menggunakan harta yang halal
  • Berasal dari hasil usaha yang terbaik
  • Merahasiakan saat mengeluarkan sedekah
  • Mewakilkan penyerahan untuk menghindari sifat riya
  • Mendoakan agar sedekah yang diberikan bermanfaat bagi si penerima
  • Mendahulukan orang saleh, orang yang sedang menuntut ilmu, serta fakir miskin yang meminta-minta
  • Tidak menunda-nunda sedekah
  • Tidak dibahasakan secara lugas kepada penerima untuk menjaga perasaannya.

Keutamaan Bersedekah

Dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 245, Allah SWT berfirman mengenai perintah untuk bersedekah bagi seluruh umatnya,

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan,”

Menukil buku Mukjizat Sedekah Lipat Ganda Sampai 700 Kali oleh Aleeya Syaquila Al-Fathunnisa, berikut sejumlah keutamaan dari bersedekah:

  • Memperpanjang umur
  • Melindungi dari bencana
  • Berbagi kebahagiaan ke sesama manusia
  • Melatih diri untuk bersikap empati
  • Didoakan oleh malaikat
  • Mendapatkan pahala berlimpah
  • Membersihkan harta sekaligus terlindungi dari harta haram.

Demikian penjelasan mengenai sedekah subuh beserta adab dan keutamaannya. Mulai sekarang, yuk perbanyak bersedekah!

(ilf/fds)



Sumber : www.detik.com

Cepatlah Beramal sebelum Datang 6 Perkara


Jakarta

Rasulullah SAW menyeru umatnya agar segera beramal sebelum datang enam perkara. Perkara yang dimaksud dalam hal ini adalah tanda-tanda kiamat.

Seruan tersebut termaktub dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA, sebagaimana dinukil Imam Ibnu Katsir dalam Kitab al-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim. Rasulullah SAW bersabda, “Cepat-cepatlah kamu beramal sebelum terjadinya enam perkara.”

Lalu beliau sebutkan, antara lain terbitnya matahari dari barat, Dajjal, asap, dan binatang melata, sebagaimana tersebut di hadits lainnya.


Perkara yang menjadi tanda-tanda kiamat sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW turut diriwayatkan Abu Syarihah Hudzaifah bin Usaid RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوُا عَشْرَ آيات طلوع الشمس من مغربها وَيَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَالدَّابَّةَ وَثَلَاثَةَ حُسُوفٍ حَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَحَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَعَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرْبِ وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَدَ تَسُوق النَّاسَ أَو تَحْشُرُ النَّاسَ قَيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا

Artinya: “Kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda: terbitnya matahari dari barat, asap, binatang melata, keluarnya Ya’juj Ma’juj, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Dajjal, tiga kali gempa, sekali di barat, sekali di timur dan sekali lagi di Jazirah Arab, keluarnya api dari suatu jurang di Aden yang menggiring manusia–atau mengumpulkan manusia. Api itu menginap bersama mereka di malam hari, dan tetap menyala menunggui tidur mereka di siang hari.”

Imam Muslim dalam Shahih-nya, Abu Dawud, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah bin Amr, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya pertanda yang pertama-tama muncul (menjelang kiamat) ialah terbitnya matahari dari barat dan munculnya binatang melata menemui manusia pada waktu dhuha. Mana saja dari keduanya yang lebih dulu terjadi, maka tidak lama sesudah itu yang lainnya pun terjadi.”

Ibnu Katsir menjelaskan, yang dimaksud pertanda kiamat dalam hadits-hadits di atas adalah pertanda yang tidak lumrah, yang berlawanan dengan kebiasaan yang dialami manusia selama ini. Seperti binatang melata yang bisa berbicara dan menandai mana orang kafir dan mukmin, serta terbitnya matahari dari barat, di mana lazimnya matahari terbit dari timur.

“Pada hadits ini terbitnya matahari dari barat dinyatakan sebelum keluarnya binatang melata. Itu mungkin saja terjadi dan barangkali lebih tepat. Dan Allah-lah yang lebih tahu,” terang Ibnu Katsir sebagaimana diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan.

Iman Tidak Berguna ketika 3 Perkara Ini Terjadi

Dalam hadits lain dikatakan, iman tidak akan berguna ketika telah datang tiga perkara. Hadits ini diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW yang bersabda,

ثَلَاثٌ إِذَا خَرَجْنَ لَمْ يَنْفَعْ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَالدُّحَانُ وَدَابَّةُ الْأَرْضِ

Artinya: “Ada tiga kejadian yang apabila telah terjadi, maka iman seseorang tidak berguna lagi bagi dirinya, yang sebelumnya tidak beriman, atau (belum) melakukan kebaikan dalam masa imannya, yaitu: terbitnya matahari dari barat, munculnya asap, dan binatang melata dari dalam bumi.” (HR Ahmad)

Imam Bukhari juga meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah RA, dengan redaksi berikut,

Artinya: “Kiamat takkan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Apabila matahari telah terbit dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Itulah saat iman seseorang tidak bermanfaat lagi bari dirinya.”

Wallahu a’lam.

Amal Saleh yang Bisa Dikerjakan

Ada banyak amal saleh yang bisa dikerjakan setiap muslim. Adapun, sebaik-baik amal saleh adalah yang menyangkut orang lain karena pahalanya akan berlipat ganda, sebagaimana diterangkan Iyadah bin Ayyub Al-Kubaisi dalam Al-arba’uunal muniiratu fil ajuuril Kabiirati ‘alal ‘amaalil yasiirati (edisi Indonesia: 40 Amalan Ringan Berpahala Besar).

Rasulullah SAW bersabda, “Mengasuh anak yatim untuk dirinya atau untuk yang lain maka aku dan dia seperti ini (Rasulullah mengangkat jari telunjuk dan jari tengah bersama-sama) di surga.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,

“Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya. Maka barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, barang siapa yang menghilangkan kesulitan seorang muslim maka Allah akan menghilangkan baginya kesulitan-kesulitan pada hari kiamat, dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Setelah Sedekah Subuh agar Dilancarkan Rezeki


Jakarta

Umat muslim dianjurkan untuk senantiasa bersedekah. Nah, ada suatu waktu yang sangat dianjurkan untuk bersedekah, yakni setelah salat Subuh atau disebut juga sedekah Subuh.

Sedekah merupakan perbuatan mengeluarkan sebagian harta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedekah hukumnya sunnah dan termasuk amalan yang dianjurkan Rasulullah SAW.

Dalam suatu hadits, Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Allah SWT berfirman, ‘Hai manusia, berinfaklah niscaya Aku akan berinfak kepadamu’. Beliau menuturkan, ‘Janji Allah SWT akan terus mengalir melimpah ruah sepanjang malam dan siang hari tanpa kekurangan sedikitpun’.” (HR Muslim)

Setelah melaksanakan sedekah Subuh, ada doa yang bisa dibaca dan diamalkan. Seperti apa doa setelah sedekah Subuh? Simak selengkapnya dalam artikel ini.

Doa Setelah Sedekah Subuh

Seusai bersedekah di waktu Subuh, terdapat doa yang bisa dipanjatkaan untuk memperoleh keutamannya. Dalam buku Ajaibnya Bangun Pagi, Subuh, Dhuha & Mengaji di Pagi Hari oleh Muhammad Ainur Rasyid, berikut bacaan doanya:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Arab latin: Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim.

Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,”

Lalu, terdapat juga niat yang bisa dibaca sebelum mengerjakan sedekah Subuh. Bacaan niatnya sebagai berikut:

نَوَيْتُ التَّقَرُّبَ اِلَى اللهِ تَعَالَى وَاتِّقَاءَ غَضَبِ الرَّبِّ جل جلاله وَاتِّقَاءَ نَارِ جَهَنَّمَ وّالتَّرَحُّمَ عَلَى الاخْوَانِ وَصِلَةَ الرَّحِمِ وَمُعَاوَنَةَ الضُّعَفَاءِ وَمُتَابَعَةَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَاِدْخَالَ السُّرُوْرِ عَلَى اْلاِخْوَانِ وَدَفْعِ البَلاَءِ عَنْهُ وَعَنْ سَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلاِنْفاَقَ مِمَّا رَزَقَهُ الله وَقَهْرَ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ

Arab latin: Nawaitut taqoruba ilallahi ta’ala wattiqoaa ghadlabir rabbi jalla jalaluhu wattiqoa nari jahannama wattarakhkhuma ‘ala ikhwani wa shilatur rahimi wa mu’awanatadh dlu’afai wa mutaba’atan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallama wa idkholas sururi ‘alal ikhwani wa daf’il balai ‘anhu wa ‘an sairil muslimina wal infaqo mimma razaqohullahu wa qohran nafsi wasy syaithoni.

Artinya: “Aku niat (bersedekah) untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghindari murka Tuhan, menghindari api neraka jahannam, berbelas kasih kepada saudara dan menyambung silaturahmi, membantu orang-orang yang lemah, mengikuti Nabi Saw, memasukkan kebahagiaan pada saudara, menolak turunnya dari mereka dan semua kaum muslimin, menafkahkan rizki yang diberikan oleh Allah, dan untuk mengalahkan nafsu dan setan.”

Anjuran untuk Bersedekah

Dilansir buku Dahsyatnya Amalan Pembuka Rezeki oleh M. Arifin Ilham dan M. Nurani, waktu terbaik untuk bersedekah adalah saat Subuh, yakni setelah salat Subuh hingga menjelang salat Dzuhur.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Artinya: Nabi SAW menuturkan, “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya, lalu salah satunya berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya.’ Sedangkan (malaikat) yang satunya lagi berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)’.” (HR Bukhari)

Sebenarnya, bersedekah tak hanya dilakukan saat waktu Subuh saja, namun bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun. Dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 245, Allah SWT telah berfirman mengenai perintah untuk bersedekah bagi seluruh umatnya,

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Cara Mengamalkan Sedekah Subuh

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengamalkan sedekah Subuh. Perlu diketahui, sedekah Subuh dapat dilakukan pada waktu setelah salat Subuh hingga sebelum matahari keluar.

Adapun cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengamalkan sedekah Subuh, yaitu:

  • Bersedekah di kotak amal masjid/mushola setelah melaksanakan salat Subuh berjamaah. Bagi para istri boleh menitipkan sedekahnya kepada suami atau anak yang beribadah di masjid/mushola.
  • Mengirim uang melalui rekening bank atau dompet digital di waktu Subuh kepada orang tua, saudara, lembaga sosial, atau kerabat yang sedang membutuhkan bantuan.
  • Memberi makanan kepada tetangga, pondok pesantren, panti asuhan, atau ke tempat-tempat yang memungkinkan disedekahi dalam bentuk makanan. Waktu membagikannya persis setelah salat Subuh atau sebelum matahari muncul.

Selain dengan membagikan rezeki, sedekah Subuh juga bisa dilakukan dengan berdzikir atau berbuat baik kepada orang lain. Contohnya seperti memberi salam, menyapa, dan tersenyum kepada tetangga, membantu orang lain, serta mengucapkan hal-hal baik.

Adab ketika Bersedekah

Sebagai umat muslim yang taat sebaiknya perlu mengetahui sejumlah adab ketika bersedekah, terutama saat sedekah Subuh. Menukil buku 100 Kesalahan dalam Sedekah karya Reza Pahlevi Dalimuthe, berikut adab-adabnya:

  • Diniatkan dengan tulus semata-mata mengharap ridha Allah, bukan karena haus pujian
  • Sedekah menggunakan harta yang halal
  • Berasal dari hasil usaha yang terbaik
  • Merahasiakan saat mengeluarkan sedekah
  • Mewakilkan penyerahan untuk menghindari sifat riya
  • Mendoakan agar sedekah yang diberikan bermanfaat bagi si penerima
  • Mendahulukan orang saleh, orang yang sedang menuntut ilmu, serta fakir miskin yang meminta-minta
  • Tidak menunda-nunda sedekah
  • Tidak dibahasakan secara lugas kepada penerima untuk menjaga perasaannya.

Itu dia pembahasan mengenai bacaan doa setelah sedekah Subuh agar mendapatkan keberkahan dan dilancarkan rezekinya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

(ilf/fds)



Sumber : www.detik.com